prolapsus uteri edit

42
BAB I PENDAHULUAN Prolapsus alat-alat genitalia dapat disamakan dengan suatu hernia, di mana suatau organ genitalia turun ke dalam vagina, bahkan bila mungkin ke luar dari liang vagina. Keadaan ini dikarenakan kelemahan dari otot, fascia dan ligamentum penyokongnya. Prolapsus genitalia ini secara umum dapat berupa prolapsus vagina dan prolapsus uteri. 1,2 Prolapsus genitalia yang sering ditemukan adalah uterosistokel, sistokel, prolapsus uteri dan rektokel. Uretrokel saja jarang terjadi, sedangkan enterokel lebih sering ditemukan terutama pada pasien- pasien pasca tindakan histerektomi. Kasus ini sering terdapat pada wanita dengan paritas yang tinggi dan 40% dari mereka membutuhkan tindakan pengobatan dan kasus ini jarang sekali ditemukan pada seorang wanita nullipara. 1-4 Diperkirakan 50% dari wanita yang telah melahirkan akan menderita prolapsus genitalia dan hampir 20% kasus ginekologi yang menjalani operasi adalah akibat kasus prolapsus genitalia. Angka ini akan terus meningkat jumlahnya akibat usia harapan hidup wanita Indonesia yang terus meningkat. 1 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Losif dan Bekazzy (1984) ditemukan hampir 50% wanita terutama wanita pasca menopause yang mengalami prolapsus genitalia

Upload: dyah-gaby-kesuma

Post on 21-Oct-2015

88 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

dhbgvghbh

TRANSCRIPT

Page 1: Prolapsus Uteri Edit

BAB I

PENDAHULUAN

Prolapsus alat-alat genitalia dapat disamakan dengan suatu hernia, di mana

suatau organ genitalia turun ke dalam vagina, bahkan bila mungkin ke luar dari liang

vagina. Keadaan ini dikarenakan kelemahan dari otot, fascia dan ligamentum

penyokongnya. Prolapsus genitalia ini secara umum dapat berupa prolapsus vagina

dan prolapsus uteri.1,2

Prolapsus genitalia yang sering ditemukan adalah uterosistokel, sistokel,

prolapsus uteri dan rektokel. Uretrokel saja jarang terjadi, sedangkan enterokel lebih

sering ditemukan terutama pada pasien-pasien pasca tindakan histerektomi. Kasus ini

sering terdapat pada wanita dengan paritas yang tinggi dan 40% dari mereka

membutuhkan tindakan pengobatan dan kasus ini jarang sekali ditemukan pada

seorang wanita nullipara.1-4

Diperkirakan 50% dari wanita yang telah melahirkan akan menderita prolapsus

genitalia dan hampir 20% kasus ginekologi yang menjalani operasi adalah akibat

kasus prolapsus genitalia. Angka ini akan terus meningkat jumlahnya akibat usia

harapan hidup wanita Indonesia yang terus meningkat.1

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Losif dan Bekazzy (1984)

ditemukan hampir 50% wanita terutama wanita pasca menopause yang mengalami

prolapsus genitalia mempunyai masalah urogenital akibat keadaan tersebut, akan tetapi

prevalensinya secara pasti sangat sulit di tentukan dengan tepat. Hal ini disebabkan

banyak wanita tersebut tidak mau atau merasa malu, takut atau enggan untuk

membicarakannya, bahkan tabu. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang

prolapsus urogenital cukup penting sehingga setiap wanita yang mengalaminya dapat

hidup dengan layak tanpa memberikan beban yang berat pada keluarga maupun pada

masyarakat apabila ditatalaksanai dengan tepat dan benar sejak dini.2,3,5

Di sisi lain perlu untuk diketahui dan dipahami bahwa tidak semua prolapsus

alat genitalia memerlukan terapi dan jika memang dibutuhkan terapi dapat dilakukan

secara konservatif ataupun operatif. Oleh karena itu pengetahuan tentang prolapsus

genitalia ini termasuk penatalaksanaanya sangatlah penting untuk diketahui sehingga

menjadi alasan yang kuat untuk membuat tulisan ini.

Page 2: Prolapsus Uteri Edit

BAB II

PROLAPSUS UTERI

I. LATAR BELAKANG

Prolaps uteri adalah suatu penurunan atau herniasi uterus dari posisi normal di

rongga pelvis ke dalam atau keluar vagina. Uterus berada dalam kedudukan normal

oleh otot-otot, ligamen yang membentuk pelvic floor. Secara anatomis vagina dibagi ke

dalam 3 bagian yakni anterior (dinding anterior vagina), bagian tengah (cervix) dan

bagian posterior (dinding posterior vagina). Prolaps uteri timbul pada bagian tengah

vagina. 11

II. ANGKA KEJADIAN

Frekuensi prolapsus ginitalia di beberapa negara berbeda, seperti dilaporkan di

klinik d`Gynocologie et Obstetrique Geneva insidensnya 5,7% dan pada periode yang

sama di Hamburg 5,4%, Roma 6,4%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang

kejadiannya lebih tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika, Indonesia lebih kecil

angka kejadian pada kasus ini. Pada suku Bantu di Afrika Selatan jarang sekali terjadi.3

Telah banyak diketahui bahwa factor predisposisi untuk terjadinya prolapsus

genitalia terutama adalah melahirkan dan pekerjaan yang menyebabkan tekanan

intraabdominal meningkat serta kelemahan dari ligamentum-ligamentum karena

hormonal pada usia lanjut. Trauma persalinan, beratnya uterus pada trauma persalinan,

beratnya uterus pada masa involusi uterus, mungkin juga sebagai penyebab. Pada suku

Bantu involusi uterus lebih cepat terjadi dari pada orang kulit putih dan juga pulihnya

2

Page 3: Prolapsus Uteri Edit

otot-otot dasar panggulnya. Hampir tak pernah ditemukan subinvolusi uteri pada suku

Bantu tersebut. 3-6

Di Indonesia prolapsus genitalis lebih sering dijumpai pada wanita yang telah

melahirkan, wanita tua yang menopause dan wanita dengan pekerjaan yang cukup

berat. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dari tahun 1995-2000 telah

dirawat 240 kasus prolapsus genitalia yang mempunyai keluahan dan memerlukan

penanganan terbanyak dari penderita pada usia 60-70 tahun dengan paritas lebih dari

tiga.1 Djafar Siddik pada penyelidikan 2 tahun (1969-1970) memperoleh 63 kasus

prolapsus genitalis dari 53.372 kasus ginekologik di rumah sakit Dr. Pirngadi di

Medan, terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause, dan 31.74% pada

wanita petani, dari 63 kasus tersebut, 69% berumur 40 tahun.3 Amir Fauzi dan K.

Anhar dalam penelitian retrospektifnya selama lima tahun (1999-2003) di RS Dr.

Mohd. Hoesin Palembang menemukan 43 kasus prolapsus uteri dengan kasus

terbanyak didapatkan pada usia antara 45-64 tahun (65%) dan usia termuda 30 tahun

(92,32%) serta pada wanita yang grandemultipara 47% dengan prolapsus uteri grade

III sebanyak 77%.7

II. ETIOLOGI

Penyebab prolapsus uteri pada dasarnya disebabkan oleh kelemahan “pelvic floor”

yang terdiri dari otot-otot, fascia endopelvik dan ligamentum-ligamentum yang

menyokong terutama ligamentum transversum.2,8,9

Sebagai faktor resiko untuk terjadinya kelemahan tersebut antara lain adalah partus

yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit merupakan

penyebab prolapsus uteri dan memperburuk prolapsus yang sudah ada. Pada saat

partus, terjadi peregangan pelvic floor dan merupakan penyebab prolapsus uteri paling

signifikan. Selanjutnya bersamaan dengan terjadinya proses penuaan, oleh karena

kadar estrogen menurun menyebabkan jaringan pelvis kehilangan elastisitas dan

kekuatannya. 11

Faktor-faktor lain adalah akibat tarikan pada janin pada pembukaan yang belum

lengkap, perasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dan sebagainya.

Jadi, tidaklah mengherankan jika prolapsus uteri terjadi segera sesudah partus atau

dalam masa nifas. Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis akan mempermudah

terjadinya prolapsus genitalia. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, faktor

3

Page 4: Prolapsus Uteri Edit

penyebab biasanya disebabkan oleh adanya kelainan bawaan berupa kelemahan

jaringan penunjang uterus.1,2,8-10

Pada wanita yang telah menopause, di samping akibat kurangnya hormon estrogen

yang dihasilkan oleh ovarium serta karena faktor umur menyebabkan otot-otot dasar

panggul seperti diafragma pelvis, diafragma urogenital dan ligamentum serta fasia

akan mengalami atrofi dan melemah. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot dan

fascia tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik sebagai alat penyokong organ

sehingga menyebabkan terjadinya prolapsus genitalia.3,8, 9

Pada neonatus prolaps uteri terjadi sekunder akibat kelaemahan congenital pada

otot-otot pelvis atau defek pada persyarafan. 11

III. PATOLOGI

Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkatan, dari yang paling ringan sampai

prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan pervaginam

yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligamentum-ligamentum yang

tergolong dalam fascia endopelvis dan otot-otot serta fascia-fascia dasar panggul. Juga

dalam keadaan tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronis akan memudahkan

terjadinya penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada

penderita dalam menopause.3,8-10

Serviks uteri terletak di luar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut

dan lambat laun akan menimbulkan ulkus yang disebut dengan ulkus dekubitus. Jika

fascia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya akibat trauma obstetrik maka

akan terdorong oleh kandungan kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding

depan vagina ke belakang yang di namakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya

hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang

lancar sehingga akan menyebabkan terjadinya uretrokel. Uretrokel harus dibedakan

dari divertikulum uretra. Pada divertikulum keadaan uretra dan kandung kencing

normal, hanya di belakang uretra ada lubang yang membuat kantong antara uretra dan

vagina. 7-10

Kekendoran fascia di bagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetrik

atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum ke depan dan

menyebabkan dinding belakang vagina menonjol ke lumen vagina yang dinamakan

4

Page 5: Prolapsus Uteri Edit

rektokel. Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina atas bagian

belakang turun dan menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus dan

omentum.8-12

IV. GEJALA KLINIS

Gejala-gejala prolapsus uteri sangat berbeda dan bersifat individual.

Kadangkala penderita yang satu berbeda dengan yang lainnya dan prolapsus uteri yang

cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan

prolapsus yang ringan saja telah mempunyai banyak keluhan. Gejala klinis muncul bila

berdiri lama atau berjalan dan berkurang pada saat berbaring. 11

Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:1,2,5,7-9

1. Pekanan atau perasaan berat pada pelvis

2. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di ginitalia eksterna

(prrotussio)

3. disfungsi seksual seperti dyspareunia, penurunan libido dan sulit mencapai orgasme

4. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring,

keluhan menghilang atau menjadi kurang.

5. konstipasi

6. Sulit bejalan

7. Jarang : mual, discharge purulen, perdarahan dan ulserasi

8. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan

bekerja. Gesekan porsio uteri oleh celana akan menimbulkan lecet sampai luka dan

ulkus dekubitus pada porsio uteri

9. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta

luka pada porsio uteri

V. DIAGNOSIS

Keluhan-keluhan pada penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya

dengan mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus uteri. Friedman dan Little

(1991) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut: penderita dalam posisi

5

Page 6: Prolapsus Uteri Edit

jongkok lalu disuruh mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari,

apakah porsio uteri pada posisi normal atau porsio sampai pada introitus vagina atau

apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring

dalam posisi litotomi lalu ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang

lebih panjang dari biasanya dinamakan elongasio kolli.2,5,8-10

Gambar 1. Cara pemeriksaan prolapsus genitalia

Dikutip dari Menefee5

VI. KLASIFIKASI PROLAPSUS UTERI

Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan pendapat antara

para ahli ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa macam

klasifikasi yang dikenal yaitu:5

Prolapsus uteri tingkat I, di mana serviks uteri turun sampai introitus vagina

Prolapsus uteri tingkat II, di mana serviks menonjol ke luar dari introitus

vagina

Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus ke luar dari vagina, prolapsus ini

sering juga dinamakan prosidensia uteri.

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo/FK UI pembagian prolapsus uteri

sebagai berikut:1

1. Prolapsus derajat I, bila serviks uteri belum melewati introitus vagina tetapi

uterus terletak di bawah kedudukan normal,

2. Prolapsus uteri derajat II, bila serviks sudah melewati introitus vagina,

3. Prolapsus uteri derajat III, bila seluruh uterus sudah melewati introitus vagina.

6

Page 7: Prolapsus Uteri Edit

VIII. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri adalah:2,5,8,9

1. Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri. Prosidensia uteri disertai dengan

keluarnya dinding vagina (inversio), karena itu mukosa vagina dan serviks uteri

menjadi tebal serta berkerut dan berwarna keputih-putihan.

2. Dekubitus. Jika serviks uteri terus ke luar dari vagina maka ujungnya bergeser

dengan paha pada pakaian dalam, sehingga hal ini dapat menyebabkan luka dan

radang yang lambat laun dapat menjadi ulkus yang disebut ulkus dekubitus.

Dalam keadaan demikian perlu dipikirkan kemungkinan suatu keganasan, lebih-

lebih pada penderita yang berusia lanjut. Pemeriksaan sitologi biopsi perlu

dilakuakan untuk mendapatkan kepastian akan adanya proses keganasan tersebut.

3. Hipertrofi serviks uteri dan elongasio kolli. Jika serviks uteri turun ke dalam

vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih kuat maka akibat

tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta karena pembendungan

pembuluh darah, maka serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi panjang

pula. Hal yang terakhir ini dinamakan elongasio kolli. Hipertrofi ditentukan

dengan pemeriksaan pandang dan perabaan. Pada elongasio kolli serviks uteri pada

perabaan lebih panjang dari biasanya.

4. Gangguan miksi dan stress inkontinensia. Pada sistokel berat, miksi kadang-

kadang terhalang sehingga kandung kencing tidak dapat dikosongkan sepenuhnya.

Turunnya uterus bisa juga menyempitkan ureter sehingga bisa menyebabkan

hidroureter dan hidronefrosis. Adanya sistokel dapat pula mengubah bentuk sudut

antara kandung kencing dan uretra sehingga dapat menyebabkan stress

inkontinensia.

5. Infeksi saluran kencing. Adanya retensi air kencing akan mudah menimbulkan

infeksi. Sistitis yang terjadi dapat meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis

dan pielonefritis yang akhirnya keadaanl tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal.

6. Kemandulan, karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vagina atau

sama sekali ke luar dari vagina sehingga tidak akan mudah terjadi kehamilan.

7

Page 8: Prolapsus Uteri Edit

7. Kesulitan pada waktu persalinan. Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil maka

pada waktu persalinan dapat menimbulkan kesulitan dikala pembukaaan sehingga

kemajuan persalinan jadi terhalang.

8. Hemoroid. Varises yang terkumpul dalam rektokel akan memudahkan terjadinya

obstipasi sehingga lambat laun akan menimbulkan hemoroid.

9. Inkarserasi usus halus. Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit

sehingga kemungkinan tidak dapat direposisi lagi. Dalam hal ini perlu dilakukan

laparotomi untuk membebaskan usus yang terjepit tersebut.

IX. PENCEGAHAN

Pemendekan waktu persalinan terutama pada saat kala pengeluaran dan kalau

perlu dilakukan tindakan (ekstraksi forceps dengan kepala sudah di dasar panggul),

membuat episiotomi, memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan jalan lahir

dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar penderita dihindari untuk

mengejan sebelum pembukaan lengkap adalah tindakan yang benar, menghindari

paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat Crede), mengawasi involusi uterus

paska persalinan yang tetap baik dan cepat. 12

Pada pasien dianjurkan untuk mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat

meningkatkan tekanan itraabdominal seperti batuk-batuk yang kronis. Menghindari

mengangkat benda-benda yang berat dan menganjurkan para wanita jangan terlalu

banyak punya anak atau terlalu sering melahirkan, pada wanita yang obesitas kurangi

berat badan, hindai konstipasi dengan diet tinggi serat.2,5,9,10

Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan pasien untuk mengurangi resiko

adalah melatih otot-otot pada pelvic floor (senam Kegel). Cara ini dapat membantu

memelihara tonus dan kekuatan otot.

X. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanan pada prolapsus genitalia bersifat individual, terutama pada mereka

yang telah memiliki keluhan dan komplikasi, namun secara umum penatalksanan

dengan kasus ini terdiri dari dua cara yakni konservatif dan operatif.2,3-5

1. Pengobatan Konservatif

8

Page 9: Prolapsus Uteri Edit

Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu para

penderita dengan prolapsus uteri. Cara ini biasanya diberikan pada penderita

prolapsus ringan tanpa keluhan atau pada penderita yang masih ingin mendapatkan

anak lagi atau penderita yang menolak untuk melakukan tindakan operasi atau

pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi.

Tindakan yang dapat diberikan pada penderita antara lain:4,5,8.10

a. Latihan-latihan otot dasar panggul. Latihan ini sangat berguna pada penderita

prolapsus uteri ringan terutama yang terjadi pada penderita paska persalinan

yang belum lewat enam bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar

panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama

beberapa bulan. Caranya adalah di mana penderita disuruh menguncupkan

anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah buang air besar atau

penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air

kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih efektif

dengan menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri atas

obturator yang dimasukkan ke dalam vagina dan dengan suatu pipa

dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian kontraksi otot-otot

dasar panggul dapat diukur kekuatannya.12

b. Physiotherapy. Dilakukan pada prolaps uteri ringan sampai berat.12

c. Hormone Replacement therapy (HRT). Dilakukan pada wanita dengan prolaps

uteri pada usia menopause. Terapi ini dilakukan pada prolaps uteri ringan,

terapi dilakukan bersama-sama dengan terapi lain. HRT membantu

memperkuat dinding vagina dan otot-otot pelvis dengan cara meningkatkan

kadar estrogen dan kolagen pada tubuh. 12

d. Stimulasi otot-otot dengan alat listrik. Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat

pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodenya dapat dipasang di dalam

pessarium yang dimasukkan ke dalam liang vagina. 12

e. Pengobatan dengan pessarium. Pengoabatan dengan pessarium sebetulnya

hanya bersifat paliatif saja, yakni menahan uterus ditempatnya selama alat

tersebut digunakan. Oleh karena itu jika pessarium diangkat maka timbul

prolapsus kembali. Prinsip pemakaian pessarium ialah bahwa alat tersebut

mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas sehingga bagian dari

9

Page 10: Prolapsus Uteri Edit

vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian

bawah. Jika pessarium terlalu kecil atau dasar panggulnya terlalu lemah maka

pessarium akan jatuh dan prolapsus uteri akan timbul kembali. Pessarium yang

paling baik untuk prolapsus genitalia ialah pessarium cicic yang terbuat dari

plastik. Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier.

Pessarium ini terdiri atas suatu gagang (stem) dengan dengan ujung atas suatu

mangkok (cup) dengan beberapa lobang dan diujung bawah terdapat 4 tali.

Mangkok ditempatkan di bawah serviks dan tali-tali dihubungkan dengan

sabuk pinggang untuk memberikan sokongan pada pessarium. Sebagai

pedoman untuk mencari ukuran yang cocok maka diukur dengan jari berupa

jarak antara fornik vagina dengan pinggir atas introitus vagina, kemudian

ukuran tersebut dikurangi dengan 1 cm untuk mendapatkan diameter dari

pessarium yang akan digunakan. Pessarium diberi zat pelican dan dimasukkan

miring sedikit ke dalam vagina. Setelah bagian atas masuk ke dalam vagina

maka bagian tersebut ditempatkan ke forniks vagina posterior. Kadang-kadang

pemasangan pessarium dari plastik mengalami kesukaran, akan tetapi

kesukaran ini biasanya dapat diatasi oleh penderita. Apabila pessarium tidak

dapat dimasukkan sebaiknya digunakan pessarium dari karet dengan per di

dalammnya. Pessarium ini dapat dikecilkan dengan menjepit pinggir kanan dan

kiri antara 2 jari dan dengan demikian lebih mudah dimasukkan ke dalam

vagina. Untuk mengetahui setelah dipasang apakah ukurannya cocok maka

penderita disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar lalu

penderita disuruh berjalan-jalan dan apabila ia tidak merasa nyeri maka

pessarium dapat digunakan terus.

Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asalkan penderita

diawasi dan diperiksa secara teratur. Pemeriksaan ulang sebaiknya dilakukan

2-3 bulan sekali. Vagina diperiksa secara inspekulo untuk menentukan ada

tidaknya perlukaan, pessarium lalu dibersihkan dan disterilkan lalu kemudian

dipasang kembali. Pada kehamilan, reposisi prolapsus uteri dengan memasang

pessarium berbentuk cincin dan kalau perlu ditambah tampon kassa serta

penderita disuruh tidur mungkin sudah dapat membantu penderita. Apabila

pessarium dibiarkan di dalam vagina tanpa pengawasan yang teratur, maka

10

Page 11: Prolapsus Uteri Edit

dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti ulserasi, terpendamnya

sebagian dari pessarium ke dalam dinding vagina, bahkan dapat terjadi fistula

vesikovaginalis atau fistula rektovaginalis. Kontraindikasi terhadap pemakaian

pesarium ialah adanya radang pelvis akut atau subakut serta adanya keganasan.

Sedangkan indikasi penggunaan pessarium antara lain kehamilan, hingga

penderita belum siap untuk dilakukan tindakan operasi, sebagai terapi tes untuk

menyatakan bahwa operasi harus dilakukan, penderita yang menolak untuk

dilakukan tindakan operasi dan lebih suka memilih terapi konservatif serta

untuk menghilangkan keluhan yang ada sambil menunggu suatu operasi dapat

dilakukan.

Gambar 2. Tipe-tipe pessarium dan posisinya di liang vagina Dikutip dari Thakar12

Jenis-jenis pessarium

11

Page 12: Prolapsus Uteri Edit

2.

2

2. Pengobatan Operatif

Prolapsus uteri biasanya disertai dengan adanya prolapsus vagina, sehingga

jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri maka prolapsus vagina perlu

ditangani pula secara bersamaan. Ada kemungkinan terdapat prolapsus vagina

yang membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada prolapsus uteri atau

prolapsus uteri yang ada belum perlu dilakukan tindakan operasi. Indikasi

untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina ialah jika didapatlkan adanya

keluhan pada penderita.7-10

Seperti telah diterangkan di atas bahwa indikasi untuk melakukan operasi

pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita,

kemungkinannya untuk masih mendapatkan anak lagi atau untuk

mempertahankan uterus, tingkatan prolapsus uteri dan adanya keluhan yang

ditemukan pada penderita. 8

3. Macam-macam Operasi 2,8,9,10,12

a. Ventrofiksasi

Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih ingin menginginkan

anak lagi, maka dilakukan tindakan operasi untuk membuat uterus

ventrofiksasi dengan cara memendekkan ligamentum rotundum atau

mengikatkan ligamentum rotundum ke dinding perut.

b. Operasi Manchester

Pada tindakan operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri dan

dilakukan penjahitan ligamentum kardinale yang telah dipotong di muka

serviks lalu dilakukan pula kolporafi anterior dan kolpoperineoplastik.

Amputasi serviks dilakukan untuk memendekkan servik yang memanjang

(elongasio kolli).

12

Page 13: Prolapsus Uteri Edit

Gambar 3. Teknik opersi Manchester pada kasus prolapsus uteri dan sistokel Dikutip dari Thompson15

Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus

prematurus dan distosia servikalis pada saat persalinan berlangsung. Bagian

yang paling penting pada tindakan operasi ini adalah penjahitan ligamentum

kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum kardinale

diperpendek sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversiofleksi dan

turunnya uterus dapat dicegah.

13

Page 14: Prolapsus Uteri Edit

Gambar 4. Teknik opersi rektokel dan enterokel menurut Manchester Dikutip dari Thompson15

c. Histerektomi pervaginam

Operasi ini tepat untuk dialakukan pada prolapsus uteri dalam tingkatan

yang lebih lanjut dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus

diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan

dan kiri, bagian atas pada ligamentum infundebulopelvikum, kemudian

tindakan operasi dilanjutkan dengan melakukan kolporafi anterior dan

kolpoperineorafi untuk mencegah terjadinya prolapsus vagina dikemudian

hari.

Gambar 5. Teknik operasi histerektomi pervaginam pada prolapsus uteri secara LeFort Dikutip dari Thompson15

d. Kolpoklesis

Pada waktu obat-obat serta pemberian anestesi dan perawatan pra dan pasca

tindakan operasi belum baik untuk perempuan tua yang seksual tidak aktif

lagi dapat dilakukan operasi sederhana dengan menjahitkan dinding vagina

14

Page 15: Prolapsus Uteri Edit

depan dengan dinding bagian belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan

uterus terletak di atas vagina. Akan tetapi tindakan operasi jenis ini tidak

akan memperbaiki sistokel atau rektokel sehingga akan dapat menimbulkan

inkotinensia urin. Obstipasi serta keluhan pada prolapsus uteri lainnya juga

tidak akan hilang pada tindakan ini.

e. Sacrohysteropexy

Prosedur ini menggunakan strip mesh sintetik untuk mempertahankan uterus

pada tempat normalnya. Hanya sedikit komplikasi yang timbul dari operasi

jenis ini tapi ada resiko penggunaan mesh yakni inflamasi.

f. Sacrospinous fixation

Operasi ini dengan cara menjahit uterus pada salah satu ligament tanpa

menggunakan mesh. Operasi ini dilakukan pervaginam.

XI. RINGKASAN

Angka kejadian prolapsus alat genitalia cenderung meningkat seiring

dengan bertambahnya usia harapan hidup penduduk di Indonesia.

Penyebab prolapsus genitalia multifaktorial namun pada dasarnya

disebabkan oleh kelemahan “pelvic floor” yang terdiri dari otot-otot,

15

Page 16: Prolapsus Uteri Edit

fascia endopelvik dan ligamentum-ligamentum yang menyokong

organ-organ genitalia.

Penatalaksanan pada prolapsus genitalis pada umumnya adalah

konservatif, sedangkan tindakan operatif baru dilakukan jika secara

konservatif tidak berhasil dan jika tidak ada kontraindikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Junizaf. Prolapsus alat genitalia. Dalam: Buku ajar: Uroginekologi. Jakarta Subbagian uroginokologi rekonstruksi Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN-CM, 2002; 70-76

16

Page 17: Prolapsus Uteri Edit

2. Rivlin ME. Prolapse. In: Rivlin ME, Martin RW. Eds. Manual of clinical problems in obstetrics and gynecology. 5th ed. Brubaker L, Bump R, Jacquetin B, Schuessler B, et all. Pelvic Organ Prolaps. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000:241-44

3. Pribakti B. Prolaps urogenital pasca menopause. Medika 2004;2:126-28

4. Coates KW, Shull BC. Standarization of the description of pelvic organ prolapse. In: Bent AE, Ostergard DR, Cundiff GW. et al, eds. Ostergard’s urogynecology and pelvic floor dysfunction. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2003:97-01

5. Meneffe SA, Wall LL. Incontinence, Prolapse and disorders of the pelvic floor. In: Berek JS, ed. Novak’s Gynecology.13th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 1996;645-93

6. Fauzi A, Anhar K. Kasus prolapsus uteri di Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang selama lima tahun (199-2003). Naskah lengkap PIT XIV POGI di Bandung. Bagian/Departemen Obgin FK Unsri/RSMH. Palembang,2004:1-19

7. Jackson S, Smith P. Forthnightly review: diagnosis and managing genitourinary prolapse. BMJ 1997;314:875-88

8. Farre SA. Nonsurgical Surgical mangement of pelvic organ prolapse. In: Bent AE, Ostergard DR, Cundiff GW, et al, eds. Ostergard’s urogynecology and pelvic floor dysfunction. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Wiilliams & Wilkins, 2003:393-08

9. Thomson JD. Surgical techniques for pelvic organ prolapse. In: Bent AE, Ostergard DR, Cundiff GW, et al, eds. Ostergard’s urogynecology and pelvic floor dysfunction. 5 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,2003:409-32

10. VanRooyen JB, Cundiff GW. Surgical mangement of pelvic organ prolapse. In: Bent AE, Ostergard DR, Cundiff GW, et al, eds. Ostergard’s urogynecology and pelvic floor dysfunction. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Wiilliams & Wilkins, 2003:409-32

11. Thomas Mailhot, MD. Uterine prolaps. http://www.emedicine.com/emerg/topic629.htm. 2006

12. Tamara Beus Uterine Prolapse. http://www.womenshealthlondon.org.uk/leaflets/prolapse/prolresources.html2003

DAFTAR GAMBAR

17

Page 18: Prolapsus Uteri Edit

Gambar 1. Cara pemeriksaan prolapsus genitalia ………………………………. 7

Gambar 2. Tipe-tipe pessarium dan posisinya di liang vagina ………………….. 13

Gambar 3. Teknik opersi Manchester pada kasus prolapsus uteri dan sistokel.. 15

Gambar 4. Teknik opersi rektokel dan enterokel menuru ……………………… 16

Gambar 5. Teknik operasi histerektomi pervaginam pada prolapsus uteri secara LeFort1………………………………………………….. 17

DAFTAR ISI

18

Page 19: Prolapsus Uteri Edit

I. PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1II. ANGKA KEJADIAN………………………………………………………..... 2III. ETIOLOGI………………………………………………………………….. .. 3IV. PATOLOGI…………………………………………………………………… 3V. GEJALA KLINIS…………………………………………………………….. 4VI. DIAGNOSIS…………………………………………………………………… 6VII. BENTUK KLINIS…………………………………………………………….. 7VIII. KLASIFIKASI PROLAPSUS UTERI………………………………………. 8IX. KOMPLIKASI………………………………………………………………… 9X. PENCEGAHAN………………………………………………………………. 10XI. PENATALAKSANAN……………………………………………………….. 10XII. RINGKASAN………………………………………………………………… 17XIII. RUJUKAN……………………………………………………………………. 18

19

Page 20: Prolapsus Uteri Edit

Perubahan letak organ genitalia tersebut dalam klinik berupa prolaps alat genitalia

yang secara garis besar digolongkan ke dalam tiga jenis:1,3,8,

1. Sistokel (uretrokel atau sistouretrokel)

Sistokel adalah hernia dari kandung kemih ke dalam vagina yang terjadi karena kelemahan fasia pubosevikalis dan oto-otot saluran kemih. Sedangkan uretrokel terjadi karena kelemahan otot pubouretralis. Bila sistokel atau uretrokel atau sistouretrokel membesar (stadium III), penderita akan merasakan adanya sesuatu yang keluar dari liang kemaluan dan kadang-kadang dirasakan tidak enak serta dapat menimbulkan gangguan berkemih seperti stress inkontinensia. Pada sistokel yang disertai prolaps uteri, dapat pula menimbulkan retensio urin.

2. Retrokel dan Enterokel

Retrokel adalah prolapsus atau hernia dari dinding belakang vagina ke dalam liang kemaluan karena kelemahan otot levator ani dan fasia rektovaginal. Bila terdapat kelemahan bagian proksimal dari dinding belakang vagina maka akan terjadi pula enterokel Pada enterokel ini, mungkin hernia diikuti usus dan omentum. Penderita biasanya mengeluh sakit pinggang. Ada sesuatu yang menonjol atau keluar dari vaginaserta kadang-kadang susah buang air besar.

1. Prolapsus Uteri

timbul perdarahan karena terjadi luka lecet pada porsio akibat gesekan pakaian serta

merasa ada ganjalan di liang kemaluan.

20

Page 21: Prolapsus Uteri Edit

Pengobatan pilihan umumnya dengan tindakan operasi. Kalau tidak

memungkinkan, seperti keadaan umum penderita yang buruk, atau penderita menolak

untuk dioperasi, baru dilakukan terapi konservatif dengan bantuan pemasangan

pesarium. Pemberian hormonal estrogen secara local maupun per oral akan membantu

pengobatan prolaps ini, baik secara operatif maupun secara konservatif. Tindakan

operatif yang dilakukan berupa kolporafi anterior, histerektomi vaginal, dan

kolpoperineorafi. 1,5

Prolaps uteri ini disebabkan telah melemahnya otot dasar panggul dan ligamenta

yang menyokong uterus. Di sini rahim atau uterus turun ke dalam vagina dan

mungkin keluar dari vagina. Penderita biasanya mengeluh merasa sakit

pinggang, peranakan terasa turun/keluar dari vagina, dan bila disertai sistokel

atau retrokel maka gejala sistokel atau retrokel akan ditemui pula, terutama

prolaps uteri stadium III. Di samping itu, kadang-kadang dapat

I. PENDAHULUAN

21

Page 22: Prolapsus Uteri Edit

Pada wanita pasca menopous, di samping faktor biologi yang berhubungan erat dengan umur, ada faktor lain yang cukup berperan dalam tubuhnya, yaitu berkurangnya hormone estrogen endogen. Kedua faktor ini dapat menimbulkan beberapa penyakit atau masalah, dan yang tersering adalah masalah urogenital. Menurut kepustakaan, masalah urogenital yang dikeluhkan oleh wanita pasca menopous pada vagina dapat berupa vagina kering, terasa panas, pruritis, disparanea, prolaps sebanyak 27%. Sedangkan pada saluran kemih dapat berupa urgensi, frekuensi, disuria, infeksi saluran kemih, inkontinesia uriene (mengompol), dan kesulitan berkemih sekitar 36%. 1,2 losif dan bekazzy (1984) melaporkan hampir 50% wanita pasca menopous mempunyai masalah urogenital, akan tetapi prevalensinya sulit di tentukan dengantepat. Hal ini disebabkan banyak wanita usia lanjut tersebuyt tidak mau atau merasa malu, takut., atau enggan membicarakan masalah – masalah yang dialaminya, bahkan tabu, baik pada teman, famili atau tenaga kesehatan, maupun dokternya.3

Padahal pada tahun 2000 diperkirakan usia harapan hidup wanita Indonesia adalah 70 tahun. Apa bila usia rata-rata menopause 50,2 tahun (Samil, 1992), dan 49,3 tahun (Biben, 1992) maka wanita usia lanjut tersebut akan mengalami pasca menopause kurang lebih 20tahun (sepertiga hidup) dan selama itu pula mereka berada pada situasi kekurangan hormone estrogen.4 oleh karena itu, pengetahuan danpemahaman prolaps urogenital cukup penting sehingga setiap wanita tua ini dapat hidup dengan layak tanpa memberikan beban yang berat pada keluarga maupun pada masyarakat.

FAKTOR PENYEBAB

Atrofi Vagina

Vagina, uretra, dan saluran kemih bawah secara embriologi berasal dari

sinus urogenitalis, dan secara anatomi sangat dekat sekali hubungannya. Epitel

vagina berisi reseptor estrogen, terutama lapisan basal dan sel-sel stroma serta

serabut-serabut otot vagina. Pada wanita usia lanjut (post menopause), terdapat

penurunan atau kekurangan hormone estrogen dalam tubuh wanita tersebut.

Penurunan telah dimulai sejak 4-5 tahun sebelum waktu menopause datang.

Keadan ini akan menyebabkan perubahan-perubahan dari sel epitel dan flora

vagina. Mukosa, epitel jaringan vagina menjadi tipis, pembuluh-pembuluh darah

mulai berkurang, dan rugae pada dinding vagina mulai berkurang sehingga

vagina menjadi licin. Sel-sel yang mengadung glikogenyang dominan

ditemukan pada saat sebelum menopause. Sesudah menopause berkurang.

Begitu pula kolonisasi laktobasil (basil doderline) yang juga berkurang sehingga

pH vagina akan meningkat 4,5 menjadi 6,7. Akibat perubahan pH vagina ini,

22

Page 23: Prolapsus Uteri Edit

akan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri patogen seperti bakteri E. coli yang

berasal dari faeces dan bakteri coccus lain.3

Pada masa pasca menopause, karena faktor usia, juga terjadi atrofi jaringan

dari alat-alat penyokong vagina sehingga vagina menjadi kaku. Sering

ditemukan dinding vagina menjadi kaku, mengecil, lebih pendek, dan sangat

tipis, sehingga bila ada trauma, walaupun hanya sedikit, akan mudah terluka

serta terinfeksi oleh kuman-kuman patogen yang terdapat dalam vagina tersebut.

Hal ini akan menyebabkan terjadinya vaginitis atau radang vagina.Perubahan

yang terdapat pada vagina akan menyebabkan wanita yang telah menopause

mengeluh vaginanya terasa kering, rasa panas, rasa nyeri atau rasa sakit,

disparenia, dan kadang-kadang banyak cairan yang keluar bila terjadi infeksi.

Infeksi pada vagina dapat menjalar kedaerah vulva sehingga terjadi vulva

vaginitis. Hal ini akan memperberat gejala-gejala di atas.1,2

Untuk mendiagnosis kelainan ini, perlu dilakukan pemeriksaan ginekologi yang

cermat, teliti, dan halus karena orang tua ini sudah sangat sensitif dan malu

untuk diperiksa. Disamping itu, perlu pula diperiksa penyakit lain yang mungkin

menjadi underlying timbulnya kelainan ini seperti diabetes mellitus, anemia,

dan lain-lainnya.

Pengobatan bila tidak ada infeksi adalah dengan pemberian hormonal estrogen

lokal dan analgesic. Sedangkan apabila ada tanda-tanda infeksi ditambahkan

antibiotic disamping menjaga kebersihan di daerah genitalia.

Prolaps Alat Genitalia

Seperti diuraikan diatas, di samping kurangnya hormone estrogen yang

dihasilkan oleh ovarium juga karena faktor umur. Karena itu, otot-otot dasar

panggul seperti diafragma pelvis, diafragma urogenital, dan ligamenta-

ligamenta, serta fasia akan mengalami atrofi dan melemah. Keadaan ini akan

menyebabkan otot-otot dan fasia tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan

baik sebagai alat penyokong organ genitalia. Pada saat persalinan terjadi trauma

pada otot-otot, ligamenta-ligamenta serta fasia terasebut, sehingga akan

mengalami kerusakan dan kelemahan. Akibat kerusakan dan kelemahan ini akan

menyebabkan perubahan letak organ-organ yang disokongnya. Jika sebelum

23

Page 24: Prolapsus Uteri Edit

menopause terdapat perubahan letak organ genitalia masih sedikit dan belum

memberikan keluhan, maka pada masa menopause dan postmenopause akan

terjadi perubahan yang lebih besar dan akan menimbulkan keluhan yang

mungkin dirasakan penderita.

Perubahan letak organ genitalia tersebut dalam klinik berupa prolaps alat

genitalia yang secara garis besar digolongkan ke dalam tiga jenis:1,3,8,

1. Sistokel (uretrokel atau sistouretrokel)

Sistokel adalah hernia dari kandung kemih ke dalam vagina yang terjadi

karena kelemahan fasia pubosevikalis dan oto-otot saluran kemih. Sedangkan

uretrokel terjadi karena kelemahan otot pubouretralis. Bila sistokel atau

uretrokel atau sistouretrokel membesar (stadium III), penderita akan merasakan

adanya sesuatu yang keluar dari liang kemaluan dan kadang-kadang dirasakan

tidak enak serta dapat menimbulkan gangguan berkemih seperti stress

inkontinensia. Pada sistokel yang disertai prolaps uteri, dapat pula menimbulkan

retensio urin.

2. Retrokel dan Enterokel

Retrokel adalah prolaps atau hernia dari dinding belakang vagina ke dalam

liang kemaluan karena kelemahan otot levator ani dan fasia rektovaginal. Bila

terdapat kelemahan bagian proksimal dari dinding belakang vagina maka akan

terjadi pula enterokel Pada enterokel ini, mungkin hernia diikuti usus dan

omentum. Penderita biasanya mengeluh sakit pinggang. Ada sesuatu yang

menonjol atau keluar dari vaginaserta kadang-kadang susah buang air besar.

3. Prolaps Uteri

Prolaps uteri ini disebabkan telah melemahnya otot dasar panggul dan

ligamenta yang menyokong uterus. Di sini rahim atau uterus turun ke dalam

vagina dan mungkin keluar dari vagina. Penderita biasanya mengeluh merasa

sakit pinggang, peranakan terasa turun/keluar dari vagina, dan bila disertai

sistokel atau retrokel maka gejala sistokel atau retrokel akan ditemui pula,

terutama prolaps uteri stadium III. Di samping itu, kadang-kadang dapat timbul

24

Page 25: Prolapsus Uteri Edit

perdarahan karena terjadi luka lecet pada porsio akibat gesekan pakaian serta

merasa ada ganjalan di liang kemaluan.

Pengobatan pilihan umumnya dengan tindakan operasi. Kalau tidak

memungkinkan, seperti keadaan umum penderita yang buruk, atau penderita

menolak untuk dioperasi, baru dilakukan terapi konservatif dengan bantuan

pemasangan pesarium. Pemberian hormonal estrogen secara local maupun per

oral akan membantu pengobatan prolaps ini, baik secara operatif maupun secara

konservatif. Tindakan operatif yang dilakukan berupa kolporafi anterior,

histerektomi vaginal, dan kolpoperineorafi. 1,5

Uretra dan Saluran Kemih Bawah

Seperti vulva dan vagina maka uretra dan kandung kemih bagian bawah juga

mengalami perubahan akibat kurangnya hormone estrogen dan faktor usia.

Uretra wanita terlalu pendek lebih kurang 3 cm panjangnya dan di sekitarnya

terdapat kelenjar-kelenjar. Pada masa pasca menopause epitel uretra dan

kelenjar serta jaringan sekitarnya juga akan atrofi dan menipis sehingga kanalis

uretralis menjadi kecil dengan dinding yang lebih tipis. Hal ini juga terjadi pada

dinding kandung kemih. Hal ini akan menyebabkan kemungkinan mudah terjadi

infeksi dari luar oleh bakteri-bakteri, terutama bakteri yang berasal dari dalam

vagina. Akibatnya, terjadilah uretritis yang dapat berlanjut menjadi sistitis.

Penderita biasanya mengeluh disuria, sering berkemih (frekuensi), ingin

berkemih (urgency) dan kadang-kadang terasa tidak enak atau sakit diatas

simphisis. Diagnosis kelainan sistitis atau uretritis ini dapat dibuat dengan

melakukan pemeriksaan urogenital yang teliti dan cermat, termasuk

pemeriksaan urinalisa. Kalau perlu dilakukan pula kultur serta test kepekaaan

kuman. Pengobata untuk sistitis ini berupa pemberian analgesic, antibiotic, serta

pemberian hormon estrogen. Pemberian hormone estrogen ini bertujuan

memperbaiki epitel mukosa uretra dan vesica urinaria serta jaringan di

sekitarnya. Selain itu, juga ditujukan untuk mengurangi jumlah kuman

pathogen di dalam vagina agar tidak terjadi reinfeksi lagi. Pada wanita paska

menopause , infeksi saluran kemih ini sering terjadi. Oleh karena itu,

penanganannya harus tepat sehingga tidak terjadi infeksi berulang.

Berkurangnya hormon estrogen serta terjadinya atrofi jaringan karena faktor

25

Page 26: Prolapsus Uteri Edit

usia. Karena itu, jaringan penyokong diding kandung kemih da uretra akan

menjadi lemah sehingga sering timbul prolaps berupa uretrokel dan sistokel.

Sebelum menopause mungkin kelainan-kelainan ini belum menimbulkan

keluhan atau gejala, tetapi pada masa paska menopause timbul gejala-gejala

yang dapat dirasakan oleh penderita, seperti adanya benjolan yang keluar dari

lobang vagina (uretrokel atau sistokel), sering berkemih, sulit berkemih,

berkemih sedikit-sedikit atau mengompol bila batuk. Atau pada keadaan-

keadaan aktifitas fisik yang berat. Disamping itu, sering kali pula ditemukan

kelemahan dari sfingter uretra akibat trauma persalinan terdahulu dan disertai

dengan kurangnya hormone estrogen. Hal ini dapat menyebabkan sfingter uretra

tidak berfungsi dengan baik sebagai alat penahan urin keluar, sehingga

terjadilah suatu stress inkontinensia. Pada masa paska menopause, karena

menipisnya mukosa kandung kemih disertai dengan berkurangnya kapasitasnya,

kandung kemih menjadi lebih rentan dan sangat sensitive terhadap rangsangan

oleh urine, sehingga kandung kemih akan berkontraksi tanpa dapat

dikendalikan. Kelaian ini disebut dengan overactive bladder. Bila kejadian ini

terjadi , penderita akan mengeluh sering berkemih (frekuensi), termasuk bangu

untuk berkemih pada malam hari (nokturia). Selain itu, penderita juga sangat

ingin berkemih sekali (Urgensi) serta kadang-kadang sebelum sampai ke toilet

urine telah keluar (urge), normal berkemih dari seorang sehat dalam waktu 24

jam adalah : diuresis 1100-1800 cc, frekuensi kurang dari 8 kali, nokturia

kurang dari 2 kali, volume berkemih rata-rata 200-400 cc, dan volume

maksimum berkemih 400-600 cc. Khusus mengenai inkontinensia urine ini ,

merupakan kelainan yang utama dari saluran kemih bawah pada masa paska

menopause. Secara garis besar, inkontinensia urine dapat digolongkan

menjadi :1,2,6,7

1. Stres inkontinensia urin

Gangguan ini terutama disebabkan kelemahan fungsi sfingter uretra dan leher

uretra sehingga bila tekanan abdominal meningkat maka urine keluar

sedangkan kandung kemih sendiri tidak aktif. Ciri khas dari kelainan ini adalah

urine keluar sedikit, sering kencing, dan meningkat bila ada aktifitas. Tetapi,

26

Page 27: Prolapsus Uteri Edit

pada malam hari umumnya keluhan ini berkurang atau tidak ada sama sekali.

Stres inkontinensia urine, menurut beratnya dibagi dalam 3 (tiga) derajat sebagai

berikut:

Derajat I : Urine keluar pada saat batuk , bersin , tertawa

Derajat II: Urine keluar pada sat berjalan, mengangkat yang berat atau meloncat.

Derajat III: Urine keluar pada saat berdiri, tapi tidak pada waktu berbaring.

Pengobatan kelainan ini dapat konservatif dan operatif. Pengobatan konservatif

dilakukan pada keadaan derajat I dan II. Disini diberi obat-obat serta latihan otot

dasar panggul . Pada orang tua diberikan terapi hormonal estrogen. Tinadakan

operatif baru dilakukan bila tindakan konservatif tidak memperlihatkan

perbaikan atau derajat III berupa IntraVaginal Sling plasty (IVS) atau Tension

free Vaginal Tape (TVT).

2. Urge inkontinensia

Keluarnya urine berhubungan dengan keinginan untuk berkemih umumnya

penderita tidak bisa menahan karena kontraksi kandung kemih lebih tinggi dar

tahanan uretra. Ciri khas dari kelainan ini adalah urine lebih banyak keluar dan

sesuai dengan kapasitas kandung kemih yang ada. Pada malam hari juga sering

berkemih karena kontraksi kandung kemih lebih tinggi dari tahanan uretra. Ciri

khas dari kelainan ini adalah urin lebih banyak keluar dan sesuai dengan

kapasitas kandung kemih yang ada. Pada malam hari juga sering berkemih

karena kontraksi kandung kemih akibat rangsangan kapasitas kandung kemih.

Pengobatan kelainan ini dengan bladder drill dan pemberian obat- obatan

seperti anti muskarinik yang dimulai dengan dosis rendah dan dinaikan secara

bertahap sampai dosis maksimum, bila hasilnya baik, obat diturunkan secara

bertahap dan dilanjutkan dengan latihan kandung kemih.

3. Overflow inkontinensia

keluarnya urin tanpa disadari dengan kandung kemih berada pada keadaan

penuh. Disini, tekanan intra vesikal akan melebihi tahanan uretra dan tidak

didapatkan kotraksi dari otot kandung kemih. Ciri khas kelainan ini adalah air

27

Page 28: Prolapsus Uteri Edit

kencing merembes atau menetes karna kandung kemih penuh. Pengobatannya

dengan pengosongan kandung kemih dengan keteter serta pemberian obat

kolinergik yang dapat menyebatkan otot detrusor ber kontraksi

Kesimpulan

1. pada wanita pasca menopause trdapat gangguan fungsi dan anatomi dari

alat urogenital karena atrofi dan kurang atau tidak ada hormone estrogen.

2. pengobatan pada prolaps urogenital ini pada umumnya adalah konservatif,

sedangkan tindakan operatif baru dilakukan bila secara konservatif tidak

berhasil dan tidak ada kontra indikasi.

pemberian estrogen oral dan local dapat menguranngi gejala inkontinensia urin

maupun keluhan- keluhan yang disebabkan akibat atrofi epithel vagina pada

wanita pasca menopause.

28