sgu rippda lp

45
KATA PENGANTAR aporan ini merupakan rencana kerja konsultan dalam rangka penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Sanggau yang diajukan kepada Tim Teknis dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau. L Inti bahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membangun presepsi yang sama antara konsultan dan pemberi tugas mengenai seluruh substansi pekerjaan antara lain mengenai persiapan perencanaan dan rencana kerja yang akan dilaksanakan, dilengkapi dengan pemahaman awal terhadap potensi dan permasalahan pariwisata Kabupaten Sanggau serta pengertian dasar pekerjaan. Secara sistematis, pada bagian awal dijelaskan mengenai latar belakang, visi dan misi pengembangan pariwisata daerah, pengertian, tujuan dan ruang lingkup pekerjaan. Pada bab- bab selanjutnya dipaparkan metodologi dan rencana kerja penyusunan RIPPDA Sanggau. Dengan laporan ini kami berharap pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak lansung dalam proses pengembangan sektopr pariwisata di Kabupaten Sanggau dapat memahami semua konsep pemikiran kami dalam upaya membangun Kabupaten Sanggau di masa depan. Dan akhirnya kamipun sangat berharap semua pihak memberi bantuan dan dukungan seperlunya di tahap-tahap berikutnya. Terima kasih. RIPPDA KABUPATEN SANGGAU laporan pendahuluan- i

Upload: agus-parthama

Post on 03-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabuaten Sanggau

TRANSCRIPT

Page 1: Sgu Rippda Lp

KATA PENGANTAR

aporan ini merupakan rencana kerja konsultan dalam rangka penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten

Sanggau yang diajukan kepada Tim Teknis dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau.

LInti bahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membangun presepsi yang sama antara konsultan dan pemberi tugas mengenai seluruh substansi pekerjaan antara lain mengenai persiapan perencanaan dan rencana kerja yang akan dilaksanakan, dilengkapi dengan pemahaman awal terhadap potensi dan permasalahan pariwisata Kabupaten Sanggau serta pengertian dasar pekerjaan. Secara sistematis, pada bagian awal dijelaskan mengenai latar belakang, visi dan misi pengembangan pariwisata daerah, pengertian, tujuan dan ruang lingkup pekerjaan. Pada bab-bab selanjutnya dipaparkan metodologi dan rencana kerja penyusunan RIPPDA Sanggau.

Dengan laporan ini kami berharap pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak lansung dalam proses pengembangan sektopr pariwisata di Kabupaten Sanggau dapat memahami semua konsep pemikiran kami dalam upaya membangun Kabupaten Sanggau di masa depan. Dan akhirnya kamipun sangat berharap semua pihak memberi bantuan dan dukungan seperlunya di tahap-tahap berikutnya.

Terima kasih.

Pontianak, Nopember 2002

PT. ROMA RENTA

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU laporan pendahuluan- i

Page 2: Sgu Rippda Lp

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................ii

1. PENDAHULUAN..............................................................11.1 LATAR BELAKANG..............................................................11.2 PENGERTIAN DASAR DAN TUJUAN......................................31.3 LINGKUP PERENCANAAN...................................................4

1.3.1 Lingkup Wilayah Perencanaan.................................41.3.2 Lingkup Materi Perencanaan....................................4

2. GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN...................72.1 KONDISI FISIK KABUPATEN SANGGAU................................7

2.1.1 Geografis................................................................72.1.2 Iklim Dan Hidrologi................................................112.1.3 Geologi dan Jenis Tanah.........................................122.1.4 Potensi Pengembangan Kawasan Wisata...............13

2.2 PEREKONOMIAN KABUPATEN SANGGAU...........................142.2.1 Pertumbuhan Dan Struktur Ekonomi Kabupaten

Sanggau................................................................142.2.2 Pariwisata Dalam Perekonomian Kabupaten Sanggau16

2.3 SOSIAL............................................................................162.4 SARANA DAN PRASARANA...............................................18

2.4.1 Transportasi...........................................................182.4.2 Akomodasi............................................................192.4.3 Utilitas..................................................................19

2.5 KELEMBAGAAN................................................................203. METODOLOGI PERENCANAAN.......................................21

3.1 TAHAP I : SURVEY DAN ANALISIS......................................223.1.1 Survey Fisik : Pengenalan Terhadap Kondisi Existing

Dan Potensi Sumber Daya.....................................243.1.2 Survey Dan Analisis Pasar Wisata..........................253.1.3 Survey Dan Analisis Kabijaksanaan Pemerintah

Daerah..................................................................263.2 TAHAP II : KEBIJAKSANAAN DAN PRIORITAS ARUS WISATA273.3 TAHAP III : PENYUSUNAN RENCANA FISIK (MASTER PLAN)

PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KAWASAN WISATA...........283.4 TAHAP IV : REKOMENDASI PENANGANAN

PENANGGULANGAN DAMPAK...........................................284. RENCANA KERJA..........................................................29

4.1 JADWAL PENYELESAIAN PEKERJAAN.................................294.2 Sistem Pelaporan............................................................30

4.2.1 Pelaporan..............................................................304.2.2 Teknik Penyajian Laporan......................................32

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU laporan pendahuluan- ii

Page 3: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA iii

4.3 ORGANISASI PELAKSANAAN PROYEK...............................32

RIPPDA Kabupaten Sanggau LAPORAN PENDAHULUAN

Page 4: Sgu Rippda Lp

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam dua dekade terakhir, sektor pariwisata telah berkembang menjadi sektor ekonomi terbesar di dunia saat ini. Pengembangan sektor pariwisata telah disadari sebagai usaha yang sangat strategis untuk memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sektor pariwisata telah terbukti mampu berperan penting dalam perekonomian beberapa negara yang memiliki obyek-obyek wisata unik dan menarik minat para wisatawan dunia.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi (TI) telah mampu meningkatkan intensitas interaksi kegiatan ekonomi, dan peningkatan intensitas kegiatan ekonomi telah pula meningkatkan pergerakan manusia bukan saja yang terlibat langsung dalam kegiatan bisnis tetapi juga pada mereka yang melakukan perjalanan non bisnis akibat kemampuan finansial yang meningkat. Meningkatnya volume kegiatan serta peningkatan kesejahteraan, meningkatkan kebutuhan akan pelayanan rekreasi serta pelayanan-pelayanan lain yang dapat memberikan rasa senang sehingga tekanan-takanan yang timbul sebagai akibat dari kegiatan rutin sehari-hari dapat dikendurkan. Sementara disisi lain, pesatnya perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi semakin memudahkan pencapaian obyek-obyek wisata yang sebelumnya dirasakan jauh dan sulit dicapai. Dengan demikian, secara cepat, pariwisata telah berubah dari barang mewah menjadi suatu kebutuhan, bukan lagi milik sekelompok kecil orang tetapi telah menjadi sesuatu yang diterima dan dibutuhkan oleh sebagian masyarakat dunia.

Indonesia, sebagai salah satu negara yang memiliki keunggulan-keunggulan alam tropis, kekayaan seni dan budaya yang sangat majemuk, serta posisi geografis yang sangat strategis telah pula menyadari besarnya peranan sektor pariwista ini. Bahkan dalam ketetapan MPR. No. II tahun 1993 yang salah satu bab tentang ekonomi menyebutkan, bahwa pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakan kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, dan pendapatan negara, serta penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan Indonesia. Namun pada bagian selanjutnya juga diingatkan bahwa pembangunan kepariwisataan harus dijaga tetap terpeliharanya kepribadian bangsa serta kelestarian

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU laporan pendahuluan- 1

Page 5: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 2

fungsi dan mutu lingkungan hidup. Tap. MPR yang memuat tentang pembangunan sektor kepariwisataan ini telah ada semenjak tahun 1983 dan ditegaskan kembali setiap lima tahun sesuai dengan dikeluarkannya ketetapan tersebut.

Arah dan kebijaksanaan pembangunan sektor pariwisata diatur pula pada tingkat undang-undang yaitu UU No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan. Tujuan dari undang-undang ini adalah, pertama memperkenalkan, mendayagunakan, melestariakan, dan meningkatkan persahabatan antar bangsa; kedua, memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa; ketiga, memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; keempat, meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Keseriusan pemerintah untuk mengembangkan industri pariwisata nampak semakin nyata dari usaha-usaha yang telah dilakukan selama ini. Kemudahan memperoleh visa, pembukaan pintu gerbang internasional, peningkatan pelayanan ditempat-tempat masuk untuk urusan bea cukai dan imigrasi serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan promosi pariwisata merupakan rangkaian usaha untuk menjadikan industri pariwisata sebagai salah satu komoditi alternatif untuk menambah devisa negara.

Di tingkat Propinsi Kalimantan Barat, pengembangan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi dicerminkan oleh adanya berbagai kebijaksanaan pemerintah daerah yang memacu pada Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Program Pembangunan Daerah. Sasaran pembanguan pariwisata Kalimantan Barat adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, baik manca negara maupun nusantara sehingga dapat membua lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang semakin luas bagi masyarakat Kalimantan Barat. Pada akhir 2014 nanti jumlah kunjungan wisatawan manca negara ditargetkan mencapai 495.123 orang dengan tingkat pengeluaran yang semakin besar. Dalam kurun waktu Tahun 2000-2005 ini sasaran yang ingin dicapai adalah pertumbuhan kunjungan wisman rata-rata 16,94% per tahun sehingga pada akhir 2005 diharapkan kunjungan wisman ini mencapai 127.197 orang dengan rata-rata lama tinggal mencapai 6-8 hari serta dengan pengeluaran sekitar US$ 75 pariwisatawan perhari.

Untuk menindaklanjuti kebijaksanaan tersebut, pada tahun anggaran 1995-1996 pemerintah propinsi melalui Dinas Pariwisata Propinsi Kalimantan Barat telah menyusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kalimantan Barat. Tujuan dari penyusunan rencana ini adalah untuk memberikan pedoman/arahan bagi pengembangan pariwisata di Propinsi Kalimantan Barat baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga mampu mengembangkan dan

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 6: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 3

mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan Kalimantan Barat sebagai kegiatan ekonomi yang andal untuk memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah serta memperkenalkan alam dan nilai budaya daerah.

Pemerintah Kabupaten Sanggau melalui pola dasar pembangunan daerah Kabupaten Sanggau telah menetapkan kebijaksanaan prioritas pembangunan dimana salah satunya adalah program peningkatan dan pengembangan transportasi dalam rangka membuka isolasi daerah, menggali potensi daerah, mendorong pengembangan pemasaran, pembinaan keamanan dan stabilitas daerah serta pengembangan kepariwisataan.

Lebih khusus lagi, dalam Rencana Strategis, pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi SEKTOR ANDALAN yang mampu menggalakkan kegiatan sektor lainnya yang terkait melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan daerah. Arah pengembangan ini diharapkan didukung pula dengan pengembangan fasilitas/sarana dan prasarana, peningkatan promosi pariwisata, penataan kawasan-kawasan wisata serta peningkatan daya dukung sumberdaya manusia baik melalui pendidikan formal kepariwisataan, penyuluhan, pembinaan sarta peningkatan partisipasi masyarakat dibidang pengemangan seni, budaya dan kerajinan rakyat.

Semua ini mencerminkan betapa pemerintah daerah berkeinginan besar untuk mengembangkan sektor pariwisata menjadi sektor ekonomi yang berperan besar dalam pertumbuhan perekonomian daerah. Akan tetapi, keinginan besar pemerintah daerah ini belum mendapat sambutan dari pihak investor. Rendahnya minat investor ini banyak disebabkan oleh belum diketahuinya secara jelas seberapa besar potensi pariwisata yang dimiliki Kabupaten Sanggau dan sejauh mana dukungan pemerintah secara nyata terhadap pengembangan pariwisata.

Untuk itulah, pemerintah daerah Kabupatan Sanggau melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau, merasa perlu untuk menyusun suatu rencana pengembangan pariwisata daerah yang dapat dijadikan pedoman sekaligus acuan baik bagi pemerintah sendiri maupun pihak investor dan masyarakat luas dalam mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten Sanggau. Ini merupakan langkah awal yang sangat penting untuk penentuan langkah-langkah lanjutan yang lebih operasional.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 7: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 4

1.2 PENGERTIAN DASAR DAN TUJUAN

Pariwisata sendiri mempunyai pengertian suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang di kunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Sedangkan rencana pengembangan, pengertiannya adalah suatu penetapan mengenai arah, tujuan, serta langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pembangunan sektor (pariwisata) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Rencana Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Sanggau merupakan rencana induk (masterplan) yang mengatur arah, tujuan, kebijaksanaan, prioritas dan indikasi program pembangunan pariwisata di wilayah Kabupaten Sanggau baik dalam waktu jangka panjang (25 tahun) maupun jangka pendek sampai menengah (1-5 tahun).

Tujuan dari penyusunan RIPPDA Kabupaten Sanggau ini adalah memberikan suatu arahan/pedoman pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Sanggau sehingga dengan arahan dan pedoman tersebut pemerintah, swasta maupun masyarakat luas memiliki kesamaan pandangan (wawasan) dan kesamaan langkah serta mampu mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi pariwisata daerah secara optimal, terarah, efektif dan efisien namun tetap meperhatikan prinsip pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup dan budaya daerah. Dengan demikian di harapkan pariwisata menjadi sektor yang andal untuk mengembangkan perekonomian daerah melalui peningkatan penerimaan devisa, perluasan kesempatan dan lapangan kerja serta mampu memperkenalkan alam, nilai seni dan budaya daerah.

1.3 LINGKUP PERENCANAAN

1.3.1 Lingkup Wilayah Perencanaan

Wilayah perencanaan secara konkrit meliputi seluruh wilayah administratif Kabupaten Sanggau yang meliputi 22 kecamatan dengan luas total 1.830.200 Ha (lihat gambar 1) dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Sarawak (Malaysia Timur) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ketapang

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 8: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 5

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Landak.

Akan tetapi dalam kegiatan analisis terutama dalam analisis pasar wisata dan kedudukan dan peran Kabupaten Sanggau dalam Konteks regionalnya, lingkup wilayah pengamatan dapat diperluas ke tingkat propinsi, regional, nasional bahkan internasional terutama wilayah Asia Pasifik.

1.3.2 Lingkup Materi Perencanaan

Pekerjaan penyusunan RIPPDA ini dilakukan dalam tahun anggaran 2002 ini, mencakup materi pokok yang sebagai berikut :

I) SURVAI

A) Survai Pasar (Market Surveys)

Survey pasar merupakan pengumpulan data dan informasi mengenai karakteristik pasar wisata baik internasional, nasional maupun lokal (regional/propinsi/kabupaten).

B) Survai Wilayah/ makro (Regional Surveys)

Survey ini merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi mengenai karakteristik wilayah perencanaan ditinjau dalam konteks regionalnya, baik dalam wilayah Propinsi Kalimantan Barat, dalam konteks nasional bahkan dalam konteks ASEAN, Asia Pasifik dan dunia internasional. Data-data yang penting adalah mengenai aksebilitas ke wilayah perencanaan, lokasi obyek wisata dan tujuan wisata di luar wilayah perencanaan, dan lain-lain.

C) Survai Potensi Wilayah Perencanaan (Internal Surveys)

Survei potensi wilayah perencanaan di bedakan menjadi dua, yaitu survai potensi umum wilayah dan survei khusus pariwisata daerah. Survei umum dimaksudkan untuk menggali informasi mengenai potensi dan kendala wilayah yang meliputi aspek fisik alamiah, fisik binaan, demografi, perekonomian, sasaran dan prasarana wilayah secara umum. Sedangkan survey khusus pariwisata daerah dimaksudkan untuk mengidentifikasi potensi, kendala dan permasalahan kepariwisataan di dalam Wilayah Kabupaten Sanggau.

D) Survai Kebijaksanaan

Maksud dari survai ini adalah meninjau semua bentuk kebijaksanaan pemerintah baik pusat maupun daerah yang berkaitan dengan pengembangan wilayah Kabupaten Sanggau

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 9: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 6

pada umumnya, khususnya kebijaksanaan yang berkaitan langsung dengan pengembangan pariwisata dan sektor lain yang terkait.

II) ANALISIS APRAISAL DAN FORMULASI POTENSI DAN PERMASALAHAN PARIWISATA

A) Analisis dan Apraisl Pasar Wisata (Analysis & Appraisal of Tourism Demand)

Analisis ini merupakan analisis dari aspek permintaan (demand) dilakukan untuk merumuskan beberapa hal pokok, seperti karakteristik asal wisatawan, motivasi wisata, frekwensi kunjungan wisatawan, fasilitas yang di butuhkan wisatawan, serta faktor-faktor lain yang berpengaruh pada perkembangan di masa yang mendatang.

Dari analisis dan penilaian pasar wisata ini diharapkan dapat dirumuskan potensi dan permasalahan pasar wisata baik internasional, naisonal maupun lokal dikaitkan dengan potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Sanggau.

B) Analisis Sumberdaya Wilayah Perencanaan (Resource Analysis)

Analisis ini merupakan pengkajian aspek penawaran (supply) dengan menilai wilayah perencanaan terutama dari aspek fisik dasar dan ketersediaan sarana dan prasarana. Dari analisis ini dapat dirumuskan potensi yang dimiliki wilayah perencanaan dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata di wilayah tersebut.

Pada analisis ini, kajian dari aspek makronya sangat penting disamping aspek mikro untuk mengetahui kedudukan, peranan dan pengaruh wilayah perencanaan terhadap wilayah perencanaan terhadap wilayah yang lebih luas, juga sebaliknya pengaruh regional terhadap wilayah perencanaan.

Kajian tentang daya dukung terhadap pengembangan kawasan pariwisata dari unsur manusianya sangat penting, hal ini karena berkembangnya kawasan yang direncanakan bergantung juga pada partisipasi dan kepedulian penduduk di wilayah perencanaan dan sekitarnya.

Dari analisis dan apraisal ini diharapkan dapat dirumuskan besarnya potensi dan prospek pengembangan berbagai obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Sanggau serta rumusan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan potensi tersebut.

C) Analisis Kebijaksanaan (Policy Analysis)

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 10: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 7

Analisis ini ditujukan untuk mengkaji kebijaksanaan pemerintah pusat maupun daerah yang mempunyai dampak terhadap pengembangan pariwisata di wilayah perencanaan, khususnya aspek struktur administrasi dan finansial.

III) PERUMUSAN RENCANA PENGEMBANGAN PARIWISATA

A) Rencana Penanganan Obyek-obyek Wisata Yang Berpotensi Tinggi

B) Rekomendasi Program Pariwisata Jangka Pendek, Menengah dan Panjang

C) Rumusan Skala Prioritas Program dan Kawasan D) Strategi Pelaksanaan, Koordinasi dan Program Investasi

Pembangunan Pariwisata Daerah

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 11: Sgu Rippda Lp

2. GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

Kegiatan pariwisata sedang giat di kembangkan di berbagai negara, sektor ini dianggap sebagai salah satu sumber pendapatan yang cukup potensial. Hal yang mendorong kegiatan tersebut semakin digemari adalah karena kegiatan ini merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan cukup pesat. Hal ini karena bentuk pemanfaatan dapat dilakukan tanpa harus merusak potensi yang dimiliki.

Demikian halnya dengan Kabupaten Sanggau, wilayah ini mempunyai banyak potensi pariwisata. Potensi-potensi wisata yang ada umumnya berhubungan dengan alam, sedang jenisnya mulai dari wisata laut, pantai, sampai wisata pegunungan.

Bab ini akan menguraikan kondisi eksisting Kabupaten Sanggau dilihat dari berbagai aspek terutama yang berkaitan dengan kepariwisataan.

2.1 KONDISI FISIK KABUPATEN SANGGAU

2.1.1 Geografis

Secara geografis, wilayah Kabupaten Sanggau yang beribukota di Sanggau ecamatan Kapuas ini terletak di antara koordinat 1o 13’ Lintang Utara hingga 0o 37’ Lintang Selatan dan 109o 51’ Bujur Timur hingga 111o 19’ Bujur Timur. Secara administratif, kabupaten dengan luas 18.302 km2 atau sekitar 12,47 % dari luas Kalimantan Barat (146.807 km2), memiliki batas wilayah sebagai berikut (lihat gambar 1):

Sebelah utara berbatasan dengan Sarawak (Malaysia Timur) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ketapang Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Landak.

Kabupaten Sanggau terbagi menjadi 22 kecamatan (lihat gambar 2). Secara keseluruhan, di kabupaten tersebut terdapat 6 kelurahan dan 235 desa. Kecamatan terluas di kabupaten ini adalah kecamatan Jangkang dengan luas 1.589,20 km2. Sedangkan kecamatan yang terkecil luasnya adalah Kecamatan Belitang dengan luas 281,00 Km2, (Lihat Tabel 1).

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU laporan pendahuluan- 8

Page 12: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 9

Kabupaten Sanggau berada pada ketinggian antara 3 m sampai > 1000 m dimana wilayah yang mempunyai ketinggian antara 3 – 25 m sebesar 28,52 %, ketinggian antara 25 – 100 m sebesar 55,64 %, ketinggian antara 100 – 500 m sebesar 13,62 %, ketinggian 500 – 1000 m sebesar 12,2 % dan wilayah dengan ketinggian diatas 1000 Meter sebesar 0,10 %. Meskipun tidak ada wilayah yang ketinggian dibawah 3

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 13: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 10

Meter namun wilayah ini mempunyai potensi banjir dan genangan yaitu disepanjang pinggiran sungai Kapuas khususnya dimuara-muara sungai Sekadau, Muara Sungai Ayak sampai ke Muara Sungai Belitang.

Tabel 1 : Luas Kabupaten Sanggau dirinci menurut Kecamatan

1, Kapuas 1.382,00 7,552, Tayan Hilir 1.050,50 5,743, Meliau 1.495,70 8,174, Sekayam 841,01 4,605, Sekadau Hilir 853,10 4,666, Parindu 593,90 3,257, Tayan Hulu 719,20 3,938, Balai 395,60 2,169, Kembayan 610,80 3,34

10, J angkang 1.589,20 8,6811, Bonti 1.121,80 6,1312, Sekadau Hulu 869,70 4,7513, Nanga Taman 944,90 5,1614, Belitang Hilir 764,30 4,1815, Toba 1.127,20 6,1616, Nuyan 487,90 2,6717, Mukok 501,00 2,7418, Nanga Mahap 568,60 3,1119, Belitang Hulu 1.162,70 6,3520, Beduai 435,00 2,3821, Entikong 506,89 2,7722, Belitang 281,00 1,54

J UMLAH 18.302,00 100,00Sumber : Biro Pusat Statistik Kabupaten Sanggau, 2001

LUAS (km2) PERSEN (%)NO. KECAMATAN

Pada umumnya kemiringan lahan di Kabupaten sanggau relatif bergelombang yang berkisar antara 0 – 40 %. Ditinjau dari kemiringan hampir 80 % Wilayah Kabupaten Sanggau memiliki lereng antara 2 – 40 % (lihat Gambar 8). Wilayah-wilayah yang memiliki persen lereng 0 – 8 % umumnya di sepanjang pinggiran Sungai Kapuas, sedangkan lahan terjal sebagian besar berada di bagian Tenggara Kabupaten Sanggau. Wilayah datar pada umumnya merupakan lahan yang subur digunakan untuk kegiatan pertanian, akan tetapi di Kabupaten Sanggau selain jumlahnya relatif kecil wilayah ini berada di dataran rendah yang banyak diantaranya berpotensi mengalami genangan atau banjir. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam pengembangan wilayah Kabupaten Sanggau khususnya dalam pengembangan pertanian.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 14: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 11

2.1.2 Iklim Dan Hidrologi

Wilayah Kabupaten Sanggau mempunyai curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 2.694 – 3.506 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata pertahun berkisar antara 126 – 165 hari. Dimana wilayahn yang mempunyai curah hujan dibawah 3000 mm/tahun berada di wilayah bagian Barat dan Tenggara. Sedangkan dengan curah hujan diatas 3000mm / tahun berada di wilayah bagian Selatan dan Utara.

Dengan keadaan demikian berdasarkan klarisifikasi Schimidt dan Ferguson Wilayah Kabupaten Sanggau relatif tidak mempunyai bulan kering. Di mana rata-rata curah hujan perbulan > 100 mm/tahun. Jumlah bulan basah di Kabupaten Sanggau berkisar antara 5 – 12 bulan di mana rata-rata curah hujan perbulan > 200 mm/tahun. Kondisi demikian menunjukkan Wilayah Kabupaten Sanggau termasuk dalam type A .

Kondisi iklim Wilayah Kabupaten Sanggau Berdasarkan pencatatan di Stasiun Sanggau dan Parindu memiliki temperatur berkisar antara 26.7o C – 28.3o C menurut sitem Koppen iklim Wilayah Kabupaten Sanggau termasuk dalam kelompok Afaw yaitu iklim isothermal hujan tropik dengan hujan tropik yang panas ( temperatur rata-rata bulanan pertahun diatas 22o C ). Kabupaten Sanggau memiliki kelembapan nisbi relatif sama yaitu 86,6 % dengan kecepatan angin 0,5 m/dt. Dengan kecepatan angin tergolong sedang dan lama penyinaran matahari rata-rata 15,00 %. Ada banyak sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Sanggau sehingga sangat berpotensi sebagai sumber air irigasi disamping juga untuk kegiatan kepariwisataan arung sungai.

Kondisi hidrologi di Kabupaten Sanggau dicirikan dengan adanya Sungai Kapuas yang mengalir lewat Wilayah Kabupaten Sanggau. Sungai ini merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Sungai Kapuas ini merupakan potensi sumber daya air bagi Kabupaten Sanggau. Selain Sungai Kapuas terdapat juga sungai-sungai kecil yang tersebar di Wilayah Kabupaten Sanggau. Kabupaten Sanggau ini merupakan Daerah Aliran Sungai Kapuas Tengah. Keberadaan sungai-sungai tersebut merupakan potensi sumber daya air bagi irigasi. Selain sebagai sumber daya air lainnya terdapat di Wilayah Kabupaten Sanggau yaitu Danau yang terdapat di Kecamatan Tayan Hilir. Namun keberadaan sumber daya air belum dimanfaatkan secara maksimal. Daerah Aliran Sungai Kapuas Tengah ini terbagi menjadi Daerah Aliran Sungai Wilayah Kabupaten Sanggau merupakan Daerah Aliran Sungai Kapuas Tengah yang mempunyai beberapa Daerah Aliran Sungai diantaranya DAS Kapuas, DAS Belitang, DAS Sekadau, DAS Tayan, dan DAS Mengkiang.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 15: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 12

Keberadaan sungai-sungai tersebut membawa konsekwensi terhadap daerah rawan bencana khususnya banjir. Dimana daerah yang berpotensi banjir di Wilayah Kabupaten Sanggau terdapat di bagian barat perbatasan dengan Kabupaten Pontianak dan di bagian timur perbatasan dengan Kabupaten Sintang.

2.1.3 Geologi dan Jenis Tanah

Batuan di Kabupaten Sanggau didominasi oleh batuan sedimen yang mengandung minyak bumi dan batubara, terutama ditengah-tengah kabupaten tersebut hingga ke Timur diperbatasan dengan Kabupaten Sintang. Di daerah batas kabupaten yang memanjang dari Barat ke Laut hingga ke Tenggara batuannya berupa batuan kompleks dasar Kalimantan. Sedangkan di daerah batas Utara (perbatasan Malaysia), terdiri dari batuan campuran Melange di sebelah timur (memanjang ke Wilayah Kabupaten Sintang) dan batu endapan Kuarter yang mengandung deposit (memanjang ke Wilayah Kabupaten Sambas).

Di Wilayah Kabupaten Sanggau terdapat beberapa jenis tanah yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Sanggau.

A. Tanah Aluvial

Tanah jenis ini sedikit atau banyak belum mempunyai perkembangan dengan ciri-ciri, solim dangkal sam, berwarna kelabu sampai kekuningan dan kecoklatan, sering ber-glei dan bertotol kuning coklat dan merah. Tekstur bervariasi dari lempung, hingga liat, sering berlapis debu dan pasir. Lapisan atas masih selalu mendapat bahan tambahan yang kadang-kadang mengandung organik. Pada umumnya lahan selalu tetap dalam keadaan basah. Sebagian dipengaruhi genangan air (berskala atau tetap) atau luapan banjir. Konsistensi dalam keadaan basah lekat sampai teguh dengan daya penahanan air rendah sampai tinggi. Luas jenis tanah aluvial di Wilayah Kabupaten Sanggau sebesar 68.120Ha. dengan luas tersebar di Kecamatan Toba sebesar 61.720 Ha dan luas terkecil di Kecamatan Tayan Hilir sebesar 6.400 Ha.

B. Tanah Orgonosol (Gambut), Glei, Humus

Tanah ini merupakan segolongan tanah yang tersusun dari bahan organik atau campuran bahan mineral dan bahan organik setebal paling sedikit 50 Cm mengandung paling sedikit 30 % bahan organik bila liat atau 20 % bila berpasir. Kepadatan atau bulk density kurang dari 0,6 dan selalu jenuh air. Tanah ini mudah berkerut tak balik dan bila kering peka erosi dan mudah terbakar. Sebagian besar tanah jenis ini merupakan gambut oligatrop dengan tebal rata-rata 3 meter. Tanah gambut ini sangat permeable. Drainase dengan penggalian parit cepat menurunkan permukaan tanah karena proses oksidasi, mineralisasi dan pengerutan yang dipercepat. Jenis tanah ini di Wilayah Kabupaten

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 16: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 13

Sanggau terdapat seluas 83.500 Ha. Kecamatan yang terbesar memiliki jenis tanah ini adalah Kecamatan Sekadau Hilir sebesar 20.700 Ha. Dan yang terkecil di Kecamatan Sekadau Hulu sebesar 5.400 Ha.

C. Tanah Podsolik Merah Kuning

Jenis tanah ini mempunyai perkembangan profil sedang, berwarna merah sampai kuning horison aigilic, masam, kurus dengan kemampuan pertukaran kation dan kejenuhan basah rendah. Jenis tanah ini di Wilayah Kapuas Tengah berasal dari induk batuan endapan. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah terbesar di Kalimantan Barat sebesar 6.534.000 Ha atau 47,9 %. Jenis tanah ini terdapat di Kabupaten Sanggau sebesar 1.600.680 Ha, kecamatan yang memiliki luas terbesar adalah Kecamatan Jangkang seluas 149.020 Ha. Dan yang terkecil adalah kecamatan Toba seluas 33.000 Ha.

D. Tanah Podsol

Jenis tanah ini merupakan tanah bermineral yang mempunyai perkembangan profil dengan tekstur pasir kuarsa, sangat masam

dan sangat kurus dimana kemampuan pertukaran kation sangat rendah. Di Kalimantan tanah Podsol terbentuk dari endapan pasir kuarsa, tanah ini disekitarnya umumnya bergambut dan asam.

E. Tanah Latosol

Jenis tanah ini merupakan golongan tanah mineral yang sudah memiliki perkembangan propil. Horison terselubung, berwarna coklat, merah hingga kuning dengan tektur liat dan strukut remah hingga bergumpal lemah konsistensi gembur. Bahan induk dari jenis tanah ini adalah batuan beku.

Di Kabupaten Sanggau tanah ini hanya terdapat di kecamatan Meliau seluas 15.000 Ha yang merupakan kecamatan terluas yang memiliki tanah latosol sedangkan yang terkecil di Kecamatan Toba seluas 2.000 Ha.

F. Tanah Kompleks Podsolik merah Kuning dan Litosol.

Jenis tanah litosol merupakan tanah mineral dengan perkembangan profil yang sangat rendah di atas batuan kukuh dengan kedalaman profil kurang dari 50 cm. Di Kabupaten Sanggau jenis tanah ini terdapat di Wilayah Kabupaten Sanggau bagian Utara dengan luas 34.500 Ha. Dengan luas tebesar di Kecamatan Beduwai seluas 14.800 Ha dan terkecil di Kecamatan Belitang Hulu seluas 9.800 Ha.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 17: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 14

2.1.4 Potensi Pengembangan Kawasan Wisata

Kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai obyek wisata pariwisata di Kabupaten Sanggau tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Sebagian besar kawasan-kawasan ini terletak di daerah pantai sebagai kawasan wisata pantai atau laut sedangkan lainnya merupakan wisata alam, budaya dan sejarah.

Dari hasil inventarisasi Pemerintah Kabupaten Sanggau, saat ini Kabupaten Sanggau memiliki kawasan obyek wisata yang sedang dan akan dikembangkan untuk meningkatkan peranan sektor pariwisata dalam pembangunan daerah.

Selain itu menurut Dinas Pariwisata Tingkat I Kalimantan Barat, Kabupaten Sanggau termasuk kategori wilayah pengembangan pariwisata orde II bersama-sama dengan Kabupaten Sintang. Beberapa wilayah yang penting di wilayah ini adalah Kawasan koridor Entikong – Sosok - Tayan, Kawasan Border (Kawasan Berikat) Entikong, Kota Sanggau sebagai wisata kota, Danau Lait di Tayan Hilir, Pancur Haji di Kecamatan Kapuas, dan lain-lain .

Dengan demikian terlihat bahwa potensi Kabupaten Sanggau dalam penyediaan obyek wisata cukup tinggi terutama wisata khusus perbatasan, agrowisata, eko wisata dan wisata pertualangan yang didukung oleh keadaan alam yang masih asli dengan kekayaan berbagai jenis flora dan fauna yang khas.

Masalah sekarang sehubungan dengan pernyataan di atas bagaimana potensi yang cukup besar tersebut dapat dipasarkan baik di dalam negeri maupun luar negeri dan seberapa besar kemampuan pemerintah untuk menyediakan fasilitas penunjang mulai dari kemudahan informasi sampai pada penyediaan akomodasi bagi wisatawan.

2.2 PEREKONOMIAN KABUPATEN SANGGAU

2.2.1 Pertumbuhan Dan Struktur Ekonomi Kabupaten Sanggau

Laju Pertumbuhan Ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari perubahan nilai PDRB atas dasar harga konstan (tahun dasar 1993) dari tahun-tahun sebelumnya.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 18: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 15

Pendapatan Regional Kabupaten Sanggau atas dasar harga berlaku tahun 2000 Rp. 2.013.665,86 juta meningkat sebanyak 13,07 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 1.775.184,26 juta. Peningkatan tahun 2000 ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yang peningkatannya mencapai sebesar 15,35 persen. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sanggau atas dasar harga konstan 1999 sebesar Rp. 821.778,92 juta meningkat 6,96 % pada tahun 2000 yang mencapai nilai sebesar Rp. 878.971,60 juta. Besarnya nilai peningkatan PDRB atas dasar harga konstan yang sebesar 6,96 persen ini sekaligus menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sanggau. Angka ini lebih besar jika dibandingkan tingkat pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya (tahun 1999) yang tingkat pertumbuhannya sebesar 6,14 persen.

Tahun 1998 adalah saat dimana kondisi perekonomian Kabupaten Sanggau yang paling tidak menguntungkan dalam 7 (tujuh) tahun terakhir (1994 – 2000) dimana pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 1,33 persen. Pada tahun-tahun sebelumnya angka pertumbuhan ekonomi selalu diatas 9 persen. Rendahnya angka pertumbuhan di tahun 1998 ini, diakibatkan oleh terjadinya krisis moneter yang berkepanjangan berawal pada pertengahan tahun 1997, yang mengakibatkan sektor perbankan dan sektor real mengalami stagnasi. Imbas krisis tersebut juga dialami oleh Kabupaten Sanggau sehingga yang tadinya diproyeksikan perekonomian tumbuh diatas 13%, realisasinya hanya 1,33 %. Setelah kurang lebih setahun terjadinya krisis, pada tahun 1999 kondisi ekonomi Kabupaten Sanggau sudah mulai membaik dan bangkit kembali yang ditandai dengan semakin meningkatnya angka laju pertumbuhan ekonomi dan sampai dengan tahun 2000 sudah mencapai angka 6,96 persen.

Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Sanggau tahun 2000 sebesar 6,96 % merupakan gabungan dari pertumbuhan sektor dan sub sektor. Walaupun angka pertumbuhan ini lebih rendah dibanding dengan tahun sebelumnya terjadi krisis ekonomi (tahun 1997) yang sempat mencapai 10,79 % akan tetapi masih sangat lebih baik dan tertinggi jika dibanding dengan angka pertumbuhan ekonomi daerah-daerah lain di Kalbar yang pertumbuhan ekonominya lebih kecil termasuk pertumbuhan ekonomi Propinsi Kalbar sendiri yang hanya mencapai 2,95 %. Kabupaten Sanggau dapat mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain karena didukung oleh sektor dominan (sektor pertanian, industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran) yang nilainya masih lebih unggul dari daerah lain serta mengalami peningkatan walaupun pada beberapa sub sektor yang lain mengalami penurunan atau pertumbuhan minus dari tahun sebelumnya.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 19: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 16

Struktur perekonomian Kabupaten Sanggau sampai dengan tahun 2000 masih bersifat agraris yang ditunjukkan dengan sektor pertanian yang masih dominan (39,01 %) dengan pertumbuhan sebesar 6,88 %. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 11,66 %. Lebih kecil angka pertumbuhan sektor pertanian dari tahun sebelumnya disebabkan karena ada beberapa komoditas unggulan pada beberapa sub sektor mengalami penurunan produksi antara lain termasuk sub sektor perkebunan (komoditi karet) dan beberapa komoditi lainnya. Karena komoditi tersebut merupakan komoditas unggulan dan dominan, maka naik turunnya tingkat produksi komoditas tersebut akan sangat mempengaruhi nilai PDRB dan tingkat pertumbuhan pada sektor yang bersangkutan (sektor pertanian).

Disamping sektor pertanian yang mendukung kenaikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sanggau juga didukung oleh sektor-sektor lainnya seperti sektor Industri, perdagangan, keuangan dan perbankan serta sektor komunikasi dan pertambangan. Sektor Industri di Kabupaten Sanggau sangat dipengaruhi dan sejalan dengan tingkat produksi hasil komoditi perkebunan khususnya kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena industri yang ada di Sanggau selain pengolahan kayu juga lebih banyak bergerak pada industri pengolahan CPO. Pada tahun 2000 sektor industri tumbuh sebesar 8,48 %, lebih besar dari tahun sebelumnya yang hanya 2,49 persen. Sektor Industri memberikan kontribusi kedua terbesar setelah sektor pertanian dengan besarnya kontribusi terhadap total PDRB tahun 2000 sebesar 28,28 persen yang juga lebih besar dari tahun 1999 dimana kontribusi pada tahun tersebut sebesar 27,88 %. Beberapa sektor lain yang mampu mendukung perekonomian Kabupaten Sanggau karena mengalami pertumbuhan yang lebih besar dari tahun sebelumnya seperti sektor perdagangan/restoran dan hotel tumbuh sebesar 5,2 persen dengan besarnya kontribusi sebesar 16,99 persen, sektor-sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 7,74 persen. Sektor pertambangan/penggalian tumbuh sebesar 8,20 persen.

Tingkat pertumbuhan sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan dan meningkatnya peranan sektor industri pengolahan, semakin memberikan warna tersendiri bagi daerah ini untuk disebut sebagai kawasan pengembangan jalur lintas batas di Entikong Kabupaten Sanggau semakin mendorong pesatnya pengembangan daerah ini.

Kesembilan sektor ekonomi PDRB diatas, dapat dikelompokan menjadi tiga sektor besar yaitu sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian ; sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air minum serta sektor bangunan dan empat sektor lainnya dikelompokkan ke dalam sektor tersier.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 20: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 17

Peranan sektor primer pada tahun 2000 sedikit lebih besar dari tahun sebelumnya, ini dikarenakan kondisi sektor pertanian masih lebih baik jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada kelompok sektor sekunder dimana pada tahun 2000 peranannya mencapai 32,7 % meningkat sangat tipis dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 32,42 persen dan untuk kelompok tersier pada tahun 2000 ini peranannya turun dari 27,12 persen menjadi 26,85 persen.

2.2.2 Pariwisata Dalam Perekonomian Kabupaten Sanggau

Pangsa sektor perdagangan (hotel dan restoran) sebagai sektor penunjang pariwisata di Kabupaten Sanggau tergolong belum cukup besar yaitu baru 17,20 % dari PDRB. Namun dilihat dari rata-rata pertumbuhan sektor ini cukup besar yaitu 11,74 % lebih besar dari pertumbuhan sektor pertanian (8,03%) dan Industri(7,10%).

Bila dikaji lebih dalam, subsektor hotel dan restoran (diluar subsektor perdaganggan) masih belum cukup berperan dalam perekonomian Kabupaten Sanggau. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kontribusi kedua subsektor tersebut yaitu masing-masing 0,40 % dan 0,23 % saja.

Sektor pengangkutan dan komunikasi, yang juga sangat berperan besar dalam keberhasilan pengembangan sektor pariwisata belum cukup berkembang bahkan peranannya cenderung menurun dari tahun 1996-2000. Kontribusi sektor ini sebesar 2,45 % pada tahun 1996 menurun menjadi 2,19% pada tahun 2000.

Dari kenyataan diatas dapat disimpulkan bahwa peranan sektor pariwisata di Kabupaten Sanggau masih relatif kecil dibandingkan dengan sektor lainnya.

2.3 SOSIAL

Jumlah penduduk Kabupaten Sanggau pada tahun 2000 sebesar 512.794 jiwa. Yang terdiri dari 262.155 penduduk laki laki dan 250.639 penduduk perempuan. Dari jumlah penduduk total tersebut, Kecamatan Sanggau Kapuas mempunyai jumlah penduduk terbanyak dibandingkan dengan kecamatan lain. Jumlah penduduk Kecamatan Kapuas pada tahun 2000 sebesar 67.294 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Noyan dengan jumlah penduduk hanya 8.946 jiwa atau sekitar 1,79 %. Bila dilihat pola penyebarannya, penduduk Kabupaten Sanggau lebih banyak tersebar di kecamatan-kecamatan yang memiliki aksesibilitas tinggi ke jalan nasional Pontianak-Sintang serta kecamatan-kecamatan yang dilalui oleh Sungai Kapuas.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 21: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 18

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Kabupaten Sanggau Menurut Jenis Kelamin Dirinci Per Kecamatan, 2000

LAKI-LAKI PEREMPUAN J UMLAH1, Kapuas 34.308 32.986 67.294 13,122, Tayan Hilir 13.061 12.427 25.488 4,973, Meliau 23.192 21.795 44.987 8,774, Sekayam 12.103 11.551 23.654 4,615, Sekadau Hilir 22.610 22.103 44.713 8,726, Parindu 12.819 12.289 25.108 4,907, Tayan Hulu 12.786 12.058 24.844 4,848, Balai 10.517 9.855 20.372 3,979, Kembayan 11.573 10.619 22.192 4,33

10, J angkang 12.082 11.509 23.591 4,6011, Bonti 8.665 8.562 17.227 3,3612, Sekadau Hulu 12.141 11.871 24.012 4,6813, Nanga Taman 11.698 11.408 23.106 4,5114, Belitang Hilir 10.280 9.695 19.975 3,9015, Toba 6.175 5.512 11.687 2,2816, Noyan 4.622 4.324 8.946 1,7417, Mukok 7.827 7.410 15.237 2,9718, Nanga Mahap 10.748 10.102 20.850 4,0719, Belitang Hulu 8.667 8.816 17.483 3,4120, Beduai 5.158 4.750 9.908 1,9321, Entikong 5.593 5.535 11.128 2,1722, Belitang 5.530 5.462 10.992 2,14

J umlah 262.155 250.639 512.794 100,00

Sumber : Biro Pusat Statist ik Kabupaten Sanggau, 2001

J UMLAH PENDUDUKPERSEN (%) KECAMATANNo.

Kepadatan penduduk Kabupaten Sanggau rata-rata 28 jiwa/km2. Bila dilihat perkecamatan, kepadatan penduduk Kabupaten Sanggau bervariasi antara 10 sampai 52 jiwa perkilometer persegi, dimana kepadatan penduduk paling tinggi berada di Kecamatan Sekadau Hilir sedangkan terendah berada di Kecamatan Toba.

Sementara ditinjau dari distribusi penduduk perkotaan dan pedesaan Kalimantan Barat, dari 3.235.367 jiwa. Penduduk Kalbar, yang berada diwilayah perkotaan sebesar 1.157.437 jiwa. Penduduk perkotaan Kabupaten Sanggau meliputi 35,17% dari seluruh penduduk kabupaten. Kepadatan penduduk perkotaan Kabupaten Sanggau termasuk tinggi dibanding kabupaten lain, demikian pula dengan kepadatan penduduk pedesaannya. Ini menunjukkan dalam konteks wilayah Propinsi Kalimantan Barat dibanding kabupaten lainnya, Kabupaten Sanggau lebih unggul.

Tabel 3 : Kepadatan Penduduk Kabupaten Sanggau Dirinci Per Kecamatan, 2000

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 22: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 19

1, Kapuas 1.382,00 67.294 492, Tayan Hilir 1.050,50 25.488 243, Meliau 1.495,70 44.987 304, Sekayam 841,01 23.654 285, Sekadau Hilir 853,10 44.713 526, Parindu 593,90 25.108 427, Tayan Hulu 719,20 24.844 358, Balai 395,60 20.372 519, Kembayan 610,80 22.192 36

10, J angkang 1.589,20 23.591 1511, Bonti 1.121,80 17.227 1512, Sekadau Hulu 869,70 24.012 2813, Nanga Taman 944,90 23.106 2414, Belitang Hilir 764,30 19.975 2615, Toba 1.127,20 11.687 1016, Nuyan 487,90 8.946 1817, Mukok 501,00 15.237 3018, Nanga Mahap 568,60 20.850 3719, Belitang Hulu 1.162,70 17.483 1520, Beduai 435,00 9.908 2321, Entikong 506,89 11.128 2222, Belitang 281,00 10.992 39

J umlah 18.302 512.794 28

Sumber : Kantor Statist ik Kabupaten Sanggau, 2001

KEPADATAN (jiwa/km2)

KECAMATANNo. PENDUDUKLUAS (km2)

2.4 SARANA DAN PRASARANA

2.4.1 Transportasi

Sebagian sistem transportasi di Kabupaten Sanggau masih dilayani oleh sistem transportasi air sungai yaitu sekitar 55%. Sedangkan selebihnya (45%) dilayani sistem transportasi darat. Beberapa kecamatan terutama yang berada pada jalur Sungai Kapuas dan sungai-sungai penting lainnya, sistem transportasi sungai bahkan mendominasi hampir 80 % dari sistem transportasi yang ada.

Hingga Tahun 1999, jalan darat yang terdapat di wilayah Kabupaten Sanggau sepanjang 1.912,09 km terdiri dari 712,15 km jalan aspal, 356,81 km jalan kerikil, dan 843,13 km jalan tanah, dan selebihnya tidak dirinci.

Dilihat dari kondisi jalan yang ada 502.3 Km adalah jalan dengan kondisi yang baik atau sekitar 26 % dari jaringan jalan yang ada di wilayah Kabupaten Sanggau. Sekitar 360,15 km atau sekitar 19 %

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 23: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 20

adalah merupakan jalan dengan kondisi sedang. Sekitar 286.6 km atau sekitar 15 % merupakan jalan dengan kondisi rusak ringan. Sedangkan 763,04 km atau sekitar 39 % merupakan jalan dengan kondisi rusak berat.

Sampai saat ini, peranan angkutan sungai masih sangat penting dan banyak digunakan baik untuk angkutan barang maupun angkutan penumpang, sementara angkutan jalan raya masih belum cukup memadai. Seluruh kota yang berada pada jalur Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam boleh dikatakan memiliki akses yang baik ke Kota Sanggau melaui jalur sungai utama Sungai Kapuas. Jalur orde kedua adalah jalur-jalur Sungai Sekayam dan Jalur orde ketiga adalah merupakan anak-anak sungai yang bermuara ke Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam yang umumnya menghubungkan jalur utama Sungai Kapuas dengan kota-kota kecamatan di pedalaman baik di bagian selatan maupun utara.

2.4.2 Akomodasi

Sampai tahun 1994 jumlah hotel dan penginapan yang ada di Kabupaten Sanggau tercatat sebanyak 32 buah dimana 10 buah diantaranya berada di Kota Sanggau, 5 buah di Balai Karangan, 1 buah di Kecamatan Entikong, 8 buah di Sekadau, 2 buah di Sosok, 1 buah di Bodok, 2 buah di Tayan, dan 2 buah di Meliau. Dari sekian banyak hotel/penginapan yang ada di Kabupaten Sanggau itu belum ada yang mendapat mendapat predikat hotel berbintang.

Selain fasilitas hotel/ penginapan, Kabupaten Sanggau banyak memiliki restoran /rumah makan yang tersebar di beberapa kecamatan yang menyediakan beberapa jenis masakan seperti maskan khas Melayu, masakan Padang, masakan Indonesia, dan masakan Cina.

2.4.3 Utilitas

Kesiapan suatu daerah menjadi daerah tujuan wisata juga dilihat dari kesiapannya menyediakan berbagai utilitas penunjang seperti air bersih, listrik dan fasilitas komunikasi.

Air bersih, sebagian besar masih didapatkan secara langsung dari hujan, sumber air dan aliran sungai. Air bersih olahan PDAM/BPAM baru menjangkau pusat-pusat pemukiman tertentu seperti Sanggau, Sekadau, Balai Karangan, Entikong, Tayan, Sosok, Bodok, Beduai, Kembayan, Meliau dan lain-lain.

Sistem pos dan telekomunikasi di Kabupaten Sanggau dilayani oleh beberapa kantor pos dan giro yang tersebar di seluruh ibukota kecamatan, serta tiga sentral telepon otomat di Sanggau, Balai Karangan dan Sekadau. Pada tahun 2000 kapasitas sentral

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 24: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 21

telekomunikasi untuk PT. Telkom Cabang Sanggau telah mencapai 2.192 SST, Cabang Balai Karangan mencapai 482 SST, Cabang Sekadau mencapai 644 SST.

2.5 KELEMBAGAAN

Kabupaten Sanggau terdiri dari 22 kecamatan dengan ibukota di Kota Sanggau yang merupakan bagian dari Kecamatan Kapuas. Sektor pariwisata telah mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah dengan dibentuknya Dinas Pariwisata Kabupaten Sanggau. Dengan demikian urusan-urusan kepariwisataan di daerah telah menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten. Sedangkan di tingkat propinsi, Dinas Pariwisata Kalimantan Barat berfungsi untuk menangani urusan kepariwisataan tingkat propinsi dengan penekanan pada fungsi koordinasi dan monitoring.

Disamping itu, di Kabupaten Sanggau telah terbentuk pula asosiasi yang menangani hotel dan restoran alam bentuk PHRI. Hanya saja asosiasi ini belum berfungsi seperti yang diharapkan.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 25: Sgu Rippda Lp

3. METODOLOGI PERENCANAAN

ujuan dan sasaran penyusunan Rencana induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Sanggau, sebagaimana tertulis dalam bab sebelumnya, dapat dicapai melalui serangkaian

proses perencanaan. Secara umum proses perencanaan meliputi tiga bagian, yaitu pengumpulan data,tahap analisis, dan penyusunan rencana. Kedudukan analisis dalam hal ini menjadi penting karena keakurtan serta kedalaman rencana yang dihasilkan sangat tergantung kepada metode/teknik analisis yang dipergunakan di dalam tahap analisis ini.

T

Dengan demikian, keputusan untuk mengambil suatu teknik atau metode analisis tersebut menjadi awal dari kegiatan analisis ini serta merupakan bagian terpenting. Dalam hal penyusunanrencana ini, keputusan mengenai teknik dan metode analisis yang perlu dilakukan mengacu pada isu-isu pokok pengembangan pariwisata melalui pengamatan data dan informasi awal yang dilandasi kerangka teoritis yang kuat.

Beberapa Analisis yang akan dilakukan disusun dalam suatu kerangka yang sifatnya sistematis dan terintegrasi untuk menjamin efektifitas dan efisiensi proses perencanaan. Masing-masing analisis memiliki keluaran tertentu dari sejumlah masukan yang diolah dengan satu atau lebih metode/teknik analisis. Dua atau lebih analisis mungkin memerlukan masukan yang sama, dan keluaran suatu analisis dapat merupakan masukan bagi analisis yang lain. Keterkaitan inilah yang mendasari mengapa analisis-analisis tersebut dirumuskan dalam suatu kerangka analisis yang terpadu.

Kerangka pendekatan yaang digunakan dalam perencanaan pariwisata Kabupaten Sanggau diilustrasikan dalam gambar 3. Secara teoritis, kerangka pendekatan perencanaan ini disebut sebagai Metode PASOLP (Product’ Analysis Sequence for Outdoor Leisure Planning), yaitu suatu pendekatan bagi permasalahan perencanaan pengembangan pariwisata dan rekreasi alam terbuka (outdoor recreation), dengan dasar penekanan pada produk wisata (atau atraksi wisata).

Pengerian dasar dari produk wisata adalah pengejawantahan secara konkrit dari keinginan wisatawan (tourist image). Produk wisata ini memiliki 3 komponen utama yaitu : sumberdaya, fasilitas, dan transportasi ke daerah tujuan.

Pemilihan pada metode pendekatan yang memberi penekanan pada produk wisata ini dilandasi pada dua pertimbangan yaitu :

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU laporan pendahuluan- 22

Page 26: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 23

I) Produk wisata harus semenarik dan sesuai mungkin dengan segmen pasar yang dibidik dan harus mampu berkompetisi dengan tujuan wisata lain yang berdekatan.

II) Penerapan/pelaksanaan produk wisata mementingkan kerjasama seluruh sektor yang terkait dalam pengembangan pariwisata baik instansi pemerintah maupun swasta, baik di dalam maupun di luar negeri.

Kedua dasar pemikiran tersebut terakomodasi secara lengkap dalam pendekatan PASOLP ini. Disamping itu, penerapan metode pendekatan ini juga memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut :

1) Metode ini memungkinkan analisis dan penilaian dampak sosial ekonomi dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh pengembangan suatu produk wisata yang ditujukan untuk menarik suatu arus wisata tertentu.

2) Metode ini menjamin terbentuknya suatu rencana pemanfaatan sumberdaya secara optimal.

3) Metode ini juga menganalisis kemampuan bersaingnya produk wisata yang direncanakan dengan produk yang sama di kawasan wisata lainnya (sampai pada lingkup internasional).

4) Dengan metode ini, dipertimbangkan pula pendapat berbagai kalangan yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan kawasan.

5) Metode ini juga membuat penegasan kuat antara pengembangan kawasan wisata dalam jangka pendek (penentuan dan pengembangan produk-produk wisata), dan pengembangan jangka menengah dan panjang (perlindungan dan peningkatan sumberdaya).

6) Prosedurnya dapat diterapkan walau dalam kondisi atau ketersediaan data yang relatif minim seperti halnya banyak terjadi pada kawasan-kawasan yang kurang berkembang.

Seperti terlihat pada gambar 3, pendekatan ini terdiri dari 4 tahap yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.1 TAHAP I : SURVEY DAN ANALISIS.

Tahap ini merupakan rangkaian pengumplan data dan analisis untuk merumuskan potensi arus wisata utama (demand aspect) dan obyek/daerah/kawasan utama yang memiliki daya tarik wisata baik yang sudah ada/berkembang maupun yang potensial dikembangkan

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 27: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 24

(supply aspect) di wilayah perencanaan. Rumusan ini ditentukan dengan melakukan perbandingan dan pengkajian antara permintaan pasar wisata baik yang terjadi saat ini maupun yang potensial (dari market analysis) dengan sumberdaya dan potensi atraksi wisata yang dimiliki wilayah perencanaan.

Disamping itu, pada tahap ini juga dilakukan kajian terhadap struktur, kebijaksanaan dan prioritas pembangunan daerah untuk menentukan tujuan-tujuan utma pengembangan pariwisata nasional dan daerah.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 28: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 24

Untuk melaksanakan kedua analisis utama itu, pada awal tahap ini dilakukan kegiatan survey/pengumoulan data. Data-data yang dikumpulkan dikategorikan dalam 3 jenis data utama yaitu :

1) Pengumpulan data-data/ informasi yang berkaitan dengan wilayah perencanaan (aspek suply).

2) Pengumpulan data-data/ informasi yang berkaitan dengan pasar wisata (aspek permintaan).

3) Pengumpulan data-data/ informasi yang berkaitan dengan kebijaksanaan, struktur dan prioritas pembangunan baik tingkat nasional maupun daerah.

3.1.1 Survey Fisik : Pengenalan Terhadap Kondisi Existing Dan Potensi Sumber Daya

Data-data yang dikumpulkan dalam rangka survey sumberdaya wisata ini adalah :

I) Atraksi-atraksi wisata yang ada dan potensial dikembangkan.

A) Sumberdaya Alam : yang mempengaruhi pengembangan pariwisata terutama adalah : Iklim makro dan mikro meliputi : Suhu udara dan

kelembaban minimum dan maksimum serta variasinya setiap bulan; periode, intensitas dan daerah curah hujan serta durasi rata-rata sinar matahari; karakteristik hembusan angin; dll.

Geomorfologi yang berkaitan dengan iklim, aktifitas wisata seperti pendakian, panorama alam, dan obyek-obyek alam khusus seperti gunung berapi, danau, gua, bukit pasir dan lain-lain.

Vegetasi/tanaman. Hidrologi, khususnya ketersediaan air sebagai :

Sumberdaya dasar berbagai aktivitas wisata (laut, danau, sungai); nilai visual (danau, air terjun,dll); pemasok air baku bersih.

Fauna (wildlife) untuk rekreasi visual (foto safari,taman nasional, dan lain-lain serta untuk memancing dan berburu).

Flora dan Kesuburan Tanah untuk pengembangan agro wisata.

B) Unsur Buatan Manusia : Arkeologi dan monumen yang bernilai sejarah. Aktifitas khusus seperti penangkapan ikan tradisional,

perkebunan (biasanya holtikultura), dll. Budaya masyarakat seperti, kerajinan rakyat, desa adat

dan rumah adat, dll.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 29: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 25

Acara/ pertunjukan berkala seperti pesta rakyat, karnaval, peristiwa budaya, olah raga, festival, dll.

II) Kendala Pengembangan Wisata :

A) Kelemahan-kelemahan alami seperti aspek geomorfologi yang tidak mendukung (rawa-rawa, mengrove, dll) serta bahaya penyakit (populasi nyamuk, wabah, dll).

B) Perubahan-perubahan akibat perbuatan manusia seperti penambangan, penebangan hutan, dll. Serta aktivitas-aktivitas yang menimbulkan polusi baik polusi air, tanah maupun udara juga polusi suara dan polusi visual.

III) Fasilitas dan infrastruktur yang ada serta kemungkinan pengembangannya.

Fasilitas wisata seperti akomodasi, catering, fasilitas olah raga dan rekreasi.

Produk-produk wisata yang ada. Sarana dan prasarana transportasi. Infrastruktur pelayanan fasilitas ekonomi / perdagangan ,

struktur sosial dan kependudukan serta ketersediaan sumberdaya manusia untuk mendukung pengembangan pariwisata.

IV) Data-data Regional/ Nasional : Jaringan jalan, rute penerbangan dan alur pelayaran Sebaran obyek wisata di seluruh wilayah serta jangkauan

pelayanannya masing-masing.

3.1.2 Survey Dan Analisis Pasar Wisata

Survey dan kajian pasar dilakukan secara simultan dengan survey dan kajian sumberdaya wisata serta survey kebijaksanaan dan kelembagaan.

Beberapa analisis yang dilakukan adalah :

A. Identifikasi dan Analisis Arus Wisata Utama

Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi arus-arus wisatawan potensial berdasarkan asal dan motivasi utamanya. Analisis ini juga dapat berkembang dalam bentuk yang lebih detail sesuai dengan kualitas dan ketersediaan data.

Setiap arus wisata potensial berhasil diidentifikasi tersebut kemudian dianalisis satu persatu karena setiap arus wisata

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 30: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 26

memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda sehingga memerlukan fasilitas yang berbeda pula.

Analisis setiap arus wisata dilakukan untuk menentukan :o Volume, musim kunjungan, varisi, evaluasi dan

kecendrungan (trend).o Karakteristik sosial-ekonomi.o Motivasi utama dan sebatas mana motivasi/ keinginan

tersebut terpuaskan di daerah tujuan.o Karakteristik konsumsi meliputi transportasi yang

digunakan lama tinggal,pola kebutuhan fasilitas, frekwensi kunjungan, tingkat pengeluaran, obyek-obyek yang lebih disukai, dll.

o Alternatif tujuan wisata lain yang dipertimbangkan.

Beberapa kajian tersebut dilakukan dengan mengolah dan menganalisis data statistik dan dalam beberapa aspek yang memerlukan penekanan khusus ditunjang dengan data-data yang dikumpulkan dari survey khusus (melalui wawancara, kuesioner, dll).

B. Analisis Prospek Pasar Wisata

I. Penilaian pasar di masa datang didasarkan pada proyeksi permintaan saat ini pada analisis kapasitas sumberdaya. Setiap arus wisata, baik yang ada saat ini maupun yang potensial terjadi harus dinilai secara terpisah dan dibandingkan dengan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia.

II. Peramalan terhadap pasar wisata di masa datang dilakukan baik secara kualitatif (jenis produk, kebutuhan fasilitas, lama tinggal) maupun kuantitatif (jumlah wisatawan, besarnya pengeluaran, dll). Proyeksi-proyeksi tersebut didasarkan pada : Deskripsi kondisi pasar eksiting, kecenderungan dan

evaluasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi. Analisis sumberdaya, daya tarik dan kebijaksanaan

pemerintah dalam pengembangan pariwisata. Perbandingan antara sumberdaya yang ada ataupun

potensial ada di wilayah perencanaan dengan sumberdaya yang dimiliki daerah wisata lain yang kompetitif.

3.1.3 Survey Dan Analisis Kabijaksanaan Pemerintah Daerah

Walaupun pengembangan pariwisata sangat ditentukan oleh sumberdaya (supply) dan pasar wisata (demand), kebijaksanaan ekonomi, politik dan administratif pemerintah (pusat maupun daerah) seringkali merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 31: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 27

menentukan. Dengan menganalisis kebijaksanaan pemerintah terutama yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata di harapkan rencana pengembangan yang di hasilkan nantinya berada dalam kerangka kebijaksanaan politik pemerintah.

Kajian kebijaksanaan ini meliputi :

Kebijaksanaan pengembangan ekonomi wilayah Kelembagaan yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata Rencana-rencana pengembangan pariwisata yang telah disusun Sasaran pemerintah baik pusat maupun daerah dalam usaha

pengembangan sektor pariwisata.

3.2 TAHAP II : KEBIJAKSANAAN DAN PRIORITAS ARUS WISATA

Pada tahap ini, beberapa analisis utama dilakukan yaitu : Analisis untuk menentukan alternatif paling tepat dalam

pengembangan pariwisata, dilakukan untuk setiap arus wisata yang telah diintensifikasikan.

Untuk setiap arus wisata, alternatif produk wisata di tentukan dan dianalisis dengan masukan dari berbagai instansi yang terkait termasuk calon investor.

Setiap produk wisata dibanding dengan produk-produk lain yang kompetitif dari aspek biaya dan besarnya daya tarik.

Kelayakan investasi setiap produk kemudian dievaluasi termasuk pula analisis dampak sosial ekonomi yang mungkin di timbulkan.

Perumusan/ pemilihan arus wisata yang diprioritaskan dengan tambahan masukan dari hasil analisis kebijaksanaan pada tahap I.

Dalam merancang produk wisata yang layak, beberapa hal yang dipertimbangkan adalah :

Kelayakan fasilitas : Keterkaitan antara biaya investasi, biaya oprasi, lamanya musim kunjungan wisata serta jangkauan daya tarik obyek.

Peningkatan daya tarik produk wisata. Ambang batas minimal jumlah wisatawan. Faktor-faktor Pembatas/Penghambat.

Disamping itu, penilaian setiap produk yang akan dipilih didasarkan pada 6 parameter berikut :

1. Implementabilitas : Kelayakan teknis pelaksanaannya ;2. Kelayakan ekonomi/biayanya;

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 32: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 28

3. Kemampun kompetitifnya dengan produk lain dikawasan wisata lain yang berdekatan;

4. Kesesuaiannya dengan produk wisata lain yang terkait;5. Waktu yang tepet untuk mengembangkannya;6. Dampak baik dampak positif maupun negatif terhadap sosial-

ekonomi masyarakat dan terhadap lingkungan.

Metode analisis yang di terapkan dalam analisis dan perumusan pada tahap ini secara garis besar adalah :

1. Analisis biaya-manfaat (Cost- Benefit Analysis).

2. Goal achievement Matrik : Mengukur seberapa jauh setiap produk dapat menjawab tujuan dan kebijaksanaan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata.

3. Oppotunity Cost : Membandingkan keuntungan yang diperoleh biaya yang dikeluarkan. Keuntungan meliputi negara/daerah, keuntungan sektor swasta dan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat. Sedangkan biaya meliputi biaya investasi, biaya operasional dan lain-lain serta biaya-biaya yang tidak bersifat materi seperti kerusakan lingkungan dan budaya.

3.3 TAHAP III : PENYUSUNAN RENCANA FISIK (MASTER PLAN) PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KAWASAN WISATA.

Rencana komprehensif pariwisata ini akan terdiri dari :

1. Rekomendasi kebijaksanaan dan prioritas pengembangan.2. Program penambahan fasilitas yang dibuthkan.3. Rencana Tata Ruang Kawasan.4. Strategi pelaksanaan, koordinasi dan pembiayaan.5. Rekomendasi penanggulangan dampak lingkungan dan sosial-

ekonomi.6. Program jangaka pendek, menengah, dan panjang.

Dalam hal ini, rencana tata ruang kawasan merupakan bagian yang terpenting. Rumusan rencana ini disusun berdasarkan 3 masukan hasil analisis sebelumnya yaitu:

1. Rumusan kebutuhan fasilits tambahan2. Rumusan potensi penggunaan lahan kawasan 3. Rumusan obyek/tujuan wisata yang diinginkan wisatawan.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 33: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 29

3.4 TAHAP IV : REKOMENDASI PENANGANAN PENANGGULANGAN DAMPAK

Dalam tahap ini dirumuskan dampak yang mungkin timbul dari rencana pengembangan yang telah disusun, serta diberikan rekomendasi penanganan dampak tersebut baik dampak terhadap lingkungan maupun dampak sosial-ekonominya.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 34: Sgu Rippda Lp

4. RENCANA KERJA

etelah ditentukan kerangka pendekatan perencanaan, terutama kerangka analisisnya, maka untuk menghasilkan beberapa keluaran yang diingikan tepat pada waktunya, perlu disusun

rencana operasional penanganan pekerjaan penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Sanggau. Rencana operasional ini pada dasarnya berisiakan penjadwalan pekerjaan, organisasi pelaksanaan, dan alokasi sumber daya manusia yang menangani pekerjaan ini, sesuai dengan kemampuan yang diinginkan dan keterlibatannya dalam keseluruhan pekerjaan. Dengan adanya Rencana Operasional yang jelas, pengelolaan serta pengendalian pekerjaan dapat dilakukan lebih efektif dan efisien, untuk mencapai hasil yang optimal.

S

4.1 JADWAL PENYELESAIAN PEKERJAAN

Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Sanggau, diperkirakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk proses penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Sanggau, hingga menghasilkan laporan akhir adalah selama kurang lebih 150 hari (atau 21 minggu). Kegiatan perencanaan dalam jangak waktu tersebut meliputi empat tahapan kegiatan, seperti di jelaskan berikut ini.

1. Tahap Pendahuluan, memiliki bobot 6% dari keseluruhan pekerjaan, dan dapat diselesaikan dalam waktu dua minggu. Tercakup dalam tahapan ini antara lain : pemahaman secara seksama petunjuk pelaksanaan penyusunan RIPPDA Kabupaten Sanggau, survei pendahuluan (reconnaissance survey), perumusan isu pokok kepareiwisataan Kabupaten Sanggau, penyusunan rencana kegiatan dan lain-lain. Hasil tahap ini berupa Buku Laporan Pendahuluan diharapkan selesai pada akhir minggu kedua.

2. Tahap Survey / Pengumpulan Data, memiliki bobot 38 % dari keseluruhan proses perencanaan dan diselesaikan dalam jangka waktu delapan minggu. Beberapa tahapan yang tercakup dalam tahapan ini adalah pengumpulan data-data lapangan baik primer maupun sekunder yang belum didapatkan, tabulasi dan sistematika data.

3. Tahap Analisis dan Perumusan Masalah, memiliki bobot 26 % dari keseluruhan pekerjaan dan diselesaikan selama 8 minggu sejak

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU laporan pendahuluan- 30

Page 35: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 31

minggu ke-5 sampai minggu ke-12. Pada akhir tahap ini, yaitu pada minggu ke-12 konsultan melaporkan kemajuan pekerjaannya dalam bentuk Laporan Kemajuan atau Buku Fakta dan Analisis. Pada saat ini pekerjaan telah mencapai 72 %.

4. Tahap Perumusan Rencana, memiliki bobot 21% dari keseluruhan pekerjaan dan diselesaikan dalam 6 minggu sejak minggu ke-12 sampai minggu ke-17. Pada akhir tahap ini konsultan meyerahkan Buku Rancangan Rencana sebagai bahan diskusi untuk mendapat penyempurnaan. Pada akhir minggu ke-17 ini pekerjaan telah mencapai kemajuan 92 %.

5. Sejak awal minggu ke-18 sampai akhir minggu ke-21 merupakan tahap terakhir pekerjaan dengan bobot 9 %. Tahapan ini merupakan tahapan penyempurnaan Rancangan Rencana berdasarkan masukan yang didapat dari forum diskusi. Pada akhir tahap ini, konsultan menyerahkan Laporan Akhir berupa Buku Rencana.

4.2 Sistem Pelaporan

4.2.1 Pelaporan

Dalam jangka waktu tersebut dalam subbab sebelumnya, pelaksana pekerjaan menyampaikan laporan kemajuan kerja sebanyak empat kali. Jenis laporan dan jangka waktu penyelesaiannya dijelaskan berikut ini.

1. Laporan pertama berisikan tanggapan terhadap materi pekerjaan serta rencana operasional penanganan pekerjaan. Laporan pertama ini disebut dengan Laporan Pendahuluan. Laporan pertama ini diserahkan pada minggu ke-2, pada saat akumulasi pekerjaan mencapai 6 persen.

2. Laporan kedua berisikan sistematisasi data hasil survey dan ulasan, kajian serta penilaian terhadap data/fakta tersebut. Laporan kedua berupa Buku Fakta dan Analisis ini diserahkan pada akhir minggu ke 12 saat akumulasi pekerjaan mencapai 72 %

3. Laporan Ketiga berisikan rumusan rancangan rencana berdasarkan potensi dan permasalahan kota yang telah dikaji dalam buku laporan sebelumnya. Laporan ini merupakan bahan utama untuk Seminar di daerah untuk mendapat masukan dan penyempurnaan lebih lanjut. Laporan akhir sementara atau Buku Rancangan Rencana ini diserahkan pada minggi ke 17 saat akumulasi pekerjaan mencapai 92 %

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 36: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 32

4. Laporan terakhir, yang merupakan laporan utama Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Sanggau, adalah produk Laporan Akhir atau Buku Rencana setelah dilakukan revisi berdasarkan pembahasan pada seminar. Dengan dimasukkannya laporan ini pada minggu ke-21, maka seluruh pekerjaan selesai.

Gambaran selengkapnya penjadwalan, jangka waktu pengerjaan, dan sistem pelaporan dapat dilihat pada Tabel 4.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 37: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 32

4.2.2 Teknik Penyajian Laporan

Seperti yang telah dikemukakan di atas, pekerjaan penyusunan RIPPDA Kabupaten Sanggau ini akan menghasilkan empat laporan yaitu Laporan Pendahuluan, Buku Fakta dan Analisis, Rancangan Rencana dan Buku Rencana sebagai Laporan Akhir.

Penyajian buku-buku laporan dan hasil pekerjaan akan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Pengetikan dilakukan satu spasi dengan teknik cetak menggunakan inkjet printer berwarna di atas kertas HVS 80 gram

2) Kulit Buku berwarna putih dengan tulisan dan gambar sampul cetakan warna

3) Ukuran kertas yang dipakai pada tiap-tiap laporan adalah sebagai berikut :a) Laporan Pendahuluan : A4 sebanyak 10 bukub) Buku Fakta dan Analisis : A4 sebanyak 10 bukuc) Rancangan Rencana : A4 sebanyak 60 bukud) Buku Rencana : A3 sebanyak 20 buku

4) Skala peta-peta yang disajikan di dalam buku laporan skalanya disesuaikan dengan ukuran kertas laporan sedangkan skala peta besar adalah 1: 500.000.

5) Peta-peta, gambar-gambar, skema dan diagram disajikan berwarna dengan teknik cetak menggunakan inkjet printer setelah terlebih dahulu peta-peta tersebut dibuat dalam bentuk file digital. Dengan demikian peta-peta tersebut akan sangat mudah dicetak kembali bila diperlukan. Semua file digital tersebut disimpan secara aman dalam Compact Disk-ROM yang tahan menyimpan sampai lebih dari 70 tahun.

6) Dalam forum Seminar/Diskusi, konsultan menyiapkan bahan-bahan presentasi yang disajikan menggunakan Multimedia Projector, dimana preparatnya berupa gambar, skema, diagram dan peta-peta serta animasi berwarna melalui komputer diproyeksikan ke layar menggunakan teknologi Multimedia.

4.3 ORGANISASI PELAKSANAAN PROYEK

Penyusuanan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Sanggau ini akan dikerjakan oleh sebuah tim kerja dengan struktur organisasi seperti terlihat pada Gambar 4. Tim ini dipimpin oleh sebuah koordinator tim yang dibantu oleh beberapa ahi dari

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 38: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 33

berbagai disiplin ilmu dalam hal teknis. Staf ahli dibantu oleh beberapa asisten ahli, seluruh pekerjaan ditunjang oleh staf penunjang.

Tugas masing-masing anggota tim adalah sebagai berikut :

Koordinator Tim

Tugas Utama Koordinator tim adalah mengkoordinasikan seluruh proses pelaksanaan proyek baik teknis maupun administratif. Ketua dapat mengarahkan jalannya proses perencanaan sesuai dengan jadwal dan teamwork yang telah ditetapkan. Koordinator tim bertanggungjawab langsung kepada Direktur Perusahaan.

Ahli Planologi dan Pariwisata

Ahli Planologi dan Pariwisata adalah satu dari sekian banyak tenaga ahli yang paling berperanan besar dalam keseluruhan teknis penyusunan rencana, sejak penyusunan rencana kegiatan sampai pada penyelesaian akhir buku rencana.

Dengan demikian ahli ini harus dapat mengkoordinasikan beberapa tenaga ahli yang terlibat termasuk pula asisten ahli. Ahli Planologi dan Pariwisata terlibat hampir di seluruh tahapan persiapan, pengumpulan data, kompilasi, analisis dan penyusunan rencana.

Ahli Lingkungan Teresterial

Tugas utamanya adalah mengkaji aspek fisik ruang wilayah studi, terutama berkaitan dengan jenis tanah dan vegetasi yang ada serta aspek pelestarian lingkungannya. Keahlian ini diperlukan untuk mengetahui peruntukan lahan yang sesuai dengan kondisi tanah di wilayah studi serta menganalisa dan merumuskan penanganan dampak lingkungan dari kegiatan pariwisata.

Ahli Ekonomi dan Pembiayaan

Tugas utama ahli ekonomi adalah mengkaji berbagai implikasi dari kegiatan-kegiatan yang direncanakan terhadap perubahan struktur ekonomi, kemudian menyusun rencana penanganan agar pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana yang disusun dan tidak menimbulkan masalah bagi perkembangan masyarakat secara ekonomi.

Ahli Ilmu Kemasyarakatan dan Kebudayaan

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 39: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 34

Tugas ahli bidang ilmu ini adalah menganalisis dampak pengembangan ruang terhadap aspek kemasyarakatan dan pola aktivitas, serta dampak budaya yang mungkin ditimbulkannya.

Asisten Ahli

Asisten Ahli terdiri dari beberapa orang sarjana yunior (fresh graduate) sesuai dengan disiplin ilmu staf ahli. Tugas utamanya adalah membantu staf ahli terutama dalam tahap survai, data entry, analisis tahap awal dan penyusunan laporan.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN

Page 40: Sgu Rippda Lp

RENCANA KERJA 35

Staf Pendukung

Staf Pendukung terdiri dari Drafter dan operator komputer, bertugas mendukung keseluruhan proses penyelesaian pekerjaan dari tahap persiapan sampai tahap penyelesaian laporan akhir baik teknis maupun administratif.

RIPPDA KABUPATEN SANGGAU LAPORAN PENDAHULUAN