proses fisiologis traktus respiratorius
TRANSCRIPT
Mekanisme Sistem Pernafasan pada Manusia
Kelompok E1 :
Andreino Adythia Pause (102010020)
Mega Julia Thio (102010028)
Debby Mariane Lumban Tobing (102011050)
Renoir Victor (102011111)
Sharon Lorisa Simamora (102011115)
Maria Griselda Amadea (102011214)
Alvin Wijaya (102011307)
Nurfitri Setioningsih (102011328)
Kirana (102011415)
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
www.ukrida.ac.id
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Saluran pernapasan atau traktus respiratorius adalah bagian tubuh manusia
yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang
diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini berpangkal pada hidung atau
mulut dan berakhir pada paru-paru. Pernapasan berarti pergerakan oksigen dari
atmosfer menuju ke sel-sel dan keluarnya karbondioksida dari sel-sel ke udara
bebas. Proses pernapasan terdiri dari beberapa langkah dimana system
pernapasan, system syaraf pusat dan system kardiovaskular memegang
peranan yang sangat penting.
II. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dari skenario kasus 5 adalah anak berusia 10
tahun mengalami batuk, serak dan sakit saat menelan.
III. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
- Sebagai bahan pembelajaran mengenai mekanisme pernapasan, mulai dari jalan
masuk udara (sistem pernapasan) sampai pada reaksi kimia di dalamnya.
- Sebagai bahan pembelajaran mengenai struktur organ pernapasan, baik dari segi
anatomi (makro) maupun histologi (mikro).
IV. Hipotesis
Batuk, serak dan sakit saat menelan disebabkan oleh gangguan sistem
pernapasan.
2
Batuk, serak dan sakit saat
menelan
PEMBAHASAN
I. Langkah-langkah dalam Problem Based Learning
1. Identifikasi istilah yang tidak diketahui
No
.
Istilah Arti Sumber
1. Pharyngitis Peradangan ujung
tenggorok dan hulu
kerongkongan karena infeksi
Wilkins William.
Diagnosis Fisik.
Jakarta: EGC; 2000.
2. Rumusan masalah
No. Masalah
1. Anak berusia 10 tahun mengalami batuk, serak dan sakit saat menelan.
3. Analisis masalah
3
Mekanisme
Pernapasan
Makro/Mikro
Volume udara di paru-paru
Pertukaran O2 dan CO2 Reaksi kimia
Sistem pernapasan Proses masuknya udara
4. Hipotesis
No. Hipotesis
1. Batuk, serak dan sakit saat menelan disebabkan oleh gangguan sistem pernapasan.
5. Menentukan sasaran pembelajaran
No. Sasaran Pembelajaran
1. Struktur organ pernapasan secara makro dan mikro
2. Mekanisme pernapasan
II. Teori
Makro/mikro
Organ - Organ pernapasan Manusia : 1
1. Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan pertama yang dilalui oleh udara. Ujung
hidung ditunjang oleh tulang rawan dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis.
Kedua tulang hidung menghubungkan rongga hidung dengan atmosfer untuk
mengambil udara. Rongga hidung tersusun atas rambut-rambut kasar. Rambut-rambut
kasar tersebut berfungsi menyaring debu-debu kasar. Rongga hidung tersusun atas sel-
sel epitel berlapis semu bersilia yang memiliki sel goblet. Sel goblet merupakan sel
penghasil lendir yang berfungsi menyaring debu, melekatkan kotoran pada rambut
hidung, dan mengatur suhu udara pernapasan. Sebagai indra pembau, pada atap atau
rongga hidung terdapat lobus olfaktorius yang mengandung sel-sel pembau.
4
Perjalanan udara memasuki paru-paru dimulai ketika udara melewati lubang hidung.
Di lubang hidung, udara disaring oleh rambut-rambut di lubang hidung. Udara juga
menjadi lebih hangat ketika melewati rongga hidung bagian dalam. Di rongga hidung
bagian dalam, terdapat juga ujung-ujung saraf yang dapat menangkap zat-zat kimia
yang terkandung dalam udara sehingga kita mengenal berbagai macam bau. Ujung-
ujung saraf penciuman tersebut kemudian akan mengirimkan impuls ke otak.
Gambar 1. Struktur organ pernapasan pada manusia
2. Faring
Setelah melalui rongga hidung, udara akan melewati faring. Faring adalah
percabangan antara saluran pencernaan (esofagus) dan saluran pernapasan (laring dan
trakea) dengan panjang kurang lebih 12,5–13 cm. Faring terdiri atas tiga bagian, yakni
nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Faring merupakan pertemuan antara saluran
pernapasan dan saluran pencernaan. Oleh karena itu, ketika menelan makanan, suatu
katup (epiglotis) akan menutup saluran pernapasan (glotis) sehingga makanan akan
masuk ke saluran pencernaan. Pada percabangan ini, terdapat klep epiglotis yang
mencegah makanan memasuki trakea.
5
Gambar 2. Pada faring terdapat epiglottis
3. Laring
Setelah melewati faring, udara akan menuju laring. Laring sering disebut
sebagai kotak suara karena di dalamnya terdapat pita suara. Laring merupakan suatu
saluran yang dikelilingi oleh sembilan tulang rawan. Salah satu dari sembilan tulang
rawan tersebut adalah tulang rawan tiroid yang berbentuk menyerupai perisai. Pada
laki-laki dewasa, tulang rawan tiroid lebih besar daripada wanita sehingga membentuk
apa yang disebut dengan jakun
6
.
Gambar 3. Struktur laring
4. Trakea
Dari laring, udara memasuki trakea. Trakea disebut juga “pipa angin”
atau saluran udara. Trakea memiliki panjang kurang lebih 11,5 cm dengan
diameter 2,4 cm. Trakea tersusun atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa,
lapisan submukosa, lapisan tulang rawan, dan lapisan adventitia. Lapisan
mukosa terdiri atas sel-sel epitel berlapis semu bersilia yang mengandung sel
goblet penghasil lendir (mucus). Silia dan lendir berfungsi menyaring debu
atau kotoran yang masuk. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat.
Lapisan tulang rawan terdiri atas kurang lebih 18 tulang rawan berbentuk huruf
C. Lapisan adventitia terdiri atas jaringan ikat. Dinding trakea dilapisi oleh
epitel berlapis banyak palsu bersilia. Epitel ini menyekresikan lendir di dinding
trakea. Lendir ini berfungsi menahan benda asing yang pada membran sel
epitel.
7
Gambar 4
(a) Bronkus akan bercabang-cabang menjadi bronkiolus. (b) Ujung-ujung bronkiolus
membentuk alveolus.
5. Bronkus dan Bronkiolus
Setelah melalui trakea, saluran bercabang dua. Kedua cabang tersebut
dinamakan bronkus. Setiap bronkus terhubung dengan paru-paru sebelah
kanan dan kiri. Bronkus bercabang-cabang lagi, cabang yang lebih kecil
disebut bronkiolus. Dinding bronkus juga dilapisi lapisan sel epitel selapis
silindris bersilia. Di sekitar alveolus terdapat kapiler-kapiler pembuluh darah.
Dinding kapiler pembuluh darah tersebut sangat berdekatan dengan alveolus
sehingga membentuk membran respirasi yang sangat tipis. Membran yang tipis
ini memungkinkan terjadinya difusi antara udara alveolus dan darah pada
kapiler-kapiler pembuluh darah. Bronkus, bronkious, dan alveolus
membentuk satu struktur yang disebut paru-paru.
8
6. Alveolus
Bronkiolus bermuara pada alveoli (tunggal: alveolus), struktur
berbentuk bola-bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh darah.
Epitel pipih yang melapisi alveoli memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler
darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga alveolus. Alveolus
merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa gelembung-
gelembung udara. Dindingnya tipis, lembap, dan berlekatan erat dengan
kapiler-kapiler darah. Alveolus terdiri atas satu lapis sel epitelium pipih dan di
sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus
memungkinkan terjadinya perluasan daerah permukaan yang berperan penting
dalampertukaran gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel
darah ke udara.2
7.Paru-paru
Paru-paru ada dua dan merupakan organ pernapasan utama. Paru-paru
terletak dalam rongga dada. Letaknya di sebelah kanan dan kiri serta di
tengahnya dipisahkan oleh jantung. Jaringan paru-paru mempunyai sifat
elastik, berpori, dan seperti spon. Apabila diletakkan di dalam air, paru-paru
akan mengapung karena mengandung udara di dalamnya. Paru-paru dibagi
menjadi beberapa belahan atau lobus. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus
dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Paru-paru
dilapisi oleh selaput atau membran serosa rangkap dua disebut pleura. Di
antara kedua lapisan pleura itu terdapat eksudat untuk meminyaki
permukaannya sehingga mencegah terjadinya gesekan antara paru-paru dan
9
dinding dada yang bergerak saat bernapas. Dalam keadaan sehat kedua lapisan
itu saling erat bersentuhan.Namun dalam keadaan tidak normal, udara atau
cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas.3
Mekanisme pernapasan4
Aliran udara dari udara bebas ke paru-paru dan sebaliknya, ditentukan oleh
perubahan tekanan udara dalam rongga paru-paru, rongga dada, dan rongga perut.
Perubahan tekanan disebabkan oleh terjadinya perubahan volume setiap ruangan.
Perubahan volume setiap ruangan ini diatur oleh otot-otot pernapasan yaitu otot
antartulang rusuk, otot diafragma, dan otot dinding perut.
Otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
1. interkostalis eksternus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
2. sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
3. skalenus yang mengangkat dua iga teratas.
4. interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
5. otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke
atas.
6. otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
Berdasarkan otot yang berperan aktif pada proses pernapasan, pernapasan pada
manusia dapat dibedakan menjadi pernapasan dada dan pernapasan perut.
1. Pernapasan dada
Apabila otot antartulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat hingga
volume rongga dada bertambah besar. Hal ini menyebabkan tekanan udara rongga
dada menjadi lebih kecil dari tekanan udara rongga paru-paru, sehingga mendorong
paru-paru mengembang dan mengubah tekanannya menjadi lebih kecildaripada
tekanan udara bebas. Selanjutnya akan terjadi aliran udara dari luar ke dalam rongga
paru-paru melalui rongga hidung, batang tenggorokan, bronkus, dan alveolus. Proses
ini disebut inspirasi.
10
Bila otot antartulang rusuk dalam berkontraksi, tulang rusuk akan tertarik ke posisi
semula sehingga mendesak dinding paru-paru. Akibatnya, rongga paru-paru mengecil
dan menyebabkan tekanan udara di dalamnya meningkat. Hal ini menyebabkan udara
dalam rongga paru-paru terdorong ke luar. Proses ini disebut ekspirasi.
2. Pernapasan perut
Pada pernapasan perut, otot yang berperan aktif yaitu otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Apabila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan
mendatar. Hal ini menyebabkan volume rongga dada bertambah besar, sehingga
tekanan udara di dalamnya mengecil. Penurunan tekanan udara akan diikuti
mengembangnya paru-paru. Halini menyebabkan terjadinya aliran udara ke dalam
paru-paru (inspirasi).
Apabila otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi, isi rongga
perut akan terdesak ke arah diafragma, sehingga posisi diafragma akan cekung ke arah
rongga dada. Hal ini menyebabkan volume rongga dada mengecil dan tekanannya
meningkat, sehingga menyebabkan isi rongga paru-paru terdorong ke luar dan
terjadilah ekspirasi.
3. Mekanisme pertukaran O2 dan CO24,5
Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui
dua cara, yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung.
Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat
proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran
pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung.
Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru. Dengan
kata lain, kita melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru.
Walaupun begitu, proses difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-
paru. Bagian paru-paru yang mengalami proses difusi dengan udara yaitu
gelembung halus kecil atau alveolus.
Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai
dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida
yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
11
3.1. Pernapasan Luar (Eksternal)
Pernapasan luar merupakan pertukaran gas di dalam paru-paru. Oleh karena itu,
berlangsung difusi gas dari luar masuk ke dalam aliran darah. Dengan kata lain,
pernapasan luar merupakan pertukaran gas (O2 dan CO2) antara udara dan darah.
Pada pernapasan luar, darah akan masuk ke dalam kapiler paru-paru yang
mengangkut sebagian besar karbon dioksida sebagai ion bikarbonat (HCO3-) dengan
persamaan reaksi seperti berikut.
H+ + HCO3- H2 CO3
Sisa karbon dioksida berdifusi keluar dari dalam darah dan melakukan reaksi
sebagai berikut.
H2CO3 H2O + CO2
Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah dapat
mempercepat reaksi. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion - ion
hidrogen yang telah diangkut; HHb menjadi Hb. Hb merupakan singkatan dari
haemoglobin, yaitu jenis protein dalam sel darah merah. Selanjutnya, hemoglobin
mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin (HbO2).
HHb Hb + H+
Hb + O2 HbO2
Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2
meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam darah secara difusi.
Terjadinya difusi O2 dan CO2 ini karena adanya perbedaan tekanan parsial.
Tekanan udara luar sebesar 1 atm (760 mmHg), sedangkan tekanan parsial O2 di paru-
paru sebesar ± 160 mmHg. Tekanan parsial pada kapiler darah arteri ± 100 mmHg,
dan di vena ± 40 mmHg. Hal ini menyebabkan O 2 dari udara berdifusi ke dalam
darah.
12
Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam vena ± 47 mmHg, tekanan parsial CO2
dalam arteri ± 41 mmHg, dan tekanan parsial CO2 dalam alveolus ± 40 mmHg.
Adanya perbedaan tekanan parsial tersebut menyebabkan CO2 dapat berdifusi dari
darah ke alveolus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi afinitas Hemoglobin (Hb) terhadap O2
2.1 keasaman atau pH6
Keasaman bertambah atau pH semakin turun dan kadar ion H+ meningkat akan
melemahkan ikatan antara oksigen dan hemoglobin sehingga kurva disosiasi oksigen-
hemoglobin bergerak ke kanan (Afinitas Hb terhadap O2 berkurang ) sehingga
menyebabkan hemoglobin melepaskan lebih banyak oksigen ke jaringan. Misal
peningkatan asam laktat dan asam karbonat yang dihasilkan oleh jaringan yang aktif
secara metabolic.
Keasaman turun atau PH naik afinitas Hb terhadap O2 bertambah sehingga kurva
disosiasi oksigen hemoglobin bergerak ke kiri (afinitas Hb tehadap O2 Bertambah)
dan hemoglobin banyak mengikat O2. Hb bekerja sbg buffer utk ion H+ .
2.2 PO2 atau tekanan parsial O2
Apabila PO2 darah meningkat , misalnya seperti di kapiler paru, Hb berikatan
dengan sejumlah besar O2 mendekati 100% jenuh, PO2 60-100 mmHg : Hb >/90%
jenuh (afinitas Hb terhadap O2 bertambah) dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin
bergerak ke kiri.
Dan apabila PO2 menurun, misal di kapiler sistemik PO2 antara 40 & 20 mmHg
(75-35% jenuh) : sejml besar O2 dilepas dr Hb setiap penurunan PO2 , afinitas Hb
terhadap O2 berkurang dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kanan.
2.3 PCO2 atau tekanan parsial CO2
PCO2 darah meningkat di kapiler sistemik sehingga CO2 berdifusi dari sel ke
darah mengikuti penurunan gradiennya menyebabkan penurunan afinitas Hb terhadap
O2 (Hb lebih banyak membebaskan O2) kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser
ke kanan.
13
PCO2 darah menurun di kapiler paru sehingga CO2 berdifusi dari darah ke alveoli
menyebabkan peningkatan afinitas Hb terhadap O2 ( Hb lebih banyak mengikat O2)
kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kiri.
2.4 Temperatur atau suhu6,7
Panas yang dihasil reaksi metabolism dari kontraksi otot melepaskan banyak asam
dan panas menyebabkan temperatur tubuh naik dan sel aktiv perlu banyak O2 memacu
pelepasan O2 dr oksiHb (afinitas Hb tehadap O2 berkurang) kurva bergeser ke kanan.
Hipotermia menyebabkan metabolisme sel lambat sehingga O2 yang dibutuhkan
jaringan sedikit pelepasan O2 dari Hb juga lambat (afinitas Hb terhadap O2
berkurang) dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kiri.
2.5 BPG
Peningkatan BPG yang dihasikan dari suatu metabolit glikolisis dan terdapat
dalam darah sehingga Hb berikatan dg BPG dapat mengurangi afinitas Hb thd O2 dan
kurva bergeser ke kanan. Hormon tiroksin, GH, epinefrin, norepi & testosteron dapat
meningkatkan pembentukan BPG dan kadar BPG meningkat pada orang yg tinggal di
dataran tinggi.
Penurunan BPG di darah menyebabkan ikatan Hb terhadap O2 semakin kuat
karena Hb tidak diikat oleh BPG afinitas Hb terhadap O2 bertambah, kurva disosiasi
oksigen hemoglobin bergeser ke kiri.
3.2 Pernapasan Dalam (Internal)
Pada pernapasan dalam (pertukaran gas di dalam jaringan tubuh) darah masuk ke
dalam jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin dan berdifusi masuk ke
dalam cairan jaringan tubuh. Reaksinya sebagai berikut.
HbO2 Hb + O2
Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan dapat terjadi,
karena tekanan oksigen di dalam cairan jaringan lebih rendah dibandingkan di dalam
darah. Hal ini disebabkan karena sel-sel secara terus menerus menggunakan oksigen
dalam respirasi selular.
14
Dari proses pernapasan yang terjadi di dalam jaringan menyebabkan terjadinya
perbedaan komposisi udara yang masuk dan yang keluar paru-paru.
Perlu diketahui bahwa tekanan parsial O2 pada kapiler darah nadi ± 100 mmHg
dan tekanan parsial O2 dalam jaringan tubuh kurang dari 40 mmHg. Sebaliknya
tekanan karbon dioksida tinggi, karena karbon dioksida secara terus menerus
dihasilkan oleh sel-sel tubuh. Tekanan parsial CO2 dalam jaringan ± 60 mmHg dan
dalam kapiler darah ± 41 mmHg. Hal inilah yang menyebabkan O2 dapat berdifusi ke
dalam jaringan dan CO2 berdifusi ke luar jaringan.
Dalam keadaan biasa, tubuh kita menghasilkan 200 ml karbon dioksida per hari.
Pengangkutan CO2 di dalam darah dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :9
3.2.1. Sekitar 60–70% CO2 diangkut dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3-) oleh
plasma darah, setelah asam karbonat yang terbentuk dalam darah terurai menjadi
ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-).
Ion H+ bersifat racun, oleh sebab itu ion ini segera diikat Hb, sedangkan ion
HCO3-meninggalkan eritrosit masuk ke plasma darah. Kedudukan ion HCO3- dalam
eritrosit diganti oleh ion klorit. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
H2O + CO2 H2CO3 H+ + HCO3-
3.2.2 Lebih kurang 25% CO2 diikat oleh hemoglobin membentuk
karboksihemoglobin. Secara sederhana, reaksi CO2 dengan Hb ditulis sebagai
berikut. CO2 + Hb HbCO2
Karboksihemoglobin disebut juga karbominohemoglobin karena bagian dari
hemoblogin yang mengikat CO2 adalah gugus asam amino.
Reaksinya sebagai berikut.
CO2 + RNH2 => RNHCOOH
1.2.3 Sekitar 6–10% CO2 diangkut plasma darah dalam bentuk senyawa asam karbonat
(H2CO3).
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
3.2.1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H+ + HCO3- H2CO3 H2 + CO2
3.2.2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 HbO2
3.2.3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 Hb + O2
15
3.2.4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O H2 + CO2
Tidak semua CO2 yang diangkut darah melalui paru-paru dibebaskan ke udara
bebas. Darah yang melewati paru-paru hanya membebaskan 10% CO2. Sisanya
sebesar 90% tetap bertahan di dalam darah dalam bentuk ion-ion bikarbonat. Ion-ion
bikarbonat dalam darah ini sebagai buffer atau penyangga karena mempunyai peran
penting dalam menjaga stabilitas pH darah.
Apabila terjadi gangguan pengangkutan CO2 dalam darah, kadar asam karbonat
H2CO3 akan meningkat sehingga akan menyebabkan turunnya kadar alkali darah yang
berperan sebagai larutan buffer. Buffer adalah ;arutan uang pH-cenderung tidak
berubah walaupun ditambah sedikit asam, sedikit basa ataupun diencerkan. Pada tubuh
manusia, sistem buffer ini berperan dalam mempertahankan pH tubuh. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis yang disebut asidosis.
Setelah sampai dalam jaringan, gas O2 dipergunakan untuk respirasi sel, yaitu
untuk mengoksidasi zat makanan (glukosa) sehingga dapat dihasilkan energi, gas
CO2, dan uap air.
1. Volume dan kapasitas paru
Terdapat berbagai macam volume paru, yaitu :
1.1 Tidal Volume (TV)
Tidal volume adalah volume alun nafas, udara yang keluar masuk paru pada pernafasan tenang
(500 ml).
1.2 Volume cadangan inspirasi (IRV)
Volume cadangan inspirasi adalah volume udara maksimal yang dapat masuk paru sesudah
inspirasi biasa(3000 ml).
1.3 Volume cadangan ekspirasi (ERV)
Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru
sesudah ekpirasi biasa(1000 ml).
1.4 Volume residu (RV)
Volume residu adalah udara yang masih tersisa dalam paru sesudah ekpirasi maksimal yang
terdiri dari volume kolaps (udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekpirasi
maksimal bila paru kolaps) dan volume minimal (udara yang masih tinggal dalam paru
sesudah paru kolaps) (1200 ml).
16
5.5. Kapasitas inspirasi (IC)
kapasitas inspirasi adalah penjumlahan antara pernapasan tenang (TV) dengan inpirasi maksimal
(IRV) (3500 ml).
5.6 Kapasitas residu fungsional (FRC)
Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara yang masih tersisa di dalam paru setelah
pernapasan atau ekpirasi biasa atau juga dapat dipergunakan untuk menghitung jumlah ekpirasi
maksimal (ERV) dengan jumlah udara yang masih tersisa setelah ekspirasi maksimal (RV)
(2200ml).
5.7 kapasitas vital (CV)
Kapasitas vital adalah total dari inpirasi maksimal dan ekpirasi maksimal (4500 ml)
5.8 Kapasitas paru total ( TLC)
Kapasitas paru total adalah jumlah keseluruhan inspirasi maksimal dengan ekpirasi maksimal
dengan volume udara yang masih tersisa di dalam paru (RV) (5700ml).
Pada manusia, terdapat ruang rugi yaitu ruangan terhitung dari trakea sampai dengan
bronkiolus terminalis yang menjadi area konduksi yang tidak terjadi pertukaran gas, karena
pada ruang rugi tersebut udara yang masuk akan berkurang pada ruang rugi tersebut.8
Sehingga, udara yang masuk ke dalam alveolus menjadi lebih sedikit jumlahnya daripada
udara yang masuk dari hidung.8
17
PENUTUP
Kesimpulan
Pernapasan sangat penting bagi manusia. Sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring,
trakea,bronkus, bronkiolus,alveolus dan paru. Organ-organ tersebut yang akan membantu
dalam proses respirasi atau pernapasan dari mulai masuknya oksigen untuk proses
metabolisme hingga pengeluaran karbondioksida dari tubuh sebagai hasil dari metabolisme.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryo Joko. Gangguan sistem pernapasan. Jogjakarta: Bentang Pustaka; 2010.h. 5-11.
2. Alfiansyah Muhammad. Organ pernapasan manusia. Diunduh dari: www.sentra-
edukasi.com, 11 Mei 2012.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2001.h.410-58.
4. Faiz O, Moffat D. At a glance series anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004. h.137-
54.
5. Cameron,Jhon R et.al. Fisika Tubuh Manusia. ed.2. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006. h.225-43.
6. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008.h.117-23.
7. 8.Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.h.92-110.
8. 9.Pearce EC. Anatomi & fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
2006.h.148-63.
19