persepsi petani terhadap budidaya gandum tropis

15
Persepsi Petani Terhadap Budidaya Gandum Tropis (M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti) Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354 email: [email protected], website: ejournal.uksw.edu/agric Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018 Diterima: 7 Agustus 2019, disetujui, 13 Desember 2019 PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti ABSTRACT Indonesia tried to cultivated wheat since 2000. Characteristics of Indonesia as a tropical country caused the productivity of wheat crops was relatively lower than the productivity of sub-tropical wheat cultivation. The development of wheat cultivation was carried out in various regions, including in Central Java Province. Several institutions had participated to introduce the wheat cultivation in Central Java province. This study explores the farmer perceptions on wheat farming and correlation between internal driver and external driver and farmer’s perception on wheat farming, and the correlation between farmer perception toward farmer motivation to cultivate wheat. This research used survey technique to collect primary data from farmers who get involved on wheat cultivation introduction program. Data analysis techniques were used rank spearman correlation analysis. The study showed that respondents in Demak Regency tend to have the perception that wheat cultivation is very unprofitable, not easily cultivated and has a high risk of crop failure. Respondents in Boyolali tend to have the perception that wheat is easily cultivated, but has a high risk of crop failure and high selling prices. Respondents in Klaten Regency tend to have the perception that wheat cultivation is not profitable and has a high risk of crop failure, but has a high selling price. There is no significant relationship on age, education, farming experience, frequency of extension, and farm environmental conditions on farmers’ perceptions. There are significant relationship between farmer status, land area, with farmers’ perception on wheat cultivation, and the farmers perception had relation with farmers motivation to cultivate wheat . Keywords: wheat, farmer characteristic, perception, correlation, Central Java Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Indonesia E-mail: [email protected] 176

Upload: others

Post on 15-Nov-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

Persepsi Petani Terhadap Budidaya Gandum Tropis (M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya WacanaJl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354

email: [email protected], website: ejournal.uksw.edu/agric

Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan T inggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018

Diterima: 7 Agustus 2019, disetujui, 13 Desember 2019

PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti

ABSTRACT

Indonesia tried to cultivated wheat since 2000. Characteristics of Indonesia as a tropicalcountry caused the productivity of wheat crops was relatively lower than the productivity ofsub-tropical wheat cultivation. The development of wheat cultivation was carried out in variousregions, including in Central Java Province. Several institutions had participated to introducethe wheat cultivation in Central Java province. This study explores the farmer perceptions onwheat farming and correlation between internal driver and external driver and farmer’sperception on wheat farming, and the correlation between farmer perception toward farmermotivation to cultivate wheat. This research used survey technique to collect primary data fromfarmers who get involved on wheat cultivation introduction program. Data analysis techniqueswere used rank spearman correlation analysis. The study showed that respondents in DemakRegency tend to have the perception that wheat cultivation is very unprofitable, not easilycultivated and has a high risk of crop failure. Respondents in Boyolali tend to have the perceptionthat wheat is easily cultivated, but has a high risk of crop failure and high selling prices.Respondents in Klaten Regency tend to have the perception that wheat cultivation is notprofitable and has a high risk of crop failure, but has a high selling price. There is no significantrelationship on age, education, farming experience, frequency of extension, and farmenvironmental conditions on farmers’ perceptions. There are significant relationship betweenfarmer status, land area, with farmers’ perception on wheat cultivation, and the farmersperception had relation with farmers motivation to cultivate wheat .

Keywords: wheat, farmer characteristic, perception, correlation, Central Java

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan BisnisUniversitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Indonesia

E-mail: [email protected]

176

Page 2: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 177-191

ABSTRAK

Indonesia berusaha membudidayakan gandum sejak tahun 2000. Karakteristik Indonesia sebagainegara tropis menyebabkan produktivitas tanaman gandum relatif lebih rendah daripadaproduktivitas budidaya gandum sub-tropis. Pengembangan budidaya gandum dilakukan diberbagai daerah, termasuk di Provinsi Jawa Tengah. Beberapa lembaga telah berpartisipasi untukmemperkenalkan budidaya gandum di Provinsi Jawa Tengah. Studi ini mengeksplorasi persepsipetani tentang pertanian gandum dan korelasi antara driver internal dan driver eksternal denganpersepsi petani tentang pertanian gandum, dan korelasi antara persepsi petani terhadap motivasipetani untuk menanam gandum. Penelitian ini menggunakan teknik survei untuk mengumpulkandata primer dari petani yang terlibat dalam program pengenalan budidaya gandum. Teknik analisisdata digunakan dalam analisis korelasi rank spearman. Studi menunjukkan bahwa responden diKabupaten Demak cenderung memiliki persepsi bahwa budidaya gandum sangat tidakmenguntungkan, tidak mudah diolah dan memiliki risiko kegagalan panen yang tinggi. Respondendi Boyolali cenderung memiliki persepsi bahwa gandum mudah dibudidayakan, tetapi memilikirisiko kegagalan panen yang tinggi dan harga jual yang tinggi. Responden di Kabupaten Klatencenderung memiliki persepsi bahwa budidaya gandum tidak menguntungkan dan memiliki risikokegagalan panen yang tinggi, tetapi memiliki harga jual yang tinggi. Tidak ada hubungan yangsignifikan dalam hal usia, pendidikan, pengalaman bertani, frekuensi penyuluhan, dan kondisilingkungan pertanian dengan persepsi petani. Ada hubungan yang signifikan antara status petani,luas lahan, dengan persepsi petani tentang budidaya gandum, dan persepsi petani memilikihubungan dengan motivasi petani untuk menanam gandum.

Kata kunci: gandum, karakteristik petani, persepsi, korelasi, Jawa Tengah

PENDAHULUAN

Diversifikasi tanaman pangan dan diversifikasipangan merupakan salah satu strategi pemerin-tah untuk meningkatkan kesejahteraan petanidan mengurangi ketergantungan terhadapkonsumsi beras. Indonesia mencoba membudi-dayakan gandum sejak awal abad ke-18, akantetapi tidak pernah menjadi tanaman pentingdalam sistem usahatani. Pengembangan gandumtelah ditempuh pemerintah. Upaya pengem-bangannya diawali oleh Kementerian Pertanianmelalui uji adaptasi gandum pada tahun 1978.

Pengembangan komoditas gandum dirasasemakin penting mengingat semakin meningkatpesatnya konsumsi masyarakat akan anekapangan berbahan baku tepung gandum.Banyakindustri makanan di Indonesia menggunakangandum sebagai bahan utamanya, sehingga

gandum sangat potensial untuk dibudidayakandan dikembangkan. Pengembangan gandumsecara bertahap diujicoba dan disebarluaskankepada masyarakat oleh beberapa lembaga, baikLembaga pemerintah, Lembaga swadaya masya-rakat, Lembaga penelitian, maupun LembagaPendidikan.Di Indonesia gandum dapat tumbuhdengan baik pada ketinggian > 800 m di ataspermukaan laut dengan suhu 10-28OC, namunmasih bisa dibudidayakan pada ketinggian± 400 m di atas permukaan laut meskipunproduktivitas yang diperoleh lebih rendah (Nuret al., 2012). Varietas gandum yang telahdikembangkan di Indonesia termasuk varietasNias, Timor, Selayar, Guri, dan Dewata.Karakteristik Indonesia sebagai negara tropismenyebabkan produktivitas tanaman gandumrelatif lebih rendah dibandingkan produktivitasbudidaya gandum sub-tropis.

177

Page 3: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

Persepsi Petani Terhadap Budidaya Gandum Tropis (M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti)

Budidaya gandum diharapkan menjadi alternatifpertanian bagi petani yang dapat mendukungkebutuhan protein keluarga dan mengurangipenggunaan tepung dalam skala kecil. Penelitianoleh Kurnia et al (2016), kendala dalam me-ngembangkan budidaya gandum adalahpersaingan dengan tanaman lain yang umumnyaditanam oleh petani dan kurangnya pengetahuanpetani tentang pertanian gandum. Di sisi lain,varietas gandum untuk daerah tropis dataranrendah masih dalam proses penelitian hinggasaat ini, termasuk melalui upaya untuk bermutasigen, menguji adaptasi, atau memperkenalkangenotipe baru. Sembiring et al (2013) menyata-kan bahwa budidaya gandum belum memberi-kan keuntungan yang layak secara ekonomismengingat produksi masih rendah. Oleh karenaitu, untuk mewujudkan keberhasilan pengem-bangan gandum dapat dilakukan melaluiintegrasi antara subsistem produksi, pengolahandan pemasaran hasilnya, sehingga gandum dapatmemberi manfaat bagi petani.

Beberapa kabupaten di Jawa Tengah telahmencoba melakukan budidaya gandum padatahun 2017, yaitu di Kabupaten Boyolali,Klaten, dan Demak. Uji coba budidayatersebut diinisiasi dan didampingi oleh FakultasPertanian dan Bisnis Universitas Kristen SatyaWacana dalam bentuk kegiatan penelitian danpengabdian masyarakat, dimana budidayagandum dilakukan di bulan Juli / Agustus dandipanen pada akhir Oktober/November (di luarmusim tanam ideal). Harapan dari upayapengenalan budidaya gandum tersebut adalahmemberikan dorongan bagi petani untukmelakukan diversifikasi tanaman yang dapatmendukung ketahanan pangan masyarakat.

Respon petani dari hasil kegiatan tersebut perludilihat melalui kajian persepsi karena persepsiakan membentuk respon perilaku.

Persepsi adalah proses yang dimulai dari visihingga membentuk respons yang terjadi padaindividu, sehingga individu sadar akan segalasesuatu di lingkungannya melalui indera mereka(Morgan, 1966). Karakteristik seseorang mem-pengaruhi persepsinya, sedangkan persepsi ituakan mempengaruhi tindakan atau perilakunya(Roger dan Shoemaker, 1971). Persepsi petaniterhadap budidaya gandum dipengaruhi olehdua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktorinternal. Faktor eksternal adalah faktor yangberasal dari luar petani dan faktor internaladalah faktor yang berasal dari dalam diri petaniitu sendiri. Hongbin-Liu dan Xiaojun Luo(2018) menyatakan bahwa external drivermemainkan peran yang lebih penting dalammembentuk persepsi perlindungan lahan petani.Selain itu, teori perilaku kognitif menunjukkanbahwa kesadaran, persepsi, motivasi, danperilaku saling berhubungan.

Mengacu teori proses persepsi (Ahmadi, 1986),Persepsi merupakan unsur penting dalammenyesuiakan perilaku dan lingkungannya.Persepsi mempengaruhi perilaku, terbentuknyasikap dan perasaan, dimana khususnya terjadi-nya perilaku didahului dengan proses ter-motivasinya seseorang. Winardi (2000) me-nyatakan bahwa motivasi adalah faktor-faktoryang ada dalam diri seseorang yang meng-gerakkan dan merangsangnya untuk melakukantindakan-tindakan. Salah satu indicator motivasiyakni gairah kerja atau semangat untuk me-lakukan pekerjaan. Burgess (1971) menyim-pulkan bahwa ada tujuh keinginan motivasi:

178

Page 4: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 177-191

untuk mengetahui, untuk mencapai tujuanpribadi, untuk mencapai tujuan sosial, untukmencapai tujuan keagamaan, untuk melarikandiri, untuk mengambil bagian dalam kegiatansosial, dan untuk mematuhi formal.

Berdasarkan pertimbangan pentingnya men-dukung pengembangan budidaya gandum dandikaitkan teori yang ada, maka dapat disim-pulkan bahwa ada alasan teoretis dan praktisyang penting untuk menyelidiki persepsi petanidan korelasinya dengan faktor-faktor internaldan eksternal, juga korelasi antara persepsi danmotivasi. Oleh karena itu, penelitian ini ber-tujuan untuk menguji secara empiris persepsipetani tentang budidaya gandum dan untukmengetahui hubungan antara persepsi petanitentang budidaya gandum di Jawa Tengahdengan umur petani, pendidikan petani,pengalaman bertani, motivasi individu untukmenanam tanaman alternatif, luas lahan,frekuensi, penyuluhan, kondisi lingkunganpertanian, status petani; serta motivasi petanimembudidayakan gandum. Hasil utamapenelitian ini memiliki implikasi penting bagi para

pembuat kebijakan sehubungan denganmempromosikan budidaya gandum diIndonesia.

METODE PENELITIAN

Survei dilakukan di 3 (tiga) lokasi yang melakukankegiatan pengenalan budidaya gandum, yaituDusun Gatak, Desa Tlogoweru, KecamatanGuntur, Kabupaten Demak; Dusun Margo-mulyo, Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel,Kabupaten Boyolali; dan Dusun Bendo Tali,Desa Sumberejo, Kecamatan Klaten Selatan,Kabupaten Klaten. Kondisi geografi tiapwilayah sebagai berikut: wilayah Demak sekitar800 m di atas permukaan laut, didominasi olehpenanaman padi, wilayah Boyolali sekitar 1200m di atas permukaan laut yang didominasi olehpertanian tembakau, dan wilayah Klaten sekitar400 m di atas permukaan laut yang didominasioleh pertanian padi.

Di Kabupaten Boyolali, proses budidaya gan-dum dilakukan pada tahun 2017 dengan me-nanam tanaman gandum di area seluas 1500 m2

dengan menerapkan sistem tumpangsari dengan

Gambar 1 Lokasi Penelitian di Kabupaten Klaten, Demak, dan Boyolali

179

Page 5: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

Persepsi Petani Terhadap Budidaya Gandum Tropis (M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti)

Instrumen penelitian diuji reliabilitas danvaliditasnya, yakni intrumen untuk mengukurkondisi lingkungan, persepsi petani, danmotivasi petani.Teknik analisis data meng-gunakan analisis korelasi rank Spearmandengan tingkat 0,05%. Rumus korelasi pering-kat Spearman (Rank Spearman) adalah sebagaiberikut:

dimanañ: koefisien korelasi Rank Spearman

bi: perbedaan antara peringkat variabel

n: jumlah sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani

Karaketristik petani meliputi gender, usia petani,pendidikan petani, status penguasaan lahan,pengalaman berusahatani, luas lahan yangdimiliki, dan frekuensi mendapatkan ditampil-kan pada Tabel 1.

Internal drivers:X1 : UmurX2 : PendidikanX3 : Pengalaman usahataniX4 : status social petaniX5 : luas lahanX6 : kondisi lingkungan usahatani

Pernyataan:Persepsi petani

terhadapbudidayagandum

(profitabilitas,kompleksitas,risiko, pasardan harga)

External drivers:X7 :frekuensi penyuluhan tentangTeknik budidaya gandum

Respons:Motivasi

individu untukmembudidayakan

gandum

Gambar 2 Alur Pikir Penelitian (internal dan external drivers berkaitan secara langsung persepsi petani danpersepsi petani mempengaruhi motivasi untuk membudidayakan gandum)

Petani yang terlibat dalam kegiatan pengenalanbudidaya gandum didominasi laki-laki. Tabel 1juga menunjukkan bahwa usia rata-rataresponden di Kabupaten Demak, Boyolali danKlaten berada dalam kisaran usia 41-50. Halini menunjukkan bahwa rata-rata respondenadalah responden berusia produktif dan telahlama berkecimpung di dunia pertanian.

tanaman tembakau, yang merupakan tanamanutama petani di Kabupaten Boyolali. DiKabupaten Demak dan Klaten, gandumditanam di lahan seluas 500 m2, dimana petanidi Demak dan Klaten bermatapencahariansebagai petani padi.

Penentuan responden menggunakan tekniksensus dan prosedur ini menghasilkan totalresponden yakni 30 petani terdiri dari 14 petanidari Kabupaten Boyolali, 6 petani KabupatenDemak, dan 10 petani Kabupaten Klaten.Pengambilan data menggunakan Teknik surveiyang dilakukan dengan menggunakan panduankuesioner selama Mei hingga Desember 2018.

Alur berpikir penelitian dapat digambarkansebagai berikut:

180

Page 6: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 177-191

Mayoritas responden adalah petani dengantingkat pendidikan dasar. Rendahnya tingkatpendidikan karena di wilayah tersebut, karenamasyarakat petani turun menurun kurangmemandang penting jenjang pendidikan.Mayoritas responden di Boyolali telah ber-pengalaman dalam bertani selama 30-40 tahun,sedangkan di Demak petani padi didominasi

Karakteristik Kategori Demak Boyolali KlatenTotal (%) Total (%) Total (%)

Gender Laki-laki 3 50 8 57,15 6 60Perempuan 3 50 6 42,85 4 40

Total 6 100 14 100 10 100Usia (tahun) 20-30 1 16,67 2 14,29 2 20

31-40 2 33,33 4 28,57 1 1041-50 3 50,00 5 35,71 4 40>50 0 - 3 21,43 3 30

Total 6 100 14 100 10 100Pendidikan Sekolah

Dasar5 83,33 12 85,72 8 80

SMP 1 16,67 1 7,14 2 20SMA 0 0 0 0 0 0Perguruantinggi

0 0 1 7,14 0 0

Total 6 100 14 100 10 100

Statuspenguasaanlahan

Pemilik 6 100 14 100 1 10Tenagakerja

0 0 0 0 9 90

Total 6 100 14 100 10 100Pengalamanberusahatani(tahun)

<10 0 0 2 14,29 2 2010-20 4 66,67 4 28,56 0 030-40 2 33,33 6 42,86 5 50>40 - - 2 14,29 3 30

Total 6 100 14 100 10 100Luas lahan <1 ha 4 66,67 2 14,29 1 10

1-2 ha 2 33,33 11 78,57 0 0>2 ha 0 0 1 7,14 0 0Tidak adalahan

0 0 0 0 9 90

Total 6 100 14 100 10 100Frekuensimendapatkanpenyuluhantentangbudidayagandum

< 3 kali 5 83,33 6 42,86 9 903 – 5 kali - - 6 42,86 - ->5 kali

1 16,67 2 14,29 1 10

Total 6 100 14 100 10 100

Tabel 1 Karakteristik Petani Responden

Sumber: analisis data primer (2019)

oleh lama pengalaman 10-20 tahun dan diKlaten didominasi oleh lama pengalaman 30-40 tahun. Di tiga wilayah penelitian, terbuktibahwa mata pencaharian pertanian merupakanmata pencaharian utama sejak lama.

Fenomena bahwa petani di negara kitamerupakan petani lahan sempit, tertangkap di

181

Page 7: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

Persepsi Petani Terhadap Budidaya Gandum Tropis (M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti)

penelitian ini. Mayoritas petani di Demakmemiliki luas lahan kurang dari 1 ha. Dominasiluas lahan di Boyolali adalah di lahan 1-2 hadengan frekuensi 78,57%, dan hampir seluruhpetani responden Klaten tidak memiliki lahanpertanian. Di Klaten, diketahui bahwa hanya10% dari area pertanian memiliki luas <1 ha,dengan 90% sisanya petani tidak memiliki tanahsecara pribadi, tetapi hanya sebagai buruh tani.Luas tanah rata-rata di Klaten adalah ± 0,025ha. Hasil ini menunjukkan bahwa luas lahanpertanian di ketiga wilayah tersebut didominasioleh luas <1 ha dan pada luas 1-2 ha.Fenomena penyempitan lahan sawah di Klatensesuai dengan yang didapatkan dalam penelitianNugroho dkk (2017) bahwa di KabupatenKlaten terjadi perubahan penggunaan lahansawah ke non sawah mengalami peningkatanselama 2004 sampai 2014.

Mayoritas responden di Demak dan Klatenmenghadiri sosialisasi budidaya gandum dibawah 3 kali, sementara mayoritas responden

di Kabupaten Boyolali memiliki 3 - 5 kaliperluasan budidaya gandum. Pembimbinganbudidaya di Boyolali oleh narasumber lebihaktif, sedangkan di Kabupaten Demak danKlaten metode introduksi melalui penyuluhanumum dilanjutkan dengan koordinasi terbataspada koordinator di masing-masing daerah yangselanjutnya.

Persepsi petani tentang kecocokan kondisilingkungan untuk budidaya gandum ditampilkanpada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa petani diKabupaten Boyolali cenderung menganggapkondisi lingkungan yang cocok untuk budidayagandum, sedangkan responden di KabupatenKlaten dan Kabupaten Demak cenderungberpikir bahwa kondisi lingkungan tidak cocokuntuk budidaya gandum. Petani tembakau diBoyolali memiliki persepsi yang lebih tinggiterhadap kecocokan lingkungan terhadapbudidaya gandum antara lain dipengaruhi oleh

Boyolali Sangat setuju Setuju Neutral Tidak setuju Sangat tidaksetuju

Total

Freq. % Freq. % Freq % Freq. % Freq. % FreqTanah 2 14.29 4 28.57 5 35.71 3 21.43 - - 100Suhu 2 14.29 6 42.85 3 21.43 3 21.43 - - 100Curah Hujan - - 2 14.29 3 21.43 9 64.28 - - 100Penyinaran 2 14.29 5 35.71 5 35.71 2 14.29 - - 100

Klaten Sangat setuju Setuju Neutral Tidak setuju Sangat tidaksetuju

Total

Freq. % Freq. % Freq % Freq. % Freq. % FreqTanah - - 2 20 4 40 4 40 - - 100Suhu - - - - 2 20 6 60 2 20 100Curah Hujan - - - - 4 40 5 50 1 10 100Penyinaran - - - - 4 40 6 60 - - 100

Demak Sangat setuju Setuju Neutral Tidak setuju Sangat tidaksetuju

Total

Freq. % Freq. % Freq % Freq. % Freq. % FreqTanah 1 16.67 1 16.67 1 16.66 2 33.33 1 16.67 100Suhu - - - - 3 50 2 33.33 1 16.67 100Curah Hujan - - - - 2 33.34 2 33.33 2 33.33 100Penyinaran - - 1 16.67 2 33.33 - 50 - - 100

Sumber: analisis data primer (2019)

Tabel 2 Persepsi Petani Kecocokan Kondisi Lingkungan Usahatani bagi Budidaya Gandum

182

Page 8: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 177-191

pemahaman petani tentang syarat tumbuhbudidaya gandum yang diterima dari penyuluhdengan pemahaman kondisi lingkungan diwilayah pertaniannya. Pemahaman yang baiktentang syarat tumbuh gandum dipengaruhimetode sosialisasi dan penyuluhan yangdilakukan, seperti disimpulkan penelitian Zulvera(2014) dan Sugiarta dkk (2017) yang menyata-kan bahwa ketepatan metode, kesesuaianmateri, kesesuaian model komunikasi,kompetensi penyuluh dan frekuensi penyuluhanternyata berhubungan secara positif denganperilaku dan pengetahuan petani.

Persepsi Petani tentang Budidaya Gandum

Persepsi petani tentang budidaya gandumdiukur dari beberapa kategori, termasukbudidaya gandum menguntungkan, budidayagandum mudah, budidaya gandum memiliki

Source: analisis data primer (2019)

Boyolali Sangat setuju Setuju Neutral Tidak setuju Sangat tidaksetuju

Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek. %.Keuntungan 2 14.29 5 35.71 6 42.86 1 7.15 - -Kerumitan 2 14.29 5 35.71 5 35.71 2 14.29 - -Resiko - - 2 14.28 6 42.86 6 42.86 - -Harga - - 7 50 7 50 - - - -

Klaten Sangat setuju Setuju Neutral Tidak setuju Sangat tidaksetuju

Frek. % Frek. % Frek. % Frek %. Frek %Keuntungan - - - - 1 10 6 60 3 30Kerumitan - - 2 20 4 40 2 20 2 20Resiko - - - - - - 5 50 5 50Harga - - 4 40 3 30 3 30 - -

DemakSangat setuju Setuju Neutral Tidak setuju Sangat tidak

setujuFrek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek. %

Keuntungan - - - - 1 16.67 2 33.33 3 50Kerumitan - - 1 16.67 1 16.66 3 50 1 16.67Resiko - - - - 1 16.67 4 66.66 1 16.67Harga - - 2 33.33 3 50 1 16.67 - -

Tabel 3 Persepsi Petani

risiko kegagalan panen rendah dan budidayagandum memiliki harga jual yang tinggi.

Tabel 3 menunjukkan bahwa di KabupatenBoyolali, mayoritas petani menjawab netraldengan persentase 42,86% untuk pernyataanbahwa menanam gandum menguntungkan,sementara hanya 7,15% responden jawabtidak setuju. Jawaban netral menunjukkanpetani masih ragu-ragu dengan potensiusahatani gandum dalam menghasilkankeuntungan. Pasar gandum belum banyakdiketahui oleh petani, oleh karena itujawaban petani cenderung ragu. Dalamkategori budidaya mudah, respondenmenjawab masing-masing dengan persentase35,71% untuk jawaban yang disetujui dannetral, sebanyak 14,29% menjawab sangatsetuju dan tidak setuju. Persepsi petaniterhadap kemudahan budidaya gandum

183

Page 9: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

Persepsi Petani Terhadap Budidaya Gandum Tropis (M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti)

cenderung rendah, artinya masih cukup banyakpetani menganggap budidaya gandum sulit tidaksemudah usahatani tembakau yang telahmereka lakukan sejak lama. Dalam kategoririsiko kegagalan panen rendah, 42,86%responden menjawab netral dan tidak setuju,sisanya menjawab setuju dengan persentase14,29%. Dalam kategori harga jual tinggi,responden menjawab hal yang sama padapilihan jawaban setuju dan netral denganmasing-masing 50%. Distribusi jawaban petanidi Boyolali dipengaruhi oleh kondisi yang petanialami selama budidaya tembakau. Risiko dalambertanam tembakau dapat dikatakan tinggi,seperti yang didapatkan dalam penelitianIhsannudin (2010), bahwa sebagian besarpetani yang melakukan usahatani tembakaujenis Temanggung maupun jenis Muntilanmengalami kerugian karena pengaruh iklim.Risiko yang dihadapi petani tembakau, meliputirisiko produksi yang dipengaruhi cuaca, risikofluktuasi harga jual, dan risiko pendapatan.

Di Kabupaten Klaten, mayoritas petanimenjawab bahwa mereka tidak setuju denganpersentase 60% untuk pernyataan bahwapenanaman gandum menguntungkan, sementara30% lainnya menjawab sangat tidak setuju.Dalam kategori kemudahan budidaya,responden menjawab 40% netral, 20% setuju,20% tidak setuju dan 20% sisanya sangat tidaksetuju. Sedangkan pada risiko kegagalan panenyang rendah, masing-masing 50% menjawabtidak setuju dan sangat tidak setuju. Dalamkategori harga jual tinggi, responden menjawabsetuju sebanyak 40%, sisanya 30% menjawabnetral dan 30% tidak setuju. Distribusi jawabanpetani padi Klaten terhadap budidaya gandum

yang ditampilkan di Tabel 3, dipengaruhi denganpengalaman dan kondisi usahatani padi yangdihadapi petani. Pengalaman yang lama dalamberusahatani padi menghasilkan suatu penyim-pulan bahwa budidaya padi dianggap tidakrumit dan lebih menguntungkan dibandingkanbudidaya gandum. Di sisi lain, petani mengang-gap usahatani padi memiliki risiko yang rendah,seperti yang diungkapkan dalam penelitianFauziyah (2011) menyatakan tingkat risikoproduktivitas, biaya, dan pendapatan usahatanipadi termasuk dalam kategori rendah.

Di Kabupaten Demak, mayoritas petanimenjawab sangat tidak setuju dengan persentase50% untuk pernyataan bahwa penanamangandum menguntungkan, sedangkan 33,33%dalam kategori kemudahan budidaya, respondenmenjawab tidak setuju, 16,67% menjawabnetral. Sementara dalam kategori risiko gagalpanen rendah, 66,66% responden menjawabtidak setuju, sisanya 16,67% menjawab sangattidak setuju dan 16,67% menjawab netral.Dalam kategori harga jual tinggi, respondenmenjawab netral sebanyak 50%, 33% lainnyasetuju, sedangkan 16,67% responden lainmenjawab tidak setuju. Persepsi petani padi diDemak terhadap budidaya gandum yangcenderung meragukan capaian keuntungan,kemudahan budidaya, dan harga jual yangkurang menguntungkan seperti pada Tabel 3,dipengaruhi oleh pengalaman usahatani yanglama dan pendekatan introduksi yang dilakukanoleh penyuluh atau pemberi program. Pen-dekatan introduksi yang kurang intensifmempengaruhi pengetahuan dan sikap petaniterhadap teknologi yang diintroduksikan.Frekuensi penyuluhan yang relatif jarang

184

Page 10: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 177-191

menyebabkan informasi yang lengkap dan rinciditerima petani dalam kapasitas yang terbatas.

Motivasi Petani untuk MembudidayakanGandum

Tabel 4 menunjukkan bahwa motivasi individupetani untuk membudidayakan gandum, diBoyolali didorong oleh motivasi ekonomi, sosialdan ekologi yang tinggi, yang masing-masingberkisar antara 50%, 57,14% dan 50%.Sementara di Klaten, motivasi yang mendorongpetani untuk menanam tanaman alternatif adalahtinggi dalam kategori motivasi ekonomi dansosial, yang masing-masing adalah 60% dan50%, sedangkan motivasi ekologis netral adalah60%. Di Demak 50% responden menjawabnetral untuk pilihan motivasi ekonomi, dan dalamkategori motivasi sosial dan ekologis rendah,yang masing-masing dalam persentase 50%.

Source: analisis data primer (2019)

Boyolali Sangat setuju Setuju Neutral Tidak setuju Sangat tidaksetuju Total

Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % %Ekonomi 3 21.43 8 57.14 3 21.43 - - - - 100Sosial 2 14.29 9 64.29 2 14.29 1 7.14 - - 100Ekologi 1 7.14 8 57.14 4 28.57 1 7.14 - - 100

Klaten Sangat setuju Setuju Neutral Tidak setuju Sangat tidaksetuju Total

Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek.Ekonomi - - 6 60 4 40 - - - - 100Sosial 1 10 5 50 4 40 - - - - 100Ekologi - - 4 40 6 60 - - - - 100

Demak Sangat setuju Setuju Neutral Tidak setuju Sangat tidaksetuju Total

Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek.Ekonomi 2 33.33 1 16.67 3 50 - - - - 100Sosial 1 16.67 2 33.33 - - 3 50 - - 100Ekologi - - 3 50 - - 3 50 - - 100

Tabel 4 Motivasi Individual Petani untuk Membudidayakan Gandum

Menurut hasil survei, petani di Boyolali danDemak lebih suka menanam gandum karenaalasan ekonomi dan sosial, sedangkan petaniKlaten termotivasi membudidayakan gandumterlebih karena motivasi ekonomi. Surveimenemukan bahwa petani di 3 kabupatentersebut termotivasi menanan gandum, artinyahal ini menjadi peluang yang baik untukmelakukan program diversifikasi tanaman selaintanaman yang biasa ditanam petani. Teknologibaru diharapkan menjadi sesuatu yang menarikbagi petani untuk diujicoba lebih lanjut.

Hasil Analisis Korelasi

Tabel 5 menunjukkan hasil analisis korelasiantara faktor internal dan faktor eksternaldengan persepsi petani, dan korelasi antarapersepsi petani dan motivasi petani untukmembudidayakan gandum.

185

Page 11: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

Persepsi Petani Terhadap Budidaya Gandum Tropis (M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti)

Keterangan: *signifikan pada level kepercayaan 5%

Tabel 5 Analisis Korelasi Persepsi petani tentang Budidaya Gandum dengan Karakteristik dan Motivasi Petani

Tabel 5 menunjukkan variabel umur (X1)memiliki nilai signifikansi 0,718 dimana variabeltersebut dinyatakan berkorelasi jika nilainya<0,05, sehingga dapat dikatakan bahwavariabel X1 tidak signifikan berkorelasi denganpersepsi petani dalam budidaya gandum. Nilaikoefisien korelasi berada pada -0,069, dimananilai ini berarti bahwa variabel tersebut memilikihubungan korelasi yang sangat lemah denganY. Arah korelasi antara variabel X1 dan persepsipetani (Y) negatif, ini menunjukkan bahwahubungan antara usia dan Persepsi petani tidaksearah, artinya semakin tinggi atau rendahnyanilai variabel umur tidak berkaitan dalammeningkatkan atau menurunkan persepsi petanitentang budidaya gandum. Hasil ini berbandingterbalik dengan penelitian sebelumnya dari Samet al (2018) dan Ansari et al (2018), bahwausia ditemukan berhubungan signifikan denganpersepsi petani. Ini mungkin karena budidayagandum masih relatif baru di Indonesia, terutamadi Jawa Tengah, berbeda dengan budidaya

lainnya dan teknik pertanian organik yang sudahakrab diusahakan oleh petani, sehingga hasilpersepsi berbeda dan tidak berkorelasi antarausia petani. dan persepsi petani tentangbudidaya gandum.

Variabel pendidikan (X2) memiliki nilaisignifikansi 0,891, dimana nilai ini> 0,05sehingga variabel X2 tidak berkorelasi signifikandengan persepsi petani dalam budidaya gandum(Y). Nilai koefisien korelasi pada variabel X2

adalah pada nilai -0,026, di mana nilai dalamkisaran ini diklasifikasikan dalam kategorikorelasi yang sangat lemah. Arah korelasi antaravariabel X2 dan Y adalah negatif, sehinggakenaikan atau penurunan nilai variabel X2 tidakdalam arah yang sama dengan penurunan ataupeningkatan Y. Hasil ini berbanding lurus denganpenelitian sebelumnya yang dilakukan olehWijayanti et al (2015) bahwa variabel pendidikantidak secara signifikan mempengaruhi responpersepsi petani dengan adanya inovasi budi-daya sorgum. Sebaliknya, Ansari et al (2018)

186

Page 12: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 177-191

menemukan bahwa pendidikan secara signifikanterkait dengan persepsi petani. Hasil ini didugakarena budidaya gandum yang masih baru diIndonesia, terutama di Jawa Tengah, sehinggapetani masih tidak tahu secara dekat tentangbudidaya gandum, dan tingkat pendidikan tidakberkorelasi dalam hal persepsi petani.

Variabel pengalaman bertani (X3) memiliki nilaisignifikansi 0,900, dimana nilai ini> 0,05,sehingga dapat disimpulkan bahwa variabelpengalaman bertani tidak berkorelasi signifikandengan persepsi petani terhadap budidayagandum (Y). Nilai koefisien korelasi beradapada -0,024, di mana nilai ini termasuk dalamkategori hubungan korelasi yang sangat lemah.Arah korelasi variabel X3 juga tidak sejalandengan persepsi petani (Y). Sehinggapeningkatan atau penurunan X3 tidak terkaitdengan peningkatan atau penurunan Y. Temuanserupa ditemukan dalam penelitian sebelumnyaoleh Widiyastuti et al (2016), bahwa durasipengalaman bertani tidak mempengaruhi petani.persepsi pengembangan sistem SRI, tetapiAnsari et al (2018) menemukan bahwapengalaman bertani berhubungan secarasignifikan dengan persepsi petani. Pengalamanbertani dalam penelitian ini adalah pengalamanbertani tanaman asli (padi dan tembakau) yangmemiliki karakteristik persyaratan tumbuh dancara budidaya yang sangat berbeda denganbudidaya gandum, sehingga sangat realistis jikapengalaman bertani tidak berhubungan. denganpersepsi petani mengolah gandum.

Variabel status petani (X4), diketahui memilikinilai signifikansi 0,001, dimana nilai ini <0,05sehingga dapat dikatakan bahwa variabel X4

berkorelasi sangat signifikan terhadap persepsi

petani dalam budidaya gandum (Y). Nilaikoefisien korelasi untuk variabel X4 adalah0,559 **, nilai dalam rentang ini menunjukkankorelasi antara X4 dan Y dalam kategori kuat.Arah korelasi antara variabel X4 dan Y adalahpositif, sehingga kenaikan atau penurunan nilaipada variabel X4 sejalan dengan penurunan ataupeningkatan Y. Hasil ini diduga karenapeningkatan kepemilikan tanah oleh petani jugameningkatkan persepsi untuk menanamgandum.

Luas lahan (X5) memiliki nilai signifikansi 0,000,dimana nilai ini lebih dari <0,05, sehingga dapatdiartikan bahwa variabel X6 memiliki korelasiyang sangat signifikan terhadap persepsi petanidalam budidaya gandum (Y). Koefisien korelasipada variabel X5 ini adalah 0,751, di manadalam kisaran ini korelasi memiliki korelasi yangkuat. Arah korelasi antara variabel X6 dan Ymenunjukkan nilai positif, sehingga semakintinggi variabel X6 juga akan meningkatkan nilaiY. Hasil ini berbanding terbalik denganpenelitian Wijayanti et al (2015) bahwa variabelluas lahan memiliki tidak ada pengaruh yangsignifikan terhadap persepsi atau respons petaniterhadap inovasi budidaya akuakultur. Rogers(1995) menyatakan bahwa petani yang lebihbesar cenderung mengadopsi teknologi barusebelumnya.

Frekuensi ekstensi (X6) memiliki nilai signifikansi0,127, dimana nilai ini> 0,05, sehingga dapatdiartikan bahwa variabel X7 tidak berkorelasisignifikan dengan persepsi petani dalambudidaya gandum (Y). Nilai koefisien korelasipada variabel X7 ini adalah 0,285, dimana padarentang nilai 0,26 - 0,50 adalah nilai koefisienkorelasi dengan indikator korelasi yang cukup.

187

Page 13: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

Persepsi Petani Terhadap Budidaya Gandum Tropis (M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti)

Arah korelasi antara variabel X7 dan Ymenunjukkan nilai positif, sehingga semakintinggi variabel X7 juga akan meningkatkan nilaiY. Hasil ini berbanding lurus dengan hasilpenelitian Ginting et al (2011) bahwa intensitasekstensi pertanian tidak berpengaruh padapersepsi petani tentang inovasi teknologi.

Variabel kondisi lingkungan pertanian (X7)memiliki nilai signifikansi 0,108, dimana nilai ini>0,05, sehingga dapat diartikan bahwa variabelX7 tidak berkorelasi signifikan dengan persepsipetani dalam budidaya gandum (Y). Koefisienkorelasi dalam variabel X8 ini adalah 0,299, dimana dalam kisaran nilai ini menunjukkankedekatan hubungan dalam kategori yangcukup. Arah korelasi antara variabel X8 dan Ymenunjukkan nilai positif, sehingga variabel X8

yang lebih tinggi atau lebih rendah berkorelasidengan kenaikan atau penurunan Y. Hal inididuga karena responden menganggap bahwabudidaya gandum secara keseluruhan relatifmudah jika dilakukan dengan cara yang benarsehingga persepsi petani tentang kondisilingkungan tidak berkorelasi dengan persepsipetani tentang budidaya gandum. Hasil yangdiperoleh dari analisis korelasi menunjukkanbahwa variabel status petani, motivasi dan luaslahan memiliki korelasi dengan persepsi petanidalam budidaya gandum (Y).

Variabel motivasi (Z), diketahui memiliki nilaisignifikansi 0,015, dimana nilai ini <0,05sehingga dapat dikatakan bahwa variabelmotivasi berkorelasi signifikan dengan persepsipetani dalam budidaya gandum (Y). Nilaikoefisien korelasi yang didapat adalah 0,440*,dimana nilai dalam rentang ini menunjukkankorelasi antara Z dan Y dalam tingkat cukup.

Arah korelasi antara variabel Z dan Y adalahpositif, sehingga kenaikan atau penurunan nilaipada variabel Z sejalan dengan penurunan ataupeningkatan Y. Hasil ini juga berbanding lurusdengan penelitian sebelumnya dimana variabelpersepsi petani berpengaruh nyata terhadaprespons petani terhadap inovasi budidayasorgum (Wijayanti et al, 2015).

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Responden di Kabupaten Demak cenderungmemiliki persepsi bahwa budidaya gandumsangat tidak menguntungkan, tidak mudahdiolah dan memiliki risiko kegagalan panenyang tinggi. Responden di Boyolali cenderungmemiliki persepsi bahwa gandum mudahdibudidayakan, tetapi memiliki risikokegagalan panen yang tinggi dan harga jualyang tinggi. Responden di KabupatenKlaten cenderung memiliki persepsi bahwabudidaya gandum tidak menguntungkan danmemiliki risiko kegagalan panen yang tinggi,tetapi memiliki harga jual yang tinggi.

2. Ada hubungan yang signifikan antaravariabel status petani (X4), luas lahan (X6),dan persepsi petani dalam budidaya gandum(Y). Persepsi petani berhubungan denganmotivasi petani untuk mengolah gandum (Z).Tidak ada hubungan yang signifikan padaumur (X1), pendidikan (X2), pengalamanbertani (X3), frekuensi konseling (X7), dankondisi lingkungan pertanian (X8) padapersepsi petani tentang budidaya gandum (Y).

188

Page 14: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 177-191

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial. RinekaCipta, Jakarta.

Ansari, Mohammad Aslam, Sharad Joshi,Rupan Raghuvanshi. 2018. Under-standing Farmers Perceptions aboutclimate Change: a Study in a NorthIndian State. Advances in Agricultureand Environmental Science: OpenAccess. Ology Press.

Burgess, P. 1971. Reasons for adult parti-cipation in group educationalactivities. Adult Education. 22 (1) 3-29.

Fauziyah, Elys. 2011. Manajemen Risiko padausahatani Padi sebagai Salah SatuUpaya dalam mewujudkan KetahananPangan Rumahtangga (Studi Kasus diDesa Telang Kecamatan Kamal. http://pertanian.trunojoyo.ac.id.

Ginting, M., Thomson, S., dan Iskandarini.2011. Farmer Social EconomicsFactors Analysis toward Lan area ofBawang Merah based upon FarmerOpinion in Dairi Regency. Thesis ofAgribusiness Program, AgricultureFaculty. USU.

Ihsannudin. 2010. Risiko UsahataniTembakau di Kabupaten Magelang.Embryo Vol. 7. No. 1. http://pertanian.trunojoyo.ac.id.

Kurnia, Theresa Dwi, Nugraheni Widyawati,Djoko Murdono, Endang Pudjihartati.2016. Agronomic Traits of Wheat(Triticum Aestivum L) Genotypes inTropical Lowland in Indonesia .AGRIC Vol. 28 No. 1 dan 2. 2016: 95-104.

Liu, Hongbin and Xiaojuan Luo. 2018.Understanding Farmers’ Perceptionsand Behaviors towards FarmlandQuality Change in Northeast China:A Structural Equation ModellingApproach.Sustainability. www.mdpi.com/journal/sustainability.

Morgan, C.T. 1966. A Brief Introduction toPsychology. Mc. Graww-Hill BookCompany. New York.

Nugroho, Adi Setyo, Ananto Aji, AriyaniIndrayati, 2017. PerubahanPenggunaan Lahan Sawah MenjadiNon Sawah dan Pengaruhnya terhadapKeberlanjutan Sawah Lestari diKabupaten Klaten. Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) 6(2)(2017). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage.

Nur, A., Khumaida, N., Yahya, S., 2012.Evaluation and Genetics Variations of12 Wheat Genotypes, Introduction inWet Tropical Environment. Agrivigor11: 230–243.

Roger, E.M., dan F.F, Shoemaker. 1971.Communication of Innovation. ACross Cultural Approach.The FreePress. New York.

Rogers, E. M. 1995. Diffusion of Innovations.New York: The Free Press,

Sam, U.S., Ali M.S.S, Arsyad, M. 2018.Farmers Perceptions to Organic LadaFarming and Non-organik. Agriculture SocialEconomics Journal 14(2): 121 – 132.

Soekartawi, 2005. Fundamental Principlesof Agriculture Communication. UI Press.Jakarta. 137 pages.

189

Page 15: PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA GANDUM TROPIS

Persepsi Petani Terhadap Budidaya Gandum Tropis (M. Alfian Happy Pramuditya dan Tinjung Mary Prihtanti)

Sugiarta, Putu, IGAA Ambarawati, I GedeSetiawan Adi Putra. 2017. PengaruhKinerja Penyuluh Pertanian terhadapPerilaku Petani pada penerapanTeknologi PTT dan ProduktivitasPadi di Kabupaten Buleleng. JurnalManajemen Agribisnis Vol 5 No. 2Oktober 2017: 34-42.

Wijayanti, Alvitri, Subejo, Harsoyo. 2015.Respons Petani terhadap InovasiBudidaya dan Pemanfaatan Sorgumdi Kecamatan Srandak KabupatenBantul. Agro Ekonomi 26, No 2,Desember 2015: 179-191.

Widiyastuti, Widianti, E., Sutarto. 2016.FarmersPerceptions toward System of RiceIntensification (SRI) in Moga subdistrict, Pemalang regency. AgristaJournal 4(3) September 2016 p. 476- 48.

Winardi. 2000, Kepemimpinan DalamManajemen Jakarta. Rineka Cipta.

Zulvera. 2014. Faktor Penentu Adopsi SistemPertanian Sayuran Organik danKeberdayan Petani di ProvinsiSumatera Barat. Disertasi. http://repository.ipb.ac.id/handle/12345678 9/70102. Bogor: IPB.

***

190