referat naftidrofuryl oxalate
DESCRIPTION
Naftidrofuryl oxalateTRANSCRIPT
1
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penyakit Arteri Oklusif Perifer (PAPO) merupakan salah satu penyakit
yang layak mendapat perhatian. Penyakit ini jarang bahkan tidak menyebabkan
kematian, akan tetapi sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Gejala
utama dan yang paling sering dari PAPO adalah Claudicatio intermitten
( PAPO kelas II, klasifikasi Fontaine). Sampai saat ini, laporan angka kejadian
per tahun dari PAPO masih sulit dikumpulkan, akan tetapi diperkirakan
( Edinburgh Artery Study) bahwa 20 % orang berusia 55-75 tahun terbukti
mengalami PAPO di kaki, dan prevalensi dari Claudicatio intermitten sendiri
sebesar 4,5%. Diperkirakan bahwa angka kejadian PAPO ( dengan gejala
maupun tanpa gejala) adalah sekitar 12% pada populasi dewasa di negara Barat.
Pada sebuah studi cross sectional di Jerman, dari 6880 sampel berusia > 65
tahun, prevalensi terjadinya PAPO yang diindikasikan dengan Ankle Brachial
Pressure Index (ABPI) < 0,9 adalah sebesar 19,8%. (1)
Prevalensi PAPO meningkat sebanding dengan usia, yaitu sekitar 2%
pada usia 55 tahun sampai dengan sekitar 7% pada usia 74 tahun. (1). Pada
kelompok usia yang lebih muda, Claudicatio intermitten lebih sering terjadi
pada pria dibandingkan wanita, akan tetapi pada usia yang lebih tua,
perbandingan angka kejadiannya sebanding. PAPO memiliki prevalensi yang
lebih tinggi pada kelompok etnis berkulit hitam dibandingkan kulit putih. (2)
PAPO merupakan suatu penyakit dimana arteri yang membawa darah ke
ekstremitas menyempit atau menutup. Penyebab utamanya adalah
atherosclerosis. Faktor risiko utamanya adalah merokok, Diabetes mellitus, dan
penyakit kardiovaskular yang telah ada sebelumnya. Faktor lain meliputi
penambahan usia, kelompok ras, hypercholesterolemia,insufisiensi ginjal, dan
pola hidup yang salah.(3)
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa penyakit ini tidak mengancam
nyawa, akan tetapi menurunkan kualitas hidup seseorang karena terjadi
pembatasan gerak. Orang dengan PAPO, khususnya dengan Claudicatio
2
intermitten, memiliki risiko mengalami infark myokard dan stroke yang
meningkat. (2).Oleh karena itu tata laksana yang tepat dengan pemberian obat
vasoaktif dapat meningkatkan kualitas hidup dan menghindari prognosis buruk
dari penyakit ini. Naftidrofuryl oxalate sebagai salah satu vasodilator yang telah
lama dan banyak digunakan menurut beberapa penelitian telah terbukti efektif
pada terapi PAPO. (4)
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana penggunaan Naftidrofuryl oxalate pada pasien claudicatio
intermittent?
1.3. Tujuan
Menjelaskan penggunaan Naftidrofuryl oxalate pada pasien claudicatio
intermittent
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat teoritis
Memberikan informasi ilmiah mengenai penggunaan
Naftidrofuryl oxalate pada pasien claudicatio intermittent sehingga dapat
bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan di masa mendatang.
1.4.2. Manfaat praktis
Memberikan suatu bentuk terapi yang rasional dalam
pengobatan claudicatio intermittent.
3
Bab II
FARMASI – FARMAKOLOGI
2.1 Rumus kimia
Naftidrofuryl oxalate merupakan golongan vasoaktif. Obat ini pertama kali
dipasarkan pada tahun 1968 untuk terapi PAPO. (1). Digunakan sebagai preparat oral,
penggunaan parenteral sudah ditarik dari peredaran sejak tahun 1995 karena efek
samping yang ditimbulkan. Naftidrofuryl oxalate sebagai vasodilator bekerja sebagai
antagonis reseptor 5-HT2. Rumus kimia Naftidrofuryl oxalate adalah C24H33NO3. (5)
Gambar 1. Naftidrofuryl oxalate (5)
2.2 Sifat fisiko-kimia
Naftidrofuryl oxalate merupakan obat berbentuk serbuk putih. Memiliki
kelarutan yang tinggi dalam air dan sukar larut dalam aseton.(5)
2.3 Farmasi umum
Dosis naftidrofuryl untuk dewasa dengan PAPO adalah 100mg-200mg
diberikan 3 kali sehari selama minimal 3 bulan. Sedangkan untuk penyakit
arteri serebral dosisnya adalah 100mg diberikan 1 kali sehari selama minimal 3
bulan.
Penggunaan parenteral sudah tidak diizinkan pada tahun 1995 oleh UK
CSM dengan pertimbangan bahwa efek samping yang ditimbulkan melalui
pemberian parenteral tidak sebanding dengan khasiatnya untuk mengobati
PAPO. (5)
4
Preparat Naftidrofuryl oxalate yang tersedia di Indonesia:
BENTUK KEMASAN/ HARGA
1. FRILIX
Tablet bersalut gula 100mgx10x10/Rp. 121.000,00
Tablet bersalut film 200mgx10x10/Rp. 216.700,00
2. VASCUPRAX
Kapsul 100mgx10x10/Rp. 261.000,00
Tablet 200mgx10x10/Rp. 450.000,00
3. NAFOXAL
Kapsul 100mgx10x10/Rp. 255.000,00
Kapsul 200mgx10x10/Rp. 450.000,00
4. PRAXILENE
Tablet bersalut film 200mgx10x10/Rp. 522.060,00
Table 2. Preparat Naftridofuryl oxalate( MIMS)(6)
5
2.4 Farmakologi umum
Farmakologi umum Naftidrofuryl oxalate meliputi khasiat, indikasi,
kontraindikasi, dan efek samping disajikan dalam tabel berikut:
Tabel I. Khasiat, Indikasi, Kontraindikasi, dan Efek Samping
Naftidrofuryl oxalate.(2)(5)
Khasiat Indikasi Kontra indikasi Efek samping
Vasoaktif Penyakit arteri
perifer:
Arteriopati diabetika
Nyeri saat istirahat
Gangrene
Raynaud syndrome
Kram pada malam
hari
Akrosianosis
Penyakit arteri
serebral:
Insufisiensi dan
atherosclerosis
serebral yang berupa
deteriorasi mental
pada lanjut usia
penderita dengan
riwayat
hiperoksaluria
penderita dengan
riwayat batu ginjal
yang mengandung
kalsium, yang
berulang
Rasa tidak enak pada
epigastrium dan mual
Ruam kulit
Hepatitis dan gagal
hati
Kejang dan depresi
kardiovaskular (pada
kasus overdosis)
Aritmia jantung dan
hipotensi
( pemberian
parenteral)
Kristal oxalate di
ginjal
6
2.5 Farmakodinamik
Naftidrofuryl oxalate merupakan golongan vasoaktif. Obat ini bekerja
akibat efek antagonis pada reseptor serotonin (5-HT2). Sebagaimana telah
diketahui, serotonin berperan pada iskemia perifer dan serebral yaitu dengan
menginduksi vasokonstriksi, agregasi trombosit, permeabilitas vaskular dan
proliferasi sel. Demikianlah efek antagonis pada reseptor serotonin
menyebabkan proliferasi pada sel- sel otot polos menurun serta menurunkan
vasospasme pada pembuluh darah.
Obat ini nerupakan inhibitor agregasi trombosit yang kuat yang diinduksi
oleh substansi aggregator fisiologis seperti ADP, kolagen, epinefrin, Platelets
Activating Factor(PAF), Tromboxane 2(TXA2). Meskipun obat ini dilaporkan
tidak mempunyai efek vasodilatasi perifer tetapi obat ini mempunyai efek
meningkatkan aliran darah dan keamanannya telah dibuktikan cukup tinggi dari
beberapa penelitian farmakologi dan toksikologi secara umum. Efek obat ini
selain dapat memperbaiki tanda-tanda oklusi arteri kronis, dapat pula
mengurangi ukuran lesi karena iskemik dan mengurangi rasa nyeri saat istirahat.
Naftidrofuryl oxalate melalui efek antagonis terhadap reseptor serotonin,
dapat memperbaiki suplai darah dan kerusakan iskemik pada dinding pembuluh
darah .Sifat ini memungkinkan inhibisi terhadapat efek merusak dari serotonin
pada lokasi cedera vaskular tanpa mempengaruhi sirkulasi umum. Demikianlah
dapat disimpulkan bahwa obat ini bekerja sebagai antikonstriksi, bukan sebagai
vasodilator sebagaimana diduga sebelumnya.
Efek obat ini pada penyakit vaskular perifer terutama dalam hal keluhan
dan simtom seperti Claudicatio intermitten telah terbukti efektif dibandingkan
dengan analgesik kuat, yaitu dengan memberi perbaikan keluhan lokal dan
keluhan umum.
Efek obat ini terhadap endotel terlihat pada uji klinis, dimana obat ini
secara efektif melindungi kelangsungan hidupp sel endotel dari keadaan
kekurangan oksigen maupun dari kematian akibat hipoksia dengan
meningkatkan cadangan ATP dan menurunkan kadar asam laktat. (4)
7
Naftidrofuryl oxalate merupakan obat lama yang telah dipakai secara
luas dengan tingkat keamanan yang tinggi. (1)
2.6 Farmakokinetik
Naftidrofuryl oxalate diabsorbsi secara baik ketika diberikan per oral.
Kadar plasma puncak tercapai kira-kira 30 menit setelah pemberian. (7)
Absorbsi per oral dari Naftidrofuryl Oxalate adalah 24.5%. Volume
distribusinya adalah 61,5 liter dan ikatan protein plasma adalah 80%.
Metabolisme presistemik diketahui adalah 45,5% ±4.5. Ekskresi ginjal berperan
sebesar 80% dan waktu paruh plasma adalah 1 jam. (8)
2.7 Toksisitas
Akumulasi tidak terjadi pada tingkat dosis 200mg tiga kali sehari. Pada
studi yang membandingkan 600 mg atau 300 mg naftidrofuryl dengan placebo
tingkat kejadian samping dan kejadian samping serius sama antara kedua grup.(3)
Naftidrofuryl oxalate diberikan per oral dapat menyebabkan mual dan
nyeri epigastrium. Kemerahan telah dilaporkan. Hepatitis atau gagal hati telah
terjadi secara jarang. Kejang dan depresi dari konduksi jantung dapat terjadi
setelah overdosis. Setelah penggunaan injeksi intravena aritmia jantung,
hipotensi dan kejang telah dilaporkan dan preparat intravena telah ditarik dari
pasaran.
Pada awal 1995 UK CSM mempublikasi detail dari efek samping
naftidrofuryl. Setelah pemberian parenteral dari naftidrofuryl telah diterima 47
laporan dari 79 reaksi, konsekuensi paling serius adalah 9 kasus dari arimia
jantung, 3 kejang dan 2 hipotensi. Efek samping lain juga ditemukan yaitu 2
kasus fatal dari henti jantung telah terjadi setelah pemberian bolus intravena dan
hal tersebut menekankan bahwa obat ini tidak boleh diberikan sebagai bolus
melainkan secara infus intravena pelan. tambahan lagi, 16 laporan, termasuk
satu kematian, dari hepatitis atau gagal hati diasosiasikan dengan naftidrofuryl
per oral telah diterima meskipun hal ini muncul sebagai reaksi yang jarang.
Pada tahun 1995 kemudian, setelah sebuah review diadakan di UK dan
Eropa, diumumkan oleh CSM bahwa naftidrofuryl intravena ditarik. Hal ini
dengan pertimbangan dari risiko aritmia jantung dan toksisitas neurologis
8
melebihi keuntungan dari dosis intravena pada penyakit pembuluh darah tepi.
Bentuk oral naftidrofuryl masih tersedia.
Efek terhadap ginjal. Kristal kalsium oxalate di tubulus renalis dari 2
pasien dengan gagal ginjal akut diasosiasikan denan jumlah yang tinggi dari
oxalate yang mereka terima ketika naftidrofuryl diberikan secara intravena. (5)
Jika gejala toksisitas seperti gangguan konduksi jantung maupun kejang
lambung sebaiknya dikosongkan dengan kumbah lambung dan emesis. Activated
charcoal dapat diberikan jika perlu. Fungsi kardiovaskuler dan pernapasan harus
dimonitor dan, pada kasus yang berat, pemacuan jantung secara elektrik atau
pemakaian isoprenalin sebaiknya dipertimbangkan. Kejang dapat ditangani
dengan diazepam. (9)
2.8 Penelitian pendahulu
The Assessment Group mengidentifikasi empat randomized controlled
trials dari naftidrofuryl oxalate 600 mg dibandingkan dengan placebo dan
randomized controlled trial naftridrofuryl oxalate 300 mg dengan placebo.
Lama terapi dari percobaan berkisar dari 12 minggu sampai 24 minggu; tiga
percobaan selama 24 minggu dan 2 percobaan selama 12 minggu. Keluaran yang
termasuk dalam tiga studi adalah jarak berjalan, jarak jalan bebas nyeri, ankle
brachial pressure index, kejadian kardiovaskuler, kematian kejadian samping
dan quality of life yang berkaitan dengan kesehatan. Rata-rata batas bawah umur
dari partisipan yang menerima naftidrofuryl oxalate pada tiga percobaan berkisar
dari 58 sampai 67 tahun. Batas bawah umur dari percobaan lainnya tidak
dilaporkan. Jumlah dari partisipan pada percobaan bervariasi dari 50 sampai
754. Hanya satu randomized controlled trial merekrut pasien UK (n=50)
Dua percobaan dari naftidrofuryl oxalate 600 mg dibandingkan dengan
placebo termasuk keluaran dari jarak berjalan maksimal. Satu dari percobaan
menunjukan peningkatan jarak berjalan maksimum yang secara statistik
bermakna untuk natridrofuryl oxalate dibandingkan dengan placebo (p < 0.001)
pada percobaan ini, jarak berjalan masksimum dari pasien yang secara acak
terhadap naftidrofuryl oxalate meningkat 158,7 meter dibandingkan dengan 28,1
meter untuk placebo. Untuk hasil dari jarak berjalan bebas nyeri, lima percobaan
dibandingkan naftidrofuryl oxalate dengan placebo melaporkan hasil ini. Empat
9
dari percobaan tersebut menunjukan peningkatan jarak berjalan bebas nyeri yang
secara statistik bermakna dibandingkan dengan placebo (rata-rata perbedaan
dalam meter adalah 204.0, 158.2, 201.4 dan 93.0 untuk kelompok dengan
naftidrofuryl dibandingkan dengan 51.0, 29.9, 98.0 dan 36.0 untuk kelompok
placebo) (3)
10
2.9 Penyakit vaskuler perifer
Istilah penyakit vaskuler perifer sering digunakan untuk penyakit
aterosklerotik atau arterial oklusif tetapi dalam pengertian luas berarti baik
gangguan arteri dan vena dan dapat diakibatkan aterosklerosis, vasospasme, atau
tromboemboli. Penyakit arteri perifer oklusif adalah subyek dari diskusi berikut.
Bentuk paling sering dari penyebab penyakit arteri oklusif adalah
aterosklerosis. Hal ini dapat menjadi satu-satunya manifestasi dari proses
aterosklerotik generalisata dan penderita biasanya mengalami, atau berisiko
yang meningkat dari, penyakit jantung iskemik. Tromboangitis obliterans
(penyakit Buerger) juga merupakan penyakit arteri oklusif, tapi daripada
disebabkan oleh aterosklerosis, penyakit ini adaalah akibat dari lesi inflamatori
dan proliferative pada arteri sedang dan kecil dan vena tungkai. Lesi tersebut
terutama trombotik pada keadaan alami. Penyakit ini berkembang lebih cepat
dari penyakit aterosklerotikl ulkus berat dan gangrene, mengharuskan amputasi,
dapat sering terjadi. Penderita secara umum perokok berat. Claudication
intermittent adalah ciri utama dari penyakit arteri oklusif dari tungkai bawah
dan dikarakteristikan oleh nyeri yang berkembang saat latihan dan biasanya
hilang pada istirahat meskipun dapat menetap pada bentuk berat dari penyakit
ini. Nyeri ini disebabkan oleh iskemia (insufisiensi suplai oksigen) sebagai
akibat dari obstruksi atau vasokonstriksi dari arteri periger. Iskemia dapat
mengakiatkan perubahan tropik pada kulit. Pada penyakit berat atau lanjut
ulserasi dari kulit dan jaringan dapat terjadi dan dapat berkembang menjadi
gangrene. Meskpun pnyebab dari obstruksi arteri biasanya adalah aterosklerosis,
iskemia secara umum ditimbulkan oleh thrombosis. Merokok menyebabkan
vasokonstriksi dan seringkali merupakan faktor kontribusi. (5)
Fontaine mengklasifikasikan PAPO menjadi 4 stadium. PAPO
asimtomatis ( Fontaine stadium I), PAPO dengan gejala ( Fontaine stadium 2 ),
yaitu Claudicatio intermitten yang tersering, dimana nyeri terjadi saat
beraktivitas dan berkurang saat istirahat. Nyeri saat istirahat ( Fontaine stadium
III). Nekrosis dan gangrene ( Fontaine stadium IV). Nyeri pada PAPO
( Claudicatio intermitten) disebabkan karena suplai oksigen ke sel yang kurang
karena kelainan permbuluh darah itu sendiri. Kritera diagnosis PAPO menurut
11
pedoman pusat pelayanan kesehatan di Inggris adalah Ankle Brachial Pressure
Index <0,9. (2)
Manajemen. Pasien dengan penyakit arteri oklusif berrisiko tinggi
terhadap kejadian kardiovaskuler lain seperti infark miokard dan stroke, dan
pengobatan adalah penting baik untuk menurunkan risiko dan untuk
memperbaiki keluhan. Ukuran ukuran untuk menurunkan risiko kardiovaskuler
termasuk perubahan gaya hidup umum, terapi antiplatelet, pengobatan hipertensi
dan hiperlipidemia, dan berhenti merokok. Pada kasus tromboangiitis obliterans,
berhenti merokok adalah esensial untuk menghentian perkembangan dari
penyakit. Tindakan-tindakan ini tidak secara umum memperbaiki keluhan pada
penderita intermittent claudication, meskipun program latihan ketat telah
menunjukan perbaikan jarak berjalan dan direkomendasikan, dan ada juga
beberapa bukti bahwa terapi penutunan lipid dapat berhasil sama. Banyak obat
telah digunakan untuk mengendalikan keluhan pada penyakit arteri oklusif,
tetapi penelitian-penelitian telah sering kali mengecewakan dan efikasinya dan
atau secara keseluruhan ditempatkan pada manajemen tersisa untuk secara kuat
terbukti. Vasodilator telah menjadi obat yang paling umum digunakan pada
intermittent claudicarion, meskipun keuntungan apa saja yang telah diakui
adalah mungkin disebabkan oleh mekanisme lain daripada vasodilatasi, aksi
pada sel darah atau perubahan reologi darah. Vasodilator tidak secara lebih
mendilatasi arteri yang sakit, di mana pada kasus apa saja dapat terdilatasi penuh
sebelumnya. Dilatasi arteri yang menyuplai jaringan non-iskemik –disebut
fenomena ‘steal’; hal ini adalah risiko yang diketahui dengan semua vasodilator,
tetapi terutama vasodilator arteri yang kuat seperti hydralazine dan tipe obat ini
tidak cocok untuk dipakai pada penyakit arteri perifer. Cilostazol, yang
mempunyai efek antiplatelet dan vasodilatasi, telah menunjukan peningkatan
jarak berjalan dan telah direkomendasikan pada pasien-pasien dengan
claudicatio yang mencacatkan. Naftidrofuryl dan pentoxyfilline telah secara luas
digunakan; mereka dapat meningkatkan waktu dan jarak berjalan sebelum onset
nyeri, tetapi bukti dari keuntungan tersebut terbatas. Pentoxifylline dapat
dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua daripada cilostazol. Vasodilator lain
telah dipromosikan untuk terapi dari intermittent claudicating seperti buflomedil,
12
cinnarizine, cyclandelate, dan inositol nicotinate; ketanserin, yang menhambat
vasokonstriksi dan juga perubahan indeks-indeks reologi darah, juga telah
dipakai.
Prostaglandins seperti alprostadil (prostaglandin E1) dan epprostenol
(prostacyclin) bekerja sebagai vasodilator dan telah digunakan pada penyakit
arteri obstruktif. Sebuah efek menguntungkan pada nyeri saat istirahat telah
diketahui dan beberapa ulkus telah berregresi atau sembuh; pada pasien terpilih
bentuk dari terapi ini telah mengindari kebutuhan akan amputasi.
Bagaimanapun, peran obat tersebut masih tidak jelas. Sebuah tinjauan sistematik
menyimpulkan bahwa prostaglandin E1 dan analognya, diberikan secara
intravena atau intraarterial, bermanfaat, tapi penggunaanya mungkin tidak
praktis pada sebagian besar pasien. Prostaglandin-prostaglandin oral seperti
beraprost juga telah dicoba namun tampak tidak efektif dan tidak
direkomendasikan. Dinoprostone juga telah dipakai.
Obat-obat lain yang telah menunjukan hasil positif pada penelitian-
penelitian kecil termasuk arginine, ginkgo biloba, glutathione, levocarnitine,
policosanol, dan sulodexide. Growth factors (diberikan secara lokal) dan terapi
gen juga telah dicoba.
Jika intermittent claudication adalah berat, dan tidak merespon terhadap
terapi medikamentosa, teknik non-farmakologis seperti operasi bypass,
endarterectomy, angioplasty translumen perkutan, atau stenting intravaskuler
sebaiknya dipertimbangkan. Setelah prosedur-prosedur ini, pengobatan untuk
mencegah thrombosis postoperative dan restenosis mungkin diperlukan.
Oklusi arteri mendadak atau akut akibat emboli atau thrombosis dapat
terjadi pada 10% pasien-pasien dengan penyakit aterosklerotik, tetapi jarang
pada tromboangiitis obliterans. Pendekatan awal adalah pembersihan secara
bedah; dissolusi dari thrombus menggunakan terapi trombolitik lokal atau
sistemik dapat dipertimbangkan. (5)
13
Bab III
DISKUSI
Penggunaan vasoaktif dalam kasus PAPO (Claudicatio intermitten)
merupakan terapi yang rasional. Hal ini sesuai dengan patofisiologi PAPO
yaitu suatu penyakit dimana arteri yang membawa darah ke ekstremitas
menyempit atau menutup dimana penyebab utamanya adalah atherosclerosis. (1). Naftidrofuryl oxalate bekerja akibat efek antagonis pada reseptor serotonin
(5-HT2). Sebagaimana telah diketahui, serotonin berperan pada iskemia perifer
dan serebral yaitu dengan menginduksi vasokonstriksi, agregasi trombosit,
permeabilitas vaskular dan proliferasi sel. Demikianlah efek antagonis pada
reseptor serotonin menyebabkan proliferasi pada sel- sel otot polos menurun
serta menurunkan vasospasme pada pembuluh darah. Obat ini juga merupakan
inhibitor agregasi trombosit yang kuat yang diinduksi oleh substansi aggregator
fisiologis seperti ADP, kolagen, epinefrin, Platelets Activating Factor(PAF),
Tromboxane 2(TXA2). (4)
Pemilihan terapi obat yang rasional harus memenuhi 5 tepat: tepat obat,
tepat dosis, tepat bentuk sediaan obat, tepat cara pemberian, dan tepat waktu
pemberian obat.
1. Tepat Obat
Berdasarkan patofisiologi, PAPO ( Claudicatio intermitten ) merupakan
suatu penyakit dimana arteri yang membawa darah ke ekstremitas mengalami
penyempitan atau oklusi. (1). Pemilihan Naftidrofuryl sebagai terapi karena obat
ini bekerja akibat efek antagonis pada reseptor serotonin (5-HT2).
Sebagaimana telah diketahui, serotonin berperan pada iskemia perifer dan
serebral yaitu dengan menginduksi vasokonstriksi, agregasi trombosit,
permeabilitas vaskular dan proliferasi sel. Demikianlah efek antagonis pada
reseptor serotonin menyebabkan proliferasi pada sel- sel otot polos menurun
serta menurunkan vasospasme pada pembuluh darah. (4)
14
Obat ini merupakan inhibitor agregasi trombosit yang kuat yang
diinduksi oleh substansi aggregator fisiologis seperti ADP, kolagen, epinefrin,
Platelets Activating Factor(PAF), Tromboxane 2(TXA2).
Naftidrofuryl oxalate menjadi pilihan utama karena obat ini telah lama
dipakai secara luas dengan tingkat keamanan yang tinggi. (1)
Menurut suatu studi meta analisis dari penggunaan tiga obat yaitu:
naftidrofuryl, cilostazol, pentoxifylline, naftidrofuryl memberikan efek terbesar
berupa peningkatan sebesar 60% dari batas bawah jarak jalan bebas nyeri rata-
rata, diikuti Cilostazol (25%), dan pentoxifyllin (11%). Naftidrofuryl juga
terbukti cost- effective untuk terapi PAPO ( Claudicatio intermitten) (2) selain
itu, obat ini telah dipakai secara luas dan memiliki tingkat keamanan yang
tinggi sehingga pemilihan Naftidrofuryl oxalate pada kasus ini adalah tepat.
2. Tepat Dosis
Dosis naftidrofuryl untuk dewasa dengan PAPO adalah 100mg-200mg
diberikan 3 kali sehari selama minimal 3 bulan. (5)
Empat randomized controlled trials dari naftidrofuryl oxalate dengan
dosis 600 mg dibandingkan dengan placebo dan randomized controlled trial
naftridrofuryl oxalate 300 mg dengan placebo dengan lama terapi dari
percobaan berkisar dari 12 minggu sampai 24 minggu, memberikan hasil terapi
yang memuaskan pada sampel dengan perlakuan berupa peningkatan jarak
jalan dan bebas dari rasa nyeri. (2)
Pemberian dosis dan jangka waktu pemberian dari obat ini sudah
sesuai dengan pedoman yang digunakan. Pemberian dosis yang lebih tinggi
dikhawatirkan memberikan efek samping yang lebih besar. Pemberiannya
diberikan dalam waktu minimal 3 bulan dengan pertimbangan bahwa PAPO
merupakan penyakit dengan proses yang berjalan lama sehingga terapinya
tidak bisa dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Pemberian dosis pada
15
kasus ini sudah sesuai dengan pedoman penggunaan Naftidrofuryl oxalate
untuk terapi PAPO.
3. Tepat Bentuk Sediaan Obat (BSO)
Naftidrofuryl oxalate tersedia dalam 2 bentuk yaitu berupa tablet dan
kapsul dengan masing- masing tersedia dalam dosis 100mg dan 200mg. (6).
Penelitian yang dilakukan sebelumnya menggunakan sediaan dalam bentuk
tablet dimana keduanya sudah memberikan hasil yang memuaskan. Pemberian
dalam bentuk tablet maupun kapsul dalam kasus ini tidak banyak memberikan
perbedaan, meskipun kapsul diabsorbsi lebih cepat daripada tablet. PAPO
sendiri bukan merupakan keadaan emergensi yang memerlukan onset obat
yang sangat cepat. Dari pertimbangan cost- effective, keduanya tidak jauh
berbeda dari segi harga, sehingga pemilihan jenis sediaan bisa disesuaikan
dengan kebutuhan pasien. Dapat disimpulkan, bentuk sediaan yang dipilih pada
kasus ini sudah tepat.
4. Tepat Cara Pemberian
Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Naftidrofuryl oxalate
diberikan per oral dengan pertimbangan bahwa bahwa obat ini dipakai untuk
terapi penyakit non emergensi sehingga pemberian obat per oral dianggap
cukup praktis dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien, akan
tetapi perlu dipertimbangkan pula mengenai kepatuhan pasien mengingat
pemberian obat ini memerlukan waktu relatif lama. Selain itu, obat ini hanya
tersedia dalam bentuk kapsul dan tablet sehingga satu-satunya cara pemberian
hanyalah per oral. Pemberian parenteral sudah tidak dilakukan karena efek
samping yang ditimbulkan berbahaya. Jadi cara pemberian Naftidrofuryl
oxalate pada kasus ini sudah tepat.
5. Tepat Waktu Pemberian
Dari penelitia randomized controlled trials, tiga di antaranya dilakukan
selama 24 minggu dan dua sisanya selama 12 minggu. Dalam hal ini waktu
pemberian sudah sesuai dengan pedoman yang dipakai yaitu minimal 3 bulan.
Pemberian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa PAPO merupakan
penyakit kronis dimana prosesnya lambat sehingga terapinya tidak bisa
16
dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Jadi, waktu pemberian untuk
kasus ini sudah tepat.
17
Bab IV
RINGKASAN
Penyakit Arteri Oklusif Perifer merupakan salah satu penyakit yang
tidak menyebabkan kematian, tetapi sangat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. Gejala utama dan paling sering dari PAPO adalah Claudicatio
intermitten ( PAPO kelas II, klasifikasi Fontaine). Angka kejadian PAPO
adalah sekitar 12% pada populasi dewasa di negara Barat. PAPO yang
diindikasikan dengan Ankle Brachial Pressure Index < 0,9 adalah sebesar
19,8%.
Naftidrofuryl oxalate merupakan agen vasoaktif yang dipakai sebagai
terapi claudicatio intermittent. Obat ini bekerja sebagai antagonis pada reseptor
serotonin (5-HT2), juga sebagai inhibitor agregasi trombosit yang kuat.
Naftidrofuryl oxalate diabsorbsi baik per oral. Kadar plasma puncak tercapai
kira-kira 30 menit setelah pemberian. Volume distribusinya tinggi, dengan
ikatan protein plasma yang tinggi pula. Delapan puluh persen diekskresi
melalui ginjal, waktu paruh plasmanya 1 jam. Efek samping yang telah
dilaporkan antara lain mual, nyeri epigastrium, dan ruam kulit. Hepatitis dan
gagal hati jarang terjadi. Kejang dan depresi konduksi jantung terjadi setelah
overdosis. Pada penggunaan injeksi intravena, terjadi aritmia jantung,
hipotensi, dan kejang sehingga preparat intavena ditarik dari pasaran.
Penggunaan vasoaktif dalam kasus claudicatio intermitten merupakan
terapi yang rasional. Penggunaan Naftidrofuryl oxalate sebagai terapi PAPO
boleh diberikan karena sesuai dengan patofisiologi bahwa PAPO disebabkan
oleh penyempitan sampai oklusi pada pembuluh darah perifer. Sehingga
pemilihan vasoaktif sudah tepat. Dosis Naftidrofuryl oxalate pada PAPO
sebesar 100 - 200 mg 3 kali sehari, diberikan per oral. Digunakan bentuk
sediaan berupa tablet. Terapi diberikan antara 12 minggu sampai 24 minggu.
PAPO dengan gejala yang berat, dan tidak merespon terapi
medikamentosa, teknik non-farmakologis sebaiknya dipertimbangkan.
Kata kunci : Penyakit Arteri Perifer Oklusif, Naftidrofuryl oxalate, antagonis
reseptor serotonin, penghambat agregasi platelet
18
SUMMARY
Peripheral Artery Occlusive Disease is one of disease that does not cause death,
but really affects one’s quality of life. Commonest and main symptom of this disease is
intermittent claudication (PAOD Class II, Fontaine classification). The prevalence of
PAOD is about 12% in adult population in western countries. PAOD indicated with
Ankle Brachial Pressure Index of < 0,9 is 19,8%.
Naftidrofuryl oxalate is a vasoactive agent which is used as a theraphy for
intermittent claudicatio. This drug acts as serotonin(5-HT2) receptor antagonist, also as
powerful platelet aggregation inhibitor. Naftidrofuryl oxalate is orally well absorbed.
Peak plasma level reached at approximately 30 minutes after dosed. It has high
distribution volume, with high plasma protein bound. Eighty percent of drug excreted
by kidney, its half time is 1 hour. Adverse effects which had been reported are nausea,
epigastric pain, and rash. Hepatitis and liver failure has occurred rarely. Convulsions
and depression of cardiac conduction may occur after overdosage. After intravenous use
cardiac arrhythmias, hypotension, and convulsions have been reported and intravenous
preparations have been withdrawn from the market
The use of vasoactive in intermittent claudicatio is a rational theraphy. The use
of this drug is allowed since the patophysiology of PAOD is caused by constriction to
peripheral vessels occlusion. Therefore the choose of vasoactive is appropriate. The
dose of naftidrofuryl oxalate in PAOD is 100-200 mg given orally three times daily.
Tablet preparation is used. This theraphy is given 12 to 24 weeks.
PAOD with severe symptoms and do not response to medical therapy, non-
pharmacologic technique should be considered.
Keywords : Peripheral Artery Occlusive Disease, Naftidrofuryl oxalate, serotonin
receptor antagonist, platelet aggregation inhibitor
19
DAFTAR PUSTAKA
1. The Cochrane Collaboration. Naftidrofuryl for intermittent claudication
(Review). 2008. http://www.cfah.org/hbns/archives/viewSupportDoc.cfm?
supportingDocID=592
2. Health Technology Assessment.NIHR HTA programme : A systematic review
and economic evaluation of cilostazol, naftidrofuryl oxalate, pentoxifylline and
inositol nicotinate for the treatment of intermittent claudication in people with
peripheral arterial disease. 2011. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22142554
3. NHS. NICE technology appraisal guidance 223 : Cilostazol, naftidrofuryl
oxalate, pentoxifylline and inositol nicotinate for the treatment of intermittent
claudication in people with peripheral arterial disease. 2011.
www.nice.org.uk/guidance/TA223
4. Dokter Network Angkatan 97.Penyakit vaskular perifer pada diabetes mellitus
dan
http://dokternetworks97.blogspot.com/2011/06/penyakit-vaskuler-perifer-pada-
diabetes.html?m=1
5. Sean C. Sweetman. Martindale : the complete drug reference thirty-six edition.
London : Pharmaceutical Press, 2009, 1346, 1178.
6 MIMS. 2012. Pentoxifylline.Diunduh dari :
http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/pentoxifylline/ [diakses pada 27
September 2012]
7 Merck Serono. Summary of product characteristic : praxilene. 2012.
http://www.medicines.ie/medicine/5434/SPC/Praxilene/
8 Pharma Professional Services. Naftidrofuryl (oxalate) : pharmacokinetics.
2012. http://www.druginfosys.com/Drug.aspx?
drugCode=498&drugName=Naftidrofuryl%20%28Oxalate%29&type=2
9. Drugs.com. Naftidrofuryl capsules 100 mg. 2010.
http://www.drugs.com/uk/naftidrofuryl-capsules-100mg-spc-10662.html