pengetahuan cuci tangan.docx

Upload: dian-primadia-putri

Post on 09-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA/I SD MIN BELAWAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN TAHUN 2015

Oleh:Amanda Rizka100 100 060Farid Murfuadz Sitepu100 100 142Asyifa Zulinanda E.P Lubis100 100 372Muhammad Ivanny Adnani100 100 373Mufti Muhammad100 100 374

Pembimbing :dr. Rina Amelia, MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KEDOKTERAN PENCEGAHANILMU KEDOKTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN2015

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA/I SD MIN BELAWAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:Amanda Rizka100 100 060Farid Murfuadz Sitepu100 100 142Asyifa Zulinanda E.P Lubis100 100 372Muhammad Ivanny Adnani100 100 373Mufti Muhammad100 100 374

Pembimbing :dr. Rina Amelia, MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KEDOKTERAN PENCEGAHANILMU KEDOKTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN2015HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul :GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA/I SD MIN BELAWAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN TAHUN 2015

Yang dipersiapkan oleh: Amanda Rizka100 100 060Farid Murfuadz Sitepu100 100 142Asyifa Zulinanda E.P Lubis100 100 372Muhammad Ivanny Adnani100 100 373Mufti Muhammad100 100 374

Hasil penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipresentasikan

Medan, 21 Februari 2015Disetujui, Dosen Pembimbing

(dr. Rina Amelia, MARS)

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA/I SD SD MIN BELAWAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN TAHUN 2015

Yang dipersiapkan oleh: Amanda Rizka100 100 060Farid Murfuadz Sitepu100 100 142Asyifa Zulinanda E.P Lubis100 100 372Muhammad Ivanny Adnani100 100 373Mufti Muhammad100 100 374

Medan, 21 Februari 2015Pembimbing

(dr. Rina Amelia, MARS)

KATA PENGANTARPuji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan kurnia-Nya, penulisan proposal penelitian Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa/i SD MIN Belawan Kecamatan Medan Belawan Tahun 2015. Proposal penelitian ini diajukan untuk melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.Meskipun proposal penelitian ini banyak mengalami hambatan, kesulitan dan kendala, namun karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan motivasi dari berbagai pihak, penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Di sini saya mengambil kesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada pembimbing saya, dr. Rina Amelia, MARS.Namun demikian, karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kepustakaan dan waktu, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan proposal penelitian ini.

Medan, 21 Februari 2015Penulis

DAFTAR ISI HalamanHALAMAN PERSETUJUANiLEMBAR PENGESAHAN iiKATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI ivDAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR viiBAB 1PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah31.3 Tujuan Penelitian 31.3.1. Tujuan Umum31.3.2. Tujuan Khusus31.4 Manfaat Penelitian 3BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 42.1. Cuci Tangan Pakai Sabun 42.1. 1. Definisi42.1.2. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun 42.1.3. Teknik Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar dan Penggunan Sabun52.1.4. Manfaat Mencuci Tangan72.2.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 82.2.1. Definisi PHBS di Rumah Tangga82.2.2. Tujuan PHBS92.2.3. Sasaran PHBS92.2.4. Strategi PHBS 102.2.5. Manfaat PHBS112.3.Konsep Perilaku122.3.1. Klasifikasi Perilaku Kesehatan 122.4.Sekolah142.4.1. Definisi Sekolah142.4.2. Pembagian Sekolah142.4.3. Fungsi Sekolah16BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL183.1.Kerangka Konsep Penelitian183.2.Definisi Operasional Penelitian 18BAB 4 METODE PENELITIAN204.1.Desain Penelitian204.2.Waktu dan Lokasi Penelitian 204.3.Populasi dan Sampel Penelitian204.4.Instrumen Penelitian214.5.Metode Pengumpulan Data224.6.Pengelolahan dan Analisis Data22BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................245.1. Hasil Penelitian..................................................................................245.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...................................................245.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden.......................................245.1.3 Hasil Analisis Data.................................................................25 5.1.3.1. Gambaran Pengetahuan Siswa-Siswi SD MIN Belawan....................................................................25 5.1.3.2. Gambaran Observasi Tindakan Siswa-Siswi SD MIN Belawan..........................................................265.2. Pembahasan....................................................................................27BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................296.1. Kesimpulan......................................................................................296.2. Saran.29DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................31LAMPIRANv

i

DAFTAR TABELNomorJudulHalaman

Tabel 5.1.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin24

Tabel 5.2.Gambaran Pengetahuan Siswa Siswi SD MIN Belawan25

Tabel 5.3.Gambaran Pengetahuan Siswa Siswi SD MIN Belawan Berdasarkan Variabel25

Tabel 5.4.Gambaran Observasi Siswa Siswi SD MIN Belawan26

Tabel 5.5.Gambaran Observasi Siswa Siswi SD MIN Belawan Berdasarkan Variabel27

DAFTAR GAMBARNomorJudulHalaman

Gambar 2.1.Gambar Langkah- langkah Mencuci Tangan6

Gambar 3.1.Kerangka Konsep Penelitian18

vii

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perwujudan dari paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan- kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2008).

Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Tangan merupakan tempat utama dalam masuknya patogen-patogen yang dapat menyebabkan penyakit infeksi. Sehingga Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mencuci tangan secara baik dan benar (Kemenkes RI, 2010).Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun untuk menjadi bersih. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas) (Depkes RI, 2008).Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak di seluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu burung (Midzi et al, 2011). Sebuah penelitian menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan pelindung, lebih efektif untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti flu dan SARS. Penelitian ini menyatakan bahwa mencuci tangan dengan air dan sabun adalah cara yang sederhana dan efektif untuk menahan virus ISPA, mulai dari virus flu sehari-hari hingga virus pandemik yang mematikan (Isaac, 2007). Penelitian lain menyatakan bahwa perbandingan bayi yang dirawat oleh perawat yang tidak mencuci tangan dengan sabun lebih signifikan, lebih sering, dan lebih cepat terkena patogen S. aureus dibandingan dengan bayi yang dirawat oleh perawat yang mencuci tangan dengan sabun (Paul et al, 2011).Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun hingga kini masih tergolong rendah, indikasinya dapat terlihat dengan tingginya prevalensi penyakit diare. Survei Departemen Kesehatan pada tahun 2006 menunjukkan rasio penderita diare di Indonesia 423 per 1000 orang dengan jumlah kasus 10.980, angka kematian 277 (CFR 2,52%). Penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor 2 pada balita, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 untuk semua umur (Balitbankes, 2008). Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya dilakukan pada lima waktu penting, yaitu : (1) sebelum makan; (2) sesudah buang air besar; (3) sebelum memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; dan (5) sebelum menyiapkan makanan. (3) Cuci tangan merupakan hal yang umum bagi masyarakat, namun memakai sabun bukanlah sesuatu yang jamak. Artinya dorongan kognitif bahwa sabun bermanfaat untuk membunuh bakteri atau kuman masih lemah di masyarakat. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk cuci tangan pakai sabun (CTPS) terbukti masih sangat rendah, tercatat rata-rata 12% masyarakat yang melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) (Kemenkes RI, 2010).

1.2. Perumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan dan tindakan siswa/i SD tentang mencuci tangan pakai sabun di SD MIN Belawan Kecamatan Medan Belawan Tahun 2015?

1.3. Tujuan UmumUntuk mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan siswa/i SD tentang mencuci tangan pakai sabun di SD MIN Belawan Kecamatan Medan Belawan Tahun 2015.

1.4. Tujuan khusus 1.Mengetahui gambaran pengetahuan siswa/i di SD MIN Belawan Kecamatan Medan Belawan. 2. Mengetahui tindakan cuci tangan pakai sabun di SD MIN BelawanKecamatan Medan Belawan .

1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai sumbangan pengetahuan dan saran tentang mencuci tangan memakai sabun di SD MIN Belawan agar dapat disalurkan kepada siswa/i SD MIN Belawan sehingga diharapkan selalu memperhatikan kebersihan tangan.2. Sebagai bahan informasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan tangan dan cara pembersihan tangan yang tepat dan benar di Dinas Kesehatan terkait untuk megambil langkah-langkah kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kesehatan anak.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1.1. DefinisiMencuci tangan adalah perlakuan kepada tangan menggunakan air yang bertujuan untuk mengurangi flora transien tanpa mempengaruhi flora residen pada kulit. Penggunaan sabun dan/atau deterjen yang mengandung agen antiseptik dapat digunakan untuk membantu efektifitas mencuci tangan. Cuci tangan berguna untuk membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta mengurangi kontaminasi silang (WHO, 2009).

2.1.2. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Perilaku cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir (Lahiri, 2003).Dengan cuci tangan diharapkan akan mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan. Peran tangan sebagai sarana transmisi kuman patogen telah disadari sejak tahun 1840-an. Sejak itu banyak penelitian yang memastikan bahwa dokter yang membersihkan tangannya dari kuman sebelum dan sesudah memeriksa pasien dapatmengurangi angka infeksi di rumah sakit. Cuci tangan menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi seseorang dari kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari berbagai riset, risiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku kebersihan, seperti cuci tangan pakai sabun. Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara lain (Ogunsola, 2008).

2.1.3. Teknik Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar dan Penggunan Sabun

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk bersih atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam membunuh kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkah- langkah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2010) :1)Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir. 2) Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan, akan lebih baikjika sabun yang mengandung antiseptik.3)Gosokkan pada kedua telapak tangan. 4)Gosokkan sampai ke ujung jari. 5) Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan tangan kiri, gosokkan sela-sela jari tersebut. Hal ini dilakukan pada kedua tangan.6) Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.7)Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung jari lainnya dengan gerakan saling berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.8) Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang, berputar. Hal ini dilakukan pada kedua tangan.9) Pegang pergelangan kanan dengan pergelangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula pada tangan kiri.10) Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir. 11)Keringkan tangan dengan menggunakan tissue atau handuk, jika menggunakan kran, tutup kran dengan tisu.

2.1 Gambar Langkah-langkah Mencuci Tangan

Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di air yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada larutan ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan sabun apabila terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko.

2.1.4. Manfaat Mencuci TanganCuci tangan dapat mencegah beberapa penyakit. Berikut adalah penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan memakai sabun:1) Diare Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan angka kejadian diare hingga 50%. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%) (Kemenkes RI, 2010).2)Infeksi saluran pernafasanInfeksi saluran pernafasan adalah penyebab kematian utama anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini dengan dua langkah : 1) dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, 2) dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 % (Talaat et al, 2011).3)Infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulitPenelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis (Midzi, 2011).

2.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.2.1. Definisi PHBS di Rumah TanggaPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan dan berperanaktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan di masyarakat. Dalam hal ini ada 5 program prioritasyaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/ JPKM (Depkes RI, 2008).PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum (Adznan, 2013).PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2008).2.2.2. Tujuan PHBSPHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program Perilaku Hidup Bersih Sehat (Depkes RI, 2008).Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial (Kemenkes RI, 2010).Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk (Kemenkes RI, 2010) :a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan hidup sehatb. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakitc. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakitd. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat

2.2.3. Sasaran PHBSSasaran PHBS dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam (Depkes RI, 2008) :

a. Sasaran primerYaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).b. Sasaran sekunderYaitu sasaran yang mempengaruhi individu dalaminstitusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.c. Sasaran tersierMerupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.2.2.4. Strategi PHBSKebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu (Depkes RI, 2008) :a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat.b. Bina Suasana (Social Support)Adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain:1. Pendekatan individu2. Pendekatan kelompok3. Pendekatan masyarakat umum

c. Advokasi (Advocacy)Adalah upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihak-pihak terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat formal yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapan-tahapan yaitu :1. Mengetahui adanya masalah2. Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah3. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah4. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah5. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan

2.2.5. Manfaat PHBSManfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain. Salah satu indikator PHBS di lingkungan sekolah adalah mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun (Depkes RI, 2008) .Perilaku cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ispa, flu burung, dan lain sebagainya. WHO (World Health Organization) menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun karena dapat meluruhkan semua kotoran yang mengandung kuman. Cuci tangan ini dilakukan pada saat sebelum makan, setelah beraktivitas diluar sekolah, setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah menjadi sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat menyampaikan informasi kesehatan pada keluarga dan masyarakat (WHO, 2009).2.3. Konsep PerilakuPerilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang dapat diamati pihak luar. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespons (Notoadmojo, 2007).Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, dan sebagainya (Notoadmojo, 2007).Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sehat sakit, seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Pengertian lain dari perilaku kesehatan adalah semua aktivitas seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoadmojo, 2007).

2.3.1. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek (Notoadmojo, 2007) :1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari penyakit. 2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit. 3. Perilaku gizi (makanan dan minuman). 2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior) adalah upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri (Notoadmojo, 2007).3. Perilaku kesehatan lingkungan merupakan perilaku bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya (Notoadmojo, 2007).Selain klasifikasi di atas, terdapat klasifikasi perilaku kesehatan yang lain, yaitu (Notoadmojo, 2007): a. Perilaku hidup sehat Merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain : menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

b. Perilaku sakit Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, dan pengobatan penyakit.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Perilaku ini mencakup tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak dan mengetahui hak, misalnya hak memperoleh perawatan dan pelayanan kesehatan.

2.4. Sekolah2.4.1. Definisi SekolahSekolah menurut Wikipedia adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/murid dibawah pengawasan guru. Sebagian besar Negara memiliki system pendidikan formal, yang umumnya wajib (Kemdiknas, 2013).

2.4.2. Pembagian SekolahMenurut status sekolah terbagi dari:Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi (Kemdiknas, 2013).Sekolah dasar (disingkat SD; bahasa Inggris: Elementary School) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun (Kemdiknas, 2013).Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, Bahasa Inggris: junior high school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Murid kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat). Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun (Kemdiknas, 2013).Sekolah menengah atas (disingkat SMA; bahasa Inggris: Senior High School), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Pada tahun kedua (yakni kelas 11), siswa SMA dapat memilih salah satu dari 3 jurusan yang ada, yaitu Sains, Sosial, dan Bahasa. Pada akhir tahun ketiga (yakni kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan SMA dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja. (Kementerian Pendidikan Indonesia)Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Menurut jenisnya, perguruan tinggi dibagi menjadi dua (Kemdiknas, 2013): Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pihak swasta.Di Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi, dan universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi dengan program pendidikan diploma (D1, D2, D3, D4), sarjana (S1), magister (S2), doktor (S3), dan spesialis (Kemdiknas, 2013).

2.4.3. Fungsi SekolahFungsi belajar di sekolah dan di perguruan tinggi (Kemdiknas, 2013):1. Melatih kemampuan akademis anak Dengan melatih serta mengasah kemampuan menghafal, menganalisa, memecahkan masalah, logika, dan lain sebagainya maka diharapkan seseorang akan memiliki kemampuan akademis yang baik. Orang yang tidak sekolah biasanya tidak memiliki kemampuan akademis yang baik sehingga dapat dibedakan dengan orang yang bersekolah. Kehidupan yang ada di masa depan tidaklah semudah dan seindah saat ini karena dibutuhkan perjuangan dan kerja keras serta banyak ilmu pengetahuan.2. Menggembleng dan memperkuat mental, fisik dan disiplinDengan mengharuskan seorang siswa atau mahasiswa datang dan pulang sesuai dengan aturan yang berlaku maka secara tidak langsung dapat meningkatkan kedisiplinan seseorang. Dengan begitu padatnya jadwal sekolah yang memaksa seorang siswa untuk belajar secara terus-menerus akan menguatkan mental dan fisik seseorang menjadi lebih baik.3. Memperkenalkan tanggung jawabTanggung jawab seorang anak adalah belajar di mana orangtua atau wali yang memberi nafkah. Seorang anak yang menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dengan bersekolah yang rajin akan membuat bangga orang tua, guru, saudara, famili, dan lain-lain.4. Membangun jiwa sosial dan jaringan pertemananBanyaknya teman yang bersekolah bersama akan memperluas hubungan sosial seorang siswa. Tidak menutup kemungkinan di masa depan akan membentuk jaringan bisnis dengan sesama teman di mana di antara sesamanya sudah saling kenal dan percaya. Dengan memiliki teman maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi dengan baik.5. Sebagai identitas diriLulus dari sebuah institusi pendidikan biasanya akan menerima suatu sertifikat atau ijazah khusus yang mengakui bahwa kita adalah orang yang terpelajar, memiliki kualitas yang baik dan dapat diandalkan. Jika disandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan dalam suatu lowongan pekerjaan kantor, maka rata-rata yang terpelajarlah yang akam mendapatkan pekerjaan tersebut.6. Sarana mengembangkan diri dan berkreativitasSeorang siswa dapat mengikuti berbagai program ekstrakurikuler sebagai pelengkap kegiatan akademis belajar mengajar agar dapat mengembangkan bakat dan minat dalam diri seseorang. Semakin banyak memiliki keahlian dan daya kreativitas maka akan semakin baik pula kualitas seseorang. Sekolah dan kuliah hanyalah sebagai suatu mediator atau perangkat pengembangan diri. Yang mengubah diri seseorang adalah hanyalah orang itu sendiri.

BAB 3KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL

3.1. Kerangka KonsepBerdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa/i SD MIN Belawan Kecamatan Medan Belawan Tahun 2015 dapat digambarkan sebagai berikut:

PengetahuanCuci Tangan Pakai Sabun dengan baik dan benar

Tindakan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi OprasionalSesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian beserta dengan definisi oprasionalnya sebagai berikut:a) Pengetahuaan Cuci Tangan Pakai Sabun1. Definisi : Pengetahuan responden tentang manfaat dan cara mencuci tangan yang tepat.2. Alat Ukur : Kuesioner3. Cara Ukur : Wawancara4. Hasil Pengukuran: Baik (>80%) Cukup (50%-80%), dan kurang (60 %), Kurang (