skripsi hubungan antara tingkat stres dengan …repository.stikes-bhm.ac.id/270/1/50.pdf ·...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU BODRONOYO
KELURAHAN NGEGONG KECAMATAN MANGUHARJO
KOTA MADIUN
Oleh :
RENI WINDARTI
NIM : 201402041
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU BODRONOYO
KELURAHAN NGEGONG KECAMATAN MANGUHARJO
KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
RENI WINDARTI
NIM : 201402041
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Yang Utama dari segalanya…….
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia kemudahan yang Engkau berikan
akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam
selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi
Ibu dan Bapak Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada ibu dan Bapak yang telah memberikan
kasih saying, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak
dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan bapak
bahagia karena kusadar selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan
Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang,
selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terima kasih Ibu
Karmi Terima kasih Bapak Kasiran.
vi
My Family
Untuk keluargaku, Tante-tante, om-om dan saudara-saudaraku Rini,
Chiko, Edi, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian. Terima
kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku
persembahkan.
My Best Friend’s
Buat sahabat-sahabatku Vrisca, Desi, Titis, Anita, Fitrotin, Lutfi, Shielda,
Riska, Kikik, Rosalina, Wenda, Weni, Diah, Iin dan semua nya yang gak bisa aku
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran,
ojekkan dan semangat yang kamu berikan selama aku kuliah, aku tak akan
melupakan semua yang telah kamu berikan selama ini. Semoga keakraban di
antara kita selalu terjaga.
Dosen Pembimbing Tugas Akhirku…
Ibu Sesaria Betty., S.Kep., Ns., M.Kes, ibu Retno Widiarini, S.KM.,
M.Kes dan Bapak Drs. I Made Santu, S.Kep., Ns., M.M selaku dosen
pembimbing tugas akhir saya dan Penguji, terima kasih banyak saya sudah
dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas
bantuan dan kesabaran Bapak/Ibu
Terima kasih banyak Bapak/Ibu
Seluruh dosen pengajar di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat
berarti yang telah kalian berikan kepada kami
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Reni Windarti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 07Maret 1996
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus Dari Pendidikan TK Bibrik 01 Tahun 2002
2. Lulus Dari Sekolah Dasar Negeri 01 Bibrik Tahun 2008
3. Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Jiwan Tahun 2011
4. Lulus Dari Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Jiwan Tahun 2014
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-
sekarang.
ix
ABSTRAK
Reni Windarti
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU BODRONOYO
KELURAHAN NGEGONG KECAMATAN MANGUHARJO KOTA
MADIUN
94 Halaman + 8 Tabel + 2 Gambar + 15 Lampiran
Stres menghasilkan berbagai respon diantaranya respon fisiologis, kognitif,
emosi, dan tingkah laku. Saat stres, hormon adrenalin akan meningkatkan tekanan
darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia hipertensi sejumlah 42
orang. Sampel sebanyak 30 orang ditentukan dengan probability sampling melalui
teknik simple random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner
DASS, stetoskop serta lembar observasi. Data kemudian dianalisa menggunakan
uji sperman rank
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas yaitu 10 orang (33,3%)
memiliki tingkat stres normal dengan tekanan darah normal. Hasil analisa juga
tidak didapati (0%) lansia yang mengalami stres sedang dengan tekanan darah
normal maupun hipertensi tingkat 1.
Hasil analisa uji spearrman rank didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar
0,723 dan nilai P value =0,000 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara tingkat
stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan lansia dapat meningkatkan
pengetahuan tentang pencegahan stres. Puskesmas Patihan juga diharap untuk
meningkatkan pelayanan bagi masyarakat khususnya lansia dengan hipertensi.
Dengan demikian stres yang dapat memicu terjadinya hipertensi pada lansia dapat
dihindari.
Kata Kunci: Stres, Hipertensi, Lansia
x
ABSTRACT
Reni Windarti
THE RELATIONSHIP BETWEEN STRESS LEVELS AND THE
OCCURRENCE OF HYPERTENSION IN ELDERLY AT BODRONOYO
PRIMARY HEALTH CARE OF NGEGONG VILLAGE MANGUHARJO
MADIUN
94 Pages + 8 Tables + 2 Images + 15 Attachments
Stress caused various responses including physiological, cognitive,
emotional, and behavioral responses. During stress, the adrenal hormone
increased blood pressure through arterial contractions (vasoconstriction) and
increased heart rate. The purposed of this study was to determine the relationship
between stress levels and the occurrence of hypertension in elderly at Bodronoyo
Primary Health Care of Ngegong Village, Manguharjo, Madiun
This research used correlation design with Cross Sectional approach. The
population of this study was the entire 42 elderly that have hypertension Sample
of 30 people was determined by probability sampling used simple random
sampling technique. The instrument of this study used DASS questionnaire,
stethoscope and observation sheet. Data then analyzed by using Sperman Rank
Test.
The results of this study showed that the majority of respondent, which is 10
people (33.3%) had normal stress levels with normal blood pressure. Analysis of
this study also did not founded (0%) elderly who have moderate stress with
normal blood pressure nor hypertension level 1.
The result of Spearrman rank test analysis showed that correlation
coefficient value was 0,723 and Pvalue=0,000 <0,05 which mean that there was
correlation between stress levels and the occurrence of hypertension in elderly at
Bodronoyo Primary Health Care of Ngegong Village, Manguharjo, Madiun.
Based on the results of this study, elderly were expected to increase their
knowledge about stress prevention. Patihan Primary Health Center is also
expected to improve their services especially for those elderly that have
hypertension. Therefore, the stress that could trigger the occurrence of
hypertension in elderly could be avoided.
Keywords: Stress, Hypertension, Elderly
xi
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam .................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................ iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Persembahan ...................................................................................................... v
Halaman Pernyataan ........................................................................................... vii
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... viii
Abstrak ............................................................................................................... ix
Daftar Isi.............................................................................................................. xi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................. xv
Daftar Singkatan ................................................................................................. xvi
Daftar Istilah........................................................................................................ xvii
Kata Pengantar ...................................................................................................xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Stres
2.1.1 Definisi Stres ................................................................... 8
2.1.2 Gejala-gejala Stres ........................................................... 8
2.1.3 Sumber Stres .................................................................... 9
2.1.4 Penyebab Stres ................................................................. 10
2.1.5 Model Stres ...................................................................... 11
2.1.6 Respon Terhadap Stres .................................................... 12
2.1.7 Tingkatan Stres ................................................................ 14
2.1.8 Dampak Stres ................................................................... 14
2.1.9 Instrumen Penilaian Tingkat Stres ................................... 15
2.1.10 Tipe Kepribadian Stres .................................................... 16
2.1.11 Tahapan Stres................................................................... 17
2.2 Konsep Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi ........................................................... 20
2.2.2 Etiologi Hipertensi ........................................................... 20
2.2.3 Klasifikasi Hipertensi ...................................................... 25
2.2.4 Patofisiologi Hipertensi ................................................... 26
2.2.5 Gejala Klinis Hipertensi .................................................. 27
2.2.6 Komplikasi Hipertensi ..................................................... 28
2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi ............................................. 30
xii
2.3 Konsep Lansia
2.3.1 Definisi Lansia ................................................................. 31
2.3.2 Klasifikasi Lansia ............................................................ 32
2.3.3 Tipe-tipe Lansia ............................................................... 33
2.3.4 Perubahan Proses Menua ................................................. 33
2.3.5 Perubahan Sosial .............................................................. 35
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 36
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................... 37
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 38
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 38
4.2.1 Populasi .......................................................................... 38
4.2.2 Sampel ............................................................................. 38
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 40
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 41
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 42
4.5.1 Variabel Penelitian........................................................... 42
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ........................................ 42
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................... 43
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 43
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 43
4.9 Pengolahan Data ......................................................................... 44
4.10 Teknik Analisis Data .................................................................. 47
4.10.1 Analisis Univariat ............................................................ 47
4.10.2 Analisis Bivariat .............................................................. 48
4.11 Etika Penelitian ........................................................................... 49
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 52
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ........................................... 52
5.1.2 Data Umum ..................................................................... 53
5.1.3 Data Khusus .................................................................... 54
5.2 Pembahasan ................................................................................ 57
5.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 64
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 65
6.2 Saran ........................................................................................... 65
Daftar Pustaka .................................................................................................... 67
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 70
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO .................... 25
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ......................................... 42
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di Desa Patihan Kecamatan Mangunharjo Kabupaten
Madiun Bulan Mei 2018 ................................................. 53
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun Bulan
Mei 2018 .......................................................................... 53
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di
Posyandu Bondronoyo Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun Bulan Mei
2018 ................................................................................. 54
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Stres ................................................................................. 55
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Hipertensi ........................................................................ 55
Tabel 5.6 Crosstab Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Bodronoyo
Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota
Madiun ............................................................................. 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................... 36
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .............................................. 41
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Pencarian Data Awal ................................ 70
Lampiran 2 Surat Ijin Pelitian ..................................................................... 73
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................ 76
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden ............................... 77
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................. 78
Lampiran 6 Lembar Kuesioner .................................................................... 79
Lampiran 7 Tabulasi Data Kuesioner ......................................................... 81
Lampiran 8 Lembar Observasi Tekanan Darah .......................................... 82
Lampiran 9 Data Tabulasi Responden ........................................................ 83
Lampiran 10 Distribusi Frekuensi Responden .............................................. 84
Lampiran 11 Hasil Uji Korelasi .................................................................... 86
Lampiran 12 Hasil Uji SPEARMAN RANK ................................................... 89
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ........................................................... 90
Lampiran 14 Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................... 91
Lampiran 15 Lembar Konsultasi Bimbingan ................................................ 92
xvi
DAFTAR SINGKATAN
DASS : Depression Anxienty Stres Scale
GAS : General adaptation syndrome
ICU : Intensive Care Unit
LAS : Local adaptation syndrome
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
WHO : World Health Organization
xvii
DAFTAR ISTILAH
Appraisal : Penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat
menyebabkan stres
Daily hassles : Kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap
hari
Fast : Cepat
Junk food : Makanan cepat saji
Over confidence : Selalu percaya diri
Personal factors : Faktor yang berhubungan dengan orangnya
Personal stressor : Faktor yang berhubungan dengan stres
Personality characteristic : Kateristik seseorang
Silent killer : Pembunuh diam-diam
Stressor : Yang memicu timbulnya stres
Workaholic : Bekerja tidak mengenal waktu
xviii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Antara Tingkat Stres dengan kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Puskesmas Patihan” dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak
lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Ulfa Kusuma Dhewi selaku Kepala Puskesmas Patihan Kota Madiun yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
2. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Drs. I Made Santu, S.Kep., Ns., M.M selaku Dewan penguji, Sesaria Betty
M., S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dosen pembimbing 1 beserta Retno Widiarini,
S.KM., M.Kes selaku Dosen pembimbing 2 yang selalu membimbing dengan
penuh kesabaran dan ketelatenan.
5. Seluruh staf Puskesmaa Patihan yang telah memberikan ijin dan kesempatan
untuk melakukan penelitian.
xix
6. Kedua Orang tua saya Bapak Kasiran dan Ibuk Karmi serta Keluarga
Tercinta, yang telah memberi dukungan spiritual dan material serta do’anya
yang selalu mengiringi langkahku dalam mencapai cita-cita.
7. Sahabatku Rizky Dwi, Shielda Novita.Y, Riska Yunda,Vrisca Anjarsari,
Rosalina, terimakasih karena sudah memberi dukungan dalam mengerjakan
tugas akhir ini, selalu ada setiap segala kesusahan, selalu ada dalam setiap
canda dan tawa.
8. Teman-temanku senasib seperjuangan S1 Keperawatan angkatan 2014 dan
kelompok bimbingan yang semoga akan selalu sukses.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin
Wassalamualaikum Wr.Wb
Madiun, 02 Agustus 2018
Peneliti,
Reni Windarti
NIM. 201402041
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia merupakan tahap akhir yang akan dialami oleh setiap manusia,
meskipun usia selalu bertambah dan dapat terjadi penurunan fungsi organ tubuh
dengan begitu lansia tetap bisa menjalankan hidup sehat. Lanjut usia dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari tidak hanya tetapi dengan menjaga pola hidup
sehat seperti olahraga dan bisa menjaga pola makan juga harus dilakukan oleh
setiap manusia (PKPU Lembaga Kemanusiaan, 2011). Menurut organisasi
kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) seseorang disebut lanjut usia
(Elderly) jika berumur 60-74 tahun.
Menua bukanlah suatu penyakit bagi lansia dan bukan merupakan suatu
halangan untuk dapat mempertahankan produktivitas dan kemandirian dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari, meskipun memasuki usia lanjut banyak
mengalami kemunduran fisik maupun mental yang dapat menimbulkan masalah
timbulnya penyakit, depresi, serta gangguan dalam tidur (Azizah, 2011).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tergolong silent killer atau
penyakit yang dapat membunuh manusia secara tidak diduga.Hipertensi dapat
membunuh penderitanya secara pelan-pelan dan juga hipertensi dapat
mengakibatkan munculnya penyakit berat lainnya seperti serangan jantung, gagal
jantung,stroke, dan gagal ginjal. Sebagaimana diketahui bahwa penyebab dari
2
munculnya penyakit ini akibat gaya hidup dan pola makan yang kurang tepat
seperti makan fast dan junk food yang kaya lemak, makanan asinan, ditambah
malah berolahraga serta tekanan hidup yang memicu munculnya stres dan depresi
(Ridwan, 2009).
Menurut penelitian Emil Huraini (2014) Hubungan tingkat stres dengan
derajat hipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andalas
Padang yang menunjukkan hasil yang diperoleh bahwa usia 20-40 tahun sebanyak
10 orang (9,8%), usia 41-55 tahun sebanyak 25 orang (24,62%), usia 56-77 tahun
sebanyak 57 orang (55,88%). Kesimpulan dari penelitian Sigarlaki ini adalah ada
hubungan antara usia dengan tekanan darah tinggi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan siknifikan antara tingkat stres dengan derajat hipertensi
pada pasien hipertensi diwilayah kerja puskesmas andalas padang tahun 2014.
Berdasarkan penelitian Idawati Manurung (2012) Hubungan stres dengan
kenaikan tekana darah pasien rawat jalan dengan nilai a (0,05) yang menunjukkan
bahwa ada hubungan bermakna antara stres dengan kenaikan tekanan darah pasien
yang sudah lama mengalami hipertensi. Berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti
menyarankan hendaknya poliklinik menyediakan fasilitas konsultasi khusus
terkait psikis pasien.
Menurut penelitian Rita Dwi Hartanti (2016) Hubungan antara tingkat
stres dengan kualitas hidup lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Wonopringgo Pekalongan hasil penelitian menunjukkan 13 responden (31%).
Sebagian besar dalam kategori sedang sebanyak 29 responden (69%), tidak
terdapat stres kategori berat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat
3
disimpulkan bahwa pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wonopringgo
Kabupaten Pekalogan mengalami stres tingkat ringan dan sedang. Menurut
Gunawan (2001) dalam Prasetyorini dan Pramesti (2012) salah satu penyebab
peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah stres. Stres merupakan
suatu tekanan fisik maupun psikis yang tidak menyenangkan, stres dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memicu
jantung berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah meningkat.
Banyak orang beranggapan bahwa keluhandan tanda-tanda hipertensi, padahal
tidak demikian. Hipertensi tidak mempunyai keluhan dan tanda khas, karena
itulah disebut sebagai silent killer, Bahkan fakta membuktikan bahwa satu dari
empat penderita tidak mengetahui jika mereka penderita hipertensi. Karena itu
penyakit ini cukup mengancam jiwa (Familia, 2010).
Hipertensi merupakan kondisi paling umum dijumpai dalam perawatan
primer. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang menetap.
Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri
ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Semakin tinggi
tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO, 2013).
Menurut data Depsos RI (2014), menunjukkan bahwa jumlah lansia di
Indonesia diperkirakan akan mencapai 9,77% atau sejumlah 23,9 juta jiwa pada
tahun 2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4% atau sebanyak
28,8 juta jiwa pada tahun 2020.
4
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, menunjukkan bahwa
proporsi kelompok usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih tinggi pada
kelompok hipertensi.Risiko hipertensi meningkat bermakna sejalan dengan
bertambahnya usia dan kelompok usia >75 tahun beresiko 1,53 kali terserang
hipertensi. Prevalensi Hipertensi pada perempuan lebih banyak mengalami
hipertensi sebesar 28,8% dan laki-laki 22,8%.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Madiun ,jumlah penderita
hipertensi pada tahun 2014 di Puskesmas Kota Madiun sebanyak 2.298 kasus
pada laki-laki dan 3.829 kasus pada perempuan.
Berdasarkan hasil data sekunder di Puskesmas Patihan Kota Madiun
(2016) terdapat 1787 lansia penderita Hipertensi dan data dari Desa Ngegong
terdapat 1278 lansia penderita Hipertensi. Hasil data studi pendahuluan di
Puskesmas Patihan terbesar lansia berjumlah 1787, Puskesmas tersebut dibagi
menjadi 4 pos di wilayah posyandu lansia. Studi awal yang dilakukan penelitian
salah satunya di Posyandu Bodronoyo sebanyak 85 lansia, sedangkan yang
menderita hipertensi sebanyak 42 lansia (49 %) dari jumlah lansia yang ada.
Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivitas sistem saraf
simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara interminten (tidak
menentu) (Andria, 2013). Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin
akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan
peningkatan denyut jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap
tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi (Sounth, 2014).
5
Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi yang
tidak bisa diubah dan hipertensi yang dapat diubah. Hipertensi yang dapat diubah
meliputi merokok, obesitas, gaya hidup yang monoton dan stres. Beberapa faktor
yang menyebabkan stres adalah masalah pekerjaan, faktor ekonomi, masalah
rumah tangga, kurang tidur dan lainnya. Hipertensi yang tidak dapat diubah
meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, faktor keturunan (Rusdi & Isnawati,
2009).
Komplikasi hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner,
infark jantung, stroke dan gagal ginjal. Komplikasi dari hipertensi tersebut dapat
menyebabkan angka kematian yang tinggi. Dampak dari penyakit hipertensi para
lansia dapat memicu terjadinya resiko serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal
(Depkes, 2007). Menurut Nasir dkk (2011) mengungkapkan stres merupakan
kondisi tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam satu
situasi sebagai beban atau di luar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi
tuntutan tersebut. Stres dapat menghasilkan berbagai respon diantaranya respon
fisiologis, respon kognitif, respon emosi, dan respon tingkah laku. Hipertensi yang
menyebabkan stres dapat mengalami gangguan psikis pada lanjut usia maka dari
itu perlu dilakukan pendekatan agar lansia tidak mengalami stres yang
berkelanjutan. Lansia yang mengalami stres salah satu penyebabnya adalah
kondisi mental, kesehatan yang menurun dan keadaannya baik ekonomi, sosial
yang rendah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas untuk peneliti tertarik
untuk melakukan tentang hubungan antara tingkat stres dengan kejadian
6
hipertensi pada lansia. Dengan tingginya angka hipertensi yang disebabkan
stres,sehingga konsep solusi dari peneliti salah satu upaya untuk penurunan terjadi
hipertensi adalah pengedalian stres.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, maka
rumusanmasalah dalam penelitian ini “Adakah hubungan antara tingkat stres
dengan keadian hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kejadian stres pada lansia dengan kejadian
hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat stres pada lansia di Posyandu Bodronoyo
Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
2. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo
Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
3. Menganalisa hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia
di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota
Madiun.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi
bagi pengembangan ilmu keperawatan. Serta akan menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dibidang gerontik.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pasien
Hubungan bermakna antara stres dengan kenaikan tekanan darah pasien
yang sudah lama mengalami hipertensi.
2. Bagi Institusi
Menambah wawasan pada mahasiswa untuk mengetahui tingkat stres
lansia.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan keluarga
tentang komplikasi hipertensi seperti strok, sehingga pasien penderita
hipertensi dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah komplikasi
tersebut.
4. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau acuan
untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Stres
2.1.1 Definisi Stres
Stres merupakan suatu kondisi pada individu yang tidak menyenangkan
dimana dari hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisik maupun
psikologis pada individu (Manurung, 2016). Stres adalah gangguan pada tubuh
dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang
dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan
(Lestari, 2015). Peneliti menyimpulkan bahwa stres adalah respons fisiologis dan
psikologis dari tubuh terhadap rangsangan emosional yang dipengaruhi baik oleh
lingkungan maupun penampilan dalam kehidupan seseorang (Hartanti,
2016).Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivitas sistem saraf
simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara interminten (tidak
menentu) (Andria, 2013). Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin
akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan
peningkatan denyut jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap
tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi (Sounth, 2014).
2.1.2 Gejala-gejala Stres
Stres memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan psikis (Bandiyah, 2011) :
1. Gejala stres secara fisik dapat berupa jantung berdebar, nafas cepat dan
memburu /terengah-engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi
9
serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat, berkeringat banyak, tangan
lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah, panas otot tegang .
2. Keadaan stres dapat membuat orang-orang yang mengalaminya merasa
gejala-gejala psikoneurosa, seperti cemas, resah, gelisah, sedih, depresi,
curiga, fobia, bingung, salah paham, agresi, labil, jengkel, marah, lekas
panik, cermat secara berlebihan.
2.1.3 Sumber-sumber Stres
Sumber stres dapat berubah seiring dengan perkembangannya individu,
tetapi kondisi stres dapat terjadi setiap saat selama hidup berlangsung. Berikut ini
sumber-sumber stres antara lain (Manurung, 2016) :
1. Diri individu
Sumber stres dari individu ini hal yang berkaitan dengan adanya konflik
dikarenakan dapat menghasilkan dua kecenderungan yaitu approach
conflict (muncul ketika kita dihadapkan pada sutu pilihan antara dua
situasi yang tidak menyenangkan).
2. Keluarga
Sumber stres keluarga menjelaskan bahwa perilaku,kebutuhan dan
kepribadian dari setiap anggota keluarga bedampak pada interaksi dengan
orang-orang dari anggota lain dalam keluarga yang dapat menyebabkan
stres. Faktor keluarga yang cenderung dapat memungkinkan menyebabkan
stres adalah hadirnya anggota baru,perceraian dan adanya keluarga yang
sakit.
10
3. Komunitas dan masyarakat
Kontak dengan orang diluar keluarga menyediakan banyak sumber stres.
Misalnya, pengalaman anaka di sekolah dan persaingan. Adanya
pengalaman-pengalaman seputar dengan pekerjaan dan juga dengan
lingkungan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi stres
2.1.4 Penyebab Stres
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor berasal dari berbagai sumber baik
dari kondisi fisik, psikologis, maupu sosial dan juga muncul pada situasi kerja,
dirumah dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Stressor dapat
berwujud atau berbebtuk fisik seperti populasi udara dan dapat juga berkaitan
dengan lingkungan sosial seperti interaksi sosial. Pikiran dan peras`aan individu
sendiri yang dianggap suatu ancaman baik yang nyata atau imajinasi dapat juga
menjadi stressor. Adapun tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres antara lain
(Lestari, 2015) :
1. Daily Hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari
seperti masalah kerja dikantor, sekolah dan sebagainya.
2. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau
kehilangan besar terhadap suatu yang terjadi ada level individual seperti
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan
dan masalah pribadi lainnya. Umur adalah salah satu faktor penting yang
menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur seseorang, semakin
mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktir
11
fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan
seperti kemampuan visual, berfikir, mengingat dan mendengar.
Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja.
3. Appraisal yaitu penelitian terhadap sesuatu keadaan yang dapat
menyebabkan stres disebut stres appraisal. Menilai suatu keadaan yang
dapat mengakibatkan stres tergantung dari dua faktor yaitu, faktor yang
berhubungan dengan orangnya (personal faktors) dan faktor yang
berhubungan dengan situasinya. Persrsonal faktors didalamnya termasuk
intelektual, motivasi, dan personality characterities. Selanjutnya masih
ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres yaitu,
kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri, gaya hidup dan
juga tipe kepribadian tertentu.
2.1.5 Model Stres
Model stres adalah untuk membantu individu dalam mengatasi respons
yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stressor. Setiap model menekankan
aspek stres yang berbeda. Adapun model stres menurut Potter& Perry(2005)
antara lain :
1. Model stres berdasarkan respon
Model stres ini berkaitan dengan khususkan respon atau pola respon
tertentu yang mungkin menunjukkan stressor.
2. Model stres berdasarkan stimulus
Stres ini berfokus pada karakteristik yang mengganggu di dalam
lingkungan. Riset klasik yang mengidentifikasi stres sebagai stimulus telah
12
menghasilkan pekembangan dalam skala penyesuaian sosial, yang
mengukur efek peristiwa besar dalam kehidupan dalam penyakit. Model
berdasarkan stimulus ini memfokuskan pada asumsi berikut :
a. Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal dan perubahan
ini membutuhkan tipe dan durasi penyesuaian yang sama.
b. Individu adalah respon pasif dari stres, dan persepsi mereka terhadap
peristiwa adalah tidak relevan.
c. Semua orang mempunyai ambang stimulus yang sama.
3. Model stres berdasarkan transaksi
Model stres ini memandang individu dan lingkungan dalam hubungan
yang dinamis dan interaktif. Model ini berfokus pada proses yang
berkaitan dengan stres seperti penilaian kognitif dan koping.
2.1.6 Respon Terhadap Stres
Individu secara keseluruhan terlibat dalam merespon dan mengadaptasi
stres, Namun demikian, sebagaian besar dari riset tentang stres berfokus pada
respon fisiologis dan psikologis, meski dimensi ini sling tumpang tindih dan
berinteraksi dengan dimensi lain. Ketika terjadi stres,seseorang menggunakan
energi fisiologis dan psikologis untuk berespon dan mengadaptasi. Besarnya
energi yang dibutuhkan dan keefektifan dari upaya untuk mengadaptasi
bergantung pada intensitas, cakupan dan durasi stressor lainnya. Adapun macam-
macam respon terhadap stres menurut Potter & Perry (2005) yaitu:
13
1. Respon fisiologis
Dalam respon fisiologis terhadap stres ini mengidentifikasi dua jenis
localadaptation syndrome (LAS) dan general adaptation syndrome (GAS)
a. local adaptation syndrome (LAS) yaitu respon dari jaringan, organ
atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit, atau
perubahan fisiologis lainnya. Contoh dari LAS adalah respon refleks
nyeri dan respon inflamasi. Karakteristik dari LAS yaitu respon
adaptif dan tidak melibatkan seluruh sistem tubuh, memerlukan
stressor untuk menstimulasinya.
b. General adaptation syndrome (GAS) yaitu respon pertahanan dari
keseluruhan tubuh terhadap stres. Respon ini beberapa sistem tubuh,
terutama sistem saraf otonom dari sistem endokrin.
2. Respon psikologis
Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respon adaptif psikologis dan
fisiologis. Ketika seseorang terpanjan pada stressor, maka kemampuan
mereka untuk memenuhi kebutuhan darah menjadi terganggu. Gangguan
atau ancaman ini dapat menimbulkan frustasi, ansietas, dan ketegangan.
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang
untuk menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaan
stres dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan
individu dalam mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima.
14
2.1.7 Tingkatan Stres
Tingkatan stres yang dibagi menjadi tiga menurut (Hartanti, 2016) antara
lain :
1. Stres ringan
Apabila stressor yang dihadapi setiap orang teratur, misalnya terlalu
banyak tidur, kemancetan lalu lintas. Situasi seperti ini biasanya
berlangsung beberapa menit atau jam dan belum berpengaruh kepada fisik
dan mental hanya saja mulai sedikit tegang dan was-was.
2. Stres sedang
Apabila berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari,
contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan
dan mengharapkan pekerjaan baru. Pada medium ini individu mulai
kesulitan tidur sering menyendiri dan tegang.
3. Stres berat
Apabila situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama. Pada stres berat ini
individu sudah mulai ada gangguan fisik dan mental.
2.1.8 Dampak Stres
Stres dapat mempengaruhi pada kesehatan dengan dua cara, pertama
perubahan yang diakibatkan oleh stres secara langsung mempengaruhi fisik sistem
tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan. Kedua secara tidak langsung stres
mempengaruhi perilaku individu sehinggan menyebabkan timbulnya penyakit
15
atau memperburuk kondisi yang sudah ada. Kondisi dari stres ini terdiri dari
beberapa gejala menurut Manurung (2016) antara lain:
1. Gejala biologis
Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang
mengalami stres diantaranya sakit kepala yang berlebihan, tidur menjadi
tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu makan, gangguan
kulit, dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh tubuh.
2. Gejala kognisi
Gangguan daya ingat (menurunya daya ingat dan mudah lupa suatu hal),
perhatian dan konsentrasi yang kurang sehingga sesorang tidak fokus
dalam melakukan suatu hal.
3. Gejala emosi
Seperti mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu,
merasa sedih dan depresi.
2.1.9 Instrumen Penilaian Tingkat Stres
Depression Anxiety Stress Scale (DASS) Adalah alat subyektif yang
dibentuk untuk mengukur status emosional nedari depresi, kecemasan dan stres.
DASS terdiri dari 42 item yang masing-masing dimensi terdiri dari 14 pertanyaan.
Pertanyaan dari DASS yang berisi indikator stres terdapat pada nomor 1-14
dengan keterangan sebagai berikut :
1. Sulit rileks (pada nomor 1, 2, 3)
2. Gugup (pada nomor 4, 5)
3. Mudah marah / gelisah (6, 7, 8)
16
4. Mudah tersinggung / sensitife (pada nomor 10, 11)
5. Tidak sabaran (12, 13, 14)
(Lovibond & Lovibond, 1995)
2.1.10 Tipe Kepribadian Stres
Adapun macam-macam tipe kepribadian stres yang dibagi menjadi dua
bagian menurut Hawari (2011) antara lain:
1. Tipe kepribadian A menggambarkan antara lain dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Ambisius, agresif dan komperatif (suka akan persaingan), banyak
jabatan rangkap.
b. Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah
(emosional).
c. Kewaspadaan berlebihan,kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan
(over confidence).
d. Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam.
e. Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).
f. Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah(otoriter)
g. Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantang
h. Tidak dapat tenang (tidak relaks), serba tergesa-gesa
i. Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan
bila tidak tercapai maksutnya mudah bersikap bermusuhan
j. Tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel)
17
2. Tipe kepribadian B menggambarkan antara lain dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Ambisi wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam berkompetensi
serta tidak memaksakan diri
b. Penyabar, tenang, tidak mudah tersinggung, dan tidak mudah marah
(emosi terkendali)
c. Kewaspadaan dalam batas wajar demikian pula kontrol diri dan
percaya diri tidak berlebihan
d. Cara bicara tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat yang tepat,
perilaku tidak hiperaktif
e. Dapat mengatur waktu dalam bekerja (menyediakan waktu untuk
istirahat)
f. Lebih suka bekerja sama dan tidak memaksakan diri bila menghadapi
tantangan
g. Dalam mengendalikan segala sesuatunya mampu menahan serta
mengendalikan diri.
2.1.11 Tahapan Stres
Sunaryo (2004) menyatakan bahwa tahapan stres dibagi sebagai berikut:
1. Stres tahap I
Merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai
parasaan-perasaan semangat bekerja yang besar dan berlebihan.
18
2. Stres Tahap II
Dalam tahap ini dampak stres yang semula menyenangkan mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan
energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering
dikemukakan merasa letih waktu bangun pagi yang seharusnya merasa
segar, merasa lekas capai pada saat menjelang sore, merasa mudah lelah
setelah makan, tidak dapat rileks (santai), lambung atau perut tidak
nyaman, detakan jantung lebih keras dan berdebar-debar, otot tengkuk dan
punggung tegang.
3. Stres Tahap III
Bila seseorang tetap memaksakan diri dan tidak menghiraukan keluhan-
keluhan yang dirasakan maka yang bersangkutan akan menunjukkan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu gangguan
lambung, dan usus semakin nyata (misalnya keluhan maag, buang air besar
tidak teratur), ketegangan otot semakain terasa, perasaan tidak tenang dan
ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur
(insomnia), koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa
mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasipada
dokter untuk memperoleh terapi atau beban stres dikurangi sehingga tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi
yang mengalami defisit.
19
4. Stres Tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter
sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III oleh dokter dinyatakan
tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ
tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan
diri, maka gejala stres tahap IV akan muncul, tidak mampu untuk bekerja
sepanjang hari (loyo), aktifitas pekerjaan tarasa sulit dan membosankan,
respon tidak adequate, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur
disertai mimpi-mimpi yang menegangkan, sering menolak ajakan karena
tidak semangat dan tidak bergairah, konsentrasi dan daya ingat menurun,
timbul ketakutan dan kecemasan.
5. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam stres tahap V
yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam,
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana, gangguan system pencernaan semakin berat, timbul perasaan
ketakutan dan kecemasan yangsemakin meningkat, bingung dan panik.
6. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yangmengalami stress
tahap ini berulang kali dibawa ke IGD bahkanke ICU meskipun pada
akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik
organ tubuh. Gambaran stress pada tahap ini : debaran jantung teramat
20
keras, sesak nafas, badangemetar dan berkeringat dingin, loyo dan pingsan
(kolaps)
2.2 Konsep Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi juga sering disebut sebagai sillent killer karena termasuk
penyakit yang mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara langsung
membunuh penderitanya, melainkan Hipertensi memicu terjadinya penyakit lain
yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko
serangan gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Jill Lolong, 2016).
Hipertensi suatu penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaaan
kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanandarah pada dinding pembuluh
darah arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jatung bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (Yanita, 2017).
Tekanan sistolik adalah tekanan darah ketika jantung berkontraksi atau
berdetak memompa darah. Pada saat beristirahat, sistolik dikatakan normal jika
berada pada nilai 100/140 mmHg, sedangkan diastolik dikatakan normal jika
berada pada nilai 60-90 mmHg (Yanita, 2017). Kesimpulan dari Hipertensi adalah
penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun tua.
2.2.2 Etiologi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi di sebebakan oleh berbagai faktor
yang sangat mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing- masig orang tidak
sama sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang sangan berkalinan
(Yekti, 2011).
21
Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi secara
umum. Salah satu saja mengenai tubuh kita maka dengan mudah kita akan
menderita hipertensi (Yekti, 2011).
1. Toksin
Toksin adalah zat- zat sisa pembuangan yang seharusnya di buang
karena bersifat racun. Dalam keadaan biasa, hati kita akan mengeluarkan
sisa- sisa pembuangan melalui saluran usus dan kulit. Sementara ginjal
mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran kencing atau kantung
kencing.
2. Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi atau tekanan darah dari pada idividu yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi atau tekanan darah.
Ada baiknya mulai sekarang kita memeriksa riwayat kesehatan keluarga
sehingga kita dapat melakukan antisipasi dan pencegahan.
a. Umur
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur diatas 0
tahun, 50- 0% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/0 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usianya. Proses menua adalah hal
alami yang tidak bisa kita hindari. Namun, menjadi tua dengan tetap
22
sehat adalah hal yang bisa kita usahakan sejak dulu. Kesehatan adalah
anugrah yang paling berharga bagi kehidupan kita selain iman.
b. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormone yang
berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki- laki. Berkaitan
dengan hipertensi atau tekanan darah, laki- laki mempunyai resiko
lebioh tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki- laki juga
mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada perempuan, biasanya lebih
rentan terhadap hipertensi atau tekanan darah ketika mereka sudah
berumur diatas 50 tahun. Sangatlah penting bagi kita untuk menjaga
kesehatan sejak dini. Terutama mereka yang memiliki sejak keluarga
atau riwayat keluarga terkena penyakit.
c. Etnis
Setiap etnis memiliki kekhasan masing-masing yang menjadi ciri
khas dan pembeda satu dengan lainnya. Hipertensi atau tekanan darah
lebih banyak pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih.
Pada orang kulit hitam ditemukan kadar rennin yang lebih rendah dan
sensitifitas terhadap vasofresin yang lebih besar
d. Stres
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik.
Stres yang dialami seseorang akan membangkitkan saraf simpatetis
23
yang akan memicu kerja jantung dan menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
e. Kegemukan (Obesitas)
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan anatar
berat badan dengan tekanan darah baik pasien hipertensi maupun
normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan
seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai
peningkatan umur. Yang sangat mempengaruhi peningkatan tekanan
darah adalah kegemukan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan
jumlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusar.
f. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer.
Asupan garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari
hormon natriouretik yang sacara tidak langsung akan meningkatkan
tekanan darah. Asupan garam tinggi dapat terdeteksi yaitu lebih dari
14 gram perhari atau jika dikonversi ke dalam takaran sendok makan
adalah lebih dari 2 sendok makan. Bukan berarti kita makan garam 2
sendok perhari tetapi garam tersebut terdapat dalam makanan-
makanan asin atau gurih yang kita makan setiap hari.
g. Merokok
Merokok menjadi salah satu faktor resiko hipertensi atau tekanan
darah yang dapat dimodifikasi. Merokok adalah faktor resiko yang
potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan
24
tekanan darah khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di
Indonesia.
h. Narkoba
Komponen zat aditif dalam narkoba juga akan memicu
peningkatan tekanan darah. Penyakit kecanduan narkoba kelihatannya
sepele tetapi sangat mematikan. Efek buruk yang di timbulkannya
sangatlah besar. Ada banyak pihak, terutama generasi muda yang
beralasan menggunakan narkoba dengan alasan life style dan
pergaulan, akan tetapi mereka tidak mengerti bahwa itu adalah hidup
sehat dan terbebas dari kematian sia- sia.
i. Alkohol
Penggunakan alkohol secara berlebihan juga akan memicu
tekanan darah seseorang. Selain tidak bagus bagi tekanan darah kita,
alkohol juga membuat kita kecanduan yang akan sangat menyulitkan
untuk lepas. Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol
sangatlah baik, tidak hanya bagi hipertensi tetapi juga untuk kesehatan
kita secara keseluruhan.
j. Kafein
Kopi adalah bahan minuman yang banyak mengandung kafein.
Demikian pula dengan teh walaupun kandungannya tidak sebanyak
dari kopi. Kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan darah
dalam jangka panjang, pada orang-orang tertentu juga menimbulkan
25
efek yang tidak baik seperti tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar,
sesak nafas, dll.
k. Kurang Olahraga
Zaman modern seperti saat ini, banyak kegiatan yang dapat
dilakukan dengan cara cepat dan praktis, sehingga secara otomatis
tubuh akan tidak mudah bergerak. Selain itu, dengan adanya
kesibukan yang luar biasa, manusia pun merasa tidak punya waktu
untuk berolahraga. Akibatnya, kondisi inilah yang memicu kolesterol
tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus menguat sehingga
memunculkan tekanan darah atau hipertensi.
l. Kolesterol Tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalah darah dapat
menyebabkan timbulnya kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal
ini dapat membuat pembuluh darah menyempitdan akibatnya tekanan
darah akan meningkat.
2.2.3 Klasifikasi Hipertensi
Menurut World Health Organization (WHO) klasifikasi tekanan darah
pada dewasa terbagi menjadi kelompok hipotensi, normal, prehipertensi,
Hipertensi derajat 1, Hipertensi derajat 2, dan Hipertensi tingkat darurat.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Hipotensi <90 <60
Normal 90-119 60-79
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 160-179 100-109
Hipertensi tahap 3 atau darurat ≥180 ≥110
Sumber : Sani, 2008 dalam Jafar, 2010
26
2.2.4 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
pada saraf simatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
prengganglion melepaskan aetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya nerepaineprin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap noreepineprin,
meskipun tidak diketahui dengan jela mengapa hal tersebut terjadi (Padila,2013).
Pada saat bersamaam dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsan,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks ardenal mensekresi kontison
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah, Vasokontriksi yang mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang
mmmpembentukan angiontensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsng sekresi aldosteron
oleh koerteks ardenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air tubulus
27
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencentuskan hipertensi (Padila, 2013).
Untuk pertimbangan gerontologi. Pembuluh struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah usia
tahan lanjut. Perubahan tersebut meliputi ateroslerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
dara. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Brunner & Suddart 2002 dalam Padila, 2013).
2.2.5 Gejala Klinis Hipertensi
Hipertensi tidak memiliki gejala spesifik. Secara fisik, penderita hipertensi
juga tidak menunjukkan kelainan apapun. Gejala hipertensi cenderung
menyerupai gejala atau keluhan kesehatan pada umumnya sehingga sebagian
orang tidak menyadari bahwa dirinya terkena hipertensi Yunita (2017).
Gejala umum yang terjadi pada penderita hipertensi antara lain jantung
berdebar, penglihatan kabur, sakit kepala disertai rasa berat pada tengkuk,
kadang disetai dengan mual dan mutah, telinga berdenging, gelisah, rasa sakit di
dada, mudah lelah, muka memerah, serta mimisan (Yunita, 2017).
Hpertensi berat biasanya juga disertai dengan komplikasi dengan beberapa
gejala antara lain gangguan penglihatan, gangguan saraf, gangguan jantung,
gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak). Gangguan serebral ini dapat
28
mengakibatkan kejang dan perdarahan perdarahan pembuluh darah otak,
kelumpuhan, gangguan kesadaran, bahkan koma (Yunita, 2017).
Kumpulan gejala tersebut tergantung pada seberapa tinggi tekanan darah
dan seberapa lama tekanan darah tinggi tidak terkontrol dan tidak mendapatkan
penanganan. selain itu gejala-gejala tersebut juga menunjukkan adanya
komplikasi akibat hipertensi yang mengarah pada penyakit lain, seperti penyakit
jantung, stroke, penyakit ginjal,dan gangguan penglihatan (Yunita, 2017).
2.2.6 Komplikasi Hipertensi
Apabila seseorang mengalami tekanan darah maka dia akan mengalami
komplikasi dengan penyakit lainnya seperti: (Yekti, 2011)
1. Ginjal
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu penyebab
penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis merupakan penyakit yang di
derita oleh satu dari sepuluh orang dewasa yang harus membuat ginjal
harus bekerja lebih keras.
2. Merusak kinerja otak
Kemampuan otak juga akan terpengaruh. Penderita tekanan darah
tinggi pada usia tengah baya umumnya akan mengalami kehilangan
kemampuan kognitif-memori, kehilangan pemecahan masalah, kurang
konsentrasi dan kehilangan daya sehat pertimbangan salama 25 tahun
kemudian.
29
3. Merusak kinerja jantung
Tekanan darah tinggi yeng terus menerus menyebabkan jantung
seseorang bekerja keras ektra. Pada akhirnya kondisi ini berakibat
terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata.
Jantung yang bertugas mendistribusikan darah keseluruh tubuh tidak bisa
lagi menjalankan fungsinya.
4. Kerusakan mata
Adanya gangguan dalam tekanan darah akan menyebabkan
perubahan-perubahan dalam retina pada belakang mata. Pemeriksaan mata
pada pasien dengan hipertensi berat dapat mengungkapkan kerusakan,
penyempitan pembuluh darah kecil, kebocoran darah kecil, pada retina dan
pembengkakan retina mata.
5. Resintensi pembuluh darah
Peningkatan resistensi ini menyebabkan otot jantung bekerja lebih
keras untuk memompa darah melalui pembuluh-pembuluh darah.
Peningkatan beban kerja ini dapat menegangkan jantung yang dapat
menjurus pada kelainan-kelainan jantung yang umumnya pertama kali
terlihat sebagai pembesaran otot jantung.
6. Stroke
Stroke umumnya di sebabkan oleh suatu hemorrhage (kebocoran
darah atau leaking blood) atau suatu gumpulan darah (thrombosis) dari
pembuluh- pembuluh darah yang mensuplay darah keotak. Gejala- gejala
dan tanda- tanda pasien dievaluasi untuk menilai kerusakan saraf. Stroke
30
dapat menyebabkan kelemahan, kaki kesemutan, kesulitan bicara dan
penglihatan menjadi kabur atau tidak dapat melihat.Komplikasi hipertensi
dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark jantung, stroke dan
gagal ginjal. Komplikasi dari hipertensi tersebut dapat menyebabkan
angka kematian yang tinggi. Dampak dari penyakit hipertensi para lansia
dapat memicu terjadinya resiko serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal
(Depkes, 2007).
2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan bisa dilakukan dengan pengobatan tradisional (non
faramkologi) dan pengobatan modern (farmakologi). Tujuannya untuk
menghindari terjadinya komplikasi dan dampak yang lebih serius terhadap
kesehatan (Yekti, 2011).
1. Pengobatan tradisional (non farmakologi)
Pengobatan ini menggunakan bahan- bahan alami yang ada di sekitar
kita. Pengobatan ini tidak memiliki efek samping tetapi pebgobatannya
tidak bisa secara langsung, perlu sabar, ketelatenan dan manfaatnya baru
akan kelihatan dalam jangka panjang. Bahan- bahan alami yang sudah
terbiasa dan terbukti ampuh untuk mengobati tekanan darah yaitu,
mengkudu (morinda citrifolia l), daun salam (syzigium polyanthum),
rumput laut (lamina japonica), mentimun (cucumis sativus) dan temu
hitam (curcuma aeruginoa roxb).
31
2. Pengobatan modern (farmakologi)
Pengobatan ini menggunakan obat- obatan kimia, biasanya obat-
obatan kimia ini di tangani dan diawasi oleh dokter setelah pasien
penderita tekanan darah menjalani serangkaian proses pemeriksaan.
Namun untuk penggunaan dan pemakaian haruslah dengan resep ndan
pengawasan dokter, mengingat adanya efek samping dan indikasi- indikasi
tertentu yang hanya di mengerti dokter, yaitu dieuretik tiazide merupakan
obat pertama yang diberikan untuk mengobati tekanan darah, juga dapat
membantu ginjal membuang garam dan air dan penghambatan adrenergic
yang menghambat efek sistem saraf simpatis, obat Hipertensi tersebut
diantaranya captopril, amlodipine.
2.3 Konsep Lansia
2.3.1 Definisi Lansia
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua (Azizah, 2011). Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pujiastuti, 2003
dikutip dalam Effendi, 2013). Lansia merupakan seorang pria atau wanita yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Undang-Undang No. 13 tahun 1998, dalam
Nugroho, 2008). Peneliti menyimpulkan bahwa lansia adalah lansia sangat
penting bagi perawat dalam menangani lansia dengan hipertensi untuk
mengingatkan atau membimbing terhadap pemenuhan kebutuhan spiritualnya
32
guna mengurangi stres atau ketegangan psikologis dalam hidup, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidupnya.
2.3.2 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia dibagi menjadi 5 yaitu pralansia, lansia, lansia resiko
tinggi, lansia potensial, dan lansia tidak potensial. Pralansia (prasenelis) adalah
seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. Lansia yaitu seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih, untuk lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70
tahun atau lebih dan bermasalah dengan kesehatan seperti, menderita rematik,
demensia, mengalami kelemahan dan lain-lain, sedangkan lansia potensial yaitu
lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang ataupun jasa, Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak
berdaya memcari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
(Nugroho, 2017). Batasan-batasan lansia :
1. Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah :
a. Usia Pertengahan (middle age) 45 – 59 tahun
b. Lansia (elderly) 60 – 74 tahun
c. Lansia tua (old) 59-90 tahun
d. Lansia sangat tua (vey old) diatas 90 tahun
2. Menurut Depkes RI, 2009 klasifikasi lansia adalah :
a. Lansia awal 46 – 55 tahun
b. Lansia akhir 56 – 65 tahun
c. Lansia manula atas 65- samapai atas
33
2.3.3 Tipe-tipe Lansia
Tipe lansia di bagi menjadi 5 yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe
tidak puas, tipe pasrah dan tipe bingung (Nugroho, 2017).
1. Tipe arif bijaksana yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, penyesuaian
diri dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan
2. Tipe mandiri yaitu menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas yaitu konflik lahir batin menantang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung yaitu kaget, kehilangan, kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
2.3.4 Perubahan Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
34
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak
profesional (Nugroho, 2017).
Proses menua mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada lansia.
Perubahan-perubahn itu meliputi perubahan fisik, psikososial, dan kognitif
(Ratnawani, 2010) :
1. Kardiovaskuler : Kemampuan memompa darah menurun, elstis pembuluh
darah menurun, serta mengkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.
2. Respirasi : Elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik nafas lebih berat, dan terjadi penyempita bronkus.
3. Persyarafan : Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun dan
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan
dengan stress.
4. Muskuloskeletal : Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(Osteoporosis), bengkak (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku.
5. Gastrointestinal : Esofagus membesar, asam lambung menurun, lapar
menurun, dan paristaltik menurun.
6. Vesika urinaria : Otot – otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi
urine.
35
7. Kulit : Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, elastisitas menurun,
rambut memutih (uban), dan kelenjar keringat menurun
2.3.5 Perubahan Sosial
Perubahan fisik yang dialami lansia seperti berkurangnya fungsi indera
pendengaran, penglohatan, gerak fisik dan sebagainya menyebabkan gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, misalnya bahu membungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Keterasingan ini akan menyebabkan lansia semakin depresi, lansia
akan menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain (Ratnawati, 2010)
1. Perubahan Aspek psikososial
Fungsi kognitif meliputi belajar, persepsi, pemahan, pengalaman, dan lain-
lain. Pada umunya, setelah orang memasuki masa lansia, ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor sehingga menyebabkan reaksi
dan perilaku lansia menjadi makin tidak seoptimal pada saat muda. Fungsi
psikomotor (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan,
seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi
kurang aktif dari waktu muda (Priyoto, 2015).
36
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka Koseptual adalah merupakan dasar pemikiran pada penelitian
yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjuan pustaka.
Keterangan :
: Diteliti
:Tidak diteliti
:Hubungan
: Pengaruh
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan antara tingkat stres dengan
kejadian hipertensi pada lansia
Kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah faktor yang
mempengaruhi stress pada
lansia :
1. Daiky hasles
2. Personal
3. Stressor
4. Appraisal
Faktor yang mempengaruhi
hipertensi pada lansia :
1. Toksin
2. Faktor genetik
3. Umur
4. Jenis kelamin
5. Obesitas
6. Merokok
7. Narkoba
Tingkat stress pada
lansia
Hipertensi pada
lansia
37
Dari gambar 3.1 Menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi stres pada
lansia yaitu ada Daiky hasles, personal, stressor dan appraisal sehingga
menyebabkan Tingkat stres pada lansia kemudian faktor yang mempengaruhi
hipertensi pada lansia yaitu ada toksin, faktor genetik, umur, jenis kelamin,
obesitas, merokok dan narkoba sehingga mengakibatkan hipertensi pada lansia.
3.2 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia
di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota
Madiun.
38
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi melalui pendekatan
Cross Sectional. Dimana seluruh variabel yang diamati, diukur pada saat
penelitian berlangsung. Penelitian ini menggunakan data primer untuk mengetahui
hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di
puskesmas patihan. Dimana variabel bebas yaitu tingkat stres dan variabel terikat
yaitu terjadinya kejadian hipertensi yang akan dikumpulkan dalam waktu
bersamaan.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami
hipertensi di Posyandu lansia Bodronoyo kelurahan Ngegong Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun yang berjumlah 42 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang dipilih dengan menyeleksi porsi
dan populasi yang dapat mewakili kriteria populasi (Nursalam, 2016). Besar
sample dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:
39
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁 (𝑑2)
Keterangan :
n : Perkiraan sampel
N : Jumlah Populasi
d : tingkat signifikansi (α = 0,01)
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁 (𝑑2)
𝑛 =42
1 + 42(0,01)
𝑛 =42
1,42
𝑛 = 29,5
𝑛 = 30
Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan sampel kasus sebanyak 30
responden. Adapun kriteria sampel dibagi menjadi 2 sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Lansia di wilayah Posyandu Bodronoyo
b. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Dalam keadaan kritis atau sakit keras
b. Dengan penyakit penyerta, seperti penyakit jantung
c. Tidak mengikuti kegiatan di Posyandu saat penelitian dilakukan
40
4.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
probability sampling dengan simple random sampling dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Mencatat pada kertas nama-nama calon responden yang terdapat dalam
populasi sejumlah 42 orang.
2. Kemudian kertas yang sudah dicatat nama tersebut digulung dan
dimasukkan ke dalam toples.
3. Lalu toples yang berisi kertas undian tersebut dikocok sampai merata.
4. Mengambil satu persatu undian sesuai dengan jumlah sampel yang telah
ditetapkan sebelumnya sampai jumlah 30 orang / responden.
41
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Keitu harus dijabarkan kedalam variabel-variabel. Dari variabel itulah
konsep dapat disusun dan diukur (Notoatmojo, 2012).
oran
Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada lansia di Posyandu Bondronoyo Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
Populasi
Seluruh anggota Posyandu Lansia Bodronoya Kelurahan Ngegong Kecamatan
Manguharjo Kota madiun yang berjumlah 42 orang
Teknik Sampling:
Simple Random Sampling
Sample
Anggota Posyandu di Bondronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun
sebanyak 30 orang
Pengumpulan data :
mengukur tekanan darah sebelum diberikan kuesioner
Variabel bebas :
Tingkat stres di Posyandu Bodronoyno
Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun
Variabel terikat :
Kejadian hipertensi di Posyandu Bodronoyno
Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota madiun
Pengolahan data :
Editing, Coding, Skoring, Data Entry, Cleaning
Analisa Data :
Spearman rank dengan a 0,05
Hasil dan Kesimpulan
42
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat stres lansia.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur
Skala
Data Skor
Variabel
Independent
tingkat stres
di Posyandu
Bodronoyno
Kelurahan
Ngegong
Kecamatan
Manguharjo
Kota
Madiun
Hasil
pengukuran
denga istrumen
DAAS tentang
Gangguan
mental yang
dialami
responden di
Posyandu
Bonronoyo
akibat adanya
tekanan dalam
kehidupan
sehari-hari.
Skala stres yang
terdiri dari :
1. Sulit rileks
(pada nomor 1,
2, 3)
2. Gugup (pada
nomor 4, 5)
3. Mudah Marah /
gelisah (6, 7, 8)
4. Mudah
tersingggung /
sensitif (pada
nomor 10, 11)
5. Tidak sabaran
(12, 13, 14)
Kuesioner
dengan
menggunakan
instrumen
DAAS
(Depressi on
Anxiety Scale)
(Lovibond &
Lovibond,
1995)
Ordinal 0: tidak pernah
1: kadang-kadang
2: sering
3: hampir setiap
saat
Kriteria skor :
Normal : 0-14
Ringan : 15 – 18
Sedang : 19 – 25
Berat : 26 – 33
Sangat berat : > 34
Variabel
dependen
Kejadian
Hipertensi
di Posyandu
Bodronoyno
Kelurahan
Ngegong
Kecamatan
Manguharjo
Kota
Madiun
Peningkatan
tekanan darah
yang dialami
pada lansia di
puskesmas
patihan dengan
rata-rata
≥140/90 mmHg
Tekanan darah
sistol.
Tekanan darah
diastol
Tensimeter,
stetoskop dan
lembar
observasi
Ordinal KlasifikasiTekanan
Darah :
1. Hipertensi
Normal = 0
2. Hipertensi
tingkat 1 =1
3. Hipertensi
tingkat 2 =2
4. Hipertensi
tingkat 3 =3
43
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar perkerjaanya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik (cermat, lengkap, sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryono,
2011). Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kusioner yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup mengenai hubungan tingkat
stress dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Patihan. Untuk
variabel tingkat stress pada lansia peneliti menggunakan kuesioner DASS
(Depression Anxiety Stress Scale) sebanyak 14 pertanyaan dengan empat kriteria
jawaban yaitu jawaban “tidak pernah” diberi nilai (0), jawaban “jarang” diberi
nilai (1), jawaban “kadang-kadang” di beri nilai (2), jawaban “sering” diberi nilai
(3), jawaban “selalu” diberi nilai (4). Responden menjawab pertanyaan dengan
memberikan tanda centang (√) sesuai jawaban yang dipilih oleh responden.
Variabel Hipertensi di ukur menggunakan stetoskop dan tensimeter dan lembar
observasi.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian telah dilakukan di Puskesmas Patihan Kota Madiun pada
bulan Mei-Juni 2018.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari STIKES Bhakti
Mulia Madiun Kepada Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Madiun
44
2. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari Badan Kesatuan
Bangsa Dan Politik Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun
3. Mengurus ijin dengan membawa surat ijin dari Dinas Kesehatan Kota
Madiun Kepada Puskesmas Patihan Kota Madiun
4. Mengurus ijin dengan membawa surat ijin dari Puskesmas Patihan Kota
Madiun Kepada kader Posyandu Bodroyono Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun
5. Meminta data lansia yang mengalami Hipertensi di Posyandu Bodronoyo
6. Memberi penjelasan kepada calon responden dan bila bersedian menjadi
menjadi responden dipersilahkan inform consent.
7. Melakukan pendataan indentitas pada subjek penelitian
8. Memberi pengarahan tentang kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan
penelitian kepada subjek selama penelitian berlangsung
9. Melakukan pengukuran tingkat tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter dan stetoskop
10. Memberikan pengarahan tentang koesioner atau pertanyaan yang diberikan
kepada subjek selama penelitian.
4.9 Pengolahan Data
Setelah data dikelompokan lalu data diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Editing
Hasil dari data lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing)
terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk
45
pengecekan dan perbaikan. Apabila ada data-data yang belum lengkap,
jika memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk
melengkapi data-data tesebut, tetapi apabila tidak memungkinkan maka
data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukan dalam
pengolahan “data missing”.
2. Coding
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean
atau Coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan.
a. Kode pada variabel tingkat stres pada Hipertensi adalah :
1) Stres sangat berat = 5
2) Stres berat = 4
3) Stres sedang = 3
4) Stres ringan = 2
5) Tidak stres = 1
b. Kode pada variabel Hipertensi
1) Hipertensi normal = 0
2) Hipertensi tingkat 1 = 1
3) Hipertensi tingkat 2 = 2
4) Hipertensi tingkat darurat = 3
c. Kode pada variabel lansia :
1) Jenis kelamin
- Laki-laki = 1
46
- Wanita = 2
2) Usia
- 50-60 = 1
- 61-70 = 2
- 71-80 = 3
- 81-90 = 4
3) Pendidikan
- Tidak sekolah = 1
- SD = 2
- SMP = 3
- SMA = 4
- PT = 5
3. Scoring
a. Kuesioner tingkat stres terdiri dari 14 pertanyaan dengan empat
kriteria jawaban yaitu jawaban “tidak pernah” diberi nilai (0), jawaban
“jarang” diberi nilai (1), jawaban “kadang-kadang” di beri nilai (2),
jawaban “sering” diberi nilai (3), jawaban “selalu” diberi nilai (4), lalu
nilai dari 14 pertanyaan tersebut dijumlah. Hasil skor stres diperoleh
dengan cara menjumlahkan skor tiap-tiap pertanyaan dari 14
pertanyaan tersebut. Kemudian baru ditentukan dalam lima tingkatan
stres dengan skor sebagai berikut :
- Stres sangat berat jika nilai ≥34
- Stres berat jika nilai skor 26-33
47
- Stres sedang jika nilai skor 19-25
- Stres ringan jika nilai skor 15-18
- Tidak stres jika nilai skor 0
b. Tingkat Skor pada variabel Hipertensi pada lansia:
a. Hipertensi normal = 0
b. Hipertensi tingkat 1 = 1
c. Hipertensi tingkat 2 = 2
d. Hipertensi tingkat darurat = 3
4. Data Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (angka dan huruf) dimasukan ke
dalam progam atau “software” komputer. Dalam proses ini dituntut
ketelitian dari orang yang melakukan “data Entry” ini. Apabila tidak maka
terjadi bias, meski hanya memasukan data.
5. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan atau sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning).
4.10 Teknik Analisis Data
4.10.1 Analisis Univariat
Analisa Univariat Anlisis data univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada analisa data
48
univariat ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara tingkat stres dengan
kejadian Hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun. Pada penelitian ini meliputi data umum
dan khusus yang termasuk data umum meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan sedangkan data khusus meliputi tingkat stres dan Hipertensi.
Rumus yang digunakan dalam distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
𝑃 =F
nx 100%
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari alternatif jawaban
N : Jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban
100% : Bilangan genap
4.10.2 Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis bivariat tersebut, hasilnya akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis bivariat.
Anaisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat yang diduga adanya hubungan atau berkolerasi dengan menggunakan uji
statistik (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan
untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian Hipertensi pada lansia
di Puskesmas Patihan Kota Madiun. Data penelitian ini menggunakan skala
ordinal dan ordinal maka uji statistik yang diguankan adalah uji spearman rank.
Uji sperman rank adalah semua hipotesis untuk kategori. Uji ini
mempunyai persyaratan antara lain : Mencari hubungan antara dua variabel X
49
sebagai variabel independen atau sebab dan Y sebagai variabel dependen atau
akibat, berskala data minimal ordinal, besar sampel, paling kecil 4 samapi 30
subyek yang diteliti dan menggunakan analisa data uji sperman rank dengan taraf
signifikasi yaitu α 0,05. (Sopiyudin, 2009).
1. Apabila nilai p value>0,05 yang artinya H0 diterima dan Ha ditolak yang
berarti tidak ada hubungan tingkat stres dengan kejadian Hipertensi pada
lansia di Puskesmas Patihan.
2. Apabila nilai p value<0,05 yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima yang
berarti ada hubungan tingkat stres dengan kejadian Hipertensi pada lansia
di Puskesmas Patihan. Bila p value< α (0,005), maka signifikan atau ada
hubungan menurut Sugiyo (2011) pedoman untuk memberikan interpretasi
koefisien korelasi sebaai berikut :
a. 0,00-0,199 : sangat rendah
b. 0,20-0,399 : rendah
c. 0,40-0,599 : sedang
d. 0,60-0,799 : kuat
e. 0,80-1,000 : sangat kuat
4.11 Etika Penelitian
Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau
Melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific
attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin
penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek
penelitian (Notoatmodjo, 2012).
50
1. Menghormati harkat dan martabt manusia (respect for humon dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian
tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan kebevasan kepada
subyek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
(berpartisipasi). Peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek
(inform consent)yang mencangkup :
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan
c. Menjelaskan manfaat yang didapatkan
d. Jaminan kerahasiaan terhadap identitas
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu peneliti
tidak boleh menampilkan informasi mengenai indentitas dan kerahasiaan
indentitas subyek.
3. Keadilan dan iklusivitas atau keterbukaan (respect for justicean
inclusivess)
Keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
51
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah
atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres, maupum kematian
subyek penelitian.
52
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data
dengan koesioner yang telah diisi oleh responden dan penilaian yang telah
dilakukan pada responden. Pengumpulan data dilakukan selama 5 hari yaitu 8 juni
2018 jumlah responden 30 lansia. Penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data
umum dan data khusus. Data umum berisi karakteristik responden meliputi jenis
kelamin, usia, pendidikan. Data khusus yang disajikan berdasarkan hasil
pengukuran tingkat stres dan tekanan darah pada lansia.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu wilayah Puskesmas patihan.
Puskesmas patihan terdapat 4 posyandu yaitu posyandu Bodronoyo kelurahan
sogaten, posyandu bismo kelurahan patihan, posyandu bolodewe kelurahan
ngegong, posyandu reksogati kelurahan sogaten. Penelitian ini dilaksanakan di
Posyandu Bodronoyo sebanyak 30 lansia sedangkan Posyandu Bodronoyo terletak
di gedung kelurahan sogaten Kota Madiun yang dilaksanakan oleh kader wilayah
setempat sebanyak 8 kader.
53
5.1.2 Data Umum
Data ini menyajikan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
pendidikan, dan pekerjaan.
5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Penelitian karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin akan
ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun Bulan Mei 2018.
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Laki-laki 4 13,3
2. Perempuan 26 86,7
Total 30 100,0
Sumber: Data Primer, 2018
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sejumlah 26 orang (13,3 %).
5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Penelitian karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
akan ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun Bulan Mei 2018.
No Pendidikan Stres
Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Tidak sekolah 1 3,3
2 Tamat pendidikan dasar (SD) 3 10,0
3 Tamat pendidikan menengah (SMP) 5 16,7
4 Tamat pendidikan menengah atas (SMA) 19 63,3
5 Tamat pendidikan tinggi (PT) 2 6,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2018
54
Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah
SMA sejumlah 19 orang (63,3%), sedangkan tingkat pendidikan paling
sedikit adalah tidak sekolah sejumlah 2 orang (3,3%).
5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Penelitian karakteristik responden berdasarkan usia akan ditunjukkan
pada tabel berikut ini :
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Posyandu
Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota
madiun Bulan Mei 2018
No Usia Frekuensi (f) Presentase (%)
1. 50-60 7 23,3
2. 61-70 12 40,0
3. 71-80 9 30,0
4. 81-90 2 6,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2018
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata usia penderita stres terbesar
berada pada usia 61-70 tahun berjumlah 12 orang (40,0 %) dan terendah
pada usia 81-90 berjumlah 2 orang (3,3 %).
5.1.3 Data Khusus
5.1.3.1 Tingkat Stres Pada Lansia di Puskesmas Patihan
Tingkat stres pada lansia dikelompokkan menjadi 5 kategori yang
terdiri dari normal (tidak stres), stres ringan, stres sedang, stres berat, stres
sangat berat. Berikut ini tabel data tingkat stres pada lansia di Posyandu
Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
55
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres
No Tingkat stres Frekuensi (f) Presentase (%)
1 Stres normal 18 60,0
2 Stres ringan 8 26,7
3 Stres sedang 4 13,3
4 Stres berat 0 0
5 Stres sangat berat 0 0
Total 30 100
Sumber : Hasil Olah Data Responden Pada SPSS di Posyandu Bodronoyo 2018
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa pada lansia di Posyandu
Bondronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun
sebagian besar mengalami stres normal dengan jumlah 18 responden
(60,0%), stres ringan dengan jumlah 8 responden (26,7%), sebagian kecil
yang mengalami stres sedang 4 responden (13,3%), dan tidak terdapat
responden yang mengalami stres tingkat berat dan stres tingkat sangat
berat.
5.1.3.2 Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Patihan
Hipertensi pada lansia dikelompokan menjadi 4 yaitu Hipertensi
normal, hipertensi tingkat 1, Hipertensi tingkat 2, Hipertensi tingkat
darurat.di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hipertensi
No Hipertensi pada lansia Frekuensi (f) Presentase(%)
1 Normal 11 36,7
2 Hipertensi tingkat 1 7 23,3
3 Hipertensi tingkat 2 6 20,0
4 Hipertensi tingkat darurat 6 20,0
Total 30 100
Sumber : Hasil Olah Data Responden Pada SPSS di Posyandu Bodronoyo 2018
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa pada lansia di Posyandu
Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
sebagian besar mengalami tekanan darah normal dengan jumlah 11
56
responden (36,7%), sedangkan Hipertensi tingkat 1 dengan jumlah 7
responden (23,3%), Hipertensi tingkat 2 dengan jumlah 6 responden
(20,0%), Hipertensi tingkat darurat dengan jumlah 6 responden (20,0%).
5.1.3.3 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di
Puskesmas Patihan Kota Madiun.
Hasil perhitungan crosstab tingkat stres dan hipertensi adalah sebagai
berikut :
Tabel 5.6 Crosstab Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
Tingkat
stres pada
lansia
Normal % Hipertensi
tingkat 1 %
Hipertensi
tingkat 2 %
Hipertesi
tingkat 3 % Total %
Tidak
Stres 10 33,3 4 13,3 4 13,3 0 0 18 60,0
Stres
ringan 1 3,3 3 10,0 0 0 4 13,3 8 26,7
Stres
sedang 0 0 0 0 2 6,7 2 6,7 4 13,3
Total 11 36,7 7 23,3 6 20,0 6 20,0 30 100
P value : 0,000; N : 30; Koefisien korelasi : 0,723
Sumber : Kuesioner Responden di Posyandu Bodronoyo, 2018
Hasil analisis berdasarkan tabel 5.6 di atas hubungan tingkat stres
dengan kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas patihan kota madiun
didapatkan bahwa lansia yang mengalami stress normal (tidak normal)
serjumlah 18 responden (60,0%), dengan normal sejumlah 10 responden
(33,3%), hipertensi tingkat 1 sejumlah 4 responden (13,3%), hipertensi
tingkat 2 sejumlah 4 responden (13,3%), dan hipertensi tingkat 3 sejumlah
0 responden (0%). Untuk stres ringan sejumlah 8 responden (26,7%)
dengan hipertensi normal serjumlah 0 responden (0%), hipertensi tingkat
1 serjumlah 0 responden (0%), hipertensi tingkat 2 sejumlah 2 responden
(6,7), hipertensi tingkat 3 sejumlah 2 responden (6,7%).
57
Hasil uji statistik sebesar spearrman rank didapatkan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,723 dan Hasil uji hipotesis uji spearman rank
menujukan nilai p value =0,000 │< 0,05 sehingga H0 ditolak H1 diterima
yang berarti terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun. Nilai koefisien korelasi spearman
rank ini sebesar 0,723 menunjukkan jika kekuatan hubungan antara dua
variabel ini pada kategori kuat. Hasil tersebut diperoleh dengan
menggunakan korelasi Spearman ranks yang menunjukkan korelasi yang
positif yang berarti semakin tinggi tingkat stres dan semakin tinggi
kejadian hipertensi di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner dan pengukuran
terhadap responden pada bulan 8 Mei – 8 Juni dan setelah diolah, maka penulis
akan membahas mengenai hubungan antara tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun.
Berdasarkan karakteristik pada responden jenis kelamin terbanyak
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
sejumlah 26 orang (13,3%). Hasil penelitian ini didukung oleh teori Lestari
(2005), menyatakan hal ini terjadi karena, biasanya perempuan mempunyai
peluang lebih besar mengalami stres karena terjadinya tekanan akibat seseorang
58
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat
mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespons dengan tidak
mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stres.
Berdasarkan karakteristik pada responden pendidikan dapat diketahui
bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA sejumlah 19 orang (63,3%),
sedangkan tingkat pendidikan paling sedikit adalah tidak sekolah sejumlah 2orang
(3,3%). Hasil penelitian ini didukung oleh teori Anggara dan Nanang (2012),
menyatakana hal ini terjadi karena tinggi risiko terkena hipertensi pada
pendidikan yang rendah, kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan
pada pekerja yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat
menerima informasi yang diberikan sehingga berdampak pada perilaku atau pola
hidup sehat.
Berdasarkan karakteristik usia terbanyak berada pada usia 61-70 tahun
berjumlah 12 orang (40,0 %) dan terendah pada usia 81-90 berjumlah 2 orang
(3,3%). Hasil penelitian ini didukung oleh teori Menurut Lazarus dan Flokman
(1984), sebagaimana yang dikutip oleh Nasir dan Muhith (2011), Individu dari
semua usia mengalami stres dan mencoba untuk mengatasinya. Ketegangan fisik
dan emosional yang menyertai stres menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini
membuat seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu demi
mengurangi stres. Walaupun usaha koping dapat diarahkan untuk memperbaiki
atau menguasai suatu masalah, hal ini juga dapat membantu seseorang untuk
mengubah persepsinya atas ketidaksesuaian, mentolerir atau menerima bahaya,
juga melepaskan diri atau menghindari situasi stres. Koping yang dilakukan
59
individu terkadang tidak menyelesaikan masalah tapi merupakan upaya
penetraman hati.
5.2.1 Tingkat Stres Pada Lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari total responden yang
berjumlah 30 didalam data lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun hasil analisis kuesioner menunjukkan
responden yang tidak stres sebanyak 18 orang, stres ringan sebanyak 8 orang dan
stres sedang sebanyak 4 orang sebagian besar yang tidak stres berjumlah 18
responden (60,0%) dan sebagian kecil yang mengalami stres sedang 4 responden
(13,3%). Hasil analisis kuesioner dari 18 responden yang tidak mengalami stres
berada pada hipertensi stadium 1.
Stres adalah respons fisiologis dan psikologis dari tubuh terhadap
rangsangan emosional yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun
penampilan dalam kehidupan seseorang (Hartanti, 2016). Stres dapat memicu
timbulnya hipertensi melalui aktivitas sistem saraf simpatis yang mengakibatkan
naiknya tekanan darah secara interminten (tidak menentu) (Andria, 2013). Pada
saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan meningkatkan tekanan
darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung.
Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut
akan mengalami hipertensi (Sounth, 2014).
Penyebab stres menurut Lestari (2015) umur adalah salah satu faktor
penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur seseorang
semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor
60
fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti
kemampuan visual, berfikir, mengingatkan dan mendengar pengalaman kerja
juga mempengaruhi munculnya stres.
Lansia sangat mudah rentang sekali mengalami stres yang menyebabkan
oleh beberapa faktor, seseorang lansia senantiasa menjaga keadaan fisik,
psikologis, mencari lingkungan yang nyaman. Keluarga juga berperan penting
untuk mencegah lansia agar tidak terkena stres.
Lansia dengan jenis kelamin perempuan harus bisa mengurangi beban
kerja, sedangkan beban kerja pada lansia dapat memicu stres. Lansia harus bisa
menjalani kehidupan sehari- hari dengan rileks. Didapatkan dari penelitian
koesioner stres untuk parameter 1 responden yang sulit rileks adalah pertanyaan
no 1 responden yang merasa sulit untuk bersantai di dapat, 27 responden (90,0%)
yang menjawab kadang-kadang, sering, hampir setiap hari. Pertanyaan no. 2
responden yang merasa sulit untuk beristirahat di dapat, 24 responden (80,0%)
yang menjawab kadang-kadang, sering, hampir setiap hari. Untuk parameter 2
responden yang mengalami perasaan gugup pertanyaan no. 4 responden yang
merasa telah menghabiskan banyak energi untuk gugup di dapat, 18 responden
(60,0) yang menjawab kadang-kadang, sering, hampir setiap hari. Untuk
parameter 3 mudah marah pertanyaan no.6 responden yang mudah merasa kesal di
dapat 21 responden (70,0) yang menjawab kadang-kadang, sering, hampir setiap
hari. Pertanyaan no. 7 responden yang merasa bahwa dirinya mudah marah
dengan hal sepele di dapat 20 responden (66,7) yang menjawab kadang-kadang,
sering, hampir setiap hari. Pertanyaan no. 8 responden yang mudah merasa gelisah
61
di dapat 23 responden (76,7%) yang menjawab kadang-kadang, sering, hampir
setiap hari. Untuk parameter 4 mudah tersinggung atau sensitif pertanyaan no.9
responden yang cenderung mudah bereaksi berlebihan terhadap situasi di dapat 17
responden (56,7%) yang menjawab kadang-kadang, sering, hampir setiap hari.
Pertanyaan no. 11 responden yang merasa sedikit sensitif di dapat 18 responden
(60,0 %) yang menjawab kadang-kadang, sering, hampir setiap hari.
5.2.2 Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 yang dilakukan pada 30
responden yaitu menunjukan bahwa mayoritas yang mengalami Hipertensi tingkat
darurat yaitu sebanyak 6 responden (20,0%), Hipertensi tingkat 2 sebanyak 6
responden (20,0%), Hipertensi tingkat 1 sebanyak 7 responden (23,3%), normal
sebanyak 11 responden (36,7%).
Adanya peningkatan usia, jantung dan pembuluh darah mengalami
perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan yang
disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak
disadari. Biasanya, ukuran jantung seseorang tetap proporsional dengan berat
badan. Ketebalan dinding ventrikel kiri cenderung sedikit meningkat dengan
penuaan karena adanya peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat-
serat elastis (Stanley & Beare, 2007). Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen dan hilangnya
fungsi serat-serat elastis pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menebal, menjadi menyempit, tidak lurus, dan menjadi kaku
(Stanley & Beare, 2007).
62
Lansia sangat rentan mengalami labilitas tekanan darah, salah satunya
tekanan darah tinggi. Hipertensi pada lansia akibat adanya berbagai faktor yang
mempengaruhi seperti stres, jenis kelamin, kegemukan, diabetes, pola makan
yang tidak sehat, pola hidup yang tidak sehat, pekerjaan, lingkungan kerja,
lingkungan sosial, dan kurangnya aktivitas atau olah raga.
Berdasarkan hasil penelitian semua responden lansia mengalami
hipertensi. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Stanley dan Beare (2007) yang
menjelaskan bahwa semakin tua usia seseorang semakin beresiko terkena
hipertensi.
5.2.3 Hubungan antara Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 yang dilakukan pada 60
responden yaitu seluruh lansia yang mengalami stress dan hipertensi, menunjukan
bahwa responden yang mengalami stres dan mengakibatkan terjadinya hipertensi
merupakan hasil tertinggi yaitu sebanyak stres ringan 8 (26,7%), sementara
responden yang mengalami Hipertensi tingkat 1 sebanyak 7 responden (23,3%),
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Sperman Rank
di dapatkan ρ value 0,000 ≤ α = 0,05 artinya Ha diterima, sehingga ada Hubungan
antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas patian
kota madiun.
Hasil analisis pada penelitian ini sesuai dengan Siswono (2007) Penyakit
hipertensi adalah gangguan kesehatan yang sering muncul akibat pola makan dan
stres. Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis, dan perilaku dari
63
manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal
maupun eksternal. Stres merupakan respon tubuh yang bersifat spesifik terhadap
setiap tuntutan atau beban atasnya. Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari
Unversitas Leeds, mengungkapkan stres dapat mempengaruh kebiasaan makan
seseorang. Saat stres, orang akan lebih cenderung memikirkan masalahnya
sehingga tidak lagi memperhatikan pola makan, serta waktu istirahat, juga
menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam
lambung dalam jumlah berlebihan.
Stres pada orang yang memasuki usia lanjut dipicu dengan adanya
perubahan hormonal dari tubuh khususnya mereka yang mengalami andropause.
Penurunan kadar testosteron dan adanya downregulasi dari kortisol menyebabkan
gangguan fungsi kognitif dan suasana hati, mudah merasa lelah, menurunnya
motivasi, berkurangnya ketajaman mental, hilangnya kepercayaan diri dan
depresi. Pada lansia semakin bertambah usianya, stresnya cenderung semakin
tinggi untuk itu stres pada lansia dapat didefinisikan sebagai tekanan yang
diakibatkan oleh stresor berupa perubahan-perubahan yang menuntut adanya
penyesuaian dari lansia. Tingkat stres pada lansia berarti pula tinggi rendahnya
tekanan yang dirasakan atau dialami oleh lansia sebagai akibat dari stresor berupa
perubahan-perubahan baik fisik, mental, maupun sosial dalam kehidupan yang
dialami lansia (Indriana, 2008).
Dari uraian di atas hasil peneliti berpendapat bahwa stres pada lansia
disebabkan karena waktu istirahat yang sedikit, lansia juga dapat mudah marah,
merasa tersinggung, sering gelisah maka lansia mudah mengalami hipertensi,
64
hipertensi diakibatkan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi yaitu stress,
pola hidup yang tidak sehat. Maka dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat
stress dengan kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas patihan kota madiun,
dimana responden yang mengalami stres ringan dan sedang juga mengalami
hipertensi tingkat 1, tingkat 2 bahkan hipertensi tingkat 3. Sedangkan pada
responden yang tidak mengalami stres, responden yang mengalami hipertensi
lebih sedikit dari responden yang tidak mengalami hipertensi.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penelitian merasa belum optimal akan
hasil yang telah didapatkan karena terdapat kelemahan dan keterbatasan.
Kelemahan dan keterbatasan penelitian ini yaitu salah satu dengan cara
pengumpulan data menggunakan kuesioner, memungkinkan responden menjawab
pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak mengerti pertanyaan yang dimaksud,
sehingga menimbulkan beda persepsi tetapi kuesioner ini telah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas.
65
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Beradasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang berjudul
Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Kekambuhan Gatritis Pada Mahasiswa
dalam Penyusunan Tugas Akhir di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, penulis
dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat Stres Pada Lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun mayoritas mengalami stres dengan
kategori normal (0-14)
2. Kejadian hipertensi pada lansia di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun, mayoritas mengalami
hipertensi normal (120/80 mmHg)
3. Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia
di Posyandu Bodronoyo Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo
Kota Madiun.
6.2 Saran
1. Bagi institusi Pendidikan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil penelitian ini dijadikan referensi dan digunakan bagi mahasiswa
yang akan melakukan penelitian selanjutnya, sehingga mahasiswa akan
mampu mengetahui tentang pembelajaran pemberian koesioner stres pada
kejadian hipertensi.
66
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kesehatan
tentang pemberian koesioner stres dengan kejadian hipertensi kepada
lansia melalui kegiatan penyuluhan di Posyandu Bodronoyo Kelurahan
Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
3. Bagi Peneliti yang selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian serupa
dengan pengembangan penelitian lebih lanjut untuk menambah
pengalaman informasi serta pengetahuan tentang pemberian koesioner
stres dengan kejadian hipertensi kepada lansia.
4. Bagi Responden Lansia di Posyandu Bondronoyo Kelurahan Ngegong
Kecamatan Patihan Kota Madiun.
Diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan stres.
67
DAFTAR PUSTAKA
Andrian. 2013. Skeptisisme Profesional Audit, Etika, Pengalaman dan Keahlian
AuditTerhadap Ketetapan Pemberian Opini Auditor Studi Empiris pada
BPK RI Perwakilan.Provinsi Riau. Artikel Penelitian :Universitas Negeri
Padang.
Azizah. Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Jogyakarta :
Graha Ilmu.
Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bandiyah. 2011. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa : Waluyo
Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncoro, I Made Karyasa. Jakarta : EGC.
Dewi Familia. 2010. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. Jakarta : A. Plus Books.
Emil Huraini. 2014. Jurnal Hubungan Tingkat Stres Dengan Derajat Hipertensi
Di Universitas Andalas RSJ Prof HB Saanin Padang, Vol. 10, No
1.http://www.google.co.id/search?client=ucweb-b-bookmark&q.pdf
(Diakses tanggal 12 Desember 2017).
Hartanti, Novi. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dengan Sanksi Pajak Sebagai Variabel Pemoderasi Terhadap
Pengetahuan dan Kemauan Wajib Pajak “(Studi Empiris Pada Wajib Pajak
Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha di Kab. Sleman).
Yogyakarta : Skripsi. Fakutas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Hawari. 2011. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit.
Lestari. 2015. Kumpulan Teori untuk kajian Pustaka Penerbit Kesehatan
Yogyakarta: Nuha Medika.
Manurung. 2012. Jurnal Hubungan Stres dengan Kenaikan Tekanan Darah Di
RSUD Dr.H.Abdul Moelek Provinsi Lmpung, Vol. VIII, No.
2.http://ejurnal.poltekes-tjk.ac.id ( Diakses tanggal 12 Desember 2017).
Manurung. 2016. Terapi Reminiscence. Jakarta : CV. Trans Info Media.
68
Nugroho. 2012. Pengembangan Aplikasi Pencarian Lokasi Fasilitas Umum
Berbasis fourquare APIV2 pada sistem Operasi android, skripsi, Ilmu
komputer dan elektronika FMIPA UGM. Yogyakarta.
Notoadmodjo. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Organization WHO. 2013. A global brief on Hypertension; silent killer, global
public health crises (World Health Day 2013).Geneva : WHO. 2013.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
PKPU. 2011. Lauching Komunitas Peduli Lansia.
http://pkpusemarang.Blogspot,com. (DiaksesTanggal 27 Desember 20017)
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC.
Prasetyorini. H., & Prawesti, D. 2012. Stress With The Incidence Of Hipertension
Comlications To Patients With Hypertension. Nursing Journal, 5, 61-70.
Priyoto. 2015. NIC dalam Keperawatan Gerotik. Jakarta : Selemba Medika.
Pudjiastuti. Sri Surini. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Ratnawati. 2010. The Effect of Electrical Stimulation (Es) on Strength of
Quandricep Femoris Muscle in Acute Exacrbati and Post Acute
Exacerbation COPD Patien, Maj. Kedokt. Indon, Volume : Nomor : 6. Juni
2010.
Ridwan. 2009. Dasar statistika. Bandung: Alfabeta.
Rita Dwi Hartanti. 2016. Jurnal Hubungan Tingkat Stres Dengan Kualitas Hidup
Lansia Hipertensi Di University Stikes Muhammadiyah
Pekajang.http://juke.kedokteran.unila.ac.id (Diakses 13 Desember 2017)
Saryono. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sopiyudin. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Selemba
Medika.
Sunaryo. 2004. Psikologis untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Triyanto. 2014. Model Pembelajaran IPA Terpadu : Konsep. Strategi dan
Implementasi dalam KTSP. Jakarta : Bumi Aksara.
69
WHO. 2013. Interesting fact Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2013. http:
//www.depkes.90.id/download/general/Hasil % 20 Riskesdas % 20.2013.
pdf. (Diakses : 19 Januari 2018)
Yekti. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Yunita. 2017. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta : Bumi Medika.
70
Lampiran 1
Surat Ijin Pencarian Data Awal
71
Surat BANKESBANGPOL
72
Surat Dinkes
73
Lampiran 2
Surat Ijin Penelitian
74
75
76
Lampiran 3
SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN
77
Lampiran 4
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Reni Windarti
NIM : 201402041
Bermaksud melakukan penelitian tentang berjudul “Hubungan Antara Tingkat
Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Patihan”.
Sehubungan dengan ini, saya mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi
saudara akan sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan untuk
kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, Mei 2018
Peneliti,
Reni Windarti
201402041
78
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Reni Windarti berjudul “Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Patihan”. Saya mengetahui bahwa
informasi yang akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan
keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan
dengan sebenar-benarnya. Demikian penyataan ini saya buat untuk dipergunakan
sesuai keperluan.
Madiun, Mei 2018
Peneliti,
Reni Windarti
201402041
Responden,
79
Lampiran 6
KUESIONER STRES
Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Anda tidak perlu menuliskan nama, cukup inisial nama, no.registrasi, usia,
dan umur, jenis kelamin.
2. Berikan jawaban dengan jujur, karena kejujuran Anda sangat penting untuk
penelitian ini dan tidak terdapat dampak buruk dari hasil penelitian ini.
3. Usahakan agar tidak ada satupun pertanyaan yang terlewatkan.
4. Dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan buruk, benar dan salah.
5. Anda sepenuhnya bebas melakukan pilihan.
6. Setelah semua kuesioner penelitian ini diisi, mohon diserahkan kembali
kepada kami, dan terima kasih.
I. Data Demografi
Tanggal pengisian kuesioner :
Nama (inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin :
DASS (DEPRESSION ANXIETY STRESS SCALE)
Kuesioner stres ini menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety
Stress Scale) milik Lovibond yang sudah baku dan tidak ada modifikasi dari
peneliti. Kuesioner ini berfungsi untuk mengukur skor stres yang pernah maupun
sedang Anda alami sejak Anda mengalami menstruasi pertama kali sampai
sekarang.
Keterangan : 0 : Tidak pernah
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Hampir setiap hari
80
NO PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa sulit untuk bersantai
2 Saya merasa sulit untuk beristirahat
3 Saya merasa kesulitan untuk tenang setelah
sesuatu membuat saya kesal
4 Saya merasa telah menghabiskan banyak
energi untuk gugup
5 Saya sedang dalam keadaan gugup
6 Saya mudah merasa kesal
7 Saya merasa bahwa diri saya mudah marah
karena hal-hal sepele
8 Saya mudah merasa gelisah
9 Saya cenderung mudah bereaksi berlebihan
terhadap situasi
10 Saya merasa bahwa saya mudah
tersinggung..
11 Saya merasa bahwa saya sedikit sensitif
12 Saya tidak dapat memaklumi hal apa pun
yang menghalangi saya untuk menyelesaikan
hal yang sedang saya lakukan
13 Saya merasa diri saya menjadi tidak sabar
ketika mengalami penundaan (misalnya: lift,
kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
14 Saya mengalami sulit untuk menoleransi
gangguan-gangguan terhadap hal yang
sedang saya lakukan
TOTAL
Kesimpulan Penilaian :
- Stres sangat berat jika nilai ≥ 34
- Stres berat jika nilai skor 26-33
- Stres sedang jika nilai skor 19-25
- Stres ringan jika nilai skor 15-18
- Tidak stres jika nilai skor 0
81
Lampiran 7
TABULASI DATA KUESIONER STRES DI PUSKESMAS PATIHAN
KOTA MADIUN BULAN MEI 2018
NO Parameter Pertanyaan
Tidak
pernah
(0)
Kadang-
kadang
(1)
Sering
(2)
Hampir
setiap
hari (3)
N
1 Sulit rileks 1. Saya merasa sulit untuk
bersantai
3
(10,0%)
15
(50,0%)
8
(26,7%)
4
(13,3%) 100%
2. Saya merasa sulit untuk
beristirahat
6
(20,0%)
12
(40,0%)
11
(36,7%)
1
(3,3%) 100%
3. Saya merasa kesulitan
untuk tenang setelah
sesuatu membuat saya
kesal
14
(4,7%)
12
(40,0%)
4
(13,3%) 0 100%
2 Gugup 4. Saya merasa telah
menghabiskan banyak
energi untuk gugup
12
(40,0%)
13
(43,3%)
5
(16,7%) 0 100%
5. Saya sedang dalam
keadaan gugup
13
(43,3%)
9
(30,0%)
8
(26,7%) 0 100%
3 Mudah
marah
6. Saya mudah merasa kesal 9
(30,0%)
12
(40,0%)
8
(26,7%)
1
(3,3%) 100%
7. Saya merasa bahwa diri
saya mudah marah karena
hal-hal sepele
10
(33,3%)
12
(40,0%)
5
(16,7%)
3
(10,0%) 100%
8. Saya mudah merasa
gelisah
7
(23,3%)
14
(46,7%)
9
(30,0%) 0 100%
4 Mudah
tersinggung
atau sensitif
9. Saya cenderung mudah
bereaksi berlebihan
terhadap situasi
13
(43,3%)
17
(56,7%) 0 0 100%
10. Saya merasa bahwa saya
mudah tersinggung.
14
(46,7%)
11
(36,7%)
4
(13,3%)
1
(3,3%) 100%
11. Saya merasa bahwa saya
sedikit sensitif
12
(40,0%)
17
(56,7%)
1
(3,3%) 0 100%
5 Tidak
sabaran
12. Saya tidak dapat
memaklumi hal apa pun
yang menghalangi saya
untuk menyelesaikan hal
yang sedang saya lakukan
20
(66,7%)
10
(33,3%) - - 100%
13. Saya merasa diri saya
menjadi tidak sabar ketika
mengalami penundaan
(misalnya: lift, kemacetan
lalu lintas, menunggu
sesuatu).
20
(66,7%)
8
(26,7%)
2
(6,7%) - 100%
14. Saya mengalami sulit
untuk menoleransi
gangguan-gangguan
terhadap hal yang sedang
saya lakukan
15
(50,0%)
14
(46,7%)
1
(3,3%) - 100%
82
Lampiran 8
LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH
No Nama
(Inisial)
Tekanan Darah
Systol Diastol
1 Tn. S 180 110
2 Ny. A 180 90
3 Ny.M 150 90
4 Ny. S 160 100
5 Ny. S 140 90
6 Ny. E 120 80
7 Ny.W 150 80
8 Ny.Y 130 80
9 Ny.S 170 80
10 Ny. S 180 100
11 Tn. S 120 70
12 Ny.P 140 80
13 NY.R 130 90
14 Ny.P 140 80
15 Ny.P 160 90
16 Ny.H 140 90
17 Ny. S 130 90
18 Tn.A 130 70
19 Ny. S 170 100
20 Ny. S 110 80
21 Ny.J 160 90
22 Ny.S 180 90
23 Tn.J 110 80
24 Ny. S 110 80
25 Ny.S 160 80
26 Ny.K 120 80
27 Ny.S 160 100
28 Ny.T 140 90
29 Ny.S 160 90
30 Ny.S 110 70
83
Lampiran 9
DATA TABULASI RESPONDEN
KUESIONER STRESS nama umur koding
jenis
kelamin koding pendidikan koding s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 s11 s12 s13 s14 total stress koding TD koding
Tn. S 80 3 L 1 SD 2 2 2 0 1 2 2 1 0 1 0 1 1 0 1 14 stres ringan 2 180/110 3
Ny. A 75 3 P 2 SMA 4 1 2 2 2 2 1 0 1 0 0 1 1 2 0 15 stres ringan 2 180/90 3
Ny.M 72 3 P 2 SMA 4 1 1 0 0 0 1 0 2 1 0 0 0 1 1 8 tidak stres 1 150/90 1
Ny. S 60 1 P 2 SMA 4 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 5 tidak stres 1 160/100 2
Ny. S 68 2 P 2 SMA 4 1 2 0 1 0 0 0 1 1 2 2 1 0 1 12 stres ringan 2 140/90 1
Ny. E 59 1 P 2 SMA 4 1 1 0 1 2 1 1 0 1 1 0 0 0 0 9 tidak stres 1 120/80 0
Ny.W 67 2 p 2 SMA 4 1 1 0 2 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 9 tidak stres 1 150/80 1
Ny.Y 75 3 P 2 SMA 4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 0 0 0 0 12 stres ringan 2 130/80 0
Ny.S 75 3 P 2 SD 2 3 2 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 0 16 stres ringan 2 170/80 3
Ny. S 67 2 P 2 SMA 4 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 19 stres sedang 3 180/100 3
Tn. S 64 2 L 1 SMA 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 tidak stres 1 120/70 0
Ny.P 75 3 P 2 SMA 4 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 7 tidak stres 1 140/80 1
NY.R 60 1 P 2 SMA 4 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 6 tidak stres 1 130/90 0
Ny.P 60 1 P 2 SMA 4 2 2 1 2 1 1 0 2 1 0 1 0 1 0 14 stres ringan 2 140/80 1
Ny.P 65 2 P 2 SMA 4 3 2 2 1 2 1 1 2 1 3 1 0 0 0 19 stres sedang 3 160/90 3
Ny.H 65 2 P 2 SMA 4 1 0 0 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 16 stres ringan 2 140/90 1
Ny. S 70 2 P 2 SMP 3 2 2 0 0 1 1 1 2 0 0 1 1 0 1 12 tidak stres 1 130/90 0
Tn.A 80 3 L 1 SD 2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 8 tidak stres 1 130/70 0
Ny. S 67 2 P 2 SMA 4 3 3 2 2 0 0 3 0 0 2 1 1 1 1 19 stres sedang 3 170/100 2
Ny. S 58 1 P 2 SMP 3 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3 tidak stres 1 110/80 0
Ny.J 60 1 P 2 PT 5 2 2 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 11 tidak stres 1 160/90 2
Ny.S 90 4 P 2 SMA 4 2 1 1 0 2 2 3 1 0 2 1 0 1 1 17 stres ringan 2 180/90 3
Tn.J 63 2 L 1 SMP 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 4 tidak stres 1 110/80 0
Ny. S 70 2 P 2 SMA 4 1 0 0 0 0 2 1 1 0 0 0 0 0 1 6 tidak stres 1 110/80 0
Ny.S 72 3 P 2 SMP 3 1 2 1 1 2 2 1 1 0 0 1 0 0 1 13 tidak stres 1 160/80 2
Ny.K 50 1 P 2 PT 5 2 2 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 8 tidak stres 1 120/80 0
Ny.S 69 2 P 2 SMA 4 3 2 1 0 0 1 2 2 0 1 0 0 0 0 12 tidak stres 1 160/100 2
Ny.T 68 2 P 2 SMP 3 1 1 0 0 2 2 1 2 1 1 0 0 1 1 13 tidak stres 1 140/90 1
Ny.S 75 3 P 2 TIDAK SEKOLAH 1 2 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1 0 0 1 19 stres sedang 3 160/90 2
Ny.S 58 4 P 2 SMA 4 1 1 0 1 1 1 1 2 0 1 1 0 0 0 10 tidak stres 1 110/70 0
84
Lampiran 10
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN
Statistics
UMUR
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.20
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .887
Minimum 1
Maximum 4
UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 50-60 7 23.3 23.3 23.3
61-70 12 40.0 40.0 63.3
71-80 9 30.0 30.0 93.3
81-90 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Statistics
jenis_kelamin
N Valid 30
Missing 0
Mean 1.87
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .346
Minimum 1
Maximum 2
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 4 13.3 13.3 13.3
perempuan 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
85
Statistics
pendidikan
N Valid 30
Missing 0
Mean 3.6000
Median 4.0000
Mode 4.00
Std. Deviation .89443
Variance .800
Range 4.00
Minimum 1.00
Maximum 5.00
Sum 108.00
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak sekolah 1 3.3 3.3 3.3
sd 3 10.0 10.0 13.3
smp 5 16.7 16.7 30.0
sma 19 63.3 63.3 93.3
pt 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
86
Lampiran 11
HASIL UJI KORELASI
DEMOGRAFI DENGAN HIPERTENSI
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
stres 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
hipertensi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
stres Mean 1.53 .133
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.26
Upper Bound 1.81
5% Trimmed Mean 1.48
Median 1.00
Variance .533
Std. Deviation .730
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness 1.015 .427
Kurtosis -.303 .833
hipertensi Mean 1.23 .213
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .80
Upper Bound 1.67
5% Trimmed Mean 1.20
Median 1.00
Variance 1.357
Std. Deviation 1.165
Minimum 0
Maximum 3
Range 3
87
Interquartile Range 2
Skewness .352 .427
Kurtosis -1.358 .833
Statistics
stres hipertensi
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 1.53 1.23
Median 1.00 1.00
Mode 1 0
Std. Deviation .730 1.165
Minimum 1 0
Maximum 3 3
stres
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak stres 18 60.0 60.0 60.0
stres ringan 8 26.7 26.7 86.7
stres sedang 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
hipertensi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid hipertensi normal 11 36.7 36.7 36.7
hipertensi tingkat 1 7 23.3 23.3 60.0
hipertensi tingkat 2 6 20.0 20.0 80.0
hipertensi tingkat darurat 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
stres * hipertensi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
88
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
stres * hipertensi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
stres * hipertensi Crosstabulation
hipertensi
Total
hipertensi
normal hipertensi tingkat 1
hipertensi tingkat 2
hipertensi tingkat darurat
stres tidak stres Count 10 4 4 0 18
% within stres 55.6% 22.2% 22.2% .0% 100.0%
% within hipertensi
90.9% 57.1% 66.7% .0% 60.0%
% of Total 33.3% 13.3% 13.3% .0% 60.0%
stres ringan Count 1 3 0 4 8
% within stres 12.5% 37.5% .0% 50.0% 100.0%
% within hipertensi
9.1% 42.9% .0% 66.7% 26.7%
% of Total 3.3% 10.0% .0% 13.3% 26.7%
stres sedang Count 0 0 2 2 4
% within stres .0% .0% 50.0% 50.0% 100.0%
% within hipertensi
.0% .0% 33.3% 33.3% 13.3%
% of Total .0% .0% 6.7% 6.7% 13.3%
Total Count 11 7 6 6 30
% within stres 36.7% 23.3% 20.0% 20.0% 100.0%
% within hipertensi
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 36.7% 23.3% 20.0% 20.0% 100.0%
89
Lampiran 12
HASIL UJI SPEARMAN RANK
Correlations
stres hipertensi
Spearman's rho stres Correlation Coefficient 1.000 .723**
Sig. (2-tailed) . .000
N 30 30
hipertensi Correlation Coefficient .723** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
90
Lampiran 13
DOKUMENTASI PENELITIAN
91
Lampiran 14
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Kegiatan Bulan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pengajuan dan konsul judul
2. Penyusunan proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data (Penelitian)
7. Penyusunan dan bimbingan skipsi
8. Ujian skripsi
92
Lampiran 15
Lembar Konsultasi Bimbingan
93
94