referat kpd

16
KETUBAN PECAH DINI KETUBAN PECAH DINI Pembimbing : dr. Bambang Widjanarko, SpOG Co- Asisten : Taufiq. S.Ked / 2009730052

Upload: ainun-zamira-habie

Post on 12-Sep-2015

94 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

KOAS

TRANSCRIPT

  • KETUBAN PECAH DINIKETUBAN PECAH DINI Pembimbing :dr. Bambang Widjanarko, SpOG

    Co- Asisten :Taufiq. S.Ked / 2009730052

  • DefinisiKPD : Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam tetap tidak diikuti proses inpartu sebagaiman mestinya. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi intra-amnion.

  • EtiologiInfeksiServik yang inkompetensia, Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi PAP yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

  • Gejala Ketuban pecah tiba tiba, pancaran involunter atau kebocoran cairan jernih dari vagina merupakan gejala khas. Tidak ada his dalam 1 jamGejala klinis lainnya adalah gejala dari infeksi atau korioamnionitis seperti adanya demam yang menyertai.

  • DiagnosisTentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE). Tentukan usia kehamilan Tentukan ada tidaknya infeksi. Tentukan tanda-tanda persalinan & scoring pelvic. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).

  • DiagnosisTes Nitrazin, jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH vagina wanita hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering, menunjukkan gambaran daun pakis. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.

  • PenatalaksanaanKonservatifAntibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari).Jika umur kehamilan < 32 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negative, beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.

  • PenatalaksanaanJika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).Pada usia kehamilan 32-37 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

  • PenatalaksanaanB. AktifKehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal, lakukan seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 g 50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri.Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan.

  • Komplikasi Persalinan prematurInfeksi- Korioamnionitis : keadaan pada perempuan hamil di mana korion, amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Hipoksia dan asfiksia akibat oligohidramnionOligohidramnion menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru, sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.

  • Komplikasi Sindroma Potter Sindroma Potter dapat berbentuk clubbed feet, Hipoplasia Pulmonal dan kelainan kranium yang terkait dengan oligohidramnion

  • PrognosisTergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta adanya infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-26 minggu) memiliki prognosis yang buruk. Apabila KPD terjadi setelah usia masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik terutama bila tidak terdapatnya infeksi

  • Daftar PustakaCunningham, F. G. 2006. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGC.Prawirohardjo, Sawono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina PustakaManuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.Norwitz ER, Schorge JO. 2008. At a glance obstetri dan ginekologi Edisi 2. Jakarta:Penerbit Erlangga.