siadh

Upload: geum-efronzz-tu-yunalabelle

Post on 03-Mar-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ye

TRANSCRIPT

KONSEP ASUHAN KEPERAWATANSIADH (Syndrome of Inapropiate Secretion of Anti Diuretic Hormon)

Dosen Pembimbing: Ns.Virgianti N F.S.Kep, M.Kep1. Agustin tri lestari2. Azhar basyir 3. Dyah Ratna4. Imam syahroni5. Layliyatur Rahma6. M.suradi7. Mulyatul islmi8. Nungky wahyu ramadhany9. Nuris Miftakhur R10. Oktadio Trisna A11. Satya widyawati P 12. Syaroful ummah 13. Wiwik indarwati 14. Yulis suhartini

S1 KEPERAWATANSTIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2014

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah SWT Tuhan semesta alam, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali dia, kita memuji syukur padanya atas segala nikmat dan rahmatnya, kita memohon pertolongan dan ampunannya, kita berlindung kepadanya dari keburukan amal perbuatan kita..Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas sistem Reproduksi I, secara kelompok dengan tema Konsep Asuhan Keperawatan SIADH Dengan makalah ini, kami ingin menggali informasi yang sejelas jelasnya.Dalam pembuatan makalah ini, tentunya kami tidak luput dari bantuan orang orang yang telah berjasa dan bekerja keras dalam menyiapkan bahan bahan sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada:1. Drs.H.Budi Utomo, Amd,Kep,M.Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.1. Arifal Aris S.Kep, Ns, MMkes, selaku Kaprodi S-1 Keperawatan1. Virgianti NF , S.Kep. Nsselaku dosen pembimbing system endokrin 1. Teman teman , terutama teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.Kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, oleh sebab itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita bersama.Lamongan september 2014

Penyusun

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISIiiiBAB I : PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 11.3 Tujuan Penulisan 2BAB II : TINJAUAN TEORI2.1 Definisi SIADH 5 2.2 Etiologi 172.3 Manifestasi Klinis 92.4 Patofisiologi 142.5 Pathway2.6 Penatalaksanaan Medis 182.7 komplikasi 192.8 prognosis BAB III : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian 233.2 Diagnosa Keperawatan 283.3 Perencanaan 31

BAB IV: PENUTUP4.1 Kesimpulan 394.2 Saran 39DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangImbang cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air via rangsang haus dan pengeluarannya via urin, secara hormonal hal ini diatur oleh arginin vasopresin (AVP) yang dikenal pula sebagai hormon anti diuretik. SIADH adalah sindrom yang mekanismenya berlawanan dengan hal tsb, karena gagalnya keluaran air bebas via urin, kepekatan urin terganggu, hiponatremia, hipoosmalalitas dan natriuresis. Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar penyakit yang jarang, survey NIH , AS) yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya hanya berefek pada kurang dari 200.000 penduduk AS. Walau jarang pada pasien dewasa, pada anak sering menyertai kondisi pasien dengan hipotonik normovolemia dan hiponatremia. Angka insiden yang pasti sulit diketahui, karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis. Pada kondisi lain berhubungan dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru atau sistem syaraf. Kumpulan tanda klinis awal (Cardinal) ditemukan oleh Bartter dan Scwhartz.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi dari SIADH ?2. Apa Etiologi dari SIADH ?3. Apa patofisiologidari SIADH?4. Apa manifestasi dari SIADH ?5. Apa pathway dar SIADH ?6. Apa pemeriksaan diagnostik dari SIADH ?7. Apa penatalaksanaan dari SIADH ?8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien SIADH?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum1. Untuk mengetahui konsep dasar SIADH2. Untuk mengetahuii asuhan keperawatan pada klien dengan SAIDH

1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui pengertian SIADH2. Untuk mengetahui Etiologi SIADH3. Untuk mengetahui Patofisiologi SIADH4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis SIADH5. Untuk mengetahui Pathway SIADH6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dengan SIADH7. Untuk penatalaksanan pada klien dengan SIADH8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan SIADH

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 DefinisiSIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik atau yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter syndrome. SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal dari hipofisis posterior. (Barbara K.Timby, 2000)SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin,2001)SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan Matassarin Jacob, 1993)

2.2 EtiologiSIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan hipotalamus (bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam memproduksi hormone). a. Vasopressin (ADH) yang berlebihan.b. Peningkatan tekanan intracranial akibat proses infeksi maupun trauma pada otak.c. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin, dan ocytocin)d. Tumor pituitarye. Cidera Kepala

Faktor Pencetus :1. Trauma Kepala2. Meningitis.3. Ensefalitis.4. Neoplasma.5. Cedera Serebrovaskuler6. Pembedahan.7. Penyakit Endokrin.

2.3 Patofisiologi Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresiPengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi delusional.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi pekat.Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal.Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi yang bertanggung jawab akan SIADH , yaitu:1. Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini disebabkan oleh kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom guillain Barre. Pasien yang mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik hipofisis , yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan . bermacam-macam obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH . obat-obat tersebut termasuk nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen kalium, diuretic tiazid , obat-obat hipoglikemia, asetominofen , isoproterenol dan empat anti neoplastic : sisplatin, siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.2.4 MANIFESTASI KLINIS Gejala yang sering muncul adalah:1. Hiponatremi (penurunan kadar natrium )2. Mual, muntah, anorexia, diare3. Takhipnea4. Retensi air yang berlebihan5. Letargi6. Penurunan kesadaran sanpai koma.7. Osmolalitas urine melebihi osmolalitas plasma , menyebabkan produksi urine yang kurang terlarut.8. Ekskresi natrium melalui urine yangberkelanjutan9. Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselularMenurut Sylvia ( 2005). Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia . perlu dilakukan pemeriksaan tingkat osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium, Kalium, Cl dan tes kapasitas pengisian cairan:1. Na serum >125 mEq/L.a. Anoreksia.b. Gangguan penyerapan.c. Kram otot.2. Na serum = 115 120 mEq/L.a. Sakit kepala, perubahan kepribadian.b. Kelemahan dan letargia.c. Mual dan muntah.d. Kram abdomen.3. Na serum < 1115 mEq/L.a. Kejang dan koma.b. Reflek tidak ada atau terbatas.c. Tanda babinski.d. Papiledema.e. Edema diatas sternum.

Reabsorpsi NAHiperosmolaritas urin Meningkatnya urin sodium Hiperosmolaritas urin Volume darah meningkat Aldosteron menurun Volume urin menurunCES menurunReabsorbsi air meningkatMeningkatnya permeabilitas tubulus renalPeningkatan ADH2.5 PATHWAY

Inhibisi ADH tidak terkontrol Osmolalitas menurun Gangguan proses fikir Saizure disorientasi confusion Iritabilitas Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Mual muntah Intoksikasi air

Hiponatremi

Osmolalitas menurun

Gangguan keseimbangan cairan lebih dari normal

2.6 PENATALKASANAAN Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi klinis SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada peningkatan intake cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien dengan gejala neurologis akibat hiponatremi Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:1.Pengobatan penyakit yang mendasaripengobatan yang ditunjukkan untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut.2.Mengurangi retensi cairan yang berlebihan. Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.3.Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan emosional.

Rencana non farmakologi1. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)2. Pembatasan sodiumRencana farmakologi1. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah2. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin3. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun4. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3 % secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif.Pengobatan khusus prosedur pembedahanPengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.

Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :1. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan untuk membantu pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan(menghemat cairan untuk situasi social dan rekreasi).2. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara kontinyu.3. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.4. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia segera lapor dokter.5. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek samping.6. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.7. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka terapi untuk menghilangkan tumor tersebut.

2.7 KOMPLIKASI a. Overload cairan dengan tipe hipotonikb. Penurunan Osmolaritas (plasma)c. Hipokalemiad. Hipomagnesemiae. Gejala-gejala neurologis, seperti nyeri kepala, kejang otot , sampai dengan koma.f. Hipourikemia2.8 PROGNOSISKecepatan dan durasi respon sangat bergantung pada penyebabnya . SIADH biasanya berkurang dengan regresi tumor , tetapi dapat menetap walaupun tumor primer telah terkontrol . gangguan neurologis akibat intoksikasi air biasanya bersifat reversibel dan tidak memerlukan rehabilitas jangka panjang.SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat dan ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat ringannya angka mortalitas dan morbiditas pasien.

Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x lipat (25%) bila pasien konsentrasi serum Na < 120 mmol/L dibanding pasien degan hiponatremia ringan Angka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan drastis serum Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien anak angka mortalitas hanya 8%. Bayi dalam kandungan akan merespon edema yang terjadi diotak dengan lebih baik, karena lebih luasnya volum kranium. Hiponatremi paskaoperasi bisa menyebabkan angka mortalitas dan mormeningkat pada kedua jenis kelamin, karena tidak adekuatnya adaptasi otak dengan volum luas dan lambatnya berobat.

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan1. Pengkajian 1. IdentitasNama, alamat, pekerjaan, umur(anak-anak usia 3-10tahun),pendidikan, jenis kelamin, No. MRS.2. Riwayat Kesehatana. Keluhan UtamaKlien biasanya mengeluh badan terasa lemah,demam dan sakit kepala.b. Riwayat penyakit sekarangHarus ditanya dengan jelas mengenai gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan keluhan kejang.c. Riwayat penyakit dahulu.Ada tidaknya penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,serta riwayat radiasi pada kepalad. Riwayat penyakit keluarga.Riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit keturunan.

3. Pemeriksaan FisikB1 (Breathing) : biasanya pada penderita SIADH terdapat TakhipneaB2 (Blood) : Inspeksi : Distensi vena jugularis. Auskultasi : Takikardia.B3 ( Brain ) :a. Kekacauan mental.b. Kejang.c. Sakit kepalad. Confusion e. Disorientasif. SeizureB4 ( Bladder )a. Penurunan volume urineb. Penurunan frekuensi berkemihB5 ( Bowel )a. Mobilitas gastrointestinal menurun (Anorexia).b. Mual dan muntahc. Peningkatan berat badan secara tiba-tiba (tanpa oedema) sekitar 5-10 %.B6 ( Bone )a. Kelemahan b. Letargic. Perkusi : Penurunan refleks tendon dalamd. Twiching pada ototPemeriksaan Diagnostika. Natrium serum menurun 20 M Eq/L menandakan SIADH.c. Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan Kalium sedikit. d. Klorida/bikarbonat serum : mungkin menurune. Osmolalitas, umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggif. Berat jenis urin : meningkat (> 1,020) bila ada SIADH.g. Prosedur khusus : tes fungsi ginjal adrenal, dan tiroid normal.

2. Diagnosa Keperawatan1. Ketidakseimbangan cairan : lebih dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan sekresi ADH.2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan absorbsi nutrisi dan natrium.3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na

4. Perencanaan No DXTujuan dan KHIntervensiRasionalTTD

1.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan sekresi ADH kembali normal dengan kriteri hasil :-Volume cairan dan elektrolit dapat kembali dalam batas normal.-klien dapat mempertahankan berat badan dan volume urin 800 2000 ml/hari-Input sama dengan output

1. Pantau masukan dan haluaran cairan dan tanda tanda kelebihan cairan setiap 1 2 jam.2. Pantau elektrolit atau osmolalitas serum resiko gangguan signifikan bila serum Na kurang dari 125 mEq/L.3. Batasi masukan cairan.4. Monitor TTV

1. Catatan masukan dan haluaran membantu mendeteksi tanda dini ketidakseimbangan cairan.2. Untuk mengetahui keadaan natrium serum3. Mencegah intoksikasi air.4. Tanda-tanda vital menjadi indikasi dari kondisi klien.

2.setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, masalah gangguan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil :- Barat badan kembali normal-Bebas dari tanda mal nutrisi.1. Timbang berat badan setiap hari.2. Buat pilihan menu yang ada dan ijinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.3. Kolaborasi, Berikan cairan IV hiperalimentasi dan lemak sesuai indikasi1. Memberikan informasi tentang keadaan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi.2. Untuk membuat klien meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk dimakan.3. Memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi sampai masukan oral dapat dimulai.

3.setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tingkat kesadaran dapat kembali normal.kriteria hasil :-Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.-Pasien bisa meningkatkan konsentrasinya-Orientasi pasien kembali normal.

1. Pantau tentang kebingungan, dan catat tingkat anxietas pasien2. Batasi aktivitas pasien dalam batas-batas wajar untuk mengumpulkan energi.3. Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif, argumentasi, dan konfrontasi.4. Ajarkan untuk melakukan teknik relaksasi.5. Pertahankan harapan realitas dari kemampuan pasien untuk mengontrol tingkah lakunya sendiri, memahami, dan mengingat informasi1.Rentang perhatian untuk berkonsentrasi mungkin memendek secara tajam yang berpotensi terhadap terjadinya ansietas yang mempengaruhi prose pikir pasien2.Tingkah laku yang sesuai tidak akan memerlukan energi yang banyak dan mungkin bermanfaat dalam proses belajar struktur internal.3.Menurunkan resiko terjadinya respon penolakan atau pertengkaran.4.Dapat membantu memfokuskan kembali perhatian klien dan untuk menurunkan ansietaspada tingkat yang dapat ditanggulangi.5.Penting untuk mmepertahankan harapan dari kemampuan untuk mempertahankan harapan,dan meningkatkan aktivitas rehabilitasi konti

DAFTAR PUSTAKA