preskas kasus saraf

Upload: tiara-yunitasari

Post on 07-Mar-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

stase neurologi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Sakit kepala (Headache) merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh orang dewasa. Headache dapat menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan, aktivitas sosial dan kapasitas kerja. Hal ini berakibat pada penurunan derajat kualitas hidup (Shevel, 2006).Headache terbagi menjadi beberapa tipe yaitu simple headache, migrain, tension-type headache dan cluster headache. Tipe headache pada setiap orang dapat berbeda meskipun dalam satu keluarga. Episode headache dapat semakin memburuk atau bahkan menghilang secara tiba-tiba untuk beberapa waktu, lalu akan timbul kembali(Mumenthaler dan Mattle, 2004).Di dalam literatur kedokteran, Tension-type headache (TTH) memiliki multisinonim, seperti: tension headaches, muscle contraction headache, sakit kepala tegang otot, nyeri kepala tegang otot dan stress headache(Hartwig dan Wilson, 2006).TTH adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/sequeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.3Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala. TTH dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe nyeri kepala yang paling sering dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya(Mumenthaler dan Mattle, 2004).TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi, dengan prevalensi 1-tahun sekitar 38-74%. Penelitian Lyngberg et al (2005) menyebutkan prevalensi TTH sebesar 87%. Prevalensi TTH di Korea sebesar 16,2% sampai 30,8%, di Kanada sekitar 36%, di Jerman sebanyak 38,3%, di Brazil hanya 13%. Insiden di Denmark sebesar 14,2 per 1000 orang per tahun. Survei di USA menemukan prevalensi tahunan TTH episodik sebesar 38,3% dan TTH kronis sebesar 2,2%.3(Hartwig dan Wilson, 2006).

BAB IILAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN Identitas Nama: Ny. H Usia: 56 tahun Jenis Kelamin: Perempuan Alamat: Lampulo Pekerjaan: IRT Pendidikan: SMA Agama: Islam Suku: Aceh Waktu Pemeriksaan: 13 Oktober 2014

2. ANAMNESA Keluhan Utama:Pasien mengeluh nyeri kepala sejak dua hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan seperti diikat kencang. Nyeri kepala terletak bilateral, bersifat menetap, tidak bertambah atau berkurang dengan aktivitas. Pasien terkadang merasa silau jika diluar ruangan. Pasien mengaku sulit tidur sejak dua hari yang lalu. Menurut pasien, serangan nyeri kepala dapat muncul3-7 hari dalam 1 bulan sejak 5 tahun terakhir dan dirasakan memberat dalam 2 hari sebelum berobat ke puskesmas. Pasien juga merasa mual, muntah, dan nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu. Perut pasien terasa kembung dan terasa tidak nyaman. Keluhan ini biasanya muncul bila pasien terlambat makan. Riwayat nyeri kepala serupa tanpa mual dan muntah (+)

Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien mengaku tidak ada riwayat trauma sebelumnya, riwayat sakit kepala (+)serangan nyeri kepala dapat muncul3-7 hari dalam 1 bulan sejak 5 tahun terakhir, riwayat hipertensi (+), riwayat diabetes (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-).

Riwayat Obat-Obatan:Pasien terkadang mengkonsumsi obat amlodipin untuk hipertensinya. Riwayat Penyakit Keluarga:Riwayat keluarga hipertensi (+) ayah pasien. Pasien mengaku tidak ada riwayat diabetes, asma ataupun alergi pada keluarga.

Riwayat Kebiasaan Sosial: Riwayat mengkonsumsi rokok dan alkohol disangkal.

Family Genogram:

3. STATUS INTERNUS Keadaan Umum : Sakit Sedang Kesadaran:Compos mentis Tekanan Darah: 180/140 mmHg Nadi: 88 x/menit Suhu: 36,6oC Pernafasan: 20 x/menit Berat Badan: 55kg Tinggi Badan: 160 cm Keadaan Gizi: Normoweight (21.5 kg/m2)

4. PEMERIKSAAN FISIKKulit Warna: Sawo matang Turgor: Cepat kembali Sianosis: Negatif Ikterus: Negatif Oedema: NegatifKepala Rambut: Secara keseluruhan hitam panjang dansukar dicabut Wajah : Simetris Mata: Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),refleks cahaya langsung (+/+), reflek cahaya tidaklangsung (+/+), pupil bulat isokor,ukuran 3 mm/3 mm Telinga: Darah (-/-), serumen (-/-) Hidung: Sekret (-/-) Mulut Bibir: simetris, bibir pucat (-), mukosa licin(+), sianosis (-) Lidah: Simetris, tremor (-), hiperemis(-) Tonsil: Hiperemis (-/-), T1/T1 Faring: Hiperemis (-)Leher Inspeksi: Simetris, retraksi (-) Palpasi: TVJR-2cmH2O, pembesaran KGB (-), kaku leher (-)Thorax Inspeksi Statis:Simetris, bentuk normochest Dinamis:Pernafasan torakoabdominal, retraksi suprasternal (-),retraksi intercostal (-), retraksi epigastrium (-)ParuInspeksi : Simetris saat statis dan dinamisKananKiri

PalpasiFremitus NFremitus N

PerkusiSonorSonor

AuskultasiVesikuler NormalRonchi (-) wheezing (-)Vesikuler NormalRonchi (-) wheezing (-)

JantungInspeksi: Ictus cordis tidak terlihatPalpasi: Ictus cordis teraba di ICS V, LMCSPerkusi: Batas-batas jantungAtas: ICS III linea midclavicula sinistraKiri: ICS V 2cm ke lateral Linea midclavikula sinKanan: Linea parasternal dextraAuskultasi: BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)AbdomenInspeksi: Simetris,sikatrik (-)Palpasi: Nyeri tekan (+) di epigastrium, defans muscular (-)Hepar: Tidak terabaLien: Tidak terabaGinjal: Ballotement (-)Perkusi: Timpani, shifting dullness (-)Auskultasi : Peristaltik 3x/menit, kesan normalGenitalia : Dalam batas normalAnus : Dalam batas normalTulang BelakangBentuk: SimetrisNyeri tekan: NegatifKelenjar LimfePembesaran KGB: Negatif EkstremitasSuperiorInferior

KananKiriKananKiri

Sianosis----

Oedema----

Fraktur----

Status PsikiatriSikap dan tingkah laku : Dalam batas normalPersepsi dan pola pikir : Dalam batas normal

5. STATUS NEUROLOGISGCS : E4 M6 V5Pupil : Isokor, bulat, ukuran 3 mm/3 mmReflek Cahaya : Langsung (+/+), tidak langsung (+/+)Tanda Rangsang Meningeal (TRM): NegatifNervus CranialisKelompok OptikKananKiriNervus II (visual) Visus6/606/60 Lapangan pandangKesan normalKesan normal Melihat warnaKesan normalKesan normalNervus III (otonom) Ukuran3 mm3 mm Bentuk Pupilbulatbulat Reflek cahayapositifpositif Nistagmusnegatifnegatif StrabismusnegatifnegatifNervus III, IV, VI (gerakan okuler) Lateralpositifpositif Ataspositifpositif Bawahpositifpositif Medialpositifpositif DiplopianegatifnegatifKelompok MotorikNervus V (fungsi motorik) Membuka Mulut: Dalam batas normal Menggigit dan mengunyah: Dalam batas normalNervus VII (fungsi motorik) Mengerutkan dahi: Simetris Menutup Mata: Simetris Menggembungkan pipi: Simetris Memperlihatkan gigi: Simetris Sudut bibir: SimetrisNervus IX (fungsi motorik) Bicara: Dalam batas normal Reflek menelan: Dalam batas normalNervus XI (fungsi motorik) Mengangkat bahu: Dalam batas normal Memutar kepala: Dalam batas normalNervus XII (fungsi motorik) Artikulasi lingualis: Dalam batas normal Menjulurkan lidah: Dalam batas normalKelompok Sensoris Nervus I (fungsi penciuman): Kesan normalNervus V (fungsi sensasi wilayah): Kesan normalNervus VII (fungsi pengecapan): Kesan normalNervus VIII (fungsi pendengaran): Kesan normalBadanMotorik Gerakan Respirasi: Torakoabdominal Gerakan Columna Vertebralis: Simetris Bentuk Columna Vertebralis: Kesan simetrisSensibilitas Rasa Suhu: Dalam batas normal Rasa Nyeri: Dalam batas normal Rasa Raba: Dalam batas normalAnggota Gerak AtasMotorikKesan normalRefleksKananKiri Biscepspositifpositif Triscepspositifpositif-Tromner-hoffmann negatif negatifAnggota Gerak BawahMotorik Kesan normalRefleksKananKiri Patellapositifpositif Achillespositifpositif Babinskinegatifnegatif Chaddoknegatifnegatif Gordon negatifnegatif Oppenheimnegatifnegatif-Laseques signnegatifnegatifKlonusKananKiri Pahanegatifnegatif KakinegatifnegatifSensibilitas Rasa suhu: Dalam batas normal Rasa nyeri: Dalam batas normal Rasa raba: Dalam batas normalGerakan Abnormal : Tidak ditemukanFungsi Vegetatif Miksi : Dalam batas normal Defekasi : Dalam batas normal

RESUMEPasien Ny.H, 56 tahun, datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan seperti diikat kencang. Nyeri kepala terletak bilateral, bersifat menetap, tidak bertambah atau berkurang dengan aktivitas. Pasien terkadang merasa silau jika diluar ruangan. Pasien mengaku sulit tidur sejak dua hari yang lalu. Menurut pasien, serangan nyeri kepala dapat muncul3-7 hari dalam 1 bulan sejak 5 tahun terakhir dan dirasakan memberat dalam 2 hari sebelum berobat ke puskesmas. Pasien juga merasa mual, muntah, dan nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu. Perut pasien terasa kembung dan terasa tidak nyaman. Keluhan ini biasanya muncul bila pasien terlambat makan. Riwayat nyeri kepala serupa tanpa mual dan muntah (+). Pasien mengaku tidak ada riwayat trauma sebelumnya, riwayat sakit kepala (+)serangan nyeri kepala dapat muncul3-7 hari dalam 1 bulan sejak 5 tahun terakhir, riwayat hipertensi (+), riwayat diabetes (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-). Pasien terkadang mengkonsumsi obat amlodipin untuk hipertensinya. Riwayat keluarga hipertensi (+). Pasien mengaku tidak ada riwayat diabetes, asma ataupun alergi pada keluarga. Riwayat mengkonsumsi rokok dan alkohol disangkal.a. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : Sakit SedangKesadaran: compos mentisTekanan Darah: 170/100 mmHgNadi: 86 x/menitSuhu: 36,6oCPernafasan: 21 x/menitBerat Badan: 55 kgTinggi Badan: 160 cmKeadaan Gizi: Normoweight (21.5 Kg/m2)Status Internus: Dalam batas normalStatus NeurologisGCS: E4 M6 V5Mata: pupil bulat, isokor, ukuran 3mm/3mmreflek cahaya langsung (+/+)reflek cahaya tidak langsung (+/+)TRM : negatif TIK : negatifNervus Cranialis Kelompok Optik Fungsi visual (N.II) : dalam batas normal Fungsi otonom:dalam batas normal Gerakan okuler (N.III, IV, VI) : dalam batas normalKelompok motorik Fungsi motorik (N.V): dalam batas normal Fungsi motorik (N.VII): dalam batas normal Fungsi motorik (N. IX): dalam batas normal Fungsi motorik (N. XI): dalam batas normal Fungsi motorik (N.XII): dalam batas normalKelompok sensori khusus Fungsi Pengecapan (N.V): dalam batas normal Fungsi Penciuman (N.I): dalam batas normal Fungsi Pendengaran (N.VIII): dalam batas normalFungsi MotorikSuperiorInferior Pergerakan+/-+/+ Kekuatan 5555/55555555/5555 TonusN/NN/NN/N N/N Atrofi-/--/- Refleks Fisiologis++/+ ++/++ Refleks Patologis-/- -/-Gerakan Abnormal : Tidak ditemukanFungsi Vegetatif : Dalam batas normale. Diagnosa Diagnosis utama Frequent episodic tension type headache Diagnosa tambahan Hipertensi stage II Sindroma Dispepsia tipe like ulcer

f .TatalaksanaPengobatan non farmakologik Regulasi lifestyle Mengatur dan tidur yang cukup Makan dan diet yang baik Mengetahui dan menghindari makan yang dapat memicu nyeri kepala Berolahraga teratur Hindari stres Menghindari lingkungan sosial yang dapat menyebabkan stres Relaksasi otot Psikoterapi Fisioterapi Terapi panas, ultrasound Pijat dan traksi leher Peregangan otot-otot leher

Pengobatan farmakologik Ibuprofen 2 x 400 mg Amitriptilyn 1 x 25 mg Captopril 3 x 12,5 mg Amlodipine 5 mg 1x5 mg (malam) Antasida syrup 3 x C I Ranitidin 2 x 150 mg tab

g. PrognosisQuo ad vitam: dubia ad BonamQuo ad functionam: dubia ad Bonam Quo ad sanactionam: dubia ad Bonam

BAB IIIPEMBAHASANTTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30 tahun, namun puncak prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun. Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH. Prevalensi seumur hidup pada perempuan mencapai 88%, sedangkan pada laki-laki mencapai 69%. Onset usia penderita adalah pada dekade ke-dua atau ke-tiga kehidupan yaitu antara 25-30 tahun (Dewanto dkk, 2007).1. Tension-type headache (TTH)Tension Type Headache (TTH) adalah sakit kepala yang terasa seperti tekanan atau ketegangan di dalam dan disekitar kepala.Nyeri kepala karena tegang yang menimbulkan nyeri akibat kontraksi menetap otot- otot kulit kepala, dahi, dan leher yang disertai dengan vasokonstriksi ekstrakranium.Nyeri ditandai dengan rasa kencang seperti pita di sekitar kepala dan nyeri tekan didaerah oksipitoservikalis (Hartwig dan Wilson, 2006).Menurut International Headache Society Classification, TTH terbagi atas 4 yaitu: Klasifikasi tension-type headache a. Infrequent episodic tension-type headache Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 3 bulan (atau >180 hari/tahun).d. Probable tension-type headache Dijumpai memenuhi kriteria TTH akan tetapi kurang satu kriteria untuk TTH bercampur dengan salah satu kriteria probable migrane. Nyeri kepala berlangsung >15 hari/bulan selama > 3 bulan (atau > 180 hari/tahun), nyeri kepala berlangsung selama sekian jam atau terus menerus, bilateral, rasa menekan/mengikat, intensitas mild or moderate, tidak ada severe nausea atau vomiting, mungkin ada fotopobia/ fonopobia, tidak ada hubungannya dengan penyakit kepala lainnya, paling tidak masa 2 bulan terakhir.2. EtiologiTension (keteganggan) dan stress. Tiredness (Kelelahan). Anxiety(kecemasan). Lama membaca, mengetik atau konsentrasi (eye strain) Posture yang buruk. Jejas pada leher dan spine. Tekanan darah yang tinggi. Physical dan stress emotional (Emergency department factsheet, 2008).

3. PatogenesisTTH sering diasosiasikan dengan kelainan psychological stress psikopatologi, terutama ansietas dan depresi.Depresi yaitu suatu keadaan yang dicirikan oleh suasana hati tidak menyenangkan yang meresap disertai kehilangan seluruh minat dan ketidak mampuan merasakan kesenangan. Pada penderita depresi, stress, dangangguan kecemasan (ansietas) di jumpain adanya deficit kadar serotonin, dan nor-adrenalin di otaknya. Serotonin dan nor-adrenalin adalah neurotransmitter yang berperan dalam proses nyeri maupun depresi, yang mengurus mood. Adanya deficit kadar serotonin, sehingga terjadi vasokontriksi pada pembuluh darah dan membawanya ke ambang nyeri kepala (pain threshold). Serotonin didegradasi oleh kerja enzymatic monoamine oxidase dan dikeluarkan melalui urin berbentuk 5-hydroxyindoleacetic acid (Mumenthaler dan Mattle, 2004).TTH dapat disebabkan karena stress, alkohol,dan hormonal yang akan menstimulasi simpatis nervous system sehingga terjadi peningkatan nor-epinefrine yang di sebarkan ke spindles muscle dan menyebabkan vasokontriksi . Nor-epinefrine juga di sebarkan ke pembuluh darah sehingga terstimulus cervical simpatis ganglia dan merasa nyeri disekitar leher (Wesley, 2001).

Gambar 1 Patofisiologi TTH4. DiagnosisMengingat diagnosis nyeri kepala sebahagian besar didasarkan atas keluhan, maka anamnesis memegang peranan penting.Dalam praktek sehari- hari, jenis nyeri kepala yang paling sering adalah nyeri kepala tipe tegang atau sering disebut tension-type headache (TTH).Dari anamnesis, biasanya gejala terjadinya TTH terjadi setiap hari dan terjadi dalam 10 kali serangan dalam satu hari.Durasi atau lamanya TTH tersebut dapat terjadi selama antara 30 menit sampai dengan 7 hari.Nyerinya dapat bersifat unilateral atau bilateral, dan pada TTH tidak adanya pulsating pain serta intensitas TTH biasanya bersifat ringan.Pada TTH pun terdapat adanya mual, muntah dan kelaian visual seperti adanya fonofobia dan fotofobia (Shevel, 2006).Pemeriksaan tambahan pada TTH adalah pemeriksaan umum seperti tekanan darah, fungsi cirkulasi, fungsi ginjal, dan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan neurologi (pemeriksaan saraf cranial, dan intracranial particular), serta pemeriksaan lainnya, seperti pemeriksaan mental status (Mumenthaler & Mattle, 2004). Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi (foto rontgen, CT Scan), Elektrofisiologik (EEG, EMG) (Ropper & Robert, 2005).

5. PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan adalah reduksi frekuensi dan intensitas nyeri kepala (terutama TTH) dan menyempurnakan respon terhadap terapi abortive.Terapi dapat dimulai lagi bila nyeri kepala berulang.Masyarakat sering mengobati sendiri TTH dengan obat analgesic yang dijual bebas, produk berkafein, pijat, atau terapi chiropractic. Terapi TTH episodik pada anak: parasetamol, aspirin, dan kombinasi analgesik. Parasetamol aman untuk anak.Asam asetilsalisilat tidak direkomendasikan pada anak berusia kurang dari 15 tahun, karena kewaspadaan terhadap sindrom Reye. Pada dewasa,obat golongan anti-inflamasi non steroid efektif untuk terapi TTH episodik. Hindari obat analgesik golongan opiat (misal: butorphanol). Pemakaian analgesik berulang tanpa pengawasan dokter, terutama yang mengandung kafein atau butalbital, dapat memicu rebound headaches. Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen(400 mg), parasetamol (1000 mg), ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol.Kafein dapat meningkatkan efek analgesik. Analgesik sederhana, nonsteroidal anti-infl ammatory drugs (NSAIDs), dan agen kombinasi adalah yang paling umum direkomendasikan (Tabel 1). Suntikan botulinum toxin (Botox) diduga efektif untuk nyeri kepala primer, seperti: tension-type headache, migren kronis, nyeri kepala harian kronis (chronic daily headache). Botulinum toxin adalah sekelompok protein produksi bakteri Clostridium botulinum.Mekanisme kerjanya adalah menghambat pelepasan asetilkolin di sambungan otot, menyebabkan kelumpuhanflaksid.Botox bermanfaat mengatasi kondisidi mana hiperaktivitas otot berperan penting.Riset tentang Botox masih berlangsung.Intervensi nonfarmakologis misalnya: latihanrelaksasi, relaksasi progresif, terapi kognitif,biofeedback training, cognitive-behaviouraltherapy, atau kombinasinya. Solusi lain adalahmodifi kasi perilaku dan gaya hidup. Misalnya:istirahat di tempat tenang atau ruangan gelap.Peregangan leher dan otot bahu 20-30 menit,idealnya setiap pagi hari, selama minimalseminggu. Hindari terlalu lama bekerja didepan komputer, beristirahat 15 menitsetiap 1 jam bekerja, berselang-seling, iringidengan instrumen musik alam/klasik. Saattidur, upayakan dengan posisi benar, hindarisuhu dingin. Bekerja, membaca, menonton TVdengan pencahayaan yang tepat.Menuliskanpengalaman bahagia.Pendekatan multidisiplin adalah strategi efektifmengatasi TTH.Edukasi baik untuk anak dandewasa, disertai intervensi nonfarmakologisdan dukungan psikososial amat diperlukan.Tabel 1 Terapi Akut TTH

Keterangan: Level A: efektif; Level B: sedikit efektifTabel 2 Terapi Preventif Nonfarmakologi TTH

Keterangan: Level A: efektif; Level B: sedikit efektif; Level C: mungkin efektifTabel 3. Terapi Preventif Keterangan: Level A: efektif; Level B: sedikit efektif; Level C: mungkin efektif

6. PrognosisPada penderita TTH dewasa berobat jalan yang diikuti selama lebih dari 10 tahun, 44% TTH kronis mengalami perbaikan signifikan, sedangkan 29% TTH episodik berubah menjadi TTH kronis. Studi populasi potonglintang Denmark yang ditindaklanjuti selama 2 tahun mengungkapkan rata-rata remisi 45% di antara penderita TTH episodik frekuen atau TTH kronis, 39% berlanjut menjadi TTH episodik dan 16% TTH kronis. Secara umum, dapat dikatakan prognosis TTH baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Price and Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC2. Dewanto, G., Sunono, W.J., dan Riyanto, B. 2007. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Departemen Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran unika atmajaya. Jakarta, EGC.3. Sidharta, Priguna. 2005. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT. Dian Rakyat. 87-95. 4. Nuarta, Bagus. 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III,jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59.5. Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes, Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

11