profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

40
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Profil 5.1.1 Pantai Prigi Credit Union (PPCU) Pantai Prigi Credit Union (PPCU) merupakan lembaga keuangan mikro berbentuk koperasi yang pendiriannya diprakarsai oleh para sarjana ekonomi dari kawasan Prigi. PPCU didirikan pada tanggal 12 Juni 2002 dengan jumlah anggota awal sebanyak 34 orang. Modal awal dari PPCU sebesar Rp. 3.400.000,- dari anggota sendiri dan tanpa bantuan modal dari pihak lain. Latar belakang berdirinya PPCU diantaranya adalah keinginan untuk membantu memperlancar kegiatan perekonomian petani dan nelayan khususnya dan masyarakat kawasan Prigi pada umumnya. Kemudian menjadi wadah untuk menampung segala aspirasi masyarakat kawasan Prigi sehingga mereka menyadarai pentingnya suatu lembaga perekonomian dan yang penting adalah meningkatkan rasa solidaritas petani dan nelayan kawasan pantai Prigi.

Upload: hakim-mh

Post on 10-Jun-2015

895 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

profil kesehatan koperasi di kawasan pesisir prigi trenggalek, jawa timur, tahun 2005-2007

TRANSCRIPT

Page 1: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Profil

5.1.1 Pantai Prigi Credit Union (PPCU)

Pantai Prigi Credit Union (PPCU) merupakan lembaga keuangan mikro

berbentuk koperasi yang pendiriannya diprakarsai oleh para sarjana ekonomi dari

kawasan Prigi. PPCU didirikan pada tanggal 12 Juni 2002 dengan jumlah anggota

awal sebanyak 34 orang. Modal awal dari PPCU sebesar Rp. 3.400.000,- dari anggota

sendiri dan tanpa bantuan modal dari pihak lain.

Latar belakang berdirinya PPCU diantaranya adalah keinginan untuk

membantu memperlancar kegiatan perekonomian petani dan nelayan khususnya dan

masyarakat kawasan Prigi pada umumnya. Kemudian menjadi wadah untuk

menampung segala aspirasi masyarakat kawasan Prigi sehingga mereka menyadarai

pentingnya suatu lembaga perekonomian dan yang penting adalah meningkatkan rasa

solidaritas petani dan nelayan kawasan pantai Prigi.

PPCU dalam menjalankan kegiatan usahanya membuka kantor yang

beralamat di Jalan Raya Pasir Putih, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo,

Kabupaten Trenggalek dengan nomer telepon (0355) 551853. PPCU melayani

anggotanya setiap hari kecuali hari Minggu dan hari libur lainnya. Untuk memenuhi

aspek legalisasi PPCU terdaftar sebagai koperasi dengan Badan Hukum Nomor :

188.42/006/406.057/BH/03.

Jumlah anggota pada awal berdirinya koperasi sebanyak 34 orang. Perekrutan

anggota dilakukan setiap satu bulan sekali, tentunya bagi calon anggota yang

Page 2: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

mempunyai niat baik dan komitmen yang tinggi untuk mengembangkan PPCU,

terbukti secara sah telah mengikuti pendidikan dasar dan menyelesaikan persyaratan

yang ditentukan baik secara administratif, kualitatif maupun normatif. Dari tahun ke

tahun jumlah anggota semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

Pada tahun 2004 mempunyai anggota sebanyak 151 orang dan meningkat pada tahun

2005 menjadi 231 orang dan meningkat lagi menjadi 284 orang pada tahun 2006.

PPCU melakukan kegiatan usaha simpan pinjam yang hanya melayani

anggotanya saja. Kegiatan simpanan dibagi menjadi simpanan saham dan simpanan

non saham. Simpanan saham adalah simpanan kepemilikan terhadap PPCU, terdiri

dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan kapitalisasi dan simpanan sukarela

dengan nilai saham per lembar Rp. 1000,-. Sedangkan simpanan non saham dibagi

menjadi Simpanan sukarela berjangka (Sisuka) dan Simpanan bunga harian

(Sibuhar).

Disamping kegiatan simpanan, PPCU juga memberikan berbagai jenis

pinjaman kepada anggotanya. Beberapa jenis pinjaman yang diberikan adalah :

a. Pinjaman umum, yaitu pinjaman dengan sistem angsuran tiap bulan, yang

besarnya maksimal tiga kali dari total simpanan saham dengan bunga 2,5 %

menurun.

b. Pinjaman khusus, yaitu pinjaman yang diberikan dengan batasan maksimal

Rp. 300.000,- dengan jangka waktu pengembalian 3 bulan dengan bunga 3%

flat.

c. Pinjaman produktif, yaitu pinjaman dengan jangka waktu pengembalian

maksimal 15 hari tanpa angsuran dan bunga 5 %.

43

Page 3: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

PPCU merupakan primer koperasi dan menjadi anggota Induk Credit Union

yang berpusat di Jakarta. PPCU tergabung dalam wilayah Jawa Timur bagian Timur

yang berpusat di Malang. Sedangkan kerjasama dengan bank hanya sebatas sebagai

tempat menyimpan uang yang bisa diambil sewaktu-waktu.

5.1.2 Koperasi Bakul Nelayan (KBN)

Latar belakang berdirinya Koperasi Bakul Nelayan (KBN) adalah munculnya

solidaritas antara bakul (pedagang) dan nelayan yang berharap meningkatnya

kesejahteraan yang tentunya memerlukan sebuah wadah. Sehingga dibentuk wadah

berupa koperasi yang mempunyai jumlah anggota pada awal berdirinya sebanyak 35

orang. KBN resmi berdiri pada tanggal 27 September 2001.

KBN dalam menjalankan kegiatan usahanya mempunyai kantor yang

beralamat di Jalan Raya Pantai Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo,

Kabupaten Trenggalek. KBN terdaftar sebagai koperasi dengan Badan Hukum

Nomor : 188.42/004/BH/IX/2001 Tanggal 27 September 2001.

Anggota KBN adalah masyarakat kawasan Pantai Prigi yang mayoritas

berprofesi sebagai pedagang (bakul) dan nelayan disamping Pegawai Negeri Sipil,

petani, tukang dan swasta. Jumlah anggota pada awal berdiri sebanyak 35 orang dan

meningkat menjadi 124 orang pada tahun 2004. Tetapi berkurang menjadi 120 orang

pada tahun 2005 dan 2006.

KBN mempunyai kegiatan usaha perkreditan dan perdagangan. Tetapi

kegiatan usaha yang berjalan lancar adalah unit simpan pinjam. Sedangkan unit

perdagangan kurang berjalan efektif.

44

Page 4: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

KBN bergerak sebagai koperasi primer yang mandiri dan tidak mempunyai

kerjasama dengan koperasi lain. Kerjasama yang dilakukan hanya dengan pemerintah

sebagai pembina dan sumber modal usaha dengan kredit lunak yang diberikan.

5.1.3 Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Tani

Sempurna

Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Tani Sempurna pada awalnya merupakan

sebuah Badan Usaha Unit Desa dan pada tahun 1980 terjadi perubahan badan hukum

menjadi Koperasi Unit Desa (KUD). Latar belakang berdirinya Koperasi Unit Desa

(KUD) Mina Tani Sempurna adalah kebutuhan akan lembaga yang mampu

menggerakkan kegiatan ekonomi pedesaan dan banyak dipengaruhi oleh kepentingan

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan.

Sehingga peran pemerintah dalam pendirian KUD pada waktu itu cukup besar.

Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Tani Sempurna mempunyai kantor di Jalan

Raya Prigi, Desa Prigi, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Koperasi Unit

Desa (KUD) Mina Tani Sempurna mempunyai Badan Hukum Nomor : 4611

A/BH/11/1980 Tanggal 23 September 1996.

Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Tani Sempurna mempunyai anggota

koperasi yang cukup banyak. Sampai dengan tahun 2006 jumlah anggota Koperasi

Unit Desa (KUD) Mina Tani Sempurna yang tercatat adalah 8.637 orang. Salah satu

penyebab jumlah anggota yang cukup banyak adalah karena koperasi ini telah berdiri

cukup lama. Tetapi jumlah anggota yang tercatat ini tidak semuanya aktif sebagai

45

Page 5: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

anggota koperasi. Dan sampai saat ini belum diperoleh jumlah anggota yang benar-

benar masih aktif karena sulitnya melakukan pendataan anggota.

Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Tani Sempurna mempunyai beberapa

kegiatan usaha yang dibagi menjadi 6 unit usaha. Salah satu unit usaha yang

dilaksanakan adalah unit simpan pinjam. Sedangkan unit usaha lain adalah unit

SPBU, unit pupuk, unit listrik, unit kapal dan unit toko.

Pada unit simpan pinjam melayani kegiatan pinjaman kepada anggotanya.

Adapun kredit yang diberikan ada 2 jenis yaitu kredit 1 tahunan dengan bunga 1,85%

per bulan dan kredit 3 bulanan dengan bunga 4% per bulan. Jumlah peminjam pada

tahun 2006 adalah sebanyak 174 orang.

Kerjasama yang dilakukan Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Tani Sempurna

adalah dengan Bank Jatim yang dalam hal ini sebagai pemberi pinjaman modal. Bank

Jatim memberikan pinjaman modal sebesar Rp. 750.000.000,- pada tahun 2004 dan

2005 dan sebesar Rp. 500.000.000,- pada tahun 2006 yang digunakan sebagai modal

dalam unit simpan pinjam.

5.1.4 Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Mina Tani Teluk Prigi (SINATI)

Latar belakang berdirinya Koperasi Mina Tani Teluk Prigi (SINATI)

berkaitan dengan begitu besarnya jumlah nelayan purse seine yang ada di kawasan

pantai Prigi. Sehingga nelayan yang memiliki latar belakang profesi yang sama

mendirikan sebuah koperasi pada tanggal 15 Februari 1999. Sebenarnya sebelum

mendirikan koperasi sendiri kelompok purse seine ini ikut bergabung dalam KUD

Mina Tani Sempurna dan berlangsung sampai dengan tahun 1997.

46

Page 6: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

Koperasi Mina Tani Teluk Prigi (SINATI) melaksanakan kegiatan usaha dan

pelayanan terhadap anggota di kantor yang beralamat di Jalan Raya Pantai Prigi, Desa

Prigi, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Nomer telepon (0355) 551394.

SINATI telah terdaftar di Dinas Koperasi dengan Badan Hukum Nomor : 10/BH/

KDK.13-1.1/II/1999.

Jumlah anggota pada awal berdirinya koperasi sebanyak 62 orang.

Perkembangan jumlah anggota pada tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Pada

tahun 2004 jumlah anggota yang aktif sebanyak 57 orang dan menjadi 56 orang pada

tahun 2005 dan berkurang lagi menjadi 52 orang pada tahun 2006.

SINATI merupakan koperasi serba usaha yang bergerak pada beberapa bidang

usaha. Kegiatan usaha SINATI adalah unit perdagangan Bahan dan Alat

Penangkapan (BAP), unit simpan pinjam dan unit penangkapan. Tetapi kegiatan

usaha yang memberikan pendapatan terbesar adalah unit simpan pinjam.

Kerjasama usaha dengan pihak lain dilakukan oleh SINATI dalam rangka

penghimpunan modal usaha. Kerjasama dengan Bank Jatim telah menghasilkan

tambahan modal sebanyak Rp. 400.000.000,- pada tahun 2004 dan Rp. 500.000.000,-

pada tahun 2005. Selain dengan Bank Jatim, pada tahun 2006 SINATI juga mendapat

bantuan modal dari pemerintah propinsi Jawa Timur sebesar Rp. 103.500.000,-.

5.1.5 Koperasi Wanita Puteri Bahari (KPB)

Latar belakang berdirinya Koperasi Wanita Puteri Bahari (KPB) adalah untuk

memperkuat perkumpulan wanita di wilayah teluk Prigi dalam sisi kelembagaan

sekaligus menampung bantuan-bantuan yang ditujukan kepada para wanita tani dan

47

Page 7: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

nelayan. Anggota Koperasi Wanita Puteri Bahari (KPB) pada awalnya adalah para

wanita yang tergabung dalam kumpulan Peningkatan Peran Wanita Tani dan Nelayan

(P2WTN) di 5 (lima) desa di Kecamatan Watulimo yaitu Desa Tasikmadu, Desa

Prigi, Desa Sawahan, Desa Margomulyo dan Desa Karanggandu. Koperasi Wanita

Puteri Bahari (KPB) mulai didirikan pada tahun 1994 dengan beranggotakan

sebanyak 25 orang.

Koperasi Wanita Puteri Bahari (KPB) tidak memiliki kantor secara khusus.

Sehingga dalam rangka pelayanan kepada anggotanya dilakukan di aula kecamatan

dengan melakukan pertemuan rutin pada tanggal 9 tiap bulannya. Walaupun tidak

memiliki kantor sekretariat yang menetap tetapi KPB telah mempunyai Badan

Hukum Koperasi dengan Nomor : 154/BH/KDK.13.20/1/N/1999, Tanggal 21

September 1999.

Jumlah anggota pada awal berdirinya koperasi ini adalah 25 orang dan

mengalami perkembangan menjadi 128 anggota pada tahun 2004 dan 2005 dan

bertambah lagi menjadi 131 anggota pada tahun 2006.

Koperasi Wanita Puteri Bahari (KPB) hanya mempunyai satu kegiatan usaha

yaitu kegiatan simpan pinjam saja. Setiap anggota yang ingin pinjam harus hadir pada

pertemuan tiap tanggal 9 dan hanya berhak satu kali pinjam sampai pinjaman yang

sebelumnya lunas. Setiap pinjaman dikenakan bunga 2% per bulan dengan batas

maksimal peminjaman sebesar Rp. 3.000.000,-. Koperasi Wanita Puteri Bahari (KPB)

tidak mempunyai hubungan kerjasama usaha dengan pihak lain, walaupun pada

awalnya mendapat bantuan dari pemerintah. Sehingga KPB dalam menjalankan

kegiatan usahanya hanya mengandalkan kemampuan anggotanya sendiri.

48

Page 8: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

5.2 Hasil Analisis CAMEL

5.2.1 Permodalan (Capital)

Pada aspek permodalan terdapat dua komponen penilaian yaitu rasio modal

sendiri terhadap total aset dan rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang

beresiko. Jumlah skor yang diperoleh dari dua komponen penilaian tersebut maka

disebut skor permodalan. Skor permodalan maksimal yang bisa dicapai oleh koperasi

dalam penilaian kesehatan koperasi adalah sebesar 20. Adapun perolehan skor

permodalan dari masing-masing koperasi yang diteliti dapat dilihat pada gambar 2.

berikut ini :

Gambar 2. Grafik skor permodalan beberapa koperasi di kawasan Prigi tahun 2004

sampai dengan tahun 2006

Berdasarkan Gambar 2. diketahui bahwa KBN dan KPB pada tahun 2004

sampai dengan tahun 2006 memiliki kondisi permodalan yang baik. Hal ini

ditunjukkan oleh skor permodalan yang dicapai sebesar 20 dimana merupakan skor

49

10.57.8

17

20 20 20

17

20

14

6.3

1.60

20 20 20

0

5

10

15

20

25

2004 2005 2006

permodalan

PPCU

KBN

MTS

SINATI

KPB

Page 9: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

maksimal yang bisa diperoleh dari skor permodalan. Kondisi permodalan PPCU pada

tahun 2004 dan 2005 kurang baik. Hal ini disebabkan oleh kecilnya perbandingan

antara modal sendiri dengan total aset yang dimiliki dan besarnya jumlah pinjaman

diberikan yang beresiko. Kecilnya jumlah modal sendiri karena PPCU aktif

menghimpun modal asing dari anggotanya melalui berbagai macam tabungan

disamping simpanan pokok dan simpanan wajib. Besarnya jumlah pinjaman

diberikan yang beresiko terjadi karena banyaknya pinjaman yang diberikan tanpa

disertai jaminan yang riil. Sedangkan pada tahun 2006 kondisi permodalan PPCU

sudah cukup baik. Hal ini bisa dicapai karena pertumbuhan modal sendiri lebih cepat

dari pertumbuhan total aset dan semakin kecilnya jumlah pinjaman diberikan yang

beresiko.

Perkembangan kondisi permodalan USP KUD MTS relatif stabil dan

mempunyai kondisi permodalan yang baik pada tahun 2005. Hal ini bisa dicapai

karena besarnya modal sendiri yang disetor pada unit simpan pinjam cukup besar dan

setiap pinjaman yang diberikan disertai dengan jaminan sehingga mengurangi jumlah

pinjaman diberikan beresiko. Pada tahun 2006 kondisi permodalan sedikit mengalami

penurunan. Hal ini terjadi karena adanya penarikan modal sendiri dari unit simpan

pinjam dan dialihkan kepada unit usaha yang lain.

Kondisi permodalan USP SINATI pada tahun 2004 adalah kurang baik dan

menurun lagi pada tahun 2005 menjadi buruk. Kondisi ini bisa terjadi karena USP

SINATI hanya menanam modal sendiri dalam jumlah yang sedikit dan lebih

mengutamakan modal asing dalam hal ini adalah dari bank atau pemerintah. Jumlah

modal sendiri yang relatif sedikit tidak mampu menutupi jumlah kredit diberikan

50

Page 10: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

yang beresiko sehingga menjadi indikator kurang baiknya kondisi permodalan USP

SINATI.

5.2.2 Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)

Penilaian kesehatan koperasi dari aspek kualitas aktiva produktif dapat dilihat

melalui tiga kriteria, yaitu pertama adalah rasio antara volume pinjaman kepada

anggota terhadap total pinjaman yang diberikan. Besar rasio agar kualitas aktiva

produktif dalam kondisi baik maka nilai rasio harus lebih besar dari 60%. Rasio yang

kedua adalah rasio resiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman diberikan. Besar

rasio agar kualitas aktiva produktif dalam kondisi baik maka rasio harus kurang dari

50% dan paling baik sebesar 0%. Dan yang ketiga adalah rasio cadangan resiko

terhadap resiko pinjaman bermasalah. Besar rasio agar kualitas aktiva produktif

dalam kondisi baik maka rasio harus lebih besar dari 100%. Skor kualitas aktiva

produktif diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari ketiga rasio

tersebut. Jumlah maksimal skor kualitas aktiva produktif yang bisa dicapai oleh

koperasi dalam penilaian kesehatan koperasi adalah sebesar 30.

Kondisi kualitas aktiva produktif dari beberapa koperasi yang diteliti rata-rata

cukup baik dan stabil. Bahkan PPCU memiliki kondisi kualitas aktiva produktif yang

sangat baik dengan ditunjukkan oleh skor yang dicapai mendekati sempurna. Hanya

KBN yang mengalami penurunan kualitas aktiva produktif dari tahun 2004 ke tahun

2005 dan 2006. Adapun skor kualitas aktiva produktif yang dicapai oleh koperasi

yang diteliti dapat dilihat pada gambar 3. berikut ini :

51

Page 11: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

Gambar 3. Grafik skor kualitas aktiva produktif beberapa koperasi di kawasan Prigi

tahun 2004 sampai dengan tahun 2006

Skor kualitas aktiva produktif yang dicapai PPCU mendekati sempurna. Hal

ini bisa terjadi karena pinjaman hanya diberikan kepada anggota, resiko pinjaman

bermasalah yang relatif kecil jika dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan dan

adanya dana cadangan resiko untuk menutupi pinjaman yang bermasalah sehingga

tidak mengganggu kegiatan operasional koperasi. Resiko pinjaman bermasalah yang

relatif kecil ini merupakan hasil dari selektifnya dalam perekrutan anggota sehingga

karakter anggota yang baik berdampak pada itikad baik anggota dalam melaksanakan

kewajiban sebagai anggota koperasi.

Skor kualitas aktiva produktif yang dicapai oleh USP KUD MTS, USP

SINATI dan KPB hampir sama yaitu kurang dari 20. Hal utama yang menyebabkan

skor yang dicapai tidak bisa maksimal adalah karena tidak adanya dana cadangan

52

29.4 29.4 29.628.6

11 11.4

18.4 18.415.2

19.4 19.2

0

19.2 19.2 19

0

5

10

15

20

25

30

35

2004 2005 2006

kualitas aktiva produktif

PPCU

KBN

MTS

SINATI

KPB

Page 12: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

resiko untuk menutup pinjaman diberikan yang bermasalah. Sehingga jika ada

pinjaman bermasalah akan mengganggu kegiatan operasional koperasi.

Kualitas aktiva produktif KBN mengalami penurunan dari tahun 2004 ke

tahun 2005. Pada tahun 2004 KBN memiliki dana cadangan resiko yang mampu

menutupi jumlah pinjaman diberikan yang bermasalah. Tetapi pada tahun 2005 dan

2006 jumlah pinjaman bermasalah semakin besar dan tidak diikuti dengan besarnya

dana cadangan resiko sehingga mengganggu kegiatan operasional koperasi. Besarnya

pinjaman diberikan yang bermasalah menunjukkan kurangnya tanggung jawab

anggota koperasi terhadap kewajibannya dan kurangnya pengawasan pengelola

koperasi terhadap pinjaman yang diberikan.

5.2.3 Manajemen (Management)

Dalam aspek manajemen penilaian didasarkan pada banyak nilai positif dari

25 pertanyaan atau pernyataan yang diajukan. Semakin banyak nilai positif maka skor

yang diperoleh semakin tinggi dan menunjukkan aspek manajemen berlangsung

dengan baik. Skor maksimal yang bisa dicapai koperasi dari aspek manajemen pada

penilaian kesehatan koperasi adalah sebesar 25. Beberapa koperasi yang diteliti

memiliki skor manajemen kurang dari 15. hanya PPCU yang memperoleh skor

manajemen mendekati sempurna. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pada

beberapa koperasi aspek manajemen belum dilaksanakan secara optimal sedangkan

khusus pada PPCU aspek manajemen telah mendapat perhatian. Adapun skor

manajemen yang dicapai oleh beberapa koperasi yang diteliti dapat dilihat pada

gambar 4. berikut ini:

53

Page 13: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

Gambar 4. Grafik skor manajemen beberapa koperasi di kawasan Prigi tahun 2004

sampai dengan tahun 2006

Selain PPCU, skor manajemen yang dicapai beberapa koperasi kurang dari

15. Hal ini terutama disebabkan oleh kurang diperhatikannya berbagai aspek

manajemen. Beberapa aspek manajemen yang kurang diperhatikan adalah manajemen

pertumbuhan modal sendiri dan tabungan, manajemen pinjaman beresiko dan

bermasalah, manajemen administrasi dan transaksi, manajemen kualitas sumberdaya

anggota, pengelola dan pengurus koperasi, manajemen pemberian pinjaman dan

manajemen pengendalian likuiditas

5.2.4 Rentabilitas (Earning)

Penilaian kesehatan koperasi dari aspek rentabilitas dapat dilihat melalui tiga

kriteria, yang pertama adalah rasio SHU sebelum pajak terhadap pendapatan

operasional. Agar koperasi dapat dikatakan sehat maka nilai rasio SHU sebelum

54

22 22 22

12 11 11

14 1412

14 14

11 11 11

0

5

10

15

20

25

2004 2005 2006

manajemen

PPCU

KBN

MTS

SINATI

KPB

Page 14: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

pajak terhadap pendapatan operasional sebesar 5% atau lebih. Rasio yang kedua

adalah rasio SHU sebelum pajak terhadap total aset. Agar koperasi dapat dikatakan

sehat maka nilai rasio SHU sebelum pajak terhadap total aset sebesar 10% atau lebih.

Rasio yang ketiga adalah rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional.

Agar koperasi dapat dikatakan sehat maka nilai rasio beban operasional terhadap

pendapatan operasional harus kurang dari 90%. Skor rentabilitas maksimal yang bisa

dicapai koperasi dalam penilaian kesehatan koperasi adalah sebesar 15. Berdasarkan

perhitungan yang dilakukan diperoleh skor rentabilitas dari beberapa koperasi di

kawasan Prigi dan dapat dilihat pada gambar 5. berikut ini :

Gambar 5. Grafik skor rentabilitas beberapa koperasi di kawasan Prigi tahun 2004

sampai dengan tahun 2006

Berdasarkan gambar 5. di atas diketahui bahwa hampir semua koperasi yang

diteliti mencapai skor rentabilitas yang mendekati sempurna yaitu 15. Hanya USP

SINATI yang nilai skor rentabilitasnya pada kisaran angka 10. Beberapa koperasi

mampu memperoleh skor rentabilitas yang baik karena nilai SHU sebelum pajak

55

14 14.5 1412.5 12.5 12.5

15 15 15

10.58.5

0

15 1514

0

5

10

15

20

2004 2005 2006

rentabilitas

PPCU

KBN

MTS

SINATI

KPB

Page 15: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

yang diperoleh relatif besar jika dibandingkan dengan pendapatan operasional atau

total aset. Disamping itu, besarnya beban operasional yang lebih kecil dari

pendapatan operasional juga menentukan besarnya skor rentabilitas yang diperoleh.

Sedangkan pada USP SINATI skor rentabilitas yang dicapai tidak bisa

maksimal karena nilai SHU sebelum pajak yang diperoleh jauh lebih kecil jika

dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Apalagi ditambah dengan beban

operasional yang hampir sama dengan pendapatan operasional yang diperoleh.

5.2.5 Likuiditas (Liquidity)

Rasio yang digunakan dalam menilai likuiditas adalah rasio pinjaman yang

diberikan terhadap dana yang diterima. Agar kondisi likuiditas dapat dikatakan baik

maka nilai rasio harus kurang dari 90%. Skor likuiditas maksimal yang bisa dicapai

oleh koperasi pada penilaian kesehatan koperasi adalah sebesar 10. Adapun skor

likuiditas yang dicapai beberapa koperasi di kawasan Prigi dapat dilihat pada gambar

6. berikut ini :

56

10 10 1010 10 1010

0 0

10

00 0 0

-5

0

5

10

15

2004 2005 2006

likuiditas

PPCU

KBN

MTS

SINATI

KPB

10 10 1010 10 1010

0 0

10

00 0 0

-5

0

5

10

15

2004 2005 2006

likuiditas

PPCU

KBN

MTS

SINATI

KPB

Page 16: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

Gambar 6. Grafik skor likuiditas beberapa koperasi di kawasan Prigi tahun 2004

sampai dengan tahun 2006

Berdasarkan gambar 6. di atas diketahui bahwa hanya PPCU dan KBN yang

rasio likuiditasnya selama 3 tahun kurang dari 90%. Sedangkan pada USP MTS dan

USP SINATI rasio likuiditasnya pada tahun 2004 kurang dari 90% tetapi pada tahun

berikutnya rasio likuiditas melewati batas rasio likuiditas yang aman sebesar 90%.

PPCU mampu mengelola rasio likuiditasnya karena mempunyai sistem pemantauan

likuiditas dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Sedangkan pada beberapa

koperasi yang lainnya aspek likuiditas kurang diperhatikan. Seperti yang terjadi pada

KPB dimana 99% dari total asetnya berada di tangan anggota koperasi.

Rasio likuiditas yang tinggi di satu sisi menguntungkan koperasi karena

keuntungan yang diperoleh dari bunga semakin besar. Tetapi di satu sisi akan

menyebabkan kesulitan finansial jika ada penarikan dana dari anggota atau sumber

modal. Kasus pada KPB merupakan contoh dimana likuiditas yang tinggi

menguntungkan. Semakin besar dana yang dipinjamkan maka bunga yang diperoleh

semakin besar sedangkan kewajiban yang harus dipenuhi koperasi jika ada penarikan

dana dari anggota atau sumber modal dapat ditutup dengan dana yang diperoleh dari

angsuran anggota. Hal ini bisa terjadi karena KPB hanya melaksanakan transaksi satu

kali dalam sebulan. Sehingga kegiatan penarikan dana atau pemberian pinjaman

hanya bisa dilaksanakan pada waktu pertemuan yang hanya sekali dalam sebulan.

Rasio likuiditas yang tinggi harus dihindari KPB jika mulai menggunakan modal

asing yang bisa ditarik sewaktu-waktu. Karena kemampuan memenuhi kewajiban

57

Page 17: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

dari koperasi terhadap kewajiban yang dimiliki menunjukkan kredibilitas koperasi

tersebut.

5.3 Tingkat Kesehatan Koperasi

Tingkat kesehatan beberapa koperasi dapat diketahui berdasarkan

penjumlahan nilai skor yang diperoleh dari masing-masing aspek penilaian. Skor total

yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar predikat tingkat kesehatan

koperasi yang telah ditetapkan. Rincian perolehan skor total yang dicapai beberapa

koperasi yang diteliti dapat dilihat pada tabel 11. berikut ini :

Tabel 11. Skor total tingkat kesehatan koperasi beberapa koperasi di kawasan Prigi

tahun 2004, 2005 dan 2006

KOPE-RASI

TAHUN

ASPEK

SKOR TOTA

Lpermo-dalan

kualitas aktiva

produk-tif

manaje-men

renta-bilitas

likuiditas

PPCU2004 10,5 29,4 22 14 10 85,92005 7,8 29,5 22 14,5 10 83,92006 17 29,6 22 14 10 92,6

KBN2004 20 28,6 12 12,5 10 83,12005 20 11 11 12,5 10 64,52006 20 11,4 11 12,5 10 64,4

USP KUD MTS

2004 17 18,4 14 15 10 74,42005 20 18,4 14 15 0 67,42006 14 15,2 12 15 0 56,2

USP SINATI

2004 6,3 19,4 14 10,5 10 60,22005 1,6 19,2 14 8,5 0 43,3

KPB2004 20 19,2 11 15 0 65,2

2005 20 19,2 11 15 0 65,22006 20 19 11 14 0 65

58

Page 18: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

(Sumber : Hasil Penelitian, 2007)

Berdasarkan skor total yang diperoleh tersebut kemudian dapat diketahui

tingkat kesehatan beberapa koperasi di kawasan Prigi pada tahun 2004, tahun 2005

dan 2006. Adapun tingkat kesehatan yang diperoleh beberapa koperasi di kawasan

Prigi berdasarkan analisis CAMEL dapat dilihat pada tabel 12. berikut ini :

Tabel 12. Tingkat kesehatan beberapa koperasi di kawasan Prigi pada tahun 2004,

2005 dan 2006 berdasarkan analisis CAMEL

KOPERASI TAHUN SKOR TOTAL

TINGKAT KESEHATAN

PPCU2004 85,9 sehat2005 83,9 sehat2006 92,6 sehat

KBN2004 83,1 sehat2005 64,5 kurang sehat2006 64,4 kurang sehat

USP KUD MTS

2004 74,4 cukup sehat2005 67,4 cukup sehat2006 56,5 kurang sehat

USP SINATI

2004 60,2 kurang sehat2005 43,2 tidak sehat

KPB2004 65,2 kurang sehat2005 65,2 kurang sehat2006 65 kurang sehat

(Sumber : Hasil Penelitian, 2007)

Berdasarkan penelitian terhadap 5 koperasi yang ada di kawasan Prigi dapat

diketahui bahwa selama 3 tahun mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 hanya

terdapat satu koperasi yang mempunyai kesehatan stabil sehat yaitu PPCU. Kemudian

terdapat satu koperasi yang stabil kesehatannya tetapi kurang sehat yaitu Koperasi

Wanita Puteri Bahari (KPB). Sedangkan tiga koperasi yang lain mengalami

59

Page 19: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

penurunan kesehatan. KBN termasuk koperasi sehat pada tahun 2004 tetapi menurun

menjadi koperasi kurang sehat pada tahun 2005 dan 2006. USP SINATI juga

mengalami penurunan tingkat kesehatan dari koperasi kurang sehat pada tahun 2004

menjadi koperasi tidak sehat pada tahun 2005. Sedangkan USP KUD Mina Tani

Sempurna mengalami penurunan kesehatan dari koperasi cukup sehat pada tahun

2004 dan 2005 menjadi koperasi kurang sehat pada tahun 2006. Adapun

perkembangan tingkat kesehatan koperasi di kawasan Prigi secara lengkap dapat

dilihat pada gambar 7. berikut ini :

Gambar 7. Grafik perkembangan tingkat kesehatan beberapa koperasi di kawasan

Prigi tahun 2004 sampai dengan tahun 2006

Berdasarkan nilai skor yang diperoleh maka Pantai Prigi Credit Union

(PPCU) termasuk koperasi sehat karena nilai skor yang diperoleh lebih dari 81. Pada

tahun 2004 PPCU mempunyai tingkat kesehatan sehat dengan skor yang diperoleh

85,9 dari skor maksimal sebesar 100. Walaupun sudah masuk kategori sehat agar

kondisi koperasi semakin baik maka perlu memperhatikan aspek permodalan yaitu

60

35

50

65

80

95

PPCU KBN USPMTS

USPSINATI

KPB

KOPERASI

SK

OR

2004

2005

2006

Page 20: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

dengan meningkatkan penghimpunan modal sendiri dan memperhatikan jumlah

pinjaman yang beresiko. Karena semakin besar modal sendiri dari modal asing dan

semakin kecil jumlah pinjaman yang beresiko dari pinjaman yang diberikan akan

menjamin ketersediaan modal dan likuiditas. Sedangkan aspek yang penting

diperhatikan selain aspek permodalan adalah aspek manajemen yaitu dengan

memacu agar pertumbuhan modal sendiri lebih besar dari pertumbuhan aset, menjalin

kerjasama dengan lembaga keuangan lain dan mengurangi resiko kredit macet.

Sedangkan kondisi aspek lainnya sudah bagus dan perlu dipertahankan agar tingkat

kesehatan koperasi semakin baik.

Tingkat kesehatan PPCU pada tahun 2005 tetap sehat tetapi skor yang

diperoleh sedikit turun. Menurunnya skor yang diperoleh disebabkan oleh rasio

modal sendiri terhadap aset yang semakin kecil dari tahun 2004 dan semakin

besarnya jumlah pinjaman beresiko yang menyebabkan nilai rasio antara modal

sendiri dengan pinjaman beresiko semakin kecil. Untuk meningkatkan skor yang

diperoleh maka penghimpunan modal sendiri harus lebih besar dari penghimpunan

modal asing dan mengurangi jumlah pinjaman yang beresiko. Sedangkan aspek lain

harus tetap dijaga kestabilannya atau lebih ditingkatkan lagi.

Kinerja yang dicapai PPCU pada tahun 2006 semakin meningkat. Hal ini

ditunjukan oleh peningkatan skor tingkat kesehatan dari 83,9 pada tahun 2005

menjadi 92,6 pada tahun 2006. Peningkatan yang cukup besar ini merupakan hasil

pemupukan modal sendiri yang cukup besar dan kemampuan untuk mengurangi

jumlah pinjaman yang beresiko. Sedangkan dari aspek manajemen kondisi tahun

2006 tetap sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena PPCU selain

61

Page 21: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

memberikan pinjaman kepada anggota juga menghimpun dana tabungan yang

jumlahnya cukup besar. Sehingga modal asing yang dihimpun juga cukup besar.

Kemudian PPCU dalam memberikan pinjaman tidak mementingkan jaminan

sehingga jumlah pinjaman beresiko cukup besar. Walaupun pinjaman yang diberikan

banyak yang tidak menggunakan jaminan tetapi PPCU tetap memperhatikan faktor

resiko yang akan diterima. Sehingga dalam memberikan pinjaman akan selektif dan

disesuaikan dengan karakter dari peminjam. Sedangkan masalah manajemen yang

ketiga yaitu hubungan dengan lembaga keuangan lain yang belum dilakukan karena

kebutuhan modal masih dapat dicukupi.

Berdasarkan nilai skor yang diperoleh maka Koperasi Bakul Nelayan (KBN)

termasuk koperasi sehat pada tahun 2004 karena nilai skor yang diperoleh diantara 81

sampai dengan 100. Sedangkan pada tahun 2005 dan 2006 menjadi koperasi kurang

sehat karena nilai skor yang diperoleh diantara 51 sampai dengan 66.

Berdasarkan perhitungan analisa CAMEL dapat diketahui bahwa kondisi

kesehatan KBN pada tahun 2004 termasuk kategori sehat dengan memperoleh skor

83,1. Pada tahun ini aspek permodalan, kualitas aktiva produktif dan likuiditas dalam

kondisi bagus. Sedangkan aspek rentabilitas cukup bagus tetapi aspek manajemen

kurang bagus. Kondisi yang bagus ini dapat dicapai karena adanya kerjasama yang

baik antara anggota, pengurus, pengelola dan pengawas koperasi.

Tingkat kesehatan KBN pada tahun 2005 dan 2006 hampir sama yaitu

mengalami penurunan drastis menjadi koperasi kurang sehat. Hal ini khususnya

dikarenakan semakin meningkatnya jumlah pinjaman bermasalah sehingga kualitas

62

Page 22: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

aktiva produktif semakin menurun disamping tidak adanya perbaikan aspek

manajemen yang kurang baik pada tahun sebelumnya.

Agar kesehatan koperasi meningkat maka perlu memprioritaskan pada aspek

kualitas aktiva produktif dan manajemen. Misalnya dengan meningkatkan kesadaran

anggota koperasi dalam kedisiplinan membayar pinjaman, memberikan pinjaman

untuk kegiatan produktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi jumlah kredit

bermasalah. Disamping itu juga meningkatkan manajemen pengelolaan koperasi

dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia Nomor: 351/KEP/M/XII/1998 tentang petunjuk

pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi.

Kondisi likuiditas dan permodalan KBN memenuhi kategori yang baik dalam

penilaian tingkat kesehatan tetapi jumlah modal yang dimiliki dari tahun ke tahun

tidak mengalami peningkatan yang berarti. Maka pihak koperasi perlu meningkatkan

sejumlah modal dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas anggota koperasi.

Dengan meningkatnya kualitas anggota diharapkan timbulnya rasa memiliki dan

keinginan untuk memajukan koperasi oleh anggota koperasi.

Berdasarkan nilai skor yang diperoleh maka Koperasi Unit Desa (KUD) Mina

Tani Sempurna termasuk koperasi cukup sehat pada tahun 2004 dan 2005 karena nilai

skor yang diperoleh diantara 66 sampai dengan 80. Sedangkan pada tahun 2006

termasuk koperasi kurang sehat karena hanya memperoleh skor antara 51 sampai

dengan 65.

USP KUD Mina Tani Sempurna pada tahun 2004 mempunyai tingkat

kesehatan cukup sehat. Adapun titik kelemahan dari USP KUD Mina Tani Sempurna

63

Page 23: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

adalah pada aspek kualitas aktiva produktif dan aspek manajemen. Pada aspek

kualitas aktiva produktif tidak ada anggaran untuk dana cadangan resiko sehingga

jika ada kredit bermasalah akan mengganggu tingkat permodalan dan likuiditas.

Sedangkan titik lemah aspek manajemen diantaranya adalah tidak mampu

mengendalikan jumlah pinjaman lancar dalam jumlah lebih besar dari 90% pinjaman

yang diberikan. USP KUD Mina Tani Sempurna juga belum mempunyai sistem

informasi manajemen likuiditas yang baik walaupun likuiditasnya kurang dari 90%.

Aspek permodalan, aspek rentabilitas dan aspek likuiditas yang dicapai pada tahun

2004 adalah baik dan perlu dipertahankan untuk tahun-tahun berikutnya.

Tingkat kesehatan USP KUD Mina Tani Sempurna pada tahun 2005 dan 2006

mengalami penurunan status menjadi koperasi kurang sehat. Hal ini terutama karena

kurang baiknya manajemen dan kualitas aktiva produktif seperti tahun 2004 dan

ditambah memburuknya tingkat likuiditas yang melebihi 90%. Untuk memperbaiki

tingkat kesehatan perlu langkah-langkah yang harus dilakukan misalnya memperbaiki

aspek manajemen baik manajemen permodalan, kualitas aktiva produktif,

pengelolaan, rentabilitas maupun manajemen likuiditas. Kemudian menjaga tingkat

likuiditas dan terus meningkatkan modal sendiri dan mengurangi ketergantungan dari

modal asing atau dari lembaga keuangan.

Berdasarkan nilai skor yang diperoleh maka Koperasi Mina Tani Teluk Prigi

(SINATI) termasuk koperasi kurang sehat pada tahun 2004 karena nilai skor yang

diperoleh diantara 51 sampai dengan 65. Sedangkan pada tahun 2005 termasuk

koperasi tidak sehat karena hanya memperoleh skor kurang dari 51.

64

Page 24: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

USP Sinati pada tahun 2004 mempunyai tingkat kesehatan kurang sehat. Hal

ini disebabkan oleh kurang baiknya beberapa aspek khususnya aspek permodalan,

kualitas aktiva produktif dan manajemen. Pada aspek permodalan USP Sinati lebih

banyak menggunakan modal asing dan hanya menanam modal sendiri dalam jumlah

sedikit. Besarnya modal asing memberikan resiko yang tinggi khususnya bila terjadi

pinjaman bermasalah dalam jumlah besar dan penarikan modal asing. Tetapi USP

Sinati cukup tanggap yaitu dengan meminta jaminan bagi setiap pinjaman yang

diberikan sehingga ada upaya untuk mengurangi jumlah pinjaman bermasalah.

Sedangkan pada aspek kualitas aktiva produktif USP Sinati mempunyai kelemahan

pada tidak adanya dana cadangan resiko untuk menutupi kredit bermasalah. Sehingga

setiap pinjaman bermasalah yang timbul akan mengurangi tingkat permodalan dan

likuiditas. Aspek yang juga menjadi titik lemah kesehatan USP Sinati adalah aspek

manajemen yaitu rendahnya upaya meningkatkan modal sendiri, tidak adanya

program pendidikan yang rutin terhadap anggota atau pegawai, kurangnya upaya

untuk menjaga atau meningkatkan rentabilitas dan belum menggunakan sistem

informasi manajemen yang memadai untuk pemantauan likuiditas.

Tingkat kesehatan USP Sinati pada tahun 2005 justru semakin turun menjadi

koperasi tidak sehat. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perbaikan terhadap

masalah yang dihadapi pada tahun 2004 dan adanya pengalihan modal sendiri pada

unit usaha yang lain. Sehingga jumlah modal sendiri pada unit simpan pinjam

semakin sedikit. Hal ini bertentangan dengan Keputusan Menteri Koperasi,

Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 351/KEP/M/XII/1998

tentang petunjuk pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi yang mengharuskan

65

Page 25: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

modal sendiri minimal yang harus disetor kepada unit simpan pinjam sebesar

Rp. 15.000.000,-. Untuk meningkatkan kesehatan koperasi perlu dilakukan beberapa

upaya diantaranya adalah memperbaiki manajemen yang dilakukan selama ini,

memperkuat permodalan sendiri dan menjaga kualitas aktiva produktif. Disamping

itu juga mempertahankan rentabilitas dan likuiditas yang dicapai selama ini.

Berdasarkan nilai skor yang diperoleh maka Koperasi Wanita Puteri Bahari

(KPB) termasuk koperasi kurang sehat baik pada tahun 2004, 2005 maupun 2006

karena nilai skor yang diperoleh diantara 51 sampai dengan 66. Beberapa faktor

utama yang menyebabkan tingkat kesehatan KPB kurang sehat adalah kurang

baiknya tingkat likuiditas, manajemen dan kualitas aktiva produktif. Besarnya rasio

likuiditas yang mencapai 99% menunjukkan banyaknya uang yang beredar pada

anggota sebagai pinjaman. Sehingga kemampuan koperasi untuk memberikan

pinjaman atau memenuhi kewajibannya hanya dapat dilakukan setiap satu bulan

sekali ketika berlangsung pertemuan rutin. Aspek manajemen juga kurang

diperhatikan dengan baik. Hal ini terjadi karena kurangnya frekuensi pertemuan

anggota koperasi yang praktis hanya sekali dalam sebulan. Sedangkan aspek kualitas

produktif menjadi salah satu titik lemah karena tidak adanya alokasi dana cadangan

resiko terhadap kredit bermasalah. Adapun aspek permodalan dan rentabilitas dari

KPB sudah bagus karena modal sendiri mencapai 99% dari total aset dan persentase

rentabilitas yang diperoleh selalu tergolong besar jika dibandingkan dengan ketentuan

dalam analisa CAMEL.

Walaupun tingkat kesehatan tergolong kurang sehat tetapi KPB mempunyai

keunikan yaitu tidak adanya kredit macet padahal pinjaman yang diberikan tanpa

66

Page 26: profil koperasi-koperasi di kawasan prigi trenggalek jawa timur

disertai jaminan. Hal ini bisa terjadi karena karakter dan keaktifan anggota koperasi

menjadi pertimbangan dalam pemberian pinjaman. Sehingga anggota koperasi

menjadi aktif dan disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

67