repository.stikes-bhm.ac.idrepository.stikes-bhm.ac.id/540/1/lta rena novita... · asuhan...
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “R” MASA KEHAMILAN
TRIMESTER III, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS, DAN KB
PASCASALIN DI PMB NY. SITI ROHMANI, S.ST
KABUPATEN MADIUN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh:
RENA NOVITA SARI
NIM. 201601023
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2019
ASUHAN KEBIDANANPADA NY “R” MASA KEHAMILAN
TRIMESTER III, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS, DAN KB
PASCASALIN DI PMB NY. SITI ROHMANI, S.ST
KABUPATEN MADIUN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli
Madya Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Oleh:
RENA NOVITA SARI
NIM. 201601023
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2019
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan
rahmatnya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Ny.R Masa Kehamilan Trimester III, Bersalin, Nifas,
Neonatus, dan KB Pascasalin di PMB Ny. Siti Rohmani, S.ST Kab. Madiun"
sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada
Program Studi DII Kebidanan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan ini penulis megucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Zaenal Abidin, S.KM.M.Kes, selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun, yang telah memberi kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir.
2. Mertisa Dwi Klevina, S.ST.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Kebidanan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, yang telah memberikan kesempatan
menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
3. Yeni Utami, S.SiT.,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
4. Assasih Villasari, S.SiT, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
5. Cintika Yorinda S. S.SiT.,M.Kes, selaku ketua penguji yang telah
memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
iv
6. Ny. R yang telah bersedia menjadi pasian dari mulai kehamilan hingga ber-
KB.
7. Siti Rohmani,.SST yang telah memberikan data di BPM.
8. Orang tua dan keluarga atas dukungan moral, materil dan doa yang selalu
diberikan sehingga Laporan Tugas Akhir ini selesai tepat pada waktunya.
9. Rekan seangkatan dan pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini
berguna bagi semua yang memanfaatkan.
Madiun, 18 Juli 2019
Penulis
v
ABSTRAK
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB
merupakan suatu kejadian yang fisiologis atau alamiah, namun dalam prosesnya
dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat yang dapat
membahayakan jiwa ibu dan bayi. Oleh karena itu penulis menggunakan
penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan
berkelanjutan (Continuity Of Care) dan melakukan dokumentasi SOAP.
Metode yang digunakan penulis adalah asuhan kebidanan berkelanjutan
(Continuity Of Care) di PMB Ny. Siti Rohmani, S.ST dan melalui kunjungan
rumah. Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny “R” berlangsung kurang
lebih 7 minggu dari selama masa kehamilan TM III, bersalin, nifas, neonatus
sampai KB. Dengan frekuensi kunjungan hamil sebanyak dua kali, kunjungan
persalinan sebanyak satu kali, kunjungan nifas sebanyak tiga kali, kunjungan
neonatus sebanyak tiga kali dan kunjungan KB sebanyak dua kali. Pada Ny “R”
proses kehamilan berjalan dengan fisiologis, adapun keluhan pada kunjungan
ANC pada usia 37 minggu adalah sering kencing dan pada kunjungan ANC pada
usia 38-39 minggu adalah kenceng-kenceng, namun penulis telah melakukan
penatalaksanaan sesuai teori sehingga dapat mengurangi keluhan ibu. Proses
persalinan berlangsung normal di PMB Ny. Siti Rohmani,S.ST dengan kala I
selama 5 jam, kala II 30 menit, kala III 10 menit dan kala IV 2 jam. Pada tanggal
27 April 2019 pukul 06.00 WIB telah lahir bayi berjenis kelamin perempuan,
langsung menangis, tonus otot baik, warna kulit merah, BB 3500 gr dan PB 51cm.
Pada asuhan kebidanan masa nifas ibu mengeluh nyeri pada bekas luka jahitan
vi
dan perut terasa mulas namun sudah teratasi dengan asuhan kebidanan yang
diberikan. Kunjungan keluarga berencana dilakukan dua kali, ada kunjungan
pertama ibu mendapatkan penyuluhan mengenai macam-macam KB, dan pada
kunjungan kedua ibu sudah memutuskan akan menggunakan KB IUD setelah
diberi konseling tentang macam-macam KB, keuntungan KB, keterbatasan KB
serta efek samping metode KB dan pilihan ibu didukung oleh suami.
Hasil asuhan kebidanan menunjukan bahwa Ny “R” pada masa hamil
sampai KB terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata. Kesenjangan
tersebut terletak pada masa kehamilan pada kunjungan ANC usia kehamilan 37
minggu pola istirahat ibu <8 jam, dan terdapat kenaikan BB 2 kg pada kunjungan
ANC ke 2. Pada masa persalinan terdapat kesenjangan mengenai lama kala I &
kala II yang terlalu cepat yaitun kala I berlangsung 5 jam dan kala II berlangsung
30 menit, dan pemeriksaan dalam dilakukan lebih dari 4 jam. Pada masa nifas
terdapat kesenjangan yaitu ibu tidak mendapatkan penyuluhan KB pada
kunjungan nifas yang pertama. Pada kunjungan neonatus terdapat kesenjangan
yaitu tidak dilakukan pemeriksaan lubang vagina pada bayi. Dalam memberikan
asuhan kebidanan KB ibu telah diberi konseling dan berencana untuk
menggunakan KB IUD.
Asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care) yang telah dilakukan
pada Ny. "R" didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal dan tidak ada
penyulit yang menyerta. Diharapkan profesi bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan berkelanjutan (Continuity of care) selanjutnya selalu menerapkan
vii
manajemen kebidanan, mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dalam
memberikan asuhan sesuai standar pelayanan.
Kata Kunci : Kehamilan, Persalinan, masa Nifas
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Lembar Persetujuan .................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iii
Abstrak.....................................................................................................................v
Daftar Isi............................................................................................................... viii
Daftar Tabel .......................................................................................................... xii
Daftar Gambar ...................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xv
Daftar Singkatan................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah ........................................................................... 9
1.3 Tujuan Penyusunan LTA .................................................................... 9
1.4 Manfaat ............................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan ........................................................................................ 12
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan ........................................................ 12
A. Pengertian .......................................................................... 12
B. Fisiologi Kehamilan .......................................................... 12
C. Tanda Gejala Kehamilan ................................................... 19
D. Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan............................... 24
E. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan ............................. 28
F. Perubahan Psikologis Pada Kehamilan ............................. 33
G. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil .............................................. 34
H. ANC Terpadu ................................................................... 39
I. Kunjungan ANC ... ............................................................ 43
J. IMT pada Ibu Hamil ........................................................ 44
K. Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) .................................. 44
L. Tanda Bahaya Kehamilan ................................................. 45
M. Standar Pelayanan Kebidanan Pada Kehamilan ................ 47
2.1.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan ................ 54
2.2 Persalinan ........................................................................................ 93
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan ......................................................... 93
A. Pengertian .......................................................................... 93
B. Lima Benang Merah .......................................................... 93
C. Jenis Persalinan ................................................................. 99
D. Penapisan Dalam Persalinan ........................................... 100
E. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan ........................... 101
F. Tanda-tanda Persalinan ................................................... 103
G. Mekanisme Persalinan ..................................................... 104
H. Perubahan Fisiologi Ibu Bersalin .................................... 117
I. Perubahan Psikologis Ibu Bersalin .................................. 124
ix
J. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan ............................... 127
K. Teori Partograf ............................................................... 128
L. Tanda Bahaya Dalam Persalinan ..................................... 138
M. Standart Pelayanan Kebidanan ........................................ 138
2.2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal .......... 142
2.3 Nifas ................................................................................................ 179
2.3.1 Konsep Dasar Masa Nifas ..................................................... 179
A. Pengertian ........................................................................ 179
B. Tahapan Masa Nifas ........................................................ 179
C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas .................................... 180
D. Perubahan Psikologis Masa Nifas ................................... 187
E. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas ............................................. 188
F. Tanda Bahaya dan Penyakit pada ibu Nifas .................... 191
G. Permasalahan dalam masa Nifas .................................... 193
H. Tujuan Asuhan Masa Nifas.............................................198
I. Kunjungan Masa Nifas....................................................199
J. Standart Pelayanan Kebidanan........................................200
2.3.2 Konsep Dasar Asuhan KebidananMasa Nifas ....................... 203
2.4 Bayi Baru Lahir atau Neonatus ................................................... 222
2.4.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir atau Neonatus ...................... 222
A. Pengertian ........................................................................ 222
B. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir ................................................. 222
C. Fisiologi Neonatus...........................................................223
D. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir ...................................... 228
E. Mekanisme Kehilangan Panas ......................................... 232
F. Masalah pada Neonatus ................................................... 233
G. Tanda Bahaya Neonatus ................................................. 234
H. Pelayanan Kesehatan Neonatus.......................................236
I. Kebutuhan Dasar Neonatus.............................................237
J. Kunjungan Neonatus.......................................................240
K. Imunisasi..........................................................................242
L. Klasifikasi Neonatus........................................................243
M. Standar Pelayanan Kebidanan.........................................245
2.4.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir .............. 246
2.5 Keluarga Berencana ..................................................................... 257
2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana ....................................... 257
A. Pengetian ......................................................................... 257
B. Macam-macam Kontrasepsi Pascasalin .......................... 258
1. Metode Sederhana Tanpa Alat ..................................... 258
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL) ........................ 258
b. Metode Kalender....................................................260
c. Metode Lendir servik.............................................261
d. Coitus Interuptus....................................................262
e. Suhu Basal..............................................................264
2. Metode Sederhana Dengan Alat .................................. 266
a. Kondom ................................................................ 266
x
3. Metode Efektif ............................................................ 268
a. Pil KB ..................................................................... 268
b. KB Suntik ............................................................... 270
c. Susuk KB/implant (AKBK) ................................... 273
d. IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) ...... 276
4. Metode Kontap (KontrasepsiMantap) .......................... 279
a. Tubektomi/MOW (pada wanita) ............................ 279
b. Vasektomi/MOP (pada pria) .................................. 281
C.Tujuan Dari KB Pasca Salin..............................................281
D. Pemilihan Kontrasepsi yang Rasional..............................282
E. Waktu Untuk Memulai Kontrasepsi.................................282
F. Langkah-langkah Konseling SATU TUJU.......................283
G. Penapisan KB...................................................................286
2.5.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ....... 289
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil............................................302
3.1.1 Kunjungan ANC I..................................................................302
A. Subjektif..............................................................................302
B. Objektif...............................................................................308
C. Analisa................................................................................312
D. Penatalaksanaan..................................................................312
3.1.2 Kunjungan ANC II.................................................................315
A. Subjektif..............................................................................315
B. Objektif...............................................................................315
C. Analisa................................................................................317
D. Penatalaksanaan..................................................................317
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin........................................319
3.2.1 Kala I Fase Aktif....................................................................319
A. Subjektif..............................................................................319
B. Objektif...............................................................................319
C. Analisa................................................................................323
D. Penatalaksanaan..................................................................323
3.2.2 Kala II....................................................................................324
A. Subjektif..............................................................................324
B. Objektif...............................................................................325
C. Analisa................................................................................326
D. Penatalaksanaan..................................................................326
3.2.4 Kala III..................................................................................329
A. Subjektif.............................................................................329
B. Objektif..............................................................................329
C. Analisa................................................................................330
D. Penatalaksanaan..................................................................330
xi
3.2.4 Kala IV...................................................................................332
A. Subjektif..............................................................................332
B. Objektif...............................................................................332
C. Analisa................................................................................332
D. Penatalaksanaan..................................................................332
3.3 Asuhan Kebidanan Pada Nifas....................................................334
3.3.1 Kunjungan I...........................................................................334
A. Subjektif..............................................................................334
B. Objektif...............................................................................334
C. Analisa................................................................................338
D. Penatalaksanaan..................................................................338
3.3.2 Kunjungan II..........................................................................340
A. Subjektif..............................................................................340
B. Objektif...............................................................................341
C. Analisa................................................................................342
D. Penatalaksanaan..................................................................342
3.3.3 Kunjungan III........................................................................343
A. Subjektif.............................................................................343
B. Objektif..............................................................................344
C. Analisa................................................................................345
D. Penatalaksanaan..................................................................345
3.4 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus.............................................346
3.4.1 Kunjungan Neonatus I...........................................................346
A. Subjektif..............................................................................346
B. Objektif...............................................................................349
C. Analisa................................................................................353
D. Penatalaksanaan..................................................................353
3.4.2 Kunjungan Neonatus II..........................................................355
A. Subjektif..............................................................................355
B. Objektif...............................................................................355
C. Analisa................................................................................356
D. Penatalaksanaan..................................................................356
3.4.3 Kunjungan Neonatus III........................................................357
A. Subjektif..............................................................................357
B. Objektif...............................................................................358
C. Analisa................................................................................358
D. Penatalaksanaan..................................................................359
3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana...................................360
3.5.1 Kunjungan KB I.....................................................................360
A. Subjektif..............................................................................360
xii
B. Objektif...............................................................................363
C. Analisa................................................................................366
D. Penatalaksanaan..................................................................366
3.5.2 Kunjungan KB II...................................................................368
A. Subjektif..............................................................................368
B. Objektif...............................................................................371
C. Analisa................................................................................372
D. Penatalaksanaan..................................................................372
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................373
4.1 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan................................................373
4.2 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.................................................377
4.3 Asuhan Kebidanan Pada Nifas.........................................................380
4.4 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus..................................................382
4.5 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana.................................384
BAB V PENUTUP.............................................................................................386
5.1 Kesimpulan......................................................................................386
5.2 Saran................................................................................................387
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................389
LAMPIRAN........................................................................................................392
SAP......................................................................................................................413
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perkembangan Fungsi Organ Janin....................................................... 19
Tabel 2.2 Penambahan BB Selaam Kehamilan .................................................. 31
Tabel 2.3 Rekomendasi Penambahan BB berdasarkan IMT .............................. 44
Tabel 2.4 Imunisasi TT ....................................................................................... 67
Tabel 2.5 TFU menurut penambahan pertiga jari ................................................ 83
Tabel 2.6 Penapisan Ibu Bersalin…....................................................................100
Tabel 2.7 Pembukaan Serviks pada Primigravida dan Multigravida...................105
Tabel 2.8 Usia Kehamilan Dalam Minggu .........................................................159
Tabel 2.9 TBJ Normal untuk Usia Kehamilan Trimester III ..............................159
Tabel 2.10 Penurunan Kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan ........................160
Tabel 2.11 Proses Involusi Uteri Pada Masa Nifas .............................................185
Tabel 2.12 Perkembangan Sistem Pulmonal .......................................................223
Tabel 2.13 Perhitungan Nilai APGAR ................................................................231
Tabel 2.14 Jadwal Imunisasi ...............................................................................237
Tabel 2.15 Kebutuhan Dasar Cairan dan Kalori Pada Neonatus ........................238
Tabel 2.16 Waktu untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui................282
Tabel 2.17 Waktu untuk memulai kontrasepsi pada wanita yg tidak menyusui..283
Tabel 2.18 Penapisan KB Hormonal....................................................................286
Tabel 2.19 Penapisan Non Hormonal..................................................................287
Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu.........................304
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Fertilisasi Sampai Nidasi .................................... 16
Gambar 2.2 Kartu Skor Poedji Rochjati .............................................................. 45
Gambar 2.3 Penurunan Kepala Janin Melewati Gelang pelvic............................110
Gambar 2.4 Mekanisme Persalinan Normal ..................................................... 111
Gambar 2.5 Kelahiran Bahu...............................................................................111
Gambar 2.6 Melahirkan tubuh Bayi ................................................................... 111
Gambar 2.7 Sinklitismus .................................................................................... 113
Gambar 2.8 Asinklitismus Anterior ................................................................... 114
Gambar 2.9 Asinklitismus Posterior .................................................................... 114
Gambar 2.10 Kepala Janin Ekstensi .................................................................... 116
Gambar 2.11 Ekspulsi Kepala Janin ................................................................... 116
Gambar 2.12 Rotasi Eksternal.............................................................................. 117
Gambar 2.13 Lembar Depan Partograf................................................................131
Gambar 2.14 Lembar Belakang Partograf...........................................................136
Gambar 2.15 Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap..................................................242
Gambar 2.16 Klasifikasi Bayi Baru Lahir Berdasarkan Berat Lahir dan UK.....244
Gambar 2.17 Urutan Pemilihan Kontrasepsi yang Rasional................................282
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Permohonan ................................................................... 392
Lampiran 2 Lembar Informed Consent ............................................................ 393
Lampiran 3 Identitas Keluarga ......................................................................... 394
Lampiran 4 Catatan Kesehatan Ibu Hamil ....................................................... 395
Lampiran 5 Hasil USG.....................................................................................397
Lampiran 6 KSPR ............................................................................................ 398
Lampiran 7 Penapisan Ibu Bersalin ................................................................. 399
Lampiran 8 Partograf ....................................................................................... 400
Lampiran 9 Catatan Hasil Pelayanan ibu nifas ................................................ 402
Lampiran 10 Catatan kesehatan buli, bufas dan BBL........................................404
Lampiran Surat Keterangan Lahir................................................................. 405
Lampiran 11 Catatan Kesehatan Bayi Baru Lahir ............................................. 406
Lampiran 12 Lingkar Kepala.............................................................................407
Lampiran 13 Catatan Imunisasi .......................................................................... 408
Lampiran 14 Grafik Berat Badan ....................................................................... 409
Lampiran 15 Daftar Penapisan KB Hormonal ................................................... 410
Lampiran 16 Lembar Konsul Pembimbing ........................................................ 411
Lampiran 17 Dokumentasi ................................................................................. 412
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air Conditioning
ACOG : American College of obstretician and Gynaecologist
ACTH : Hormonadrejonotikotropik
ADH : Anti Diuretic Hormon
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrom
AKB : Angka Kematian Bayi
AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BAB ; Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BBMK : Berat Bayi Masa Kehamilan
BCG : Bacille Calmette Guerin
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BMI : Body Mass Index
BMR : Basal Metabolik Rate
BPM : Bidan Praktik Mandiri
BTB : Break Through Bleeding
C : Celcius
Ca : Calsium
Cm : Centimeter
CO2 : Karbondioksida
COC : Continuity of Care
CPD : Cepalo Pelvic Disproposian
CVA : Cosrovertebral Angel
Dinkes : Dinas Kesehatan
DJJ : Denyut Jantung Janin
DM : Diabetes Militus
DMPA : Depomedroxyprogesteronasetat
DPT : Diphteria, Pertusis, Tetanus
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
FSH : Follicle Stimulating Hormone
G/IgG : Immunoglobulin
Hb : Hemoglobin
HBV : Virus Hepatitis B
HC : Hidro Carbon
HCG : Human Chorionic Gonadotropin
HIV : Human Immunodeficiency Virus
xvii
HPL : Human Placental Lactogen
HPL : Hari Perkiraan Lahir
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
IM : Intramuscular
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
IMT : Indexs Massa Tubuh
IU : International Unit
IUD : Intra Uterin Device
IUFD : Intra Uterin Fetal Death
IV : Intravena
K1 : Kunjungan Ibu Hamil Pertama Kali
K4 : Kunjungan Ibu Hamil Yang Ke-4
KB : Keluarga Berencana
KBA : Keluarga Berencana Alami
KEK : Kurang Energi Kronik
KH : Kelahiran Hidup
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KMS : Kartu Menuju Sehat
KN 1 : Kunjungan Neonatus Pertama
KPD : Ketuban Pecah Dini
KU : Keadaan Umum
LH : Luteinizing Hormone
LILA : Lingkar Lengan Atas
MAL : Matode Amenore Laktasi
MDG’s : Millenium Development Goals
Mg : Miligram
Ml : Milimeter
mmHg : milimeter Hemoragik
N : Nadi
Na : Natrium
NS : Normal Saline
Ny : Nyonya
O2 : Oksigen
Papiah : Para, Aterm, Prematur, Imatur, Abortus, Hidup
PAP : Pintu Atas Panggul
PF : Fasilitas Pelayanan Kesehatan
pH : Pangkat Hidrogen
PI : Pencegahan Infeksi
PMS : Penyakit Menular Seksual
Preskep : Presentasi Kepala
PRP : Platelet Rich lasma
Puka : Punggung Kanan
Puki : Punggung Kiri
Px : Processus Xifoideus
RBC : Red Blood Cell
xviii
Resntra : Rencana Rtrategi
S : Suhu
SBR : Segmen Bawah Rahim
SC : Sectio Caesarea
SDG’s : Sustainable Development Goals
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SOAP : Subjektif, Objektif, Assesment, Planning
STD : Seksual Transmitted Deseases
TB : Tinggi Badan
TBC : Tuberkolosis
TBJ : Taksiran Berat Janin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
TORCH : Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Virus
TSH : Thyrotropin, Thyroid, Stimulating Hormonet
TP : Taksiran Persalinan
TT : Tetanus Toksoid
TTV : Tanda-tanda Vital
UK : Usia Kehamilan
USG : Ultrasonografi
VDRL : Veneral Disease Research Laboratory
WHO : World Health Organization
Zn : Zink
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan pemilihan metode
keluarga berencana (KB) merupakan suatu rantai yang berkesinambungan.
Pada umumnya kehamilan, persalinan, nifas, dan neonatus merupakan suatu
kejadian fisiologis yang normal. Tapi terkadang tidak sesuai dengan harapan.
Sebelumnya sulit untuk diketahui bahwa kehamilan, persalinan, nifas dan
neonatus yang semula fisiologis berkembang menjadi keadaan patologis dan
dapat mengancam jiwa ibu serta bayi. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan
mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin untuk mendapatkan
pelayanan atau asuhan atenatal yang bertujuan untuk memantau kemajuan
kehamilan, dan memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
(Saifuddin, 2010).
Menurut Manuaba (2013), seorang wanita akan mengalami masa
reproduksi yaitu kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir dan
diharapkan mengikuti program keluarga berencana (KB) untuk kelangsungan
reproduksi sehat. Sepanjang siklus kehidupannya, secara fisiologis
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas dan KB tidak bisa
dipungkiri bahkan terjadi hal-hal yang beresiko bagi ibu. Sehingga harus di
perhatikan beberapa masalah yang sedang dihadapi wanita saat ini yaitu
tingginya angka kematian ibu (AKI).
2
Saat ini masalah kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
masalah kesehatan yang menyita perhatian dunia. Hal ini disebabkan karena
Angka Kematian Ibu (AKI) maupun Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat derajat
kesehatan dunia. Terdapat berbagai komponen yang berpengaruh terhadap
proses kematian ibu diantaranya kehamilan, persalinan atau komplikasinya,
dan masa nifas (Saifuddin, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dampak
kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), disamping Angka Kematian Bayi
(AKB). AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan pembangunan
daerah dan juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Dinkes kabupaten
madiun, 2017).
Angka Kematian ibu, bayi dan balita di Indonesia masih cukup tinggi
dan merupakan salah satu masalah utama kesehatan. Target program
Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu menekan angka kematian
ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 KH, dan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi 23 per 1.000 KH. Program terbaru dari WHO, Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 yaitu menekan AKI sebesar 70 per 100.000
KH, AKB menjadi 12 per 1000 KH. Sedangkan AKI di Indonesia tahun 2015
sebesar 305 per 100.000 KH, AKB di Indonesia pada tahun 2015 sebesar
22,23 per 1.000 KH. Sehingga dapat disimpulkan AKI di Indonesia belum
memenuhi target MDGs maupun SDGs dan AKB di Indonesia sudah
3
memenuhi target MDGs tetapi belum memenuhi target SDGs. (Kemenkes RI,
2017).
Sementara itu di Jawa Timur pada tahun 2017, AKI mencapai 91,92
per 100.000 kelahiran hidup dari target Jawa Timur 97,97 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB mencapai 23,1 per 1.000 kelahiran hidup dari target
Jawa Timur 24 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim, 2017). Sehingga
dapat disimpulkan AKI dan AKB di Jawa Timur sudah memenuhi target
provinsi jawa timur dan target MDGs, tetapi belum memenuhi target SDGs.
Kondisi Kabupaten Madiun untuk Angka kematian ibu (AKI) tahun
2017 adalah 157 per 100.000 KH, mengalami kenaikan secara signifikan dari
tahun 2016 yaitu 109 per 100.000 KH dari target Kabupaten Madiun 102 per
100.000 KH dan Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Madiun tahun
2017 sebesar 7,3 per 1.000 KH (9 kasus), menurun dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu tahun 2016 sebesar 8,72 per 1000 KH dari target
Kabupaten Madiun 8 per 1000 KH (Dinkes Kabupaten Madiun, 2017).
Sehingga dapat disimpulkan untuk AKI kabupaten madiun mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya dan belum mencapai target yang telah di
tetapkan maupun target yang ditetapkan provinsi jawa timur dan target MDGs
maupun Target SDGs. Sedangkan AKB kabupaten madiun mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya dan sudah mencapai target yang telah
ditetapkan kabupaten, provinsi jawa timur dan target MDGs maupun target
SDGs.
4
Keberhasilan pelayanan kebidanan untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan anak serta menurunkan AKI dan AKB dapat dilihat dari
cakupan K1 (kunjungan pertama ibu hamil), K4 (kunjungan ke-4 ibu hamil),
Pertolongan Persalinan (PN), Kunjungan Neonatus (KN), Kunjungan Nifas
(KF) dan Pelayanan KB oleh nakes (Kemenkes RI, 2017).
Capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017
adalah 98,2%, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016
yaitu 97%. Capaian cakupan K4 Provinsi jawa Timur pada tahun 2017 adalah
89,9%, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 yaitu
89,5%. Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN)
untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 mencapai 94,6 %, angka ini
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 95,1%.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan
(PF) pada tahun 2017 mencapai 94,1%, sedangkan pada tahun 2016 sebesar
94,2%. Cakupan pelayanan nifas (KF) Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017
sebesar 92,44%, angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016
yaitu 95%. Cakupan KN lengkap tahun 2017 sebesar 96,7%, angka ini
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016 yaitu 97,75%. Cakupan
peserta KB Aktif provinsi jawa timur tahun 2017 sebesar 75,3%, angka ini
mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2016 yaitu 68,79%. Sedangkan
untuk KB Baru mengalami penurunan dari tahun 2016 sebesar 10,4% menjadi
8,6% di tahun 2017 dan metode KB yang mendominasi adalah metode NON
MKJP/ Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yaitu metode suntik dan pil
5
(Dinkes Jatim,2017). Sehingga bisa diambil kesimpulan untuk kunjungan K1
dan K4 masih ada kesenjangan, dimana cakupan K1 lebih besar dari pada
cakupan K4. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) bila
dibandingkan dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan (PF) terjadi kesenjangan, dimana cakupan PF lebih
besar daripada cakupan PN. dan cakupan KF, KN lengkap dan KB baru
mengalami penurunan. Sedangkan cakupan peserta KB aktif mengalami
kenaikan.
Sementara itu di kabupaten Madiun Cakupan Pelayanan K1 pada
tahun 2017 sebesar 97,47% dari 10.167 ibu hamil hal ini mengalami
peningkatan dari tahun 2016 yaitu sebesar 97% dari 9.996 ibu hamil.
Sedangkan cakupan pelayanan K4 pada tahun 2017 sebesar 90,40% dari
10.167 ibu hamil hal ini mengalami penurunan dari tahun 2016 yaitu 91,1%
dari 9.384 ibu hamil. Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan (Linakes) pada tahun 2017 sebesar 8.855 kelahiran atau
sebesar 91,24%, hal ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
2016 yaitu sebesar 93%. Cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Madiun pada
tahun 2017 sebesar 91,3% , hal ini mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan cakupan tahun 2016 yaitu sebesar 92,44%. Cakupan KN 1 pada tahun
2017 adalah sebesar 96.0% menurun dibanding tahun 2016 sebesar 98.0%,
sedangkan KN lengkap 2017 sebesar 94,4% menurun dibandingkan tahun
2016 sebesar 95,9%. Cakupan pelayanan KB aktif tahun 2017 sebesar
93,85%, jika dibandingkan dengan tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu
6
sebesar 86,2% (Dinkes kabupaten Madiun, 2017). Sehingga bisa di simpulkan
bahwa cakupan kunjungan K1 dan K4 masih ada kesenjangan, dimana
cakupan K1 lebih besar dari pada cakupan K4, cakupan K1 mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya, namun cakupan K4 mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya. Cakupan persalinan dan nifas mengalami kenaikan.
Sedangkan cakupan peserta KB aktif mengalami penurunan. Dan selisih
kunjungan KN 1 dan KN lengkap tidak terpaut jauh, sehingga dari jumlah
neonatus yang berkunjung di KN1 sebagian besar berkunjung di KN lengkap.
Terdapat banyak hal yang menyebabkan adanya kesenjangan antara
cakupan K1 dan K4 antara lain: Pemeriksaan antenatal sudah berdasarkan
kualitas pelayanan 10T, Mobilitas di daerah perkotaan yang tinggi, Penetapan
sasaran ibu hamil yang terlalu tinggi di beberapa kab/kota, Ada budaya
masyarakat pada saat menjelang persalinan pulang ke kampung halaman,
Pencatatan dan pelaporan masih belum optimal. Untuk cakupan persalinan
dan pelayanan nifas belum memenuhi target di sebabkan oleh tempat tinggal
ibu hamil di daerah yang tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas pelayanan
kesehatan. Apabila sebab-sebab tersebut tidak segera diatasi maka akan
berdampak pada peningkatan AKI dan AKB (Kemenkes RI, 2017).
Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB dapat dilakukan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan
pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi
7
komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan
pelayanan keluarga berencana. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan
meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS)
dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal. Program EMAS
berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal
dengan cara : Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi
baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300
Puskesmas/Balkesmas PONED) serta memperkuat sistem rujukan yang
efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit (Kemenkes RI,2017).
Upaya yang di lakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan di antaranya, pemenuhan semua komponen pelayanan kesehatan
ibu hamil harus diberikan saat kunjungan. Dalam hal ketersediaan sarana
kesehatan, keberadaan puskesmas secara ideal harus didukung dengan
aksesibilitas yang baik. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan aspek geografis
dan kemudahan sarana dan prasarana transportasi. Dalam mendukung
penjangkauan terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas juga
sudah menerapkan konsep satelit dengan menyediakan puskesmas pembantu
dan menyediakan rumah tinggal bagi tenaga kesehatan termasuk bidan
sehingga bidan siaga di tempat tugasnya dan dapat memberikan pertolongan
persalinan setiap saat (Kemenkes RI, 2017).
Continuity of care dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan
peladenan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga
8
berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan khusunya
dan keadaan pribadi setiap individu (Humor et al, 2014).
Continuity of care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu managemen,
informasi dan hubungan, kesinambungan managemen melibatkan komunikasi
antar perempuan dan bidan. Kesinambungan informasi menyangkut
ketersediaan waktu yang relevan. Kedua hal tersebut penting untuk mengatur
dan memberikan pelayanan kebidanan (Sandall, 2014).
Penulis telah melakukan study pendahuluan di PMB Ny Siti Rohmani,
S.ST diwilayah Kabupaten Madiun, diperoleh data pada tahun 2018
didapatkan jumlah pasien ANC sejumlah 100 orang, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan sejumlah 45 orang yang dirujuk 5 orang, KN lengkap
sejumlah 45 bayi, KN sejumlah 45 orang, ibu yang menggunakan alat
kontrasepsi sejumlah 100 orang dalam satu tahun. Selain itu tidak ada
kematian ibu dan bayi ditahun 2018 (Data Primer, 2019).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan asuhan
kebidanan secara berkesinambungan Continuity Of Care (COC) untuk
melakukan study kasus dengan cara meningkatkan kualitas pada saat
kunjungan mulai masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, perawatan
bayi baru lahir sampai ber-KB.
9
1.2 Pembatasan Masalah
Asuhan Kebidanan ini diberikan kepada ibu hamil normal trimester
III, ibu bersalin, neonatus, ibu masa nifas dan peserta KB pasca salin secara
continuity of care.
1.3 Tujuan Penyusunan LTA
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara
Continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatus dan
KB pasca salin dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan meliputi :
Pengkajian, merumuskan diagnose, merencanakan, melaksanakan
dan melakukan evaluasi.
2. Memberikan asuhan kebidanan pada persalinan meliputi :
Pengkajian, merumuskan diagnose, merencanakan, melaksanakan
dan melakukan evaluasi.
3. Memberikan asuhan kebidanan pada nifas meliputi : Pengkajian,
merumuskan diagnose, merencanakan, melaksanakan dan
melakukan evaluasi.
4. Memberikan asuhan kebidanan pada neonatus meliputi :
Pengkajian, merumuskan diagnose, merencanakan, melaksanakan
dan melakukan evaluasi.
10
5. Memberikan asuhan kebidanan pada keluarga berencana meliputi
:Pengkajian, merumuskan diagnose, merencanakan,
melaksanakan dan melakukan evaluasi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Asuhan yang dilakukan secara contynuiti of care dan komprehensif
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses pengambilan keputusan
dan tindakan yang dilakuan oleh bidan sesuai kewenangan dan ruang
lingkup praktik berdasarkan ilmu kebidanan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pasien
Pasien memperoleh pelayanan optimal secara Continuity of care
pada saat hamil, bersalin, nifas, neonatus dan penggunaan KB.
Sehingga apabila terdapat komplikasi dapat dideteksi sedini mungkin.
2. Bagi Lahan Praktik PMB Siti Rohmani SST
Dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam memberikan
informasi tentang perubahan fisiologis dan asuhan yang diberikan
pada ibu hamil sampai dengan KB.
3. Institusi Pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil laporan ini diharapkan dapat menambah referensi
penulisan laporan tugas akhir dan sebagai bahan acuan tugas akhir
selanjutnya.
11
4. Mahasiswa Kebidanan
Laporan ini sebagai sarana belajar dan bekal bagi penulis
dalam memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of care,
dalam menghadapi serta memecahkan masalah-masalah yang
mungkin timbul pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan
penggunaan KB.
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan tentang konsep dasar teori asuhan
kebidanan pada ibu masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
Keluarga Berencana (KB) berdasarkan asuhan secara continuity of care.
2.1 Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
A. Pengertian
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2013).
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi menjadi 3
trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Saifuddin, 2009).
B. Fisiologi Kehamilan
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Bila ovum dibuahi oleh spermatozoa maka
13
korpus luteum akan dipertahankan oleh korionik gonadotropin yang
dihasilkan oleh trofoblas di sekitar blastokis menjadi korpus luteum
kehamilan (Saifuddin, 2009).
2. Spermatozoa
Setiap spermatozoa terdiri dari tiga bagian yaitu kaput atau kepala
yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus,
ekor, dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan
ekor. Dengan gertaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat
(Saifuddin, 2009).
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya
beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopii. Spermatozoa yang
masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari,
sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi (Manuaba, 2010).
3. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh
korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi (Manuaba, 2010).
Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma
yang disebut vitelus. Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang
pada zona pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran
pada zona pelusida. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat
yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang
mempunyai silia (Manuaba, 2010).
14
Ovum mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba. Ovum
siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermatozoa
menyebar, masuk melalui kanalis servikalis. Pada kavum uteri, terjadi
pelepasan lipoprotein dari sperma. Spermatozoa hidup selama 3 hari di
dalam genitalia interna. Spermatozoa akan mengelilingi ovum serta
mengikis korona radiata dan zona pelusida. Melalui stomata, spermatozoa
memasuki ovum. Setelah kepala spermatozoa masuk ke ovum, ekornya
terlepas di luar. kedua inti ovum dan inti spermatozoa akan membentuk
zigot (Manuaba, 2010).
Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan
2 kromosom kelamin, pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. Sesudah
pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom
otosom serta 1 kromosom X dan 22 kromosom otosom serta 1 kromosom
Y. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom otosom
serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedangkan
yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1
kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki (Saifuddin, 2009).
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk zigot
yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua
dan seterusnya. Berbarengan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus
berjalan menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan
dalam ovum disebut stadium morula. Pembentukan sel di luar morula
yang berasal dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas. Sel trofoblas
15
mampu mengeluarkan hormon korionik gonadotropin, yang
mempertahankan korpus luteum gravidarum (Manuaba, 2010).
Di dalam morula terbentuk ruangan yang mengandung cairan yang
disebut blastula. Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung, blastula
dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap mengadakan
nidasi. Pada fase sekresi, endometrium telah menebal dan mengandung
glikogen yang disebut desidua. Proses penanaman blastula yang disebut
nidasi terjadi pada hari ke-6 sampai 7 setelah konsepsi (Manuaba, 2010).
4. Nidasi
Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut
blastokista atau blastocyst, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah
tropoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner
cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang
menjadpi plasenta (Saifuddin, 2009).
Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut disajikan gambar
mengenai proses fertilisasi sampai dengan nidasi menurut Departement of
Health (2009).
16
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Fertilisasi Sampai Nidasi Sumber : Departement of Health. 2009. The Pregnancy Book.
5. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif
telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium.
Terbentuklah sinus intertrofoblas yaitu ruangan-ruangan yang berisi
darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan
(Prawirohardjo, 2011).
Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan interviler
di mana vili korialis seolah-olah terapung-apung di antara ruangan
tersebut sampai terbentuknya plasenta. 3 minggu pascafertilisasi
sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai pembentukan
vili korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung kapilar di
dalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah
17
maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena
uterina. Vili korialis akan tumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu
plasenta (Prawirohardjo, 2011).
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri
disebut desidua kapsularis, yang terletak antara hasil konsepsi dan
dinding uterus disebut desidua basalis, di situ plasenta akan dibentuk.
Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua
parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang
dinamakan vili karialis dan berpangkal pada karion. Sel-sel fibrolas
mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam
trofoblas (Prawirohardjo, 2011).
Dengan demikian, terbentuklah chorionic membrane yang kelak
menjadi korion. Vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis
tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, disisi korion disebut korion
frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang
mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum
uteri sehingga lambat-laun menghilang, korion yang gundul ini disebut
korion laeve. Darah ibu dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh
darah janin dan lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan
plasenta jenis hemokorial (Sarwono, 2009).
Plasenta merupakan akar janin untuk menghisap nutrisi dari ibu
dalam bentuk O2, asam amino, vitamin, mineral, dan zat lainnya ke janin
dan membuang sisa metabolisme janin CO2 (Manuaba, 2010).
18
6. Pertumbuhan dan perkembangan janin.
Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah
fertilisasi, tetapi baru pada usia kehamilan 20 minggu bunyi jantung janin
dapat dideteksi dengan stetoskop. Dengan menggunakan teknik
ultrasound atau sistem Doppler, bunyi jantung janin dapat dikenali lebih
awal (12-20 minggu usia kehamikan) (Saifuddin, 2009).
Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12
minggu, tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20
minggu karena di usia kehamilan tersebut, dinding uterus mulai menipis
dan gerakan janin menjadi lebih kuat. Pada kondisi tertentu, ibu hamil
dapat merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki bayi di usia
kehamilan 16-18 minggu. Bagian-bagian tubuh janin juga dapat dipalpasi
dengan mudah mulai usia kehamilan 20 minggu (Saifuddin, 2009).
19
Tabel 2.1 Perkembangan Fungsi Organ Janin
Usia
Gestasi
(minggu)
Organ
6 Pembentukan hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru. Jari-
jari telah berbentuk, namun masih tergenggam. Jantung
telah terbentuk penuh.
7 Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia
eksterna. Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai
terbentuk.
9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka janin,
kelopak mata terbentuk namun tak akan membuka sampai
28 minggu.
13-16 Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal dari trimester
ke-2. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh
lanugo (rambut janin). Janin bergerak aktif, yaitu menghisap
dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium (feces)
dalam usus. Jantung berdenyut 120-150x/menit.
17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh
tubuh diliputi oleh verniks keseosa (lemak). Janin
mempunyai refleks.
25-28 Saat itu disebut permulaan trimester ke-3, di mana terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan
gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka.
Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-
70%). Tulang telah tebentuk sempurna, gerakan nafas telah
reguler, suhu relatif stabil.
33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan
dapat hidup tanpa kesulitan.
38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, di mana bayi
akan memiliki seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang,
tetapi masih dalam batas normal. Sumber : Sarwono Prawirohardjo (ed), 2011, Ilmu Kebidanan, Jakarta, Halaman 158-
159.
C. Tanda Gejala Kehamilan
1. Tanda-tanda Dugaan Kehamilan
a Amenorea (berhentinya menstruasi)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat
menstruasi lagi (Wiknjosastro, 2011).
20
b Nausea (mual) dan emesis (muntah)
Enek terjadi umumnya pada bulan bulan pertama kehamilan, di sertai
kadang kadang emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu.
Keadaan ini lazim disebut morning sickness (Wiknjosastro, 2011).
c Mengidam
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu, terutama pada
trimester pertama. Akan tetapi menghilang dengan makin tuanya
kehamilan (Romauli, 2011).
d Pingsan
Sering dijumpai berada ditempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Dianjurkan tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-bulan pertama
kehamilan, dan akan hilang setelah usia kehamilan 16 minggu
(Romauli,2011).
e Quickening
Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama biasanya disadar oleh
wanita pada kehamilan 18-20 minggu (Romauli, 2011).
f Sering miksi
Sering kencing terjadi karena kandung kencing pada bulan bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada akhir triwulan
gejala biasa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan
menekan kembali kandung kencing (Wiknjosastro, 2011).
21
g Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh
hormone steroid (Romauli, 2011).
h Pigmentasi kulit
Perubahan ini antara lain cloasma yakni warna kulit yang
kehitaman pada dahi, punggung hidung dan kulit pada daerah tulang pipi.
Pada daerah areola dan puting payudara, warna kulit menjadi lebih hitam.
Perubahan-perubahan ini disebabkan stimulasi MSH. Pada kulit daerah
abdomen dan payudara dapat mengalami perubahan yang disebut strie
gravidarum yaitu perubahan warna seperti jaringan parut (Romauli, 2011).
i Lelah (fatigue)
Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya basal metabolic rate
(BMR) dalam trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya
aktifitas metabolik produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya
usia kehamilan maka sering lelah yang terjadi selama trimester pertama
akan berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu hampir akan menjadi
lebih segar (Romauli, 2011).
j Perubahan Payudara
Mammae menjadi tegang dan membesar disebabkan oleh pengaruh
estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae
Glandula Monthgomery tampak lebih jelas (Wiknjosastro, 2007).
Selain yang tersebut diatas ada tanda gejala kehamilan lain menurut
Marmi (2011) antara lain :
22
1) Weight gain
Pertambahan berat badan ibu tidak selalu berbanding lurus dengan
pertambahan berat janin. Umumnya pertambahan berat badan normal
selama kehamilan adalan 7-15 kg.
2) Nail sign
Umumnya umur 6 minggu wanita hamil mengeluh ujung kuku lunak
dan lebih tipis.
3) Fatigue
Perasaan lelah pada ibu hamil yang sulit diterangkan. Kerja jantung di
rasakan lebih berat pada umur 32 minggu.
4) Quikening
Perasaan gerakan janin pada minggu ke 18 atau ke 20 minggu
(primigravida) dan umur 14 atau 16 minggu pada multigravida.
Gerakan janin pertama kali dapat di gunakan untuk menentukan usia
kehamilan.
2. Tanda-tanda Kemungkinan Kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2011), tanda-tanda kemungkinan kehamilan
adalah sebagai berikut :
a Perut membesar
Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, dan konsitensi dari
rahim.
23
b Tanda hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan menjadi lunak, terutama istmus
uteri, jika kita letakkan 2 jam dalam fornix posterior dan tangan satunya
pada dinding perut diatas simfisis, maka istmus ini tidak teraba seolah-
olah corpus uteri, sama sekali terpisah dari cervik.
c Tanda Chadwick
Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu.
d Tanda piscasseck
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
makin lama makin bundar bentuknya. Kadang-kadang pembesaran
tidak rata tetapi didaerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya.
e Braxton hicks
Saat palpasi atau taucher rahim yang lunak menjadi keras karena
kontraksi.
f Teraba ballottement
Pada bulan IV dan V janin lebih kecil dan banyaknya air ketuban, jika
rahim didorong dengan sekonyong-konyong, maka anak melenting di
dalam rahim.
g Reaksi kehamilan positif
Dengan tes kehamilan tertentu air kencing pertama pagi hari dapat
membantu membuat diagnosis kehamilan sedini dirinya.
24
3. Tanda Pasti Hamil
Menurut Mochtar (2011), tanda pasti hamil adalah sebagai berikut:
a Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-
bagian janin.
b Denyut jantung janin
1) Didengar dengan steteskop monoral laennec.
2) Dicatat dan didengar dengan alat doppler.
3) Dicatat dengan fele-elektro kardiogram.
4) Dilihat pada ultrasonagrafi.
c Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.
D. Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan
Menurut Varney (2008) mengatakan macam-macam ketidaknyamanan
dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Mengidam
Mengidam merupakan suatu keadaan dengan kondisi psikologis ibu
hamil. Umumnya dialami oleh ibu hamil primi. Jelaskan kepada ibu
bahwa keadaan tersebut tidak perlu dikhawatirkan selama asupan nutrisi
terpenuhi serta jelaskan tentang makanan yang tidak bisa diterima
selama masa kehamilan mencakupan gizi yang diperlukan serta
memuaskan rasa mengidam.
25
2. Petialisme (Salivasi Berlebihan)
Petialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang disebabkan
oleh peningkatan keasaman didalam mulut atau peningkatan asupan zat
pati, yang menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang rentan
mengalami salivasi berlebihan.
3. Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama namun alasanya belum
diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan diakibatkan
penurunan drastis laju metabolisme dasar awal kehamilan, tetapi alasan
hal ini terjadi masih belum jelas. Dugaan lain adalah bahwa
peningkatan progesterone memiliki efek menyebabkan tidur.
Untungnya keletihan merupakan ketidaknyamanan yang terbatas dan
biasanya hilang pada akhir trimester pertama. Keletihan dapat
meningkatkan intensitas respons psikologis yang dialami wanita pada
saat ini.
4. Nyeri Punggung
Nyeri punggung pada bagian atas terjadi selama trimester pertama
akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara menjadi
berat. Hal ini merupakan salah satu tanda praduga kehamilan.
Pembesaran ini dapat mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak
dikosongkan adekuat.
26
5. Leoukorea
Leoukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan
konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester pertama.
Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sejumlah besar glikogen
pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil doderlin.
6. Peningkatan Frekuensi Berkemih
Peningkatan frekuensi berkemih sebagai ketidaknyamanan
nonpatologis pada kehamilan sering terjadi pada dua kesempatan yang
berbeda selama trimester pertama terjadi akibat peningkatan berat pada
fundus uterus. Peningkatan berat uterus pada fundus uterus ini membuat
istmus menjadi lunak (tanda hegar), menyebabkan antefleksi pada
uterus yang membesar. Hal ini menimbulkan tekanan langsung pada
kandung kemih. Tekanan ini akan berkurang seiring uterus terus
membesar dan keluar dari panggul sehingga menjadi salah satu organ
abdomen, sementara kandung kemih tetap merupakan organ panggul.
7. Nyeri Ulu Hati
Nyeri ulu hati -ketidaknyamanan yang mulai timbul menjelang
akhir trimester kedua dan bertahan hingga trimester ketiga- adalah kata
lain untuk regurgitasi atau refleks isi lambung yang asam menuju
esophagus bagian bawah akibat peristaltis balikan.
8. Flatulen
Peningkatan flatulen diduga akibat penurunan motilitas gas
trointestinal. Hal ini kemungkinan merupakan akibat efek peningkatn
27
progresteron yang merelaksasikan otot halus dan akibat pergeseran serta
tekanan pada usus halus karena pembesaran uteus.
9. Konstipasi
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat
memiliki masalah ini pada trimester ke dua atau ke tiga. Konstipasi
diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksasi
otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah
progesterone. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran
uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada
saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi. Salah satu
efek samping yang umum muncul pada penggunaan zat besi adalah
konstipasi.
10. Hemoroid
Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu,
semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.
Progresteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar.
Selain itu, pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan,
secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid. Tekanan ini
menganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti pada vena
panggul.
11. Kram Tungkai
Dasar fisiologi untuk kram tungkai belum diketahui dengan pasti.
Beberapa tahun kram kaki diperkirakan oleh gangguan asupan kalsium
28
atau asupan kalsium tidak adekuat atau ketidakseimbangan rasio
kalsium dan fosfor dalam tubuh, namun penyebab-penyebab ini
sekarang tidak disertakan dalam literature terkini.
12. Insomnia
Baik pada wanita yang mengandung ataupun tidak, dapat
disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti khawatir, kecemasan,
terlalu gembira menyambut suatu acara ke esokan harinya.
E. Perubahan Fisiologi dalam Kehamilan
1. Uterus
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau beratnya
30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi
seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami
hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti
pembesaran rahim karena pertumbuhan janin (Manuaba, 2010).
2. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium, folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7
minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil
progesteron dalam jumlah yang relatif normal (Saifuddin, 2009).
29
3. Vagina dan perineum
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan 2009 : Selama
kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada
kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan
terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick.
Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan
ikat dan hipertrofi dari sel–sel otot polos. Dinding vagina mengalami
banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami
peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan
mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos.
Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnnya dinding vagina.
4. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan terjadi pada daerah payudara dan perut,
perubahan ini dinamakan strie gravidarum. Pada banyak perempuan kulit
di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam
kecoklatan yang disebut linea nigra. Bercak kecoklatan pada wajah dan
leher disebut cloasma gravidarum. Pada areola dan genetalia akan terlihat
pigmentasi yang berlebih. Pigmentasi yang berlebih ini akan hilang atau
berkurang setelah persalinan (Saifuddin, 2009).
30
5. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan laktasi dan memproduksi ASI. Perkembang payudara tidak
terlepas dari hormon estrogen, progesteron dan somatomamotropin.
Perubahan payudara pada ibu hamil menurut Manuaba (2010) :
a) Payudara menjadi lebih besar.
b) Areola payudara makin hiperpigmentasi.
c) Glandula montgomery makin tampak.
d) Puting susu makin menonjol.
6. Perubahan Metabolik
Sebagai besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal
dari uterus dan isinya. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Pada TM 2 dan 3 dianjurkan untuk menambah berat
badan per minggu 0,4 kg. Hasil konsepsi, uterus, dan darah ibu secara
relatif mempunyai kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan lemak
dan karbohidrat (Saifuddin, 2009).
31
Tabel 2.2 Penambahan berat badan selama kehamilan
Jaringan dan cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu
Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650
Cairan amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan ekstraseluler 0 30 80 1480
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500
Sumber : Sarwono Prawirohardjo (ed), 2011, Ilmu Kebidanan, Jakarta.
7. Sirkulasi Darah Ibu
a) Volume darah
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu 6-
8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut (Saifuddin, 2009).
b) Sel Darah
Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah
sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume
plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan
konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada
perempuan bisa mencapai di bawah 11 g/dl (Saifuddin, 2009).
32
8. Sistem Respirasi
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah 6 cm,
tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik 4 cm
selama kehamilan. Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit
perubahan selama kehamilan, tetapi volume tidak, volume ventilasi per
menit dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara
signifikan pada kehamilan lanjut. Akan mencapai puncaknya pada
minggu ke 37 (Saifuddin, 2009).
9. Sistem Pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat
yang dapat menyebabkan:
a) Hipersalivasi (pengeluaran air liur yang berlebihan).
b) Mual di pagi hari.
c) Emesis dan hiperemesis gravidarum.
d) Obstipasi karena gerak usus berkurang.
(Manuaba, 2010)
10. Sistem Perkemihan
Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih.
Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus
keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin
33
sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali
(Saifuddin, 2009).
11. Sistem muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior,
lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai.
Sendi sakroilliaka, sakrokoksegis dan pubis akan meningkatkan
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas
tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung
terutama pada akhir kehamilan (Saifuddin, 2009).
F. Perubahan Psikologis dalam kehamilan
1. Trimester I (1-3 bulan)
Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan
kehamilnannya, kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan,
dan kesedihan. Bahkan ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja. Ibu
akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekadar untuk meyakinkan dirinya. Setiap perubahan yang
terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan seksama
(Sulityawati, 2009). Sedangkan menurut (Sunarsih, 2011) Hasrat untuk
melakukan hubungan seksual pada wanita trimester pertama ini
berbeda. Walaupiun beberapa wanita mengalami gairah seksual yang
lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama
34
periode ini. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual,
pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran.
2. Trimester II (4-6 bulan)
Ibu merasa lebih stabil, kesanggupan mengatur diri lebih baik,
kondisi atau keadaan ibu lebih menyenangkan, ibu mulai terbiasa
dengan perubahan fisik tubuhnya, janin belum terlalu besar sehingga
belum menimbulkan ketidaknyamanan. Ibu sudah mulai menerima dan
mengerti tentang kehamilannya.
3. Trimester III (7-9 bulan)
Trimester ketiga sering disebut periode menunggu dan waspada
sebab saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinnya. Ibu
mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan
perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan suami, keluarga dan bidan.
Selain itu juga dikarean berat badan ibu meningkat, adanya tekanan
pada organ dalam, adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya
semakin besar, adanya perubahan gambaran (konsep diri, tidak mantap,
merasa terasing, tidak dicintai, merasa tidak pasti juga senang karena
kelahiran sang bayi (Sunarsih, 2011).
G. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
1. Nutrisi
Menurut Saifuddin, 2009. nutrisi yang perlu ditambahkan pada saat
kehamilan:
35
a) Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2.500 kalori. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan
obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
preeklamsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak
melebihi 10-12 kg selama hamil.
b) Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari.
Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur).
Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan
oedema.
c) Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan
otak dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu,
keju, yogurt, dan kalsium bikarbonat. Defisiensi kalsium dapat
menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalsia pada ibu (Sukarni,
2013).
d) Zat besi
Pemberian zat besi dimulai dengan memberikan satu tablet sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung
FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 µg, minimal
36
masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama
teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan. Metabolisme yang
tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang
diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin
di dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin
normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30
mg/hari terutama setelah trimester kedua. Sumber zat besi terdapat
dalam sayuran hijau, daging yang berwarna merah dan kacang-
kacangan. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan
anemia defisiensi zat besi.
e) Asam folat
Asam folat merupakan kelompok vitamin B paling utama selama masa
kehamilan karena dapat mencegah cacat tabung syaraf (neural tube
defects). Ibu hamil harus meningkatkan asupan folat sebelum dan pada
awal kehamilan dan mencegah dari 10 kasus cacat tabung syaraf. Asam
folat penting untuk pertumbuhan tulang, jaringan tisu dan darah, karena
ketiadaan amino cuka mencegah bayi mengalami kelainan (Margareth
ZH, 2013).
2. Eliminasi
a) Buang Air Kecil (BAK)
Peningkatan frekuensi berkemih pada TM III paling sering dialami oleh
wanita primigravida setelah lightening. Lightening menyebabkan
bagian presentasi (terendah) janin akan menurun masuk kedalam
37
panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih
(Marmi, 2011).
b) Buang Air Besar (BAB)
Konstipasi diduga akibat penurunan peristaltik yang disebabkan
relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan hormon
progesteron. Konstipasi juga dapat terjadi sebagai akibat dari efek
samping penggunaan zat besi, hal ini akan memperberat masalah pada
wanita hamil (Marmi, 2011).
3. Istirahat
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan.
Wanita hamil juga harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu
yang sangat lama. Ibu hamil tidur malam kurang lebih sekitar 8 jam setiap
istirahat dan tidur siang kurang lebih 1 jam (Marmi, 2011).
4. Aktivitas
Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot
sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam
persalinan normal. Senam hamil dimulai pada usia kehamilan sekitar 24-
28 minggu. Beberapa aktivitas yang dapat dianggap sebagai senam hamil
yaitu jalan-jalan saat hamil terutama pagi hari (Manuaba, 2012). Jangan
melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik
yang dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Saifuddin, 2009.
38
5. Personal Hygiene
Menurut Marmi 2011, personal hygiene sangat diperlukan selama
kehamilan, karena kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi.
Kebersihan yang perlu diperhatikan selama kehamilan meliputi:
a) Pakaian yang baik untuk wanita hamil ialah pakaian yang enak dipakai
tidak boleh menekan badan. Penggunaan Bra yang dapat menopang
payudara agar mengurangi rasa tidak nyaman karena pembesaran
payudara.
b) Sepatu atau sandal hak tinggi, akan menambah lordosis sehingga sakit
pinggang akan bertambah.
c) Perawatan gigi, hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan
emesis, hyperemesis gravidarum, hypersalivasi dapat menimbulkan
timbunan kalsium di sekitar gigi. Pemeriksaan gigi saat hamil
diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi penyebab
infeksi.
d) Pemeliharaan payudara
Mempersiapkan payudara untuk proses laktasi dapat dilakukan
perawatan payudara dengan cara membersihkan 2 kali sehari selama
kehamilan. Apabila puting susu masih tenggelam dilakukan pengurutan
pada daerah areola mengarah menjauhi puting susu untuk menonjolkan
puting susu menggunakan perasat Hoffman.
39
e) Kebersihan genetalia
Kebersihan vulva harus dijaga betul-betul dengan lebih sering
membersihkannya, memakai celana yang selalu bersih, jangan
berendam dan lain-lain.
6. Riwayat seksual
Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila terdapat tanda
infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau akan hubungan
seksual panas, terjadi perdarahan saat hubungan seksual, terdapat
pengeluaran cairan (air) yang mendadak, hentikan pada mereka yang
sering mengalami keguguran, persalinan sebelum waktunya, mengalami
kematian dalam kandungan, sekitar dua minggu menjelang persalinan
(Manuaba 2012).
H. ANC Terpadu
1. Pengertian ANC Terpadu
Antenatal care merupakan suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman
dan memuaskan (Mufdlilah, 2009).
Anc terpadu adalah program pelayanan antenatal komprehensif
dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil serta terpadu
dengan program lain yang memerlukan intervensi selama kehamilannya.
40
Integrasi program dari ANC terpadu yaitu maternal neonatal
tetanus elimination (MNTE), antisipasi defisiensi gizi dalam kehamilan,
pencegahan malaria dalam kehamilan (PMDK), pencegahan penularan
HIV dari ibu ke bayi (PMTCT), perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K), pencegahan dan pengobatan IMS/ISK dalam
kehamilan, eliminasi sifilis congenital (ESK/CSE) dan penatalaksanaan
TB dalam kehamilan (TB-ANC), serta pemeriksaan kesehatan gigi ibu
hamil.
2. Tujuan ANC terpadu
a) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komperhensif dan
berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling KB dan pemberian ASI,
b) Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komperhensif dan
berkualitas.
c) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan pada ibu
hamil sedini mungkin.
d) Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada
ibu hamil sedini mungkin.
e) Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan social
dengan sistem rujukan yang ada. (Kemenkes, 2010).
41
3. Standar Asuhan Minimal 10 T
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan : berat badan ibu hamil
harus diperiksa pada tiap kali kunjungan. Sejak bulan ke-4,
pertambahan BB minimal 1kg/bulan dan maksimal 2kg/bulan.
Tinggi badan diperiksa hanya pada kunjungan pertama (K1) untuk
mengetahui faktor resiko pada ibu hamil. Bila tinggi badan <145
maka ibu hamil mempunyai faktor resiko panggul sempit.
b) Ukur lingkar lengan atas : lingkar lengan atas diukur hanya pada
saat kunjungan pertama (K1). Pengukuran ini untuk menentukan
status gizi ibu hamil. LILA ibu hamil <23,5 cm menunjukkan
bahwa ibu hamil menderita kurang energi kronis.
c) Ukur tekanan darah : pengukuran dilakukan pada tiap kali
kunjungan. TD normal jika sistole 120 mmHg dan diastole 80
mmHg. TD tinggi, bila TD sistole 140 mmHg atau diatole 90
mmHg, dimana merupakan faktor resiko untuk hipertensi dalam
kehamilan.
d) Ukur tinggi fundus uteri : tinggi fudus uteri harus diukur tiap kali
kunjungan sejak kehamilan berusia 4 bulan, pertambahan tinggi
fundus harus sesuai dengan usia kehamilan, bila tidak sesuai maka
lakukan tes laboratorium yang dibutuhkan.
e) Tentukan presentasi janin dan DJJ : presentasi janin dilakukan
untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah
janin bukan kepala, atau kepala janin belum mauk ke panggul
42
berarti ada kelainan letak panggul, panggul sempit atau ada
masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.
f) Tes laboratorium : tes laboratorium yang wajib dilakukan bagi ibu
hamil adalah tes hemoglobin darah (Hb) untuk mengetahui apakah
ibu menderita anemia dan golongan darah untuk mempersiapkan
donor bagi ibu hamil bila diperlukan nanti. Untuk daerah endemis
malaria, setiap ibu hamil wajib diperiksa darah
(RDT/Mikroskopis). Sedangkan penawaran tes HIV dilakukan
pada ibu hamil didaerah endemis meluas dan terkonsentrasi serta
pada daerah epidemi rendah pada ibu hamil dengan HIV dan IMS.
g) Berikan tablet tambah darah : tablet tambah darah diberikan
minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan yang berguna untuk
mencegah kekurangan darah selama kehamilan.
h) Pemberian imunisasi TT : sebelum imunisasi diberikan sebaiknya
sebelumnya dilakukan skrining status imunisasi tetanus toxoid ibu
hamil dan berikan imunisasi sesuai status imunisai tersebut. Jika
ibu hamil tidak dalam status terlindungi, maka harus diberikan.
i) Tata laksana kasus : apabila dari pemeriksaan ditemukan faktor
resiko segera dilakukan rujukan.
j) Temu wicara/konseling : tatap muka antara bidan dengan ibu hamil
dalam rangka melakukan konseling dari mulai hamil sampai
43
dengan perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi serta
KB pasca persalinan.
(Kemenkes RI, 2014).
I. Kunjungan ANC
1. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4x selama
kehamilan:
a) 1x pada triwulan pertama
b) 1x pada triwulan kedua
c) 2x pada triwulan ketiga
2. Jadwal Kunjungan Ulang
a) Kunjungan I pada TM I (UK 16 minggu) dilakukan untuk Penapisan
dan pengobatan anemia, perencanaan persalinan, pengenalan
komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.
b) Kunjungan II pada TM II (UK 24-28 minggu) dan Kunjungan III
pada TM III (UK 32 minggu) dilakukan untuk komplikasi akibat
kehamilan dan pengobatan, penapisan preeklampsia, gamelli, infeksi
alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP, dan mengulang
perencanaan persalinan.
c) Kunjungan IV pada TM III (UK 36 minggu sampai persalinan)
dilakukan untuk mengenali adanya kelainan letak dan presentasi,
memantapkan rencana persalinan, mengenali tanda-tanda persalinan.
(Prawirohardjo, 2011).
44
J. IMT Pada Ibu Hamil
Tabel 2.3 Rekomendasi penambahan berat badan berdasarkan Indeks Massa
tubuh
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥ 7
Gemeli 16 – 20,5
Sumber : Saifuddin, Abdul Bahri, 2009, Ilmu kebidanan, Jakarta.
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik
dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,
sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan
menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan
0,3 kg (Prawirohardjo, 2011). Kenaikan berat badan >0,57 kg/minggu
merupakan faktor risiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan.
Sedangkan primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah,
yaitu <0,34 kg/minggu, menurunkan resiko hipertensi tetapi menaikkan
resiko berat badan bayi rendah (Saifuddin, 2009).
K. Kartu Skor Poedji Rochjati
Kartu Skor Poedji Rochjati dapat digunakan untuk mengetahui
kehamilan termasuk resiko rendah, resiko tinggi atau resiko sangat tinggi.
45
Gambar 2.2 Skor Poedji Rochjati Sumber : Kemenkes RI, 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Jakarta.
Keterangan: Jumlah skor 2 termasuk resiko rendah penolong
persalinan adalah bidan, skor 6-10 termasuk resiko tinggi penolong
persalinan adalah dokter dan bidan tempat persalinan adalah polindes atau
puskesmas atau rumah sakit, skor lebih dari 12 adalah resiko sangat tinggi
penolong persalinan adalah dokter, tempat persalinan adalah rumah sakit.
L. Tanda bahaya kehamilan
1) Perdarahan pervaginam
Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah merah,
banyak dan kadang-kadang tidak disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan
semacam ini berarti plasenta previa. Plasenta previa adalah keadaan
46
dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
interna. Penyebab lain adalah solusio plasenta dimana keadaan plasenta
yang letaknya normal, terlepas dari perlengkatannya sebelum janin lahir,
biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
2) Sakit kepala hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang
menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang
menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan
kabur. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-
eklamsia.
3) Penglihatan Kabur
Penglihatan yang kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit
kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan
resistensi otak yang mempengaruhi system saraf pusat, yang dapat
menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan
penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur dapat menjadi
tanda pre-eklamsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan
yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak,
misalnya penglihatan kabur atau terbayang, melihat bintik-bintik (spot),
berkunang-kunang.
47
4) Bengkak pada muka atau tangan
Hampir separuh ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada
kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih
tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika muncul
pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini pertanda pre-eklamsia.
5) Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan adalah
tidak normal.
6) Bayi kurang bergerak seperti biasa
Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam).
Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 dan bulan ke-6.
Jika bayi tidak bergerak seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine
Fetal Death). IUFD adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin
didalam kandungan (Sulistyawati, 2009).
M. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
Standar pelayanan Antenatal
STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL
1. Tujuannya :
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memerikasakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
48
2. Hasil dari identifikasi ini :
Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan Ibu, suami, anggota
masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan
teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu.
3. Persyaratannya antara lain :
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah
memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.
4. Prosesnya antara lain :
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara
teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu
hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.
STANDAR 4: PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN
ANTENATAL
1. Tujuanya :
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan.
2. Pernyataan standar :
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga
49
harus mengenal kehamilan risti/ kelainan khususnya anemia, kurang
gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi,
nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh puskesmas.
3. Hasilnya antara lain :
Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.
Deteksi dini dan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang
harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu
terjadi kegawatdaruratan.
4. Persyaratannya antara lain :
Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas,
termasuk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil
pemeriksaan kehamilan (kartu ibu).
5. Prosesnya antara lain :
Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan.
STANDAR PELAYANAN 5 : PALPASI ABDOMINAL
1. Tujuannya :
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin,
penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.
50
2. Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan
melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur
kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta
melakukan rujukan tepat waktu.
3. Hasilnya :
Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik. Diagnosis dini kelainan
letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan. Diagnosis dini kehamilan
ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
4. Persyaratannya :
a. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar.
b. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi
baik.
c. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima
masyarakat.
d. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA, kartu ibu untuk pencatatan
e. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang
memerlukan rujukan.
f. Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan
antenatal.
51
STANDAR 6 : PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN
1. Tujuan :
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan
tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung.
2. Pernyataan standar :
Ada pedoman pengolaan anemia pada kehamilan. Bidan mampu :
a. Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
b. Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.
c. Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik.
d. Tersedia tablet zat besi dan asam folat.
e. Obat anti malaria (di daerah endemis malaria).
f. Obat cacing.
g. Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA, kartu ibu.
3. Proses yang harus dilakukan bidan :
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama
dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr% pada kehamilan termasuk
anemia, dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat
terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan,
kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan
dan perawatan selanjutnya sarankan ibu hamil dengan anemia untuk
tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
52
STANDAR 7 : PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA
KEHAMILAN
1. Tujuan :
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan
dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2. Pernyataan standar:
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya,
serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
3. Hasilnya:
Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang
memadai dan tepat waktu. Penurunan angka kesakitan dan kematian
akibat eklampsi.
4. Persyaratannya :
a. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran
tekanan darah.
b. Bidan mampu :
1) Mengukur tekanan darah dengan benar.
2) Mengenali tanda-tanda preeklmpsia.
3) Mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak
lanjut sesuai dengan ketentuan.
53
STANDAR 8 PERSIAPAN PERSALINAN
1. Pernyataan standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
akan di rencanakan dengan baik.
2. Prasyaratan:
a. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada
trimester terakhir kehamilan.
b. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang
indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah
sakit.
c. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan
persalinan yang aman dan bersih.
d. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia.
e. Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam
keadaan DTT/steril.
f. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan
cepat jika terjadi kegawatdaruratan ibu dan janin.
g. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf.
h. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama kehamilan. (Sriyanti, 2016).
54
STANDAR 16: PENANGANAN PERDARAHAN DALAM
KEHAMILAN PADA TRIMESTER III
1. Tujuan :
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan
dalam trimester 3 kehamilan.
2. Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
STANDAR 17: PENANGANAN KEGAWATAN DAN EKLAMPSIA
1. Tujuan :
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan
memberiakan perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan
kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi.
2. Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia
mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
2.1.2 Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan
I. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Biodata
a) Nama
55
Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk memperlancar
komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih akrab
(Walyani, 2015).
b) Umur
Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam
kehamilan yang beresiko atau tidak. Usia di bawah 16 tahun atau di atas
35 tahun merupakan umur-umur yang berisiko tinggi untuk hamil.
Umur yang baik untuk kehamilan maupun persalinan adalah 19-25
tahun (Walyani, 2015).
c) Pekerjaan
Menurut Anggraini (2010), pekerjaan digunakan untuk mengetahui
dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien. Pekerjaan rutin (pekerjaan rumah
tangga) dapat dilaksanakan. Bekerja sesuai dengan kemampuan, dan
makin dikurangi dengan semakin tua kehamilan (Manuaba, 2012).
Mengetahui pekerjaan klien penting untuk mengkaji pasien berada
dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi kelainan prematur dan
pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat merusak janin
(Marmi, 2011). Pajanan terhadap pelarut, radiasi ionisasi, dan gas
anestesi diketahui bersifat toksik dan berhubungan dengan efek sistem
saraf pusat, mikrosefali, dan peningkatan keguguran. Logam berat juga
diketahui bersifat toksik. Masalah juga ditemukan pada wanita yang
bekerja dengan Visual Display Unit (VDU) selama kehamilan, dan
56
terdapat laporan adanya risiko keguguran atau cacat lahir (Fraser dan
Cooper, 2009).
d) Pendidikan, minat, hobi dan tujuan
Tingkat pendidikan yang rendah terutama jika berhubungan dengan
usia yang muda, berhubungan erat dengan perawatan prenatal yang
tidak adekuat (Walsh, 2007). Kurangnya pendidikan tetap berorientasi
pada pengobatan tradisional dan pelayanan tradisional mempengaruhi
kesejahteraan ibu (Manuaba, 2012). Pendidikan tertinggi klien juga
minat, hobi dan tujuan jangka panjang. Informasi ini membantu klinis
memahami klien sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan
baca tulisnya. Kadang-kadang bahaya potensial dari hobi, seperti
melukis, memahat, mengelas, membuat mebel, pilot, menembak,
membuat keramik dan berkebun akan di identifikasi. Materi yang
digunakan dalam kegiatan seni dan kerajinan tangan dapat mengandung
silikon, talek, pelarut dan logam berat, semua ini berpotensi
membahayakan (Walyani, 2015).
e) Ekonomi
Ibu hamil yang lebih tinggi sosial ekonominya maka ibu akan
lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang
ibu. Sementara ibu hamil yang lebih rendah sosial ekonominya maka ia
akan mendapat banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan
kebutuhan primer (Jannah, 2012). Penghasilan yang terbatas sehingga
57
kelangsungan kehamilan dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan (Manuaba, 2012).
f) Agama
Agama dan berbagai praktik terkait agama yang harus di
observasi. Informasi ini dapat menuntut ke suatu diskusi tentang
pentingnya agama dalam kehidupan, tradisi keagamaan dalam
kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga
kesehatan dan pada beberapa kasus, penggunaan produk darah
(Walyani, 2015).
g) Alamat
Ibu yang tinggal di daerah yang terkena radiasi dapat berpengaruh
pada janin yaitu sebelum umur 18 minggu kehamilan radiasi dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat
bawaan lainnya (Manuaba, 2012).
2) Keluhan utama
Menurut Varney (2008), untuk mengetahui yang mendorong pasien/
klien datang ke petugas. Pada ibu hamil trimester III keluhan-keluhan yang
sering dijumpai yaitu:
a) Edema Dependen
Edema dependen pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena
dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan
sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada vena-
58
vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan pada vena kava
inferior saat telentang.
b) Peningkatan frekuensi berkemih
Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester III sering dialami
oleh primigravida. Bagian janin akan menurun masuk ke dalam panggul
dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih dan mengurangi
ruang untuk distensi kandung kemih, sehingga membuat wanita sering
buang air kecil.
c) Hemoroid
Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Progesteron juga
menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu
pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan pada vena
hemoroid. Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena dan
mengakibatkan kongesti pada vena panggul.
d) Konstipasi
Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltik yang
disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan
jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan yang terjadi pada usus akibat
pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat menyebabkan
motilitas pada susunan gastrointestinal sehingga menimbulkan kontipasi.
59
e) Sesak nafas
Uterus telah mengalami pembesaran hingga terjadi penekanan
diafragma. Selain itu diafragma akan mengalami elevasi kurang lebih 4 cm
selama kehamilan.
f) Varises
Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Perubahan ini
diakibatkan oleh penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat
wanita duduk atau berdiri dan penekanan vena inferior saat berbaring.
Varises yang terjadi selama kehamilan paling menonjol pada area kaki dan
atau vulva.
g) Kram tungkai
Salah satu dugaan lainnya adalah bahwa uterus yang membesar
memberi tekanan baik pada pembuluh darah panggul, sehingga
mengganggu sirkulasi atau pada saraf, sementara saraf ini melewati
foramen obturator dalam perjalanan menuju ekstrimitas bagian bawah.
h) Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya
seiring dengan pertambahan usia kehamilan, hal ini dikarenakan
perubahan pada berat uterus yang semakin membesar. Pada ibu trimester
III, biasanya akan berjalan dengan ayunan tubuh kebelakang akibat
peningkatan lordosis. Lengkung ini akan meregangkan otot punggung dan
menimbulkan rasa sakit atau nyeri.
60
i) Kecemasan menghadapi persalinan
Menurut Marmi (2011), keluhan psikologis pada ibu hamil trimester
III antara lain merasa cemas dengan kehidupan bayi dan dirinya sendiri,
mengalami proses duka karena hilangnya perhatian dan hak istimewa
khusus selama hamil, rasa kehilangan karena uterusnya yang penuh tiba-
tiba akan mengempis dan kosong, merasa canggung, jelek dan berantakan
menjelang akhir kehamilan.
3) Riwayat kesehatan
Kondisi medis tertentu berpotensi mempengaruhi ibu atau bayi atau
keduanya. Berikut ini adalah beberapa kondisi medis pada kategori ini:
a) Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi.
Bahaya anemia selama kehamilan yaitu terjadi abortus, persalinan
prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi
infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%), molahidatidosa,
hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini
(KPD) (Manuaba, 2012).
b) Asma
Penyakit asma yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan
CO2 (Manuaba, 2012). Wanita yang memiliki riwayat asma berat sebelum
hamil terbukti akan terus mengalaminya dan menjadi semakin buruk
selama masa hamil. Asma dihubungkan dengan hiperemesis gravidarum,
61
kelahiran preterm, hipertensi kronis, pre eklampsia, dan perdarahan
pervaginam (Varney, 2008).
c) Infeksi TORCH
Semua infeksi TORCH meliputi komponen toksoplasmosis, rubella,
sitomegalovirus dan herpes simpleks dapat menimbulkan abortus,
prematuritas, dan pertumbuhan janin terhambat (Manuaba, 2012).
d) Penyakit jantung
Penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Keluhan utama yang dikemukakan
adalah cepat merasa lelah, jantung berdebar-debar, sesak nafas disertai
kebiruan, edema tungkai atau terasa berat saat kehamilan muda, mengeluh
tentang bertambah besarnya janin yang tidak sesuai usia kehamilan
(Marmi, 2011). Perubahan fisiologis normal pada masa hamil
meningkatkan curah jantung wanita hingga 40% melebihi curah
jantungnya ketika tidak hamil saat ia berada pada keadaan istirahat.
Peningkatan ini terjadi pada awal kehamilan dan mencapai puncaknya
pada usia kehamilan 20-24 minggu. Peningkatan curah jantung selama
kehamilan akan meningkatkan risiko dekompensasi jantung pada wanita
yang mempunyai riwayat penyakit jantung (Varney, 2008).
e) Epilepsi
Dibandingkan wanita bukan epilepsi, wanita epilepsi memiliki risiko
melahirkan bayi malformasi dua sampai tiga kali lebih tinggi
(Cunningham et al, 1993) dan risiko memiliki anak dengan gangguan
62
kejang 2% sampai 3%. Mereka juga berisiko mengalami pre eklamsia dan
persalinan prematur. Wanita epilepsi sering mengkonsumsi obat
antikonvulsan saat mereka hamil. Fenitoin (Dilantin) adalah obat yang
paling sering dikonsumsi. Apabila obat ini diminum sebelum ibu hamil,
obat ini diasosiasikan dengan sindrom hidantoin janin, yakni retardasi
mental. Penyakit hemoragi dapat terjadi pada beberapa bayi yang baru
lahir dari ibu yang mengkonsumsi fenitoin. Vitamin K parenatal yang
diberikan kepada bayi segera setelah lahir akan mencegah efek koagulasi
(Varney, 2008).
f) Diabetes melitus-tergantung insulin (IDDM)
Wanita Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dapat
mengalami hipertensi berat, pre eklampsia, ketoasidosis dan bahkan
kebutaan serta gagal ginjal. Cairan amnion berlebih dapat terjadi. Janin
berisiko tinggi mengalami kelainan kongenital dan mungkin memiliki
ukuran besar atau berukuran sangat besar (makrosomia), kelainan
pervaginam dapat mengiritasi jaringan maternal (Varney, 2008).
g) Hipertensi
Wanita yang memiliki hipertensi kronis berisiko mengalami pre
eklampsia, persalinan prematur dan melahirkan bayi yang mengalami
retardasi pertumbuhan. Pemisahan prematur plasenta (abrupsio plasenta),
yang berpotensi mencetuskan morbiditas dan mortalitas ibu serta janin
cenderung terjadi (Varney, 2008).
63
h) Penyakit tiroid
Penyakit hipotiroid dan hipertiroid dapat menimbulkan masalah pada
ibu dan bayi. Wanita hipertiroid berisiko mengalami pre eklamsia dan
gagal jantung. Bayi dapat mengalami tirotoksikosis neonatus dan
meninggal dalam rahim. Hipotiroid jarang terjadi pada masa kehamilan
jika wanita terus mendapat pengobatan tiroid, biasanya levotiroksin. Tanpa
obat-obatan yang tepat, bayi baru lahir dapat mengalami hipotiroidisme
dan kretinisme (Varney, 2008).
i) Penyakit paru
Gangguan fungsi paru-paru yang berat sebagai penyalur O2 dan CO2
dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin sampai dengan
keguguran (Manuaba, 2012).
j) Infeksi ginjal dan saluran kemih
Pengaruh infeksi ginjal dan saluran perkemihan terhadap kehamilan
karena demam yang tinggi dan menyebabkan terjadi kontraksi otot rahim
sehingga dapat menimbulkan keguguran dan persalinan prematuritas.
Kehamilan dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga makin
meningkatkan infeksi menjadi sepsis yang menyebabkan kematian ibu dan
janin (Manuaba, 2012).
k) Tuberkulosis
Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi tuberkulosis sangat
berisiko bagi janin dan neonatus, tapi terapi ini penting karena risiko
tuberkulosis lebih berat daripada risiko toksisitas obat (Varney, 2007).
64
l) Hepatitis B
Kekhawatiran yang muncul saat seorang wanita hamil mengidap
penyakit hepatitis B ialah bayi akan terinfeksi saat dilahirkan dan
meninggal akibat karsinoma hepatoseluler atau sirosis atau menjadi
carrier kronis yang berpotensi menularkan penyakit ke orang lain
(Varney, 2008). 15% akan menimbulkan komplikasi usia muda dalam
bentuk hepatoma dan sirosi hepatis (Manuaba, 2012).
m) Infeksi virus herpes simpleks
Infeksi ini pada saat kehamilan tidak menembus plasenta tetapi
menimbulkan gangguan pada plasenta dengan akibat abortus dan missed
abortion atau prematuritas sampai lahir mati (Manuaba, 2012).
n) Gonorea
Gonorea dapat menyebabkan vulvovaginitis dalam kehamilan
dengan keluhan fluor albus dan disuria (Saifuddin, 2011).
o) Sifilis
Pengaruhnya terhadap kehamilan dalam bentuk persalinan
prematuritas atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentuk
plak congenital (pemfigus sifilitus, deskuamasi kulit telapak tangan dan
kaki, terdapat kelainan pada mulut dan gigi) (Manuaba, 2012).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Menurut Manuaba (2013) anamnesis yang dilakukan pada riwayat
kesehatan keluarga dapat ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan
keluarga antara lain :
65
a) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis.
b) Penyakit keluarga yang dapat diturunkan seperti kencing manis,
kelainan pembekuan darah, jiwa, dan asma.
c) Riwayat kehamilan kembar.
5) Riwayat kebidanan
a) Menstruasi
Usia wanita pertama haid bervariasi, antara 12-16 tahun. Hal ini
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan
keadaan umum (Walyani, 2015). Menurut Fraser dan Cooper (2009)
riwayat menstruasi dikaji untuk menentukan tanggal taksiran partus (TP).
Taksiran partus dihitung dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari pada
tanggal hari pertama haid terakhir yang dialami ibu. Metode ini
mengasumsikan bahwa ibu memiliki menstruasi dan jarak antar menstruasi
yang teratur.
Gambaran riwayat haid klien yang akurat biasanya membantu
penetapan tanggal perkiraan kelahiran, dengan menggunakan rumus
Neagle h+7 b-3 th+1 untuk siklus 28 hari, sedangkan untuk siklus 35 hari
dengan menggunakan rumus h+14 b-3 th+1. Siklus menstruasi lebih
pendek atau lebih panjang dari normal, kemungkinan wanita tersebut telah
hamil saat terjadi perdarahan. Data yang harus ditanyakan tentang haid
meliputi siklusnya, nyeri haid, dan kapan haid terakhirnya (Marmi, 2011).
b) Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
66
Anamnesis berupa jumlah kehamilan, perdarahan, hipertensi, dan
masalah-masalah selama kehamilan terdahulu (Saifuddin, 2011). Manuaba
(2013) menambahkan bila kehamilan yang lalu dijumpai keadaan
kehamilan dengan komplikasi atau penyakit, pernah mengalami
keguguran, persalinan prematur, kehamilan mati dalam rahim dapat
disimpulkan bahwa kehamilan mempunyai resiko yang lebih tinggi,
sehingga perlu dikirim ke rumah sakit. Persalinan yang lama juga
mencerminkan suatu masalah dapat berulang. Kemungkinan ini semakin
kuat jika persalinan yang lama merupakan pola yang berulang. Disproporsi
antara bagian presentasi dan pelvis ibu dapat terjadi. Interval antar
kehamilan yang kurang dari 1 tahun, ada kemungkinan risiko kelahiran
prematur dan anemia pada kehamilan berikutnya (Saifuddin, 2011).
c) Kehamilan sekarang
Menurut Saifuddin (2008) anamnesis riwayat kehamilan antara lain
perdarahan pervaginam, mual dan muntah, masalah atau kelainan pada
kehamilan sekarang. Jadwal pemeriksaan hamil dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan yaitu; satu kali pada triwulan pertama, satu kali
pada triwulan kedua, dua kali pada triwulan ketiga. Pelayanan asuhan
kehamilan standar minimal 10T yaitu; timbang, ukur tekanan darah, ukur
tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT lengkap (5x TT yaitu TT5),
67
Tabel 2.4 Imunisasi TT
Antigen Interval (selang waktu
minimal)
Lama
Perlindungan
% Perlindungan
TT 1 Pada Kunjungan antenatal
pertama
- -
TT 2 4 Minggu setelah TT 1 3 tahun * 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun atau
seumur hidup
99
Sumber : Saifuddin, Abdul Bari, 2009, Ilmu Kebidanan, Jakarta.
Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, tes
terhadap penyakit menular seksual, dan temu wicara dalam rangka
persiapan rujukan. Trauma abdomen atau cidera selama hamil dapat
menyebabkan perdarahan dan abrupsio plasenta (Saifuddin, 2011).
d) Kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi Estimated Date of Delivery (EDD). Ketika seorang wanita
menghabiskan pil berisi hormon dalam kaplet kontrasepsi oral, periode
menstruasi yang selanjutnya disebut “withdrawal bleed”. Menstruasi ini
bukan karena pengaruh hormon alami wanita tersebut, tapi karena
dukungan hormonal terhadap endometrium yang disuplai oleh kontrasepsi
telah dihentikan. Menstruasi spontan mungkin tidak terjadi, dan disebut
amenorea post-pil. Oleh karena ovulasi dapat terjadi sebelum mengalami
menstruasi lagi, konsepsi dapat terjadi selama amenorea, yang
menimbulkan kesulitan penentuan tanggal kehamilan yang akurat. Ada
kalanya kehamilan terjadi ketika IUD masih terpasang. IUD bisa dilepas
jika talinya tampak selama trimester pertama, tapi lebih baik dirujuk ke
68
dokter bila kehamilan sudah berusia 13 minggu. Pelepasan IUD
menurunkan risiko keguguran, sedangkan membiarkan IUD tetap
terpasang meningkatkan aborsi septik pada pertengahan trimester. Riwayat
penggunaan IUD terdahulu meningkatkan risiko kehamilan ektopik
(Walyani, 2015).
6) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai
gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada
waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per hari, ibu hamil
harusnya mengonsumsi yang mengandung protein, zat besi, dan minum
cukup cairan (menu seimbang) (Walyani, 2015).
Penambahan berat badan dalam kehamilan kira-kira 10-12 kg selama
seluruh kehamilan. Hal ini penting sebagai tanda pertumbuhan anak yang
baik. Pada trimester III, janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Perkembangan janin yang pesat ini terjadi pada 20
minggu terakhir kehamilan. Umumnya nafsu makan ibu akan sangat baik
dan ibu merasa cepat lapar (Romauli, 2011).
Tanyakan bagaimana porsi makan klien. Porsi makanan yang terlalu
besar kadang bisa membuat ibu hamil mual, terutama pada kehamilan
muda. Anjurkan klien untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering.
Tanyakan frekuensi makan klien per hari. Anjurkan klien untuk makan
69
dengan porsi sedikit dan frekuensi sering. Tanyakan apakah klien
mempunyai pantangan makanan (Walyani, 2015).
b) Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup
lancar penyebabnya bagian terendah janin akan menurun masuk ke dalam
panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih (Marmi,
2011). Pada trimester III frekuensi BAK meningkat karena penurunan
kepala ke PAP (Pintu Atas Panggul), BAB sering obstipasi (sembelit)
karena hormon progesteron meningkat (Walyani, 2015). Sembelit dapat
terjadi secara mekanis. Efek progesteron terhadap usus besar
menyebabkan konstipasi karena waktu transit yang melambat membuat air
semakin banyak yang diabsorbsi serta penekanan pada rektum oleh bagian
terendah janin (Varney, 2008). Sembelit dapat menambah gangguan wasir
menjadi lebih besar dan berdarah (Marmi, 2011).
c) Istirahat dan tidur
Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena
istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan
rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin
(Manuaba, 2012). Apabila ternyata klien tidak terbiasa tidur siang,
anjurkan klien untuk mencoba tidur siang (Walyani, 2015). Ibu hamil tidur
malam kurang lebih sekitar 8 jam setiap istirahat dan tidur siang kurang
lebih 1 jam (Marmi, 2011). Posisi yang baik adalah ibu tidur melingkar
atau lurus pada salah satu sisi tubuh. Lebih dipilih kiri, dengan salah satu
70
kaki menyilang di atas yang lainnya dan dengan bantal diapit di antara
kedua kaki (Manuaba, 2012).
d) Aktivitas
Menurut Manuaba (2012), olahraga dikurangi bila dijumpai sering
mengalami keguguran, persalinan belum cukup bulan, pada mereka yang
mempunyai riwayat persalinan sulit, pada kasus infertilitas, usia saat hamil
relatif tua (primi tua) dan hamil dengan perdarahan dan mengeluarkan
cairan.
Lakukan gerakan tubuh ringan misalnya dengan melakukan senam
hamil, berjalan kaki terutama pada pagi hari. Jangan melakukan pekerjaan
rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat
menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Saifuddin, 2011). Jika kegiatan
pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit
masa hamil, maka kita dapat memberi peringatan sedini mungkin kepada
pasien untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai sehat dan pulih
kembali. Aktivitas yang terlalu berat dapat menyebabkan abortus dan
persalinan prematur (Romauli, 2011). Senam hamil bertujuan
mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan untuk
berfungsi secara optimal dalam persalinan normal. Senam hamil dimulai
pada usia kehamilan sekitar 24-28 minggu. Beberapa aktivitas yang dapat
dianggap sebagai senam hamil yaitu jalan-jalan saat hamil terutama pagi
hari (Manuaba, 2011).
71
e) Personal hygiene
Kebersihan atau hygiene terutama mengenai kebersihan tubuh,
pakaian dan lingkungan sangat diperlukan karena adanya peningkatan
fungsi ekskresi dan keringat pada ibu hamil.
(1) Kebersihan tubuh
Menurut Wiknjosastro (2011), kebersihan tubuh pada saat hamil perlu
dijaga diantaranya :
(a) Rambut dicuci bila sudah kotor atau 2-3 kali seminggu.
(b) Mandi 2 kali sehari (pagi dan sore hari), dianjurkan dengan shower
atau gayung.
(c) Untuk menghindari karies, berikan dorongan ibu untuk gosok gigi
secara teratur 2-3 kali sehari dan membilas mulut dengan air setelah
makan. Gunakan pencuci mulut yang bersifat alkalid atau basa
untuk mengimbangi reaksi saliva yang bersifat asam.
(2) Payudara
Payudara yang dipersiapkan untuk dapat memberikan laktasi, perlu
perhatian yang seksama. Dengan pakaian dalam (bra) yang longgar, maka
perkembangan payudara tidak terhalang. Putting susu penting diperhatikan
agar tetap bersih. Puting susu perlu ditarik – tarik sehingga menonjol dan
memudahkan untuk memberikan ASI. Puting susu yang terlalu masuk
dikeluarkan dengan jalan operasi atau dengan pompa susu. Perawatan
payudara sebelum lahir (prenatal breast care) bertujuan memelihara
hygiene payudara, melenturkan/menguatkan putting susu, dan
72
mengeluarkan putting susu yang datar atau masuk ke dalam (retracted
nipple) (Manuaba, 2012).
(3) Kebersihan vulva
Kebersihan vulva harus dijaga karena pengeluaran lendir keputihan
semakin banyak pada trimester III. Menurut Wiknjosastro (2011), vulva
merupakan pintu gerbang bagi kelahiran bayi, untuk itu harus lebih sering
dibersihkan, memakai celana dalam yang bersih dan kering dan
membersihkan tidak hanya luarnya saja, tetapi juga lipatan, labia minora
dan mayora serta vestibulum.
(4) Kebersihan pakaian
Pakaian harus disesuaikan dengan postur tubuh, mudah dicuci dan
longgar, sehingga tidak menyebabkan sesak. Pakaian yang tidak bersih
akan memberikan perasaan tidak enak bila dipakai, karena mengandung
kuman-kuman penyakit. Wanita hamil sebaiknya ganti pakaian setiap pagi
dan sore hari, terlebih bagi pakaian dalam, segera ganti bila basah atau
kotor, kalau tidak bisa, setidak-tidaknya ganti pakaian sekali sehari
(Wiknjosastro, 2011).
(5) Kebersihan lingkungan
Menurut Wiknjosastro (2011), bila lingkungan kurang bersih,
dengan sendirinya akan mengurangi kesehatan. Untuk itu kebersihan
lingkungan perlu dijaga.
73
f) Rekreasi
Untuk rekreasi, dianjurkan wanita hamil tidak berpergian jauh
dengan menggunakan kendaraan yang banyak bergerak seperti jip, truk,
dokar dan lain-lain. Lebih-lebih bila melalui jalan yang rusak. Ini dapat
mempengaruhi keadaan dalam kandungan pada kehamilan muda, janin
dapat terlepas dari dinding uterus dan mengakibatkan keguguran/lahir
premature (Manuaba, 2012). Hindari pergi ke suatu tempat yang ramai,
sesak, dan panas serta berdiri terlalu lama di tempat karena akan dapat
menimbulkan sesak nafas sampai akhirnya jatuh pingsan. Wanita hamil
dapat mengendarai mobil maksimal 6 jam dalam sehari dan harus berhenti
selama 2 jam lalu berjalan selama 10 menit (Kuswanti, 2014).
g) Hubungan seksual
Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan terutama atau jika
kepala sudah masuk rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena
dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan (Walyani, 2015).
Keinginan seksual ibu hamil trimester III sudah berkurang karena
berat perut yang semakin membesar dan tekniknya pun sudah sulit
dilakukan. Posisi diatur untuk menyesuaikan pembesaran perut (Marmi,
2011). Menurut Manuaba (2012) hubungan seksual disarankan untuk
dihentikan bila terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai
rasa nyeri atau ikan hubungan seksual panas, terjadi perdarahan saat
hubungan seksual, terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak,
74
hentikan pada mereka yang sering mengalami keguguran; persalinan
sebelum waktunya; mengalami kematian dalam kandungan; sekitar dua
minggu menjelang persalinan..
7) Riwayat ketergantungan
a) Merokok
Selain berisiko mengalami penyakit kardiovaskular, penyakit paru
obstruktif, dan kanker paru, wanita yang merokok selama hamil juga
berisiko terhadap janin. Janinnya mengalami penurunan perfusi
uteroplasenta dan penurunan oksigenasi. Bayi yang lahir dari wanita yang
merokok lebih dari ½ pak per hari cenderung lebih kurus daripada bayi
yang lahir dari wanita bukan perokok (Saifuddin, 2011).
b) Alkohol
Alkohol adalah teratogen, dan sindrom alkohol janin (Fetal Alkohol
Syndroma[FAS]), digunakan untuk menggambarkan malformasi
kongenital yang berhubungan dengan asupan alkohol yang berlebihan
selama hamil (Fraser dan Cooper, 2009). Sindrom alkohol janin atau Fetal
Alcohol Syndrome(FAS), suatu sindrom gambaran wajah yang abnormal,
pertumbuhan kerdil, masalah perilaku dan kecacatan intelektual dengan
berbagai tingkat keparahan merupakan akibat dari konsumsi alkohol
berlebihan selama hamil. Wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol 1
gelas atau lebih per hari berisiko mengalami aborsi spontan sampai 2 kali
lipat dan setiap 2 gelas alkohol yang dikonsumsi di kehamilan tahap lanjut
akan membuat berat lahir berkurang sebesar 160 gram (Saifuddin, 2011).
75
c) Obat-obatan
Penggunaan obat seperti heroin, kemudian metadon, kanabis, kokain,
dan amfetamin bila digunakan secara berlebihan pada kehamilan berkaitan
dengan keguguran, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, lahir
mati, dan abnormalitas (Fraser dan Cooper, 2009).
8) Dukungan situasional
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi wanita
hamil, terutama dari orang terdekat apalagi ibu yang baru pertama kali
hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya
dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat (Marmi, 2011).
9) Latar belakang sosial budaya
Mitos di masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan yaitu
pantangan makanan, misalnya ibu hamil harus pantang terhadap makanan
yang berasal dari daging, ikan, telur, dan goreng-gorengan karena
kepercayaan akan menyebabkan kelainan pada janin. Adat ini akan sangat
merugikan ibu dan janin karena hal tersebut akan membuat pertumbuhan
janin tidak optimal dan pemulihan kesehatannya akan lambat (Romauli,
2011).
10) Riwayat psikososial
Trimester III sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Ibu hamil tidak sabar menantikan kelahiran sang bayi,
berjaga-jaga atau menunggu tanda dan gejala persalinan, merasa cemas
dengan kehidupan bayinya dan dirinya sendiri, merasa canggung, jelek,
76
berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten
dari pasangannya, mengalami proses duka lain ketika mengantisipasi
hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus selama hamil (Marmi,
2011). Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan, respon ibu
terhadap kehamilan, hubungan ibu dengan anggota keluarga yang lain,
adat istiadat yang dianut (Kuswanti, 2014).
II. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum`
a) Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis (Manuaba, 2012). Pada
saat ini diperhatikan pula bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung, dan
cara berjalan (Romauli, 2011). Lordosis yang progresif akan menjadi
bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran
uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang
ke arah 2 tungkai (Saifuddin, 2011). Tinggi badan, berat badan sebelum
hamil dan selama hamil, lingkar lengan atas (LILA) (Kuswanti, 2014).
b) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung (Walyani, 2015).
Tekanan darah dalam batas normal, yaitu 100/70-130/90 mmHg (Romauli,
2011). Kenaikan tidak boleh lebih dari 30 mmHg sistolik atau 15 mmHg
pada diastolik, lebih dari batasan tersebut ada kemungkinan mulai terdapat
pre eklampsia ringan (Manuaba, 2012). Wanita yang tekanan darahnya
77
sedikit meningkat di awal pertengahan kehamilan mungkin mengalami
hipertensi kronis atau jika wanita nulipara dengan sistolik > 120 mmHg, ia
berisiko mengalami preeklampsia (Marmi, 2011).
(2) Nadi
Dalam keadaan santai, denyut nadi ibu sekitar 60-80 x/menit (Romauli,
2011). Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama hamil, tetapi jarang
melebihi 100 denyut per menit (dpm). Perlu dicurigai adanya
hipotiroidisme jika denyut nadi > 100 dpm (Marmi, 2011). Bila abnormal
mungkin ada kelainan paru-paru dan jantung (Walyani, 2015)
(3) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5oC. Bila suhu tubuh lebih dari
37,5oC perlu diwaspadai adanya infeksi (Romauli, 2011).
(4) Pernafasan
Untuk mengetahui sistem pernafasan, normalnya 16-24 kali per menit
(Romauli, 2011).
c) Pemeriksaan antropometri
(1) Tinggi badan
Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik.
Tinggi badan harus diukur pada saat kunjungan awal (Marmi, 2011).
Diukur dalam cm, tanpa sepatu. Tinggi badan kurang dari 145 cm ada
kemungkinan terjadi Cepalo Pelvic Disproposian(CPD) (Walyani, 2015)
dan tergolong risiko tinggi (Romauli, 2011).
78
(2) Berat badan
Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 15 kg
selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu
(Manuaba, 2012). Ibu yang menurut kategori BMI berada pada rentang
obesitas lebih berisiko mengalami komplikasi kehamilan. Komplikasi
tersebut antara lain dibetes gestasional, hipertensi akibat kehamilan, dan
distosia bahu (Fraser dan Cooper, 2009).
Pada trimester II dan III pada perempuan dengan gizi baik
dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara
pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah
berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg
(Saifuddin, 2011). Kenaikan berat badan >0,57 kg/minggu merupakan
faktor risiko timbulnya pre eklampsia (Saifuddin, 2011).
(3) Lingkar lengan atas (LILA)
Standar minimal ukuran LILA pada wanita dewasa atau usia
reproduksi adalah 23,5 cm. Jika LILA kurang dari 23,5 cm maka
interpretasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK) (Jannah, 2012).
Selain itu merupakan indikator kuat status gizi ibu yang kurang/buruk,
sehingga beresiko untuk melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
Dengan demikian bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas
dapat memotivasi ibu agar lebih memperhatikan kesehatannya serta
jumlah dan kualitas makanannya (Romauli, 2011).
79
2. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak.
Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi atau ada kelainan
tertentu (Romauli, 2011).
b) Muka
Tampak cloasma gravidarum sebagai akibat deposit pigmentasi yang
berlebihan, tidak sembab. Bentuk simetris, bila tidak menunjukkan adanya
kelumpuhan (Romauli, 2011). Edema pada muka atau edema seluruh
tubuh merupakan salah satu tanda gejala adanya preeklampsia
(Saifuddin, 2011).
c) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal berwarna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning
menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan
ada konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya
preeklampsia (Romauli, 2011).
(d) Mulut
Pemeriksaan pada mulut perlu dilihat adakah sariawan, bagaimana
kebersihannya dan dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan gingivitis
yang mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah, maka perlu
perawatan mulut agar selalu bersih (Romauli, 2011).
80
(e) Gigi
Adanya caries atau keropos yang menandakan ibu kekurangan
kalsium. Saat hamil sering terjadi caries yang berkaitan dengan emesis
atau hiperemesis gravidarum. Adanya kerusakan gigi dapat menjadi
sumber infeksi (Romauli, 2011).
(f) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak
ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli, 2011). Kelenjar tiroid
sedikit membesar selama hamil akibat hiperplasia kelenjar dan
peningkatan vaskularitas. Namun perubahan anatomi ini tidak
menyebabkan tiromegali yang signifikan dan setiap pembesaran yang
signifikan perlu diteliti (Marmi, 2011).
(g) Dada
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak, bentuk dada
simetris, ada hiperpigmentasi puting susu dan gelanggang susu, puting
susu menonjol dan bersih, kolostrum sudah keluar, pernafasan teratur,
tidak ada retraksi inter kostae, tidak ada wheezing dan ronchi. Murmur
jantung sistolik ditemukan pada 90% wanita hamil. Murmur terjadi karena
tekanan darah ibu selama hamil meningkat secara mencolok (Marmi,
2011).
(h) Payudara
Adanya hiperpigmentasi areola, puting susu bersih dan menonjol.
Pada minggu ke-12 kolostrum mulai keluar dari papila mammae pada
81
pasien multigravida yang telah mantap menyusui pada masa kehamilan
sebelumnya. Wanita primigravida baru akan memproduksi kolostrum pada
masa akhir kehamilan (Romauli, 2011).
(i) Abdomen
Pembesaran abdomen ke depan atau ke samping (pada ascites
abdomen membesar ke samping), pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak
ada bekas luka, tampak gerakan janin (Marmi, 2011). Pada kulit dinding
perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan dan kusam, yang
disebut striae gravidarum livide. Pada multipara selain striae kemerahan,
juga sering ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan
sikatrik dari striae sebelumnya dan disebut striae alba. Pada kebanyakan
perempuan kulit di garis pertengahan perut akan berubah menjadi hitam
kecoklatan, yang disebut dengan linea nigra (Romauli, 2011).
(j) Genetalia
Pemeriksaan alat genetalia eksterna terdiri dari inspeksi vulva untuk
mengetahui pengeluaran cairan atau darah dari liang senggama, perlukaan
pada vulva/labium mayus, dan pertumbuhan abnormal (kondiloma
akuminata-lata, kista bartholini, abses bartholini, fibroma labium mayus).
Pada palpasi vulva akan teraba tumor pada vulva, teraba benjolan atau
penebalan labium mayus, dan teraba pembengkakan kelenjar Bartholini
(Manuaba, 2013). Leukorea (keputihan) merupakan sekresi vagina dalam
jumlah besar dengan konsistensi kental atau cair yang dimulai dari
trimester I, sebagai bentuk dari hiperplasi mukosa vagina (Marmi, 2011).
82
(k) Anus
Tidak ada benjolan atau pengeluaran darah dari anus (Romauli, 2011).
Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu, semua
penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid (Varney, 2008).
(l) Ekstremitas
Pada ibu hamil trimester III sering terjadi edema pada muka, tangan,
dan disertai proteinuria serta hipertensi perlu diwaspadai adanya pre
eklampsia (Marmi, 2011). Varises dapat diakibatkan oleh gangguan
sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian
bawah karena penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat
wanita duduk atau berdiri dan penekanan pada vena cava inferior saat ia
berbaring (Varney, 2008).
3. Pemeriksaan khusus
Palpasi
Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan cara meraba. Tujuannya untuk
mengetahui adanya kelainan dan mengetahui perkembangan kehamilan
(Romauli, 2011).
a) Leopold I
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian janin yang berada pada
bagian fundus (Sulistyawati, 2009).
Menurut Suliatyawati (2009) langkah-langkah pemeriksaan
Leopold I yaitu: Pemeriksa menghadap pasien. Kedua tangan meraba
bagian fundus dan mengukur berapa tinggi fundus uteri. Meraba bagian
83
fundus. Jika teraba bulat melenting, mudah digerakkan, maka itu adalah
kepala. Namun jika teraba bulat, besar, lunak, tidak melenting, dan susah
digerakkan maka itu adalah bokong.
Tabel 2.5 TFU menurut penambahan pertiga jari
Usia Kehamilan TFU
12 minggu 3 jari di atas simpisis
16 minggu Pertengahan pusat simfisis
20 minggu 3 jari dibawah pusat
24 minggu Setinggi Pusat
28 minggu 3 jari diatas Pusat
32 minggu Pertengahan prosesus xipholdeus (px) –
pusat
36 minggu 3 jari di bawah pusat
40 minggu Pertengahan prosesus xipholdeus (px)–
pusat Sumber: Sulistyawati, 2009
Menurut APN (2008) mengatakan bahwa, penurunan bagian
terbawah dengan metode lima jari (perlimaan) yaitu :
(1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis.
(2) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu
atas panggul.
(3) 3/5 jika bagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga
panggul.
(4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada
diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah
rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
(5) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin
yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagain telah masuk kedalam
rongga panggul.
84
(6) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk
kedalam rongga panggul (APN, 2008).
b) Leopold II
Untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan atau kiri
ibu. Langkah-langkah pemeriksaan Leopold II yaitu : Kedua tangan
pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri ibu. Ketika memeriksa sebelah
kanan, maka tangan kanan menahan perut sebelah kiri ke arah kanan. Raba
perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri, dan rasakan bagian apa
yang ada di sebelah kanan (jika teraba benda yang rata, tidak teraba bagian
terkecil, teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol, maka itu adalah
bagian kecil janin (Sulistyawati, 2009).
c) Leopold III
Untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah uterus. langkah-
langkah pemeriksaan Leopold III yaitu: Tangan kiri menahan fundus uteri.
Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jika teraba
bagian yang bulat, melenting, keras, dan dapat digoyangkan, maka itu
adalah kepala. Namun jika teraba bagian yang bulat, besar, lunak dan sulit
digerakkan, maka ini adalah bokong. Jika di bagian bawah tidak
ditemukan kedua bagian seperti di atas, maka pertimbangankan apakah
janin dalam letak melintang. Pada letak sungsang (melintang) dapat
dirasakan ketika tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri
akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama ini
85
ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan). Tangan kanan meraba bagian
bawah (jika teraba kepala, goyangkan, jika masih mudah digoyangkan,
berarti kepala belum masuk panggul, namun jika tidak dapat digoyangkan,
berarti kepala sudah masuk panggul), lalu lanjutkan pada pemeriksaan
Leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh kepala sudah masuk panggul
(Sulistyawati, 2009).
d) Leopold IV
Untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah dan untuk
mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum. Langkah-
langkah pemeriksaan Leopold IV yaitu: Pemeriksa menghadap kaki
pasien. Kedua tangan meraba bagian janin yang ada di bawah, Jika teraba
kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang berlawanan di
bagian bawah. Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti
kepala belum masuk panggul. Jika kedua tangan divergen (tidak saling
bertemu) berarti kepala sudah masuk panggul (Sulistyawati (2009).
Tafsiran Berat Janin (TBJ)
Menurut Manuaba (2007), TFU menentukan berat janin dalam
uterus. Untuk menentukan berat janin dalam uterus dapat digunakan rumus
Johnson : Berat janin = (TFU - 12) x 155 gram. Jika kepala janin telah
masuk PAP, pengurangannnya/rumusnya menjadi : Berat janin = (TFU –
11) x 155 gram.
86
Auskultasi
Jumlah denyut jantung janin normal antara 120 sampai 160 denyut
per menit (Rumauli, 2011). Bila bunyi jantung kurang dari 120 per menit
atau lebih dari 160 per menit atau tidak teratur, maka janin dalam keadaan
asfiksia (kekurangan oksigen) (Marmi, 2011). Cara menghitung detak
jantung janin dilakukan dengan interval 5 detik, mulai dengan angka nol,
jumlah perhitungan 3x5 detik dikalikan empat dan dalam 5 detik
umumnya antara 10-13 denyutan dalam batas normal. Faktor yang
menentukan detak jantung janin adalah presentasi, posisi kedudukan
punggung, sikap anak/habitus terhadap dirinya dan kehamilan kembar
(Manuaba, 2013).
Pemeriksaan panggul
Menurut Marmi (2011) persalinan dapat berlangsung dengan baik
atau tidak tergantung pada luasnya jalan lahir yang terutama ditentukan
oleh bentuk dan ukuran-ukuran panggul. Maka untuk meramalkan apakah
persalinan dapat berlangsung biasa, pengukuran panggul diperlukan.
Pemeriksaan panggul dibagi menjadi 2, yaitu:
(1) Pemeriksaan panggul luar
(a) Distansia spinarum, jarak antara spina iliaka anteriorsuperior kiri dan
kanan (normalnya ± 23-26 cm).
(b) Distansia kristarum, jarak antara krista iliaka kanan dan kiri
(normalnya ± 26-29 cm).
87
(c) Konjungata eksterna (baudeloque), jarak antara pinggir atas simpisis
dan ujung prosessus spinosus ruas tulang lumbal ke-V (normalnya ±
18-20 cm).
(d) Ukuran lingkar panggul, dari pinggir atas simphisis ke pertengahan
antara spina iliakaanterior superior dan trokantor mayor sepihak dan
kembali melalui tempat-tempat yang sama dipihak yang lain
(normalnya 80-90 cm).
(2) Pemeriksaan panggul dalam
Pemeriksaan dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu. Dengan
pemeriksaan dalam kita dapat kesan mengenai bentuk panggul.
Didapatkan hasil normal bila promontorium tidak teraba, tidak ada tumor,
linea innominata teraba sebagian, spina iskhiadika tidak teraba, os.sacrum
mempunyai inklinasi ke belakang dan sudut arkus pubis >90° (Marmi
2011).
Perkusi
Pengetukan pada daerah patella untuk memastikan adanya refleks pada ibu
(Walyani, 2015). Normalnya tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika
tendon diketuk. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini
mungkin merupakan tanda pre eklampsia. Bila refleks patella negatif,
kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1 (Romauli, 2011).
4. Pemeriksaan penunjang
Menurut Romauli (2011), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
ibu hamil antara lain:
88
(a) Pemeriksaan yang rutin dilakukan
(1) Pemeriksaan haemoglobin
Tujuan pemeriksaan haemoglobin adalah untuk mengetahui kadar Hb
dalam darah dan menentukan derajat anemia. Kondisi haemoglobin
dapat digolongkan sebagai berikut : Hb 11 gr% : Tidak anemia, Hb 9-
10 gr% : Anemia ringan, Hb 7-8 gr% : Anemia sedang dan Hb < 7 gr%
: Anemia berat.
(2) Pemeriksaan golongan darah
Diambil dari darah perifer, bertujuan untuk mengetahui golongan
darah, dilakukan pada kunjungan pertama kehamilan.
(b) Pemeriksaan yang dilakukan atas indikasi
(1) Protein urin
Pemeriksaan urin dilakukan pada kunjungan pertama dan kunjungan
trimester III. Diperiksa dengan cara dibakar, dilihat warnanya,
kemudian ditetesi asam asetat 2-3 tetes, lalu dilihat warnanya lagi.
Cara menilai hasilnya: Tidak ada kekeruhan : (-), ada kekeruhan ringan
tanpa butir-butir : (+), kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir:
(++), kekeruhan jelas dan berkeping-keping : (+++) dan sangat keruh
berkeping besar atau bergumpal : (++++).
(2) Reduksi urin
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin, dilakukan pada
kunjungan pertama kehamilan. Cara menilai hasilnya: Hijau jernih/biru
: negative, hijau keruh : positif 1/+, hijau keruh, kekuningan, (1-1,5 %)
89
: positif 2/++, jingga/kuning keruh (2-3,5 %) : glukosa dan merah
kekuningan, keruh/merah bata : 3,52 glukosa.
(3) USG
Pada minggu keenam sudah terlihat adanya kantong kehamilan. Pada
minggu keenam-tujuh katub janin, minggu ketujuh-delapan denyut
jantung janin, minggu kedelapan-sembilan gerakan janin, minggu
kesembilan-sepuluh plasenta, minggu keduabelas diameter biparietal.
Adanya 2 gestasional sac pada minggu keenam sudah dapat
menentukan adanya kehamilan kembar.
(4) Pemeriksaan WR dan VDRL
Diambil dari darah vena cubiti yang bertujuan untuk mengetahui
apakah ibu hamil terkena sifilis, dilakukan pada waktu pertama kali
periksa kehamilan dan dapat dilakukan di Rumah Sakit, puskesmas,
dan laboratorium klinik.
(5) Pemeriksaan HbSAg
Diambil dari darah vena, dilakukan pada pemeriksaan hamil yang
pertama, bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya virus hepatitis
B dalam darah, baik dalam kondisi aktif maupun sebagai carier.
(6) Pemeriksaan IMT, MAP, ROT
Overweight dan obesitas bisa diketahui dengan mengukur indeks
massa tubuh (IMT), yaitu dengan mengukur berat badan dan tinggi
badan. IMT dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram)
dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Indeks massa tubuh ini
90
adalah indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk
mengukur tingkat populasi overweight dan obesitas pada orang
dewasa. Berdasarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut
kriteria Asia Pasifik, seseorang dikatakan overweight jika memiliki
IMT 23-24,9 dan seseorang dikatakan obesitas jika memiliki IMT ≥
25. Sedangkan menurut Depkes RI, Seseorang dikategorikan
overweight jika BMI > 25 dan obesitas jika BMI > 27 (Kemenkes RI
,2013).
Pemeriksaan tekanan darah dapat menggunakan metode Mean
Arterial Preassure (MAP), untuk menilai ambang batas nilai tekanan
darah, sebab tekanan darah lebih 140/90 mmHg beresiko terjadinya
eklampsia. Cara menghitung MAP yaitu, MAP = (Sistole+2 Diastole) :
3. Normal MAP adalah 70-100 mmHg. Apabila <70 atau >100 maka
tekanan rerata arteri itu harus diseimbangkan yaitu dengan
meningkatkan darah pasien.
Usaha untuk mecegah terjadinya preeklamsia yaitu dengan
pengawasan antenatal yang rutin dimana salah satunya adalah dengan
dilakukan uji kemungkinan preeklamsia dengan pemeriksaan
konvensional yaitu tekanan darah beserta protein urine dan
pemeriksaan Roll Over Test (ROT). Pemeriksaan Roll Over Test
(ROT) ini dilakukan dengan cara pasien berbaring dalam sikap miring
ke kiri, kemudian tekanan darah diukur dan dicatat, kemudian pasien
tidur terlentang dan diukur dan dicatat kembali tekanan darahnya. Tes
91
dianggap positif bila selisih tekanan darah diastolik anatara posisi
baring ke kiri dan terlentang menunjukkan 20 mmHg atau lebih
(Rukiyah, 2010).
III. Analisa
Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanya maka bidan
merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah,
penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud
mencakup masalah potensial dan prognosa. Hasil dari perumusan masalah
merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosa
kebidanan. Dalam menentukan diagnosa kebidanan, pengetahuan
keprofesionalan bidan diperlukan.
Diagnosa kebidanan menurut Kemenkes RI (2010) mencakup:
1. Kondisi pasien/klien yang terkait dengan masalah.
2. Masalah utama dan penyebab utamanya (tingkat resiko).
3. Masalah potensial.
4. Prognosa
Diagnosa: G1/>1 PAPIAH, usia kehamilan 28-40 minggu, janin hidup,
tunggal, intrauterin, situs bujur, habitus fleksi, posisi puka/puki, presentasi
kepala/bokong, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik
(Manuaba, 2012). Kemungkinan masalah yang terjadi pada ibu hamil
trimester III menurut Varney (2008) adalah:
a Gangguan rasa nyaman karena sering BAK.
b Gangguan rasa nyaman karena konstipasi.
92
c Gangguan rasa nyaman karena kram tungkai.
d Gangguan rasa nyaman karena edema dependen.
e Gangguan rasa nyaman karena nyeri punggung bawah.
f Gangguan rasa nyaman karena sesak napas.
g Hemoroid.
h Varises.
IV. Pelaksanaan tindakan
Merupakan tahap pelaksanaan dari semua bentuk rencana tindakan
sebelumnya. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan berdasarkan
standart asuhan kebidanan seperti menimbang berat badan, mengukur
tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, imunisasi TT, pemberian
tablet zat besi, tes terhadap PMS dan konseling untuk persiapan rujukan
(Moh.Wildan, 2008).
93
2.2 Persalinan
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan
A. Pengertian Persalianan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 2013).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks. Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi, dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Sukarni, Margareth, 2013).
B. Lima Benang Merah dalam Persalinan
1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusann klinik merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh
klien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan
(Wiknjosastro, 2011).
94
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik adalah :
a. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
b. Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
c. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi/dihadapi
d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi
e. Menyusun rencana pemberian asuhan
f. Melaksanakan asuhan/ intervensi terpilih
g. Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan
2. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan
dan keinginan sang ibu. Prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi.
a. Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan
1) Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan jaga martabatnya.
2) Jelaskan semua asuhan kepada ibu sebelum memulai asuhan
tersebut.
3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4) Anjurkan ibu bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6) Berikan dukungan, besarkan dan tentramkan hatinya serta anggota-
anggota keluarganya.
95
7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/ atau anggota keluarga lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8) Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga tentang bagaimana
mereka memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
9) Laksanakan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik secara
konsisten.
10) Hargai privasi ibu.
11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia
menginginkannya.
13) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu.
14) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin untuk
melakukan kontak kulit ibu-bayi, insiasi menyusu dini dan
membangun hubungan psikologis.
15) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah
bayi lahir.
16) Siapkan rencana rujukan (bila perlu).
17) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan
mencukupi semua bahan yang diperlukan. Siap untuk melakukan
resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran.
96
b. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pasca Persalinan
1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
2) Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberikan ASI
eksklusif pada bayinya.
3) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan.
4) Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayi.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang
mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika
timbul atau kekhawatiran.
3. Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (PI) harus diterapkan dalam setiap aspek
asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan dan
tenaga kesehatan lainnya untuk mengurangi infeksi karena bakteri, virus,
dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularan
penyakit berbahaya yang kini belum ditemukan pengobatannya, seperti
misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS (APN, 2008).
4. Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik
karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus
memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan
kelahiran bayi.
97
5. Rujukan
Jika ditemukan suatu masalah dalam persalinan, sering kali sulit untuk
melakukan upaya rujukan dengan cepat, hal ini karena banyak faktor yang
mempengaruhi. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman ibu
ke tempat rujukan akan menyebabkan tertundanya ibu mendapat
penatalaksanaan yang memadai, sehingga dapat menyebabkan tingginya
angka kematian ibu. Rujukan tepat waktu merupakan bagian dari asuhan
sayang ibu dan menunjang terwujudnya program Safe Motherhood. Di
bawah ini merupakan akronim yang dapat di gunakan petugas kesehatan
dalam mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu
dan bayi:
a. B (Bidan)
Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalianan yang kompeten untuk melaksanakan gawat darurat obstetri
dan BBL untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
b. A (Alat)
Bawa perlengkapan dan alat-alat untuk asuhan persalinan, masa nifas,
dan BBL(tambung suntik, selang iv, alat resusitasi, dan lain-lain)
bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut
meungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan ke fasilitas
rujukan.
98
c. K (Keluarga)
Beritahu Ibu dan Keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan
mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan
tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut.
d. S (Surat)
Berikan surat keterangan rujukan ke tempat rujukan. Surat ini
memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL cantumkan alasan
rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan atau obat-obatan yang
diterima ibu dan BBL.
e. O (obat)
Bawa obat-obat esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan.
f. K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan uyang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi cukup nyaman.
g. U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan
kesehatan lainnya selama ibu dan bayi di fasilitas rujukan.
h. Da (Darah dan Doa)
Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun kerabat sebagai
persiapan jika terjadi penyulit.
99
C. Jenis Persalinan
Menurut Manuaba (2013), jenis persalinan dibagi menjadi :
1. Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya dengan
tindakan forcep atau dilakukan seccio sesarea.
3. Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan usia kehamilan dan berat
janin yang dilahirkan adalah sebagai berikut :
1. Abortus, terhentinya dan dikeluarkanya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup diluar kandungan; usia kehamilan sebelum28 minggu; berat janin
kurang dari 1000 gr.
2. Persalinan prematuritas. Persalinan sebelum usia kehamilan 28 sampai 36
minggu; berat janin kurang dari 2499 gr.
3. Persalinan aterm. Persalinan antara usia kehamilan 37 dan 42 minggu;
berat janin diatas 2500 gr.
4. Persalinan serotinus. Persalinan melampaui usia kehamilan 42 minggu.
Pada janin terdapat tanda postmaturitas.
5. Persalinan presipitatus. Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
(Manuaba, 2013).
100
D. Penapisan dalam Persalinan
Bidan harus merujuk ibu bila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti
berikut :
Tabel 2.6 Penapisan Ibu Bersalin
NO PENYULIT YA TIDAK
1 Riwayat bedah sesar
2 Perdarahan Per vaginam
3 Persalinan kurang bulan usia kehamilan kurang dari 37
minggu
4 Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental
5 Ketuban pecah lama
6 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia
kehamilan kurang dari 37 minggu)
7 Ikterus
8 Anemia berat
9 Tanda/gejala infeksi
10 Pre-eklampsi/Hipertensi dalam kehamilan
11 Tinggi fundus 40 cm/lebih
12 Gawat janin
13 Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan
kepala janin masih 5/5
14 Presentase bukan belakang kepala
15 Presentase ganda (majemuk)
16 Kehamilan ganda atau gemelli
17 Tali pusat menumbung
18 Syok
19 Suami TKI
20 Suami pelayaran
21 Suami/Bumil bertato
22 HIV/AIDS
23 PMS
24 Anak Mahal Sumber : Sriyanti, 2016, Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatab, Jakarta.
101
E. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Sumarah dkk
(2009), yaitu:
1. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari:
a. Bagian keras : pelvis / panggul
1) Tulang panggul terdiri dari:
a) Os coxae (os ilium, os ischium dan os pubis)
b) Os sacrum
c) Os coccygis.
2) Jenis-jenis panggul:
a) Ginekoid: panggul perempuan, diameter anterio
posterior sama dengan diameter transversa.
b) Android: panggul pria, PAP segitiga, diameter transversa
dekat dengan sacrum.
c) Antropoid: PAP lonjong seperti telur, diameter
anteroposterior lebih besar dari pada diameter transversa.
d) Platipelloid: diameter transversal lebih besar dari pada
diameter anteroposterior (Sumarah, 2009).
b. Bagian lunak : otot, jaringan dan ligament
Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri
vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi
dinding dalam dan bawah panggul (Sumarah dkk, 2009).
102
2. Passanger (janin)
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu
pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetik dan kebiasaan
ibu yang buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal
antara lain:
a. Kelainan bentuk dan besar janin: anensefalus, hidrosefalus,
janin makrosomia.
b. Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi muka,
presentasi dahi dan kelainan oksiput.
c. Kelainan letak janin: letak sungsang, letak lintang, letak
mengolak, presentasi rangkap (kepala, tangan, kepala kaki,
kepala tali pusat) (Sujiyatini dkk, 2011).
3. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga
kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila
servik berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong,
yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini
memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
Kekuatan primer membuat serviks menipis dan
berdilatasi dan terjadi penurunan janin. Kekuatan sekunder
terjadi segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul,
103
sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar.
Sehingga wanita merasa ingin mengedan. Kekuatan sekunder
tidak mempengaruhi dilatasi servik, tetapi setelah dilatasi servik
lengkap (Sumarah dkk, 2009).
F. Tanda-tanda Persalinan
1. Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar
ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar, makin beraktivitas (jalan) makin bertambah. Faktor yang
menyebabkan adanya his adalah terdapat dua hormon yang paling
dominan dalam kehamilan :
a. Estrogen
Meningkatkan sensitivitas otot rahim, memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan
rangsangan mekanis.
b. Progesteron
Menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan
rangsangan mekanis. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron
menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis posterior dapat
menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton hicks. Kontraksi Braxton
104
hicks akan menjadi kekuatan dominan saat dimulainya persalinan
(Manuaba, 2013).
2. Pengaluaran lendir dan darah (pembawa tanda).
Pembukaan menyebabkan lendir darah yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3. Pengeluaran cairan.
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba 2013).
G. Mekanisme Persalinan
1. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya
kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida
sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan
perhitungan tersebut, maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan
(Manuaba, 2013).
Kala I persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu:
105
a Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
b Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap,
biasanya terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih, dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm akan terjadi dengan keceptan rata-rata
1 cm perjam untuk primigravida dan 2 cm untuk multigravida (Marmi
2012), Perbedaan pembukaan serviks pada primigravida dengan
multigravida dapat dilihat pada tabel 2.8
Tabel 2.7 Pembukaan serviks pada primigravida dan multigravida
Primi Multi
Serviks mendatar (effacement) dulu,
baru berdilatasi
Mendatar dan membuka dapat terjadi
bersamaan
Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam Sumber: Marmi, 2012, Asuhan Kebidanan Pada Persalinan, Jakarta.
Fase aktif dibagi menjadi 3 subfase yaitu periode Akselerasi yang
berlangsung 2 jam dengan pembukaan menjadi 4 cm, periode Dilatasi
Maksimal yaitu selama 2 jam dan pembukaan berlangsung cepat menjadi 9
cm, periode Deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap). Proses membukanya servik disebut
dengan berbagai istilah yaitu melembek (softening), menipis (thinned out),
terobliterasi (oblitrated), mendatar dan tertarik ke atas (effaced and taken
up) dan membuka (dilatation) (Sofian, 2011).
Sifat kontraksi otot rahim (his) kala I adalah:
106
1) Kontraksi bersifat simetris.
2) Fundal dominan, artinya bagian fundus uteri sebagai pusat dan
mempunyai kekuatan yang paling besar.
3) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien (ibu).
4) Intervalnya makin lama makin pendek.
5) Kekuatannya makin besar dan pada kala II diikuti dengan refleks
mengejan.
6) Diikuti retraksi, artinya panjang otot rahim yang telah berkontraksi
tidak akan kembali ke panjang semula.
7) Setiap kontraksi mulai dari miring pace maker yang terletak di sekitar
insersi tuba, dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri dengan
kecepatan 2 cm per detik.
8) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut,
dan dapat menjalar ke arah paha.
Distribusi susunan otot rahim ke arah serviks yang semakin
berkurang menyebabkan serviks bersifat pasif, sehingga terjadi
keregangan (penipisan), seolah-olah janin terdorong ke arah jalan lahir.
Bagian rahim yang berkontraksi dengan yang menipis dapat diraba atau
terlihat, tetapi tidak melebihi batas setangah pusat-simfisis. Pada kala
pertama, amplitudo sebesar 40 mmHg, menyebabkan pembukaan serviks,
interval 3–4 menit dan lamanya berkisar antara 40–60 detik. Akhir kala
pertama ditetapkan dengan kriteria, yaitu pembukaan lengkap, ketuban
pecah, dan dapat disertai refleks mengejan (Manuaba 2013).
107
2. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih
lama. Kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan
masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengejan.
Tekanan pada rektum menyebabkan ibu merasa seperti mau buang air
besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan
mengejan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi berlangsung 1½-2 jam, dan pada multi ½ -1 jam
(Sofian, 2011).
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) sampai bayi lahir. Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi
(Marmi, 2012:13). Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat,
cepat, dan lebih lama, kira-kira 2–3 menit sekali. Kepala janin telah turun
dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Oleh
karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar,
dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan,
vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang
terpimpin, akan lahir kepala, diikuti seluruh badan janin. Kala II pada
primi berlangsung selama 1½–2 jam, sedangkan pada multi ½–1 jam
(Sofian, 2011).
108
Kekuatan his pada akhir kala I atau permulaan kala II mempunyai
amplitudo 60 mmHg, interval 3–4 menit, dan durasi berkisar 60–90 detik.
Kekuatan his dan mengejan mendorong janin ke arah bawah dan
menimbulkan keregangan yang bersifat pasif. Kekuatan his menimbulkan
putar paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah, menekan
serviks dimana terdapat pleksus Frankenhauser, sehingga terjadi refleks
mengejan. Kedua kekuatan his dan refleks mengejan makin mendorong
bagian terendah sehingga terjadilah pembukaan pintu, dengan crowning
dan penipisan perineum. Selanjutnya kekuatan his dan refleks mengejan
menyebabkan ekspulsi kepala, sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, muka, dan kepala seluruhnya (Manuaba, 2013).
Gerakan utama saat janin melewati jalan lahir selama proses
persalinan menurut Marmi (2012) adalah :
a) Masuknya bagian presentasi (engagement)
Kepala dikatakan telah menancap (engager) pada pintu atas
panggul apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul.
Pada Nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena
otot–otot abdomen masih tegang sehingga bagian presentasi terdorong ke
dalam panggul. Pada multipara yang otot-otot abdomennya lebih kendur
kepala seringkali tetap dapat digerakkan di atas permukaan panggul
sampai persalinan dimulai (Marmi, 2012).
109
b Turun (descent)
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada
multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Penurunan
kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim,
yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam
waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim,
sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong kedalam jalan lahir (Marmi, 2012).
c Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Fleksi ini
disebabkan karena bayi didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan
dari pinggir atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul
(Marmi, 2012).
d Rotasi internal (putaran paksi dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan memutar
ke depan ke bawah symphisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk
kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk
bidang tengah dan pintu bawah panggul (Marmi, 2012).
110
e Rotasi eksternal (putaran paksi luar)
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran resusitasi. Selanjutnya
putaran diteruskan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sepihak (Marmi, 2012).
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah symphisis
dan menjadi hypomochlion untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian
bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah
dengan paksi jalan lahir (Marmi, 2012).
Penurunan kepala janin melewati gelang pelvic dapat dilihat pada
gambar berikut ;
Gambar 2.3 : Penurunan Kepala Janin Melewati Gelang Pelvic. Sumber: Cooper, 2009, Buku Ajar Bidan Myles, Jakarta, Halaman:441.
111
Mekanisme persalinan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.4 Mekanisme Persalinan Sumber : Manuaba dkk, 2012, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk
Pendidikan Bidan, Jakarta, Halaman 205.
Cara melahirkan bahu dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 2.5 Kelahiran bahu Sumber : Wiknjosastro, Gulardi, 2008, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal,
Halaman:89-90.
Setelah bahu lahir, selanjutkan melahirkan tubuh bayi dengan sangga susur
dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 2.6 Melahirkan tubuh bayi Sumber : Wiknjosastro, Gulardi, 2008, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal,
Hal:89-90
112
3. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Lama
kala III untuk primi maupun multigravida adalah 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan
Nitabush, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda: uterus menjadi bundar,
uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim,
tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan (Manuaba, 2013).
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta (Marmi, 2012). Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat
sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi
plasenta yang menjadi 2 kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5–10
menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5–30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200
cc (Sofian, 2011).
4. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda
vital: tekanan darah, nadi dan pernapasan, kontraksi uterus terjadinya
113
perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 2013).
Mekanisme persalinan letak belakang kepala
a. Engagement
Engagement terjadi untuk posisi LOT dan ROT dengan sutura sagitalis
janin dalam diameter transversum pada pintu atas panggul dan diameter
biparietal janin dalam diameter anteroposterior pada pintu atas panggul
(Varney, 2007).
Gambar 2.7 Sinklitismus Sumber : Wiknjosastro, Gulardi H, dkk. 2008, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal.
b. Descent
Pada tahap descent (penurunan kepala) terjadi peristiwa asinklitismus
posterior (Litzman) pada simfisis di mana apabila keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior.
114
Gambar 2.8 Asinklitismus anterior Sumber : Wiknjosastro, Gulardi H, dkk. 2008, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal.
c. Fleksi
Pada tahap ini terjadi peristiwa asinklitismus anterior(Neagele) pada
promotorium, di mana apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip
ke depan dengan pintu atas panggul. Menurut Oxorn (2010),
menambahkan bahwa tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan
bertambahnya fleksi. Occiput turun mendahului sinciput, UUK lebih
rendah daripada bregma dan dagu janin mendekati dadanya. Efek dari
fleksi ini adalah untuk merubah diameter terendah dari occipitofrontalis
(11,0 cm) menjadi suboccipito bregmatika (9,5 cm) yang lebih kecil dan
lebih bulat.
Gambar 2.9 Asinklitismus posterior Sumber : Wiknjosastro, Gulardi H, dkk. 2008, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal.
115
d. Rotasi Internal
Terjadi putaran paksi dalam di dasar panggul. Menurut Oxorn (2010),
menambahkan bahwa sumbu panjang kepala janin harus sesuai dengan
sumbu panjang panggul ibu. Karenanya kepala janin yang masuk PAP
pada diameter transversa atau obliqua harus berputar ke diameter
anteroposterior supaya dapat lahir. Ini lah yang dimaksud dengan putaran
paksi dalam. Pada saat ini UUK masuk ke PTP tempat ia berhubungan
dengan dasar panggul (musculus dan facia levator ani). Di tempat ini
UUK berputar 45º ke kanan ke diameter anteroposterior panggul: LOA ke
OA. UUK mendekati simfisis pubis dan sinciput mendekati sacrum.
e. Ekstensi
Pada tahap ini terjadi moulage kepala janin, ekstensi, hipomoklion UUK di
bawah simfisis. Oxorn (2010) menambahkan pada dasarnya ekstensi
disebabkan oleh dua kekuatan yaitu :
1) Kontraksi uterus yang menimbulkan tekanan ke bawah
2) Dasar panggul yang memberikan tahanan. Oleh karena dinding depan
panggul (pubis) panjangnya hanya 4 sampai 5 cm sedangkan dinding
belakang (sacrum) 10 sampai 15 cm, dengan demikian sinciput harus
menempuh jarak yang lebih panjang daripada occiput. Dengan demikian
semakin turunnya kepala terjadilah penonjolan perineum diikuti dengan
kepala membuka pintu (Crowning). Occiput melewati PAP secara
perlahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus subpubicus, kemudian
dengan proses ekstensi yang cepat sinciput menelusuri sepanjang sacrum
116
dan berturut-turut lahir lah bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melalui
perineum.
Gambar 2.10 Kepala janin ekstensi Sumber : Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan, Jakarta.
1. Ekspulsi kepala janin
Terjadi peristiwa lahirnya secara berturut-turut UUB, dahi, muka, dan
dagu.
Gambar 2.11 Ekpulsi kepala janin Sumber : Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan, Jakarta.
2. Rotasi Eksternal
Pada tahap ini terjadi putar paksi luar (restitusi). Menurut Oxorn (2010),
menambahkan pada waktu kepala mencapai dasar panggul maka bahu
117
memasuki panggul. Oleh karena panggul tetap berada pada diameter
obliqua sedangkan kepala berputar ke depan, maka leher ikut terputar.
Begitu kepala dilahirkan dan bebas dari panggul maka leher berputar
kembali dan kepala mengadakan restitusi kembali 45º (OA menjadi LOA)
sehingga hubungannya dengan bahu dan kedudukannya dalam panggul
menjadi normal kembali
Gambar 2.12 Rotasi Eksternal Sumber : Manuaba, Ida Ayu Candradinata, dkk. 2010, Buku Ajar Penuntun Kuliah
Ginekologi.
H. Perubahan Fisiologi Ibu Bersalin
Persalinan dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala I persalinan
mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas,
dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks
yang progesif. Kala II persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah
lengkap dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala III persalinan dimulai
segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban janin (Saifuddin, 2011).
Selama persalinan akan terjadi perubahan fisiologis pada kala I dan
kala II.
118
1. Perubahan fisiologis kala I
a. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-
10 mmHg. Diantara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan turun
seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi.
b. Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobic maupun
anaerobic akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besaar di
sebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan
metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan,
denyut nadi, pernafasan, kardiak output dan kehilangan cairan.
c. Perubahan suhu badan
Suhu badan akan sedikit meninngkat selama persalinan, suhu
mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Suhu
badan yang naik sedikit merupakan keadaan yang wajar, namun bila
keadaan ini berlangsung lama, kenaikan suhu ini mengindikasikan adanya
dehidrasi.
d. Denyut jantung
Perubahan yang mencolok selama kontraksi dengan kenaikan denyut
jantung, penurunan selama acme sampai satu angka yang lebih rendah dan
angka antara kontraksi. Penurunan yang mencolok secara acme kontraksi
uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi
119
terlentang. Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi
dibanding selama periode persalinan atau sebelum masuk persalinan.
Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaaan yang normal,
meskipun normal perlu dikontrol secara priode untuk mengidentifikasi
adanya infeksi.
e. Pernafasan
Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum
persalianan kenaikan pernafasan ini dapat disebabkan karena adanya rasa
nyeri, kekawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar.
Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan pernafasan (Untuk
menghindari hiperfentilasi) yang ditandai dengan adanya perasaan pusing.
f. Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh
kardiak out put yang meningkat, serta disebabkan karna filtrasi glomelurus
serta aliran plasma ke renal. polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi
terlentang, yang mempunyai efek mengurangi aliran urin selama
kehamilan. kandung kncing harus sering di kontrol setiap 2 jam yang
bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian terendah janin dan
trauma ada kandung kemih serta menghindari retensi urin setelah
melahirkan.
g. Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastric serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama
120
persalinan dan menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh dapat
menimbulkan ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu dianjurkan tidak
makan terlalu banyak atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum
semaunya untuk mempertahankan energi dan hidrasi.
h. Perubahan hematologis
Hemoglobin akan meningkat 1,2gr/100 ml selama persalinan dan
akan kembali ketika pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan
apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan, waktu koogulasi
berkurang dan akan mendapat tambahan plasma selama persalinan. Jumlah
sel darah putih meningkat secara progresif selama kala satu persalinan
sebesar 5.000-15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal
ini tidak berindikasi adanya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali
kekeadaan semula.
i. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karna adanya rangsangan pada otot polos
uterus dan penurunan hormone progesteron yang menyebabkan keluarnya
hormone oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar
kebawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin
kebawah, sedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan
dan segmen atas rahim, akhirnya menyebabkan servik menjadi lembek dan
membuka.
121
j. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen atas rahim atau SAR (terbentuk pada uterus bagian atas
dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat
banyak otot serong yang memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai
ishmusuteri. Segmen bawah rahim terbentang di uterus bagian bawah
antara ismus dengan servik, dengan sifat otot yang tipis dan elastic, bagian
ini banyak yang terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
k. Perkembangan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam
keadaan persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada
persalinapn abnormal, karena kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi
ring akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol di atas simpisis
yang merupakan tanda dan ancaman rupture uterus.
l. Penarikan servik
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium Uteri Internum
(OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan servik menjdi pendek dan
menjadi bagian SBR. Bentuk servik menghilang karena akanalis servikalis
membesar dan atas membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagai
ujung dan bentuk menjadi sempit.
m. Pembukaan ostium uteri interna dan ostium uteri externa
Pembukaan servik disebabkan oleh karna membesarnya OUE karna
otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati
kepala. Pembukan uteri tidak saja karna penarikan SAR akan tetapi juga
122
karna tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada
primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru
ostium eksterna membuka pada persalinan terjadi. Sedangkan pada multi
grvida ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-
sama pada saat persalinan terjadi.
n. Show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir
yang bercampur darah, lendir ini berasal dan ekstrusi lendir yang
menyumbat kanalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah
berasal dari desiduafera yang lepas.
o. Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya regangan SBR
yang menyebabkan terlepasnya selabut korion yang menempel pada
uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi
cairan yang menjol ke ostiumuteri internum yang terbuka. Cairan ini
terbagi menjadi dua yaitu forwater dan haindwater yang berfungsi untuk
melindungi selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan yang
diarahkan kecairan sama dengan tekanan yang ke uterus sehingga akan
timbul fluid pressure, bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut
akan keluar, sehingga plasenta akan tertekan akan menyebabkan fungsi
plasenta terganggu. Hal ini akan menyebabkan fetus kekurangan oksigen.
p. Pemecahan kantong ketuban
123
Pada akhir kala satu pembukaan sudah lengkap dan tidak ada
tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin
yang menyebabkan kantong ketuban pecah, di ikuti dengan proses
kelahiran bayi.
2. Perubahan fisiologis kala II persalinan
a. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding
Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri, yaitu
bersifat nyeri. Sifat khas kontraksi uterus ini adalah rasa nyeri dari
fundus merata ke seluruh uterus sampai berlanjut ke punggung bawah.
b. Perubahahn uterus
Dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang
peranan aktif (berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal dengan
majunya persalinan.
c. Effesment dan dilatasi servik
Effesment adalah pemendekan atau pendataran servik. Ketika effesment
panjang kanal servik menjadi semakin pendek dan akhirnya sampai
hilang/tidak teraba. Dilatasi adalah pelebaran ukuran ostium
uteriinternum (OUI) yang kemudian disusul dengan pelebaran ostium
uteriexternum (OUE).
d. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan,
terutama pada dasar panggul yang di regangkan oleh bagian depan
janin sehingga menjadi saluran yang dinding– dindingnya tipis karena
124
suatu regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vagina menghadap
ke depan atas dan anus menjadi terbuka, perineum menonjol dan
kepala janin tampak pada vulva (Indrayani, 2013).
I. Perubahan Psikologi Ibu Bersalin
1. Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh:
a) Pengalaman sebelumnya
b) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
c) Lingkungan
d) Mekanisme koping
e) Sikap terhadap kehamilan
Kecemasan menghadapi persalinan intervensinya: kaji penyebab
kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan, pantau tanda vital
(tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik-teknik relaksasi, pengaturan
nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus.
Kurang pengetahuan tentang proses persalinan intervensinya: kaji
tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan
pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.
Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)
intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami)
untuk selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung
125
2. Perubahan Psikologis pada Kala II
Kala II Persalinan di sebut juga kala pengeluaran yang merupakan
peristiwa
a) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan
nyeri akibat kontraksi uterus yang semakin kuat dan semakin sering,
berkeringat dan mulas ini juga menyebabkan ketidaknyamanan.
b) Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolisme ibu meningkat,
denyut jantung meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu
berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu merasa lelah sekali kehausan
ketika bayi sudah di lahirkan karena tenaga habis dipakai untuk
meneran.
c) Tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang
dikandungnya terganggu. Hal ini disebabkan karena kepala janin
sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi-kontraksi pada uterus.
Muncul rasa kesakitan dan ingin segera mengeluarkan janinnya.
d) Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya dan
tujuannya sendiri serta rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu
mengeluh bahwa bila mampu mengejan “terasa lega”. Tetapi ibu lain
sangat berat karena intensitas sensasi yang dirasakan.Efek yang dapat
terjadi pada ibu karena mengedan, yaitu Exhaustion, ibu merasa lelah
karena tekanan untuk mengejan sangat kuat. Dua, Distress ibu merasa
dirinya distress dengan ketidaknyamanan panggul ibu karena terdesak
126
oleh kepala janin. Tiga, panik ibu akan panik jika janinnya tidak
segera keluar dan takut persalinannya lama.
3. Perubahan Psikologis pada Kala III
a) Bahagia
Karena saat–saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga
yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah
menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikan anak untuk
suami dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa
melihat anaknya.
b) Cemas dan Takut
Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan
karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati.
Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu. Takut tidak dapat
memenuhi kebutuhan anaknya.
4. Perubahan Psikologis pada Kala IV
a) Phase Honeymoon
Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan
kontak yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan
sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan
hubungan yang baru.
127
b) Ikatan kasih (Bonding dan Attachment)
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak,
dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan
bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam
proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih
tersebut.
J. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
Menurut Sumarah dkk (2008), kebutuhan dasar ibu bersalin meliputi
1. Kebutuhan fisiologis
a Oksigen
b Makan dan minum
c Istirahat selama tidak ada his
d Kebersihan badan terutama genetalia
e Buang air kecil dan buang air besar
f Pertolongan persalinan yang berstandar
g Penjahitan perineum bila perlu
2. Kebutuhan rasa aman
a Memilih tempat persalinan
b Mendapatkan informasi tentang proses persalinan
c Posisi tidur yang dikehendaki ibu
d Pendampingan oleh keluarga
3. Kebutuhan dicintai dan mencintai
4. Kebutuhan harga diri
128
5. Kebutuhan aktualisasi diri.
K. Teori Patograf
1. Pengertian
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono,
2009).
2. Tujuan
Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a) Mencatat kemajuan persalinan
b) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu (JNPK-KR, 2014).
3. Penggunaan Patograf
a) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk
semua persalinan, baik normal maupun patologis.
b) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,
Puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)
c) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (JNPK-KR, 2014).
129
4. Pengisian Patograf
Pengisian partograf antara lain:
a) Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus
dicatat. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan
selama fase laten persalinan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan
dicatat dengan seksama, yaitu :
1) Denyut jantung janin : setiap 30 menit
2) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit
3) Nadi : setiap 30 menit
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
7) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 –4 jam
8) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan (JNPK-KR, 2014).
b) Pencatatan selama fase aktif persalinan
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai
pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk
mencatat hasil–hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, meliputi:
Informasi tentang ibu :
1) Waktu pecahnya selaput ketuban
2) Kondisi janin:
(a) DJJ (denyut jantung janin)
130
(b) Warna dan adanya air ketuban
(c) Penyusupan (moulase) kepala janin.
3) Kemajuan persalinan
(a) Pembukaan serviks
(b) Penurunan bagian terbawah janin atau persentase janin
(c) Garis waspada dan garis bertindak
4) Jam dan waktu
(a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
(b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
5) Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya
6) Obat–obatan dan cairan yang diberikan:
(a) Oksitisin
(b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
7) Kondisi ibu :
(a) Nadi, tekanan darah, dan temperature
(b) Urin (volume , aseton, atau protein)
8) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam
kolom tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan)
(Sarwono, 2009).
c) Mencatat temuan pada patograf
131
Lembar depan Partograf
Gambar 2. 13 Lembar Depan Partograf Sumber : Saifudin, SpOG, 2010.
1. Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : jam atau pukul‟
pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten.
Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
132
2. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung
janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a) Denyut jantung janin
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukan DJJ.
Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan
angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan
titik lainnya dengan garis tegas bersambung. Kisaran normal DJJ
terpapar pada patograf diantara 180 dan 100. Akan tetapi penolong
harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.
b) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan
nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat semua
temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan
lambang-lambang berikut ini :
U : Selaput ketuban utuh (belum pecah)
J: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi
133
c) Penyusupan (Molase) tulang kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
3: Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan (JNPK-KR, 2014).
d) Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera dikolom paling kiri
adalah besarnya dilatasi serviks. Perubahan nilai atau perpindahan lajur
satu ke lajur yang lain menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar
1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah
janin tercantum angka 1-5 yang sesaui dengan metode perlimaan. Setiap
kotak segi empat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk
pencatatan waktu pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan frekwensi
nadi ibu.
134
e) Pembukaan servik
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X‟ harus dicantumkan di garis
waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan :
(1) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai
dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan dalam.
(2) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan
(pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan dalam harus dicantumkan
pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks
(hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda „X‟ pada ordinat atau titik
silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
(3) Hubungkan tanda „X‟ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus) (JNPK-KR, 2014).
f) Penurunan bagian terbawah janin
Berikan tanda “O‟ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil palpasi kepala diatas simfisis pubis adalah 4/5
maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda „O‟ dari
setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
g) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir
pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju
135
pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam),
maka harus dipertimbangkan adanya penyulit. Garis bertindak tertera
sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis
bertindak maka hal ini menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan (JNPK-KR, 2014).
h) Jam dan waktu
Setiap kotak pada partograf untuk kolom waktu (jam) menyatakan
satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (JNPK-KR, 2014).
i) Kontraksi uterus
Cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan
angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi.
Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi (JNPK-KR,
2014).
j) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(1) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap
30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV
dan dalam tetes per menit.
136
(2) Obat-obatan lain
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan I.V
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya (JNPK-KR, 2014).
Halaman belakang
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-
hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan–
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga IV (termasuk
bayi baru lahir) (JNPK-KR, 2014).
Gambar 2.14 Lembar Belakang Partograf
Sumber : Saifudin, SpOG, 2010.
137
Cara pengisian lembar belakang partograf
a) Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan
pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat
yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak
disamping jawaban.
b) Kala 1
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksanaannya tersebut.
c) Kala II
Kala II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu , masalah penyerta dan penatalaksanaannya.
d) Kala III.
Kala III berisi lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, masase fundus uteri, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak
lahir >30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah
penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang
disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
e) Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat badan, panjang badan,
jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah
138
penyerta dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
f) Kala IV.
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai
apakah terdapat resiko atau terjadi perdarahan pasca persalinan.
Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam
pertama setelah melahirkan dan setia 30 pada satu jam beriktnya, kecuali
suhu tubuh, diukur setiap 1 jam 1 kali. Isi setiap kolom sesuai dengan
hasil pemeriksaan dan jawaban pertanyaan mengenai masalah kala IV
pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2008).
L. Tanda bahaya pada persalinan
1. Perdarahan lewat jalan lahir
2. Ibu mengalami kejang
3. Air ketuban keruh dan berbau
4. Tali pusar atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
5. Ibu tidak kuat mengejan
6. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat. (Buku KIA, 2016).
M. Standart pelayanan kebidanan
Standar Pertolongna Persalinan
STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA SATU
1. Tujuan :
139
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam
mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan
bayi.
2. pernyataan standar:
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
3. Hasilnya:
a. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan
tepat waktu bila diperlukan.
b. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang
ditolong tenaga kesehatan terlatih.
c. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.
STANDAR 10: PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN
1. Tujuan :
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi
2. Pernyataan standar:
Mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,
memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta
dan selaput ketuban secara lengkap.
3. Persyaratan:
a. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah.
140
b. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan
secara bersih dan aman.
c. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung
tangan steril
d. Perlengkapan alat yang cukup.
STANDAR 11: PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN
KALA III
1. Tujuan :
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca
persalinan, memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio
plasenta.
2. Pernyataan standar:
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk
membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
STANDAR 12: PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT JANIN
MELALUI EPISIOTOMY
1. Tujuan :
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada
tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan
perineum.
141
2. Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II
yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum. (Sriyanti,
2016).
STANDAR 18: PENANGANAN KEGAWATAN PADA PARTUS
LAMA
1. Tujuan :
Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan
kegawatdaruratan pada partus lama/macet.
2. Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta
melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau
merujuknya.
STANDAR 19: PERSALINAN DENGAN PENGGUNAAN VAKUM
EKSTRAKTOR
1. Tujuan :
untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan
menggunakan vakum ekstraktor.
2. Pernyataan standar:
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum,
melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan
dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.
142
2.2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal
I. Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama
Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk memperlancar
komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih akrab
(Walyani, 2015).
2) Umur
Usia dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun mempredisposisi wanita
terhadap sejumlah komplikasi. Usia dibawah 16 tahun meningkatkan
insiden pre eklamsia. Usia diatas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes
tipe II (yang menyebabkan peningkatan insiden diabetes kehamilan juga
diagnosis diabetes tipe II); hipertensi kronis (yang menyebabkan
peningkatan insiden pre-eklamsia dan abrupsio plasenta); persalinan yang
lama pada nulipara; seksio sesarea; pelahiran preterm; IUGR; anomali
kromosom; dan kematian janin (Varney, 2008).
3) Suku atau bangsa
Untuk menetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi
perilaku kesehatan (Ramauli, 2011).
4) Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan
dengan ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan yang gawat ketika
143
memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus
berhubungan, misalnya agama islam memanggil ustad dan sebagainya
(Ramauli, 2011).
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku keshatan seseorang (Romauli, 2011).
6) Alamat
Alamat ditanyakan untuk : mengetahui dimana ibu menetap, mencegah
kekeliruan, bila ada nama yang sama, memudahkan menghubungi
keluarga, dan dijadikan petunjuk pada waktu kunjungan rumah (Marmi,
2012).
7) Pekerjaan
Pekerjaan seorang ibu akan menggambarkan aktivitas dan tingkat
kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan
yang lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja. Pada ibu yang bekerja
akan lebih memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain
sehingga lebih mempunyai banyak peluang juga untuk mendapatkan
informasi seputar keadaannya (Jannah,2012).
b. Keluhan utama
Menurut Manuaba (2013) tanda-tanda persalinan adalah:
1) Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas
pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
144
makin pendek, dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh
terhadap pembukaan serviks, makin beraktivitas (jalan) makin
bertambah.
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan
pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh
darah pecah.
3) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
Gejala utama pada kala II (pengusiran) menurut Manuaba (2013)
adalah:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan, karena tertekannya pleksus Frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai
145
hipomoklion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan
muka, dan kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan di bawah dagu,
ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke
atas untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika
dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dulu
a) Epilepsi
Dibandingkan wanita bukan epilepsi, wanita epilepsi memiliki risiko
melahirkan bayi malformasi dua sampai tiga kali lebih tinggi dan risiko
memiliki anak dengan gangguan kejang 2% sampai 3%. Mereka juga
berisiko mengalami preeklamsia dan persalinan premature (Wheeler,
2011).
b) Diabetes Mellitus
Pengaruh penyakit Diabetes Mellitus terhadap persalinan seperti,
gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau
terlantar, janin besar dan sering memerlukan tindakan operasi, gangguan
pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati,
146
perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim, postpartum
rentan mengalami infeksi, bayi mengalami hipoglikemia postpartum dan
dapat menimbulkan kematian (Manuaba, 2013).
c) Hipertensi
Wanita yang memiliki hipertensi kronis beresiko mengalami
preeklamsia, persalinan prematur dan melahirkan bayi yang mengalami
retardasi pertumbuhan. Pemisahan prematur plasenta (abrupsio plasenta),
yang berpotensi mencetuskan morbiditas dan mortalitas ibu serta janin,
cenderung terjadi (Wheeler, 2011).
d) Hepatitis B
Penyakit hepatitis B bersifat infeksi menahun serta pengidapnya dapat
menjadi carrier. Pengidap yang pernah terinfeksi hepatitis B akan
mempunyai antibodi yang cukup dan dapat masuk menuju janinnya.
Dengan demikian janinnya mempunyai kekebalan yang cukup paling
sedikit untuk enam bulan lamanya. Penularan yang terjadi pada janinnya
dapat berlangsung secara vertikal (langsung terjadi intrauterin, melalui
minum air ketuban karena cairan tubuh ibunya telah terkontaminasi oleh
virus. Infeksi saat persalinan yang paling sering adalah infeksi langsung
terhadap bayi saat persalinan, atau melalui perlukaan kecil (Manuaba,
2013).
e) HIV/AIDS
Pada ibu yang positif terkena HIV dan memilih melahirkan per
vaginam, penggunaan elektroda kulit kepala dan penyampelan darah janin
147
akan melukai kulit bayi dan dapat meningkatkan resiko infeksi, oleh sebab
itu prosedur ini harus dihindari. Tidak menyusui bayi juga mengurangi
total resiko infeksi hingga 50% (Chamberlain, 2010).
f) Jantung
Dalam kurun 50 tahun terakhir, penyakit demam reumatik, sebagai
penyebab kerusakan katup jantung, telah berkurang di Inggris karena
kondisi rumah yang baik dan penggunaan antibiotik. Akibat
perkembangan dalam bedah jantung pada tahun 70-an, banyak wanita
yang mengalami penyakit jantung kongenital dapat bertahan hidup hingga
usia subur. Terlepas dari keyakinan umum bahwa seksio sesaria
merupakan pilihan yang mudah untuk kasus tersebut, persalinan spontan
sederhana dengan pemberian analgesia epidural untuk mengurangi stres,
dan kala dua yang dibantu dengan baik, berperan mewujudkan angka
mortalitas dan morbiditas terendah (Chamberlain, 2010).
g) Asma
Wanita yang menderita asma berat dan mereka yang tidak
mengendalikan asmanya tampak mengalami peningkatan insiden hasil
maternal dan janin yang buruk, termasuk kelahiran dan persalinan
prematur, penyakit hipertensi pada kehamilan, bayi terlalu kecil, untuk
usia gestasinya, abruptio plasenta, korioamnionitis, dan kelahiran seksio
sesarea (Fraser, 2009).
148
h) Anemia
Anemia sel sabit dapat memberikan efek bagi maternal dan janin.
Resiko maternal meliputi nyeri krisis antenatal dan pascanatal, infeksi,
komplikasi pulmoner, anemia, pre eklamsia, dan seksio sesarea.
Komplikasi janin dan neonatus meliputi kelahiran prematur, terlalu kecil
untuk usia gestasi, dan ikterik neonatus (Fraser, 2009).
2) Riwayat kesehatan sekarang
Penting untuk mengetahui apakah ibu memiliki kondisi medis yang
menyebabkan dirinya memerlukan pemantauan ketat selama persalinan,
seperti diabetes, hipertensi, atau infeksi. Ditanyakan juga apabila pernah
mengalami suatu kejadian tertentu yang menyebabkan ibu mencari
pertolongan dari bidan atau rumah sakit (Varney, 2008).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Informasi tentang keluarga klien penting untuk mengidentifikasi
wanita yang beresiko menderita penyakit genetik yang dapat
mempengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi yang
menderita penyakit genetik. Misalnya riwayat penyakit psikiatri (termasuk
depresi), penyalahgunaan obat dan alkohol dan saudara perempuan atau
ibu yang pernah mengalami pre eklamsia.
d. Riwayat kebidanan
1) Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu mencakup bulan dan
tahun kehamilan berakhir, usia gestasi pada saat itu, tipe persalinan
149
(spontan, forsep, ekstraksi vakum, atau bedah sesar), lama persalinan
(lebih baik dihitung dari kontraksi pertama), berat lahir, jenis kelamin, dan
komplikasi lain, kesehatan fisik dan emosi terakhir harus diperhatikan
(Romauli, 2011).
Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Pada
multipara jika persalinan sebelumnya serviks mengalami pembukaan
lengkap, pembukaan kali ini tidak akan sulit sehingga memperpendek
lama persalinan. Dominasi fundus uteri pada multipara lebih besar dengan
kontraksi lebih kuat dan dasar panggul yang relaks sehingga bayi lebih
mudah melalui jalan lahir dan mengurangi lama persalinan. Pada grande
multipara, semakin banyak jumlah janin, persalinan secara progresif
menjadi semakin lama. Semakin tinggi paritas, insiden abrupsio plasenta,
plasenta previa, perdarahan uterus, mortalitas ibu, dan mortilitas perinatal
juga meningkat (Varney, 2008).
2) Riwayat kehamilan sekarang
Pemeriksaan dilakukan sekurang-kurangnya empat kali selama masa
kehamilan, dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester
pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia
kehamilan 24 minggu sampai persalinan.
3) Riwayat persalinan sekarang
Lama kala I primigravida 12 jam, multigravida 8 jam. Pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Lama kala
150
II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit. Kala III untuk
primigravida 30 menit dan multigravida 15 menit. Lama kala IV 2 jam
(Manuaba, 2013).
4) Riwayat KB.
Dikaji metode KB terakhir yang dipakai bagi akseptor KB lama untuk
mengetahui pengaruhnya pada kesuburan Ibu (Saifuddin, 2011).
e. Pola kehidupan sehari-hari
1) Nutrisi
Pastikan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan minum
air) selama persalinan dan kelahiran bayi. Makanan ringan dan cairan yang
cukup selama persalinan berlangsung akan memberikan lebih banyak
energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi ini bila terjadi akan
memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur
(Marmi, 2012).
2) Eliminasi
Ibu dianjurkan untuk BAK sendiri minimal 2 jam sekali atau bila ibu
merasa kandung kemih sudah penuh, Kandung kemih dapat menghalangi
penurunan kepala janin ke dalam rongga panggul (Marmi, 2012).
3) Istirahat dan tidur
Posisi duduk atau setengah duduk dan berbaring miring ke kiri dapat
memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberinya kemudahan untuk
beristirahat di antara kontraksi (Marmi, 2012).
151
4) Personal hygiene
Varney (2008) menjelaskan bahwa pada kala I, mengganti pakaian
yang basah oleh keringat dan perlak, menjaga perineum tetap kering,
membersihkan genetalia dari depan ke belakang dan mengganti pembalut
yang menyerap di antara bokong ibu dapat menekan terjadinya infeksi
intrauteri akibat kontaminasi pada introitus vagina. Mandi, menyikat gigi,
mengeringkan dengan handuk dapat membuat ibu merasa lebih nyaman.
Pada Kala 2, wanita mengalami hidrasi karena banyaknya cairan yang
hilang melalui kulit dalam bentuk keringat.
5) Aktivitas
Ibu bersalin harus diberikan kebebasan dalam melakukan gerakan dan
memilih posisi yang nyaman. Posisi terlentang mengakibatkan
berkurangnya aliran darah dari ibu ke janin dan ibu mengalami rasa nyeri
yang lebih hebat. Ibu yang lebih banyak bergerak dan dibiarkan memilih
posisi yang diinginkan mengalami proses persalinan lebih singkat, dan
kurang merasakan nyeri
f. Riwayat ketergantungan
Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan kecanduan narkotika dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dan menimbulkan
kelahiran dengan BBLR bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental (Manuaba, 2013).
152
g. Psikososial dan spiritual
Seorang ibu dapat menyambut peristiwa ini dengan perasaan senang
karena sebentar lagi ia akan melihat bayinya. Ibu dapat merasa cemas
membayangkan bahwa melahirkan seorang anak akan terasa sangat sakit
dan khawatir tentang kemampuaannya mengendalikan rasa nyeri. Sejalan
dengan kemajuan persalinan, ibu dapat merasa kurang percaya diri
terhadap kemampuan kopingnya menghadapi sifat kontraksi yang kuat
yang mengendalikan tubuhnya (Fraser, 2009).
h. Kehidupan seksual
Aktivitas koitus tidak dihalangi, kecuali ada riwayat sering mengalami
abortus atau persalinan prematur, terdapat perdarahan pervaginam, pada
minggu akhir kehamilan harus dilakukan dengan hati-hati, dan apabila
ketuban sudah pecah, koitus dilarang. Orgasme pada kehamilan tua dapat
menyebabkan kontraksi uterus (Sofian, 2011).
II. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Keadaan umum baik, kesadaran komposmetis, postur tubuh, pada saat ini
diperhatikan bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung, dan cara
berjalan. Apakah cenderung membungkuk, terdapat lordosis, kifosis,
skoliosis, atau berjalan pincang (Romauli, 2011).
153
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Selama kontraksi uterus tekanan darah meningkat dengan kenaikan
sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10
mmHg. Diantar kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti
sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi
(Marmi, 2012). Tekanan darah diukur setiap 2-4 jam, kecuali jika tidak
normal. Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai
peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata
5-10 mmHg. Pada waktu-waktu sebelum kontraksi, tekanan darah
kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh
dari terlentang ke posisi miring. Perubahan tekanan darah selama
kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut, dan kekawatiran dapat
semakin meningkatkan tekanan darah (Varney, 2008).
2) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80-90 X/menit
(Marmi, 2012).
3) Suhu
Sedikit meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan. peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5–10C
dianggap normal, yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama
persalinan (Varney, 2008).
154
4) Pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan masih normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi
(Varney, 2008). Normalnya pernafasan 16-24 X/menit (Marmi, 2012).
c. Pemeriksaan antropometri
1) Berat badan
Ditimbang waktu tiap kali ibu datang untuk kontrol kandungannya
(Marmi, 2012).
2) Tinggi badan
Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm pada tergolong
risiko tinggi (Romauli, 2011).
3) LILA
Lila kurang dari 23,5 cm merupakan indikator untuk status gizi ibu
kurang/buruk, sehingga beresiko untuk melahirkan bayi BBLR
(Romauli, 2011).
d. Pemeriksaan fisik
1) Rambut
Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak.
Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi atau ada kelainan
tertentu.
155
2) Muka
Tampak sembab/tidak, pucat/tidak, bentuk simetris (Romauli, 2011).
Pada wajah perlu dilakukan pemeriksaan edema yang merupakan tanda
klasik pre eklampsia (Varney, 2008).
3) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning
menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan
ada konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya
pre eklampsia (Romauli, 2011).
4) Mulut dan gigi
Wanita yang bersalin biasanya mengeluarkan bau napas yang tidak
sedap, mulut kering, bibir kering atau pecah-pecah, terutama jika ia
bersalin selama berjam-jam tanpa mendapat cairan oral dan perawatan
mulut (Varney, 2008).
5) Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung),
apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfa membengkak
(Marmi, 2011).
6) Payudara
Normal dan bentuknya simetris, hiperpigmentasi pada areola, puting
susu bersih dan menonjol, ada tidaknya benjolan atau masa pada
payudara (Romauli, 2011).
156
7) Abdomen
Pada ibu bersalin perlu dilakukan pemeriksaan TFU, yaitu pada saat
tidak sedang kontraksi dengan menggunakan pita ukur. Kontraksi
uterus perlu dipantau mengenai jumlah kontraksi selama 10 menit, dan
lama kontraksi. Pemeriksaan DJJ dilakukan selama atau sebelum
puncak kontraksi pada lebih dari satu kontraksi. Presentasi janin, dan
penurunan bagian terendah janin juga perlu dilakukan pemeriksaan.
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemih (Wiknjosastro, 2011).
Perlu dikaji juga mengenai luka bekas operasi SC sebagai
informasi tambahan untuk melakukan tindakan selanjutnya
(Saifuddin, 2011). Perlu dikaji juga jaringan parut pada abdomen
untuk memastikan integritas uterus (Varney, 2008).
Menurut Varney, (2008), pemeriksaan abdomen pascapartum
dilakukan selama periode pascapartum dini (1 jam-5 hari) yang
meliputi tindakan berikut :
a) Pemeriksaan kandung kemih
Dalam memeriksa kandung kemih mencari secara spesifik distensi
kandung kemih yang disebabkan oleh retensi urin akibat
hipotonisitas kandung kemih karena trauma selama melahirkan.
Kondisi ini dapat merupakan predisposisi wanita mengalami infeksi
kandung kemih.
b) Pemeriksaan uterus
157
Mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi. Penentuan lokasi uterus
dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau
dibawah umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah
abdomen atau bergeser ke salah satu lokasi dan ukuran saling
tumpang tindih, karena ukuran ditentukan bukan hanya melalui
palpasi, tetapi juga dengan mengukur tinggi fundus uteri.
Konsistensi uterus memiliki ciri keras dan lunak.
c) Evaluasi tonus otot abdomen dengan memeriksa derajat diastasis.
Penentuan jumlah diastasis rekti digunakan sebagai alat obyektif
untuk mengevaluasi tonus otot abdomen. Diastasis adalah derajat
pemisahan otot rektus abdomen. Pemisahan ini diukur menggunakan
lebar jari ketika otot-otot abdomen kontraksi dan sekali lagi ketika
otot-otot tersebut relaksasi.
Memeriksa adanya nyeri tekan CVA (Costovertebral Angel)
Nyeri yang muncul di area sudut CVA merupakan indikasi penyakit
ginjal.
8) Genetalia
Tanda-tanda inpartu pada vagina terdapat pengeluaran
pervaginam berupa bloody slym, tekanan pada anus, perineum
menonjol, vulva membuka sebagai tanda gejala kala II (Manuaba,
2013). Pada genetalia dilakukan pemeriksaan adanya luka atau massa
termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rektum, adanya
perdarahan pervaginam, cairan ketuban dan adanya luka parut di
158
vagina. Luka parut di vagina mengindikasikan adanya riwayat
robekan perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya
(Wiknjosastro, 2011).
9) Anus
Perineum mulai menonjol dan anus mulai membuka. Tanda ini
akan tampak bila betul-betul kepala sudah di dasar pangul dan mulai
membuka pintu (Wiknjosasto, 2011). Kemajuan kepala janin menjelang
persalinan akan menyebabkan penonjolan pada rektum (Varney, 2008).
10) Ekstremitas
Terutama pemeriksaan reflek lutut. Reflek lutut negatif pada
hipovitaminose dan penyakit urat saraf (Marmi, 2012). Edema
ekstremitas merupakan tanda klasik pre eklampsia, bidan harus
memeriksa dan mengevaluasi pada pergelangan kaki, area pretibia, atau
jari. Edema pada kaki dan pergelangan kaki biasanya merupakan edema
dependen yang disebabkan oleh penurunan aliran darah vena akibat
uterus yang membesar (Varney, 2008).
2. Pemeriksaan khusus
a) Palpasi
Palpasi adalah perabaan untuk menentukan seberapa besar bagian
kepala janin yang terpalpasi di atas pintu panggul untuk menentukan
seberapa jauh terjadinya engagement, mengindentifikasi punggung janin
untuk menentukan posisi, dan menentukan letak bokong dan kepala dan
presentasi janin. Dengan melakukan penekanan ringan oleh telapak tangan
159
diatas uterus, pemeriksa dapat menentukan waktu dimulainya kontraksi.
Intensitas kontraksi diukur berdasarkan derajat ketegangan yang dicapai
uterus. Pada puncak kontraksi efektif, jari atau ibu jari tangan tidak dapat
menekan uterus (Fraser, 2009).
(1) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Menurut Sulistyawati (2009) perkiraan tinggi fundus uteri sesuai umur
kehamilan dalam minggu adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.8 Usia kehamilan dalam minggu
Usia kehamilan (minggu) Perkiraan tinggi fundus (cm)
28 28 cm ± 2 cm
32 32 cm ± 2 cm
36 36 cm ± 2 cm Sumber : Sulistyawati, Ari. 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta.
(2) Cara menentukan TBJ (Tafsiran Berat Janin)
Menurut Jannah (2012) untuk mengukur TBJ dalam gram, perlu
diketahui kepala sudah masuk pintu atas panggul /belum.
Rumusnya:
TBJ = (TFU dalam cm - n) x 155 = ......... gram
n : posisi kepala masih di atas spina ischiadika atau bawah. Bila di atas
(-12) dan bila di bawah (-11). Menurut Manuaba (2013) TBJ normal
untuk usia kehamilan Trimester III dapat dilihat di tabel 2.10 :
Tabel 2.9 TBJ Normal untuk Usia Kehamilan Trimester III
Usia Kehamilan (bulan) Berat Badan(gram)
7
8
9
10
1000
1800
2500
3000
Sumber : Sulistyawati, Ari. 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta.
160
(3) Penurunan bagian terbawah janin
Menurut Wiknjosastro (2008) penilaian penurunan kepala janin
dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang
masih berada di atas tepi atas simfisis dan dapat diukur dengan lima
jari tangan pemeriksa (perlimaan).
Menurut Marmi (2012) dapat dilihat dalam tabel 2.11 :
Tabel 2.10 Penurunan Kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan
Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan
= 5/5
Kepala diatas PAP, mudah
digerakkan (konvergen)
= 4/5
H I – II
Sulit digerakkan, bagian terbesar
kepala belum masuk panggul
(konvergen)
= 3/5
H II – III
Bagian terbesar kepala belum masuk
panggul (sejajar)
= 2/5
H III+
Bagian terbesar kepala sudah masuk
panggul (divergen)
= 1/5
H III – IV
Kepala didasar panggul / di
perineum (divergen)
= 0/5
H IV
Di perineum
Sumber : Marmi. 2012, Asuhan Kebidanan Pada Persalinan, Yogyakarta, Halaman:149.
161
Bidang hodge dipelajari untuk menentukan sampai mana bagian terendah
janin turun ke dalam panggul pada persalinandan terdiri dari empat bidang
(a) Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian
atas simfisis dan promotorium.
(b) Hodge II : Bidang ini sejajar dengan hodge I terletak setinggi
bagian bawah simfisis.
(c) Hodge III : Bidang ini sejajar dengan hodge I dan II, terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
(d) Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan Hodge I, II, dan III,
terletak setinggi os cocygis.
b) Auskultasi
Denyut jantung janin berbunyi ganda tetapi lebih cepat dibandingkan
bunyi jantung orang biasa. DJJ normal harus berada pada rentang 110-160
x/menit (Fraser dan Cooper, 2009). DJJ harus dihitung cukup lama untuk
menentukan perubahan pada frekuensi dan irama. Untuk menentukan nilai
dasar, DJJ harus didengarkan selama 60 detik penuh. Jika takikardia atau
bradikardia terdeteksi, auskultasi harus dilakukan lebih sering. Irama yang
tidak teratur harus dikaji lebih lanjut melalui ultrasonografi atau
kardiografi untuk menyingkirkan dugaan artifak atau menentukan tipe
disritmia yang terjadi (Kennedy, 2013).
c) His
Pada fase aktif, minimal terjadi 2x his dalam 10 menit selama 40 detik
atau lebih (Wiknjosastro, 2011). Pada kala pertama, his menyebabkan
162
pembukaan serviks, interval 3-4 menit dan lamanya berkisar antara 40-60
detik. Kekuatan his pada akhir kala pertama atau permulaan kala kedua
memiliki interval 3-4 menit dengan durasi berkisar 60-90 detik. Setelah
istirahat sekitar 8-10 menit, rahim berkontraksi untuk melepaskan plasenta
(kala III) dan insersinya di lapisan nitabusch. Setelah plasenta lahir (kala
IV) kontraksi rahim tetap kuat (Manuaba, 2013).
d) d) Perkusi
Reflek patella normal bila tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika
tendon diketuk. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini
mungkin merupakan tanda pre eklampsi. Bila reflek patella negatif
kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1 (Romauli, 2011).
e) Pemeriksaan dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan
bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genetalianya dengan
sabun dan air. Pada pemeriksaan dalam evaluasi bagaimana keadaan
porsio, dilatasi serviks, presentasi, penurunan kepala, ketuban dan apakah
teraba bagian-bagian kecil (Indrayani, 2013).
(1) Pendataran serviks
Jika panjang serviks berkurang separuh, dikatakan 50 persen mendatar,
bila serviks menjadi setipis segmen uterus bawah di dekatnya, serviks
dikatakan telah mendatar penuh atau 100 persen (Indrayani, 2013).
163
(2) Dilatasi serviks
Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan diameter rata-rata
bukaan serviks. Jari pemeriksa disapukan dari tepi serviks di satu sisi ke
sisi yang berlawanan, dan diameter yang dilintasi dinyatakan dalam
sentimeter. Serviks dikatakan membuka penuh bila diameternya 10 cm,
karena bagian terbawah ukuran bayi aterm biasanya dapat melewati
serviks yang membuka lebar (Indrayani, 2013).
(3) Posisi serviks
Hubungan antara os serviks dengan kepala janin dikategorikan sebagai
posterior, posisi tengah, atau anterior. Posisi posterior mengesankan
persalinan pretermm (Indrayani, 2013).
(4) Station
Ketinggian bagian terbawah janin di jalan lahir digambarkan dalam
hubungannya dengan spina iskhiadika yang terletak di tengah-tengah
antara pintu atas panggul dan pintu bawah panggul. Jadi, saat bagian
terbawah turun dari pintu atas panggul menuju spina iskhiadika, disebut
sebagai station -5, -4, -3, -2, -1 lalu 0. Di bawah spina iskhiadika, bagian
terbawah janin melewati station +1, +2, +3, +4 dan +5 untuk lahir.
Station +5 cm setara dengan kepala janin yang terlihat di introitus
(Indrayani, 2013).
(5) Deteksi pecahnya selaput ketuban
Suatu diagnosis pasti pecahnya selaput ketuban dibuat apabila cairan
amnion terlihat berada di forniks posterior atau cairan jernih mengalir
164
dari kanalis servisis. Jika diagnosis tetap tidak pasti, metode lain yang
dapat digunakan adalah pengujian ph cairan vagina, ph sekret vagina
normalnya bekisar antara 4,5 dan 5,5, sementara cairan amnion biasanya
7,0 sampai 7,5 (Indrayani, 2013).
f) Pemeriksaan panggul dalam
Ukuran panggul dalam menurut Saifuddin (2011) :
(1) Bila promontorium teraba pada pemeriksaan dalam, berarti ada
kesempitan panggul.
(2) Normal linea irominata teraba dalam pemeriksaan dalam, bila teraba
sebagian atau keseluruhan berarti ada kesempitan panggul.
(3) Spina iskhiadika normal, tidak menonjol ke dalam. Bila menonjol
berarti ada kesempitan panggul.
(4) Sudut arkus pubis > 90°, bila kurang berarti ada kesempitan panggul.
g) Pemeriksaan penunjang
(1) Urine
Pemeriksaan yang dilakukan adalah reduksi urine dan kadar albumin
dalam urine sehingga diketahui apakah ibu menderita pre eklampsi/tidak
(Romauli, 2011).
Pada beberapa unit, sebuah spesimen urin yang diekskresikan
diperiksa kadar protein dan glukosanya. Spesimen urin diambil untuk
analisis protein hanya pada ibu hamil dengan hipertensi. Pasien yang
tidak menjalani perawatan prenatal harus dianggap mempunyai risiko
untuk sifilis, hepatitis B, dan HIV. Urine yang dikeluarkan selama
165
persalinan harus diperiksa untuk adanya glukosa, keton dan protein.
Keton dapat terjadi akibat kelaparan atau distress maternal jika semua
energi yang ada telah terpakai. Jejak protein bisa jadi merupakan
kontaminan setelah ketuban pecah atau tanda infeksi urinaria, tetapi
proteinuria yang lebih signifikan dapat mengindikasikan adanya pre
eklampsia (Fraser and Cooper, 2009).
(2) Darah
Pemeriksaan golongan darah ibu, kadar hemoglobin dan HbsAg
(Romauli, 2011: 187). Terapi yang diberikan pada ibu nifas menurut
Bahiyatun (2009) yaitu:
(a) Pil zat besi 40 tablet harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
(b) Vitamin A 200.000 U agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinyamelalui ASInya.
III. Analisa
G1/>1P0/> UK 37 - 40 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, situs bujur,
habitus fleksi, puka/puki, preskep, HI-IV, kepala masuk PAP/belum,
keadaan jalan lahir normal, inpartu kala I fase laten/aktif
(akselerasi/dilatasi maksimal/deselerasi)/kala II/kala III/kala IV KU ibu
dan janin baik, dengan kemungkinan masalah adalah cemas, kurangnya
pengetahuan mengenai kemajuan persalinan, kurangnya volume cairan
tubuh sehubungan dengan penurunan asupan, gangguan mobilisasi fisik,
166
resiko cidera (ibu dan janin), nyeri karena kontraksi rahim, perubahan
eliminasi urine, keletihan.
IV. Pelaksanaan tindakan
Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan (Kemenkes RI, 2011). Bidan
melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga.
Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Kemenkes RI (2011).
60 Langkah Asuhan Persalinan Normal. (APN, 2017)
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan :
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan spinter ani membuka
167
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan
bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi -> Siapkan :
a. tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat.
b. 3 handuk atau kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi).
c. alat penghisap lendir.
d. lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Untuk ibu
a. Menggelar kain diatas perut ibu.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit.
c. alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Pakai celemek plastik yang bersih atau dari bahan yang tidak tembus
cairan.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tisue /handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan di gunakan untuk
periksa dalam.
6. Masukan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada jarum suntik.
168
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa
yang sudah di basahi air DTT
a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia.
c. Jika terkontaminasi lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan dengan larutan klorin 0,9% -> langkah 9 pakai sarung
tangan DTT/Steril untuk melaksanakan langkah selanjutnya
8. Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan korin 0,5% dan lepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan rendam klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci
tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan setelah itu tutup kembali
partus set.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120–
160x/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
169
b. Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES MENERAN
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang
ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara
benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau
timbul kontraksi yang kuat :
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
170
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum).
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan pimpin meneran >120 menit (2 jam) pada
primigravida atau > 60 menit (1 jam) pada multigravida.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit.
V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
171
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan !
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut.
21. Setelah kepala lahir tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hinggal bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal utuk
melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir satu tangan menyangga kepala dan bahu
belakang dan tangan lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi serta
menjaga bayi terpegang baik.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan
172
ibu jari pada satu sisi dan jari–jari lainnya pada sisi yang lain agar
bertemu dengan jari telunjuk.
VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi cukup bulan ?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan ?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjutkan ke langkah resusitasi
pada bayi dengan asfiksia (Lihat Penuntun Belajar Resusitasi Bayi
Asfiksia)
Bila semua jwaban adalah “YA”, lanjut ke-26
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman di perut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM) di
1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
173
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, jepit tali pusat dengan
klem kira kira 2-3 cm dari pusar bayi gunakan jari telunjuk dan tengah
tangan yang lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu dan klem tali
pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril ada pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan tali pusat dengan simpul kunci pada
sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu–bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari putting susu atau aerola mamae ibu
a. Selimuti ibu–bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di
kepala bayi.
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam.
c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30–60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
174
d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasill menyusu.
VIII. MENEJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN (MAK III)
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas simpfisis),
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulating putting susu.
Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka lanjutkan
dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik
secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu
jalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas).
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
175
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika kandung kemih
penuh.
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Ulangi tekanan dorso cranial dan penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya.
5) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plesenta manual.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plsenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wajah yang telah
disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan selaput yang
tertinggal
Rangsangan Taktil (masase) uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras). Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal,
Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-kateter) jika uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan takti/masase.
176
IX. MENILAI PERDARAHAN
39. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau 2 dan atau
menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
40. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat kusus.
X. ASUHAN PASCA PERSALINAN
41. Pastikan uterus berkotraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervagina.
42. Pastikan kandung kemih kosong, Jika penuh lakukan kateterisasi.
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh dan bilas di air DTT
tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-
60 kali/menit).
177
a. Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit.
b. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS
rujukan.
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ibu bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
Kebersihan dan keamanan
48. Bersihkan ibu jari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan
air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah diranjang atau
disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
50. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
178
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan Vitamin K1 (1 mg)
intramuscular di paha kiri bawah lateral dan salep mata profilaksis infeksi
dalam satu jam pertama kelahiran.
56. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah satu jam kelahiran bayi).
Pastikan kondisi bayi tetap baik. (pernafasan normal 40-60 kali/menit)
dan temperature tubuh (normal 36,5 – 37,5⁰C) setiap 15 menit.
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K₁ berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
179
2.3 Nifas
2.3.1 Konsep Dasar Nifas
A. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
berlangsung kira-kira 6 minggu. (World Health Organization, 2013).
Masa nifas adalah masa dimulainya beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi,2014).
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas
yaitu 6-8 minggu (Handayani, 2011).
B. Tahapan Masa Nifas
Menurut Marmi (2014), nifas dibagi menjadi 3 tahap :
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam sampai delapan minggu.
180
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.
C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting yang menyertainya,
antara lain sebagai berikut :
1. Payudara
Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan
hormon prolaktin setelah persalinan. Kolostrum sudah ada saat persalinan
produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 setelah persalinan. Payudara
menjadi besar dan keras sebagai tanda mulanya proses laktasi (Suprijati,
2014).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi
mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan
benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Ambarwati,
2008).
Menurut Manuaba (2012) pembentukan ASI dimulai sejak masa
hamil. Pada kehamilan korpus luteum berkembang terus dan mengeluarkan
hormon estrogen dan progesteron. Estrogen akan mempersiapkan kelenjar
181
dan saluran ASI dalam bentuk deposit lemak, air dan elektrolit, mioepitel
di sekitar kelenjar mamae semakin membesar. Sedangkan progesteron
meningkatkan kematangan kelenjar mamae bersama dengan hormon
lainya. Hormon prolaktin sangat penting dalam pembentukan dan
pengeluaran ASI, hormon oksitosin juga berfungsi mengeluarkan ASI
akan tetapi fungsinya belum mampu mengeluarkan ASI karena terhalang
oleh hormon estrogen dan progesteron dan human placental lactogen
hormon. Segera setelah persalinan, hormon-hormon yang dikeluarkan
plasenta yang berfungsi untuk menghalangi peranan prolaktin dan
oksitosin menurun, dengan dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD), bayi
langsung menghisap puting susu ibunya sehingga terjadi refleks
pengeluaran prolaktin dan oksitosin. Setelah plasenta lahir, prolaktin dapat
berfungsi membentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan
sampai duktus kelenjar ASI.
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran ASI,
yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah
(Suprijati, 2014). ASI ekslusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja
pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan
lain (Marmi,2012).
Proses pembentukan Laktogen Menurut Maritalia (2012)
182
a) Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobus-alveolus. Terjadi
pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini payudara memproduksi
kolostrum, yaitu cairan kental berwarna sedikit kekuningan.
b) Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat lahir menyebabkan menurunnya kadar
hormone progesterone, estrogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormone
prolactin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya produksi ASI
secara besar-besaran.
c) Laktogenesis III
Sistem control hormone endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika
produksi ASI mulai stabil, sistem control autokrin dimulai. Pada tahap
ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara juga memproduksi ASI
lebih banyak.
Proses pengeluaran ASI terdiri dari :
a) Kolostrum
Adalah cairan yang keluar dari payudara ibu segera setelah
melahirkan dan berwarna kuning. Kolostrum akan keluar selama 4-7
hari pertama, dimana terjadi peningkatan konsentrasi lemak dan
laktosa sementara konsentrasi mineral dan protein menurun
(Nugroho, 2014).
183
b) ASI transisi (antara)
Adalah ASI antara, mulai berwarna putih bening dengan susunan
yang disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus
bayi (Manuaba, 2012).
c) ASI sempurna
Adalah pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus
bayi, sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna (Manuaba,
2012).
2. Uterus dan Serviks
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan
alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Proses involusi
uterus adalah sebagai berikut:
a) Autolysis
Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot urine.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system
vascular dan system limphatik.
b) Efek oksitosin (kontraksi)
Menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus, sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya
184
suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
c) Iskemia myometrium
Pada myometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat
proteolisis. Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan,
menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan.
Pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari, permukaan
endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang
mengalami degenerasi. Sebagian endometrium terlepas, regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan
waktu 2-3 minggu.
d) Atropi jaringan
Jaringan di tempat implantasi plasenta mengalami proses
degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan degenerasi ini
berlangsung lengkap. Sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas tempat implantasi plasenta (Suprijati, 2014).
185
e) Proses Involusi
Proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir
setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Dapat Dilihat Pada
Tabel. 2.11 Proses Involusi Uterus
No Waktu Involusi TFU Berat
Uterus
Diameter
Uterus
Palpasi
Serviks
1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram 12,5 cm Lunak
2 Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram 12,5 cm Lunak
3 1 Minggu Pertengahan
pusat- sympisis
500 gram 7,5 cm 2 cm
4 2 Minggu Tidak teraba 300 gram 5 cm 1 cm
5 6 Minggu Bertambah kecil 60 gram 2,5 cm Menyemp
it Sumber : Nurobhika, 2015, Buku Ajar Konsep Kebidanan, yogyakarta, Halaman: 5.
Perubahan pada serviks adalah segera setelah lahir bentuk serviks
akan menganga seperti corong. Ini disebabkan oleh korpus uteri yang
dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi.
Seolah-olah ada pembatas antara korpus dan serviks uteri terbentuk seperti
cincin. Konsistensinya lunak, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan
ke dalam kavum uteri. Setelah dua jam hanya dapat dimasuki 2-3 jari, dan
setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan satu jari ke dalam kavum uteri.
Hal ini baik dalam menangani kala uri (Suprijati, 2014).
f) Lochea
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Lochea mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea
186
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochea dapat
dibagi menjadi lochea rubra, sanguinolenta, serosa dan alba (Suprijati,
2014).
Macam-macam lochea menurut Marmi (2012) sebagai berikut :
1) Lochea rubra
Berlangsung selama 1-3 hari, berwarna merah kehitaman. Lochea ini
terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium
dan sisa darah.
2) Lochea sanguinolenta
Berlangsung selama 3-7 hari, berwarna putih bercampur merah. Lochea
ini terdiri dari sisa darah bercampur lendir.
3) Lochea serosa
Berlangsung selama 7-14 hari, berwarna kekuningan/kecoklatan.
Lochea ini lebih sedikit darah dan lebih banyak serumen, juga terdiri
dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
4) Lochea alba
Berlangsung selama >14 hari, berwarna putih. Mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringannya.
5) Lochea Purulenta
Cairan berbau busuk dari vagina akibat dari infeksi
3. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
187
sesudah proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol (Suprijati, 2014).
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat
sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum
dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium
dengan latihan harian (Marmi, 2012).
4. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian bedar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
melahirkan (Suprijati, 2014).
D. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Menurut Marmi (2015), membagi fase nifas menjadi 3 bagian yaitu:
1. Fase taking in
Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
188
diceritakanya. Hal ini cenderung ibu menjadi pasif terhadap
lingkungannya.
2. Fase taking hold
Fase kedua masa nifas adalah fase taking hold berlangsung antara tiga
sampai sepuluh hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase leting go
Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat
diri, dan bayinya sudah meningkat.
E. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Beberapa kebutuhan selama masa nifas dan menyusui:
1. Nutrisi
Menurut Saifuddin (2011) ibu menyusui harus :
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori perhari.
b. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
vitamin yang cukup.
c. Minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu minum setiap
kali menyusui).
189
d. Pil zat besi di minum 1x1 tablet per hari, diminum selama 40 hari
pasca salin .
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 IU di minum 1x1 tablet selama 2
hari agar bisa memberikan vitamin A pada bayi melalui ASInya.
2. Eliminasi
Dalam 6 jam pertama post partum, ibu sudah harus dapat buang air
kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Dalam
24 jam pertama, pasien juga harus sudah dapat buang air besar karena
semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya
untuk buang air besar secara lancar. Feses yang tertahan dalam usus
semakin lama akan semakin mengeras karena cairan yang terkandung
dalam feses akan selalu terserap oleh usus (Romauli, 2011).
3. Ambulasi Dini
Mobilisasi/ambulasi sangat bervariasi, sangat tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya jika ada luka. Pada ibu
dengan partus normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12 jam post
partum, sedangkan pada ibu dengan partus sectio secarea ambulasi dini
dilakukan paling tidak setelah 12 jam post partum setelah ibu sebelumnya
beristirahat (tidur).
Tahapan Ambulasi :
190
Ambulasi dilakukan oleh ibu dengan tahapan miring kiri atau kanan
terlebih dahulu, kemudian duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri
maka ibu dianjurkan untuk berjalan (mungkin ke toilet untuk berkemih).
Manfaat ambulasi dini diantaranya memperlancar sirkulsi darah dan
mengeluarkan cairan vagina (lochea) dan mempercepat mengembalikan
tonus otot dan vena (Asih, 2016).
4. Kebersihan diri
Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, ibu
nifas harus menjaga kebersiha diri. Kebersihan diri ibu membantu
mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu
dengan cara mandi secara teratur 2x sehari, mengganti pakaian dan alas
tempat tidur serta lingkungan tempat tinggal. Sebaiknya ibu menggunakan
pakaian yang terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat akan meningkat pada masa nifas untuk menghilangkan
ekstra volume saat masa kehamilan. Ibu harus menjaga kebersihan alat
genetalia dengan benar dengan cara membasuh dari vagina sampai anus
setiap selesai BAB atau BAK dan dikeringkan menggunakan handuk
kering. Ganti pembalut apabila sudah penuh atau apabila celana dalam
basah (Romauli, 2011).
5. Istirahat
Keharusan ibu nifas beristirahat untuk memulihkan tenaga yang
terkuras saat proses persalinan, ibu juga harus beristirahat agar produksi
191
asi tetap lancar. Insomnia merupakan salah satu tanda peringatan untuk
psikologi nifas (Romauli, 2011).
6. Seksual
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Ibu nifas boleh melakukan hubungan seksual
kembali setelah 6 minggu persalinan (Romauli, 2011).
7. Senam Nifas
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan 6 jam setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama
kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti
sebelum melahirkan dan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan
(Romauli, 2011).
F. Tanda- Tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas.
Menurut Kemenkes RI (2014), Infeksi adalah salah satu keadaan yang
perlu di waspadai oleh ibu pada masa nifas. Infeksi terjadi karena ibu
kurang teliti dalam melakukan perawatan pasca persalinan. Ibu takut
menyentuh luka yang ada sehingga memilih tidak membersihkannya.
Padahal, dalam keadaan luka sangat rentan didatangi kuman dan bakteri
sehingga mudah terinfeksi. Gejala–gejala infeksi yang dapat diamati
adalah :
1. Suhu tubuh melebihi 37,5°C, menggigil, pusing dan mual.
192
2. Keputihan.
3. Keluar cairan seperti nanah dari jalan lahir. Cairan yang keluar disertai
bau yang menyengat keluarnya cairan disertai dengan rasa nyeri di
perut.
4. Perdarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit,
misalnya, seminggu sesudah melahirkan, perdarahan mulai berkurang
tapi tiba-tiba darah kembali banyak keluar.
Bila ada tanda-tanda seperti diatas, segera periksakan diri kebidan/dokter.
Infeksi vagina yang ringan biasanya ditindak lanjuti dengan penggunaan
antibotik yang cukup untuk membunuh kuman-kuman yang ada disitu.
Keadaan lain yang perlu diwaspadai adalah :
1. Bengkak dimuka, tangan, atau kaki, mungkin dengan sakit kepala dan
kejang-kejang.
2. Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit.
3. Puting lecet.
4. Mengalami gangguan jiwa seperti perasaan sedih (depresi), marah dan
menjadi malas melakukan sesuatu, tidak mau menyusui, benci melihat
bayinya sendiri, merupakan reaksi terhadap stress yang sedang dialami
ibu pasca persalinan.
193
G. Permasalahan Dalam Masa Nifas
1. Permasalahan atau Kelainan Payudara
a. Puting susu lecet (Abraded and or cracked nipple)
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui,
selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan
pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam (Marmi, 2014).
Penyebab:
1) Teknik menyusui yang tidak benar.
2) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain
saat ibu membersihkan puting susu.
3) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
4) Bayi dengan lidah pendek (frenulum lingue).
5) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat (Marmi, 2014).
Penatalaksanaan:
1) Cari penyebab puting susu lecet.
2) Bayi disusukan lebih dulu pada puting susu yang normal atau lecet
sedikit.
3) Tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat
membersihkan payudara.
4) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).
5) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai kalang payudara
dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara.
194
6) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan
kering.
7) Pergunakan BH yang menyangga.
8) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
b. Saluran susu tersumbat (Obstructed Duct)
Penyebab:
1) Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran.
2) Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
3) Pemakaian bra yang terlalu ketat (Marmi, 2014).
Gejala:
1) Pada payudara terlihat jelas dan lunak pada perabaan (pada wanita
kurus).
2) Payudara terasa nyeri dan bengkan pada payudara yang tersumbat
(Marmi, 2014).
Penanganan:
1) Payudara dikompres dengan air hangat dan air dingin setelah
bergantian, setelah itu bayi disusui.
2) Lakukan massase pada payudara untuk mengurangi nyeri dan bengkak.
3) Menyusui bayi sesering mungkin.
4) Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat.
5) Gunakan bra yang menyangga payudara.
6) Posisi menyusui diubah-ubah untuk melancarkan aliran ASI.
(Marmi, 2014)
195
c. Payudara bengkak (Engorgement)
Penyebab:
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu,
sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada
hari ketiga setelah melahirkan. Selain itu, pengunaan bra yang ketat serta
keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus (Marmi, 2014).
Gejala:
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada
payudara bengkak: payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan
menjadi demam setalah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh:
payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak demam
(Marmi, 2014).
Pencegahan:
1) Menyusui bayi segera setalah lahir dengan posisi dan perlekatan yang
benar.
2) Menyusui bayi tanpa jadwal (non jadwal dan on demand).
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
4) Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
5) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (massase, dan
sebagainya) (Marmi, 2014).
196
Penatalaksanaan:
1) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga lebih mudah memasukkan ke mulut bayi
2) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa yang diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
3) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan
teratasi.
4) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan kompres hangat dan
dingin.
5) Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang
sakit.
6) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat
untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI.
7) Pada saat menyusui, sabaiknya ibu tetap rileks.
8) Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
perbanyak minum (Marmi, 2014).
d. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini dapat terjadi kapan
saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-
10 dan hari ke-28 setelah kelahiran (Marmi, 2014).
Penyebab:
1) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.
2) Bra yang terlalu ketat.
197
3) Puting susu lecet yang menyebabkan infeksi.
4) Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi anemia (Marmi,
2014).
Gejala:
1) Bengkak dan nyeri.
2) Payudara tampak merah pada keseluruhan atau ditempat tertentu.
3) Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol.
4) Ada demam dan rasa sakit umum (Marmi, 2014).
Penanganan:
1) Payudara dikompres dengan air hangat.
2) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika.
3) Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
4) Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
5) Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya.
6) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan istirahat
cukup (Marmi, 2014).
e. Abses
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila
mastitis tidak ditanganai dengan baik, sehingga memperberat infeksi
(Marmi, 2014).
Gejala:
1) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
2) Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
198
3) Benjolan terasa lunak karena berisi nanah (Marmi, 2014).
Penanganan:
1) Teknik menyusui yang benar.
2) Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3) Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
4) Mulailah menyusu pada payudara yang sehat.
5) Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI
harus tetap dikeluarkan.
6) Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah berikan
antibiotik.
7) Rujuk bila keadaan tidak membaik (Marmi, 2014).
H. Tujuan asuhan masa nifas
Menurut Marmi (2014), tujuan dari asuhan masa nifas adalah sebagai
berikut :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehari-
hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehaan emosi.
199
I. Kunjungan Masa Nifas
Menurut Kemenkes RI (2017), pelayanan kesehatan ibu nifas adalah
pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standart, yang dilakukan
sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, kunjungan
masa nifas yaitu pada 6 jam-3 hari, 4-28 hari, 29-42 hari pasca persalinan.
1. KF 1 : masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan, tujuannya untuk :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan lain perdarahan
dan merujuk apabila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri.
d. Melanjutkan pemberian ASI (ASI ekslusif).
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hiportermi
g. Memeriksa status pemberikan Vit. K
2. KF 2 : hari ke-4 sampai hari ke-28 setelah persalinan, tujuannya untuk :
a Memastikan infolusi uteri berjalan normal, uterus berkontrasi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdaraahan abnormal, tidak bau.
b Memeriksa kemungkinan penyakit berat atau adanya infeksi.
c Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d Memeriksa status imunisasi unijek.
3. KF 3 : hari ke- 29 sampai hari ke-42 setelah persalinan, tujuannya untuk
sama seperti diatas ( 4-28 hari setelah persalinan), ditambah :
200
a Pemberian Vitamin A.
b Memeriksa keluhan ibu.
c Konseling pelayanan KB pasca salin.
J. Standar pelayanan kebidanan
STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS
STANDAR 14: PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAMA
SETELAH PERSALINAN
1. Tujuan :
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman
selama kala 4 untuk memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan asuhan
sayang ibu dan sayang bayi, memulai pemberian IMD.
2. Pernyataan standar:
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang di perlukan.
STANDAR 15: PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA
NIFAS
1. Tujuan :
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif.
201
2. Pernyataan standar:
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB (Sriyanti, 2016).
STANDAR 20: PENANGANAN RETENSIO PLASENTA
1. Tujuan :
mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio
plasenta total / persial.
2. Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan
pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan
perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
STANDAR 21: PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM
PRIMER
1. Tujuan :
mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan
yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer atau
atonia uteri.
202
2. Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
STANDAR 22: PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM
SEKUNDER
1. Tujuan :
mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder
serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
2. Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama
untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.
STANDAR 23: PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS
1. Tujuan :
mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang
tepat.
2. Pernyataan standar:
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
203
2.3.2 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
I. Data Subyektif
1. Biodata
a. Nama
b. Menurut Marmi (2014) mengatakan bahwa, Nama pasien dan
suaminya ditanyakan untuk mengenal dan memanggil, untuk
mencegah kekeliruan dengan pasien yang lain.
c. Umur
Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, <
16 tahun atau > 35 tahun (Marmi, 2014).
d. Agama
Menurut Marmi (2014) mengatakan bahwa, Hal ini berhubungan
dengan perwatakan pasien yang berkaitan dengan ketentuan agama.
Misal dalam keadaan yang gawat saat memberi pertolongan dan
perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan, misalnya
agama Roma Katolik memanggil Pastor dan sebagainya.
e. Pendidikan
Menurut Marmi (2014) mengatakan bahwa, ditanyakan untuk
mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku seseorang untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
atau taraf kemampuan berfikir ibu, sehingga bidan bisa menyampaikan
atau memberikan penyuluhan atau KIE pada pasien dengan lebih
mudah.
204
f. Suku/bangsa
Menurut Marmi (2014) mengatakan bahwa, dengan mengetahui suku/
bangsa, petugas dapat mendukung dan memelihara keyakinan yang
meningkatkan adaptasi fisik dan emosinya terhadap kehamilan dan
persalinan. Namun jika keyakinan diidentifikasi dapat membahayakan,
petugas harus berhati-hati dalam menggali keyakinan tersebut dalam
proses redukasi dan modifikasi.
g. Pekerjaan
Pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan secara tidak
langsung dapat menyebabkan involusi dan laktasi terganggu sehingga
masa nifaspun jadi terganggu pada ibu nifas normal (Marmi, 2014).
h. Penghasilan
Penghasilan yang terbatas dan putus kerja karena berbagai alasan dapat
menambah sulitnya masalah sosial ekonomi, sehingga mempengaruhi
kelangsungan masa nifas (Manuaba, 2013).
i. Alamat
Menurut Marmi (2014) mengatakan bahwa, alamat ditanyakan untuk: a)
mengetahui dimana ibu menetap, b) mencegah kekeliruan, bila ada
nama yang sama, c) memudahkan menghubungi keluarga, dan d)
petunjuk pada waktu kunjungan rumah.
205
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2010).
Menurut Varney (2008), keluhan yang sering dialami ibu masa nifas antara
lain sebagai berikut :
a. Nyeri setelah lahir
Nyeri setelah kelahiran disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi
uterus berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri ini lebih
umum terjadi pada wanita dengan paritas tinggi dan pada wanita
menyusui. Nyeri yang lebih berat pada paritas tinggi adalah penurunan
tonus otot uterus, menyebabkan relaksasi intermitten (sebentar-
sebentar) berbeda pada wanita primipara yang tonus otot uterusnya
masih kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermitten.
Nyeri setelah lahir akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan
baik, yang memerlukan kandung kemih kosong (Varney, 2008).
b. Keringat berlebih
Wanita pascapartum mengeluarkan keringat berlebihan karena
tubuh menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan
cairan interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal cairan
intraseluler selama kehamilan (Varney, 2008).
206
c. Pembesaran payudara
Pembesaran payudara disebabkan kombinasi, akumulasi, dan
stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi
ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena.
Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ke 3
pascapartum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui, dan
berakhir sekitar 24 hingga 48 jam. Nyeri tekan payudara dapat menjadi
nyeri hebat terutama jika bayi mengalami kesulitan dalam menyusu
(Varney, 2008).
d. Nyeri perineum
Beberapa tindakan kenyamanan perineum dapat meredakan
ketidaknyamanan atau nyeri akibat laserasi atau episiotomi dan jahitan
laserasi atau episiotomi tersebut. Sebelum tindakan dilakukan, penting
untuk memeriksa perineum untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
komplikasi, seperti hematoma. Pemeriksaan ini juga mengindikasikan
tindakan lanjutan apa yang mungkin paling efektif (Varney, 2008).
e. Konstipasi
Konstipasi dapat menjadi berat dengan longgarnya dinding
abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan perineum derajat
tiga atau empat (Varney, 2008).
f. Hemoroid
Jika wanita mengalami hemoroid mereka mungkin sangat merasa
nyeri selama beberapa hari, jika terjadi selama kehamilan, hemoroid
207
menjadi trauma dan menjadi edema selama wanita mendorong bayi
pada kala II persalinan karena tekanan bayi dan distensi saat melahirkan
(Varney, 2008)
3. Riwayat kesehatan
a. Anemia
Pada kehamilan yang tidak tertangani dengan baik akan berpengaruh
pada masa nifas yang menyebabkan : terjadi sub involusi uteri,
menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,
pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae
(Manuaba, 2013).
b. Penyakit TBC
Ibu dengan TBC aktif tidak dibenarkan untuk memberikan ASI
karena dapat menularkan pada bayi (Manuaba, 2013).
c. Jantung
Pengaruh penyakit jantung dalam masa pasca persalinan/nifas
menurut Manuaba (2013) :
1) Setelah bayi lahir penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, yang
disebabkan darah tiba-tiba membanjiri tubuh ibu sehingga kerja
jantung sangat bertambah, perdarahan merupakan komplikasi yang
cukup berbahaya.
2) Saat laktasi kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI.
208
3) Mudah terjadi infeksi post partum, yang memerlukan kerja tambahan
jantung.
d. Hipertensi
Ibu yang pernah mengalami episode hipertensi pada kehamilan dapat
terus mengalaminya hingga pascapartum (Fraser, 2009).
e. Sifilis
Dapat menyebabkan infeksi pada bayi dalam bentuk Lues Kongenital
(Pemfigus Sifilitus, deskuamasi kulit telapak tangan dan kaki, terdapat
kelainan pada mulut dan gigi (Manuaba, 2013).
f. Penyakit asma
Pada persalinan kala II, diafragma dan paru–paru dapat membantu
mempercepat persalinan dengan jalan mengejan dan menahan nafas.
Penyakit asma yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan
CO2 (Manuaba, 2013).
4. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Sebagian besar menstruasi kembali setelah 4 sampai 6 bulan. Dalam
waktu 3 bulan belum menstruasi, dapat menjamin bertindak sebagai
kontrasepsi (Manuaba, 2013). Biasanya wanita tidak akan menghasilkan
telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki
(Saifuddin, 2010).
209
b. Riwayat nifas yang lalu
Ibu dengan riwayat pengeluaran lokea purulenta, lokea stasis, infeksi
uterin, rasa nyeri berlebihan memerlukan pengawasan khusus. Dan ibu
meneteki kurang dari 2 tahun. Adanya bendungan ASI sampai terjadi
abses payudara harus dilakukan observasi yang tepat (Manuaba, 2013).
c. Riwayat nifas sekarang
Untuk mengetatui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya
(Ambarwati, 2010).
d. Riwayat KB
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metode
amenorrhoe laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru (Saifuddin, 2010).
Menurut Manuaba (2013), pemeriksaan postpartum merupakan waktu
yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau
menghentikan kehamilan. Khusus untuk mendapatkan pelayanan kontap
wanita (Metode Operasi Wanita) sama sekali tidak diperlukan hamil.
Pelayanan kontap dapat dilayani setiap saat dikehendaki..
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup
kalori untuk proses metabolisme, kerja organ tubuh dan proses
210
pembentukan ASI. Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500
kalori tiap hari, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, makanan yang
mengandung 50-60 % karbohidrat, dan tambahan protein sebanyak 10-
15% (Marmi, 2011).
b. Eliminasi
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak, maka dilakukan
tindakan seperti, dirangsang dengan mengalirkan air kran dekat pasien,
mengompres air hangat di atas simfisis, berendam air hangat (klien di
suruh BAK). Sedangkan untuk BAB, biasanya 2-3 hari postpartum masih
susah maka diberi laksan supositoria dan minum air hangat atau agar BAB
bisa teratur dapat dilakukan dengan diet teratur, pemberian cairan yang
banyak, makanan yang cukup serat dan olahraga (Ambarwati, 2010).
c. Personal hygiene
Payudara dibersihkan pada saat mandi, terutama sebelum menyusui
bila perlu kompres terlebih dulu dengan air hangat atau minyak agar
keropeng-keropeng terlepas dan payudara bersih (Roito, 2013).
Ibu disarankan untuk mengganti pakaian minimal dua kali sehari
sehabis mandi, bila perlu dan bila pakaian terasa lembab atau basah.
Pakaian sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
karena produksi keringat menjadi banyak (selain urine). Pakaian agak
longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah
perut tidak perlu diikat dengan kencang karena tidak akan mempengaruhi
211
involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lokea tidak
memberikan iritasi pada sekitarnya. Kassa pembalut sebaiknya dibuang
setiap saat terasa penuh dengan lokea (Manuaba, 2013).
Kebersihan tempat tidur harus juga diperhatikan. Beri alas perlak atau
kain di bawah bokong ibu sehingga darah nifas tidak langsung mengenai
alas kasur atau seprei diganti 2 minggu sekali, karena bila seprei yang
kotor dapat menjadi media perkembangbiakan kuman. Usahakan
menjemur kasur sekali dalam sebulan. Kebersihan lingkungan bukan
hanya di lingkungan dalam rumah, namun di luar rumah seperti kebersihan
peralatan dapur, peralatan rumah tangga, dan kebersihan halaman,
termasuk pembuangan air limbah dan sampah. ibu yang sedang menjalani
masa nifas harus juga memperhatikan kebersihan giginya dengan cara
menggosok gigi setelah makan, sebelum tidur malam, dan saat mandi.
Hindari kerusakan gigi dengan cara tidak makan atau minum yang terlalu
asam atau manis, memeriksakan gigi ke dokter setiap 6 bulan sekali,
gunakan sikat gigi serta pasta gigi atau odol yang mengandung chloride
dan fluoride (Roito, 2013).
Setiap 1x seminggu, kuku hendaknya dipotong pendek, rapi dan
mengikuti bentuk kuku karena melalui kuku, kuman bisa masuk ke dalam
tubuh dan menyebabkan penyakit (Roito, 2013). Vulva hygiene untuk ibu
nifas yaitu membersihkan daerah genital dengan sabun dan air bersih
setiap kali setelah berkemih dan defekasi. Pada waktu mencuci luka
(episiotomi), ibu harus mencucinya dari arah depan ke belakang dan
212
mencuci daerah anusnya yang terakhir. Ibu harus mengganti pembalut
sedikitnya dua kali sehari. Perawatan perienum 10 hari, yaitu ganti
pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam (Bahiyatun, 2009).
d. Istirahat
Anjurkan ibu beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali menjalani kegiatan di rumah
tangga seperti biasa secara perlahan, serta untuk tidur siang atau istirahat
selagi bayi tidur (Ambarwati, 2010). Kebutuhan istirahat bagi ibu
menyusui minimal 8 jam/hari yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam
dan siang (Nugroho, 2014).
e. Aktivitas
Mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu
untuk bangun dari tempat tidurnya. Klien sudah diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum (Ambarwati, 2010).
f. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak
merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap (Ambarwati, 2010).
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu 6 minggu setelah persalinan, namun keputusan
tersebut bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Roito, 2013).
213
g. Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah
persalinan, setelah keadaan ibu normal/pulih kembali. Senam nifas
merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan
keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis. Senam nifas dapat
dimulai 24 jam setelah persalinan. Dengan melakukan senam nifas,
pemulihan ibu menjadi lebih cepat, dan ibu tidak lagi terlihat lesu (Marmi,
2011).
h. KB
Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40
hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu (Nugroho, 2014).
Ibu dan suami dapat memilih alat kontrasepsi KB apa saja yang ingin
digunakan agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal 2 tahun) dan ibu
memiliki waktu untuk merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga
(Walyani, 2015).
6. Latar belakang sosial budaya
Menghindari makanan berprotein seperti ikan atau telur, karena ibu
telah menyusui perlu tambahan kalori sebesar 500 per hari. Penggunaan
bebat perut segera pada masa nifas (2-4 jam pertama) karena akan beresiko
menghambat keluarnya lokea secara lancar. Dimasa lampau perawatan
puerperium sangat konservatif. Wanita yang mengalami masa puerpurium
diharuskan tidur telentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian pernah
214
dijumpai di Surabaya, terjadi adhesi antara labia minor dan labia mayor
kanan dan kiri, dan telah berlalu hampir 6 tahun (Manuaba, 2013).
7. Psikososial dan Spiritual
Menurut Bahiyatun (2009) satu atau dua hari postpartum, ibu cenderung
pasif dan tergatung. Ia hanya menuruti nasihat, ragu-ragu dalam membuat
keputusan, masih berfokus untuk memnuhi kebutuhannnya sendiri, masih
menggebu membicarakan pengalaman persalinan.
II. Data obyektif
1. Keadaan umum : kesadaran komposmetis (Manuaba, 2013).
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara
spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari (Varney,
2008). Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah tinggi pada
saat postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi postpartum.
(Ambarwati, 2010).
b. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-80 x/menit. Denyut nadi
diatas 100 x/menit pada masa nifas mengindikasikan adanya suatu infeksi
(Ambarwati, 2010).
215
c. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu < 380C. Segera setelah persalinan dapat
terjadi peningkatan suhu tubuh tapi tidak lebih dari 380C. Bila terjadi
peningkatan melebihi 380C berturut-turut selama 2 hari, kemungkinan
terjadi infeksi (Manuaba, 2013). Setelah 12 jam post partum suhu tubuh
kembali normal (Ambarwati, 2010).
d. Pernafasan
Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan. Normalnya 16-24 x/menit
(Romauli, 2011).
3. Pemeriksaan fisik
a. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning
menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan
ada konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya
pre eklamsia (Romauli, 2011).
b. Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis
(Romauli, 2011).
c. Payudara
Pemeriksaan payudara pada periode awal pascapartum yaitu
penampilan dan integritas puting susu, memar atau iritasi jaringan
216
payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah
payudara terisi air susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti, dan
tanda-tanda mastitis potensial. Menunjukkan adanya kolostrum dan
penatalaksanan puting susu pada wanita menyusui (Varney, 2008).
Produksi ASI akan meningkat sesudah hari kedua dan ketiga hari pasca
persalinan (Mochtar, 2012).
d. Abdomen
Varney (2008) menjelaskan bahwa, pemeriksaan abdomen pascapartum
dilakukan selama periode pasca partum dini (1 jam-5 hari) yang
meliputi tindakan berikut :
1) Pemeriksaan kandung kemih
Mencari secara spesifik distensi kandung kemih yang disebabkan
oleh retensi urine akibat hipotonisitas kandung kemih karena trauma
selama melahirkan. Kondisi ini dapat mempredisposisi wanita
mengalami infeksi kandung kemih dan bertanggung jawab untuk
peningkatan perdarahan uterus (Varney, 2008).
2) Pemeriksaan uterus
Mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi. Penentuan lokasi uterus
dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau
dibawah umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah
abdomen/bergeser ke salah satu lokasi dan ukuran saling tumpang
tindih, karena ukuran ditentukan bukan hanya melalui palpasi, tetapi
217
juga dengan mengukur tinggi fundus uteri. Konsistensi uterus
memiliki ciri keras dan lunak (Varney, 2008)
3) Evaluasi tonus otot abdomen dengan memeriksa derajat distasis
Diastatis adalah derajat pemisahan otot rektus abdomen (rektus
abdominis). Pemisahan ini diukur menggunakan lebar jari ketika
otot-otot abdomen kontraksi dan sekali lagi ketika otot-otot tersebut
relaksasi (Varney, 2008).
e. Genetalia
Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada
interuptus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus
otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi
edema (Varney, 2008).
f. Ekstremitas
Flegmasia alba dolens yang merupakan salah satu bentuk
infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena temoralis yang
terinfeksi dan disertai bengkak pada tungkai, berwarna putih, terasa
sangat nyeri, tampak bendungan pembuluh darah, suhu tubuh
meningkat (Manuaba, 2013). Pada pengkajian ekstremitas bawah,
dilakukan pemeriksaan kaki apakah ada oedema dan varises, oedema,
refleks patella kiri dan kanan (Saleha, 2009).
218
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dan pengawasan Haemoglobin (Hb) dapat
dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb
dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut : Tidak anemia jika Hb
11 gr%, anemia ringan jika Hb 9-10 gr%, anemia sedang jika Hb 7-8
gr%, anemia berat jika Hb < 7 gr% (Manuaba, 2013).
5. Terapi yang didapat
Terapi yang diberikan pada ibu nifas menurut Bahiyatun (2009) yaitu:
a. Pil zat besi besi 40 tablet diminum 1 kali satu hari
b. Vitamin A 200.000 U diminum 1 kali dalam waktu 24 postpartum.
III. Analisa
Diagnosa P...A... hari ... post partum normal dengan keadaan umum ibu
baik/tidak baik (Marmi, 2012:183). PAPIAH, post partum hari ke ...., laktasi
lancar, lokia normal, involusi noarmal, keadaan pskologis baik, keadaan
ibu baik, dengan kemungkinan masalah gangguan eliminasi, nyeri luka
jahitan perineum, after pain, pembangkakan payudara (Varney, Kriebs dan
Gegor, 2007).
IV. Penatalaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan
(Kemenkes RI, 2011). Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
219
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi
atau penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
pada klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai
dengan kondisi klien/pasien. Kemenkes RI (2011).
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu. Ibu mengetahui keadaan dirinya
sehingga lebih kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.
2. Jelaskan tentang fisiologi nifas yang meliputi laktasi, involusi dan
lochea. Ibu memahami perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi
pada masa nifas sehingga bila ditemukan keabnormalan, ibu dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan.
3. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan dasar ibu nifas dan pemenuhannya
meliputi nutrisi, eliminasi, personal higiene, aktivitas, istirahat,
perawatan payudara, senam nifas, perawatan BBL, kehidupan seksual,
dan KB. Pada masa nifas organ-organ reproduksi mengalami pemulihan
sehingga ibu memiliki kebutuhan dasar yang berbeda selama masa nifas
tanpa komplikasi.
4. Jelaskan komplikasi atau tanda bahaya nifas, meliputi, infeksi masa
nifas, subinvolusi uteri, flegmasia albadolens, putting susu lecet,
payudara bengkak, abses payudara (mastitis). Ibu dapat mendeteksi dini
adanya komplikasi sehingga komplikasi dapat segera ditangai.
220
5. Observasi TTV, kandung kemih, kontraksi uterus, TFU, laktasi, lochea.
Hal ini merupakan deteksi dini adanya kelainan, sehingga bisa segera
diatasi.
6. Lakukan kunjungan masa nifas sesuai dengan ketetapan Pemerintah
tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. 6 jam – 3 hari pasca persalinan
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika
perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia, jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
b. Hari ke 4 – 28 hari pasca persalinan
Memastikan involusi uterus untuk berjalan dengan normal,
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal, memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memastikan ibu mendapat
cukup makanan, cairan dan istirahat, memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
221
merawat bayi sehari-hari, 1 minggu setelah persalinan, tetap lakukan
pemantauan seperti 6 hari pasca persalinan.
c. Hari ke 29 – 42 hari pasca persalinan
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami,
memberikan konseling KB secara alami. Mengukur laktasi, involusi dan
lochea sehingga bila ditemukan keabnormalan dapat segera ditangani.
7. Berikan tablet tambah darah dan vitamin 200.000 IU serta berikan
informasi tentang masukan informasi tentang masukan zat besi dan
vitamin.
222
2.4 Neonatus
2.4.1 Konsep Dasar Neonatus
A. Pengertian
Bayi baru lahir adalah suatu organisme yang sedang tumbuh, yang
baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Vivian, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 – 4000 gram
(Marmi, 2012).
B. Ciri-ciri BBL normal
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak
ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar
dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-
160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut
kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7,
refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro,
grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada
skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra
223
berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar
dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010).
C. Fisiologi neonates
Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologis yang cepat dan hebat.
Kelangsungan hidup bergantung pada pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang cepat dan teratur. Fisiologi neonatus adalah sebagai
berikut:
1. Sistem pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir (Vivian, 2010).
Tabel 2.12 Perkembangan Sistem pulmonal
Umur kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronchus membesar
6 minggu Segmen bronchus terbentuk
12 minggu Lobus terdifferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru matang Sumber : Vivian. 2010:12.
2. Sirkulasi darah
Pada masa fetus daerah dari plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati, sedangkan langsung ke serambi kiri jantung, kemudian
ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke
seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan
sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta (Vivian, 2010).
224
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan
arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan
yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungisionil. Hal
ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan
dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan karena
rangsangan biokimia duktus arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada
hari pertama (Vivian, 2010).
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.
Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru dan malah
mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri, yang disebut
foramen ovale. Darah yang kaya oksigen ini kemudian secara istimewa
mengalir ke otak melalui duktus arteriosus. Karena tali pusat di klem,
sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin-plasenta terputus.
Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sistem sirkulasi
tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri sendiri (Varney, 2008).
3. Termoregulasi menurut Varney (2008) adalah sebagai berikut:
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stres karena
perubahan suhu lingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi
sedikit, janin tidak perlu mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi
0,60C daripada suhu ibu. Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam
kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan tubuh
bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan
225
derajat fleksi otot. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui 4
mekanisme, yaitu konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi. Tempat
kelahiran harus disiapkan dengan adekuat untuk meminimalkan
kehilangan panas pada neonatus. Neonatus dapat menghasilkan panas
dengan 3 cara, yaitu menggigil, aktivitas otot volunter, dan termogenesis
(produksi panas tubuh) tanpa menggigil. Termogenesis tanpa menggigil
mengacu pada 1 dari 2 cara berikut ini: peningkatan kecepatan
metabolisme atau penggunaan lemak coklat (brown fat) untuk
memproduksi panas. Pada cara kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk
menghasilkan panas. Dianjurkan pada suhu rektal dan aksila tetap dalam
rentang 36,5-37,50C dan suhu kulit abdomen dalam rentang 36-36,5
0C.
4. Pengaturan glukosa
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan
glikogen. Sel homopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan
waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru
lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna,
contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih rendah dari
50 mg/KgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Vivian,
2010).
Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa turun selama periode
waktu yang singkat (1-2 jam setelah kelahiran). Sistem pada bayi baru
lahir yang sehat belajar untuk mengoreksi secara mandiri penurunan kadar
226
glukosa fisiologis. Koreksi penurunan kadar glukosa darah dapat terjadi
dalam 3 cara: melalui penggunaan ASI atau susu formula, melalui
penggunaan cadangan glikogen, atau melalui pembuatan glukosa dari
sumber-sumber lain, khususnya lipid. Bayi baru lahir yang sehat
menghasilkan glukosa sebanyak 4-8 mg/kg/menit sebagai respon terhadap
kebutuhan (Varney, 2008).
5. Perubahan pada darah
Bayi baru lahir dilahirkan dengan hematokrit/hemoglobin yang
tinggi. Konsentrasi hemoglobin normal memiliki rentang dari 13,7-20,0
gr/dL. Selama beberapa hari pertama kehidupan, nilai hemoglobin sedikit
meningkat, sedangkan volume plasma menurun. Akibat perubahan dalam
volume plasma tersebut, hematokrit, yang normalnya dalam rentang 51
hingga 56% pada saat kelahiran, meningkat dari 3 menjadi 6%.
Hemoglobin kemudian turun perlahan, tapi terus-menerus pada 7-9
minggu pertama setelah bayi lahir. Nilai hemoglobin rata-rata untuk bayi
berusia 2 bulan ialah 12,0 gr/dL (Varney, 2008).
6. Sistem pencernaan
Kapasitas lambung 15-30 cc dan akan meningkat dalam minggu–
minggu pertama kehidupan. Sfingter kardiak lambung dalam matang
sehingga gumoh lazim terjadi. Pada saat lahir keasaman lambung tinggi
namun pada hari ke-10 hampir tidak ada asam lambung oleh karena itu
rentan terhadap terjadinya infeksi. Waktu pengosongan lambung adalah
2,5-3 jam (Marmi, 2012).
227
6. Perubahan pada sistem imun
Sistem imun neonatus tidak matur pada sejumlah tingkat yang
signifikan. Ketidakmampuan fungsional ini membuat neonatus rentan
terhadap banyak infeksi dan respon alergi. Sistem imun yang matur
memberikan baik imunitas alami maupun yang didapat. Menurut Varney
(2008) terdapat 2 macam imunitas pada bayi baru lahir, yaitu:
a. Imunitas alami
Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Contohnya yaitu kolonisasi pada kulit dan usus
oleh mikroba pelindung.
b. Imunitas yang didapat
Janin mendapatkan imunitas melalui perjalanan transplasenta dari
imunoglobulin varietas IgG.
7. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural dan
fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari defisit tersebut memperbaiki
dirinya sendiri pada bulan pertama kehidupan. Ginjal bayi baru lahir
menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah menyebabkan retensi cairan dan
intoksikasi air. Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam
pertama kehidupan, sering kali hanya 30-60 ml. Seharusnya tidak terdapat
protein atau darah dalam urine bayi baru lahir (Varney, 2008).
228
8. Keseimbangan asam basa
Tingkat keasamaan (PH) darah pada waktu lahir rendah karena
glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensasi
asidosis ini (Vivian, 2010).
D. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir
Menurut Elizabeth dkk, 2015, adalah asuhan yang diberikan kepada
bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar
BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit
bantuan/gangguan. Oleh karena itu PENTING diperhatikan dalam
memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering dan hangat,
kontak antara kulit bayi dengan ibu sesegera mungkin.
1. Membersihkan jalan nafas.
2. Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di
atas perut ibu. Bersihkan darah atau lendir dari wajah bayi dengan kain
bersih dan kering/kassa.
3. Periksa ulang pernafasan.
4. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadp infeksi yang disebabkan oleh p
aparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi
baru lahir, penolong harus melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi.
229
b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
c. Memastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lendir Del ee dan benang tali pusat telah di
disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan
bersih jika ingin melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut.
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya
timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda lain yang
akan bersentuhan dengan bayi juga bersihkan.
5. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhakan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu bayi harus dicatat.
6. Membersihkan Jalan Nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan
cara sebagai berikut:
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk.
c. Besihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril.
230
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering.
e. Alat penghisap lendir mulut atau alat penghisap lainnya yang steril,
tabung oksigen dengan selangnya harus telah siap ditempat.
f. Segera lakukan usaha menghisap mulut atau hidung.
g. Petugas harus memantau dan mencatat usaha nafas yang pertama.
h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut
harus diperhatikan.
i. Bidan hendaknya melakukan resusitasi seteah 1 menit bayi tidak
bernafas.
7. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang
bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong
untuk memudahkan melakukan tidakan resusitasi pada bayi. Tali pusat
dipotong 3 cm dari dinding bayi dengan dibuat ikatan baru. Luka tali pusat
dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari atau setiap kali
basah atau kotor.
8. Penilaian Awal (APGAR SCORE)
Nilai APGAR akan membantu dalam menentukan tingkat keseriusan
dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera yang akan
diambil.
231
a. Klasifikasi Klinik:
1) Nilai 7-10: bayi normal
2) Nilai 4-6: bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
3) Nilai 1-3: bayi dengan asfiksia berat
4) Penilaian bayi dilakukan secara APGAR:
Tabel 2.13 Perhitungan Nilai APGAR
Penilaian 0 1 2 Jumlah
A= Appearance
(warna kulit)
Biru atau
pucat
Tubuh
kemerahan,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh
kemerahan
P= Pulse
(denyut nadi) Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
G= Grimace
(reflek)
Tidak
bereaksi Sedikit gerakan
Reaksi
melawan,
menangis
A= Aktivity
(tonus otot) Lumpuh
Ekstremitas
sedikit fleksi
Gerakan aktif,
ekstermitas
fleksi dengan
baik
R= Respiration
(usaha bernafas) Tidak ada
Lambat, tidak
teratur Menangis kuat
Sumber : Muslihatun.2010, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, Yogyakarta.
9. Inisiasi Menyusu Dini
Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a. Bayi harus mendapat kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit 1 jam. Dianjurkan agar tetap melakukan
kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam paertama kelahiran walaupun bayi
telah berhasil menghisap puting susu ibu dalam waktu kurang dai 1 jam.
b. Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan Inisiasi
Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu
serta memberi bantuan jika diperlukan.
232
c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi
baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut
seperti: menimbang, pemberian antibiotik salep mata, vitamin K, dan
lain-lain (APN, 2017).
10. Memberi Obat Tetes atau Salep Mata
Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu
diberi salep mata sesudah liam jam bayi baru lahir. Pemberian obat mata
chloramphenicol 0,5% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena
klamidia.
11. Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
dilaporkan cukup tinggi, berkisar antara 0,25-0,5%. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut, diberi vitamin K parental dengan dosis 0.5-
1 mg secara IM.
12. Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B
pertama diberikan 1 jam setelah pemberian Vitamin K, pada saat bayi baru
berumur 2 jam (APN, 2017).
E. Mekanisme Kehilangan Panas
Menurut APN (2017) bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya
melalui cara-cara berikut:
233
1. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan nafas. Kehilangan panas
dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada pemukaan tubuh oleh
panas tubuh bayai sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan.
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukan yang dingin.
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin.
4. Radisi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditepatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu bayi.
F. Masalah pada Neonatus
Menurut Kemenkes RI (2012), masalah yang paling sering dijumpai pada
BBL:
1. Bayi rewel
Bayi menangis tidak selalu lapar. Rewel bisa disebabkan mengompol,
kepanasan/ kedinginan, terlalu lelah atau ingin tidur, ingin ditimang atau
mendengarkan suara ibunya, merasa sendiri, atau memang ada yang tidak
nyaman/ nyeri pada tubuhnya.
2. Gumoh
Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan.
Gumoh terjadi karena lambung bayi masih berada dalam posisi agak
234
mendatar, masih berada pada rongga dada, besar lambung yang relatif
kecil, fungsi penutup mulut lambung dan esofagus belum sempurna.
Cara mengatasi gumoh:
a. Menyendawakan bayi.
b. Setelah selesai menyusu, bayi diletakkan dengan posisi kepala lebih
tinggi dari kaki.
c. Tidak mengayun/memijat bayi (daerah perut) atau melakukan senam
bayi saat setelah bayi menyusu.
3. Hidung Tersumbat
Hidung tersumbat adalah keluhan yang umum dijumpai sehari-hari pada
usia 0-3 bulan. Bayi mutlak barnapas melalui hidung, sehingga sedikit saja
ada sumbatan dilubang hidungnya yang masih amat kecil itu, maka gejala
hidung tersumbat akan segera terdengar.
4. Mongolian Spot (Bercak Kebiruan)
Pada bayi bercak kebiruan kerap tampak pada daerah bokong, punggung
bagian bawah dan pundak. Bercak ini akan menghilang seiring dengan
pertambahnya usia.
5. Miliaria
Biang keringat terjadi karena penyumbatan keringat namun ini hanya
bersifat sementara.
G. Tanda Bahaya Neonatus
1. Menurut Varney, 2008, segera hubungi dokter anak atau perawat praktisi
anda jika:
235
a. Bayi anda tampak lemah, tidak mau makan, atau bertingkah laku tidak
wajar.
b. Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama.
c. Bayi tidak defekasi dalam 48 jam pertama.
d. Tali pusat berbau busuk atau terdapat pus yang keluar.
e. Suhu bayi dibawah 36 derajat atau diatas 37 derajat C, diukur pada
ketiak.
f. Bagian yang berwarna putih pada mata, berubah menjadi kuning dan
warna kulit juga tampak kuning, kecoklatan atau seperti buah persik.
2. Menurut APN, 2017, tanda-tanda bahaya bayi baru lahir. Bila ditemukan
tanda bahaya berikut, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan:
a. Tidak dapat menyusu
b. Kejang
c. Mengantuk atau tidak sadar
d. Napas cepat (>60 per menit)
e. Merintih
f. Retraksi dinding dada bawah
g. Sianosis sentral
3. Tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, menurut
Saiffuddin, 2012:
a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.
b. Kehangatan terlalu panas (>38°C atau terlalu dingin <36°C).
c. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.
236
d. Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, berdarah,
infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanas). Bau
busuk, pernapasan sulit.
f. Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau
tua, ada lendir atau darah pada tinja.
g. Aktifitas: menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung,
lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa
tenang, menangis terus menerus.
Cari pertolongan medis segera jika timbul hal di atas.
H. Pelayanan Kesehatan Neonatus
1. Bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan dari bidan/dokter
/perawat minimal tiga kali, yaitu pada:
a. Hari pertama
b. Hari ketiga
c. Minggu kedua
2. Jika belum disuntik vitamin K1, mintalah pada petugas kesehatan.
3. Jika belum di imunisasi Hepatitis B, mintalah sebelum bayi berumur 7
hari (Buku KIA, 2009).
237
Tabel 2.14 Jadwal Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
Sumber : Kementerian Kesehatan RI
4. Menurut Rustam Mochtar, 2012, Perawatan bayi 2 pekan pertama:
a. Kebersihan
b. Buang air kecil dan buang air besar harus dijaga dan selalu dibersihkan,
popok diganti.
c. Tempat tidur dan pakaian bayi harus bersih dan hangat.
d. Menyusui bayi pada 12 jam pertama, bayi dipuasakan, kemudian baru
disusui.
e. Makanan tambahan, kalau ASI kurang.
f. Cara memandikan bayi dan merawat tali pusat harus diperhatikan.
I. Kebutuhan Dasar Neonatus
1. Nutrisi
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.
Pada hari kedua energy berasal dari pembakaran lemak setelah
mendapatkan susu kurang lebih hari ke 6 (Marmi, 2012).
Kebutuhan bayi pada tahun pertama sangat bervariasai menurut usia
dan berat badan. Taksiran kebutuhan selama dua bulan pertama sekitar
238
120 kkal/kgBB/hari. secara umum selama 6 bulan pertama bayi
membutuhkan energi sebesar 115-120 kkal/kgBB/hari (Marmi, 2012).
Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika
payudara sudah penuh) atau sesuai kebutuhan bayi, yaitu setiap 2-3 jam
(paling sedikit tiap 4 jam). Berikan bayi ekslusif selama 6 bulan.
Selanjutnya pemberian asi diberikan sampai berusia 2 tahun, dengan
penambahan makanan lunak atau padat yang disebut makanan
pendamping asi (Vivian, 2013).
Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonates dapat dilihat pada tabel
2.15 Sebagai berikut :
Tabel 2.15 Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus
Hari kelahiran Cairan/KG/hari Kalori/kg/hari
Hari ke-1 60 ml 40 kal
Hari ke -2 70 ml 50 kal
Hari ke-3 80 ml 60 kal
Hari ke-4 90 ml 70 kal
Hari ke -5 100 ml 80 kal
Hari ke-6 110 ml 90 kal
Hari ke-7 120 ml 100 kal
Hari ke-10 150-200 ml >120 kal
Sumber : saifudin ,abdul bari ,2009, Ilmu Kebidanan, Jakarta.
2. Eliminasi
Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4
hari tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa (marmi, 2012). Feses
pertama ini berwarna hijau kehitaman, lengket serta mengandung empedu,
asam lemak, lendir dan epitel. Sejak hari ketiga hingga hari kelima
kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan menjadi berwarna kuning
kecoklatan (fraser coper, 2009). BAK bayi normalnya 6 sampai 10 kali
atau popok kotor per hari.
239
Urine pertama dikeluarkan dalam 24 jam pertama dan setelahnya
dengan frekuensi yang semakin sering, sering meningkatnya asupan
cairan. Urin encer, berwarna kuning dan tidak berbau (Vivian, 2013)
3. Istirahat dan tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah bayi lahir, bayi normalnya sering
tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam
sehari. Pada umunya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan
(Vivian, 2013).
4. Personal hygine
Bayi ditunda memandikan kira kira sedikitnya 4-6 jam setelah
kelahiran, setelah suhu bayi stabil. Mandi selanjutnya 2-3 kali sehari.
Mandi menggunakan sabun dapat menghilangkan minyak dari kulit bayi
yang sangat rentan untuk mengering. Pencucian rambut hanya perlu
dilakukan sekali atau dua kali dalam seminggu. Pemakian popok harus
dilipat sehingga puting tali pusat terbuka ke udara, yang mencegah urine
dan feses membasahi tali pusat. Popok harus diganti beberapa kali sehari
ketika basah (Saifudin, 2011).
Perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan
bersih. Cuci tangan dengan sabun sebelum merawat tali pusat (Saifudin,
2011).
5. Aktifitas
Bayi normal melakukan gerakan gerakan tangan dan kaki yang
simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan
240
pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu
tidur, kemungkinan gejala kelainanan yang perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut (Saifudin, 2011).
Bayi dapat menangis sedikitnya sekitar 5 menit per hari sampai
sebanyak-banyaknya 2 jam perhari, bergantung pada tempramen individu.
Alasan paling umum untuk menangis adalah lapar, ketidaknyamanan
karena popok basah, suhu ektrim, dan stimulasi berlebihan (Vivian, 2013).
6. Psikososial
Kontak kulit dengan kulit membuat bayi lebih tenang sehingga
didapat pola tidur yang lebih baik (saifudin, 2011). Bayi baru lahir
waspada dan sadar terhadap lingkungan saat ia terbangun. Jauh dari pasif,
bayi bereaksi terhadap rangsangan dan mulai pada usia yang sangat dini
untuk mengumpulkan informasi tentang lingkungannya (fraser cooper,
2009).
J. Kunjungan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah
lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonates :
1. Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam
setelah lahir. Hal yang dilaksanakan :
241
a. Jaga kehangatan tubuh bayi
b. Berikan ASI eksklusif
c. Rawat tali pusat
2. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3
sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.
a. Jaga kehangatan tubuh bayi
b. Berikan ASI eksklusif
c. Cegah infeksi
d. Rawat tali pusat
3. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8
sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
a. Periksa ada/tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit
b. Lakukan :
1) Jaga kehangatan tubuh bayi
2) Berikan ASI eksklusif
3) Rawat tali pusat (Walyani, 2014).
Tujuan asuhan neonatal
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah (Rismintari, 2009).
242
K. Imunisasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, campak dan
melalui mulut, seperti vaksin polio.
Gambar 2.15 Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap
Sumber: Buku KIA 2017
Keterangan:
a. Imunisasi Hepatitis B : digunakan untuk mencegah kerusakan hati.
Diberikan pada saat usia 0-7 hari.
b. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) : Ditujukan untuk
memberikan kekebalan bayi terhadap bakteri tuberkolosis (TBC).
243
Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat pelayanan kesehatan atau
mulai 1 bulan di posyandu.
c. Imunisasi DPT: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadapat penyakit
Dipteri, Pertusis (batuk rejan) dan tetanus. Imunisasi ini pertama kali
diberikan pada bayi berusia 2 bulan. Imunisasi selanjutnya berjarak 4
minggu atau bersamaan dengan Hepatitis B.
d. Imunisasi Polio: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadap penyakit
polio (kelumpuhan). Imunisasi polio diberikan 4 kali dengan selang
waktu 4 minggu.
e. Imunisasi Campak : Mencegah bayi terkena infeksi penyakit campak.
Diberikan pada usia 9 bulan.
L. Klasifikasi neonatus
Klasifikasi neonatus menurut (Muslihatun, 2010), dibedakan menjadi tiga
kategori :
1. Klasifikasi menurut gestasi
a) Neonatus kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37
minggu).
b) Neonatus cukup bulan (aterm infant) : 259 sampai 294 hari (37-24
minggu).
c) Neonatus lebih bulan (posterm infant) : lebih dari 294 hari (42
minggu) atau lebih.
244
2. Klasifikasi neonatus menurut berat lahir :
a) Neonatus berat lahir rendah : kurang dari 2500 gr.
b) Neonatus berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 gr.
c) Neonatus berat lahir lebih : lebih dari 4000 gr.
3. Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi, dideskripsikan
dengan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa
kehamilannya, yaitu :
a) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) (< persentil ke-10).
b) Sesuai masa kehamilan (SMK) (persentil ke-10 sampai ke-90).
c) Besar untuk sia kehamilan (BUK) (> persentil ke-90).
(Sinclair, 2009).
Gambar 2.16 Klasifikasi BBL berdasarkan berat lahir dan UK
245
M. Standar pelayanan kebidanan
Standar Penanganan neonatal
STANDAR 13 : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
1. Tujuan :
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya
pernafasan serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi.
2. Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
STANDAR 24: PENANGANAN ASFIKSIA NEONATURUM
1. Tujuan :
mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,
mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan
kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.
2. Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis
yang di perlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
(Sriyanti, 2016).
246
2.4.2 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
I. Data Subyektif
1. Identitas bayi dan orang tua
Identitas sangat penting untuk menghindari bayi tertukar, gelang identitas
tidak boleh dilepas sampai penyerahan bayi (Manuaba, 2013). Umur bayi
bayi baru lahir ialah dari lahir sampai usia 4 minggu (Marmi, 2012).
2. Riwayat antenatal
Bidan harus mencatat usia ibu, periode menstruasi terakhir, dan perkiraan
waktu kelahiran. Jumlah kunjungan pranatal dicatat bersama setiap
masalah pra natal yang ada. Semua hasil laboratorium dan pengujian
pranatal termasuk laporan ultrasonografi, harus ditinjau. Kondisi pranatal
dan kondisi intra partum yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan bayi baru lahir (Varney, 2008).
3. Riwayat natal
Bayi lahir aterm dengan berat 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, gerak aktif dan tidak ada kelainan kongenital (cacat
bawaan) dengan umur kehamilan 37-42 minggu (Sholeh dalam Marmi,
2012).
4. Riwayat post natal
Riwayat bayi sejak lahir harus ditinjau ulang, termasuk pola menyusui,
berkemih, defekasi, tidur, dan menangis. Tanda vital, medikasi yang
diberikan pada bayi baru lahir dan hasil laboratorium (Walsh, 2007).
247
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.
Pada hari ke dua energi berasal dari pembakaran lemak setelah mendapat
susu kurang lebih hari ke 6 (Indrayani, 2013).
b. Eliminasi
Dalam 3 hari pertama feses bayi masih bercampur mekonium dengan
frekwensi sebanyak 1 kali dalam sehari sedangkan untuk BAK umumnya
bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk
menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering maka setelah BAK dan
BAB harus diganti popoknya (Vivian, 2013).
c. Istirahat dan tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi
baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari
(Vivian, 2013).
d. Personal hygiene
Kebersihan kulit bayi harus benar-benar dijaga terutama bagian muka,
bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur (Vivian, 2013).
e. Aktifitas
Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris
pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada
waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
248
kemungkinan gejala kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut (Saifuddin, 2011).
f. Psikososial
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga di
dapat pola tidur yang lebih baik (Saifudin, 2011).
2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Melihat cacat bawaan yang jelas tampak seperti hidrosefal, mikrosefali,
anensefali, keadaan gizi dan maturitas, aktivitas tangis, warna kulit, kulit
kering atau mengelupas, vernik kaseosa, kelainan kulit karena fravina
lahir, toksium, tanda-tanda metonium, dan sikap bayi tidur (Marmi, 2012).
b. Tanda-tanda vital meliputi sebagai berikut:
1) Suhu : Dianjurkan bahwa suhu rektal dan axsila tetap dalam rentang
36,5-37,5°C (Vivian, 2013).
2) Pernafasan : Frekuensi rata-rata 40-60 kali per menit, tidak ada
wheezing dan ronki (Vivian, 2013).
3) Nadi : Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 x/menit
yang kemudian turun sampai 140 x/menit-120 x/menit pada waktu bayi
berumur 30 menit (Wiknjosastro, 2011).
2. Pemeriksaan Antoprometri
a. Berat badan
249
Meletakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik
nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan
pembungkus bayi (Marmi, 2012).
b. Panjang badan
Panjang bayi normal adalah 45 cm-55 cm. Panjang badan ini diukur dari
kepala sampai ke tumit. Jika panjang badan bayi lebih dari 45 cm - 55
cm, kemungkinan disebabkan faktor kromosom ataupun herediter
(Marmi, 2012).
c. Lingkar Kepala
Ukuran normal lingkar kepala (LK) BBL adalah 32 cm–36,8 cm. Kepala
yang <32 cm disebut mikrocephalus yang biasanya disebabkan oleh
rubella, toksoplasmosis, dan penyakit inklusi sitomegali. Jika ukuran LK
lebih dari 4 cm dari lingkar dada ini disebut hidrocephalus akibat
peningkatan tekanan intracranial (perdarahan, lesi yang memakan tempat).
Pada hidrocephalus sutura teregang biasanya terisi oleh cairan. Lingkar
kepala ini diukur pada diameter terbesar, yaitu lingkar oksipito frontalis
(Marmi, 2012).
d Lingkar Dada
Ukuran lingkar dada biasanya lebih kecil dari lingkar kepala, panjang rata-
ratanya sekitar 30 – 33 cm. Lingkar ini diukur pada buah dada (Marmi,
2012).
250
e Lingkar Abdomen
Abdomen membesar setelah bayi diberi makan karena otot abdomen bayi
meregang. Ukuran abdomen biasanya sama dengan ukuran lingkar dada
yaitu sekitar 30 – 33 cm. Lingkar ini diukur dibawah umbilikus. Lingkar
abdomen biasanya jarang diukur kecuali jika ada indikasi khusus (Marmi,
2012).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan
tampilannya normal. sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi
preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus. Periksa adanya trauma
kelahiran misalnya ada edema pada kepala berisi cairan yang melampaui
sutura menandakan adanya caput succedanium, ada perdarahan pada
kepala namun tidak melewati batas sutura menandakan adanya sefal
hematoma, perdarahan sub aponeurotik atau fraktur tulang tengkorak.
Perhatikan adanya kelainan seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes
dan sebagainya (Marmi, 2012).
b. Mata
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih.
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau
retina. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman
gonokokus dapat menjadi pnoftalmia dan menyebabkan kebutaan
(Marmi, 2012).
251
c. Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus
lebih dari 2,5 cm. Periksa adanya pernafasan cuping hidung, jika cuping
hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernafasan (Marmi,
2012).
d. Mulut
Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila terdapat sekret yang
berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna (Saifuddin,
2011). Periksa bibir dan langitan, sumbing, refleks hisap dinilai saat bayi
menyusui (Indrayani, 2013).
e. Telinga
Bentuk telinga berubah sejalan masa gestasi. Pada mula minggu ke-36
beberapa kartilago dan pinna atas yang tidak tertutup, dan pinna yang
dapat membuka kembali secara perlahan ketika dilipat. Untuk mengkaji
pantau bentuk telinga, lalu lipat ujung telinga ke arah depan, berlawanan
arah sisi kepala, lepaskan dan pantau hasilnya (Marmi, 2012).
f. Leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada
fleksus brakhialis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian
belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21 (Marmi,
2012).
252
g. Dada
Gerakan dada simetris saat bernafas. Apabila tidak simetris kemungkinan
bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragma. Pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernafas
perlu diperhatikan. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk
dengan baik dan tampak simetris (Marmi, 2012).
h. Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-
tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau
bercak kecil berambut yang menunjukkan adanya abnormalitas medula
spinalis atau kolumna vertebra (Marmi, 2012).
i. Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah
pembuluh darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,
distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk simetris atau tidak, palpasi hati,
ginjal (Muslihatun, 2010). Abdomen harus tampak bulat dan bergerak
secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas. Kaji adanya
pembengkakan (Marmi, 2012).
Jika perut cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika. Abdomen
yang membuncit kemungkinan karena hepatosplenomegali atau tumor
lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau duktus omfaloentriskuspersisten (Marmi, 2012).
253
j. Genetalia
1) Laki-laki
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. Periksa
posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena
menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia dan epispadia
(Marmi, 2012). Pada bayi aterm testis sudah berada dalam skrotum
(Muslihatun, 2010).
2) Perempuan
Pada bayi cukup bulan, labia mayora menutupi labia minora. Lubang
uretra terpisah dengan lubang vagina (Marmi, 2012). Terkadang tampak
adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (Withdrawl bledding) (Marmi, 2012).
k. Anus
Anus berlubang (Indrayani, 2013). Periksa adanya kelainan atresia ani,
kaji posisinya (Marmi, 2012).
l. Ekstremitas
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai harus
dapat bergerak bebas. Kurangnya gerakan berkaitan dengan adanya
trauma misalnya fraktur, kerusakan neurologis. Periksa adanya polidaktili
atau sindaktili pada jari kaki (Marmi, 2012).
254
m. Kulit
Pada neonatus preterm kulit tampak tipis dan transparan, dengan vena
menonjol di abdomen pada awal masa kehamilan. Saat masa kehamilan
semakin dekat, kulit tampak buram karena peningkatan jaringan
subkutan, hilangnya pelindung verniks kaseosa meningkatkan
deskuamasi kulit (pengelupasan) (Marmi, 2012).
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis merupakan indikator integritas sistem saraf. Baik
respons yang menurun (hipo) maupun yang meningkat (hiper) merupakan
penyebab masalah (Varney dkk, 2008). Beberapa reflek menurut
(Muslihatun,2010) yaitu:
a) Refleks gabella
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan menggunakan
jari telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada
4 sampai 5 ketukan pertama.
b) Refleks menghisap (sucking), yaitu areola puting susu tertekan gusi,
lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan dan
memancarkan ASI.
c) Refleks mencari (rooting), yaitu bayi menoleh ke arah sentuhan di
pipinya atau di dekat mulut, berusaha untuk menghisap.
d) Refleks menelan (swallowing), dimana ASI di mulut bayi mendesak
otot di daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks
menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung.
255
e) Refleks genggam (Palmar gasp), bila jari menyentuh telapak tangan
bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.
f) Tonik neck refleks, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi
normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan
kepalanya.
g) Startle refleks, merupakan reaksi emosional berupa hentakan dan
gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti
dengan tangis.
h) Stapping refleks, merupakan reflek kaki secara spontan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuh pada suatu dasar
ma seolah-olah bayi berjalan
i) Moro refleks, reflek yang timbul diluar kemauan /kesadaran bayi.
Contohnya jika bayi diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan
kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat
tubuhnya pada orang yang mendekapnya.
j) Refleks Babinsky akan timbul jika telapak kaki bayi digores
menggunakan benda tumpul maka jari kaki bayi akan membuka.
3. Analisa
Neonatus normal, usia 2 jam-28 hari, aterm, lahir normal, jenis
kelamin laki-laki/perempuan, KU baik, dengan kemungkinan masalah
pada bayi baru lahir menurut Ladewig (2006) adalah hipoglikemi,
hipotermi, ikterik, dan potensial terjadi infeksi sehubungan dengan
256
perawatan yang kurang bersih pada tali pusat (Wiknjosastro, 2011).
Prognosa baik.
Identifikasi Diagnosa dan masalah
Diagnosa : Neonatus normal, usia 2 jam-28 hari, aterm, lahir normal,
jenis kelamin laki-laki/perempuan, KU baik
Masalah : Hipoglikemi , Hipotermi, Ikterus dan infeksi.
4. Penatalaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan (Kemenkes RI,
2011). Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga.
Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Kemenkes RI (2011)
1. Beritahu ibu tetang hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui kondisi bayinya
dan kooperatif dengan petugas.
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga mengenai perubahan fisiologis pada
Bayi usia 1-28 hari. Dengan diberikannya penjelasan mengenai
perubahan fisiologis, ibu mampu merawat bayinya.
257
3. Jelaskan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir seperti nutrisi, Eliminasi,
istirahat dan personal hygiene. Ibu dapat memenuhi kebutuhan dasar
pada bayi baru lahir.
4. Jelaskan tanda bahaya bayi pada orang tua. Jika ditemui tanda bahaya
orang tua segera merujuk untuk perawatan lebih lanjut.
5. Ajarkan pada orang tua perawatan sehari-hari untuk bayi baru Lahir
Orang tua mengerticara perawatan bayi sehari-hari
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana
A. Pengertian
Keluarga berencana (family planning, planned parenthood) adalah
suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi (Marmi, 2016).
Keluarga berencana postpartum adalah melakukan tindakan KB ketika
wanita baru melahirkan atau keguguran di rumah sakit, atau memberi
pengarahan agar memilih KB efektif (melakukan sterilisasi wanita atau
pria, menggunakan AKDR, menerima KB hormonal dalam bentuk suntik
atau susuk) (Manuaba, 2013).
Pentingnya pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk
kembalinya fertilitas dan resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan
yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta ketidaktersediaan
kontrasepsi (Widyastuti, 2011).
258
B. Macam-macam KB pascasalin
1. Metode Sederhana Tanpa Alat
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
1) Pengertian
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun lainnya. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila
menyusui secara penuh (lebih efektif bila pemberian >8x sehari), belum
haid, dan umur bayi kurang dari 6 bulan (Saifuddin, 2011). Menurut
Affandi (2013), MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian ASI secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun lainnya (Affandi, 2013).
2) Cara kerja kontrasepsi MAL
a) Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila
pemberian >8 x sehari.
b) Belum haid
c) Umur bayi kurang dari 6 bulan
d) Efektif digunakan sampai 6 bulan, namun harus dilanjutkan dengan
pemakaian metode kontrasepsi lainnya (Saifuddin, 2011).
3) Efektivitas
Efektifitas metode amenorhe laktasi tinggi (keberhasilan 98% pada 6
bulan pertama pasca persalinan) (Handayani,2010).
4) Keuntungan
259
a) Untuk ibu
(1) Mengurangi resiko perdarahan pasca persalinan
(2) Mengurangi resiko anemia, dapat
(3) Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi.
b) Untuk bayi
(1) Mendapat kekebalan pasif (mendapat antibody perlindungan lewat
ASI).
(2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal.
(3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain
atau formula atau alat minum yang dipakai.
(Handayani,2010)
5) Yang dapat menggunakan MAL
Menurut Saiffudin (2011) perempuan yang menyususi secara ekslusif,
bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah
melahirkan.
6) Yang seharusnya tidak boleh memakai MAL menurut (Saifuddin, 2011)
a) Perempuan yang sudah mendapat haid setelah bersalin.
b) Perempuan yang tidak menyusui secara eksklusif.
c) Perempuan yang bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d) Perempuan bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
260
b Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/ metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama pada masa subur atau ovulasi (Handayani, 2010).
1) Cara Kerja
Cara kerja metode kalender yaitu dengan berpedoman pada kenyataan
bahwa wanita mengalami masa ovulasi (subur) satu bulan sekali.
Sebelum melakukan metode ini pasangan suami istri harus
mengetahui masa suburnya dengan cara menghitung siklus haid
selama 6 bulan. Dan cara untuk menghitung masa subur yaitu:
Hari pertama masa subur = (siklus haid terpendek-18)
Hari terakhir masa subur= (siklus haid terpanjang-11)
(Handayani, 2010).
2) Keuntungan
a) Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami
tanpa biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
membeli kontrasepsi.
b) Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat
karena bisa dihindari adanya efek samping yang merugikan seperti
halnya memakai alat kontrasepsi lainnya.
c) Dari segi psikologi yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi
kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom
misalnya.
261
3) Kerugian
a) Diperlukan banyak pelatihan untuk bisa menggunakan dengan
benar.
b) Memerlukan pemberi asuhan (non-medis) yang sudah terlatih.
c) Memerlukan penahan nafsu selama fase kesuburan untuk
menghindari kehamilan.
(Handayani, 2010)
4) Indikasi
a) Pasangan usia subur.
b) Pasangan dengan alas an religious sehingga tidak dapat
menggunakan metode kontrasepsi lain
(Handayani, 2010)
5) Kontraindikasi
a) Perempuan dengan siklus haid tidak teratur
b) Perempuan yang pasangannya tidak mau berpantang selama waktu
tertentu dalam siklus haid.
(Handayani, 2010).
c Lendir Servik
Metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan terhadap
perubahan lendir serviks wanita yang dapat dideteksi di vulva. Metode
ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lendir serviks
selama siklus ovulasi yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan
waktu vertilisasi maksimal.
262
1) Cara Kerja
Lendir serviks pada masa subur memiliki tekstur dan PH yang sesuai,
sehingga bisa menjadi media yang aman untuk melindungi sperma
mencapai sel telur.
2) Keuntungan
a) Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya.
b) Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada tubuhnya.
c) Memperkirakan lendir yang subur sehingga memungkinkan
kehamilan.
d) Dapat digunakan untuk mencegah kehamilan.
e) Dalam kendali wanita.
3) Kerugian
a) Membutuhkan komitmen.
b) Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami.
c) Dapat membutuhkan 2-3 siklus untuk mempelajari metode.
d) Infeksi vagina dapat menyulitkan identifikasi lendir yang subur.
e) Beberapa obat yang digunakan mengobati flu, dapat menghambat
produksi lendir serviks.
f) Melibatkan sentuhan pada tubuh, yang tidak disukai beberapa
wanita.
d Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah penarikan penis dari
vagina sebelum terjadinya ejakulasi (Saifudin, 2011).
263
1) Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara
sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar
vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim
(Saifudin, 2011).
2) Efektivitas
Efektivitas metode ini umumnya dianggap kurang berhasil. Metode
coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per
tahun (Saifudin, 2011).
3) Keuntungan
a) Keuntungan kontraseptif
(1) Tidak mengganggu produksi ASI.
(2) Tidak ada efek samping.
(3) Tidak membutuhkan biaya.
(4) Tidak memerlukan persiapan khusus.
(5) Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
(Saifudin, 2011)
b) Manfaat non kontrasepsi :
(1) Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi.
(2) Menanamkan sifat saling pengertian.
264
(3) Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
(Saifudin, 2011)
4) Kerugian
a) Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan
setelah interupsi coitus.
b) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
c) Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
(Saifudin, 2011)
5) Indikasi
a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam KB.
b) Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya.
c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.
(Saifudin, 2011)
6) Kontraindikasi
a) Pria yang mengalami ejakulasi dini
b) Pria yang sulit melakukan senggama terputus
c) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
(Saifudin, 2011)
e Suhu Basal
Suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam
keadaan tidur. Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera
setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktifitas laiinya.
265
1) Cara Kerja
Apabila hasil catatan suhu tubuh tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi
kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus
luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi
kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi
kemungkinan terjadi kehamilan.
2) Keuntungan
a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami
istri tentang masa subur/ovulasi.
b) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur
mendeteksi masa subur/ovulasi.
c) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan
kesempatan untuk hamil.
d) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat
mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir servik.
e) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri.
3) Keterbatasan
a) Mmembutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
b) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
c) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur,
merokok, alcohol, stress, penggunaan narkoba.
266
d) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
e) Tidak mendeteksi awal masa subur.
f) Membutuhkan masa pantang yang lama.
2. Metode Sederhana Dengan Alat
a. Kondom
1) Pengertian
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan
seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, terbentuk
silinder, dengan muaranya tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau
mempunyai bentuk seperti puting susu (Handayani, 2010).
2) Tipe Kondom
a) Kondom kulit
b) Kondom lateks
c) Kondom plastik (Handayani, 2010).
3) Cara kerja kondom
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang
pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran
reproduksi perempuan. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS
termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan
267
yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil)
(Handayani, 2010).
4) Keuntungan
a) Memberi perlindungan terhadap IMS.
b) Tidak mengganggu kesehatan klien.
c) Murah dan dapat dibeli secara umum.
d) Tidak perlu pemeriksaan fisik.
e) Tidak mengganggu produksi ASI.
f) Mencegah ejakulasi dini.
g) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks.
(Handayani, 2010 )
5) Kerugian
a) Angka kegagalan terlalu tunggi.
b) Perlu menghentikan sementara aktifitas & spontanitas hubungan seks
c) Perlu dipaki secara konsisten.
d) Haru selalu tersedia setiap kali hubungan seks.
e) Masalah pembuangan kondom bekas.
(Handayani, 2010)
6) Kondom dapat digunakan untuk:
a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam program KB.
b) Ingin segera mendapatkan kontrasepsi.
c) Ingin kontrasepsi tambahan.
(Saifuddin, 2013)
268
7) Tidak dapat dipakai untuk
a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini.
b) Pria yang sulit melakukan senggama terputus.
c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
d) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.
e) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
f) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
8) Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom
tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Angka kegagalan
kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun (Saifuddin,
2010).
3. Metode Efektif
a. Pil KB
1) Pengerian
Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sitetis
progesteron (Handayani, 2010).
2) Cara kerja pil KB
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implatasi
c) Lendir servik mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
269
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula.
(Handayani, 2010)
3) Manfaat
a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi), apabila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
b) Risiko kesehatan sangat kecil.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Siklus haid menjadi teratur, jumlah darah haid berkurang
(mencegah anemia), dan tidak terjadi nyeri haid.
e) Metode ini dapat dgunakan untuk membantu mencegah hal berikut:
(1) Kehamilan ektopik
(2) Kanker ovarium
(3) Kanker endometrium.
4) Kerugian
Harus minum pil secara teratur, dalam waktu panjang dapat menekan
fungsi ovarium, penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut
rontok, tumbuh akne, mual sampai muntah), mempengaruhi fungsi
hati dan ginjal (Manuaba dkk, 2010).
5) Indikasi
Minipil :
270
Usia reproduksi, telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki
anak, menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif
selama periode menyusui, pascapersalinan dan tidak menyusui,
pascakeguguran, perokok segala usia, mempunyai tekanan darah
tinggi (selama <180/110 mmHg) atau dengan masalah pembekuan
darah, tidak boleh menggunakan estrogen (Saifuddin, 2011).
b. KB suntik
1) Pengertian
Suntikan progestin Merupakan suntikan yang berisi hormon
progesteron (Handayani, 2010).
2) Cara Kerja KB Suntik
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
(Saifudin, 2011)
e) Tidak mengganggu produksi ASI.
f) Efektif sampai laktasi berhenti
(Manuaba, 2010)
3) Keuntungan
a) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun.
b) Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu.
271
c) Tingkat efektivitasnya tinggi.
d) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas.
e) Pengawasan medis yang ringan.
f) Dapat diberikan pascapersalinan, pasca-keguguran atau
pascamenstruasi.
g) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
h) Suntikan KB cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan
mendapatkan menstruasi (Manuaba dkk, 2010).
4) Kerugian
a) Perdarahan yang tidak menentu.
b) Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan.
c) Masih terjadi kemungkinan hamil.
d) Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB
menghentikan suntikan KB (Manuaba dkk, 2010).
5) Efek Samping
a) Amenorea
b) Mual/pusing/muntah.
c) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting)
(Saifudin, 2011)
6) Yang boleh menggunakan
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
272
d) Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin), atau obat untuk
epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
f) Sering lupa menggunakan pil.
g) Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus.
h) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
(Saifuddin, 2011)
7) Yang tidak boleh menggunakan
a) Hamil atau di duga hamil
b) Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya
c) Usia >35 tahun yang merokok
d) Riwayat pebyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi
(>180/110 mmHg).
e) Keganasan pada payudara
(Saifudin, 2011)
8) Efektivitas
Kedua kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan
0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
(Saifuddin, 2011).
273
c. Susuk KB/implant (AKBK)
1) Pengertian
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk terbuat dari sejenis
karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas
(Handayani, 2010).
2) Macam-macam KB Implant
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan
lama kerjanya lima tahun.
b) Jadena dan Indoplant
Terdiri atas dua batang yang berisi 75 mg levonorgestrel dengan
lama kerja tiga tahun.
c) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm
dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun.
(Saifuddin, 2013).
3) Cara Kerja KB Implant
a) Lendir serviks menjadi kental.
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi.
c) Mengurangi transportasi sperma.
274
d) Menekan ovulasi (Saifudin, 2011).
4) Keuntungan
Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani
didaerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi biaya murah.
(Manuaba dkk, 2010). Menurut Saifudin (2011) keuntungan implan :
a) Daya guna tinggi.
b) Perlindungan jangka panjang (sampai lima tahun).
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e) Bebas dari pengaruh esterogen
5) Kerugian
a) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat
menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur.
b) Berat badan bertambah.
c) Menimbulkan akne, ketegangan payudara.
d) Liang senggama terasa kering.
(Manuaba dkk, 2010).
6) Efek Samping
a) Amenorea.
b) Perdarahan bercak (spotting) ringan.
c) Ekspulsi.
d) Infeksi pada daerah isersi.
e) Berat badan naik/turun.
275
(Saifuddin, 2011)
7) Yang boleh menggunakan
a) Usia reproduksi.
b) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang.
c) Ibu menyusui.
d) Pascakeguguran/abortus.
e) Tidak menginginkan anak lagi, tapi tidak mau menggunakan metode
kontrasepsi mantap.
f) Wanita dengan kontraindikasi hormone estrogen.
g) Sering lupa mengkonsumsi pil.
(Saifudin, 2011)
8) Yang tidak boleh menggunakan
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
d) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
e) Miom uterus dan kanker payudara.
f) Gangguan toleransi glukosa.
(Saifuddin, 2011)
9) Efektivitas
0,2 –1 kehamilan per 100 perempuan (Saifudin,2011).
276
d. IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
1) Pengertian
Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat
efektif, reversibel, dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduktif. (Handayani, 2010)
2) Cara Kerja KB IUD/AKDR
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c) Mencegah sperma dan ovum bertemu.
d) Mencegah implantasi.
(Saifudin, 2011)
3) Jenis-jenis IUD/AKDR
a) AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbetuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari Tembaga (Cu)
b) NOVA T
(Saifudin, 2011)
4) Keuntungan
a) Efektivitasnya tinggi.
b) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu-T380A dan tidak
perlu diganti).
d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
277
e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.
g) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
h) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
i) Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
j) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
k) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
(Saifuddin, 2011 )
5) Kerugian
a) IUD tidak melindungi terhadap IMS
b) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ.
c) Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia)
d) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama
terasa lebih basah.
e) Dapat terjadi infeksi.
f) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekunder dan kehamilan ektopik.
g) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.
(Manuaba dkk, 2011)
278
6) Efek Samping
a) Efek samping umum :
(1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama akan
berkurang setelah 3 bulan).
(2) Haid lebih lama dan banyak.
(3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
(4) Saat haid lebih sakit.
b) Komplikasi lain :
(1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan.
(2) Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
(3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan
benar)
(Saifuddin, 2011)
7) Yang boleh menggunakan
Menurut( Saifudin, 2011) :
a) Usia reproduksi.
b) Keadaan nulipara.
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d) Perempuan menyusui yang menginginkan kontrasepsi.
e) Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya.
f) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
279
g) Perempuan dengan resiko rendah IMS.
h) Tidak menghendaki metode hormonal.
i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
8) Yang tidak boleh menggunakan
a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat di evaluasi).
c) Sedang mederita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septik.
e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f) Penyakit trofoblas yang gans.
g) Diketahui menderita TBC pelvic.
h) Kanker alat genetal.
i) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
(Saifuddin, 2011)
4. Metode Kontap (Kontrasepsi Mantap)
a. Tubektomi/MOW (pada wanita)
1) Pengertian
Tubektomi adalah setiap tindakan pada saluran telur yang
mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. (Handayani, 2010)
280
2) Mekanisme Kerja
Cara kerja dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat, memotong atau
memasang cincin disaluran transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin, 2011).
3) Yang boleh menggunakan
a) Wanita pada usia >26 tahun
b) Wanita dengan paritas >2
c) Wanita yang yakin telah mempunyai keluarga besar yang dikehendaki
d) Wanita yang pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan
yang serius
e) Wanita pascapersalinan
f) Wanita pasca keguguran
g) Wanita yang paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
(Handayani, 2010).
4) Yang tidak boleh menggunakan
a) Wanita yang hamil
b) Wanita dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas
c) Wanita dengan infeksi sistematik atau pelvik
d) Wanita yang tidak boleh menjalani proses pembedahan
e) Wanita yang kurang pasti mengenai keinginan fertilitas di masa depan
f) Wanita yang belum memberikan persetujuan tertulis
(Handayani, 2010)
281
b. Vasektomi/MOP (pada pria)
1) Pengertian
Suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman,
sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan
tidak memerlukan anastesi umum (Handayani, 2011).
2) Efektifitas
Angka keberhasilan amat tinggi 99%, angka kegagalan 0–22%,
umumnya <1 % (Handayani, 2011).
3) Yang tidak boleh menggunakan
a) Umur klien >37 tahun
b) Tidak ada ovulasi
c) Infeksi pelvis yang masih aktif
d) Tuberkulosis genitalia interna.
(Saifudin, 2011).
C. Tujuan dari KB pasca salin
Menurut (Marmi, 2016) Tujuan dari KB pasca salin yaitu :
1. Menjaga jarak kehamilan, sehingga berkontribusi terhadap AKI
maupun AKB.
2. Berkontribusi secara tidak langsung terhadap pengendalian
pertumbuhan penduduk beserta dampaknya.
282
D. Pemilihan Kontrasepsi yang Rasional
Gambar 2.17 Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional
Sumber: Affandi, Biran 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Konrasepsi. Jakarta, halaman U-9.
E. Waktu untuk Memulai Kontrasepsi
1. Waktu untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui dapat
dilihat pada tabel 2.16 :
Tabel 2.16. Waktu untuk Memulai Kontrasepsi pada Wanita
Menyusui Metode Kontrasepsi Waktu yang Dianjurkan
MAL Segera setelah bayi lahir
AKDR 3 mgg pasca salin
AKDR Post plasenta Setelah plasent lahir
Kontap 6 minggu pasca salin
Kondom 6 minggu pasca salin
Kontrasepsi Progestin 6 minggu pasca salin
Kontrasepsi Kombinasi 6 bulan pasca salin
Sumber : Saifuddin Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jarak antara dua kelahiran 2-4 tahun
283
2. Untuk klien yang tidak menyusui dianjurkan menggunakan
kontrasepsi seperti tabel 2.17 :
Tabel 2.17 Waktu untuk Memulai Kontrasepsi Pada Wanita yang
Tidak Menyusui
Metode Kontrasepsi Waktu yang Dianjurkan
AKDR 3 minggu pasca salin
AKDRPost plasenta Setelah plasenta lahir
Kontap 6 minggu pasca salin
Kondom Setelah persalinan
Kontrasepsi Progestin Setelah persalinan
Kontrasepsi Kombinasi 3 bulan pasca salin
Sumber : Saifuddin Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
E. Langkah–Langkah Konseling KB SATU TUJU
Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon
klien KB yang baru hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah
dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU
tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Beberapa klien
membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu
dibandingkan dengan langkah lainnya. Kata kunci SATU TUJU adalah
sebagai berikut :
1. SA : sapa dan salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat
yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk
284
membangun rasa percaya diri.Tanyakan kepada klien apa yang perlu
dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
2. T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
untuk berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan
kesehatan dan kehidupan keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan
diiginkan ole klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang
disampaikan oleh klien ssuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan
caranya.Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.Perlihatkan
bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan
dan keinginan klien kita dapat membantunya.
3. U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia
ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan
alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.Uraikan
jugamengenai risiko penularan HIV/ Aids dan pilihan metode ganda.
4. TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yangpaling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
285
Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan
pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien
mempertimbangkan criteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis
kontrasepsi.Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan
dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut pada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan
bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat
menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilhan jenis
kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan.
5. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan perlihatkan alat/obat kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana
alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara
penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan
petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga
tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang
dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan
klien tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien
apabila dapat menjawab dengan benar.
6. U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah
perjanjian, kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan
286
atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu
mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.
E. Penapisan KB
1. Penapisan KB Hormonal
Tabel 2.18 Penapisan KB Hormonal
Metode hormonal (pil kombinasi, pil
progestin, suntikan dan susuk) Ya Tidak
Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
atau lebih
Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca
persalinan
Perdarahan/perdarahan bercak antara haid
setelah senggama
Ikterus pada kulit atau mata
Nyeri kepala hebat atau gangguan visual
Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau
tungkai bengkak (odeme)
Tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik)
atau 90 mmHg (diastolik)
Massa atau benjolan pada payudara
Sedang minum obat-obatan anti kejang
(epilepsi)
Sumber : Affandi, 2014
287
2. Penapisan KB Non Hormonal
Tabel 2.19 Penapisan KB Non Hormonal
AKDR(semua jenis pelapas tembaga dan progestin)
Ya
Tidak
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan
seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual
(IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul
atau kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2
pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenore berat yang
membutuhkan anlgetik dan/atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan bercak antara
haid aatau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung
valvular atau congenital
Sumber : Affandi, 2014
Keterangan :
1) Apabila klien menyusui dari 6 minggu pasca persalinan maka pil
kombinasi adalah metode pilihan terakhir.
2) Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan (DMPA NET-ET)
atau susuk.
3) Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-ET)
288
Jika semua keadaan diatas adalah “Tidak” (negative) dan tidak dicurigai
adanya kehamilan, maka dapat diteruskan dengan konseling metode
khusus. Bila respon banyak yang “Ya” (positif) berarti klien perlu
dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
Catatan :
Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang
kondisi diatas. Namun, petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana
keadaan klien sebenarnya. Bila diperlukan, petugas dapat mengulang
pertanyaan dengan cara yang berbeda. Juga perlu diperhitungkan masalah
sosial, bidaya atau agama yang mungkin berperngaruh terhadap respon
klien tersebut (dan pasangannya) (Affandi, 2014).
Bagaimana menyakini pasien tidak hamil
Klien tidak hamil apabila
1) Tidak senggama sejak haid terakhir
2) Sedang memakaia metode efektif secara baik dan benar
3) Sekarang di dalam 7 hari pertama haid terakhir
4) Didalam 4 minggu pascapersalinan
5) Dalam 7 hari pasca keguguran
6) Menyusui dan tidak haid
Pemeriksaan fisik jarang dilakukan,kecuali untuk menyingkirkan
kehamilan yang lebih dari 6-8 minggu
Laboratorium
289
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji
kehamilan yang lebih sensitive, jika tidak tersedia tes kehamilan yang
sensitive, klien dianjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid
berikutnya (Affandi, 2014).
2.5.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
I. Pengkajian
a. Data subyektif
1) Biodata
a) Umur
Wanita usia < 20 tahun menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda
kehamilan, usia 20-35 tahun untuk menjarangkan kehamilan, dan usia
> 35 tahun untuk mengakhiri kesuburan (Saifuddin, 2011).
b) Pendidikan
Makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif metode KB
yang dianjurkan yaitu kontap, suntikan KB, susuk KB atau AKBK
(Alat Susuk Bawah Kulit), AKDR (Manuaba, 2012).
c) Pekerjaan
Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi agar nasehat
kita sesuai. (Roumali, 2011). Tinggi rendahnya status social dan
ekonomi penduduk Indonesia akan memengaruhi perkembangan dari
kemajuan program KB (Handayani, 2010).
290
d) Alamat
Wanita yang tinggal di tempat terpencil mungkin memilih metode
yang tidak mengharuskan mereka berkonsultasi secara teratur dengan
petugas keluarsga berencana (Handayani, 2010).
2) Keluhan utama
Keluhan utama pada ibu pascasalin menurut Saifuddin (2011) adalah:
a) Usia 20-35 tahun ingin menjarangkan kehamilan.
b) Usia >35 tahun tidak ingin hamil lagi.
3) Riwayat kesehatan
a) Penggunaan kontrasepsi hormonal tidak diperbolehkan pada ibu yang
menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes
mellitus disertai komplikasi, penyakit hati akut, jantung, stroke
(Saifuddin, 2011).
b) Kontrasepsi implan dapat digunakan pada ibu yang menderita tekanan
darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia
bulan sabit (sickle cell) (Saifuddin, 2011).
c) Penyakit stroke, penyakit jantung koroner/infark, kanker payudara tidak
diperbolehkan menggunakan kontrasepsi pil progestin (Saifuddin,
2011).
4) Riwayat Kebidanan
a) Riwayat Haid
Pada metode KB MAL, ketika ibu mulai haid lagi itu pertanda ibu
sudah subur kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB
291
lainnya (Saifuddin, 2011). Meskipun beberapa metode KB mengandung
risiko, menggunakan kontrasepsi lebih aman, terutama apabila ibu
sudah haid lagi (Saifuddin, 2011). Penggunaan KB hormonal progestin
diperbolehkan pada ibu dengan riwayat haid teratur dan tidak ada
perdarahan abnormal dari uterus (Hartanto, 2014). Bagi ibu dengan
riwayat dismenorhea berat, jumlah darah haid yang banyak, haid yang
ireguler atau perdarahan bercak (spotting) tidak dianjurkan
menggunakan IUD (Hartanto, 2014).
b) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Bila miniPil gagal dan terjadi kehamilan, maka kehamilan tersebut jauh
lebih besar kemungkinannya sebagai kehamilan ektopik, ini serupa
dengan IUD, maka ibu tidak diperkenankan menggunakan KB pil
progestin dan IUD (Hartanto, 2015). Ibu dengan riwayat keguguran
septik dan kehamilan ektopik, tidak diperkenankan menggunakan KB
AKDR (Saifuddin, 2011). Pada ibu pasca keguguran ada infeksi
pemasangan AKDR ditunda 3 bulan sampai infeksi teratasi (Saifuddin,
2011). Apabila pada persalinan terjadi perdarahan banyak hingga Hb< 7
gr% maka penggunaan AKDR ditunda hingga anemia teratasi
(Safuddin, 2011).
c) Riwayat KB
Bila mini-Pil gagal dan terjadi kehamilan, maka kehamilan tersebut
jauh lebih besar kemungkinannya sebagai kehamilan ektopik, ini serupa
292
dengan IUD, maka ibu tidak diperkenankan menggunakan KB pil
progestin dan IUD lagi (Hartanto, 2015).
5) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
KB Hormonal (Implan, suntik, pil) merangsang pusat pengendali nafsu
makan dihipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak
daripada biasanya (Hartanto, 2015).
b) Personal Hygiene
Penggunaan kontrasepsi progestin dapat menimbulkan jerawat,
sehingga kebersihan wajah harus diperhatikan (Saifuddin, 2011).
Kebersihan perlu lebih diperhatikan karena pada pemakaian IUD
potensial PID lebih tinggi (Saifuddin, 2011).
c) Istirahat/tidur
Gangguan tidur yang dialami ibu pemakai kontrasepsi hormonal
dikarenakan pada awal pemakaian dapat memberikan efek samping dari
(mual, pusing, nyeri payudara, perubahan perasaan) (Saifuddin, 2011).
d) Kehidupan seksual
Pada penggunaan jangka panjang kontrasepsi hormonal dapat
menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido (Saifuddin, 2011).
6) Riwayat ketergantungan
Untuk penggunaan KB hormonal tidak dianjurkan oleh ibu yang
menggunakan obat-obatan dalam jangka panjang. Bagi ibu yang perokok
dapat menggunakan kontasepsi suntikan progestin begitu juga dengan ibu
293
yang menggunakan obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberculosis (rifampisin) (Saifuddin,2011).
7) Latar belakang sosial budaya
Kontrasepsi suntik dipandang dari sudut agama baik itu Islam, Kristen,
Katolik, Budha, Hindu diperbolehkan asal bertujuan untuk mengatur
kehamilan bukan untuk mengakhiri kehamilan (Hartanto, 2015).
II. Data Obyektif
a Pemeriksaan umum
1) Tekanan darah
Suntikan progestin dan implant dapat digunakan untuk wanita yang
memiliki tekanan darah <180/110 mmHg (Saifuddin, 2011).
2) Nadi
Denyut nadi ireguler (aritmia) menunjukkan klien kemungkinan mengidap
kelainan jantung (Saifuddin, 2011).
3) Suhu
Suhu normal36-37oC, pada akseptor IUD dengan PID akan terjadi
kenaikan suhu mencapai 38oC atau lebih (Hartanto, 2015).
b Pemeriksaan antropometri
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara
kurang dari 1–5 Kg dalam tahun pertama. Penyebab pertambahan berat
badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh
(Hartanto, 2010: 171). Salah satu keterbatasan kontrasepsi hormonal yaitu
294
terjadi peningkatan/penurunan berat badan. Ibu dengan obesitas tidak
diperbolekan menggunakan kntraepsi hormonal (Saifuddin, 2011).
c Pemeriksaan fisik
1) Muka
Akan timbul hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka)
pada penggunaan kontrasepsi progestin, namun keterbatasan ini jarang
terjadi (Saifuddin, 2011).
2) Mata
Kehilangan penglihatan atau pandangan kabur merupakan peringatan
khusus untuk pemakai pil progestin (Saifuddin, 2011). Kontrasepsi
hormonal dapat digunakan dengan konjungtiva palpebra pucat (anemis),
sklera putih (tidak ikterus), pandangan mata tidak kabur (Saifuddin, 2011)
Anemia merupakan kontraindikasi dari penggunaan kontrasepsi IUD,
karena salah satu efek samping dari IUD adalah perdarahan. Jika ibu
dengan anemia menggunakan IUD itu akan memperparah anemia itu
sendiri (Saifuddin, 2011).
3) Leher
Tidak ditemukan penegangan vena jugularis, tidak pembengkakan pada
kelenjar tyroid dan limfe (Saifuddin, 2011).
4) Payudara
a) Kontrasepsi suntikan tidak menambah risiko terjadinya karsinoma
seperti kasinoma payudara atau cervix, malah progesterone termasuk
295
DMPA dapat digunakan untuk mengobati karsinoma endometrium
(Hartanto, 2011).
b) Keterbatasan pada penggunaan KB progestin dan implant akan timbul
nyeri pada payudara (Saifuddin, 2011).
c) Terdapat benjolan/kanker payudara/riwayat kanker payudara tidak
boleh menggunakan implan maupun progestin (Saifuddin, 2011).
5) Abdomen
a) Dapat terjadi kram abdomen sesaat setelah pemasangan AKDR.
Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang panggul dan penyebab
lain dari kekejangan. Apabila klien mengalami kejang yang berat,
lepaskan AKDR (Safuddin, 2011).
b) Bila ditemukan pengguna implan disertai nyeri perut bagian bawah
yang hebat kemungkinan terjadi kehamilan ektopik (Saifuddin, 2011).
6) Genetalia
a) DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan bercak dan,
amenorea (Hartanto, 2011).
b) Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan AKDR diantaranya
mengalami haid yang lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting)
antar menstruasi, dan komplikasi lain dapat terjadi perdarahan hebat
pada waktu haid (Saifuddin, 2011).
c) Kondisi yang memerlukan perhatian khusus saat tindakan vasektomi
adalah adanya temuan berupa undensensus testikularis,
296
hidrokel/varikokel, massa intraskrotalis atau hernia inguinalis
(Saifuddin, 2011).
7) Ekstremitas
Ibu dengan varises di tungkai dapat menggunakan AKDR (Saifuddin,
2011).
Lokasi yang biasanya digunakan untuk penanaman kapsul adalah
bagian dalam lengan atas yang tidak dominan, walaupun implan
sebenarnya dapat dimasukkan dibagian tubuh yang lain (misal: bokong,
abdomen bagian bawah, tungkai atas). Lengan atas bagian dalam
merupakan area tubuh yang terlindungi, mudah dijangkau untuk
memasang dan kembali melepas implan, tidak terlalu terlihat dan mudah
dijangkau oleh klien saat melakukan perawatan pascainsersi dan pasca
pelepasan (Varney, 2008).
III. Analisa
Diagnose : P APIAH umur 15-49 tahun, calon peserta KB pasca salin,
keadaan umum baik, tidak ada kontraindikasi untuk menggunakan
kontrasepsi pasca salin. Prognosa baik.
a. Masalah I : Amenorhea
Tujuan : Setelah diberikan asuhan, ibu tidak mengalami komplikasi
lebih lanjut
Kriteria : Ibu bisa beradaptasi dengan keadaanya
Intervensi menurut Saifuddin (2010):
297
1) Kaji pengetahuan pasien tentang amenorrhea.
Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
2) Pastikan ibu tidak hamil dan jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul
di dalam rahim.
Rasional: Ibu dapat merasa tenang dengan keadaan kondisinya.
3) Bila terjadi kehamilan hentikan penggunaan KB, bila kehamilan ektopik
segera rujuk.
Rasional: Penggunaan KB pada kehamilan dapat mempengaruhi
kehamilan dan kehamilan ektopik lebih besar pada pengguna KB.
b. Masalah II : Pusing
Tujuan : Setelah diberikan asuhan, pusing dapat teratasi dan ibu dapat
beradaptasi dengan keadaannya.
Kriteria : Tidak merasa pusing dan mengerti efek samping dari KB
hormonal.
Intervensi menurut Saifuddin (2011):
1) Kaji keluhan pusing pasien.
Rasional: Membantu menegakkan diagnosa dan menentukan langkah
selanjutnya untuk pengobatan.
2) Lakukan konseling dan berikan penjelasan bahwa rasa pusing bersifat
sementara.
Rasional: Akseptor mengerti bahwa pusing merupakan efek samping dari
KB hormonal.
298
3) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional: Teknik distraksi dan relaksasi mengurangi ketegangan otot dan
cara efektif untuk mengurangi nyeri.
c. Masalah III : Perdarahan bercak/spotting
Tujuan : Setelah diberikan asuhan, ibu mampu beradaptasi dengan
keadaannya
Kriteria : Keluhan ibu terhadap masalah bercak/spotting berkurang
Intervensi menurut Saifuddin (2011) adalah:
1) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini
bukanlah masalah.
Rasional: Klien mampu mengerti dan memahami kondisinya bahwa efek
menggunakan KB hormonal adalah terjadinya perdarahan
bercak/spotting.
2) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan dan tidak ingin melanjutkan
kontrasepsi dapat diganti dengan kontrasepsi lainnya.
Rasional: Klien mengerti dan memahami kontrasepsi yang akan
digunakan.
d. Masalah IV : Perdarahan pervaginam yang hebat
Tujuan : Setelah diberikan asuhan, ibu tidak mengalami komplikasi
penggunaan KB
Kriteria : Perdarahan berkurang dan ibu tidak khawatir dengan
kondisinya
299
Intervensi menurut Saifuddin (2011):
1. Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik
Rasional: Tanda dari kehamilan ektopik dan infeksi pelvik adalah berupa
perdarahan yang banyak.
2. Berikan terapi ibuprofen (800 mg, 3 kali sehari selama 1 minggu) untuk
mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari
selama 1-3 bulan).
Rasional: Terapi ibuprofen dapat membantu mengurangi nyeri dan
karena perdarahan yang banyak maka diperlukan tablet tambah darah.
3. Lepasakan AKDR jika klien menghendaki.
Rasional: Perdarahan yang banyak merupakan komplikasi dari
penggunaan AKDR.
IV. Pelaksanaan tindakan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan
(Kemenkes RI, 2011). Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi
atau penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
300
pada klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai
dengan kondisi klien/pasien. Kemenkes RI (2011).
1. Kaji pengetahuan klien tentang KB. Makin rendah pendidikan klien,
semakin efektif metode KB yang dianjurkan.
2. Tanyakan pada klien rencana jumlah anak yang diinginkan dan tujuan
menggunakan KB. Menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada
usia muda, usia tua dan jarak kelahiran yang terlalu dekat.
3. Berikan pengetahuan kepada klien tentang KB pasca salin meliputi MAL,
progestin, AKDR, implant. Membantu klien memutuskan jenis kontrasepsi
yang akan digunakan dan meningkatkan keberhasilan KB.
4. Bantu klien menentukan krontrasepsi sesuai kebutuhan klien. Pengalaman
menunjukkan saat ini calin peserta memilih sendiri metode kontrasepsi
yang diinginkan
5. Lakukan penapisan sesuai dengan alat kontrasepsi yang dipilih klien.
Menilai apakah ibu masuk dalam kontra indikasi alat kontrasepsi yang
dipilih.
6. Persilahkan untuk klien dan suami mengisi informed consent. Setiap
tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis
yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
7. Memberikan konseling pra pelayanan. Meningkatkan pengetahuan ibu
tentang kontrasepsi yang ia pilih.
301
8. Memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai protap. Protap adalah prosedur
tindakan pelayanan yang disusun sesuai dengan kewenangan petugas
sehingga diharapkan pasien puas dengan tindakan yang diberikan.
9. Memberikan konseling pascapelayanan kontrasepsi. Meningkatkan
pengetahuan pasien.
10. Minta klien mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
Membantu klien untuk membuat suatu pilihan dan membantu klien untuk
mengerti dan mengingat.
11. Beri kesempatan klien mengajukan pertanyaan. Merupakan salah satu
teknik yang digunakan saat konseling agar kelangsungan pemakaian lebih
tinggi.
12. Jadwalkan klien untuk kunjungan ulang. Untuk memantau keadaan ibu
dalam mendeteksi dini bila terjadi komplikasi.
385
302
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Tanggal Pengkajian : 14 April 2019
Waktu Pengkajian : Pukul 18.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Ny. Siti Rohmani, SST
1. Data Subyektif
a. Identitas
Nama : Ny.”R” Tn.”L”
Umur : 23 tahun 24 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Ds “P” Ds “P”
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama, umur kehamilan 9 bulan, datang ke
bidan untuk memeriksakan kehamilannya, keluhan sering kencing.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak menderita penyakit dengan gejala batuk
lama, mengeluarkan dahak disertai darah, berat badan menurun,
303
hilang nafsu makan, berkeringat malam hari (Tuberculosis), banyak
makan, banyak minum, sering kencing (Diabetes Militus), nyeri perut
sebelah kanan, kuning pada kulit/anggota badan (hepatitis),
berkeringat berlebihan di telapak tangan dan jantung berdebar-debar
(jantung) dan tekanan darah tinggi, tidak pernah mengalami sesak
nafas berbunyi (asma), tidak mempunyai penyakit dengan gejala daya
tahan menurun, mudah jatuh sakit (HIV/AIDS), mengalami/merasa
lemah, letih, lesu, lunglai, lemas (anemia), tidak pernah keputihan
yang gatal dan berbau, tidak nyeri saat buang air kecil (Penyakit
Menular Seksual).
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakkan tidak pernah menderita penyakit menular, menurun
dan menahun seperti hipertensi, Tuberculosis, Diabetes Militus,
hepatitis, jantung, hemofilia, asma, HIV/AIDS, anemia, dan Penyakit
Menular Seksual (PMS).
3) Riwayat kesehatan Keluarga
Keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
dengan gejala batuk lama, mengeluarkan dahak disertai darah, berat
badan menurun, hilang nafsu makan, berkeringat malam hari
(Tuberculosis), banyak makan, banyak minum, sering kencing
(Diabetes Militus), nyeri perut sebelah kanan, kuning pada
kulit/anggota badan (hepatitis), berkeringat berlebihan di telapak
tangan dan jantung berdebar-debar (jantung) dan tekanan darah tinggi,
304
tidak pernah mengalami sesak nafas berbunyi (asma), tidak
mempunyai penyakit dengan gejala daya tahan menurun, mudah jatuh
sakit (HIV/AIDS), mengalami/merasa lemah, letih, lesu, lunglai,
lemas (anemia). Keluarga tidak mempunyai riwayat kembar.
d. Riwayat Kebidanan
Menarche : 12 tahun
Lama : 7 hari
Siklus : 26 hari
Warna : merah segar
Jumlah : 2-3x ganti pembalut/ hari
HPHT : 25 Juli 2018
e. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Kehamilan Persalinan Bayi Nifas KB
Anak
ke
UK Penolong Jenis Tempat
Penyulit J
K
BB/PB Lama
Meneteki
Meto
de
1 H A M I L I N I
f. Riwayat keluarga berencana
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
g. Kehamilan sekarang
Kehamilan usia 37 minggu, Ibu mulai periksa saat usia kehamilan 5-6
minggu, selanjutnya rutin tiap bulan 1x. Saat kehamilan muda ibu
305
mengalami mual muntah sampai umur kehamilan 3 bulan. Periksa
terakhir 2 minggu yang lalu, mendapat 15 tablet tambah darah dan 15
tablet multivitamin, obat habis. Ibu juga mendapat penyuluhan mengenai
gizi ibu hamil, kebersihan diri, istirahat dan tidur, perawatan payudara.
h. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
a) Sebelum hamil
: Makan teratur, 3x sehari dengan komposisi
nasi, sayur (kecambah, kangkung, sawi,
buncis), lauk (ikan, daging, ayam, tahu),
minum air putih 7-8 gelas/hari
b) Selama hamil : Ibu makan 3-5x sehari, makanan lebih
beragam dengan komposisi makanan nasi,
sayur (bayam, kangkung, sawi, wortel), lauk
(tahu, tempe, daging) tidak ada pantangan
makanan, minum air putih 8-10 gelas/hari
ditambah minum susu Laktamil 1x/hari
dengan cara diseduh dengan air hangat.
2) Eliminasi
a) Sebelum hamil : BAB teratur 1 x sehari, konsistensi lunak,
warna kuning, tidak ada keluhan BAB. BAK
5-6 kali sehari, warna kuning jernih, tidak
ada keluhan BAK.
306
b) Selama hamil : BAB teratur 1 x sehari, konsistensi lunak,
warna kuning, tidak ada keluhan BAB. BAK
7-9 kali sehari, urine warna kuning jernih
dan tidak ada keluhan saat BAK.
3) Istirahat
a) Sebelum hamil : Tidur siang ± 2 jam, tidur malam ± 7-8 jam
pukul 21.00-05.00 WIB
b) Selama hamil : Tidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 5-6 jam
pukul 23.00-04.00 WIB.
4) Aktivitas
a) Sebelum hamil
: Ibu sebagai ibu rumah tangga melakukan
aktivitas dirumah seperti menyapu,
memasak dan menyuci.
b) Sebelum hamil
: Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga
yang ringan seperti menyapu,
membersihkan rumah dan memasak dibantu
suami.
5) Personal Hygiene
a) Sebelum hamil
:
: Mandi 2 kali sehari, keramas 3x seminggu,
menggosok gigi setiap kali mandi, genetalia
dibersihkan setiap kali BAB dan BAK dan
mandi, ganti baju atau pakaian dalam setelah
mandi dan jika kotor.
307
b) Selama hamil
: Mandi 2 kali sehari, keramas 3x seminggu,
menggosok gigi setiap kali mandi, genetalia
dibersihkan setiap kali BAB dan BAK dan
mandi, ganti baju atau pakaian dalam
setelah mandi dan jika kotor.
7) Seksual
a) Sebelum hamil : Ibu melakukan hubungan seksual seminggu
3x. Saat berhubungan seksual ibu tidak ada
keluhan, tidak mengalami perdarahan.
b) Selama hamil
: Ibu tidak berani melakukan hubungan
seksual selama hamil
i. Riwayat Ketergantungan
Ibu mengatakan sebelum hamil dan saat hamil ibu dan suami tidak ada
riwayat ketergantungan terhadap obat-obatan, minuman beralkohol dan
jamu-jamuan.
j. Latar belakang sosial budaya
Ibu tidak pernah melakukan pijat perut, minum jamu-jamuan dan tidak
ada pantang terhadap makanan tertentu seperti telur, daging, ikan.
k. Psikososial dan spiritual
Ibu mengatakan bahwa ibu, suami dan keluarga sangat mendukung atas
kehamilannya. Ibu berharap kehamilannya lancar sampai bayi lahir.
Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami. Hubungan suami
308
istri baik. Ibu selalu berdoa agar diberi kesehatan dan keselamatan
sampai proses persalinan nanti.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV
TD : 110/70 mmHg N : 84 x/menit
R : 22 x/menit S : 36,30 C
4) HPL : 02 Mei 2019
5) Antropometri
BB sebelum hamil : 50 kg
BB sekarang : 61 kg
TB : 154 cm
LILA : 24,5 cm
IMT : 21,08
Score KSPR : 2
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi : Bersih, simetris, rambut lurus, warna rambut hitam,
persebaran rambut merata, tidak ada benjolan
abnormal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
309
2) Muka
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak sembab, tidak odema, tidak
terdapat cloasma gravidarum.
3) Mata
Inspekai : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna
putih, konjungtiva merah muda, fungsi penglihatan
baik.
4) Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
5) Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
serumen, tidak ada perdarahan. Fungsi pendengaran
baik.
6) Mulut dan Gigi
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada labioskisis, tidak ada
labiopalatoskisis, mukosa bibir lembab, tidak
cyanosis, tidak ada stomatitis, tidak ada perdarahan
gusi, tidak ada caries gigi, lidah bersih.
7) Leher
Inspeksi : Simetris, tidak tampak benjolan abnormal.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid.
Tidak ada bendungan vena jugolaris.
310
8) Aksila
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
9) Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : - Paru-Paru : tidak ada wheezing dan ronchi.
- Jantung : suara jantung normal lup dup.
10) Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal, konsistensi keras, colostrum belum
keluar.
11) Abdomen
Inspeksi : Simetris, pembesaran perut sesuai usia kehamilan,
tidak ada bekas luka, terdapat linea nigra, tampak
gerakan janin.
12) Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada bekas luka pada perineum, tidak
ada odema dan varises, tidak ada condilomata, tidak
ada flour albus, tidak ada perdarahan pervaginam,
tidak ada tanda-tanda infeksi.
311
13) Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari
anus.
14) Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih tidak cyanosis, tidak ada
gangguan gerak, jumlah jari tangan dan kaki
lengkap, tidak ada sindactyl dan polidactyl.
Palpasi : Pada ekstermitas bawah tidak ada odema, tidak
ada varises.
Perkusi : Refleks patella +/+.
c. Pemeriksaan Khusus
1) Palpasi
Leopold 1 : TFU pertengahan pusat prosessus xyphoideus.
Pada fundus teraba bagian bundar, lunak, tidak
melenting (bokong).
Leopold 2 : Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-
kecil janin (ekstermitas). Pada bagian kanan perut
ibu teraba bagian keras, memanjang seperti papan
(punggung janin).
Leopold 3 : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian,
bundar, keras (kepala), sulit di goyangkan (kepala
sudah masuk PAP).
Leopold 4 : Kedua tangan tidak saling menyatu (Divergen).
312
Palpasi perlimaan : 4/5 bagian.
2) TFU Mc Donald : 29 cm
TBJ : (29-11) x 155 = 2.790 gram
3) DJJ : 142 x/menit, kuat, terdengar di bawah
pusat sebelah kanan
d. Pemeriksaan Penunjang
Tempat : Puskesmas Dagangan Tanggal : 15 April 2019
HB : 12,0 gr%
Golongan Darah : O
HbSAg : Negative
HIV : NR
Produksi Urine : Negative
Reduksi Urine : Negative
3. Analisa
G1P00000, umur kehamilan 37 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, situs
bujur, habitus fleksi, puka, presentasi kepala dan kepala sudah masuk PAP,
KU ibu dan janin baik, prognosa baik, dengan keluhan sering kencing.
4. Penatalaksanaan
Tanggal : 14 April 2019 Pukul : 19.00 WIB
a. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan
janin nya baik; ibu senang mengetahui hasil pemeriksaannya.
313
b. Menjelaskan kepada ibu penyebab keluhan sering kencing adalah
dikarenakan perkembangan janin yang semakin membesar di dalam
rahim yang semakin menekan kandung kemih ibu. Sehingga kandung
kemih baru terisi sedikit saja, ibu hamil tersebut akan merasakan rasa
ingin buang air kecil; ibu mengerti penyebab keluhan sering kencing dan
mampu mengulangi penjelasan dari bidan.
c. Menjelaskan kepada ibu beberapa cara mengurangi keluhan sering
kencing adalah sebagai berikut: Mengurangi asupan cairan sebelum tidur
malam hari, Menganjurkan ibu untuk segera mengosongkan kandung
kemih saat terasa ingin berkemih, Menganjurkan ibu untuk banyak
minum di siang hari, Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring
dengan kedua kaki ditinggikan, Menganjurkan ibu untuk mengurangi
mengkonsumsi minuman berdiuretik alamiah seperti teh, kopi, coca-cola
yang mengandung kafein; ibu mengerti dan akan mencoba beradaptasi
dengan keadaan tersebut.
d. Menjelaskan kepada ibu mengenai macam-macam persiapan persalinan
seperti: persiapan psikologis, tabungan, peralatan dll; ibu memahami dan
mampu megulangi penjelasan yang diberikan.
e. Menjelaskan pada ibu bahwa kategori IMT normal, ibu dianjurkan untuk
menjaga asupan nutrisi yang ibu konsumsi dan selama kehamilan
kenaikan berat badan ibu harus 11,5-16 kg ; ibu memahami dan mampu
mengulangi penjelasan bidan.
314
f. Memberitahu kepada ibu bahwa kenaikan berat badannya saat ini adalah
11 kg sehingga ibu masih harus menaikan berat badannya minimal 0,5 kg
selama kehamilan; ibu mengerti dan mampu mengulangi penjelasan dari
bidan.
g. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara untuk
mempersiapkan pemberian ASI ekslusif; Ibu akan melakukannya.
h. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb ulang. Ibu
bersedia untuk melakukan pemeriksaan Hb.
i. Memberikan Arkavit 1x1, Etabion 1x1 tab serta menjelaskan cara minum
yang benar dan aturan minumnya; ibu dapat mengulangi penjelasan dari
bidan dan bersedia minum obat secara teratur.
j. Menyepakati kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu tanggal 21-04-2019
di PMB atau sewaktu-waktu jika ada keluhan; Ibu bersedia periksa
kembali tanggal 21-04-2019 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
Rena Novita Sari
315
(KUNJUNGAN II)
Tanggal Pengkajian : 21 April 2019
Waktu Pengkajian : Pukul 18.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Ny. S, SST
1. Data Subyektif
a. Ibu mengatakan sudah melaksanakan ajuran yang diberikan bidan dan
sudah tidak sering kencing
b. Ibu mengatakan sudah melakukan perawatan payudara sesuai anjuran
yang diberikan bidan.
c. Ibu mengatakan sudah merasakan kenceng-kenceng tetapi jarang dan
tidak begitu kuat.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmetis
3) Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5 oC
RR : 24 x/menit
4) Antropometri
BB sekarang : 62 kg
316
5) Pemeriksaan fisik
a) Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal, konsistensi keras, kolostrum sudah
keluar.
b) Abdomen
Inspeksi : Simetris, pembesaran perut sesuai usia kehamilan,
tidak ada bekas luka, terdapat linea nigra, tampak
gerakan janin.
6) Pemeriksaan khusus
a) Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari dibawah px (Procesus xifoideus).
Pada fundus teraba bagian bundar, lunak, kurang
melenting (bokong).
Leopold II : Pada perut bagian kanan teraba bagian lurus,
keras dan memanjang seperti papan (punggung).
Pada perut bagian kiri teraba bagian kecil janin
(Ekstermitas janin).
Leopold III :Pada perut ibu bagian bawah teraba bagian janin
yang bundar, keras (kepala), sulit di goyangkan
(kepala sudah masuk PAP).
317
Leopold IV : Kedua tangan tidak saling menyatu (Divergen).
Palpasi perlimaan : 4/5 bagian.
b) TFU Mc. Donald : 31 cm
TBJ : (31-11) x155 = 3.100 gram
c) Perkusi : DJJ 140 x/menit, kuat. Punctum maximum 2 jari kanan
bawah pusat.
3. Analisa
G1P00000 UK 38-39 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, situs bujur,
habitus fleksi, puka, presentasi kepala dan kepala masuk PAP, KU ibu dan
janin baik, prognosa baik.
4. Penatalaksanaan
Tanggal : 21 April 2019 Pukul : 18.30 WIB
a. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan, bahwa ibu dan janin
sehat; ibu mengerti dan merasa senang tentang hasil pemeriksaannya.
b. Menanyakan pada ibu apakah masalah sering kencing yang dialami
sudah teratasi; ibu mengatakan sudah teratasi.
c. Menjelaskan kepada ibu bahwa kenceng-kenceng yang dialaminya
merupakan hal yang wajar, sebab kehamilannya sudah tua dan
merupakan tanda-tanda dari persalinan; ibu mengerti dan mampu
mengulangi penjelasan bidan.
d. Menjelaskan mengenai tanda-tanda persalinan kepada ibu antara lain:
1) His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang
menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval makin pendek,
318
kekuatannya makin besar, makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin
bertambah.
2) Pengeluaran lendir dan darah.
3) Pengeluaran cairan (air ketuban); ibu dan suami akan segera
mendatangi petugas kesehatan jika terjadi tanda-tanda tersebut.
e. Menganjurkan pada ibu untuk mengobservasi gerakan janin setiap hari,
minimal 10 x dalam waktu 2 menit sampai 2 jam untuk mendeteksi dini
apabila ada kelainan pada janin, ibu akan selalu mengobservasi gerakan
janin nya setiap hari.
f. Menjelaskan kepada ibu kenaikan berat badannya saat ini adalah 12 kg
sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan berat badan ibu sudah
sesuai yang dianjurkan; Ibu mengerti dan mampu mengulangi penjelasan
dari bidan.
g. Memberikan Arkavit 1x1 tab, Etabion 1x1 serta menjelaskan cara minum
yang benar dan aturan minumnya; ibu dapat mengulangi penjelasan dari
bidan dan bersedia minum obat secara teratur.
h. Menyepakati kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu tanggal 28-04-2019
di PMB atau sewaktu-waktu jika ada keluhan; Ibu bersedia periksa
kembali tanggal 28-04-2019 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
Rena Novita Sari
319
B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
1. Kala I Fase Aktif
Tanggal : 27 April 2019 Pukul : 01.00 WIB
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan kenceng-kenceng mulai tanggal 26-04-2019 pukul 19.00
WIB. Mengeluarkan lendir darah tanggal 26-04-2019 pukul 21.00 WIB.
Saat ini ibu meras kenceng-kenceng. Makan terakhir pukul 17.30 WIB,
minum terakhir pukul 22.00 WIB, BAK terakhir pukul 21.00 WIB.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV
TD : 110/70 mmHg N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit S : 36,2 C
d) Antropometri
BB sekarang : 62 kg
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Inspeksi : Bersih, simetris, rambut lurus, warna rambut
hitam, persebaran rambut merata, tidak ada benjolan
abnormal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
320
b) Muka
Inspeksi : Simetris, tidak odema, tidak terdapat cloasma
gravidarum
c) Mata
Inspekai : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna
putih, konjungtiva merah muda, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan. Fungsi penglihatan baik.
d) Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
e) Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
serumen, tidak ada perdarahan. Fungsi pendengaran
baik.
f) Mulut dan Gigi
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada labioskisis, tidak ada
labiopalatoskisis, mukosa bibir lembab, tidak ada
stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, tidak ada
caries gigi, lidah bersih.
g) Leher
Inspeksi : Simetris, tidak tampak benjolan abnormal.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid.
Tidak ada bendungan vena jugolaris.
321
h) Aksila
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
i) Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : - Paru-Paru : tidak ada wheezing dan ronchi.
- Jantung : suara jantung normal lup dup.
j) Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal, konsistensi keras, kolostrum sudah
keluar.
k) Abdomen
Inspeksi : Simetris, pembesaran perut sesuai usia kehamilan,
tidak ada bekas luka, terdapat linea nigra, tampak
gerakan janin.
l) Genetalia
Inspeksi : Bersih, terdapat perdarahan pervaginam, tidak ada
edema dan varises, tidak ada condiloma akuminata
dan matalata, tidak ada tanda-tanda infeksi.
322
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran kelenjar bartholini dan
kelenjar skene.
m) Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari
anus.
n) Ektremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih tidak cyanosis, tidak ada
gangguan gerak, jumlah jari tangan dan kaki
lengkap, tidak ada sindactyl dan polidactyl.
Palpasi : Pada ekstermitas bawah tidak ada odema, tidak
ada varises.
Perkusi : Refleks patella +/+.
3) Pemeriksaan Khusus
a) Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan pusat px (prosessus xyphoideus),
pada fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(Bokong).
Leopold II : Pada sebelah kanan teraba keras panjang seperti
papan (Puka), pada sebelah kiri teraba bagian –
bagian kecil janin (Ekstremitas).
Leopold III : Pada bagian terendah, teraba bundar, keras (kepala),
sulit di goyangkan (kepala sudah masuk PAP).
Leopold IV : Kedua tangan tidak saling menyatu (Divergen).
323
Palpasi perlimaan : 2/5 bagian.
b) TFU Mc Donald = 30 cm
TBJ = (30 - 11) x 155 = 2.945 gram.
c) Auskultasi : DJJ 142 x/menit, kuat, terdengar di bawah pusat
sebelah kanan.
d) His : 3 kali/10 menit, lamanya 40 detik
e) Tanggal/jam : 27-04-2019/ 01.00.
VT : blood slym, eff 50%, Ø 4 cm, ket (+), bagian terbawah
kepala, HII.
c. Analisa
G1P00000, umur kehamilan 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase aktif.
Janin tunggal, hidup, intrauterin, situs bujur, habitus fleksi, posisi puka,
presentasi kepala.
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 27 April 2019 Pukul : 01.30 WIB
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, bahwa
kondisi ibu dan janin baik, pembukaan jalan lahir sudah ada
pembukaan; Ibu merasa lega.
2) Meminta suami atau keluarga untuk mendampingi ibu menghadapi
proses persalinan. Ibu ditemani oleh ibunya karena suami sedang
perjalanan menuju tempat persalinan ibu.
324
3) Memberitahu ibu untuk melakukan teknik relaksasi saat ada his yaitu
dengan mengambil nafas dalam dari hidung dan mengeluarkannya
melalui mulut; Ibu mempraktekkan teknik relaksasi saat ada his.
4) Memberitahu ibu untuk tidur miring kiri; Ibu bersedia tidur miring
kiri
5) Meminta ibu untuk tidak mengejan dulu sebelum pembukaan
lengkap; Ibu mengatakan bersedia
6) Melanjutkan observasi his, DJJ, nadi tiap 30 menit, tekanan darah
tiap 4 jam dan pembukaan tiap 4 jam atau sewaktu-waktu bila ada
indikasi; Hasil observasi dalam batas normal.
7) Memberikan nutrisi pada ibu, agar tenaga ibu kuat dalam proses
persalinan
Rena Novita Sari
2. Kala II
Tanggal : 27 April 2019 Pukul : 05.30 WIB
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering dan semakin sakit dan
merasakan adanya dorongan untuk mengejan seperti ingin BAB yang
tidak dapat ditahan.
325
b. Data obyektif
1) Ibu tampak kesakitan
2) Ibu ingin meneran.
3) Pemeriksaan Fisik:
a) Abdomen
Inspeksi : Simetris, pembesaran perut ke depan, pembesaran
perut sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka,
terdapat linea nigra, tampak gerakan janin.
b) Genetalia
Inspeksi : Terdapat pengeluaran darah dan cairan semakin
banyak, vulva vagina membuka, tidak ada edema
dan varises, tidak ada condiloma akuminata dan
matalata.
c) Anus
Inspeksi : Terdapat tekanan pada anus, terdapat pengeluaran
tinja.
4) Pemeriksaan Khusus
a) Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan antara prosessus xyphoideus, pada
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (Bokong).
Leopold II : Pada sebelah kanan teraba keras panjang seperti
papan (Puka), pada sebelah kiri teraba bagian –
bagian kecil janin (Ekstremitas).
326
Leopold III : Pada bagian terendah, teraba bundar, keras
(kepala), sulit di goyangkan (kepala sudah masuk
PAP).
Leopold IV : Kedua tangan tidak saling menyatu (Divergen).
Palpasi perlimaan : 0/5 bagian.
b) TFU Mc Donald = 30 cm.
TBJ = (30-11) x 155 = 2.945 gram.
c) Auskultasi : DJJ 142 x/menit, kuat, terdengar di bawah pusat
sebelah kanan.
d) His : 4-5 kali/10 menit, lamanya 45-50 detik
e) Tanggal/jam : 27-04-2019/05.30.
VT : blood slym, eff 100%, Ø 10 cm, ket (-) jernih, bagian
terbawah kepala, H4, UUK kanan depan, tidak ada bagian kecil
janin disamping kepala janin.
c. Analisa
Inpartu kala II, ku ibu dan janin baik.
d. Penatalaksanaan
Tanggal: 27 April 2019 Pukul : 05.35 WIB
1) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II yaitu ibu merasakan ada
dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, dan terlihat kondisi vulva
yang membuka dan perineum yang menonjol; sudah terlihat tanda
gejala kala II.
327
2) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir; alat sudah lengkap.
3) Memakai celemek plastik.
4) Mencuci tangan dengan sabun
5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam spuit.
7) Melakukan vulva hygien dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
8) Melakukan pemeriksaan dalam (hati-hati) untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap.
9) Mendekontaminasi sarung tangan.
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ).
11) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya; ibu mengetahuinya.
12) Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran;
suami membantu ibu untuk mengatur posisi.
13) Melaksanakan pimpinan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran.
328
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di
bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. Melakukan
Episiotomi pada perineum ibu; terdapat luka episiotomi derajat 2.
19) Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih
dan kering setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5–6 cm
membuka vulva.
20) Memeriksa kemungkin adanya lilitan tali pusat.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Memegang kepala secara biparietal setelah kepala bayi melakukan
putaran paksi luar. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
23) Menggeser tangan bawah untuk kepala dan bahu, setelah bahu lahir.
menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
329
24) Menelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong tungkai dan
kaki, setelah tubuh dan lengan lahir. Memegang kedua mata kaki
(memasukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
25) Melakukan penilaian bayi baru lahir.
Jam 06.00 WIB Bayi lahir spontan, cukup bulan, tangis kuat, gerak
aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan.
26) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Mengganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
membiarkan bayi di atas perut ibu.
Rena Novita Sari
3. Kala III
Tanggal : 27 April 2019 Pukul : 06.05 WIB
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan perutnya masih mules.
b. Data obyektif
1) Keadaan umum ibu : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Kandung kemih kosong
330
4) Tali pusat nampak di depan vulva
5) Darah keluar tiba-tiba
c. Analisa
Kala III, ku ibu baik, prognosa baik.
d. Penatalaksanaan
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus; tidak ada bayi kedua.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin; ibu mengerti.
29) Menyuntikkan oksitosin 10 unit IM (intamuskuler) di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin), dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir.
30) Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.,
dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir.
31) Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.
32) Meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Menyelimuti
ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
34) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangakan tali pusat.
35) Menegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-
hati, setelah uterus berkontraksi.
331
36) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas.
37) Melahirkan plasenta dengan kedua tangan, saat plasenta muncul di
introitus vagina. Memegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada
wadah yang telah disediakan; plasenta lahir spontan jam 06.15 WIB.
38) Melakukan masase uterus, segera setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir; fundus teraba keras.
39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke
dalam kantung plastik atau tempat khusus. Plasenta lahir spontan,
pada sisi maternal, kotiledon 20 (lengkap), diameter 20 cm, tebal 2
cm, sisi fetal selaput ketuban utuh, tidak ada pembuluh darah yang
putus, panjang tali pusat 40 cm, insersi tali pusat berada ditengah.
40) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan laserasi; terdapat robekan jalan lahir derajat 2
(mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum) dan dijahit
menggunakan teknik jelujur dengan benang chromic dan jarum bulat
dan segitiga.
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam; uterus keras dan bundar
42) Memastikan kandung kemih kosong.
332
Rena Novita Sari
4. Kala IV
Tanggal : 27 April 2019 Pukul : 06.40 WIB
a. Data Subyektif
Ibu merasa bahagia karena proses kelahiran bayinya berjalan dengan
lancar
b. Data Obyektif
1) KU : Baik
2) TTV : TD : 110/80 mmHg N : 82 x/menit
S : 36,40C RR : 24 x/menit
3) TFU : 2 jari bawah pusat
4) Kontraksi uterus baik
5) Perdarahan 1 pembalut ( 100 cc)
c. Analisa
Inpartu Kala IV
d. Penatalaksanaan
43) Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%.
44) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
45) Memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu baik.
46) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
333
47) Memantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit.
48) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah dan membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering
49) Memastikan ibu merasa nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
50) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan bilas peralatan setelah
di dekontaminasi.
51) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
52) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53) Menyelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
55) Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan K 1 (1 mg)
intramuscular di paha kiri bawah lateral dan salep mata profilaksis
infeksi dalam satu jam pertama kelahiran.
56) Melakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah satu jam kelahiran
bayi).
57) Memberian suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral,
setelah satu jam pemberian vitamin K1. Meletakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan
334
58) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
Rena Novita Sari
C. Asuhan Kebidanan Nifas.
1. (Kunjungan I)
Tanggal : 27 April 2019, pukul : 21.00 WIB (15 Jam Post Partum)
Tempat : PMB Ny. S, SST
a. Data Subyektif
Ibu merasa nyeri luka jahitan dan mules di perut terutama saat menyusui
dan sudah dapat BAK spontan. Ibu sudah menyusui bayinya. Ibu dapat
miring kiri, miring kanan setelah 2 jam post partum. Dapat duduk pada 4
jam post partum. Ibu sudah dapat berdiri dan sudah dapat berjalan-jalan
disekitar ruangan pada 6 jam post partum. Ibu masih tergantung dengan
keluarga dan belum bisa merawat bayinya sendiri. Ibu ganti pembalut 3-
4x.
b. Data Obyektif
1) Keadaan umum ibu baik
2) Kesadaran composmetis
335
3) Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 oC
RR : 20 x/menit
4) Pemeriksaan fisik :
a) Kepala
Inspeksi : Bersih, simetris, rambut lurus, warna rambut
hitam, persebaran rambut merata, tidak ada benjolan
abnormal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b) Muka
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak odema, tidak terdapat
cloasma gravidarum.
c) Mata
Inspekai : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna
putih, konjungtiva merah muda, Fungsi penglihatan
baik.
d) Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
336
e) Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
serumen, tidak ada perdarahan. Fungsi pendengaran
baik.
f) Mulut dan Gigi
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada labioskisis, tidak ada
labiopalatoskisis, mukosa bibir lembab, tidak
cyanosis, tidak ada stomatitis, tidak ada perdarahan
gusi, tidak ada caries gigi, lidah bersih.
g) Leher
Inspeksi : Simetris, tidak tampak benjolan abnormal.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid.
Tidak ada bendungan vena jugolaris.
h) Aksila
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
i) Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : - Paru-Paru : tidak ada wheezing dan ronchi.
- Jantung : suara jantung normal lup dup.
337
j) Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal, konsistensi keras, colostrum sudah
keluar.
k) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka, terdapat linea
nigra.
Palpasi : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus teraba
bundar dan keras. Kandung kemih kosong.
l) Genetalia
Inspeksi : Bersih, terdapat pengeluaran cairan berwarna
merah (lokhea rubra), jumlah ±150 cc, luka jahitan
perineum tertaut baik masih basah, tidak ada tanda-
tanda infeksi.
m) Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari
anus.
n) Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih tidak cyanosis, tidak ada
gangguan gerak, jumlah jari tangan dan kaki
lengkap, tidak ada sindactyl dan polidactyl.
338
Palpasi : Pada ekstermitas bawah tidak ada odema, tidak
ada varises.
c. Analisa
P10001 15 jam post partum fisiologis.
d. Penatalaksanaan
Tanggal 27 April 2019 Pukul : 21.10 WIB
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, ibu
mengucap alhamdulillah.
2) Menjelaskan pada ibu bahwa mules saat menyusui adalah hal yang
normal karena uterus akan melakukan kontraksi, hal ini untuk
mencegah perdarahan pasca persalinan. Kontraksi ini didorong oleh
hormone oksitosin, yang dikeluarkan dari kelenjar hipofisis ibu.
Kontraksi uterus ini sering dirasakan tidak nyaman dan kadang
sampai nyeri. Bila ibu menyusui, oksitosin yang dikeluarkan lebih
banyak sehingga mules akan dirasakan lebih hebat: ibu memahami
dan mampu mengulangi penjelasan bidan
3) Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pada luka jahitannya
merupakan hal yang fisiologis karena nyeri tersebut akibat
epysiotomi dan jahitan perineum; ibu mengerti dan mampu
mengulangi penjelasan dari bidan.
4) Menjelaskan mengenai vulva hygiene dan perawatan luka perineum,
yaitu dengan membersihkan daerah genitalia menggunakan air
bersih dari depan ke belakang dan mengganti pembalut 3x sehari
339
atau jika terasa tidak nyaman, ibu mengerti dan akan melaksanakan
nya.
5) Menjelaskan tentang fisiologi nifas meliputi laktasi, involusi dan
lochea masa nifas, ibu mengerti dan mampu mengulangi penjelasan
dari bidan.
6) Mendiskusikan dengan ibu mengenai kebutuhan dasar masa nifas
meliputi nutrisi, eliminasi, aktivitas, istirahat/tidur, personal hygiene,
hubungan seksual dan perawatan payudara. Ibu mengerti dan akan
melaksanakannya.
7) Menjelaskan tentang tanda bahaya ibu masa nifas meliputi demam
tinggi, perdarahan berlebihan dari vagina, penglihatan kabur, pusing
berlebihan dan infeksi luka jahitan perineum. Ibu mengerti dan akan
segera datang ke petugas kesehatan terdekat jika mengalami tanda-
tanda tersebut.
8) Memberikan konseling pada ibu untuk mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri dengan mengajari menilai kontraksi uterus
dan melakukan masase uterus, ibu sudah bisa masase sendiri setelah
di ajarkan petugas.
9) Menganjurkan ibu untuk ASI eksklusif dan menyusui bayinya tiap 2
jam atau setiap saat bayi menangis (on demand), ibu sudah menyusui
bayi nya.
10) Memberitahu ibu jadwal kontrol ulang 1 minggu lagi atau sewaktu-
waktu ada keluhan, ibu akan datang kembali sesuai jadwal.
340
Rena Novita Sari
2. (Kunjungan II)
Tanggal : 01 Mei 2019 pukul 07.00 WIB (4 hari Post Partum)
Tempat : Rumah Ny. “R”
a. Data Subyektif
1) Ibu mengatakan masih merasa sedikit mules dan nyeri pada luka bekas
jahitan.
2) Ibu lebih mandiri merawat bayinya sendiri.
3) ASI sudah keluar dan sudah menyusui anaknya setiap 2 jam sekali atau
jika bayi menangis.
4) Ibu makan 3 x/hari dengan komposisi nasi, sayur (bayam, kangkung,
daun ketela, kacang panjang), lauk (tempe, tahu, telur, ayam). Ibu
minum air putih 2 liter/hari. Ibu tidak ada pantangan makanan atau
minuman tertentu.
5) Ibu mulai BAB hari ke-2. ibu BAB 1 x/hari konsistensi lembek, warna
kuning. BAK 4-6 x/hari, warna kuning jernih. Tidak ada keluhan dalam
BAB dan BAK.
6) Ibu mandi 2 x/hari, ganti baju dan celana dalam tiap kali mandi, ganti
pembalut tiap merasa penuh, cebok tiap selesai BAB dan BAK
341
menggunakan sabun dan air bersih dari arah depan ke belakang,
keramas 2 x/minggu.
7) Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak
dan mencuci baju.
8) Ibu tidur ketika bayinya tidur. Saat malam hari ibu tiap 2 jam bangun
untuk menyusui.
9) Dalam keluarga tidak ada kebiasaan senden, minum jamu tradisional,
pantang makanan, menggunakan stagen yang terlalu ketat.
b. Data Obyektif
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmetis
3) Ibu tampak senang dan tersenyum.
4) Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,2 oC
R : 22 x/menit
5) Pemeriksaan fisik :
a) Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areola mamae.
342
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal,
konsistensi keras, ASI sudah keluar.
b) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka, terdapat linea nigra.
Palpasi : TFU pertengahan pusat-simfisis, kontraksi uterus teraba
bundar dan keras, kandung kemih kosong.
c) Genetalia
Inspeksi : Bersih, terdapat pengeluaran cairan berwarna merah
kecoklatan (lokhea sanguinolenta) terdapat luka jahitan
masih sedikit basah, tidak terdapat tanda infeksi.
c. Analisa
P10001 4 hari post partum fisiologis.
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 01 Mei 2019 pukul : 07.10 WIB
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, ibu
mengucap alhamdulillah.
2) Menjelaskan kepada ibu bahwa mulas yang ia alami merupakan hal yang
normal yang disebabkan oleh uterus yang sedang berkontraksi untuk
kembali kekeadaan sebelum hamil; Ibu mengerti dan mampu mengulangi
penjelasan dari bidan.
3) Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pada luka jahitannya merupakan
hal yang fisiologis karena nyeri tersebut akibat epysiotomi dan jahitan
perineum; ibu mengerti dan mampu mengulangi penjelasan dari bidan.
343
4) Mengulangi penjelasan yang diberikan kepada ibu mengenai cara vulva
hygiene yang benar, ibu memahami dan bisa mengulangi penjelasan
bidan.
5) Menjelaskan senam nifas meliputi pengertian, tujuan melakukan senam
nifas dan langkah-langkah senam nifas; ibu akan melakukan senam nifas.
6) Menganjurkan pada ibu untuk ASI eksklusif dan menyusui bayinya tiap
2-3 jam. Ibu sudah memberikan asi setiap saat bayinya menangis.
7) Menjelaskan tentang keuntungan, kerugian dan efek samping KB
pascasalin; ibu berencana menggunakan KB IUD.
8) Menyepakati ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 23 Mei
2019 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan, ibu menyepakati.
Rena Novita Sari
3. (Kunjungan lll)
Tanggal : 25 Mei 2019 pukul 16.00 WIB (29 hari Post Partum)
Tempat : PMB Ny. S, SST
a. Data Subyektif
1) Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
2) ASI keluar banyak dan sudah menyusui anaknya setiap 2 jam sekali
atau jika bayi menangis.
3) Ibu sudah melakukan senam nifas di rumah.
344
b. Data Obyektif
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmetis
3) Ibu tampak senang dan tersenyum.
4) Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,3 oC
RR : 22 x/menit
5) Pemeriksaan fisik :
a) Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal,
konsistensi keras, ASI sudah keluar lancar.
b) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka, terdapat linea nigra.
Palpasi : TFU tidak teraba.
c) Genetalia
Inspeksi : Bersih, luka jahitan sudah kering, pengeluaran
pervagina berwarna putih (lokhea alba), tidak ada
tanda-tanda infeksi.
345
c. Analisa
P10001 29 hari post partum fisiologis.
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 25 Mei 2019 Pukul : 16.10 WIB
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, ibu
mengucap alhamdulillah karna ibu dalam kedaan sehat.
2) Memotivasi ibu untuk tetap melakukan senam nifas setiap hari sampai
6 minggu setelah melahirkan. Ibu melakukan senam kegel di rumah.
3) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6
bulan. Ibu akan tetap memberikan ASI.
4) Menganjurkan ibu menyusui tiap 2 jam atau on demand. Ibu mengerti
dan akan melakukannya.
5) Mendiskusikan kembali mengenai KB pascasalin yang akan
digunakan ibu; ibu berencana menggunakan KB IUD.
Rena Novita Sari
346
D. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
1. Kunjungan Neonatus I
Tanggal : 27 April 2019 (15 Jam Post Bayi Baru Lahir)
Pukul : 20.15 WIB
a. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Bayi Ny. “R”
Tanggal lahir : 27 April 2019 jam 06.00 WIB
Umur : 15 jam
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : Pertama
2) Keluhan utama
Bayi Ny. “R” nampak tenang.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Bayi sejak lahir sampai sekarang belum pernah sakit
b) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu dan ayah tidak ada yang sedang atau pernah
menderita penyakit dengan gejala yang mengarah pada penyakit
seperti hipertensi, Tuberculosis, Diabetes Militus, hepatitis,
jantung, hemofilia, asma, HIV/AIDS, anemia, dan Penyakit
Menular Seksual. Keluarga tidak mempunyai riwayat kembar.
347
4) Riwayat Kebidanan
a) Riwayat antenatal
Ibu mengatakan hamil yang pertama, usia kehamilan 9 bulan.
Selama hamil ibu tidak ada keluhan yang serius hanya mual-mual
pada kehamilan muda, ibu rutin periksa, mulai periksa saat usia
kehamilan 5-6 minggu, selanjutnya rutin tiap bulan 1 kali, ibu
periksa rutin sebanyak 10 kali. Selama hamil mendapat tablet
tambah darah, vitamin, kalk dan diminum rutin. Juga mendapat
penyuluhan tentang gizi ibu hamil, personal hygiene, perawatan
payudara, senam hamil, ibu berusaha melaksanakan semua yang
diberi tahu bidan. Selama hamil ibu setiap hari berusaha makan-
makanan bergizi untuk perkembangan bayinya.
b) Riwayat natal
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal 27 April
2019 pukul 06.00 WIB. Bayi lahir spontan, menangis kuat dan
gerak aktif, jenis kelamin perempuan, BB = 3500 gram, PB = 51
cm, A-S: 8-9, tidak ada kelainan bawaan, tidak ada benjolan di
kepala, tidak ada perdarahan. Ibu mengatakan segera setelah lahir
bayi langsung disusukan dan melakukan IMD.
c) Riwayat postnatal
Ibu mengatakan bayinya setelah lahir dalam kondisi baik, bayi
lahir langsung menangis, IMD ± 1 jam, kolostrum ibu sudah
keluar, dan bayi langsung menyusu kuat. Bayi sudah BAK 2 kali,
348
warna kuning jernih, lancar dan bayi sudah BAB 1 kali warna
kehitaman, konsistensi lunak, bayi sudah mendapatkan imunisasi
Hb 0 dan sudah mendapatkan vit K setelah lahir.
5) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Bayi diberi ASI saja, frekuensi sering setiap 2 jam sekali
b) Eliminasi
BAB 1 kali, konsistensi lunak, warna feses hitam kehijauan, bayi
BAK 2 kali, warna kuning jernih. Tidak ada keluhan saat BAK
dan BAB
c) Istirahat/ tidur
Bayi lebih banyak tidur, tidak rewel, menangis ketika lapar, BAK
dan BAB
d) Aktivitas
Bayi menangis kuat dan gerak aktif.
e) Personal hygiene
Ganti baju setiap kali basah, ganti popok tiap kali BAB/BAK.
6) Latar belakang sosial budaya
Setelah pulang nanti, bayi akan dirawat dan tinggal dirumah bersama
orang tua dan keluarganya. Dalam keluarga tidak ada kebiasaan
memberikan makanan tambahan selain susu pada bayi sesudah umur
6 bulan, ada kebiasaan brokohan, dan tidak ada kebiasaan merawat
tali pusat dengan ramuan tradisional.
349
7) Psikososial dan spiritual
Bayi tampak nyaman ketika dekat dengan ibunya. Ketika bayi
menangis bayi langsung diam bila digendong. Orang tua dan
keluarga sangat senang atas kelahiran bayinya.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis.
b) Tanda-tanda vital
Suhu: 36,5ºC, Nadi: 134x /menit, Respirasi: 40x /menit
c) Pengukuran antropometri
BB : 3500 gram SOB : 30 cm
PB : 51 cm MO : 31 cm
LK : 33 cm FO : 34 cm
LD : 31 cm
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Inspeksi : Rambut warna hitam, penyebaran merata.
Palpasi : Tidak ada caput succadaneum, cephal hematoma,
dan tidak ada tanda hidrosepalus.
b) Muka
Inspeksi : Simetris, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis
dan warna kemerahan.
350
c) Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris, konjungtiva merah muda,
sklera putih, tidak ikterus, tidak ada pengeluaran
sekret berlebih, tidak ada kelainan.
d) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret pada hidung,
tidak ada pernapasan cuping hidung.
e) Mulut
Inspeksi : Bibir kemerahan, tidak ada labiopalatoschisis,
mukosa bibir lembab, ada reflek rooting dan sucking
serta reflek swallowing kuat, mulut tampak seperti
ingin minum.
f) Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada pengeluaran serumen
Palpasi : Daun telinga cepat kembali.
g) Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
limpa dan bendungan vena jugolaris.
h) Dada
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding dada.
Auskultasi : Pernapasan teratur, tidak ada wheezing dan ronchi,
tidak ada kelainan irama jantung.
Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung pekak.
351
i) Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen simetris, tali pusat masih basah,
tidak ada perdarahan pada tali pusat, tidak berbau
busuk, tali pusat dibungkus dengan kasa kering
steril.
Perkusi : Suara perut tympani.
j) Genetalia
Inspeksi : Jenis kelamin perempuan, labia mayor sudah
menutupi labia minora, uretra berlubang.
k) Anus
Inspeksi : Terdapat lubang anus.
l) Ektremitas
(1) Atas: simetris, normal, jumlah jari-jari lengkap, tidak ada
kelaianan, gerak aktif.
(2) Bawah: simetris, normal, jumlah jari-jari lengkap, tidak ada
kelainan, gerak aktif.
m) Kulit
Inspeksi : Warna kemerahan, tidak pucat, kulit halus, lembut,
tidak ada pengelupasan kulit, turgor kulit baik.
352
2) Pemeriksaan neurologik
a) Reflek rooting
Baik. Bayi bereaksi jika mendapat rangsangan pada bibir atau pipi
bayi.
b) Reflek sucking
Baik. Bayi mampu mengisap puting dengan kuat.
c) Reflek swallowing
Baik. Bayi dapat menelan dengan baik
d) Reflek morro
Baik. Saat dikagetkan, bayi bergerak seperti memeluk.
e) Reflek graping
Baik. Saat jari pemeriksa diletakkan pada telapak tangan bayi,
bayi merespon dengan menggenggam jari tersebut.
f) Reflek babinsky
Baik. Saat jari pemeriksa menggores bagian telapak kaki bayi, jari
bayi akan membuka.
g) Reflek tonic neck
Baik. Ekstermitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan
ekstensi, dan ekstermitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala
bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat.
h) Reflek glabela
Baik. Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis
mata) menyebabkan mata bayi berkedip.
353
i) Reflek Stepping
Baik. Ketika bayi digendong berdiri kaki bayi akan menapak
seperti berjalan dan melangkah.
c. Analisa
Bayi Ny. “R” neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan usia 15
jam.
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 27 April 2019 Pukul : 20.25 WIB
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan bayinya
baik; Ibu mengerti penjelasan bidan.
2) Menjelaskan mengenai perawatan bayi sehari-hari meliputi menjaga
kehangatan bayi, perawatan tali pusat, mengganti popok yang basah
dan memandikan bayi; Ibu mengerti dan mampu mengulangi
penjelasan bidan.
3) Menjelaskan tentang tanda bahaya bayi meliputi bayi tidak dapat
menyusu, mengantuk atau tidak sadar, napas cepat (lebih dari 60
x/menit), merintih, tarikan dada bagian bawah, tampak biru pada
ujung jari tangan dan kaki atau bibir, kejang, badan bayi kuning,
kaki dan tangan terasa dingin, demam, tali pusat kemerahan sampai
dinding perut dan mata bayi bernanah banyak; Ibu mengerti tentang
tanda bahaya pada bayi dan bisa mengulangi penjelasan bidan.
354
4) Menasehati ibu untuk membawa anaknya ke tempat bidan jika ibu
menjumpai tanda bahaya pada bayinya; Ibu mengerti dan akan
melaksanakannya.
5) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan adekuat; Ibu
selalu menyusui bayinya setiap bayi menangis atau setiap 2 jam
sekali.
6) Menganjurkan ibu untuk merawat dan selalu memperhatikan
kebutuhan bayinya serta memantau pertumbuhan dan perkembangan
bayinya; Ibu menjaga bayinya.
7) Memberitahu ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh bayi agar tidak
kedinginan; Ibu membedong bayinya.
8) Menyepakati kunjungan neonatus pada usia 4 hari tanggal 1 Mei
2019 atau sewaktu-waktu bila ada keluhan atau tanda bahaya pada
bayi.
Rena Novita Sari
355
2. Kunjungan Neonatus II
Tanggal : 1 Mei 2019 (4 Hari Post Bayi Baru Lahir)
Pukul : 07.20 WIB
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat, bayi menangis kuat, bayi
tidur pulas dan menangis saat lapar, BAB, BAK dan saat dimandikan,
bayi minum ASI tiap kali menangis, bayi tidak rewel. BAK 6-8 kali
sehari, lancar warna kuning jernih. BAB 2 kali sehari warna kuning,
konsistensi lunak
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis
b) Suhu 36,5°, Nadi: 122 x/menit, Respirasi: 44 x/menit
2) Pemeriksaan Antopometri
BB : 3400 gram SOB : 30 cm
PB : 51 cm MO : 31 cm
LK : 33 cm FO : 34 cm
LD : 31 cm
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kulit : Kemerahan, tidak ada pengelupasan pada kulit.
b) Muka
Inspeksi : Simetris, tidak pucat, tidak ikterik.
356
c) Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris, konjungtiva merah muda,
tidak ikterus, tidak ada pengeluaran sekret berlebih,
tidak ada kelainan.
d) Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen simetris, tali pusat sudah mulai
kering, tidak ada perdarahan pada tali pusat, tidak
berbau busuk, tali pusat dibungkus dengan kasa
kering steril.
Perkusi : suara perut tympani.
c. Analisa
By. “R” neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan umur 4 hari
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 01 Mei 2019 Pukul : 07.25 WIB
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan bayinya
baik; ibu mengerti penjelasan bidan.
2) Menjelaskan kepada ibu bahwa bayinya mengalami penurunan berat
badan 100 gr dan ini merupakan keadaan yang normal dialami oleh
bayi baru lahir sampai usia 10 hari, ibu mengerti dan mampu
mengulangi penjelasan dari bidan.
3) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi maksimal setiap 2 jam
sekali atau sesering mungkin, ibu bersedia mengikuti anjuran
petugas dan ibu akan memberikan ASI sesering mungkin.
357
4) Menjelaskan kembali mengenai asuhan pada bayi meliputi
perawatan tali pusat, merawat agar bayi tetap hangat, tanda bahaya
pada bayi, dan perawatan sehari-hari, ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan akan melanjutkan anjuran dari
petugas.
5) Menganjurkan ibu untuk memberi imunisasi BCG + Polio 1 pada
bayinya satu bulan lagi; ibu akan segera mengimunisasikan bayinya.
6) Menyepakati kunjungan neonatus pada usia 28 hari atau sewaktu-
waktu bila ada keluhan atau tanda bahaya pada bayi.
Rena Novita Sari
3. Kunjungan Neonatus III
Tanggal : 24 Mei 2019 (28 Hari Post Bayi Baru lahir)
Pukul : 16.00 WIB
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat, tidak ada keluhan, bayi
menangis kuat, bayi minum ASI tiap kali meminta, bayi tidur pulas dan
menangis saat lapar, BAB, BAK dan saat dimandikan, BAK 8-10 kali
sehari, lancar warna kuning jernih, BAB 1-2 kali sehari, konsistensi
lembek.
358
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis
b) Suhu 36,6°, Nadi: 120 x/menit, Respirasi: 40 x/menit
2) Pemeriksaan Antopometri
BB : 4000 gram SOB : 31 cm
PB : 52 cm MO : 32 cm
LK : 34 cm FO : 35 cm
LD : 33 cm
3) Pemeriksaan Fisik
a) Muka
Inspeksi : Simetris, tidak pucat, tidak ikterik.
b) Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris, konjungtiva merah muda,
sklera putih tidak ikterik, tidak ada pengeluaran
sekret berlebih, tidak ada kelainan.
c) Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen simetris, tali pusat sudah lepas.
Perkusi : suara perut tympani.
c. Analisa
By.”R” neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan umur 28 hari.
359
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 24 Mei 2019 Pukul : 16.10 WIB
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi dalam keadaan
sehat, ibu terlihat lega dengan keadaannya.
2) Mendiskusikan kembali mengenai perawatan bayi sehari-hari dan
tanda bahaya pada bayi, ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan akan memantau keadaan bayinya
3) Mengingatkan kembali pada ibu untuk menyusui bayi maksimal
setiap 2 jam sekali atau sesering mungkin, ibu bersedia melanjutkan
anjuran petugas dan ibu akan memberikan ASI sesering mungkin.
4) Menganjurkan ibu untuk memberi imunisasi bayinya sesuai jadwal,
ibu akan datang sesuai jadwal imunisasi.
Rena Novita sari
360
E. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana
1. Kunjungan KB I (4 hari Post Partum)
Tanggal pengkajian : 1 Mei 2019
Waktu pengkajian : 07.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny “R”
a. Data subyektif
1) Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih bingung akan menggunakan KB apa
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, Diabetes Militus, penyakit hati akut, jantung, stroke,
anemia, Tuberculosis, hepatitis, Penyakit Menular Seksual, dan
asma.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu tidak sedang menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, Diabetes Militus, penyakit hati akut, jantung, stroke,
anemia, Tuberculosis, hepatitis, Penyakit Menular Seksual, dan
asma.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu dan suami tidak sedangatau pernah menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara, Diabetes Militus,
361
penyakit hati akut, jantung dan stroke, anemia, Tuberculosis,
Hepatitis, Penyakit Menular Seksual, dan asma.
3) Riwayat kebidanan
a) Riwayat haid
Ibu belum mendapat haid setelah masa nifas ini.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Ibu melahirkan bayi perempuan cukup bulan tanggal 27 April
2019 pukul 06.00 WIB, lahir spontan, ditolong bidan di PMB,
bayi lahir langsung menangis, gerak aktif dilakukan IMD, BB
3500 gram, PB 51 cm, plasenta lahir spontan dan lengkap, dijahit,
perdarahan sedikit. Sekarang nifas hari ke 4, menyusui.
c) Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
4) Pola kehidupan sehari-hari
a) Nutrisi
Makan 3-5x sehari porsi sedang komposisi nasi, lauk bergantian
(tahu, tempe, ayam, telur), sayur bergantian (wortel, bayam,
kangkung), buah bergantian (pisang, jeruk). Minum air putih 8-9
gelas sehari.
b) Eliminasi
BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning, BAK 6-8 kali
sehari warna kuning jernih. Tidak ada keluhan saat BAB ataupun
BAK.
362
c) Istirahat dan tidur
Tidur malam ± 6-7 jam antara pukul 21.30–04.30 WIB, tidur
siang ± 1 jam antara pukul 13.00–14.00 WIB.
d) Personal hygiene
Setiap hari mandi 2x, keramas seminggu 2-3 kali, gosok gigi tiap
mandi, ganti pakaian dan celana dalam tiap habis mandi, kotor
ataupun basah. Setiap selesai BAB/BAK selalu cebok dari arah
depan ke belakang dengan sabun dan air.
e) Aktifitas
Ibu melakukan aktifitas seperti biasanya seperti menyapu,
mengepel, memasak, mencuci dan setrika.
f) Kehidupan seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual setelah bersalin.
g) Riwayat ketergantungan
Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, suami merokok tapi
diluar rumah, tidak ada kebiasaan minum-minuman alkohol
maupun ketergantungan pada obat-obatan tertentu.
h) Latar belakang sosial budaya
Di dalam keluarga ibu maupun di masyarakat semua orang
menerima adanya penggunaan alat kontrasepsi dan tidak ada
larangan bagi yang ingin menggunakan.
363
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
b) TD : 100/70 mmHg Suhu : 36,2oC
Nadi : 82 x/menit RR : 22 x/menit
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Inspeksi : Bersih, simetris, rambut lurus, warna rambut
hitam, persebaran rambut merata, tidak ada benjolan
abnormal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b) Muka
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak odema, tidak terdapat
cloasma gravidarum.
c) Mata
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna
putih, konjungtiva merah muda, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan. Fungsi penglihatan baik.
d) Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
364
e) Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
serumen, tidak ada perdarahan. Fungsi pendengaran
baik.
f) Mulut dan Gigi
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada labioskisis, tidak ada
labiopalatoskisis, mukosa bibir lembab, tidak
cyanosis, tidak ada stomatitis, tidak ada perdarahan
gusi, tidak ada caries gigi, lidah bersih.
g) Leher
Inspeksi : Simetris, tidak tampak benjolan abnormal.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid.
Tidak ada bendungan vena jogularis.
h) Aksila
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
i) Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : -Paru-Paru : tidak ada wheezing dan ronchi.
-Jantung : suara jantung normal lup dup.
365
j) Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal, konsistensi keras, ASI sudah keluar.
k) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka, terdapat linea
nigra.
Palpasi : TFU pertengahan pusat-sympisis, kontraksi uterus
teraba bundar dan keras.
l) Genetalia
Inspeksi : Bersih, terdapat pengeluaran cairan berwarna
merah kecoklatan (lokhea sanguilenta), luka jahitan
masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi.
m) Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari
anus.
n) Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih tidak cyanosis, tidak ada
gangguan gerak, jumlah jari tangan dan kaki
lengkap, tidak ada sindactyl dan polidactyl.
Palpasi : Pada ekstermitas bawah tidak ada odema, tidak
ada varises.
366
c. Analisa
P10001, usia 23 tahun calon peserta KB pascasalin
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 01 Mei 2019 Pukul : 07.15 WIB
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu; ibu terlihat lega dengan
keadaannya.
2) Menanyakan pada ibu tujuan ibu ber-KB; ibu ber-KB untuk
menjarangkan anak.
3) Menjelaskan tentang perlunya KB setelah ibu melahirkan agar jarak
dengan anak berikutnya tidak terlalu dekat dan anak yang dilahirkan
berkualitas; ibu paham dengan penjelasan bidan dan mampu
mengulanginya.
4) Menjelaskan mengenai macam-macam KB pascasalin
a MAL : kontrsepsi yang mengandalkan pemberian ASI
ekslusif selama 6 bulan.
Keuntungan : efektivitas sangat tinggi, tidak mengganggu
senggama, tidak perlu pengawasan medis.
Kerugian : perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui 30 menit setelah bayi lahir.
b Suntik progestin :
Keuntungan : efektif, aman, tidak mengganggu proses laktasi
Kerugian : haid lama/ tidak haid sama sekali, BB meningkat
c IUD : alat berukuran kecil yang dimasukkan ke dalam rahim.
367
Keuntungan : efektivitas sangat tinggi, dapat dipasang segera
setelah melahirkan, tidak mempengaruhi kualitas ASI.
Kerugian : siklus haid lama, terjadi spotting antarmenstruasi, klien
tidak bisa melepas sendiri, tidak mencegah IMS.
d Kondom : suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan lakten/ plastik yang dipasang pada
penis pada saat berhubungan seksul. Cara kerjanya
kondom menggalangi sperma bertemu dengan sel telur.
Keuntungan : efektif jika digunakan dengan benar, tidak
menganggu produksi ASI, murah dan dapat dibeli
secara umum, mencegah penyakit IMS
Kerugian : efektivitas tidak terlalu tinggi, cara penggunaan
mempengaruhi keberhasilan, mengganggu saat
hubungan seksual
E/Ibu sudah mengerti dan paham macam-macam kb pascasalin yang
bisa dipakai saat menyusui.
5) Mendiskusikan ulang KB yang akan dipakai ibu; Ibu memilih
menggunakan KB IUD.
6) Menjelaskan kembali jenis alat kontrasepsi yang dipilih ibu yaitu
IUD; Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali cara kerja,
keuntungan dan kerugian serta efek samping metode kontrasepsi
tersebut.
368
7) Menyepakati ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 25
Mei 2019 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan, ibu menyepakati.
Rena Novita sari
2. Kunjungan KB II (29 hari Post Partum)
Tanggal pengkajian : 25 Mei 2019
Waktu pengkajian : 16.05 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny “R”
a. Data subyektif
1) Keluhan Utama
Ibu berencana menggunakan KB IUD
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, Diabetes Militus, penyakit hati akut, jantung dan stroke,
anemia, Tuberculosis, hepatitis, Penyakit Menular Seksual, dan
asma.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu tidak sedang menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, Diabetes Militus, penyakit hati akut, jantung dan stroke,
369
anemia, Tuberculosis, hepatitis, Penyakit Menular Seksual, dan
asma.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu dan suami tidak sedangatau pernah menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara, Diabetes Militus,
penyakit hati akut, jantung dan stroke, anemia, Tuberculosis,
hepatitis, Penyakit Menular Seksual, dan asma.
3) Riwayat kebidanan
a) Riwayat haid
Ibu belum mendapatkan haid.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Ibu melahirkan bayi perempuan cukup bulan tanggal 27 April
2019 pukul 06.00 WIB, lahir spontan, ditolong bidan di PMB,
bayi lahir langsung menangis, gerak aktif dilakukan IMD, BB
3500 gram, PB 51 cm, plasenta lahir spontan dan lengkap, dijahit,
perdarahan sedikit. Sekarang nifas hari ke 29, menyusui.
c) Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
4) Pola kehidupan sehari-hari
a) Nutrisi
Makan 3-5x sehari porsi sedang komposisi nasi, lauk bergantian
(tahu, tempe, ayam, telur), sayur bergantian (wortel, bayam,
370
kangkung), buah bergantian (pisang, jeruk). Minum air putih 8-9
gelas sehari.
b) Eliminasi
BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning, BAK 6-8 kali
sehari warna kuning jernih. Tidak ada keluhan saat BAB ataupun
BAK.
c) Istirahat dan tidur
Tidur malam ± 6-7 jam antara pukul 21.30–04.30 WIB, tidur
siang ± 1 jam antara pukul 13.00–14.00 WIB.
d) Personal hygiene
Setiap hari mandi 2x, keramas seminggu 2-3 kali, gosok gigi tiap
mandi, ganti pakaian dan celana dalam tiap habis mandi, kotor
ataupun basah. Setiap selesai BAB/BAK selalu cebok dari arah
depan ke belakang dengan sabun dan air.
e) Aktifitas
Ibu melakukan aktifitas seperti biasanya seperti menyapu,
mengepel, memasak, mencuci dan setrika.
f) Kehidupan seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual setelah bersalin.
g) Riwayat ketergantungan
Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, tidak ada kebiasaan
minum-minuman alkohol maupun ketergantungan pada obat-
obatan tertentu.
371
h) Latar belakang sosial budaya
Di dalam keluarga ibu maupun di masyarakat semua orang
menerima adanya penggunaan alat kontrasepsi dan tidak ada
larangan bagi yang ingin menggunakan.
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
b) TD : 120/80mmHg Suhu : 36,8oC
Nadi : 82 x/menit RR : 20 x/menit
2) Pemeriksaan fisik
a) Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal, konsistensi keras, ASI sudah keluar
lancar.
b) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka, terdapat linea
nigra.
Palpasi : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.
372
c) Genetalia
Inspeksi : Bersih, terdapat pengeluaran cairan berwarna putih
(lokhea alba), luka jahitan sudah kering, tidak ada
tanda-tanda infeksi.
e. Analisa
P10001 usia 23 tahun, calon akseptor KB IUD
f. Penatalaksanaan
Tanggal : 25 Mei 2019 Pukul : 16.25 WIB
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu; ibu terlihat lega dengan
keadaannya.
2) Menjelaskan kembali mengenai KB IUD; ibu ingin menggunakan
KB IUD
3) Memberikan saran kepada ibu untuk menggunakan KB sementara
selama belum menggunakan KB IUD agar tidak terjadi kehamilan
yang tidak diharapkan; Ibu mengerti dan mampu mengulangi
penjelasan dari bidan.
4) Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan jika ibu
sudah ingin memasang KB IUD ; Ibu mengerti dan mampu
mengulangi penjelasan dari bidan.
Rena Novita Sari
373
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas kesesuaian antara tinjauan teori dalam bab 2 dengan
tinjauan kasus dalam bab 3. Pembahasan ini bertujuan untuk merumuskan
kesenjangan-kesenjangan antara teori dengan kasus nyata pada asuhan kebidanan
secara continuity of care pada Ny. R G1P00000 selama kehamilan trimester III,
persalinan, masa nifas, neonatus, dan pemakaian alat kontrasepsi pascasalin yang
dilakukan mulai tanggal 14 April 2019 di PMB Ny. S. SST, Madiun dengan
menggunakan standart asuhan kebidanan yang terdiri dari pengkajian data,
perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dilanjutkan dengan SOAP
perkembangan. Berdasarkan kasus Ny. R, terdapat beberapa kesamaan dan
kesenjangan antara teori dan praktik, diantaranya sebagai berikut:
4.1 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif pada Ny R didapatkan keluhan
yang dirasakan ibu yaitu sering kencing yang dirasakan pada usia kehamilan 37
minggu. Menurut Wiknjosastro (2011) gejala biasa timbul karena janin mulai
masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan pada kasus Ny. R dengan teori
mengenai keluhan yang dirasakan karena itu merupakan fisiologi kehamilan.
374
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif pada Ny.R didapatkan keluhan
yang dirasakan ibu yaitu kenceng-kenceng yang dirasakan pada usia kehamilan
38-39 minggu. Menurut Varney (2008), salah satu penyebabnya karena ibu hamil
kekurangan kalsium atau ketegangan otot. Selama kehamilan terutama TM III, ibu
membawa beban berlebih. Otot-otot tubuh juga mengalami pengenduran sehingga
mudah merasa lelah. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan pada kasus Ny. R dengan teori mengenai keluhan yang dirasakan
karena itu merupakan fisiologi kehamilan trimester akhir.
Pada saat pengkajian ditemukan Ny. R selama hamil tidur siang ± 2 jam, tidur
malam 7-8 jam sehari. Tetapi pada kunjungan ANC tanggal 14 April 2019 ibu
tidur siang selama ± 1 jam, tidur malam ± 5-6 jam karena ibu kurang bisa tidur.
Ibu hamil tidur malam kurang lebih sekitar 8 jam setiap istirahat dan tidur siang
kurang lebih 1 jam (Marmi, 2011). Ada ketidakesesuaian antara teori dengan
kasus nyata.
Kenaikan BB Ny. R pada kunjungan ANC II adalah 2 kg. Menurut teori pada
trimester II dan III pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat
badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang
atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing
sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Saifuddin, 2009). Kenaikan berat badan >0,57
kg/minggu merupakan faktor risiko timbulnya preeklampsia (Saifuddin, 2009).
Ada kesenjangan antara kasus nyata dengan teori.
375
Sebelum hamil Ny. R memiliki berat badan 50 kg dengan IMT 21,08
(kategori normal). Dan pada saat ANC TM III memiliki berat badan 62 kg.
Kenaikan berat badan selama hamil adalah 12 kg. Menurut Prawirohardjo (2011),
penambahan berat badan pada wanita hamil dengan IMT dalam kategori rendah
(<19,8) peningkatan berat badannya adalah 12,5-18 kg. Wanita dengan berat
badan normal (IMT 19,8-26) peningkatan berat badannya adalah 11,5-16 kg.
Wanita dengan berat badan berlebih (IMT 26-29) peningkatan berat badannya
adalah 7-11,5 kg. Wanita dengan obesitas (IMT>29) peningkatan berat badannya
adalah sekurang-kurangnya 7 kg. Berarti tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus nyata.
Pada usia kehamilan 37 minggu pada pemeriksaan leopold IV didapatkan
bahwa kepala sudah masuk PAP (divergent). Menurut Manuaba (2010), pada
primigravida kepala janin sudah turun dan masuk PAP pada usia kehamilan 36
minggu, sedangkan pada multigravida kepala masuk panggul saat menjelang
persalinan. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus nyata.
Pada saat ANC TM III skor Ny. R yaitu 2 termasuk resiko rendah. Menurut
Kemenkes (2014), Jumlah skor 2 termasuk resiko rendah dengan penolong
persalinan adalah bidan dan tempat persalinan dirumah bidan, skor 6- 10 termasuk
resiko tinggi penolong persalinan adalah dokter dan bidan tempat persalinan
adalah polindes atau puskesmas atau rumah sakit, skor lebih dari 12 adalah resiko
376
sangat tinggi penolong persalinan adalah dokter, tempat persalinan adalah rumah
sakit. Berarti tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena Ny. R
bersalin ditolong oleh bidan di Rumah Bidan.
Pada kunjungan TM III Standart Pelayanan Antenatal hanya dilakukan 5T
yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus, pemberian
tablet zat besi, dan penentuan presentasi janin dan DJJ. Menurut Kemenkes RI
(2016), Standart pelayanan Antenatal meliputi 10T yaitu penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran Lingkar
Lengan Atas (LILA), pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), penentuan presentasi
janin dan denyut jantung janin (DJJ), penentuan status imunisasi tetanus,
pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan, pelayanan tes
laboratorium, temu wicara, dan tatalaksana kasus. Namun untuk pengukuran
LILA, penentuan status imunisasi tetanus, pelayanan tes laboratorium telah
dilakukan pada kunjungan ANC sebelumnya, temu wicara dan tatalaksana kasus
tidak dilakukan karena ibu tidak mengalami komplikasi. Berdasarkan hasil
pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan.
377
4.2 Asuhan Kebidanan pada persalinan
Pada kasus Ny.R dilakukan VT yang pertama pada jam 01.00 WIB dan
dilakukan VT selanjutnya pada jam 05.30 WIB sehingga jarak antar VT yang
pertama dan VT yang ke dua berjarak 4,5 jam. Menurut JNPK-KR (2014),
pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi
(meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada tanda
gejala kala 2). Sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Ny.R sejak pukul 19.00 wib tanggal 26 April 2019 merasakan adanya
kenceng-kenceng dan pukul 21.00 wib mengeluarkan lendir bercampur darah ibu
datang ke bidan pukul 01.00 wib tanggal 27 April 2019. Pada saat pemeriksaan
jam 01.00 WIB kontraksi 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik. Pada
pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan 4 cm, penurunan kepala di hodge 2
dan ketuban belum pecah. Pukul 05.30 WIB pembukaan lengkap. Pukul 06.00
WIB bayi lahir secara spontan belakang kepala. Menurut Sofian (2011), fase
aktif akselerasi dari pembukaan 3–4 cm, dicapai dalam 2 jam. Fase aktif dilatasi
maksimal dari pembukaan 4–9 cm, dicapai dalam 2 jam. Fase aktif deselerasi
dari pembukaan 9–10 cm selama 2 jam. Kemajuan pembukaan 1 cm per jam
untuk primipara dan 2 cm per jam untuk multipara. Ada kesenjangan mengenai
lama kala I. Fase aktif deselerasi berjalan terlalu cepat. Fase aktif dilatasi
maksimal sampai deselerasi dari pembukaan 4–10 cm selama 5 jam. Ibu tidur
miring kiri dan menarik nafas panjang saat ada kontraksi.
378
Pada kasus Ny. R mengalami kontraksi yang semakin lama semakin sering
kemudian pembukaan lengkap. Ada dorongan untuk meneran, tekanan pada
anus, vulva membuka dan perineum menonjol. Menurut Sofian (2011), pada
kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira
2–3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot panggul yang melalui lengkung refleks
yang menimbulkan rasa mengedan. Oleh karena tekanan pada rektum, ibu
merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his,
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Menurut
sofian (2011) Kala II pada primi berlangsung 1½-2 jam, dan pada multi ½ -1 jam.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. R terdapat
kesenjangan dengan teori karena kala II berlangsung terlalu cepat yaitu selama
30 menit.
Kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Lepasnya plasenta sudah
dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda yaitu semburan darah
mendadak, tali pusat bertambah panjang dan perubahan uterus menjadi
globuler/bundar (Manuaba, 2013). Seluruh proses biasanya berlangsung 5–30
menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
kira-kira 100-200 cc (Sofian, 2011). Dalam kasus Ny. R pada kala III tidak ada
kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan, perdarahan pada kala III normal
yaitu kurang lebih 150 cc dan lama kala III adalah 10 menit.
379
Asuhan pada kala IV yang diberikan pada Ny. R antara lain : mengawasi
perdarahan post partum, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, tekanan darah,
kandung kemih dan keadaan umum ibu. Menurut Manuaba (2012), kala IV
dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi
pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernapasan, TFU,
kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Perdarahan dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 - 500 cc. Ny. R pada kala IV tidak
ada kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan kala IV yaitu kala
pengawasan selama 2 jam post partum dan tidak terdapat perdarahan yang
melebihi 500 cc.
Perhitungan TBJ pada usia kehamilan 38-39 minggu adalah 3100 gram.
Ketika bayi lahir berat badan bayi adalah 3500 gram. Berdasarkan data yang di
peroleh tidak terdapat kesenjangan terhadap TBJ ketika masih didalam
kandungan dan ketika bayi sudah keluar. Hal ini karena ketepatan dalam
pengukuran TFU.
380
4.3 Asuhan Kebidanan Pada Nifas
Pada kunjungan nifas ke-1 penyuluhan yang telah diberikan tidak sesuai dengan
teori, ibu belum mendapatkan penyuluhan mengenai KB pascasalin pada KF
yang pertama. Sedangkan menurut Kemenkes RI (2014) KF 1 (6 jam sampai 3
hari) setelah persalinan mendapatkan penyuluhan : 1. Pemeriksaan tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh. 2. Pemantauan jumlah darah yang
keluar. 3. Pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina. 4. Pemeriksaan payudara
dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan. 5. Pemberian kapsul vit A 2 kali yaitu kapsul
segera setelah melahirkan dan satu kapsul setelah 24 jam pemberian kapsul vit A
pertama. 6. Minum tablet tambah darah setiap hari. 7. Pelayanan KB pasca
persalinan. Ini menunjukkan ada ketidaksesuaian antara pelaksanaan pada teori
dan kasus nyata.
Pada kunjungan nifas ke I (15 jam post partum) Ny. R mengatakan nyeri luka
jahitan perineum hal ini sesuai dengan teori dari Varney (2008), yaitu nyeri luka
jahitan perineum merupakan hal yang fisiologis karena nyeri tersebut akibat dari
laserasi atau episiotomy dan jahitan perineum. Pada pemeriksaan payudara
didapatkan hasil kolostrum sudah keluar, TFU 2 jari dibawah pusat dan lochea
rubra, warna merah segar, bau anyir. Menurut Manuaba (2012), kolostrum
berwarna kekuningan dengan protein berkadar tinggi. ASI transisi (antara)
diproduksi pada hari ke-3 sampai ke-7. ASI matur disekresi pada hari ke-7
sampai seterusnya. Menurut Marmi (2012) ASI ekslusif adalah pemberian ASI
381
saja pada bayi sampai dengan 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan
lain kecuali sirup obat. Ibu hanya memberikan ASI saja kepada bayinya. Segera
setelah plasenta lahir TFU 2 jari dibawah pusat. Pengeluaran lochea rubra
sampai hari ke-3 yang berwarna merah. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah
dilakukan pada Ny. R tidak terjadi kesenjangan dengan teori.
Pada kunjungan nifas ke II (hari ke-4 post partum), didapatkan pemeriksaan
payudara bersih, tidak ada nyeri tekan, TFU pertengahan pusat symfisis, terdapat
luka jahitan yang hampir kering, ASI lancar, perdarahan pervaginam berwarna
merah kecoklatan/lochea sanguinolenta. Menurut Manuaba (2012), satu minggu
post partum TFU pertengahan pusat - symfisis sedangkan lochea sanguinolenta
keluar hari ke 3 sampai hari ke 7 berwarna merah kecoklatan. Menurut Bahiyatun
(2009), jahitan luka perineum akan kering setelah 7 hari postpartum.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. R tidak terjadi
kesenjangan dengan teori.
Pada kunjungan nifas ke III (hari ke 29 post partum), didapatkan pemeriksaan
payudara bersih, tidak ada nyeri tekan, TFU tidak teraba, terdapat luka jahitan
yang sudah kering, ASI lancar, perdarahan pervaginam berwarna putih/lochea
alba. Menurut Manuaba (2012), 6 minggu post partum TFU sebesar normal
sedangkan lochea alba keluar setelah hari ke 14 berwarna merah putih. Menurut
Bahiyatun (2009), jahitan luka perineum akan kering setelah 7 hari postpartum.
382
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. R tidak terjadi
kesenjangan dengan teori.
4.4 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
Pada kunjungan neonatus I (15 jam), keadaan umum bayi baik, menangis
kuat, refleks hisap jari baik, tali pusat masih basah dan terbungkus kassa kering
steril serta tidak ditemukan hipotermi ataupun hipertermi. Suhu tubuh bayi selalu
berada dalam batas normal. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital bayi, didapatkan
suhu 36,5 ºC, nadi 134 x/menit, respirasi 40 x/menit. Hasil tersebut dalam batas
normal sesuai dengan Kemenkes RI (2017), suhu normal pada neonatus adalah
36,5oC-37,5
oC melalui pengukuran aksila dan rektal. Jika nilainya turun dibawah
36,5oC maka bayi mengalami hipotermi. Nadi pada bayi normalnya 110-160
denyut per menit dan pernafasan pada bayi normalnya 30-50 kali per menit.
Dapat disimpulkan bahwa TTV bayi tidak terjadi kesenjangan dengan teori.
Bayi Ny. R sudah BAB 1 kali warna hitam kehijauan dan BAK 2 kali warna
kuning jernih. Menurut Fraser dan Cooper (2009), feses pertama pada bayi
berwarna hijau kehitaman, lengket serta mengandung empedu, asam lemak,
lendir dan sel epitel, dan urine pertama dikeluarkan dalam 24 jam pertama dan
setelahnya dengan frekuensi yang semakin sering seiring meningkatnya asupan
cairan. Urine encer, berwarna kuning dan tidak berbau. Syaifudin (2009),
menambahkan bahwa tinja yang berbentuk mekonium berwarna hijau tua akan
383
keluar dalam waktu 48 jam. Dapat disimpulkan bahwa eliminasi bayi tidak
terjadi kesenjangan dengan teori.
Pada saat melakukan pemeriksaan genetalia pada bayi Ny.R tidak dilakukan
pemeriksaan lubang vagina untuk mengetahui apakah lubang uretra terpisah
dengan lubang vagina, sedangkan menurut Marmi (2012) pada bayi perempuan
dilakukan pemeriksaan untuk bayi cukup bulan, labia mayora menutupi labia
minora, lubang uretra terpisah dengan lubang vagina. Sehingga terjadi
kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Pada kunjungan II (4 hari) bayi Ny. R terlihat sehat, bayi tidur pulas,
menangis saat lapar, BAK dan BAB, bayi minum ASI setiap 2 jam. Berat badan
bayi 3400 gram mengalami penurunan 100 gram dibandingkan dengan berat
lahir. Menurut Arfiana dan Lusiana (2016), dalam 10 hari pertama kelahiran
berat badan bayi akan mengalami penurunan karena pengeluaran (mekonium,
urine, dan keringat) sedangkan cairan yang masuk belum mencukupi. Turunnya
berat badan bayi tidak lebih dari 10%. Dapat disimpulkan bahwa penurunan BB
bayi merupakan hal yang fisiologis akibat peralihan dari kehidupan intrauterine
ke ekstrauterin sehingga tidak terjadi kesenjangan dengan teori.
Pada kunjungan neonatus III dilakukan pada hari ke 28. Menurut Kemenkes
RI (2016), kunjungan neonatus I dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah
lahir, kunjungan neonatus II dilakukan pada kurun waktu 3-7 hari setelah lahir,
dan kunjungan neonatus III dilakukan pada kurun waktu 8-28 hari setelah lahir.
384
Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kesenjangan antara kasus nyata dengan
teori.
Pada saat kunjungan neonatus III bayi Ny. R dalam keadan sehat, bayi tidur
pulas, tali pusat sudah kering, bayi menyusu kuat dan menangis saat lapar, BAK
dan BAB, bayi minum ASI setiap 2 jam. Bayi Ny. R belum mendapatkan
imunisasi BCG dan Polio 1. Menurut Kemenkes RI (2016), imunisai BCG dan
Polio 1 diberikan pada bayi saat berusia 1 bulan. Dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi kesenjangan antara kasus nyata dengan teori.
4.5 Asuhan Kebidanan Pada KB
Ny. R usia 23 tahun berencana menggunakan KB untuk menjarangkan
kehamilan. Ibu berencana ingin menggunakan kontrasepsi IUD. Menurut
Saifuddin (2010) Wanita usia <20 tahun menggunakan alat kontrasepsi untuk
menunda kehamilan, usia 20-35 tahun untuk menjarangkan kehamilan, dan usia
>35 tahun untuk mengakhiri kesuburan. Hal ini menunjukkan ada kesesuaian
antara teori dan kasus.
Pada pengkajian didapatkan umur Ny. R 23 tahun. Saat ini ibu sudah
mempunyai rencana untuk menggunakan kontrasepsi IUD. Ny. R tidak sedang
bekerja, belum mendapatkan haid, menyusui secara ekslusif dan minimal 2 jam
atau sewaktu-waktu jika bayi ingin menyusu (on demand). Tidak sedang
menderita penyakit seperti jantung vaskular dan congenital, hipertensi,
haemofilia, kanker payudara, anemia, DM, TBC, hepatitis, PMS, dan
385
HIV/AIDS. Tidak menderita penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik.
Tidak pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam),
tidak pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari), tidak pernah disminore
berat yang membutuhkan analgetik atau istirahat baring, tidak pernah
mengalami perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama. Pada
pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah Ny. R adalah 110/70 mmHg.
Menurut Saifuddin (2010) pemilihan kontrasepsi yang rasional untuk fase
menjarangkan kehamilan antara umur 20–35 tahun. Berdasarkan analisa data
didapatkan hasil, postpartum hari ke-29 calon peserta KB IUD tidak ada
kontraindikasi pemakaian kontrasepsi tersebut.
386
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan pembahasan secara keseluruhan mengenai teori dan
pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III, bersalin, masa nifas,
neonatus dan keluarga berencana (KB) pascasalin, pada bab ini penulis dapat
mengambil kesimpulan dan saran.
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan yang diberikan secara continuity of care
pada Ny.R mulai dari masa kehamilan trimester III, masa bersalin, masa nifas,
neonatus, dan keluarga berencana dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ny. R GIP00000 dengan kehamilan nomal tidak ada resiko tinggi sehingga
boleh ditolong oleh Bidan di Rumah Bidan. Berdasarkan hasil pengkajian
terdapat kesenjangan pada kenaikan BB ibu pada kunjungan ANC yang ke 2,
dan pola istirahat ibu di UK 37 minggu.
2. Ny.R GIP00000 bersalin spontan dan normal, bayi dan plasenta lahir spontan
dan lengkap, pada usia kehamilan 39-40 minggu. Berdasarkan hasil
pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata yaitu lama kala I
& kala II yang terlalu cepat, dan dilakukan pemeriksaan dalam lebih dari 4
jam.
387
3. Ny.R P10001 pada masa nifas, laktasi, involusi, dan lochea normal, keadaan
psikologis ibu baik, dan ibu memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.
Berdasarkan pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
nyata.
4. By. Ny.R Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan. Berdasarkan hasil
pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata yaitu tidak
dilakukan pemeriksaan pada lubang vagina bayi.
5. Ny. P P10001 Akseptor KB pascasalin dengan calon akseptor KB kondom.
Berdasarkan hasil pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus nyata.
5. 2 Saran
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, penulis
memberikan saran untuk :
1. Bagi Klien dan Masyarakat
Klien disarankan untuk mampu memelihara kesehatan, mendeteksi
kemungkinan masalah dan mengatasi masalah kesehatan, sehingga apabila
ditemukan adanya komplikasi maupun penyulit pada masa hamil, bersalin,
nifas, neonatus dan KB dapat segera memperoleh pelayanan yang optimal dan
berkualitas.
2. Profesi Bidan
Bidan disarankan dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam
mendeteksi, mencegah serta menangani masalah-masalah yang mungkin
388
timbul pada masa hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB. Jika sudah sesuai
dengan asuhan secara Continuity of Care maka dipertahankan dan dilakukan
sesuai standart.
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Mampu meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kala I & kala II
yang terlalu cepat dan senatiasa mau belajar lebih giat lagi dan lebih
meningkatkan keterampilan yang telah didapat agar lebih memberikan
asuhan secara komprehensif yang dimulai pada ibu hamil TM III, sehingga
dapat menambah wawasan dan menemukan penyebab proses persalinan,
nifas, neonatus, dan KB dapat berjalan fisiologis atau patologis.
4. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil Laporan Tugas Akhir ini disarankan dapat menjadi bahan acuan dan
tambahan daftar pustaka dalam penulisan tugas akhir berikutnya, dan dapat
digunakan sebagai bekal mahasiswa dalam mencegah, mendeteksi dan
menangani serta memberikan asuhan kebidanan secara Continuity Of Care
pada ibu masa hamil, bersalin, nifas, dan KB.
389
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E. R. dan D. Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Anggraini, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Chamberlain, G. 2012. Asuhan Persalinan. Jakarta: EGC
Cooper, F. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC
Cunningham, F. 2007. Obstetri William. Jakarta: EGC
Dinas Kesehatan Jawa Timur.2017.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2016.
Jawa Timur:Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Madiun
2016. Madiun : Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun
Hidayat, A. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayati, R. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta:
Salemba Medika
Indrayani, Djami, dan M. Emma 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Trans Info Media
Jannah, N. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Andi Offset
JNPK-KR 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :JNPK-KR.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta :
Kementrian Kesehatan
_______. 2011. Standart Asuhan Kebidanan. Jakarta: kementrian kesehatan
_______. 2014.. Pegangan fasilitator kelas ibu hamil. Jakarta: kementrian kesehatan
390
Kusmiyati, Y., H. Puji, Sujiyatini. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).
Yogyakarta: Fitramaya.
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
_______. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC
Maritalia, D. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: salemba
Medika
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_____ . 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nugroho, T. dkk. 2014. Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurrobhikha. 2015. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Deepuplish
Prawirohardjo, S. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT
Bina Putaka
_____. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo
Romauli, S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta: Nuha Medika
Saifuddin, dan A. Bahri. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
. 2010. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sofian, A. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Sriyanti, C. 2016. Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes
Sukarni, Icesmi dan Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika
391
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika
_______. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Suprijati, 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Ponorogo: HMP Press
Rukiyah, dan L. Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi. Jakarta: TIM
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC
Walyani, E.S. 2014. Materi Ajar Lengkap KEBIDANANAN KOMUNITAS.
Yogyakarta: Pustaka Barupress
Winkjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pusataka Sarwono
Prawiharjo
392
Lampiran 1
393
Lampiran 2
394
Lampiran 3
395
Lampiran 4
396
397
Lampiran 5
398
Lampiran 6
399
Lampiran 7
NO PENYULIT YA TIDAK
1 Riwayat bedah sesar √
2 Perdarahan pervagina √
3 Persalinan kurang bulan(usia kehamilan kurang
dari 37 minggu )
√
4 Ketuban pecah dengan mekonium yang kental √
5 Ketuban pecah lama (lebih 24 jam ) √
6 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
(kurang dari 37 minggu usia kehamilan )
√
7 Ikterus √
8 Anemia berat √
9 Tanda/geajala infeksi √
10 Preeklamsi /hipertensi dalam kehamilan √
11 Tinggi fundus 40 cm atau lebih √
12 Gawat janin √
13 Primipara dalam fase aktif dengan palpasi kepal
janin masih5/5
√
14 Presentasi bukan belakang kepala √
15 Presentasi majemuk √
16 Kehamilan gemeli √
17 Tali pusat menumbung √
18 Syok √
19 Suami TKI √
20 Suami pelayaran √
21 Suami/ bumil bertato √
22 HIV/AIDS √
23 PMS √
24 Anak mahal √
400
Lampiran 8
401
402
Lampiran 9
403
403
404
Lampiran 10
405
406
Lampiran 11
407
Lampiran 12
408
Lampiran 13
409
Lampiran 14
410
Lampiran 15
DAFTAR PENAPISAN KB NON HORMONAL
AKDR(semua jenis pelapas tembaga dan progestin)
Ya
Tidak
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
√
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
√
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual(IMS)
√
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik √
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2
pembalut tiap 4 jam) √
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
√
Apakah pernah mengalami dismenore berat yang
membutuhkan anlgetik dan/atau istirahat baring √
Apakah pernah mengalami perdarahan bercak antara haida
atau setelah senggama √
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular
atau congenital √
411
Lampiran 16
412
Lampiran 17
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) KEHAMILAN TM 3
Hari/Tanggal : 14 April 2019
Waktu : Pukul 18.30 WIB
Pokok Pembahasan :Kebutuhan dasar nutrisi, eliminasi, personal hygiene,
aktivitas, eliminasi, istirahat, seksual. Perawatan
payudara. Tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda
persalinan, persiapan persalinan dan kunjungan ulang.
Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentangkebutuhan dasar
kehamilan, menjelaskan perawatan payudara,
menjelaskan kepada ibu tanda bahaya Tm 3,
menjelaskan pada ibu persiapan dan tanda-tanda
persalinan.
Sasaran : Ny. R
Tempat : PMB Ny. Siti Rohmani SST
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan
mengerti tentang kebutuhan dasar nutrisi, eliminasi, personal hygiene,
aktivitas, istirahat, eliminasi, seksual. Perawatan payudara. Tanda bahaya
kehamilan, tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan dan kunjungan ulang.
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Kebutuhan dasar kehamilan
2. Perawatan payudara
3. Tanda bahaya tm3
4. Persiapan persalinan
5. Tanda-tanda persalinan
6. Kunjungan ulang
III. Media
Buku KIA & Leaflet
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran
Pembukaan 5 menit
- Memberikan salam,
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Menjawab salam
- Memperdengarkan
dan memperhatikan
Inti 15 menit Menjelaskan kebutuhan
dasar nutrisi, eliminasi,
personal hygiene,
aktivitas, eliminasi,
istirahat, seksual.
Perawatan payudara.
Tanda bahaya kehamilan,
tanda-tanda persalinan,
persiapan persalinan dan
kunjungan ulang.
- Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 10 menit Meminta kepada
kebutuhan dasar nutrisi,
eliminasi, personal
hygiene, aktivitas,
eliminasi, istirahat,
seksual. Perawatan
payudara. Tanda bahaya
kehamilan, tanda-tanda
persalinan, persiapan
persalinan dan
kunjungan ulang.
- Member salam
penutup
- Menjawab salam
V. Materi
Kebutuhan dasar ibu hamil TM III
1. Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada
riwayat penyakit seperti berikut ini:
a) Sering abortus dan kelahiran premature
b) Perdarahan pervaginam
c) Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir
kehamilan.
d) Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intra uteri
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang,
sebaiknya coitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu
plasenta sudah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil.
Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan
dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk kedalam
rongga panggul, coitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan.
2. Kebersihan tubuh
Perubahan sistem metabolisme mengakibatkan peningkatan pengeluaran
keringat. Keringat yang menempel di kulit meningkatkan kelembapan
kulit dan kemungkinan menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme.
Bagian tubuh lain yang sangat membutuhkan perawatan kebersihan adalah
daerah vital, karena saat hamil terjadi pengeluaran sekret vagina yang
berlebihan. Selain dengan mandi, mengganti celana dalam secara rutin
minimal dua kali sehari sangat dianjurkan.
3. Aktivitas fisik
Dapat seperti biasa (tingkat aktivitas ringan sampai sedang), istirahat
minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan untuk
dikurangi. Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan sampai sedang,
sebaiknya dipertahankan jangan sampai denyut madi melebihi 140 kali
permenit. Jika ada gangguan/keluhan yang dapat membahayakan
(misalnya perdarahan pervaginam), maka aktivitas fisik harus dihentikan.
4. Nutrisi
Makanan sehari-hari yang dianjurkan adalah yang memenuhi standart
kecukupan gizi untuk ibu hamil. Untuk pencegahan anemia defisiensi,
diberi tambahan vitamin dan tablet Fe. Fungsi makanan untuk ibu hamil
yaitu; mempertahankan kesehatan, pertumbuhan janin, cadangan laktasi,
proses penyembuhan postpartum.
a. Protein.
1) Untuk metabolisme
2) Pertumbuhan janin
3) Pertumbuhan uterus dan payudara
4) Penambahan volume darah
b. Energi
1) Energi sebaliknya sebagian besar berasal dari karbohidrat
2) Sumber-sumber karbohidrat utama adalah beras, serealia, gandum,
dan lain-lain.
3) Kebutuhan kalori perhari.
(a) TM I 100-150 Kkal/hari
(b) TM II/III 200-300 Kkal/hari
c. Vitamin
1) Diperlukan untuk pembelahan dan pembentukan sel baru
2) Vitamin A berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan
kesehatan sel serta jaringan janin
3) Vitamin B meningkat untuk membantu pembentukan energi
4) Vitamin B6 membantu protein untuk membentuk sel-sel baru
5) Asal folat trimester I diperlukan untuk pembentukan sel darah.
6) Vitamin C membantu penyerapan Fe
7) Vitamin D membantu penyerapan Ca
d. Mineral
1) Untuk pertumbuhan tulang dan gigi
2) Kalsium, besi, fosfor.
3) Kalsium diperlukan terutama pada trimester III sebesar
1200mg/hari (susu, keju).
5. Eliminasi
Sering buang air kecil merupakan keluhan yang umum dirasakan oleh ibu
hamil, terutama trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi yang
fisiologis. Ini terjadi karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran
uterus yang mendesak kantong kemih sehingg kapasitasnya berkurang.
Sedangkan pada trimester III terjadi pembesaran janin yang menyebabkan
desakan pada kantong kemih. Konsitipasi terjadi karena adanya pengaruh
hormon progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos,
selain itu desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan
bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air
putih.
Ketidaknyaman Ibu Hamil Trimester III
1. Pengertian Ketidaknyaman Ibu Hamil Trimester III
Ketidaknyaman kehamilan trimester III adalah keadaantidaknyaman yang
dirasakan oleh ibu hamil trimester III yaitu mulai dari umur kehamilan 28
minggu sampai 40 minggu.
2. Macam-macam ketidaknyaman trimester III meliputi :
a. Konstipasi
Konstipasi dapat terjadi pada setiap periode kehamilan. Hal ini
dipengaruhi oleh perubahan motilitas usus akibat peningkatan
hormonal. Selain itu, konstipasi juga diperberat dengan konsumsi
suplemen darah. Untuk mengurangi keluhan tersebut, diharapkan
mampu mengembang di usus besar dan mempermudah pengeluaran
feses Cara untuk mengatasi konstipasi atau sembelit pada trimester III
ini adalah:
1) Minum air putih yang cukup minimal 6-8 gelas/ hari.
2) Makanlah makanan yang berserat tinggi seerti sayuran dan
buah-buahan.
3) Lakukanlah olahraga ringan secara teratur seperti berjalan
(Jogging).
4) Segera konsultasikan ke dokter/ bidan apabila konstipasi atau
sembelit tetap terjadi setelah menjalankan cara-cara no. 1
sampai 3 diatas 2.
b. Edema atau pembengkakan
Disebabkan oleh metabolisme tubuh yang berubah. Metabolisme
tubuh yang berubah ini terjadi akibat perubahan keseimbangan
volume cairan tubuh. Dengan adanya hambatan aliran tubuh ibu
hamil, maka membuat keseimbangan dalam tubuh menjadi tidak
stabil. Cairan yang berlebihan akan tersimpan di jaringan tubuh dan
menyebabkan ibu hamil mengalami pembekakan. Adapun cara
penanganannya adalah:
1) Hindari menggunakan pakaian ketat
2) Elevasi kaki secara teratur sepanjang hari
3) Posisi menghadap kesamping saat berbaring
Penggunaan penyokong atau korset pada abdomen maternal yang
dapat melonggarkan vena-vena panggul
c. Pegal punggung, nyeri punggung, dan nyeri suprapubis
Merupakan keluhan yang terjadi akibat perubahan fisiologis di
trimester 3 kehamilan. Uterus yang membesar menyebabkan postur
tubuh menjadi lordosis, serta mempengaruhi perubahan titik tumpu
dan pusat gravitasi. Body mechanic yang tidak tepat dapat
mengakibatkan sensasi pegal pada tulang bagian belakang
(punggung). Sementara itu, nyeri pinggang dan nyeri suprapubis
terjadi karena perenggangan ligamentum rotundum sebagai akibat dari
pembesaran uterus.
b. Kelelahan dan pusing
Kondisi mudah lelah dapat meningkat selama kehamilan. Hal
tersebut karena peningkatan kebutuhan energi yang berdampak
terhadap kenaikan laju metabolisme tubuh. Selain itu, kondisi mudah
lelah juga disebabkan oleh perubahan hemodinamik/kardiovaskular
akibat terjadinya peningkatan hormon progesterone, estrogen, dan
prostaglandin.
Tanda bahaya kehamilan TM III
1. Pengertian
Tanda bahaya adalah keadaan-keadaan pada ibu hamil yang
mengancam jiwa ibu dan janin yang dikandungnya selama
kehamilan. Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dapat terjadi kapan
saja. Mungkin ketika kehamilan masih muda, mungkin juga pada
kehamilan lanjut. Tidak jarang pada saat-saat menjelang persalinan.
Tanda bahaya dalam kehamilan perlu kita waspadai sehingga ibu
hamil dan anak yang dikandungnya sehat dan selamat.
2. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan trimester III
a. Perdarahan pervaginam
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil
setelah 28 minggu disebut perdarahan antepartum. Perdarahan
antepartum harus mendapat perhatian penuh, karena merupakan
tanda bahaya yang mengancam nyawa ibu dan atau janinnya.
Perdarahan dapat keluar sedikit-sedikit tetapi terus menerus, lama-
lama ibu menderita anemia berat. Perdarahan dapat juga keluar
sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemas/ nadi kecil
dan tekanan darah menurun.
Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut yang termasuk
kriteria tanda bahaya adalah perdarahan yang banyak, berwarna
merah, dan kadang-kadang tetapi tidak selalu disertai dengan nyeri.
Assesmen yang mungkin adalah plasenta previa atau absruptio
plasenta.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta
yaitu plasenta previa dan abruptio plasenta. Plasenta previa adalah
keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh permukaan jalan lahir. Abruptio plasenta adalah suatu
keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari
perlekatannya sebelum janin lahir.
b. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilan dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala ini bisa terjadi apabila ibu kurang istirahat, kecapean, atau
menderitan tekanan darah tinggi. Sakit kepala yang menunjukkan
suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap
dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit
kepala yang hebat tersebut ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Assesmen yang
mungkin adalah gejala preeklampsi
c. Pengelihatan kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat
berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah normal.
Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam
jiwa ibu adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan
kabur atau berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai
dengan sakit kepala yang hebat. Assesmen yang mungkin adalah
gejala dari preeklampsia.
Pada preeklampsia tampak pembengkakan pada retina,
penyempitan setempat atau menyeluruh apda satu atau beberapa
arteri, jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Retinopalatia
arterioskerotika menunjukkan penyakit vaskuler yang menahun.
Keadaan tersebut tak tampak pada pre eklampsia keculai bila
terjadi atas dasar hipertensi menahun atau penyakit ginjal. Spasmus
arteri retina yang nyata menunjukkan adanya preeklampsia
walaupun demikian vasospasmus ringan tidak selalu menunnjukkan
pre eklampsia ringan.
Pada preeklamsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini
disertai dengan buta sekonyong-konyong. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk
pengakhiran kehamilan segera. Biasanya setelah persalinan
berakhir, retina melekat kembali dalam 2 hari sampai 2 bulan.
Gangguan penglihatan secara tetap jarang ditemukan.
d. Bengkak di wajah dan jari tangan
Edema (bengkak) adalah penimbunan cairan secara umum dan
berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dan
dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, hari tangan,
dan muka.
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah yang serius jika
muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat,
dan disertai dengan keluhan fisik lain. Asessmen yang mungkin
adalah gejala dari anemia, gagal jantung, atau preeklampsia.
e. Keluar cairan pervaginam
Pecahnya selaput janin dalam kehamilan merupakan tanda
bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung
pada janin. Pecahnya selaput ketuban juga dapat diikuti dengan
keluarnya bagian kacil janin seperti tali pusat, tangan, atau kaki.
Oleh karena itu bila saat hamil ditemukan ada pengeluaran cairan
apalagi bila belum cukup bulan harus segera datang ke rumah sakit
dengan fasilitas memadai.
f. Gerakan janin tidak terasa
Ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau
ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal.
Jika janin tidur gerakannya akan melemah. Janin harus bergerak
paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam, gerakan janin akan lebih
mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu
makan dan minum dengan baik. Yang termasuk tanda bahaya
adalah bila gerakan janin mulai berkurang bahkan tidak ada sama
sekali. Assesmen yang mungkin adalah kematian janin dalam
rahim.
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin
setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan.
Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1 % kehamilan.
Penyebab yang berakitan antara lain komplikasi plasenta dan tali
pusat, penyakit hipertensi, komplikasi medis, anomali
bawaan,infeksi dalam rahim dan lain-lain.
Kematian janin harus dicurigai bila ibu hamil mengeluh tidak
terasa gerakan janin, perut terasa mengecil, dan payudara mengecil.
Selain itu dari hasil pemeriksaan DJJ tidak terdengar sementara uji
kehamilan masih tetap positif karena plasenta dapat terus
menghasilkan hCG.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan kematian janin
dalam rahim yaitu janin mati terlalu lama dalam menimbulkan
gangguan pada ibu. Bahaya yang terjadi berupa gangguan
pembekuan darah, disebabkan oleh zat-zat berasal dari jaringan
mati yang masuk ke dalam darah ibu.
g. Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut yang hebat termasuk dalam tanda bahaya dalam
kehamilan. Apabila perut ibu terasa sangat nyeri secara tiba-tiba
bahkan jika disentuh sedikit saja dan terasa sangat keras seperti
papan serta disertai perdarahan pervaginam. Ini menandakan
terjadinya solusio placenta
Nyeri perut yang hebat normal terjadi pada akhir kehamilan
akibat dari kontraksi dari rahim ibu yang akan mengeluarkan isi
dalam kandungan atau bayi. Jadi harus dapat dibedakan apakah
nyeri perut tersebut disebabkan karena ibu kan melahirkan atau
terjadi abrupsio plasenta
Tanda-tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas
pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur,
interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, makin
beraktivitas (jalan) makin bertambah.
2. Pengaluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Pembukaan
menyebabkan lendir darah yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) PERSALINAN
Hari/Tanggal : 27 April 2019
Waktu : Pukul 01.00 WIB
Pokok Pembahasan : Tentang persiapan persalinan, dan proses persalinan
Sub Pokok Pembahasan : Menjelaskan kepada ibu tentang persiapan persalinan
dan proses persalinan
Sasaran : Ny. R
Tempat : PMB Ny. Siti Rohmani SST
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan
mengerti tentang persiapan persalinan dan proses persalinan
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Persiaapan Persalinan
2. Proses persalinan
III. Media
Buku KIA
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran
Pembukaan 5
menit
- Memberikan salam,
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Menjawab salam
- Memperdengarkan
dan memperhatikan
Inti 10 menit - Menjelaskan Tentang
Persiapan persalinan
dan proses persalinan
- Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 5 menit - Meminta kepada ibu
untuk menjelaskan
kembali tentang
persiapan persalinan
dan proses persalinan
- Member salam
penutup
- Menjawab salam
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) MASA NIFAS 15 JAM POST PARTUM
Hari/Tanggal : 27 April 2019
Waktu : Pukul 21.00 WIB
Pokok Pembahasan : Tentang kebutuhan nutrisi, personal hygiene, seksual.
Pemberian vitamin A. Tanda bahaya masa nifas.
Kunjungan ulang.
Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi
personal hygiene, seksual. Menjelaskan pemberian
vitamin A. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas.
Menjelaskan kunjungan ulang
Sasaran : Ny. R
Tempat : PMB Ny. Siti Rohmani SST
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan
mengerti :tentang kebutuhan nutrisi, personal hygiene, seksual. Pemberian
vitamin A. Tanda bahaya masa nifas. Kunjungan ulang.
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. kebutuhan nutrisi, personal hygiene, seksual.
2. pemberian vitamin A
3. tanda bahaya masa nifas
4. Kunjungan ulang.
III. Media
1. Buku KIA
2. Leaflet
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran
Pembukaan 5 menit
- Memberikan salam,
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Menjawab salam
- Memperdengarkan
dan
memperhatikan
Inti 15 menit - tentang kebutuhan
nutrisi, personal
hygiene, seksual.
Pemberian vitamin A.
Tanda bahaya masa
nifas. Kunjungan
ulang.
- Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 10 menit - tentang kebutuhan
nutrisi, personal
hygiene, seksual.
Pemberian vitamin A.
Tanda bahaya masa
nifas. Kunjungan
ulang..
- Member salam
penutup
- Menjawab salam
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) MASA NIFAS 4 HARI
Hari/Tanggal : 01 Mei 2019
Waktu : Pukul 07.00 WIB
Pokok Pembahasan : Tentang tanda bahaya ibu nifas. Asi ekslusif.
Nutrisi dan eliminasi. Kunjungan ulang
Sub Pokok Pembahasan : Mengevaluasi Tentang tanda bahaya ibu nifas.
Menganjurkan memberikan Asi ekslusif.
Mengevaluasi Nutrisi dan eliminasi. Kunjungan
ulang
Sasaran : Ny. R
Tempat : Rumah Ny. R
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan
mengerti tentang, Tentang tanda bahaya ibu nifas. Asi ekslusif. Nutrisi dan
eliminasi. Kunjungan ulang
II. Tujuan Intruksi Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Tanda bahaya ibu nifas
2. Pentingnya ASI Eksklusif
3. Nutrisi dan eliminasi
III. Media
Leaflet dan Buku KIA
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran
Pembukaan 5 menit
- Memberikan salam,
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Menjawab
salam
- Memperdengark
an dan
memperhatikan
Inti 15 menit - Menjelaskan
Tentang tanda
bahaya ibu nifas.
Asi ekslusif. Nutrisi
dan eliminasi.
Kunjungan ulang
- Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 10 menit - Meminta kepada
ibu untuk
menjelaskan
kembali Tentang
tanda bahaya ibu
nifas. Asi ekslusif.
Nutrisi dan
- Menjawab
salam
eliminasi.
Kunjungan ulang
Membersalam
penutup
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) MASA NIFAS 29 HARI
Hari/Tanggal : 25 Mei 2019
Waktu : Pukul 16.00 WIB
Pokok Pembahasan : Tentang tanda bahaya ibu nifas. Asi ekslusif.
Nutrisi dan eliminasi. Kunjungan ulang
Sub Pokok Pembahasan : Mengevaluasi Tentang tanda bahaya ibu nifas.
Menganjurkan memberikan Asi ekslusif.
Mengevaluasi Nutrisi dan eliminasi. Kunjungan
ulang
Sasaran : Ny. R
Tempat : Rumah Ny. R
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapatmemahami
danmengerti tentang, Tentang tanda bahaya ibu nifas. Asi ekslusif. Nutrisi dan
eliminasi. Kunjungan ulang
II. Tujuan Instruksi Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Tanda bahaya ibu nifas
2. Pentingnya ASI Eksklusif
3. Nutrisi dan eliminasi
III. Media
Leaflet
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran
Pembukaan 5 menit
- Memberikan salam,
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Menjawab salam
- Memperdengarkan
dan memperhatikan
Inti 15 menit - Menjelaskan Tentang
tanda bahaya ibu nifas.
Asi ekslusif. Nutrisi
dan eliminasi.
Kunjungan ulang
- Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 10 menit - Meminta kepada ibu
untuk menjelaskan
kembali Tentang tanda
bahaya ibu nifas. Asi
ekslusif. Nutrisi dan
eliminasi. Kunjungan
ulang Membersalam
penutup
- Menjawab salam
v. Materi
Tanda bahaya masa nifas
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya
bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak
dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
Beberapa bahaya ibu nifas, meliputi :
1. Perdarahan pervaginam yang sangat luar biasa banyak atau tiba-tiba
bertambah banyak (lebih banyak dari perdarahan haid biasa atau bika
memerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam)
2. Pengeluaran per vaginam yang baunya menusuk
3. Rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah atau tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak enak
badan
7. Peyudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Rasa sakit, merah, nyeri tekan, dan/atau pembengkakan kaki
10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau
diri sendiri
11. Merasa sangat letih atau napas terengah-engah.
ASI EKSKLUSIF
Pemberian ASI sejak awal kepada bayi sangatlah penting, karena ASI
merupakan satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam
masa 6 bulan pertama kehidupannya. Memperoleh ASI secara ekslusif
merupakan hak setiap anak. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada
bayi sejak 0-6 bulan.
1. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif mempunyai banyak manfaat, baik bagi ibu
sebagai pemberi ASI maupun bagi bayi sebagai penerima ASI.
Manfaatnya antara lain:
a. Bagi Ibu
1) Mencegah perdarahan : ASI yang langsung diberikan beberapa saat
setelah bayi dapat merangsang timbulnya hormon oksitosin.
2) Murah : Pemberian ASI eksklusif sangat murah karena tidak
dibutuhkan dana sedikit pun.
3) Mudah dan praktis : ASI dapat diberikan kapan saja dan dimana saja
sesuai kebutuhan.
4) Ikatan batin menjadi kuat : Pemberian ASI dapat meningkatkan
timbulnya ikatan batin antara ibu dan bayi.
5) KB alamiah : Pemberian ASI secara terus menerus selama 6 bulan
dapat menunda terjadinya kehamilan berikutnya.
b. Bagi Bayi
1) Zat protektif : Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita
penyakit, karena adanya zat protektif dalam ASI.
2) Mengandung 100 jenis zat gizi : ASI mengandung sekitar kurang lebih
100 zat gizi, diantaranya : AA, DHA, Taurin, dan Spingomyelin yang
tidak terdapat dalam susu sapi. Zat-zat ini sangat bermanfaat bagi bayi
untuk pertumbuhan dan kecerdasan bayi.
3) Sesuai dengan pencernaan bayi : System pencernaan bayi belum
sempurna. Bayi belum mampu mencerna makanan lain selain ASI.
4) Menyebabkan pertumbuhan yang baik : Bayi yang mendapat ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, dan
mengurangi kemungkinan obesitas.
5) Mengurangi insiden maloklusi : Telah dibuktikan bahwa salah satu
penyeabab maloklusi rahang adalah kebiasaan yang mendorong
kedepan akibat menyusui dengan botol atau dot.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) NEONATUS 15 JAM
Hari/Tanggal : 27 April 2019
Waktu : Pukul 20.15 WIB
Pokok Pembahasan :Tentang personal hygiene, menjaga suhu tubuh bayi,
perawatan tali pusat, tanda bahaya pada bayi, cara
menyusui yang benar.
Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentang Personal hygiene
bayinya, mengajari ibu perawatan tali pusat,
menjelaskan pada ibu cara menjaga suhu tubuh bayi,
menjelaskan tanda bahaya pada bayi, mengajari ibu
cara menyusui yang benar
Sasaran : Ny. R
Tempat : PMB Ny. Siti Rohmani SST
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan
mengerti tentang : Tentang personal hygiene, menjaga suhu tubuh bayi,
perawatan tali pusat, tanda bahaya pada bayi, cara menyusui yang benar.
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Personal hygiene bayi
2. Perawata tali pusat
3. Menjaga suhu tubuh bayi
4. Tanda bahaya pada bayi
5. Cara menyusui yang benar
III. Media
Leaflet
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran
Pembukaan 5
menit
- Memberikan salam,
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Menjawab salam
- Memperdengarkan
dan memperhatikan
Inti 15 menit - Menjelaskan Tentang
personal hygene bayi,
cara menjaga suhu
tubuh bayi, perawatan
tali pusat, tanda
bahaya pada bayi,
cara menyusui yang
benar
- Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 10 menit - Meminta kepada ibu
untuk menjelaskan
kembali Tentang
personal hygene, cara
menjaga suhu tubuh
bayi, perawatan tali
pusat, tanda bahaya
pada bayi, cara
menyusui yang benar
- Member salam
penutup
- Menjawab salam
V. Materi
Perawatan Bayi Baru Lahir
1. Perawatan Tali Pusat
a. Tujuan perawatan tali pusat
1) Untuk mempercepat pelepasan tali pusat.
2) Untuk mencegah terjadinya infeksi.
b. Cara perawatan tali pusat
1) Tali pusat dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air bersih.
2) Setelah dibilas, tali pusat dikeringkan.
3) Tali pusat dibungkus dengan menggunakan kasa steril atau dibiarkan
terbuka dan mengering dengan sendirinya.
4) Jangan membubuhkan apapun disekitar tali pusat karena akan
mengakibatkan infeksi.
2. Memandikan Bayi
b. Basuh lembut wajah bayi dengan kapas yang dilembabkan dengan air
hangat lalu keringkan dengan lembut.
c. Basuh rambutnya dengan tangan anda dan gunakan sedikit shampo
bayi, pijat dengan lembut seluruh bagian kepala.
d. Buka pakainya, bersihkan pantatnya sebelum meletakannya kedalam
bak mandi.
e. Dengan kain penyeka, bersihkan bayi anda.
f. Biarkan bayi menikmati air mandi hangat untuk beberapa saat.
g. Keringkan badan bayi yang basah.
h. Pakaikan baju dan popok yang bersih.
3. Menjemur Bayi
Jemur bayi di bawah sinar matahari pagi selama 30 menit, jemur bayi
dalam keadaan telanjang.
4. Mencegah Hipotermi
Cegah hipotermi dengan mengganti popok dan menyelimuti bayi, badan
bayi harus dalam keadaan kering. Jangan memandikan bayi dengan air
dingin, dan tutupi kepala bayi dengan topi.
Tanda Bahaya Pada Bayi
Tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir :
1. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.
2. Kehangatan terlalu panas (>38°C atau terlalu dingin <36°C).
3. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.
4. Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk,
berdarah.infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanas).
Bau busuk, pernapasan sulit.
6. Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau
tua, ada lendir atau darah pada tinja.
7. Aktifitas: menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung,
lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa
tenang, menangis terus menerus.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) PERENCANAAN KB
Hari/Tanggal : 01 Mei 2019
Waktu : Pukul 07.00 WIB
Pokok Pembahasan :Tentang KB
Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentang KB pasca salin, macam-
macam KB pasca salin
Sasaran : Ny. R
Tempat : Rumah Ny. R
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan
mengerti tentang KB pasca salin, macam-macam KB pasca salin,
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Macam-macam KB pasca salin
2. Efek samping, keuntungan dan kerugian macam-macam KB pascasalin
III. Media
Leaflet
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran
Pembukaan 5
menit
- Memberikan salam,
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Menjawab salam
- Memperdengarkan
dan memperhatikan
Inti 15 menit - Menjelaskan Tentang
KB pasca salin,
macam- macam KB,
- Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 10 menit - Meminta kepada ibu
untuk menjelaskan
kembali Tentang KB
pasca salin, macam-
macam KB, serta
keuntugan dan
kerugian penggunaan
KB pascasalin
Member salam
penutup
- Menjawab salam
V. Materi
Keluarga Berencana
1. Pengertian
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
penjarangan kehamilan, atau salah satu usaha untuk membantu keluarga
termasuk individu merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik
sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
2. Manfaat Keluarga Berencana
a. Perbaikan kesehatan badan ibu
b. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anaak, beristirahat,
dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.
c. Perkembangan fisik, mental dan sosial anak lebih sempurna.
d. Perencanan kesempatan pendidikan yang lebih baik.
3. Macam-Macam Metode Kontrasepsi
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu
(ASI). MAL sebagai kontrasepsi bila:
1) Menyusui secara penuh
2) Belum haid
3) Umur bayi kurang dari 6 bulan
Cara kerja:
Penundaan/penekanan ovulasi.
Keuntungan kontrasepsi:
1) Efektivitas tinggi
2) Tidak mengganggu senggama
3) Tidak ada efek samping secara sistemik
4) Tidak perlu obat atau alat
5) Tanpa biaya
Keterbatasan:
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pasca persalinan.
2) Tidak melindungi terhadap IMS.
b. PIL.
Cocok untuk ibu menyusui, tidak menurunkan produksi ASI, dapat
digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
Efek samping: gangguan perdarahan (perdarahan bercak atau
perdarahan tidak teratur)
c. Suntik Progestin.
Sangat efektif dan aman. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam
usia reprroduksi. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.
Cocok untuk masa menyusui, karena tidak menekan produksi ASI.
d. Kontrasepsi IMPLAN
Efektif selama 5 tahun, untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena,
Indoplant, dan Implanon. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam
usia reproduksi. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
Kesuburan segera kembali setelah implant di cabut. Aman dipakai saat
laktasi.
e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
Sangat efektif, reversibel, dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih
lama dan lebih banyak. Pemasangan dan pencabutan memerlukan
pelatihan. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi. Tidak
boleh dipakai oleh wanita yang terpapar Infeksi Menular Seksual. Ada
beberapa jenis : CuT-380A, NOVA-T, Lípez Loops.
Cara Kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.
2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu atau membuat sperma sulit
masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurang
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Keuntungan :
1) Efektifitas tinggi ( 0,6-0,8 kehamilan/ 100 wanita dalam 1 tahun
pertama, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan ).
2) Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti).
3) Tidak mempengaruhi hububungan seksual, dan meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
4) Tidak mempengaruhi kualitas dan produksi ASI.
5) Dapat dipasang segera setelah melahirkan dan sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
6) Dapat digunakan sampai menoupouse (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
7) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
Kerugian:
1) Efek samping yang umum terjadi : perubahan siklus haid (umumnya
pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih
lama dan banyak, perdarahan spooting antar menstruasi, saat haid
lebih sakit.
2) Komplikasi lain : merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah
pemasangan perforasi dinding uterus, perdarahan berat pada waktu
haid yang memungkinkan penyebab anemia.
3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti-ganti pasangan.
Cara Pemakaian:
1) Setiap waktu dalam siklus haid, dan dipastikan klien tidak hamil.
2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3) Segera setelah melahirkan (4 minggu pasca persalinan) dan setelah 6
bulan dengan metode MAL.
4) Setelah abortus (bila tidak ada gejala infeksi)
5) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
6) AKDR dipasang di dalam rahim.
7) Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu setelah pemasangan.
8) Selama bulan pertama pemakaian AKDR, periksa benang secara rutin
terutama setelah haid.
9) Segera kembali ke klinik apabila: tidak dapat meraba benang AKDR,
merasakan bagian yang keras dari AKDR, AKDR terlepas, siklus haid
terganggu atau meleset, terjadi pengeluaran cairan vagina yang
mencurugakan, adanya infeksi.
10) Setelah masa pemakaian habis, AKDR harus segera dilepas.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) PERENCANAAN KB
Hari/Tanggal : 01 Mei 2019
Waktu : Pukul 07.30 WIB
Pokok Pembahasan : Tentang KB
Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentang KB pasca salin, KB
IUD
Sasaran : Ny. R
Tempat : Rumah Ny. R
V. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan
mengerti tentang KB IUD, keuntungan dan kerugian KB IUD.
VI. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Apa itu KB IUD
2. Keuntungan dan Kerugian dari KB IUD
VII. Media
Leaflet
VIII. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran
Pembukaan 5
menit
- Memberikan salam,
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Menjawab salam
- Memperdengarkan
dan memperhatikan
Inti 10 menit - Menjelaskan Tentang
KB IUD
- Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 8 menit - Meminta kepada ibu
untuk menjelaskan
kembali Tentang KB
IUD,
Member salam
penutup
- Menjawab salam
V. Materi
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
Sangat efektif, reversibel, dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih
lama dan lebih banyak. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi. Tidak boleh dipakai
oleh wanita yang terpapar Infeksi Menular Seksual. Ada beberapa jenis :
CuT-380A, NOVA-T, Lípez Loops.
Cara Kerja:
5) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.
6) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
7) Mencegah sperma dan ovum bertemu atau membuat sperma sulit masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurang kemampuan sperma untuk
fertilisasi.
8) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Keuntungan :
8) Efektifitas tinggi (0,6-0,8 kehamilan/ 100 wanita dalam 1 tahun pertama, 1
kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
9) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti).
10) Tidak mempengaruhi hububungan seksual, dan meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
11) Tidak mempengaruhi kualitas dan produksi ASI.
12) Dapat dipasang segera setelah melahirkan dan sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
13) Dapat digunakan sampai menoupouse (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
14) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
Kerugian:
5) Efek samping yang umum terjadi : perubahan siklus haid (umumnya pada 3
bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan spooting antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
6) Komplikasi lain : merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah
pemasangan perforasi dinding uterus, perdarahan berat pada waktu haid
yang memungkinkan penyebab anemia.
7) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
8) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti-ganti pasangan.
Cara Pemakaian:
11) Setiap waktu dalam siklus haid, dan dipastikan klien tidak hamil.
12) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
13) Segera setelah melahirkan (4 minggu pasca persalinan) dan setelah 6 bulan
dengan metode MAL.
14) Setelah abortus (bila tidak ada gejala infeksi).
15) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
16) AKDR dipasang di dalam rahim.
17) Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu setelah pemasangan.
18) Selama bulan pertama pemakaian AKDR, periksa benang secara rutin
terutama setelah haid.
19) Segera kembali ke klinik apabila: tidak dapat meraba benang AKDR,
merasakan bagian yang keras dari AKDR, AKDR terlepas, siklus haid
terganggu atau meleset, terjadi pengeluaran cairan vagina yang
mencurugakan, adanya infeksi.
20) Setelah masa pemakaian habis, AKDR harus segera dilepas.