persalinan normal

57
1 BAB I STATUS PENDERITA A. PENDAHULUAN Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono, 1999). Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan. B. IDENTITAS PENDERITA Nama : Ny. F Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : IRT Pendidikan : SMA Agama : Islam Alamat : Buring, malang Status perkawinan : Menikah Suku : Jawa Tanggal Periksa : 21 Novenber 2012

Upload: cumi-cumi-cinta

Post on 06-Aug-2015

90 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

paper

TRANSCRIPT

1

BAB I STATUS PENDERITA

A.

PENDAHULUAN Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono, 1999). Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 1113, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.

B.

IDENTITAS PENDERITA : Ny. F : 28 tahun : Perempuan : IRT : SMA : Islam : Buring, malang : Menikah : Jawa : 21 Novenber 2012

Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Status perkawinan Suku Tanggal Periksa

C.

ANAMNESIS 1. Keluhan Utama : Kenceng-kenceng 2. Keluhan tambahan : Mual, lemes, sakit kepa

2

3. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dari poli kebidanan dan kandungan pada jam 22.30 WIB dalam keadaan lemas setelah muntah-muntah, dalam sehari 6x, mualmuntah terus menerus sejak 1 bulan yang lalu. Muntah kadang berisi makanan, kadang cair, darah (-), semua yang dimakan selalu dimuntahkan, sehingga pasien merasa lemas. Pasien juga mengeluh sakit kepala, sakit kepala dirasakan tiap setelah muntah-muntah. nyeri perut (-), diare (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan. Sebelumnya pasien sudah periksa ke bidan, dikasih obat, tapi keluhan tidak berkurang, Karena khawatir maka pasien segera dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Ini merupakan kehamilan ketiga. HPHT 28-072012. Saat ini usia kehamilan pasien 11 minggu. 4. Riwayat Penyakit Dahulu : - Riwayat mondok - Riwayat sakit gula - Riwayat sakit kejang - Riwayat alergi obat - Riwayat alergi makanan - Riwayat alergi cuaca : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : ikan laut : dingin

5. Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya : kehamilan kedua pernah seperti ini, namun tidak sampai MRS, persalinan pertama dan kedua normal, cukup bulan, anak pertama ditolong bidan, persalinan kedua di RSUD dan anaknya kembar. 6. Riwayat Menstruasi dan Kontrasepsi : Menarche usia 13 tahun. Siklus teratur, 30 hari (tiap tanggal 28), selama 5-6 hari, terbanyak pada hari kedua dan ketiga (3 pembalut ukuran biasa sehari). Perdarahan diluar siklus haid (-). Setelah melahirkan anak pertama pasien menggunakan KB suntik tiap 3 bulan, kemudian berhenti, setelah melahirkan anak ke dua pasien menggunakan kb suntik juga tiap 1 bulan.

3

7. Riwayat Ante Natal Care : Rutin kontrol ke bidan 1 bulan sekali, USG 1x 8. Riwayat Pengobatan : Sudah periksa kebidan, dikasih obat, namun keluhan tidak berkurang. 9. Riwayat Penyakit Keluarga : - Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal - Riwayat hipertensi - Riwayat sakit gula - Riwayat jantung - Riwayat sakit lain 10. Riwayat Kebiasaan : - Riwayat merokok - Riwayat minum alkohol - Riwayat olah raga - Riwayat pengisian waktu luang 11. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien aktif dalam kegiatan masyarakat. Penghasilan total keluarga kurang lebih 1-2juta, cukup untuk sehari-hari 12. Riwayat Gizi : Semenjak mual muntah, nafsu makan menurun, hanya minum susu untuk ibu hamil saja. : disangkal : disangkal : sering fitnes : tidur : pasien tidak tahu : disangkal : disangkal : disangkal

D. 1. 2. 3.

ANAMNESIS SISTEM Kulit Kepala Mata : kulit gatal (-), : sakit kepala (+), : pandangan mata berkunang-kunang (+/+), penglihatan kabur (-/-), ketajaman penglihatan dalam batas normal 4. 5. Hidung Telinga : tersumbat (-/-), mimisan (-/-) : pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-), keluar cairan (-/-) 6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (+), lidah terasa pahit (+)

4

7. 8. 9.

Tenggorokan Pernafasan

: sakit menelan (-), serak (-) : sesak nafas (-), batuk lama (-)

Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun (+), perut kenceng-kenceng (-) 11. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah dalam batas normal 12. Neurologik : kejang (-), lumpuh (-), kesemutan dan rasa tebal pada kedua kaki (-) 13. Psikiatri : emosi stabil, mudah marah (-)

14. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri/liu-linu pada lutut kanan-kiri (-), nyeri otot (-) 15. Ekstremitas o Atas kiri o Bawah kanan o Bawah kiri : : bengkak (-), sakit (-), luka (-) : bengkak (-), sakit (-), luka (-) : bengkak (-), sakit (-),luka (-) : bengkak (-), sakit (-), luka (-) o Atas kanan

E. 1. 2.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : compos mentis, tampak lemas, GCS : 456 Tanda Vital Tensi Nadi : 90/70 mmHg : 94x/menit : 37 oC : 158 : 52 :

Pernafasan : 18x/menit Suhu TB BB 3. Kulit

Kulit sawo mtang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (+), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-). 4. Kepala :

Luka (-), rambut tidak mudah di cabut, keriput (-), makula (-), papula (-), nodula (-).

5

5.

Mata

:

Mata cowong (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflek kornea (+/+), radang (-/-), warna kelopak mata (coklat kehitaman). 6. Hidung :

Nafas cuping hidung (-), secret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-). 7. Mulut :

Bibir pucat (+), bibir kering (+), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemi (-), gusi berdarah (-), sariawan (-). 8. Telinga :

Nyeri tekan mastoid (-/-), secret (-/-), pendengaran berkurang (-/-), cuping telinga dalam batas normal. 9. Tenggorokan : Tonsil membesar (-/-), faring hiperemis (-) 10. Leher :

Trakea di tengah, pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-). 11. Toraks Normochest, : simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi (-),

spidernevi (-), pulsasi intrasternalis (-), sela iga melebar (-)

Cor Inspeksi Palpasi Perkusi : ictus cordis tidak tampak : ictus cordis kuat angkat : Batas kiri atas Batas kanan atas Batas kiri bawah : ICS II linea para sternalis sinistra : ICS II linea para sternalis dekstra : ICS V linea medio clavicularis sinistra Batas kanan bawah Pinggang jantung : ICS IV linea para sterna dekstra : ICS II linea para sternalis sinistra (kesan jantung tidak melebar) Auskultasi : Bunyi jantug I-II intensitas noral, regular, bising (-)

6

Pulmo Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri, benjolan (-), luka (-) Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-), krepitasi (-) Perkusi : Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler

+ +

+

Suara tambahan : Ronkhi -

+ wheezing -

+

12. Sistem Collumna Vertebralis : Inspeksi Palpasi Perkusi : Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) : Nyeri tekan (-) : NKCV (-)

13. Ektremitas : palmar eritema (-/-) Akral dingin - - Odem :

16. Pemeriksaan Neurologik

7

Kesadaran Fungsi luhur Fungsi vegetative Fungsi sensorik

: GCS E4V5M6 : dalam batas normal : dalam batas normal : N N N N 5 5 N N N N 2 2 RF 2 2 RP -

Fungsi motorik

: 5 5

Kekuatan

Tonus

17. Pemeriksaan Psikiatrik Penampilan Kesadaran Afek Psikomotor Proses piker

:

: Perawatan diri baik : Kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis : Appropriate : Normoaktif : Bentuk Isi Arus Insight : realistik : waham (-), hausinasi (-), ilusi (-) : koheren : Baik

Status Obstetri : Abdomen Inspeksi : : Dinding perut lebih tinggi dibanding dinding dada, stria keunguan dan linea nigra (+), Auskultasi : Bising usus 6x/menit, Palpasi : supel, massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, TFU 2 jari diatas sympisis Perkusi : timpani :

Sistem genetalia

Inspeksi v/v : Mukosa vagina kebiruan, pervaginam keluar keputihan (-), ketuban merembes (-).

8

F.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 18 September 2012 Darah Lengkap Item periksa Hemoglobin Leukosit LED Trombosit PCV/HCT Eritrosit Diff.count Hitung jenis Eosinofil Hitung jenis Basofil Hitung jenis N.Stab. Hitung jenis N.Segmen Hitung jenis Lymphosit Hitung jenis Monosit 1 1 0 66 22 4 13 01 26 50 70 20 40 28 Hasil Pemeriksaan 12,8 8.800 271.000 41 4,3 Nilai Normal 12 16 4 10 2 20 150 400 37 48 45 Satuan g/dl Ribu/mm3 mm/jam Ribu/mm3 % Juta/mm3

Urin Lengkap Item periksa Warna pH/Berat Jenis Albumin Reduksi Bilirubin Urobilin Keton Nitrit Eritrosit Leukosit Epitel Hasil Pemeriksaan Kurang agak keruh 6,5/1,015 +3 +1 0-1 3-4 0-1 Nilai Normal Jenih 4,6-8,0/1,003-1,030 Negatif Negative Negatif Negatif Negatif Negatif 01 01 01

9

Kristal Bakteri

+

Negatif Negatif

G.

RESUME Pasien datang dari poli kebidanan dan kandungan pada jam 22.30 WIB dengan keluhan mual dan muntah-muntah sejak 1 bulan kehamilan, sehingga lemas. Karena khawatir maka pasien segera dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Ini merupakan kehamilan ketiga. Saat ini usia kehamilan pasien 11 minggu. Pasien pernah mengalami seperti ini pada kehamilan kedua, tetapi tidak sampai MRS. Nafsu makan pasien menurun, hanya minum susu saja, sehingga lemas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemas, compos mentis, GCS 456. Tanda vital tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 94x/menit, suhu 37oC. Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap tidak didapatkan kelainan,namun pada pemeriksan urinalisis didapatkan urobilin dan keton positif.

H.

DIAGNOSA KERJA G3P2003Ab000 usia kehamilan 11 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat I

I.

PENATALAKSANAAN 1. Non-medikamentosa KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) a. Banyak berdoa kepada Allah dan selalu mengingat Allah, banyak membaca sholawat/dzikir. b. Memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan yang positif mendukung penegakan diagnosis. c. Memberikan informasi tentang diagnosis Ny.N kepada suaminya. d. Memberikan pegertian kepada pasien tentang keharusan untuk mengurangi stress dan beban pikiran karena dengan begitu dapat memperbaiki kondisi pasien dan janinnya. Kepada keluarganya harus terus memberikan dukungan kepada pasien.

10

e. Memberikan informasi tentang makanan yang sebaiknya dikonsumsi pasien, yaitu makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan protein dengan tambahan satu butir telus setiap hari. f. Memberikan pengertian kepada pasien untuk istirahat yang cukup, dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. 2. Medikamentosa Infus RL 28 tpm dilanjutkan RD5 36 tpm Drip vomceran 4mg 2x1 Neurobion (drip) 500 mg 1 x 1 / hari

J.

PLANNING DIAGNOSA Cek DL-UL, keton urin

K.

FOLLOW UP Tanggal 18 September 2012 S O : mual (+), muntah (-), sakit kepala (+), sudah bisa makan : KU cukup, kesadaran: CM, T: 100/80 mmHg, N: 73x/menit, S: 37C. TB : 158 cm, BB : 52kg A : G3P2003Ab000 UK 11 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat I P : Infus RD5 36 tpm drip neurobion 2x1 / hari selang-seling dengan vomceran 4mg

Tanggal 19 September 2012 S O : mual (-), muntah (-), sakit kepala (-) : KU cukup, kesadaran: CM, T: 100/70 mmHg, N: 76x/menit, S: 36C.

11

A

: G3P2003Ab000 UK 11 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat I

P

: Infus RD5 36 tpm drip neurobion selang-seling dengan vomceran 4mg

L.

FLOW SHEET No. 1. Tanggal 18-9-2012 Vital Sign T : 90/80 S : 37oC N : 88x/m TB : 158 BB : 52 2. 19-9-2012 T : 100/70 S : 36oC N : 73x/m TB : 158 BB : 52 TFU 2 jari diatas sympisis mual(-) muntah(-) sakit kepala (-) Terapi medikamentosa dilanjutkan, Sttus lokalis TFU 2 jari diatas sympisis Keluhan mual(+) muntah(-) sakit kepala (+) Rencana Cek DL, UL, keton urin

M.

DIAGNOSIS HOLISTIK Ny. N, usia 33 tahun dengan usia kehamilan 11 minggu yang mengeluh lemas,mual muntah. Ny.N tinggal dalam bentuk keluarga nuclear family dengan kepala keluarga Tn.S. Hubungan Ny. N dengan keluarganya

harmonis. Ny. N adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan. 1. Diagnosis dari segi biologis: Working diagnosis: G3P2003Ab000 UK minggu 11 dengan Hiperemesis Gravidarum 1. Diagnosis dari segi psikologis: Hubungan Ny.N dengan suaminya Tn.S harmonis dan saling mendukung. 2. Diagnosis dari segi sosial:

12

Hubungan mereka dengan anggota masyarakat yang lain (tetangga) tidak ada masalah. Mengikuti kegiatan kemasyarakatan di rumahnya.

13

BAB II IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA

A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga Alamat Lengkap Bentuk Keluarga : Tn.S : klojen : nuclear family

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Klinik 1. Tn. S Suami (kepala keluarga) 2. Ny. N Istri P 33 thn SMK Pegawai di fitness center Ya G3P2003Ab000 UK 11 minggu dengan hiperemesis gravidarum 3. 4. 5. An.D An.D An.D Anak Anak Anak P L L 9 thn 4 thn 4 thn SD TK TK tidak tidak tidak sehat sehat sehat L 37 thn STM swasta Tidak Sehat Ket.

Kesimpulan: Keluarga Tn. S adalah nuclear family yang terdiri atas 5 orang. Bertempat tinggal di Jalan klampok kasri 2D/235 C, klojen, Malang. Terdapat satu orang yang menjadi pasien RSI, yaitu Ny. N umur 33 tahun. Diagnosa klinis pasien adalah G3P2003Ab000 UK 11 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum. Pasien bekerja sebagai pegawai difitnes center. Pasien tinggal bersama suami dan anak-anaknya.

14

B. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis : Keluarga terdiri dari pasien (Ny.N 33 tahun), suami (Tn. S 37 tahun), anak pertama (An.D 9 tahun), anak kedua kembar (An.D dan An.D 4 tahun). Diagnosis klinis Ny.N G3P2003Ab000 UK 11 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum. 2. Fungsi Psikologis : Hubungan Ny.N dengan suaminya Tn.S harmonis dan saling mendukung. 3. Fungsi Sosial : Hubungan mereka dengan anggota masyarakat yang lain (tetangga) tidak ada masalah. Mengikuti kegiatan kemasyarakatan di rumahnya. Kesimpulan : Fungsi holistik keluarga Tn.S dan Ny.N baik.

B. FUNGSI FISIOLOGIS ADAPTATION Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain. PARTNERSHIP Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

GROWTH Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. AFFECTION Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. RESOLVE

15

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. APGAR Terhadap Keluarga A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan 2 2 2 2 Tn.S 2 Ny.N 2

kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama SKOR APGAR skor = Fungsi fisiologis keluarga baik Keterangan Skoring : Hampir selalu Kadang kadang Hampir tak pernah : 2 poin : 1 poin : 0 poin : 10 10 2 2

Total APGAR score keluarga Tn.S adalah = (10+10) : 2 = 10 Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga Tn.S dan Ny.N baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM SCREEM SUMBER Social Cultural PATHOLOGY Ny.N ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya Dalam kesehariannya Ny.N dan keluarga menggunakan bahasa jawa KET -

16

Religius

Ny.N dan keluarga rajin beribadah sholat 5 waktu.

-

Economy

Tn.S bekerja swasta dan Ny.N bekerja sebagai pegawai ,penghasilan cukup untuk kehidupan sehari-hari. Tergolong keluarga menengah.

-

Education Tn.S lulusan STM, Ny.N lulusan SMK, namun tingkat pemahaman tentang kehamilan cukup. Medical Tn.S dan keluarganya datang ke poli kebidanan dan kandungan untuk mengantarkan istrinya Ny.N dengan usia kehamilan 11 minggu.

-

-

Kesimpulan : tidak didapatkan fungsi patologis pada keluarga Ny.N D. GENOGRAM KELUARGA

Tn.S 37 th

Ny.N 33 th

Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Penderita : Laki-laki telah meninggal

E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA Ny.N 33 thn

Tn.S 37 thn

An.D 9 thn

An.D 4 thn

An.D 4 thn

17

Keterangan : : hubungan baik : hubungan kurang baik Kesimpulan : interaksi keluarga ini baik

18

BAB III IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI KELUARGA

FAKTOR

PERILAKU

DAN

NON

PERILAKU

1. Faktor Perilaku Keluarga a. Pengetahuan Keluarga sangat memahami kehamilan dan kesehatan penderita. b. Sikap Keluarga ini peduli terhadap kehamilan penderita c. Tindakan keluarga rutin membawa Ny.N kontrol kehamilan ke bidan

2.

Faktor Non Perilaku a. Lingkungan Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memenuhi standar kesehatan. Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik dengan pencahayaan ruangan dan ventilasi rumah yang cukup memadai. Untuk kebutuhan air sehari-hari diperoleh dari PDAM b. Keturunan tidak ada faktor keturunan, namun saat kehamilan kedua juga pernah seperti ini. c. Pelayanan Kesehatan Keluarga Ny.N biasanya pergi kerumah sakit sebagai sarana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

19

PEMAHAMAN Keluarga sangat memahami kehamilan dan keluhan penderita

LINGKUNGAN - Rumah cukup memenuhi syarat rumah sehat - Aktif dalam kegiatan di masyarakat .KETURUNAN - Tidak ada factor keturunan. - Namun saat kehamilan ke dua juga pernah seperti ini.

SIKAP Keluarga sangat peduli kepada penderita

KELUARGA Ny.N 33 tahun

TINDAKAN Keluarga mengantar Ny.N ke poli kebidanan dan kandungan untuk memeriksakan kehamilannya dan kekhawatirannya tentang keluahan yang timbul.

PELAYANAN KESEHATAN Ny.N rajin ANC ke bidan. Apabila ada keluhan yang mengkhawatirkan, Ny.N diantar suaminy Tn.S pergi ke rumah sakit.

Keterangan : : F. perilaku : F. Non-perilaku

20

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH Lingkungan Luar Rumah (Fungsi Outdoor) : Tinggal di perkampungan dengan luas 12x10m Memiliki pagar, dan mempunyai serambi depan. Terdapat tempat jemuran di belakang rumah Jarak dengan tetangga berdempetan Sumber air dari PDAM dan Hipam Sampah dibuang petugas Lingkungan Dalam Rumah (Fungsi Indoor): Terdapat 8 ruangan : 3 kamar tidur 1 ruang tamu 1 dapur 2 kamar mandi 1 gudang Ventilasi dan pencahayaan cukup Lantai keramik Dinding dari tembok, atap dari gentingKM KM

Gudang

Dapur

Tempat Jemur

U

Kamar Tidur 1 Ruang Tamu + Ruang Kelurgahalaman

Kamar Tidur 2

Kamar Tidur 3 teras rumah

21

BAB IV DAFTAR MASALAH

A. MASALAH MEDIS : G3P2003Ab000 UK 11 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum tingkat I B. MASALAH NON MEDIS : 1. Tingkat pemahaman tentang kehamilan cukup 2. Kepedulian terhadap penyakit penderita baik 3. Rumah cukup memenuhi syarat kesehatan

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

Ny.N 33 tahun

MASALAH MEDIS G3P2003Ab000 uk 11 minggu Hiperemesis Gravidarum dengan

MASALAH NON MEDIS 1. Tingkat tentang cukup 2. Kepedulian penyakit baik 3. Rumah memenuhi kesehatan cukup syarat terhadap penderita pemahaman kehamilan

22

BAB V TINJAUAN PUSTAKA

I.

TINJAUAN UMUM HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Definisi Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998). Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Prawirohardjo, 1999). Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terusmenerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas. Mual dan muntah dikeluhkan oleh sekitar tiga perempat ibu hamil, umumnya terjadi selama trimester pertama. Biasanya mual dan muntah disertai dengan keluhan banyak meludah (hipersalivasi), pening, perut kembung, dan badan terasa lemah. Keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning sickness karena terasa lebih berat pada pagi hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya seringkali dideskripsikan menyerupai mual muntah karena kemoterapi untuk kanker. Keluhan mual dan muntah pada ibu hamil jarang yang dapat dihilangkan seluruhnya. Untungnya gejala dapat diringankan, misalnya dengan membatasi makan tidak sampai kenyang, makan sedikit tapi sering, menghindari makanan tertentu, atau pemberian antiemetik. Namun, pada sejumlah kasus mual muntah cukup berat sehingga langkah-langkah di atas tidak berhasil dan terjadi masalah-masalah seperti penurunan berat badan, dehidrasi, kelainan keseimbangan asam-basa, dan ketosis. Kondisi ini disebut hiperemesis gravidarum.

23

B. Epidemiologi Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan. Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan. 1. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja. 2. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat pasien hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari sekali. 3. Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan neonatus dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Apgar 5 menit kurang dari 7. C. Klasifikasi Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi tiga tingkat, yaitu : 1. Tingkat I Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus menerus disertai dengan intoleransi terhadap makan dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama bisa keluar darah. Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis ditemukan mata cekung, lidah kering, turgor kulit menurun, dan urin sedikit berkurang. 2. Tingkat II

24

Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan segala yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin. 3. Tingkat III Kondisi tingkat III ini sangat jarang, ditandai dengan berkurangnya muntah atau bahkan berhenti, tapi kesadaran menurun (delirium sampai koma). Pasien mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein. D. Penyebab Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan : 1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. 2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik. 3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. 4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat

25

mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien. E. Faktor Risiko Faktor risiko untuk hiperemesis gravidarum adalah : 1. Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum a. Berat badan tinggi b. Kehamilan multipel c. Penyakit trofoblastik d. Nuliparitas 2. Merokok berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk hiperemesis gravidarum F. Patofisiologi Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Di samping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan

gastrointestinal. Disfungsi pada traktus gastrointestinal yang disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar progesteron memperlambat

26

motilitas lambung dan mengganggu ritme kontraksi otot-otot polos di lambung (disritmia gaster). Selain progesteron, peningkatan kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen serta penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH), terutama pada awal kehamilan, memiliki hubungan terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum walaupun mekanismenya belum diketahui. Pada studi lain ditemukan adanya hubungan antara infeksi kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum yang diteliti pada studi tersebut menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif. G. Tanda Dan Gejala Hiperemesis gravidarum dijumpai pada trimester pertama kehamilan, di mana pasien datang dengan keluhan mual dan muntah. Sesuai dengan beratnya penyakit yang dialami, dapat pula dijumpai penurunan berat badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi (hipotensi postural dan takikardi). H. Diagnosis Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang disertai dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisis diijumpai tanda-tanda vital abnormal, yakni peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, dan dengan semakin beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisis lengkap dapat dijumpai tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, penurunan berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia kehamilan dengan konsistensi lunak, dan serviks yang livide saat dilakukan inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria. I. Komplikasi

27

Hiperemesis

gravidarum

yang

terjadi

terus-menerus

dapat

menyebabkan dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh. Tanda-tanda dehidrasi Rasa haus merupakan tanda awal dari dehidrasi, tetapi perlu diingat bahwa dehidrasi dapat terjadi sebelum rasa haus itu datang. Gejala umum dehidrasi yang biasanya timbul adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mulut kering Dahaga Tekanan darah rendah Detak jantung berjalan cepat Merasa sakit kepala dan pusing Produksi urine sedikit, berwarna gelap, dan berbau tajam Kurang konsentrasi

Jika keadaan ini berlanjut, maka kita akan merasa lebih sakit karena seluruh organ-organ tubuh terkena pengaruh dari gejala dehidrasi ini. Berikut ini adalah tingkatan dehidrasi: 1. Dehidrasi ringan, gejalanya adalah:

28

a. b. c. d. e. f. g.

Kulit wajah tampak memerah Rasa haus yang begitu besar Kulit hangat dan kering Tidak buang air kecil atau volume urine berkurang dengan warna gelap Pusing dan tubuh merasa lemah Mengantuk Mulut dan lidah terasa kering disertai berkurangnya air liur

2. Dehidrasi sedang, gejalanya adalah: a. b. c. d. e. f. g. h. Tekanan darah menurun Pingsan Kontraksi yang kuat pada otot, lengan, kaki, perut, dan punggung Kejang Perut kembung Gagal jantung Ubun-ubun cekung Denyut nadi cepat dan lemah

3. Dehidrasi berat, gejalanya adalah: a. b. c. d. e. Berkurangnya kesadaran dan tidak buang air kecil Tangan dan kaki terasa dingin dan lembap Denyut nadi yang semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba Tekanan darah yang menurun hingga tidak dapat diukur Kebiruan pada ujung kuku, mulut, dan lidah

Berbagai gejala ini, jika tidak segera ditangani maka akan dapat mengancam jiwa.

29

Selain

dehidrasi,

hiperemesis

gravidarum

dapat

menyebabkan

ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu. Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat

30

robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi. J. Tatalaksana Penatalaksanaan awal mual dan muntah pada kehamilan dapat mencegah hiperemesis gravidarum. Penatalaksanaan utama sering melibatkan istirahat dan penghindaran dari rangsangan yang berperan sebagai pemicu. Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam kondisi kegawatdaruratan: 1. Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan membatasi pegunjung. 2. Penghentian pemberian makanan per oral 24 48 jam. 3. Penggantian cairan dan pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Larutan normal saline atau ringer laktat dapat digunakan dalam kondisi itu. 4. Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan atau tiamin dapat dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg dapat diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. 5. Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan sampai hasil uji menunjukkan jumlah keton urin hilang atau sedikit. Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan vitamin B6 atau vitamin B6 ditambah doxylamine sangat aman dan efektif serta dapat digunakan sebagai terapi farmakologis lini pertama (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2004). Pemberian multivitamin pada saat terjadinya konsepsi juga menurunkan derajat keparahan gejala. K. Diagnosis Banding Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang harus dipikirkan jika terjadi mual dan muntah yang berat dan persisten pada ibu hamil, yaitu: 1. Ulkus peptikum Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi. Gejalanya adalah nyeri epigastrik

31

yang berkurang dengan makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan epigastrik, hematemesis, dan melena dapat ditemukan. 2. Kolestasis obstetrik Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. Ikterus, warna urin gelap, dan tinja terkadang pucat juga dapat ditemui walaupun jarang. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar enzim hati atau peningkatan bilirubin. 3. Acute fatty liver Pada penyakit ini ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi cepat disertai dengan gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia, ganguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. Penyebab kegagalan hati akut yang lain harus disingkirkan, misalnya keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut. 4. Apendisitis akut Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri perut kanan bawah. Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Nyeri dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (pasien berbaring miring ke kiri dan letak nyeri tidak berubah). 5. Diare akut Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai dengan peningkatan frekuensi buang air besar di atas 3 kali per hari dengan konsistensi cair.

II.

GRAVIDA Gravida berkaitan dengan kehamilan atau wanita hamil, gravida adalah jumlah kehamilan (lengkap atau tidak lengkap) yang dialami oleh seorang

32

perempuan, gravida diikuti oleh angka romawi atau diawali dengan bahasa latin (Primi, multi) yang menunjukkan jumlah kehamilan. Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil, sedangkan Multigravida adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil. Sekitar 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida mengalami mual dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan, Walaupun kebanyakan kasus ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering terjadi pada wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya (Mansjoer, 2000). Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh

primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama, Pada ibu primigravida faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung ( Wiknjosastro, 2002 ). III. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM A. Umur Ibu Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan alat reproduksi.Hal ini berkaitan dengan keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan mendukung perkembangan janin. Seorang

33

wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya yaitu umur repoduksi. Kehamilan dikatakan beresiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun.Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini tentu menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan diatas usai 35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan hiperemesis karena pada kehamilan diusia kurang 20 secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini. Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 tahun lebih di sebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu makan.Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Permasalahan dari segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan menekankan pentingnya usah usaha untuk melindungi anak- anak yang di lahirkan kemudian.

34

Sedangkan hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas dalamdalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu mual dan muntah. B. Paritas 1. Pengertian Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan

grandemultipara. (Prawirohardjo, 2009) Paritas 2 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian meternal lebih tinggi, lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal (Wiknjosastro : 2005). 2. Klasifikasi a. Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Prawirohardjo, 2009). b. Multipara Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009). c. Grandemultipara Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Prawirohardjo, 2009). 3. Faktor yang Mempengaruhi Paritas a. Pendidikan

35

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang. b. Pekerjaan Pekerjaan adalah simbol status seseorang

dimasyarakat.Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan.Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. c. Keadaan Ekonomi Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup. d. Latar Belakang Budaya Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adatistiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individuindividu yang menjadi anggota kelompok masyarakat

asuhannya.Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

36

Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rezeki. e. Pengetahuan Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui. Tingkat kematangan seseorang dapat juga dilihat dari pengalaman individu dimasa lalu. Pengalaman ibu yang telah mempunyai dan memelihara satu anak dengan ibu yang mempunyai lebih dari satu anak kemungkinan beda, tergantung faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Ibu yang telah mempunyai lebih dari satu anak umumnya telah mempunyai keterampilan dan pengetahuan mengenai gravidarum, salah satunya pengetahuan mengenai hiperemesis gravidarum. C. Pekerjaan Ibu Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarganya, diukur berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Penggolongan : 1. Ringan (ibu rumah tangga, pekerja salon, sekolah, kuliah). 2. Sedang (pelayan toko, pelayan departement store, pedagang, pekerja kantor) 3. Berat (Karyawan pabrik, petani, kuli bangunan, pendaki gunung, tukang becak) Selama masa kehamilan, para ibu rumah tangga perlu berhati-hati melakukan pekerjaan rumah tangga. Alasannya, rutinitas pekerjaan rumah tangga yang terlalu berat dan monoton bisa berdampak buruk pada bayi dalam kandungan dan juga si calon ibu

37

Sebuah studi membuktikan kegiatan rumah tangga adalah aktivitas pengulangan yang cenderung membosankan.Karenanya, para calon ibu rentan terkena stress dan hiperemesis gravidarum yang bisa memicu kelahiran prematur.Berbeda dengan olahraga, yang bisa membantu para calon ibu dan bayi agar tetap sehat.Dari 12.000 ibu yang baru saja melahirkan, peneliti menganalisa data mengenai pekerjaan ibu, berat bayi dan apakah bayi mereka lahir prematur.Dari situ ditemukan, para calon ibu yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga -kemungkinan melahirkan 3 minggu lebih cepatmeningkat hingga 25 persen.Bisa jadi penyebabnya karena tugas yang membosankan menjadi pemicu meningkatnya hormon stres. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Epidemiologi Perinatal juga membeberkan beberapa hasil menarik lainnya.Wanita yang bekerja pada malam hari memiliki berat bayi lebih rendah. Para ibu yang memiliki gaya hidup berpindah-pindah, cenderung akan melahirkan bayi yang kurus.

38

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Diagnosisi Holistik: Ny. N, usia 33 tahun dengan usia kehamilan 11 minggu yang mengeluh lemas,mual muntah. Ny.N tinggal dalam bentuk keluarga nuclear family dengan kepala keluarga Tn.S. Hubungan Ny. N dengan keluarganya

harmonis. Ny. N adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan. 1.Diagnosis dari segi biologis: Working diagnosis: G3P2003Ab000 UK minggu 11 dengan Hiperemesis Gravidarum. 2.Diagnosis dari segi psikologis: Hubungan Ny.N dengan suaminya Tn.S harmonis dan saling mendukung. 3.Diagnosis dari segi sosial: Hubungan mereka dengan anggota masyarakat yang lain (tetangga) tidak ada masalah. Mengikuti kegiatan kemasyarakatan di rumahnya.

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Gede IB. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 2001. Hal 221-225. 2. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid I. Media Aesculapius FKUI. Jakarta 2001. Hal 310-313. 3. Marjono AB. Catatan kuliah Obstetri Ginekologi Plus. Edisi pertama. Hal 112-113. 4. Mochtar R, Lutan D, Editor. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, Obsteri patologi edisi II jilid I. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 1998. Hal 251258. 5. Obstetri. Obsgin FKUI. Jakarta 1996. Hal 49-52. 6. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta 2002. Hal 112-115. 7. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian I. Pengurus besar perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Jakarta 1991. 8. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Cetakan keenam. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta 2002. Hal 180-191. 9. Wiknojosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi pertama. Cetakan keenam. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta 2005. Hal 74-76.