presus colles

53
LAPORAN KASUS FRAKTUR RADIUS DISTAL SINISTRA Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono Disusun oleh : REZKA OCTAVIANO 1420221100 Pembimbing : Letkol CKM dr.Basuki W, SpOT Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah FAKULTAS KEDOKTERAN – UPN ”VETERAN” JAKARTA

Upload: rezka-octaviano

Post on 16-Feb-2016

55 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Fraktur adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

TRANSCRIPT

Page 1: Presus Colles

LAPORAN KASUS

FRAKTUR RADIUS DISTAL SINISTRA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono

Disusun oleh :

REZKA OCTAVIANO 1420221100

Pembimbing :

Letkol CKM dr.Basuki W, SpOT

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah

FAKULTAS KEDOKTERAN – UPN ”VETERAN” JAKARTA

Rumah Sakit Tentara Tk II. Dr. Soedjono Magelang

Periode 19 Oktober 2015 – 4 Januari 2016

Page 2: Presus Colles

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

FRAKTUR RADIUS DISTAL SINISTRA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Dokter pembimbing,

Letkol CKM dr.Basuki W, SpOT

Page 3: Presus Colles

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Fraktur adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan

oleh rudapaksa. Sedangkan menurut Rahjin Anwar Kenneth Tuson dan Shah Alam Khan,

dalam buku Classfication and Diagnosis in Orthopedic Trauma menyebutkan fraktur adalah

rusaknya kontiunitas tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar

dari yang diserap oleh tulang. Sedangkan pengertian fraktur dari fraktur patalogik, fraktur

adalah suatu patahan pada kontiunitas struktur tulang. Fraktur dapat terjadi akibat pristiwa

trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang atau kelemahan abnormal pada tulang.

Fraktur radius distal ataupun Fraktur Colles adalah salah satu dari macam fraktur yang

biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan

menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan

tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan

tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini

tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang

radius. Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa.

Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius

distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles. Ini adalah fraktur

yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan

permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki

riwayat jatuh pada tangan yang terentang.Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan

berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah

metafisis radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah

berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius

terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering

menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal

ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal. Momok

cedera tungkai atas adalah kekakuan, terutama bahu tetapi kadang-kadang siku atau tangan.

Page 4: Presus Colles

BAB II

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. D

Umur : 21 tahun

Pekerjaan :

Alamat : JOGLON RT 007/ RW 003, SOROYUDAN TEGALREJO

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan :

Tanggal pemeriksaan : 06 DESEMBER 2015

2. PEMERIKSAAN

2.1 Anamnesis

Keluhan Utama :

Nyeri pergelangan tangan kiri

Keluhan Tambahan :

Pasien post KLL sepeda motor di jogja sehari SMRS dan pasien tidak ingat

waktu kejadian. Terpasang spalk di tangan kiri

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan nyeri di pergelangan tangan, pasien memiliki

riwayat jatuh karena kecelakaan lalu lintas motor vs motor 1 hari yang lalu.

Setelah terjatuh pasien merasakan nyeri yang hebat dan keluarga pasien juga

mengaku pergelangan tangan kiri pasien menjadi tidak lurus, bengkak, dan

bentuknya berbeda dengan tangan kanan, tetapi menurut pengakuan keluarga

pasien tidak tampak adanya luka terbuka maupun darah yang keluar. Pasien

menyangkal adanya demam, mual, muntah, pusing. Nafsu makan dan minum

baik, buang air kecil dan besar normal. Karena nyeri yang hebat pasien segera

dibawa ke IGD RST dr. Soedjono, Magelang.

Page 5: Presus Colles

Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat Trauma : Disangkal

Alergi : Disangkal

Operasi : Disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Diabetes Melitus : Disangkal

Hipertensi : Disangkal

Jantung : Disangkal

Asma : Disangkal

Alergi : Disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi :

Keadaan sosio-ekonomi pasien sedang. Pasien dirawat di bangsal edelweis

dengan jaminan umum.

2.2 Pemeriksaan Fisik

KU : tampak sakit sedang

Kesadaran/GCS : compos mentis / 15

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Vital Sign

o Tekanan darah : 120/80 mmHg

o Nadi : 80 x/ menit

o Suhu : 36,5 C

o Pernafasan : 20 x/ menit

Kepala : CA -/- , SI -/-, refleks cahaya +/+

Thorax :

o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)

o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-

Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba.

Page 6: Presus Colles

Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral dingin (-/-) (-/-)

Akral sianosis (-/-) (-/-)

Oedem (-/+) (-/-)

Capillary Refill < 2” < 2”

Regio radius sinistra :

Look : spalk (+), deformitas SDE, oedem (+), false movement (+),

tidak tampak adanya darah ataupun luka terbuka

Feel : Oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+), akral hangat

Movement : ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan, jari-jari dapat

digerakkan, krepitasi (-)

2.3 Assessment

Closed Fracture os radius distal sinistra

2.4 Planning Diagnostik

Lab darah lengkap, CT/BT, GDS

Foto rontgen wrist sinistra AP/Lateral

2.5 Terapi

Konservatif

Inf. RL 18 tpm

Inj. Ketorolac 1 amp

3. RIWAYAT RAWAT INAP

06 desember 2015

o Keluhan: Nyeri dan bengkak pada pergelangan tangan kiri, pergerakkan terbatas, demam

(-), mual (-), muntah (-), pusing (-), makan (+), minum (+), BAB dan BAK (+)

o KU : sakit sedang

o Kesadaran/GCS : compos mentis/15

Page 7: Presus Colles

o Tanda vital :

- Tekanan darah: 120/80 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Laju nafas : 20 x/menit

- Suhu : 36,5° C

o Status generalis : dbn

o Status lokalis :

Regio wrist sinistra :

Look : Deformitas (+), oedem (+), false movement (+), tidak tampak

adanya darah ataupun luka terbuka

Feel : Oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+), akral hangat

Movement : ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan, jari-jari dapat digerakkan,

krepitasi (-)

Gambar Rontgen Wrist Sinistra

• Nama Pemeriksaan : X Foto Wrist Sinistra AP-Lateral

• Interpretasi Ro : terdapat diskontinuitas tulang (fraktur) os radius distal komplit

dengan garis fraktur oblik aposisi dan alignment jelek

Page 8: Presus Colles

• A : Alignment dan Aposisi baik

• B : Bone (terdapat fraktur os radius distal distal komplit)

• C : Cartilago (cartilago intraartikuler baik)

• S : Soft tissue (tidak tampak adanya kerusakan soft tissue)

Closed Fracture os radius distal sinistra tipe colles

o Hasil Pemeriksaan Lab. Darah

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

WBC 6.8 4.8-10.0

LYM% 28.6 20.0-40.0

MID% 10.1 1.0-15.0

GRAN% 61.3 50.0-70.0

LYM# 1.9 0.6-4.1

MID# 0.7 0.1-1.0

GRAN# 4.1 2.0-7.0

RBC 3.50 3.50-50.0

HGB 10.2 11.0-15.0

HCT 29.6 36.0-40.0

MCV 84.6 80.0-99.0

MCH 29.1 26.0-32.0

MCHC 34.5 32.0-36.0

PLT 263.000/ul 150.000-450.000/ul

CT 4’

BT 2’

o Assessment:

Closed Fracture os radius distal sinistra tipe colles

o Planning:

Pro ORIF Fracture os radius distal sinistra tipe colles

7 desember 2015

Tindakan Operasi

Page 9: Presus Colles

Pemeriksaan Fisik pre operasi :

o KU : sakit sedang

o Kesadaran/GCS : compos mentis/15

o Tanda vital :

- Tekanan darah: 110/80 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Laju nafas : 20 x/menit

- Suhu : 36° C.

o Status generalis : dbn

o Status lokalis :

Regio radius sinistra :

Look : Deformitas (+), oedem (+), false movement (+),

tidak tampak adanya darah ataupun luka terbuka

Feel : Oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+), akral hangat

Movement : ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan, jari-jari dapat

digerakkan, krepitasi (-)

Laporan Operasi :

1. Pasien supine dengan General Anastesi (GA)

2. Memasang tourniquet pada pangkal lengan atas

3. Desinfeksi pada daerah operasi

4. Insisi adtopectoral lapis demi lapis sp tampak forsite

5. Dilakukan ORIF dan T plate korateral

5 kole isi 5 cortex secrew 3,5 + 1 caucelluos secrew 3,5

6. Rawat perdarahan

7. Penjahitan daerah insisi lapis demi lapis

8. Debridement nail digiti V manus

9. Disinfeksi luka jahitan dan ditutup dengan hypavix

10. Operasi selesai

Dokumentasi saat Operasi:

Page 10: Presus Colles

08 deseber 2015 (Post Operasi hari I):

Keluhan:

Page 11: Presus Colles

Nyeri pada luka jahitan di pergelangan tangan kiri dan nyeri saat digerakkan, demam (-),

mual (-), muntah (-), pusing (-), makan dan minum (+), BAB dan BAK (+)

Pemeriksaan:

KU : sakit sedang

Kesadaran/GCS : compos mentis/15

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Vital Sign

o Tekanan darah : 120/80

o Nadi : 80 x/ menit

o Suhu : 36 C

o Pernafasan : 21 x/ menit

Kepala : CA -/- , SI -/-, Pupil isokor diameter 3mm / 3mm

Thorax :

o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)

o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-

Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba.

Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral dingin (-/-) (-/-)

Akral sianosis (-/-) (-/-)

Oedem (-/+) (-/-)

Capillary Refill < 2” < 2”

Regio radius sinistra :

Look : luka jahitan tertutup kassa dan hypavix, oedem (+), perembesan

darah (-), nanah (-)

Feel : oedem (+), nyeri tekan (+), pulsasi (+), krepitasi (-), akral hangat

Movement : ROM terbatas, nyeri ketika digerakkan, krepitasi (-), jari-jari nyeri

saat digerakkan

Assessment:

Page 12: Presus Colles

Post ORIF fracture os radius distal sinistra tipe colles

Planning :

- Diagnostik:

o Foto rontgen ulang wrist post ORIF AP/Lateral

- Terapi:

o Infus RL : D5 = 2 : 1 (20-30 tetes permenit)

o Inj Ketorolac 3 x 30 mg

o Inj broadced 2 x 1 g

- Monitoring

o Keadaan Umum

o Tanda Vital

o Gejala Klinis

- Edukasi

o Mobilisasi pakai armsling

o Diet tinggi protein, vitamin dan mineral

o Jaga kebersihan luka jahitan

o Minum obat teratur

BAB III

Page 13: Presus Colles

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI OS RADIUS

Tulang radius ke arah distal membentuk permukaan yang lebar sampai persendian dengan

tulang carpalia. Dan peralihan antara dense cortex dan cancellous bone pada bagian distal

merupakan bagian yang sangat lemah dan mudah terjadi fraktur. Penting sekali diketahuii

kedudukan anatomis yang normal dari pergelangan tangan, terutama posisi dari ujung distal

radius.Perlu diperhatikan 3 ukuran yang utama :

1. Radial height yaitu jarak proccesus styloideus radii terhadap ulna. Diukur dari jarak

antara garishorizontal yang ditarik melalui ujung procesus styloideus radii dan melalui

ujung distal ulna. Ukuran normalnya kira-kira 1 cm.

2. Derajat “ulna tilt” atau “ulna deviation” dari permukaan sendi ujung distal radius pada

posisi anterior posterior. Normal, permukaan sendi ini letaknya miring menghadap ke

ulnar. Derajat miringnya diukur dari besarnya sudut antara garis horizontall yang

tegak lurus pada sumbu radius dan garis yang sesuai dengan permukaan sendi.

Normal : 15 – 30 derajat, rata-rata 23derajat.

3. Derajat “volar tilt” (volar deviation) dari permukaan sendi radius pada posisi lateral.

Normal : permukaan sendi ini miring menghadap kebawah dan kedepan. Besarnya

diukur dengan sudut antara garis horizontal tegak lurus sumbu radius dan garis yang

sesuai dengan permukaan sendi. Normal : 1– 23 derajat, rata-rata 11 derajat. 2,3

Alat-alat gerak yang meliputi ialah :

1. Posterior : Berbentuk cembung dan terdapat sekumpulan tendon / otot extensor yang

mempunyai fungsi ekstensi.

2. Anterior : Berbentuk cekung dan terdapat sekumpulan tendon / otot fleksor yang

mempunyai fungsi fleksi lengan bawah dan tangan. Dan pada bagian dalam ada: m.

pronator quadratus yang berjalan menyilang dan berfungsi terutama untuk pronasi.

3. Lateral : Tampak m. supinator longus yang mempunyai insersi pada procesus.

styloideus radii yang mempunyai fungsi utama sebagai supinasi.2,3

Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum dan navikulare

ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian distal sendi

Page 14: Presus Colles

radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligamentradio karpal

kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligament dan simpai yang

memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis, yang melekat dengan

semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna.

Ligamen kolateral ulna bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis

bersama ligament radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius

danulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro

cartilagecomplex). Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensinya pergelangan

tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90

derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radio lunatum dan sendi

lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal rotasi.

Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian palmar (ventral).

Fraktur yang melibatkan angulasi ventralumumnya berhasil baik dalam fungsi, tidak seperti

fraktur yang melibatkan angulasi dorsal sendi radiokarpal yang pemulihan fungsinya tidak

begitu baik bila reduksinya tidak sempurna. Sudut normal yang dibentuk tulang ulna terhadap

sendi radiokarpal, yaitu 15 - 30 derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting dalam perawatan

fraktur lengan bawah bagian distal, karena kegagalan atau reduksi inkomplit yang tidak

memperhitungkan angulasi akan menyebabkan hambatan pada gerakan tangan oleh ulna.

Anatomi dan Biomekanik Antebrakhii Distal :

1. Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya kira-kira

1,5 – 2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian tulang distal radius yang

relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan tulang spongiosa

dekat sendi.Dorsal radius bentuknya cembung dengan permukaan beralur-alur untuk

tempat lewatnya tendon ekstensor.Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot

pronator quadratus. Sisi lateral radius distal memanjang ke bawah membentuk

prosesus styloideus radius dengan posisi yang lebihrendah dari prosesus styloideus

ulna. Bagian ini merupakan tempat insersi ototbrakhioradialis.

2. Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi

radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas

permukaan sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen

antara lain :

a. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat)

Page 15: Presus Colles

b. Ligamentum Carpaeum dorsale

c. Ligamentum Carpal dorsale dan volare

d. Ligamentum Collateral

Anatomi Pergelangan Tangan Anterior :

1. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum flexorum

darimedial ke lateral.

a. Tendo musculus flexor carpi ulnaris

b. N. Ulnaris

c. A. Ulnaris

d. Ramus cutaneus palmaris nervi ulnaris

e. Tendo musculus palmaris longus

f. Ramus cutaneus nervi medianusb

2. Struktur ini berjalan dibawah retinaculum musculorum flexorum dari medial ke lateral

a. Tendo musculus flexor digitorum superficialis

b. N. Medianus

c. Tendo musculus flexor policis longus

d. Tendo musculus flexor carpi radialis posterior

3. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum extensorum dari

medial ke lateral

a. Ramus cutaneus dorsalis(posterior)nervi ulnaris

b. Vena basilica

c. Vena cepalica

d. Ramus superficialis nervi radialis

4. Struktur ini di bawah retinaculum musculorum extensorum dari medial ke lateral

a. Tendo musculus extensorum carpi ulnaris

b. Tendo musculus extensor digiti minimi

c. Tendo musculus extensor digitorum et indicis

d. Tendo musculus extensor policis longus

Page 16: Presus Colles

Persarafan

1. Lateral corda.

Lateral pectoral nerveb.

Musculocutaneous nervec.

Lateral root of median nerve

2. Medial corda.

Medial pectoral nerve.

Medial cutaneous nerve of armc.

and medial cutaneous nerve of forearmd.

Ulnar nervee.

Medial root of median nerve

3. Posterior corda.

Upper and lower subscapular nervesb.

Thoracodorsal nervec.

Axillary nerved.

Radial nerve

Jenis Pergerakan pada Pergelangan Tangan / Articulatio radiocarpalis :

1. Articulatio : antara ujung distal radius dan discus articulaticularis di sebelah atas

dengan os lunatum, os triquetrum, dan os scapoideum. Tipe : sendi episoidea sinovial.

Persarafan : N. Interossea anterior dan ramus profundus nervi radialis

a. Flexio, dilakukan oleh M. Flexor carpi radialis, M. Flexor carpu ulnaris,

M.Palmaris longus, dan dibantu otot lain

b. Extentio, dilakuakn oleh M. Carpi radialis longus, M. Extensor capi radialis

brevis,M. Extensor carpi ulnaris

c. Abductio, M. Flexor carpi radialisb

Page 17: Presus Colles

2. Articulatio radioulnaris distalisAryticulatio : antara caput ulan dan incisura ulanris

radii. Tipe : sendi pivot sinovila. Persarafan : nervus interosseus anterior dan ranmus

profundus nervi radialis

a. Pronatio, dilakukan oleh M. Pronator teres dan M. Pronator quadratus

b. Supinatio, dilakukan oleh M. biceps brachii damn M. Supinator 12

Berdasarkan anatomi dan hubungan dengan posisi tangan pada saat jatuh, bagian yang

mungkin mengalami kerusakan adalah radius distal, ulna distal, ossa carpal serta jaringan

yang ada disekitar tulang yang mengalami fraktur. Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan

berusaha untuk menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Lalu dengan terjadinya

benturan yang kuat, gaya akan diteruskan kedaerah metafisis radius distal dan mungkin akan

menyebabkan patah radius 1/3 distal dimana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan

persendian pergelangan tangan. Sehingga tulang yang kemungkinan mengalami fratur pada

posisi tersebut adalah radiusdistal dan os scaphoideum.13

Dengan posisi tangan pada saat jatuh, maka gaya yang kuat akan berlawanan arah ke

daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa yang

mungkin mengalami fraktur adalah distal radius sebab dilihat dari struktur jaringannya saja

tulang daerah tersebut memang rawan patah.1,2,3

Gerakan Pada Pergelangan Tangan

Sendi radioulnar distal adalah sendi antara “cavum sigmoid radius” (yang terletak

pada bahagian dalam radius) dengan ulna. Pada permukaan sendi ini terdapat

“fibrocartilagotriangular” dengan basis melekat pada permukaaan inferior radius dan

puncaknya pada prosesus styloideus ulna. Sendi ini membantu gerakan pronasi dan supinasi

lengan bawah, di mana dalam keadaan normal gerakan ini membutuhkan kedudukan sumbu

sendi radioulnar proksimal dan distal dalam keadaan “coaxial‟. Adapun nilai maksimal rata-

rata lingkup sendi dari pronasi dan supinasi sebagai berikut :

1. pronasi = 80 – 90 derajat

2. supinasi = 80 – 90 derajat

Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkup sendi

ini,siku harus dalam posisi fleksi 90 derajat sehingga mencegah gerakan rotasi pada humerus

Page 18: Presus Colles

(Kaner,1980; Kapanji, 1983). Sendi Radio Carpalia merupakan suatu persendian yang

kompleks, dibentuk oleh radius distal dan tulang carpalia (os navikulare dan lunatum) yang

terdiri dari “inner dan outer facet‟. Dengan adanya sendi ini tangan dapat digerakkan ke arah

volar, dorsal, radial dan ulnar secara sirkumdiksi. Sedangkan gerakan rotasi tidak mungkin

karena bentuk permukaan sendi ellips. Rata-rata gerakan maksimal pada pergelangan tangan

adalah sebagai berikut :

1. fleksi dorsal = 50 – 80

2. fleksi volar/palmar = 60 – 85

3. deviasi radial = 15 – 29

4. deviasi ulnar = 30 – 46

Menurut American Acadeny of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkupsendi ini

dilakukan dengan memakai goniometer, dalam posisi pronasi secara normal sendi radio

carpalia ini mempunyai sudut 1– 23 derajat ke arah palmar polar, jadi fraktur yang

mengarahpada volar akan mempunyai prognosa baik.2

B. FRAKTUR COLLES

2.1 DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Cedera yang digambarkan oleh

Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur melintang metafisis pada radius tepat di atas

pergelangan tangan, dengan pergeseran fragmen distal ke arah posterior / dorsal.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Page 19: Presus Colles

Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada wanita, dan

jarang ditemui sebelum umur 50 tahun. Secara umum insidennya kira-kira 8 – 15% dari

seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang

dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah

merupakan fraktur distal radius. Umur di atas 50 tahun pria dan wanita 1:5. Sebelum umur 50

tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama, di mana fraktur Colles lebih kurang

60% dari seluruh fraktur radius. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata

pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 tahun – 59 tahun.

2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Usia lanjut

Post menopause

Massa otot rendah

Osteoporosis

Kurang gizi

Olahraga seperti sepakbola dll

Aktivitas seperti skating, skateboarding atau bike riding

Kekerasan

ACR (albumin-creatinin ratio) yang tinggi efek ini kemungkinan disebabkan oleh

gangguan sekresi 1,25-dihidroksivitamin D menyebabkan malabsoprsi kalsium. 1,2,3

2.4 KLASIFIKASI

Page 20: Presus Colles

Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal.

Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan

sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe berikut :

1. tipe 1 : Fraktur distal radius dengan garis fraktur extra articular.

2. Tipe 2 : Tipe 1 + Fraktur prosesus styloid radius.

3. Tipe 3 : Tipe 1 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.

4. Tipe 4 : Tipe 3 + Fraktur prosesus styloid radius.

5. Tipe 5 : Fraktur distal radius dengan garis melewati sendi radio ulnar distal.

6. Tipe 6 : Tipe 5 + Fraktur prosesus styloid radius.

7. Tipe 7 : Tipe 5 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.

8. Tipe 8 : Tipe 7 + Fraktur prosesus styloid radius.

1.5 PATOGENESIS

Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles dapat timbul setelah penderita

terjatuh dengan tangan posisi meyangga badan. Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka

dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang

terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat terjatuh sebahagian energi

yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian baru diteruskan ke

distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara

batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.

Page 21: Presus Colles

Benturan mengenai di sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan

berekstensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal

remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal.

Khusus pada fraktur Colles biasanya fragmen distal bergeser ke dorsal, tertarik ke

proksimal dengan angulasi ke arah radial serta supinasi. Adanya fraktur prosesus styloidulna

mungkin akibat adanya tarikan triangular fibrokartilago atau ligamen ulnar collateral

Berdasarkan percobaan cadaver didapatkan bahwa fraktur distal radius dapat terjadi,

jika pergelangan tangan berada dalam posisi dorsofleksi 40 – 90 derajat dengan beban gaya

tarikan sebesar 195 kg pada wanita dan 282 kg pada pria. Pada bagian dorsal radius

frakturnya sering komunited, dengan periosteum masih utuh, sehingga jarang disertai trauma

tendon ekstensor. Sebaliknya pada bagian volar umumnya fraktur tidak komunited, disertai

oleh robekan periosteum, dan dapat disertai dengan trauma tendon fleksor dan jaringan lunak

lainnya seperti n. medianus dan n. ulnaris. Fraktur pada radius distal ini dapat disertai dengan

kerusakan sendi radio carpalia dan radioulna distal berupa luksasi atau subluksasi. Pada sendi

radio ulna distal umumnya disertai dengan robekan dari triangular fibrokartilago.3,4,5

Mekanisme terjadinya fraktur :

Biasanya disebabkan karena trauma langsung, atau sebagai akibat jatuh dimana sisi

dorsal lengan bawah menyangga berat badan.

Secara ilmu gaya dapat diterangkan sebagai berikut : Trauma langsung dimana

lengan bawah dalam posisi supinasi penuh yang terkunci dan berat badan waktu jatuh

memutar pronasi pada bagian proximal dengan tangan relatif terfixir pada tanah.

Page 22: Presus Colles

Putaran tersebut merupakan kombinasi tekanan yang kuat dan berat, akan

memberikan mekanisme yang ideal dari penyebab fraktur Smith.

Trauma lain diduga disebabkan karena tekanan yang mendadak pada dorsum manus,

dimana posisi tangan sedang mengepal. Ini biasanya didapatkan pada penderita yang

mengendarai sepeda yang mengalamii trauma langsung pada dorsum manus.1,2,3

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi

diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung

pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin

hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.1

Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan

didaerah yang terkena. Pada saat terjadi fraktur, terjadi kerusakan korteks, pembuluh darah,

sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut yaitu terjadi perdarahan,

kerusakan tulang dan jaringan sekitar. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal

medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi

fraktur. Lalu terjadilah respon inflammasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik dengan ditandai

vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu upaya

tubuh untuk melakukan proses penyembuhan dalam memperbaiki cidera, dimana tahap

tersebut menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom menyebabkan dilatasi

kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, lalu menstimulasi histamin pada otot

yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal

tersebut menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf

nyeri, sehingga terjadilah nyeri tekan. 1,2,3,4,5,6

Page 23: Presus Colles

2.7 DIAGNOSIS

Diagnosa awal dilakkan dengan anamnesa pasien : kronologis kejadian yang terjadi

pada pasien, tempat jatuh, penyebab jatuh, posisi jatuh, yang dirasakan pasien setelah jatuh.

Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara

klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa

dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang.

Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur

kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Pada gambaran radiologis dapat

diklasifikasikan stabil dan instabil. 1,2

Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan

Instabil bila patahnya kominutif dan “crushing” dari tulang cancellous.

Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh.

Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa dan prosesus stiloideus

ulnar sering putus. Fragmen radius :

Page 24: Presus Colles

(1) Bergeser dan miring ke belakang

(2) Bergeser dan miring ke radial

(3) Terimpaksi

Kadang-kadang fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat.

Proyeksi AP dan lateral biasanya sudah cukup untuk memperlihatkan fragmen fraktur.

Dalam evaluasi fraktur, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :

1. Adakah fraktur ini juga menyebabkan fraktur pada prosesus styloideus ulna atau pada

collum ulna ?

2. Apakah melibatkan sendi radioulnar ?

3. Apakah melibatkan sendi radiokarpal ?

Proyeksi lateral perlu dievaluasi untuk konfirmasi adanya subluksasi

radioulnardistal. Selain itu, evaluasi sudut radiokarpal dan sudut radioulnar juga

diperlukan untuk memastikan perbaikan fungsi telah lengkap. 1,2,3,5

Fraktur yang mencapai ke persendian, disebut fraktur intra-artikular

sedangkan fraktur yang tidak mencapai persendian disebut fraktur eksta-artikular.

Dinner fork deformity (dimana bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal

dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya

dalam posisi pronasi) merupakan temuan klinis klasik dan radiologi pada fraktur

colles. Dislokasi dan angulasi dorsal dari fragmen distal radius mengakibatkan suatu

bentuk garis pada proyeksi lateral yang menyerupai kurva garpu makan malam.1,2,3,5,7

Diagnosa banding

1. Fraktur pergelangan tangan : fraktur Smith, fraktur Geleazzi

2. Dislokasi sendi Wrist

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur Anterior Posterior & Lateral: menentukan

lokasi, luasnya, ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis,

kaput radius, dan pertengahan radius.

Page 25: Presus Colles

b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap, Ht mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau

menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur / organ jauh pada trauma multiple)

c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal 1,2,3

Scan tulang / MRI, tomogram, memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan

untuk mengidentifikasi jaringan lunak. 2,3,4

2.9 PENATALAKSANAAN

Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab

gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan

dibalut kuat dalam posisinya.

Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan

erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi

pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen); fragmen distal kemudian didorong

ketempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi

pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi.

Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang

slab gips dorsal, membentang dari tepat dibawah siku sampai leher metakarpal dan

2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan

pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat

pada tiap arah.2,3,5

Page 26: Presus Colles

Lengan tetap dtingggikan selama 1-2 hari lagi, latihan bahu dan jari segera

dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau

nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.

Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang

sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun

manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur menyatu dalam 6

minggu dan sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi, slab dapat dilepas

dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara. 1,4,5,6

Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips;

untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang

mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar

metakarpal kedua dan sepertiga. Suatu alat misalnya fiksator Pennig mempunyai

kelebihan dalam hal pergelangan tangan dapat digerakkan lebih awal. Apapun

metode fiksasi yang digunakan, hal yang penting adalah pasien harus dilatih

menggunakan sendi-sendi yang bebas secara teratur.2,3

Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan

komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan

tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai

kasus darurat dan diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal

prinsipyang perlu diketahui, sebagai berikut :

o Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan

dorsalsehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen

o Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1- 23 derajat disebelah

palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak

o Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 - 30 derajat. Sudut ini dapat dengan

mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai terjadi

proses penyembuhan kecuali difiksasi.

Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka

beberapa hal berikut dapat dilakukan :

Page 27: Presus Colles

1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional

2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger

traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban

seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau sampai

fragmen disimpaksi.

3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan

menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal

menggunakan jari-jarilainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka

beban dapat diturunkan.

4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi

terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat

deviasi ulna.

5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan

pemasangan anteroposterior long arms splint

6. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa

telah tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf

medianusnya

7. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam

untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya

dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan

dua minggu pascatrauma. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6

minggu, sedangkan untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12

minggu. 1,2

Indikasi Operasi

1. Kominusi dorsal > 50% dari dorsal ke palmar distance

2. Kominusi metafiseal Palmar

3. Initial dorsal tilt > 20°

4. Pergeseran initial (fragment translation) > 1 cm

5. Pemendekan Initial > 5 mm

6. Disrupsi Intra-artikuler

7. Disertai Fraktur ulna

Page 28: Presus Colles

8. Osteoporosis massif

PENATALAKSANAAN DAN REHABILITASI

Manajemen pada trauma tulang dan sendi 4 R:

1. Recognized : look, feel, move, X- ray

2. Reposition : Menyesuaikan fragment distal terhadap proximal hingga posisi acceptable

3. Retain : Imobilisasi atau fiksasi luar , fiksasi dalam

4. Rehabilitation : Mengembalikan fungsi secepat mungkin dan menghindari kecacatan.

Pertolongan Pertama

1. Rest, daerah yang mengalami fraktur harus diposisikan dalam keadaan istirahat.

Beribantalan dan letakan pada palmar lalu balutkan secara sirkumferensial dan

biarkan ujung jari terbuka, tambahkan papan penahan di bawah pergelangan untuk

mencegah pergerakan.

2. Elevate, tinggikan bagian yang patah, terutama pada 72 jam pertama untuk

mereduksi pembengkakan

3. ICE, beri es intuk mereduksi pembengkakan dan rasa sakit

4. Segera bawa ke bagian gawat darurat

5. Jangan menggerakkan tangan

Reposisi

Dilakukan apabila terjadi pergeseran yang bermakna. Dilakukan reposisi manipulatif

setelah dilakukan anestesi umum. Dilakukan dengan menekan fragmen bawah yang bergeser

dengan ibu jari operator, pada saat yang sama dilakukan rotasi pada karpus keposisi. Lalu

dipasang gips 6 minggu, lakukan x- ray setelah 2 minggu untuk memeriksa formasi tulang.

Rehabilitasi

Tujuan rehabilitasi yaitu :

Mempertahankan fungsi otot dan sendi

Mencegah atrophi otot, adhesi, & stiffness

Page 29: Presus Colles

Mencegah komplikasi

Cara rehabilitasi :

1. Latihan dini seperti dengan melakukan kontraksi dan disertai gerakan pada daerah

yang terkena fraktur

2. Penggunaan secara aktif menggunakan anggota yang fraktur untuk aktivitas senormal

mungkin, segera setelah nyeri hilang.

Tujuan latihan yaitu :

a. Memperbaiki gerakan sendi (ROM)

b. Strengthening pada otot

Fisioterapi

Agar fungsi tangan kembali normal diharapkan bekerja biasa setelah 3-4 bulan fraktur.

2.10 KOMPLIKASI

Penting karena komplikasi ini akan mempengaruhi hasil akhir fungsi yang tidak memuaskan.

Umumnya akan selalu ada komplikasi. Menurut Cooney, hanya ada 2,9% kasus yang tidak

mengalami disabiliti dan gangguan fungsi. Adapun komplikasi yang mungkin terjadi :

A. DINI

1. Kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus

2. Kerusakan tendon

3. Edema paska reposisi

4. Redislokasi

B. LANJUT

1. Arthrosis dan nyeri kronis

2. Shoulder Hand Syndrome

3. Defek kosmetik (penonjolan styloideus radius)

4. Ruptur tendon

5. Malunion / Non union

6. Stiff hand (perlengketan antar tendon)

Page 30: Presus Colles

7. Volksman Ischemic Contracture

8. Kompressif Neuropathy

9. Redislokasi

10. Stiff Hands

11. Gangguan gerakan dan fungsi

12. Kontraktur Dupuytrens

2.11 PROGNOSIS

Bila fraktur colles menurut klasifikasi Frykman, nomor yang lebih besar

menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.

Page 31: Presus Colles

BAB IV

PEMBAHASAN

III.1. MEKANISME TERJADINYA TRAUMA

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi didapatkan bahwa

pasien Tn. W mengalami fraktur komplit radius distal sinistra tipe colles. Mekanisme

terjadinya fraktur pada pasien tersebut adalah sebagai berikut :

Pasien jatuh dengan posisi bertumpu pada tangan kiri yang ekstensi dalam keadaan

menyangga badan

Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke

dalam (endorotasi)

Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi)

Energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan,

kemudian baru diteruskan ke distal radius

Menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan

tulang spongiosa, fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal

Tulang yang fraktur menimbulkan terputusnya pembuluh darah

diantara kedua fragmen tulang

Ekstravasasi darah yang yang diliputi oleh periosteum

Hematoma dan inflamasi

Periosteum yang teregang menyebabkan n.periostral teregang

Nyeri pada daerah fraktur

Page 32: Presus Colles

III.2. PRINSIP MANAGEMENT FRAKTUR

Ada lima tujuan pengobatan fraktur :

Menghilangkan nyeri

Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari fragmen fraktur

Mengharapkan dan mengusahakan union

Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan fungsi otot dan

sendi, mencegah atrofi otot, adhesi dan kekakuan sendi, mencegah terjadinya komplikasi

seperti dekubitus, trombosis vena, infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal

Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir pengobatan fraktur

Enam prinsip umum pengobatan fraktur

Jangan membuat keadaan lebih jelek

Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat

Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus

Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami

Bersifat realistik dan dan praktis dalam memilih jenis pengobatan

Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

MANAGEMENT TERAPI YANG DIBERIKAN PADA PASIEN

III.3. MEDIKAMETOSA

a. Dibekasin

Antibiotik golongan aminoglikoside yang mekanisme kerjanya terikat pada ribosom

30S dan menghambat sintesis protein. Aminoglikosida adalah golongan antibiotika

bakterisidal yang dikenal toksik terhadap saraf otak VIII komponen vestibular maupun

akustik (ototoksik) dan terhadap ginjal (nefrotoksik).

Indikai i nfeksi kulit, jaringan lunak, saluran pernafasan, saluran kemih & kelamin,

dan infeksi setelah operasi, otitis media dan septikemia. Efek terapeutik melawan infeksi

yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., E. coli, K-pneumoniae &

Staphilococcus yang telah memperoleh resistensi terhadap banyak obat.

b. Ketorolac

Obat ini merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas

antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis

Page 33: Presus Colles

prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak

mempunyai efek terhadap reseptor opiat.

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut

sedangsampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima

hari.Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti

keanalgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari.

III.4. OPERATIF

Reduksi Terbuka Fiksasi Interna

Penatalaksanaan fraktur dapat dibagi menjadi teknik operatif dan nonoperatif. Teknik

nonoperatif terdiri dari reduksi tertutup bila perlu dilanjutkan dengan periode imobilisasi

dengan pembalut/ membebat. Reduksi tertutup diperlukan apabila fraktur terangulasi secara

signifikan.Bila fraktur tidak dapat direduksi, intervensi surgical mungkin diperlukan.

Indikasi intervensi surgical termasuk antara lain :

Penatalaksanaan tertutup gagal.

Fraktur tidak stabil yang tidak dapat dipertahankan pada posisi tereduksi.

Fraktur dislokasi intra-artikuler (>2mm)

Pasien dengan fraktur yang telah diketahui sembuh dengan buruk bila

dilakukanpenanganan tertutup (fraktur collum femoris)

Fraktur avulsi besar yang mengganggu fungsi otot-tendo, atau ligament dari sendi

yangterkena (Fraktur patella)

Fraktur patologis yang akan datang

Fraktur traumatic multiple dengan fraktur yang terlibat : pelvis, dfemur, atau vertebra.

Fraktur terbuka tidak stabil, atau terkomplikasi.

Non-unionataumal-unionyang telah gagal merespon penanganan nonoperatif

Kontraindikasi untuk rekonstruksi surgical adalah antara lain:

Infeksi aktif (lokal ataupun sistemik) atau osteomyelitis

Jaringan lunak yang membahayakan fraktur atau pendekatan bedah karena

buruknyakualitas jaringan lunak yang disebabkan cedera jaringan lunak atau terbakar,

bekas lukabedah sebelumnya,atau infeksi aktif

Kondisi medis yang mengkontraindikasikan pembedahan atau anestesi (infark myokard)

Page 34: Presus Colles

Kasus-kasus dimana amputasi akan memberikan hasil yang lebih baik untuk pasien.

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif, prinsip pengobatan

fraktur ada empat (4R), yaitu:

Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur

Mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan

radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:

o Lokalisasi fraktur

o Bentuk fraktur

o Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan.

o Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.

Reduction atau Reposisi : reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima atau

mengembalikan fragmen ke posisi anatomi

Posisi yang baik adalah :

Alignment yang sempurna

Aposisi yang sempurna

Retention / Retain

– imobilisasi fraktur

Rehabilitation

– mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Alignment fragmen lebih penting daripada aposisi, asalkan diperoleh alignment yang

normal, tumpang-tindihnya permukaan fraktur mungkin dapat diterima. Sedangkan adanya

rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokalisasi fraktur. Reposisi yang dilakukan tidak harus

mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula (kecuali rotasi) karena tulang mempunyai

kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodelling).

Pengecualian pada fraktur yang melibatkan permukaan sendi. Pada fraktur intra-artikuler

diperlukan reduksi anatomis sesempurna mungkin dan sedapat mungkin mengembalikan

fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta osteoartritis.

Page 35: Presus Colles

Pembengkakan bagian lunak selama 12 jam pertama akan mempersukar reduksi

sehingga tidak boleh ada keterlambatan dalam menangani fraktur .

Beberapa situasi yang tidak memerlukan reduksi :

Bila pergeseran tidak banyak atau tidak ada

Bila pergeseran tidak berarti (misal : fraktur klavikula)

Bila reduksi tampaknya tak akan berhasil (misal : fraktur kompresi vertebra)

Reduksi Tertutup

Bagian distal tungkai ditarik ke garis tulang

Sementara fragmen-fragmen terlepas, fragmen itu direposisi (dengan membalikkan arah

kekuatan asal kalau itu dapat diperkirakan)

Penjajaran disesuaikan ke setiap bidang

Paling efektif bila periosteum dan otot pada satu sisi fraktur tetap utuh karena pengikatan

jaringan lunak mencegah over-reduksi dan menstabilkan fraktur setelah direduksi

Fraktur tertentu (misal batang femur) sulit direduksi dengan manipulasi karenatarikan otot

yang sangat kuat dan membutuhkan traksi yang lama

Indikasi : semua fraktur dengan pergeseran minimal, sebagian besar pada frakturanak-anak

dan pada fraktur yang stabil setelah reduksi

Reduksi terbuka

Yaitu reduksi bedah pada fraktur dengan penglihatan langsung

Indikasi

Bila reduksi tertutup gagal

Bila terdapat fragmen artikular besar yang perlu ditempatkan secara tepat

Langkah pertama untuk fiksasi internal

Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan

Mobilisasi dini

Fraktur multiple

Fraktur patologis

Fraktur intraartikuler

Terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen

Diperlukan fiksasi rigid

Page 36: Presus Colles

Eksisi fragmen yang kecil

Fraktur avulsi

Fiksasi internal

Fragmen tulang dapat diikat dengan sekrup, pen atau paku pengikat, plat logam yang diikat

dengan sekrup, paku intramedular yang panjang (dengan atau tanpa sekrup pengunci),

circumferential bands, atau kombinasi dari metode ini.

Indikasi utama :

Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi

Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung mengalamipergeseran kembali

setelah reduksi; juga fraktur yang cenderung ditarikterpisah oleh kerja otot

Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan-lahan

Fraktur patologik, dimana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan

Fraktur multipel, bila fiksasi dini mengurangi risiko komplikasi umum dankegagalan

organ pada berbagai sistem

Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya

Kelebihan

Reduksi yang tepat dan menahan fraktur secara aman

Stabilitas yang segera sehingga pasien dapat meninggalkan rumah sakit segera setelah

luka sembuh

Gerakan lebih awal sehingga kekakuan dan edema dapat dihilangkan

Komplikasi akibat teknik yang buruk, perlengkapan atau keadaan operasi yang buruk

Infeksi

Non union

Kegagalan implan

Fraktur ulang

Latihan

Tujuannya untuk mengurangi edema, mempertahankan gerakan sendi dan profilaksis

kekakuan sendi, memulihkan tenaga otot dan memandu pasien kembali ke aktivitas normal.

Page 37: Presus Colles

Latihan gerak aktif dan pasif, terutama di persendian anggota gerak yang patah (isometrik :

latihan aktif statik), dan semua sendi yang tidak imobilisasi (isotonik : latihan aktif dinamik)

mulai dilakukan secara teratur pada hari pertama.

Latihan aktif

Membantu memompa keluar cairan edema, merangsang sirkulasi, mencegah perlekatan

jaringan lunak dan membantu penyembuhan fraktur

Gerakan pasif

Bila ada kelumpuhan atau orangnya pingsan

Aktivitas fungsional

Terapi okupasi juga diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

Page 38: Presus Colles

1. 1.Sjamsuhidayat.R. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. Jakarta. EGC : 2004.

2. Apley Alan Graham ,Solomon.Louis. Apley's System of Orthopaedics and Fractures.

Butterworth-Heinemann.

3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Malang : Yarsif Watampone :

2003.

4. Nelson. David L .Distal Fractures of the Radius. Access from

www.emedicine.com.On 13 Oktober 2013

5. Dios.RR. Distal Radial Fracture Imaging.. Access from

www.emedicine.com.On 13 Oktober 2013

6. Mansjoer, A,. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media

Aesculapius.Jakarta : 2000

7. Hoynak. Bryan.C. Wrist Fracture in Emergency Medicine. Access from

www.emedicine.com.On 13 Oktober 2013