prof. jos #2 - umn lmn dst

Upload: notageek

Post on 15-Oct-2015

174 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Catatan UMN-LMN (Upper Motor Neuron-Lower Mototr Neuron)

TRANSCRIPT

  • ET

    1

    GANGGUAN SISTEM SARAF PERIFER Prof. Dr. dr. Jos Utama, SpS, SpKJ. PENDAHULUAN*

    Sistem saraf motorik dibagi menjadi 2 bagian, yaitu upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN). Sirkuit-sirkuit neuron di otak dan batang otak mengatur semua gerakan baik volunter maupun involunter. Semua sinyal eksitatorik maupun inhibitorik yang mengontrol pergerakan seseorang diteruskan dan dilakukan dalam sebuah motor neuron yang keluar dari batang otak dan medula spinalis menuju otot skelet yang diinervasinya, neuron-neuron tersebut disebut sebagai lower motor neuron (LMN), di mana badan selnya terdapat di batang otak dan medula spinalis. Pada batang otak dan medula spinalis memiliki lanjutan yang berbeda, yaitu:

    1. Dari batang otak, akson dari LMN memanjang sebagai saraf kranial untuk mempersarafi otot skelet wajah dan kepala.

    2. Sedangkan dari medula spinalis, akson dari LMN meneruskan output sinyal dari SSP ke serabut otot skelet. Karena itulah LMN juga disebut sebagai final common pathway.

    Sistem yang mengatur pergerakan motorik manusia disebut

    sebagai somatic motor pathway, yang akan memproses input yang masuk hingga meneruskannya ke LMN. Somatic motor pathway ini dibagi menjadi 2, yaitu local circuit neurons, upper motor neuron (UMN), basal ganglia neurons, dan cerebellar neuron:

    1. Local circuit neurons: input dari SSP masuk ke LMN melalui interneuron didekatnya, disebut sebagai local circuit neurons. Neuron-neuron ini terletak dekat dengan badan sel LMN di batang otak dan medula spinalis. Fungsi: menerima input dari reseptor somatik sensorik tubuh, seperti nocireceptors (reseptor nyeri) dan serat otot, membantu koordinasi aktivitas ritmik otot pada sekumpulan otot yang spesifik dalam mengatur pergerakan seperti fleksi dan ekstensi sewatu berjalan.

    2. UMN: baik local circuit neurons dan LMN menerima sinyal dari UMN. Hampir kebanyakan UMN bersinaps dengan local circuit neurons, namun sebagian kecil langsung bersinaps dengan LMN. Basal ganglia dan cerebellum juga memberikan pengaruh pada UMN. UMN terdapat pada beberapa tempat dan mengatur fungsi yang berbeda:

    a. Korteks serebral: melaksanakan gerakan volunter tubuh. b. Batang otak (red nucleus, vestibular nucleus, superior colliculus, & formasio reticularis):

    regulasi tonus otot, kontrol postur otot tubuh, membantu keseimbangan dan oerientasi kepala & badan.

    3. Basal ganglia neurons: fungsi: membantu pergerakan dengan memberi input kepada UMN, selain itu juga membantu menginisiasi/memulai dan menghambat gerakan, menekan gerakan yang tidak perlu, dan menetapkan tonus otot yang normal (melalui sirkuit antara basal ganglia dengan area motorik pada korteks serebral yang melalui thalamuslihat gambar).

    4. Cerebellar neurons: fungsi: membantu pergerakan dengan mengontrol aktivitas UMN, menitor perbedaan antara gerakan yang dimaksudkan dengan gerakan yang benar-benar dilakukan, mengurangi error dalam bergerak. Secara keseluruhan fungsinya adalah untuk koordinasi gerakan dan mempertahankan postur tubuh.

    *Sumber: Tortora Principles of Anatomy & Physiology 12th ed, 2009. p. 583-4.

    Gambar: Anatomi Neuron. Sumber: Tortora Anatomy &

    Physiology 12th ed, 2009. p. 491.

    Gambar: Somatic Motor Pathway. Sumber: Tortora Principles of Anatomy & Physiology 12th ed, 2009. p. 583.

  • ET

    2

    KULIAH - Susunan saraf pusat disebut sebagai upper motor neuron, sedangkan susunan saraf tepi disebut

    sebagai lower motor neuron. Secara klinis saja tanpa menggunakan alat-alat apapun kita dapat menentukan apakah gangguan yang terjadi bersifat sentral (UMN) atau perifer (LMN).

    - Konsep yang harus dipegang dalam UMN adalah sensibilitas dan refleks. Sensibilitas pada UMN mempunyai batas yang tegas (sirkumskrip) dapat diketahui persis batas

    kelainan yang terjadi, contoh kelainan terjadi pada batas servikal/lumbal/dsb (segmentasi jelas). Refleks mengalami hiperrefleksi, dan juga dapat ditemukan refleks patologis. Contoh: jika

    terdapat gangguan pada servikal, langsung lakukan pemeriksaan refleks pada jari-jari & lengan, dapat langsung mengetahui bahwa gangguan terjadi pada bagian servikal.

    - Sebaliknya, pada gangguan susunan saraf tepi/LMN (cth: neuropati) hal yang terjadi sangat berbeda, di mana sensibilitas tidak berbatas tegas/difus, kita tidak dapat mengetahui kelainan yang terjadi sampai di mana (sistem LMN bersifat global). Periksa dari bawah tidak ada batas tegas, dari atas juga tidak ada batas tegas, sehingga disebut gangguan sensibilitas difus. Pada gangguan LMN terdapat refleks yang hilang (arrefleksi), dan tidak ada refleks patologis.

    - Baik pada LMN dan UMN sama-sama terjadi penurunan kekuatan otot. - Tonus otot pada gangguan UMN adalah hipertonik, dapat berupa rigiditas atau spastisitas.

    Spastisitas = spastik terjadi karena gangguan kortikal/korteks. Spastisitas bergantung kepada kecepatan gerakan, semakin cepat maka tonus otot semakin tinggi. Rigiditas = juga termasuk hipertonik, namun gangguan berlokasi di basal ganglia dan sekitar thalamus. Pada rigiditas tonus otot tidak dipengaruhi oleh kecepatan gerakan. Sedangkan tonus otot pada LMN adalah tidak ada tonus (flaccid/atoni).

    - Pada UMN trofik tidak terganggu/tidak terdapat atrofi otot. Pada LMN terdapat atrofi otot. - Perbedaan koordinasi pada gangguan UMN dan LMN: baik UMN maupun LMN mengalami kelemahan

    otot, namun kita tidak dapat memastikan bahwa ada kelumpuhan/parese atau tidak. Untuk memastikan ada tidaknya parese harus membandingkan antara otot bagian kiri dengan otot bagian kanan. Salah satu tes yang baik untuk dilakukan adalah diadokokinesis test. Diadokokinesis adalah kemampuan untuk melakukan gerakan antagonis secara cepat, kemudian perhatikan gerakan yang dilakukan simetris atau tidak. Contoh: pasien disuruh untuk fleksi tangan kanan & ekstensi tangan kiri secara cepat (dilakukan bergantian kiri dan kanan, dan dapat juga dengan gerakan lain yaitu supinasi-pronasi). Jika terdapat parese, dapat ditemukan gerakan yang tidak lancar/tidak stabil (disdiadokokinesis). Test ini mudah sekali dilakukan. Jangan mengukur berdasarkan kekuatan/tenaga otot pasien, karena mengukur dengan kekuatan otot dapat memberikan hasil yang berbeda-beda tergantung pasien yang diperiksa. Pasien atlet dengan pasien bayi tentu berbeda, maka hasil akan sangat subyektif. Seperti telah kita ketahui bahwa skor kekuatan otot dibagi menjadi 5. Skor 5 adalah kekuatan otot yang normal. Namun karena kekuatan ini bervariasi dari bayi sampai orang tua, berbeda antara pria dan wanita, tentu hasil yang diberikan akan berbeda dan membuat ragu, sehingga lebih cocok dilakukan tes diadokokinesis, dengan cepat mengetahui kiri atau kanan yang mengalami gangguan, yang disebut sebagai disdiadokokinesis.

    - Tonus, tenaga, trofik, refleks, koordinasi, gerakan spontan abnormal/refleks patologis 6 hal ini yang harus dijadikan pegangan untuk membuat diagnosis secara klinis. Tidak perlu pemeriksaan penunjang lainnya dapat langsung memberikan diagnosis.

    - UMN terbagi menjadi korteks hemisfer thalamus batang otak (mesensefalon, pons, medoblongata) medula spinalis. Semua struktur ini disebut sebagai susunan saraf pusat, karena di dalamnya mengandung sel neuron dan sel glia. Warna sel neuron adalah abu-abu, memberi gambaran gray matter pada otak, sedangkan mielin berwarna putih, memberi gambaran white matter pada otak.

    SKOR PEMERIKSAAN 0 Tidak ada kontraksi 1 Sedikit kontraksi otot

    2 Kontraksi hanya menggeser, tidak mengangkat

    3 Kontraksi hingga mengangkat, namun tidak mampu melawan tahanan yang ringan

    4 Dapat melawan tahanan ringan saja

    5 Dapat mengimbangi tahanan kuat dari pemeriksa

  • ET

    3

    - Susunan saraf tepi dibagi menjadi nervi kranialis (12 saraf kranial otak) dan saraf spinal (dibagi menjadi saraf servikal [8], torakal [12], lumbal [5], dan sacral [5]). Gangguan pada gangguan saraf tepi disebut sebagai neuropati. Dahulu disebut sebagai neuritis. Neuritis adalah radang, namun penyebabnya tidak hanya berupa infeksi saja, namun dapat disebabkan karena gangguan VITAMIN (Vaskular, Infeksi, Trauma, Autoimun, Metabolik, Idiopatik, dan Neoplasma). Karena sekarang telah diketahui bahwa penyebabnya tidak hanya infeksi, maka penulisan neuritis diganti menjadi neuropati (kecuali jika sudah terbukti terdapat infeksi).

    - Polineuropati (neuropati pada berbagai bagian tubuh) paling sering terjadi pada orang tua usia lanjut. Hal ini terjadi karena proses degenerasi yang terjadi karena pola makan dan pola hidup. Paling sering disebabkan karena adanya gangguan vaskuler berupa iskemia dan hipoksia. Iskemia dan hipoksia dapat terjadi karena peredaran darah yang kurang lancar, pengentalan darah, dan suplai oksigen yang menurun.

    - Jenis neuropati yang paling sering terjadi adalah neuropati klasik, yaitu neuropati yang sifatnya kronis/menahun. Gejalanya tidak terlalu aktif, progresif lambat, simetris, dimulai dari bawah ekstremitas dan kemudian menjalar ke atas (ascendens). Contoh: mulai pada jari-jari kaki telapak kaki tungkai bawah tungkai atas, dan seterusnya. Selain itu ditemukan juga refleks yang menurun, sensibilitas menurun, serta parestesia. Jenis ini yang paling sering ditemukan pada usia lanjut (proses degenerasi). Penyebab lain selain usia yang juga cukup sering terjadi adalah pada penyakit diabetes. Diabetes akan menimbulkan neuropati.

    - Dapat juga ditemukan tipe neuropati non klasik tidak simetris, tiba-tiba muncul, tidak bersifat ascendens.

    - Jenis neuropati lainnya adalah neuropati fokal (carpal tunnel syndromepressure neuropathy), multifokal, Bells palsy, dan otonomic neuropati. Jadi disimpulkan bahwa ada berbagai jenis neuropati yang terjadi pada saraf tepi hingga pada saraf otonom.

    - Saraf otonom terbagi menjadi dua sistem, yaitu simpatis dan parasimpatis. Otonom/vegetatif artinya bekerja secara otonom, sistem yang bekerja sendiri, mengatur fungsi vital seperti pernafasan, jantung,

    suhu, tekanan darah, GI tract, miksi defekasi, dan sebagainya. Semuanya dibawah pengaruh otonom. Jika terdapat gangguan dapat menyebabkan kematian mendadak. Paling sering karena gangguan jantung sudden cardiorespiratory arrest. Semua pusat pengaturan terdapat di batang otak, itu sebabnya daerah servikal adalah daerah yang sangat penting. Batang otak ini mengandung pusat2 vital untuk kehidupan.

    - Saraf simpatis terdapat di sisi dari vertebra, ganglia saraf simpatis terdapat pada cervicotorakal. Sedangkan pada parasimpatis dibagi menjadi 2, yaitu cranium dan sacral (craniosacral). Pada cranium, inti sistem parasimpatis mengikuti inti dari saraf kranial ke III, VII, IX, dan X. Artinya pada bagian ini mengatur pernafasan dan jantung. Jika terdapat gangguan fungsi/fungsi tiba-tiba terhenti, dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba. Hal ini sering terjadi. Salah satu penyebabnya adalah stress, suhu yang terlalu dingin, dan sebagainya.

    Gambar: Sistem Saraf Simpatis dan Parasimpatis. Sumber: Tortora Principles of Anatomy & Physiology 12th ed, 2009. p. 550-1.

  • ET

    4

    - Komponen susunan saraf tepi yang paling kecil adalah serat saraf/nerve fiber. Serat saraf merupakan struktur sangat sensitif. Serat saraf terdiri dari akson yang berfungsi untuk mengalirkan makanan dan tenaga. Di luar akson terdapat selubung mielin yang berfungsi untuk mengalirkan impuls/rangsang dari pusat menuju ke ujung (nerve conduction velocity). Tingkat ketebalan selubung mielin bermacam-macam. Semakin tebal maka penghantaran impuls akan semakin cepat, contohnya paling tebal terdapat pada serabut saraf motorik (50-100 meter/detik). Jika selubung ini tipis maka penghantaran impuls juga lambat, seperti contoh yaitu pada serat saraf otonom (10 meter/detik). Namun juga ada serat saraf yang tidak memiliki mielin, penghantarannya sangat lambat (1 meter/detik), yaitu ditemukan pada bayi (pembentukan masih belum sempurna). Itu sebabnya gerakan bayi lambat. Atau dapat juga terjadi pada usia lanjut (mielin mulai menipis karena proses penuaan).

    - Mielin adalah struktur yang sangat cepat mengalami kerusakan/demielinisasi. Posisi duduk terlalu lama atau tertekan dapat menyebabkan kerusakan, sehingga menyebabkan nerve apraksia/ neurapraksia (gangguan sistem saraf tepi berupa gangguan konduksi yang menyebabkan kehilangan fungsi sensorik dan motorik yang sementara). Biasanya terjadi karena sirkulasi darah yang kurang baik. Namun biasanya cepat untuk pulih, dalam beberapa jam hingga paling lama 1 hari dapat kembali membaik. Hal ini terjadi karena terjadi proses perbaikan yang dilakukan oleh sel schwann atau neurolemma yang berada di luar dari serat saraf (di luar myelin). Jika ada nerve apraksia, maka yang akan bertugas untuk memperbaikinya adalah sel schwann.

    - Axonotmesis: adalah keadaan di mana akson mengalami kerusakan. Gangguan yang ditimbulkan tentu lebih berat. Hal ini disebabkan karena penekanan yang lebih lama, obat-obatan (contoh pada saat proses pencabutan gigi, saraf gigi biasanya dilakukan anestesi/dimatikan). Axonotmesis dapat pulih namun membutuhkan waktu yang lebih lama.

    - Neurotmesis: adalah keadaan di mana serat saraf putus total/mengalami kerusakan total. Seperti telah kita ketahui bahwa beberapa serat saraf bergabung dalam fasikel, selanjutnya beberapa fasikel akan bergabung menjadi saraf tepi. Jadi, saraf tepi merupakan struktur yang cukup tebal. Saraf tepi ini juga dibungkus oleh epineurium. Bila saraf ini terputus karena terbacok/dsb, maka saraf yang terputus ini harus segera disambung. Neurotmesis dapat kembali pulih, namun harapan untuk kembalinya fungsi seperti semula jauh lebih lama, dapat memakan waktu beberapa bulan hingga tahun.

    - Kasus yang lebih sulit adalah bila akar saraf tercabut (kasus afungsi). Manusia memiliki sistem saraf yang kompleks, contoh adalah seperti pada saraf tepi, di mana terbagi menjadi pleksus brachalis (invervasi untuk lengan, serabut saraf keluar dari C5 T1) dan pleksus lumbosacralis (inervasi untuk tungkai, serabut saraf keluar dari L1 S2). Akar serabut saraf ini dapat tercabut (contoh: seseorang naik motor terburu-buru, saat nyelip truk bahu orang tersebut tertarik karena nyangkut pada salah satu bagian pada truk tersebut, sehingga saraf/pleksusnya tercabut hingga akar). Hal ini dapat menyebabkan afungsi (sel saraf tidak berfungsi lagi). Kemudian selanjutnya harus dipikirkan apakah afungsi yang terjadi total atau parsial. Jika sudah terjadi afungsi total maka sudah tidak bisa dipulihkan. Jika afungsi yang terjadi adalah parsial, maka sebagian serat saraf masih bisa berfungsi. Afungsi adalah kasus yang paling sulit untuk dipulihkan.

    - Saraf-saraf pleksus brachialis dibagi menjadi cabang pendek dan cabang panjang. Pleksus brechialis dibentuk dari C5 T1: Cabang pendek dibagi menjadi 3, yaitu: n. supraspinatus otot bahu; n. musculacutaneus

    biseps; n. axillaris deltoid. Cabang panjang dibagi menjadi 3, yaitu: n. medianus, ulnaris, dan radialis.

    Gambar: Anatomi Sel Neuron. Sumber: Tortora Principles of Anatomy & Physiology 12th ed, 2009. p. 418.

  • ET

    5

    - Begitu pula dengan pleksus lumbosacralis, ada cabang pendek dan cabang panjang. - Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,

    salah satu jenis neuropati adalah neuropati fokal. Bentuk neuropati fokal yang paling sering terjadi adalah carpal tunnel syndome (CTS). Pada CTS terdapat gangguan yang bersifat fokal, yaitu terjadi pada saraf panjang pada lengan, di mana saraf yang mengalami gangguan adalah n. medianus pada pergelangan tangan. Seperti kita ketahui bahwa n. medianus berjalan di antara 2 tendon (tendon palmaris locus & tendon fleksor carpi radialis). Pada bagian bawah terdapat tulang-tulang pergelangan tangan (naviculare dsb). Pada bagian atas ditutup oleh suatu lapisan ligamentum transversum. Jadi, dengan kata lain n. medianus seolah-olah berada di dalam sebuah terowongan carpal, itu sebabnya gangguan pada saraf ini disebut sebagai carpal tunnel syndrome. Lig. transversum ini sering terjepit. N. medianus menginervasi jempol, telunjuk, pertengahan jari ke-1 3, dan sebagian jari ke-4. Bila terjadi paresis total, maka jari tidak dapat fleksi (fungsinya adalah untuk fleksi). CTS adalah kelainan yang cukup sering. Biasanya terkena pada orang yang bekerja banyak melibatkan tenaga tangan, ibu rumah tangga, mencuci, pel, menyetrika, mengulek-ngulek, dsb. Biasanya CTS terjadi bilateral, dan penanganannya adalah tindakan operasi.

    - Tindakan operasi yang dilakukan adalah menggunting lig. transversum dan kemudian dijahit kembali. Tindakan operasi dulu lazim dilakukan. Namun karena hasilnya tidak memuaskan, kadang membaik kadang tidak pulih, maka sekarang dilakukan cara lain yang lebih sederhana, yaitu dengan pola hidup atau diet. Jangan terlalu banyak menggerakan pergelangan tangan, dan menjaga berat badan tidak obesitas. Jika pasien tidak perduli dan tetap beraktivitas berlebihan dsb, dapat terjadi kelainan berupa Preachers hand/tangan pengkotbah (kelumpuhan n. medianus).

    - Sebaliknya, n. ulnaris berfungsi untuk membuka fleksi yang dilakukan oleh n. medianus. N. ulnaris juga dapat terjepit, yaitu terjepit pada bagian siku. Salah satu penyebab yang paling sering adalah karena penyakit kusta (m. leprae), di mana penyebab utama terjadinya kelumpuhan n. ulnaris adalah adanya gangguan vaskuler. Kelumpuhan n. ulnaris menyebabkan tangan tidak bisa dibuka, disebut sebagai claw hand (seperti cakar). Biasanya ditemukan pada pasien kusta stadium lanjut.

    - N. radialis yang lumpuh dapat menyebabkan kelainan berupa drop hand. N. radialis terdapat pada lengan atas. Biasanya terjepit karena tertekan sehabis mabuk-mabukan dsb (saturday evening palsy). Jika lumpuh maka lengan tidak bisa melakukan gerakan dorsofleksi, sehingga tangan terlihat menggantung ke bawah.

    - Hal yang serupa dapat juga terjadi pada pleksus lumbosacralis. Contoh pada n. peroneus, kelumpuhan saraf ini menyebabkan peroneal palsy (foot drop). Sebagai pendahuluan, n. ischiadicus terletak di tungkai belakang dan kemudian terbagi menjadi 2 saraf tebal, yaitu n. peroneus dan n. tibialis posterior (terpisah menjadi 2 pada fossa peroneal). N. peroneus berjalan pada capitulum fibulae, lalu menginervasi otot-otot tibialis anterior. Sedangkan n. tibialis posterior

    Gambar: Invervasi N. Medianus, Ulnaris & Radialis.

    Gambar: Carpal Tunnel Syndrome.

    Gambar: Tarsal Tunnel.

    Gambar: Preachers Hand.

    Gambar: Claw Hand.

  • ET

    6

    menginervasi m. gastrocnemius & soleus. Jika n. peroneus tertekan, maka terjadi peroneus palsy. Jika n. tibialis posterior yang tertekan, maka akan terjadi tarsal tunnel syndome (biasanya terjadi karena menggunakan sepatu tentara yang terikat kuat sehingga menekan kuatpressure neuropathy).

    - Jenis neuropati yang lain yang cukup sering terjadi adalah Bells palsy/prosophlegia/parese facialis. Saraf ke VII ini jalannya cukup panjang, inti saraf ini terletak pada pons, lalu berjalan ke dalam os petrosum (artinya juga melalui pendengaran, sehingga pada Bells palsy juga terjadi gangguan pendengaran), mastoid, lalu keluar pada foramen stylomastoideus (pada daerah di cuping telinga). Kemudian bercabang menjadi 3, yaitu menginervasi m. frontalis, m. orbicularis oculi, & m. orbicularis oris (kiri dan kanan). Jadi jika terdapat gangguan perifer, otot-otot ini akan lumpuh. Itu sebabnya pada Bells palsy dapat ditemukan wajah miring ke salah satu sisi. Jika wajah miring ke sisi kiri, itu artinya terjadi gangguan saraf ke VII sebelah kanan (karena n. facialis kanan lumpuh menyebabkan wajah sebelah kanan tidak memiliki mimik, sedangkan n. facialis sebelah kiri masih aktif, sehingga masih bisa menarik wajah ke arah kirikarena pada keadaan normal baik kanan dan kiri otot-ototnya sama-sama menarik, sehingga terjadi keseimbangan).

    - Orang awam sering mengira bahwa wajah yang miring ke salah satu sisi sebagai penyakit stroke, padahal tidak sepenuhnya benar. Pada stroke yang mengalami gangguan adalah corticobulbar/corticospinal (UMN), sedangkan pada Bells palsy yang mengalami gangguan adalah LMN. Kelainan yang terjadi pada stroke juga bersifat kontralateral. Jika kelumpuhan terjadi pada tubuh/badan, maka kerusakan terjadi pada kortikospinalis. Jika kelumpuhan ditemukan pada wajah, maka kerusakan terjadi pada kortikobulbar.

    - Selain itu secara klinis kita juga dapat membedakan Bells palsy dengan stroke (terutama stroke yang mengenai tr. kortikobulbar), yaiu dengan memperhatikan bagian frontal pada wajah, jika bagian frontal wajah ikut mengalami kelumpuhan, artinya kelainan yang terjadi adalah berupa Bells palsy. Sedangkan pada stroke, otot bagian frontal masih dapat digerakkan.

    - Bahaya yang yang harus diwaspadai pada Bells palsy adalah infeksi pada mata. Hal ini terjadi karena mata tidak dapat menutup, sehingga mata menjadi perih, debu & kotoran mudah masuk mengenai mata, dsb. Itu sebabnya sebaiknya mata harus selalu ditutup menggunakan kacamata berwarna hitam supaya tidak terjadi infeksi mata (konjungtivitis, keratitis {infeksi kornea, lebih berbahaya, diberi salep apapun penglihatannya tidak akan jelas, jadi harus ada donor kornea}).

    - Polio/poliomielitis anterior akuta: adalah gangguan yang terjadi di medula spinalis cornu anterior (berfungsi sebagai motorik, sedangkan kornu posterior berfungsi untuk sensorik). Penyebab polio adalah infeksi virus. Meskipun sekarang sudah ada vaksinasi polio, infeksi polio masih dapat terjadi di pulau-pulau terpencil, di mana di daerah tersebut bayi-bayi tidak mendapat vaksinasi polio. Akibatnya adalah tungkai menjadi kecil, untuk berjalan sangat sulit. Yang perlu menjadi perhatian adalah gambaran klinis yang terjadi mirip seperti gangguan perifer, karena virus polio tadi merusak bagian motorik (kornu anterior medula spinalis), sehingga sel motorik mati, saraf tepi ke efektor mengalami kerusakan, sehingga gambaran klinis yang ditimbulkan seperti gangguan perifer/LMN, terlihat seperti neuropati. Namun yang harus diperhatikan adalah bahwa pada polio sistem sensorik masih berfungsi dengan baik, sehingga sensibilitas pasien masih baik. Bila sudah terkena polio maka sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Hal ini disebabkan karena yang mengalami kerusakan adalah sel neuron, sedangkan pada gangguan perifer masih bisa disembuhkan. Meski jarang, polio juga dapat mengenai tangan, namun yang paling penting adalah sensibilitas yang masih baik pada polio, sehingga bisa dibedakan dengan gangguan perifer.

    Gambar: Perbedaan Bells Palsy & Stroke Corticobulbar.

    FIN