pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap...
TRANSCRIPT
EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU
Anih Sri Suryani
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
2 0 1 8
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI DI PESANTREN
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi hak dasar rakyat,
yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD 1945 dan UU no
23 tahun 1992 ttg kesehatan. amandemen kedua UUD 1945, pasal 34 ayat (3)
menetapkan : Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan pelayanan umum yang layak; Hak dasar yang lain adl Hidup di Lingkungan Sehat
serta Hak untuk bersuara (Voice) & Hak untuk memiih (choice). Pembangunan
kesehatan ini ditujukan untuk seluruh rakyat Indonesia, baik itu anak-anak, remaja,
dewasa maupun yang sudah berusia lanjut.
Jumlah anak di indonesia rata-rata 30% dari total penduduk Indonesia atau
sekitar 237.556.363 orang. Sebagian besar anak-anak tersebut berada pada usia
sekolah. Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta
maupun sekolah agama dari berbagai tingkatan. Salah satu bentuk dari sekolah agama
adalah pesantren, dimana di dalamnya dilaksanakan juga pendidikan formal baik untuk
tingkatan sekolah dasar, sekolah tingkat menengah maupun sekolah tingkat atas. Santri
yang belajar di pesantren sampai tahun 2015 berjumlah 4.028.660 orang yang terdiri
dari 2.069.029 atau (51,1%) santri laki-laki dan 1.968.631 atau (48,9 %) santri
perempuan. Dari jumlah santri tersebut, sebanyak 2.516.591 atau 62,5 % santri mukim
dan 1.512.069 atau 37,5 % santri tidak mukim.1
Di lain pihak, sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat
menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari itu,
usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit.
Menurut Profil Depkes Tahun 2005 23,2% anak Indonesia menderita anemia. dan
menurut data WHO 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare. Menurut hasil
Riskesdas tahun 2013, di Indonesia memang telah terjadi penurunan angka period
prevalence diare dari 9,0% tahun 2007 menjadi 3,4% pada tahun 2014. Kelompok umur
balita merupakan kelompok yang paling tinggi menderita diare. Karakteristik diare
balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,4%), laki-laki (5,4%),
tinggal di daerah pedesaan (5,8%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan akses
terhadap air bersih dan jamban sehat terbawah (6,4%). Selanjutnya insiden malaria
penduduk Indonesia tahun 2007 sebesar 3,1% dan tahun 2014 menjadi 1,8%. 2
Data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun 2004 menyebutkan
sekitar 3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari 10 tahun Persentase orang
merokok tertinggi (64%) berada pada kelompok umur remaja (15-19 tahun). Hal ini
berarti bahaya rokok pada masyarakat yang rentan yakni anak-anak dan berdampak
pada masa remaja. Demikian juga penyakit lainnya seperti TB paru banyak menjangkit
usia remaja.
1 “Pesatnya Perkembangan Pesantren di Indonesia” http://www.nu.or.id/post/read/81953/pesatnya-
perkembangan-pesantren-di-indonesia, diakses 4 April 2018. 2 http://eprints.ums.ac.id/42020/4/BAB%20I.pdf diakses 5 April 2018.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
2
Berbagai kondisi kesehatan yang buruk pada kalangan remaja tersebut disinyalir
karena pola hidup yang tidak sehat dan lingkungan yang tidak bersih. Munculnya
sebagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah ternyata umumnya
berkaitan dengan PHBS (Perilaku Hidu[ Bersih dan Sehat). Oleh karena itu pemerintah
telah mencanangkan Program PHBS sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi Kesehatan. Program PHBS
dilaksanakan dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tatanan pasar, dan
juga sekolah.
B. Permasalahan
Kondisi kesehatan sebagaimana dikemukakan di atas juga terjadi pada anak-
anak/remaja yang bersekolah dan tinggal di pondok pesantren. Kebanyakan pondok
pesantren di Indonesia memiliki masalah yang begitu klasik yaitu tentang kesehatan
santri dan masalah terhadap penyakit. Masalah kesehatan dan penyakit di pesantren
sangat jarang mendapat perhatian dengan baik dari warga pesantren itu sendiri
maupun masyarakat dan juga pemeintah. Dari hasil studi sebelumnya didapatkan,
bahwa respon santri terhadap perilaku kesehatan masih kurang dipandang dari sudut
pandang medis modern, karena pesantren memiliki kultur yang berbeda dengan
masyarakat diluar pesantren dalam hal memelihara kesehatan, memanfaatkan sistem
kesehatan, dan juga perilaku kesehatan di lingkungan santri yang erat dipengaruhi erat
struktur dan nilai-nilai budaya serta nilai-nilai religi yang ada di pesantren.3 Oleh
karena itu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana
pengaruh pengetahuan dan sikap santri terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
santri di Pesantren?
C. Maksud dan Tujuan
Penelitian ini bermaksud mengkaji pengaruh pengetahuan dan sikap satri
terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan pesantren. Adapun
tujuan penelitian ini adalah selain untuk mengkaji kesehatan dan kebersihan di
lingkungan pesantren juga untuk mengetahui sejauh mana Program PHBS dapat
menyesuaikan dengan nilai-nilai kultural dan religi di pesantren guna meningkatkan
derajat kesehatan santri.
D. Lokasi Penelitian
Jumlah pondok pesantren di Jawa Barat paling banyak di antara daerah lainnya di
Indonesia. Terdapat sekitar 12.000 pesantren di Jawa Barat, hampir dua kali lipat dari
jumlah pesantren di Jawa Timur.4 Di antara beberapa kota/kabupaten di Provinsi Jawa
3 Ikhwanudin, Alim. tt. Perilaku Kesehatan Santri : (Studi Deskriptif Perilaku Pemeliharaan Kesehatan , Pencarian Dan
Penggunaan Sistem Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Lingkungan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Surabaya). Jurnal Sosial dan Politik. Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga.
4 “Aher: Ada 12.000 Pesantren di Jabar, Hampir 2 Kali Lipat dari Jatim”https://regional.kompas.com/read
/2017/10/17/18340851/aher-ada-12000-pesantren-di-jabar-hampir-2-kali-lipat-dari-jatim. Penulis : Kontributor Garut, Ari Maulana Karang , diakses 5 April 2018.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
3
Barat, Kota dan Kabupaten Tasikmalaya memiliki jumlah pesantren yang cukup banyak
sehingga terkenal dengan julukan Kota Santri. Julukan itu muncul sekitar 1970 karena
di kota itu terdapat sekitar 1.200 pondok pesantren yang tersebar di Kota dan
Kabupaten Tasikmalaya.
Berjuluk Kota Santri, Tasikmalaya menjadi daerah yang dikenal religius. Apalagi
kemudian, pemerintah daerah setempat mengeluarkan Peraturan Daerah No. 12 Tahun
2009 tentang Tata Nilai Berlandaskan Ajaran Agama, atau Perda Syariah Islam. Perda
tersebut memancing kontroversi sehingga Pemerintah Kota Tasikmalaya merevisinya
menjadi Perda No. 7 Tahun 2014 tentang Tata Nilai Kehidupan Masyarakat yang
Religius di Kota Tasikmalaya.
Salah satu pesantren yang dinilai sukses menerapkan program PHBS adalah
Pesantren Persis no. 67 Benda Tasikmalaya. Pesantren tersebut merupakan salah satu
contoh Pesantren Persis yang memiliki pelayanan terpadu untuk kesehatan santrinya.
Selain telah menjalankan program hidup bersih dan sehat (PHBS), Pesantren Persis 67
Benda pun memiliki sebuah klinik agar bisa melayani santri, asatidz dan masyarakat
sekitarnya.5
Selanjutnya selain Jawa Barat, Banten adalah gudangnya pondok pesantren.
Ratusan Ponpes tersebar dan menjadi salah satu lembaga pendidikan yang cukup
diperhitungkan sehingga diberi julukan Bumi Sejuta Santri. Banten memiliki potensi
pesantren yang cukup besar dengan jumlah pesantren yang tercatat sekitar 3500
pesantren dengan jumlah santri sekitar 200 ribu orang.6
Pada tahun 2011 peristiwa menggemparkan terjadi di Pondok Pesantren
Asshiddiqiyah 2 Kota Tangerang. Pasalnya, 104 santri yang mondok di pesantren itu
terpaksa dilarikan ke beberapa rumah sakit karena mengalami sakit secara bersamaan.
Awalnya, ada dugaan ratusan santri itu keracunan makanan, tapi ada juga yang
menduga mereka terpapar virus hepatitis A.7
Di samping itu, pada tahun 2017 lalu Provinsi Banten berstatus kejadian luar biasa
Wabah difteri . Kota Serang, termasuk dalam salah satu wilayah di Provinsi Banten yang
jadi perhatian untuk kasus penyakit menular tersebut. Wabah difteri di Provinsi Banten
terus meluas. Dinas Kesehatan Provinsi Banten mencatat dari 81 jumlah kasus Difteri di
Provinsi Banten hingga 15 desember 2017 sudah mencapai 100 kasus difteri yang
tersebar di 8 kabupaten kota di Banten. Kabupaten Tangerang 34 kasus, Kabupaten
Serang 15 kasus, Kota Tangerang 14 kasus, Kota serang 12 kasus, Kabupaten
Pandeglang 11 kasus, Kota Tangerang Selatan 10 kasus , Kabupaten Lebak 3 kasus dan
Kota Cilegon 1 kasus.8
5 “Pesantren Persis 67 Benda, Salah Satu Percontohan Pesantren Persis untuk Pelayanan Kesehatan
Santri.”http://persis.or.id/pesantren-persis-67-benda-salah-satu-percontohan-pesantren-persis-untuk- pelayanan-kesehatan-santri/.
6 “Potensi Pemberdayaan Pesantren di Banten Besar, Tapi..” http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/10/22/nwmjp2313-potensi-pemberdayaan-pesantren-di-banten-besar-tapi. diakses 5 April 2018.
7 https://www.jpnn.com/news/penyakit-misterius-104-santri-asshiddiqiyah-terkapar,PenyakitMisterus, 104 Santri Asshiddiqiyah Terkapar. diakses 5 April 2018.
8 Kota Serang Bestatus KLB Wabah Difteri, https://www.bantennews.co.id/kota-serang-bestatus-klb-wabah-difteri/. diakses 5 April 2018.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
4
Berdasarkan gambaran kualitas kesehatan di beberapa pesantren di dua provinsi
tersebut, maka penelitian akan dilakukan di pesantren yang berlokasi di
Kabupaten/Kota Tasikmalaya yagn menggambarkan pesantren yang telah menerapkan
PHBS dengan baik dan juga yang berlokasi di Serang Banten yang menggambarkan
wilayah dengan tingkat kesehatan yang masih rendah.
II. METODOLOGI
A. Permasalahan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif. Berdasarkan landasan
pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan utama dalam
penelitian ini adalah:
“Apakah pengetahuan dan sikap memiliki pengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan
sehat santri di pesantren?”
B. Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini, hipotesis alternatifnya adalah: pengetahuan dan sikap
memiliki pengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat santri di pesantren
Sementara hipotesis null-nya adalah: pengetahuan dan sikap tidak memiliki pengaruh
terhadap perilaku hidup bersih dan sehat santri di pesantren.
C. Variabel Penelitian
Lebih lanjut, terdapat dua variabel yang diperhitungkan dalam penelitian ini,
yaitu variabel bebas pengetahuan dan sikap terhadap hidup bersih dan sehat dan
variabel tidak bebasnya adalah perilaku hidup bersih dan sehat.
Definisi konseptual dari pengetahuan dan sikap adalah penilaian kognitif
individu terhadap aspek-aspek yang ditinjau dalam konsep hidup bersih dan sehat di
kalangan pesantren. Definisi operasionalnya adalah skor terhadap penelitian kognitif
tersebut yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner pengetahuan dan sikap santri di
pesantren. Sedangkan definisi konseptual dari perilaku hidup bersih dan sehat adalah
penilaian kognitif individu mengenai perilakunya terkait pola hidup bersih dan sehat di
Pesantren.
D. Operasionalisasi Variabel
Secara operasional, perlu didefinisikan variabel yang bertujuan untuk
menjelaskan makna variabel penelitian. Singarimbun (1987:23) mendefinisikan
operasional sebagai unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel
itu diukur. Variabel harus didefinisikan secara operasional, agar lebih mudah
ditemukan hubungan antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
5
Tabel 1. Variabel Dimensi dan Indikator Penelitian
Variabel DIMENSI INDIKATOR
Variable X
Pengetahuan
dan Sikap
Pengetahuan
tentang
Hidup Bersih
dan Sehat
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai
sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap bulan.
8. Membuang sampah pada tempatnya
Sikap
tentang
Hidup Bersih
dan Sehat
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai
sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap bulan.
8. Membuang sampah pada tempatnya
Variable Y
Perilaku
Perilaku
Hidup Bersih
dan Sehat
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai
sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap bulan.
8. Membuang sampah pada tempatnya
E. Desain Penelitian
Kumar (1999) menggolongkan desain penelitian berdasarkan jumlah kontak,
periode referensi, dan sifat penelitian. Berdasarkan jumlah kontak, penelitian ini
termasuk ke dalam cross sectional study, yaitu merupakan desain penelitian yang paling
umum digunakan dalam meneliti fenomena, situasi, masalah dengan melakukan satu
kali pengambilan data pada para partisipan. Berdasarkan periode referensi, penelitian
ini tergolong pada retrospective study design karena menukur suatu fenomena, situasi,
masalah yang telah terjadi sebelumnya. Dalam penelitian ini, baik pengetahuan, sikap
maupun perilaku merupakan fenomena yang telah terjadi dan menggunakan data yang
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
6
sudah ada dan melekat dalam diri partisipan. Sedangkan berdasarkan sifat penelitian,
penelitian ini merupakan non-experimental karena peneliti tidak melakukan manipulasi
variabel pada partisipan.
F. Tipe Penelitian
Menurut Kumar (1999), tipe penelitian digolongkan ke dalam tiga perspektif,
yaitu aplikasi, tujuan, dan tipe pencarian informasi. Berdasarkan aplikasi penelitian,
penelitian ini termasuk ke dalam applied research karena hasil penelitian dapat
digunakan lebih lanjut untuk meningkatkan pemahaman dan memperoleh informasi
mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku santri dalam PHBS. Berdasarkan tujuan
penelitian, Kumar (1999) menggolongkan penelitian ini ke dalam correlational research,
yakni penelitian yang mencoba menemukan adanya hubungan/asosiasi/saling
ketergantungan antara dua atau lebih aspek dari sebuah situasi. Sedangkan
berdasarkan informasi, Kumar (1999) menggolongkan penelitian ini ke dalam
penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang mengkuantifikasi data yang diperoleh ke
dalam bentuk angka-angka yang akan diolah dengan perhitungan statistic untuk
mengetahui hubungan antarvariabel, atau memberikan indikasi peneliti mengenai
kepercayaan terhadap hasil penelitian dan menghilangkan efek dari variabel lain
(Kumar, 1999).
G. Subjek Penelitian
Populasi yang dituju dalam penelitian ini adalah siswa sekaligus santri di
pesantren. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah santri di Pesantren yang
terdapat di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat dan Kabupaten Serang dan Kota
Tangeran Selatan Banten.
H. Jumlah Sampel Penelitian
Menurut Kumar (2005), semakin besar jumlah sampel yang digunakan makan
semakin akurat data penelitian yang dihasilkan untuk menggambarkan populasi.9
Kerlinger dan Lee (2000) menyarankan agar para peneliti menggunakan sebesar
mungkin sampel untuk menghasilkan statistic yang lebih akurat karena semakin besar
sampel, makan akan semakin kecil varians error yang akan muncul pada dara sehingga
hasil yang diperoleh akan lebih akurat dibandingkan dengan data dari sampel yang
kecil. Guilford dan Fruchter (1978) menyatakan bahwa besar sampel yang dibutuhkan
untuk suatu penelitian yang baik setidaknya 30 orang. Dengan jumlah ini, data dapat
dianalisis secara statistik dengan menggunakan distribusi normal.
I. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner. Menurut Kumar (1999),
9 Kumar, R. 2005. Research Methodology: A Step by Step Guide for Beginners. London: SAGE Publications.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
7
kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang jawabannya akan ditulis
sendiri oleh partisipan penelitian. Pemilihan kuesioner sebagai alat pengumpul data
dalam penelitian ini didasarkan pada kemudahan-kemudahan dalam penggunaannya,
yaitu efisien dalam waktu dan biaya sehingga memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan banyak data dalam waktu singkat dan adanya privasi bagi setiap
partisipan dalam menjawab pertanyaan karena adanya anonimitas yang ditawarkan
pengumpulan data dengan teknik ini.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
probability sampling. Dengan teknik ini setiap elemen dalam populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian (Kumar, 2005). Secara lebih
spesifik, penelitian ini menggunakan metode accidental sampling, yaitu pemilihan
sampel bergantung dari kesediaan dan keinginan individu untuk menjadi partisipan
penelitian (Shaughnessy dan Zechmeister, 1994).
J. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini
adalah: 1) statistic deskriptif untuk menjelaskan karakteristik subyek penelitian dengan
melihat frekuensi dan presentase; 2) multiple correlation untuk menganalisis pengaruh
variabel pengetahuan dan sikap terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 12.0
IV. HASIL PENGOLAHAN DATA KUESIONER
A. Hasil Pengolahan Data Pesantren di Tasikmalaya
Jumlah responden di Tasikmalaya terdiri dari 152 orang (110 orang santri di
Ponpes Sukahideung dan 42 santri di Ponpes Persis Benda). Gambaran umum
responden dapat dilihat di Grafik .1. Responden sebagian besar berusia 18 tahun, dan
mayoritas kelas 12 (kelas 3 SMA). Secara jenis kelamin, laki-laki sebanyak 58% dan
perempuan 42%. Sebagian besar santri sudah mondok di ponpes antara 4-5 tahun
(59%), dan kemudian lebih lama dari 5 tahun (37%). Berdasarkan gambaran responden
tersebut dapat dikatakan bahwa secara usia, responden sudah cukup dewasa, jenis
kelamin responden proporsional antara laki-laki dan perempuan. Di samping itu,
mayoritas responden sudah menjadi santri dalam kurun waktu yang cukup lama.
Dengan demikian, diharapkan jawaban responden dapat menggambarkan kondisi
sebenarnya sesuai pengalaman yang dialami dan dirasakan santri.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
8
Grafik 1. Gambaran Umum Responden Tasikmalaya
Grafik 2. Indeks Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Santri Tasikmalaya
20 tahun1%
14 tahun1%
15 tahun9%
16 tahun30%
17 tahun24%
18 tahun34%
19 tahun1%
Usia
Laki-laki58%
Perempuan42%
Jenis Kelamin
Kelas 93%
Kelas 1038%
Kelas 119%
Kelas 1250%
Pendidikan
<1 tahun1%
2-4 tahun3%
4-5 tahun59%
> 5 tahun37%
Lama Menjadi Santri
73.68%
26.32%
Jawabanbenar
Jawabansalah
Pengetahuan Santri 35.24
%
35.86%
15.86%
8.93% 4.11%
Baiksekali
Baik Cukup Kurang Sangatkurang
Sikap Santri 32.60
% 23.98
%
24.86%
9.78%
3.54%
Baiksekali
Baik Cukup Kurang Sangatkurang
Perilaku Santri
86.84 77.84
75.26
79.54
Indeks Pengetahuan
Indeks Sikap
Indeks Perilaku
Indeks keseluruhan
Indeks Pengetahuan Sikap dan Perilaku
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
9
Selanjutnya dilakukan perhitungan indeks untuk masing-masing variabel dan
kemudian indeks keseluruhan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku santri terkait hidup bersih dan sehat di pesantren.
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner didapatkan bahwa mayoritas
responden (73,68%) responden menjawab benar, dapat dikatakan sebagaian besar
responden pengetahuannya tentang hidup bersih dan sehat di pesantren baik. Dalam
hal sikap, 35,86% responden mempunyai sikap yang baik terkait pola hidup bersih di
pesantren, diikut kemudian 35,24% responden yang sikapnya sangat baik. Demikian
juga dalam hal perilaku terkait pola hidup bersih dan sehat. Sebanyak 32,60%
responden perilakunya baik sekali, dan 24,86% cukup baik.
Apabila dihitung dalam bentuk indeks dalam rentang nilai 0 s.d. 100, didapatkan
bahwa indeks pengetahuan responden nilainya 86,84 (paling tinggi diantara variabel
lainnya), indeks sikap nilanya 77,84 dan indeks perilaku nilainya 75,26. Dan didapatkan
indeks keseluruhan sebesar 79,54. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa
pengetahuan santri akan pola hidup bersih dan sehat sangat baik (mendekati nilai
maksimum 100). Sedangkan variabel sikap dan perilaku baik mendekati sangat baik.
Hasil tersebut menggambarkan bahwa kedua pesantren di Tasikmalaya tempat
dilakukan penelitian sudah memberikan pengetahuan yang sangat baik kepada para
santrinya terkait pola hidup bersih dan sehat khususnya dalam pandangan Islam. Sikap
santri dalam hal kebersihan dan kesehatan juga sudah sudah baik namun perilakuknya
walaupun sudah dalam kadar baik, namun diantara ketiga variabel di atas nilai
indeksnya paling rendah sehingga masih perlu ditingkatkan.
Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku responden didapatkan
dengan uji korelasi dan regresi yang menghasilkan hasil sbb:
Correlations
Correlations
PengsikTsk PerilakuTsk
PengsikTsk
Pearson Correlation 1 .188*
Sig. (2-tailed) .021
N 152 152
PerilakuTsk
Pearson Correlation .188* 1
Sig. (2-tailed) .021
N 152 152
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan output di atas diketahui bahwa nilai signifikansinya < 0.05, yang berarti
terdapat korelasi yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku santri terkait
pola hidup bersih dan sehat di pesantren. Nilai Pearson Correlation yang dihubungkan antar
masing-masing variabel adalah sebesar 0.188* dan mempunyai tanda bintang. Nilai korelasi
tersebut menujukkan bahwa terdapat korelasi dan signifikan antar variabel yang saling
berhubungan. Hasil uji statistik tersebut dapat dimaknai, bahwa responden beranggapan bahwa
pengetahuan dan sikap santri terkait/berhubungan dengan perilaku santri.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
10
Regression Variables Entered/Removed
a
Model Variables Entered Variables Removed
Method
1 PengsikTskb . Enter
a. Dependent Variable: PerilakuTsk b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .188a .035 .029 5.12532
a. Predictors: (Constant), PengsikTsk ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 143.978 1 143.978 5.481 .021b
Residual 3940.338 150 26.269
Total 4084.316 151
a. Dependent Variable: PerilakuTsk b. Predictors: (Constant), PengsikTsk
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 28.789 6.342 4.539 .000
PengsikTsk .222 .095 .188 2.341 .021
a. Dependent Variable: PerilakuTsk
Korelasi adalah hubungan dan regresi adalah pengaruh. Korelasi bisa berlaku
bolak-balik, sebagai contoh A berhubungan dengan B demikian juga B berhubungan
dengan A. Untuk regresi tidak bisa dibalik, artinya A berpengaruh terhadap B, tetapi
tidak boleh dikatakan B berpengaruh terhadap A. Dengan demikian, tahapan berikutnya
yang dilakukan untuk mengkaji lebih dalam lagi hasil penelitian ini, adalah dengan
menganalisis hasil kuesioner dengan uji regresi. Analisis regresi mempelajari bentuk
hubungan antara satu atau lebih peubah/variabel bebas X (dalam penelitian ini adalah
pengetahuan dan sikap) dengan satu peubah tak bebas Y (yaitu perilaku).
Berdasarkan tabel hasil uji regresi di atas, nilai R yang merupakan nilai koefisien
korelasi adalah sebesar 0.188. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan kedua
variabel penelitian ada di kategori kurang kuat. Nilai Koefisien Determinasi (KD) adalah
sebesar 0,035 yang menunjuk bahwa variabel bebas X hanya memiliki pengaruh
kontribusi sebesar 3,5% terhadap variabel Y. Sedangkan sisanya, sebesar 96,5%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dimensi-dimensi pada variabel X.
Selanjutnya adalah menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari regresi.
Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai Signifikansi (Sig).
Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi penelitian ini adalah sebesar 0.021. Apabila
Sig< 0.05 maka model regresi adalah linier. Dengan demikian model persamaan regresi
berdasarkan data penelitian adalah signifikan dan memenuhi kriteria linieritas. Dengan
nilai F sebesar 5,481 dan Ho ditolak, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh
dari pengetahuan dan sikap terhadap perilaku santri dalam hidup sehat dan bersih di
pesantren. Adapan model persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
11
Y = 28,789 + 0.222 X
Dimana: y = perilaku
x = pengetahuan dan sikap
Berdasarkan persamaan di atas, variabel X bernilai positif. Hal ini berarti, apabila
terjadi kenaikan pengetahuan dan sikap santri maka perilaku santri juga akan
meningkat, begitu juga sebaliknya.
B. Hasil Pengolahan Data Pesantren di Banten
Penelitian di Provinsi Banten dilakukan di 3 pondok pesantren dengan jumlah
responden total sebanyak 183 orang santri. Dimana di Pesantren di Ponses Ponpes
Daar El Ihsan Asshidiqiyah Kota Serang 70 responden, Al Amanah Al Ghontory Tangsel
48 responden, dan Ponpes Madinatunnajah Tangsel 65 responden.
Berdasarkan Grafik 3 terlihat bahwa mayoritas responden (43%) berusia 16 tahun,
sebanyak 66% kelas sebelas (kelas 2 SMA), terdiri dari 53% santri putri dan 47% santri putra,
dan setengahnya sudah mondok di ponpes selam 4-5 tahun. Berdasarkan gambaran
responden di ketiga pesantren di Banten tersebut dapat dikatakan bahwa secara usia,
responden sudah cukup dewasa, jenis kelamin responden proporsional antara laki-laki
dan perempuan. Di samping itu, mayoritas responden sudah menjadi santri dalam
kurun waktu yang cukup lama. Dengan demikian, diasumsikan responden dapat
memberikan jawaban yang baik sesuai dengan tingkat pengetahuan yang mereka miliki
dan persepsi yang mereka alami.
Grafik. 3. Gambaran Umum Responden Banten
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
12
Grafik 5.4. merupakan hasil perhitungan untuk mengetahui tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku santri terkait hidup bersih dan sehat di pesantren. Berdasarkan
grafik tersebut didapatkan bahwa mayoritas responden (69,4%) responden menjawab
benar, dapat dikatakan sebagaian besar responden pengetahuannya tentang hidup
bersih dan sehat di pesantren cukup baik. Dalam hal sikap, 37,43% responden
mempunyai sikap yang baik terkait pola hidup bersih di pesantren, diikut kemudian
28,24% responden yang sikapnya sangat baik. Sedangkan hal perilaku terkait pola
hidup bersih dan sehat. Sebanyak 37,43% responden perilakunya baik, dan 28,24%
baik sekali.
Hasil perhitungan indeks dalam rentang nilai 0 s.d. 100, didapatkan bahwa
indeks pengetahuan responden nilainya 84,70 (paling tinggi diantara variabel lainnya),
indeks sikap nilainya 77,84 dan indeks perilaku nilainya 75,26. Dan didapatkan indeks
keseluruhan sebesar 79,54. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa pengetahuan
santri akan pola hidup bersih dan sehat sangat baik (mendekati nilai maksimum 100).
Sedangkan variabel sikap dan perilaku baik mendekati sangat baik. Hasil tersebut
menggambarkan bahwa kedua pesantren di Tasikmalaya tempat dilakukan penelitian
sudah memberikan pengetahuan yang sangat baik kepada para santrinya terkait pola
hidup bersih dan sehat khususnya dalam pandangan Islam. Sikap santri dalam hal
kebersihan dan kesehatan juga sudah sudah baik namun perilakuknya walaupun sudah
dalam kadar baik, namun diantara ketiga variabel di atas nilai indeksnya paling rendah
sehingga masih perlu ditingkatkan.
Grafik4.. Indeks Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Santri Banten
69.4%
30.6%
Jawabanbenar
Jawabansalah
Pengetahuan Santri
28.24%
37.43%
16.36% 11.80%
6.17%
Baiksekali
Baik Cukup Kurang Sangatkurang
Sikap Santri
28.24%
37.43%
16.36% 11.80%
6.17%
Baiksekali
Baik Cukup Kurang Sangatkurang
Perilaku Santri
84.70 73.95
79.98
79.54
Indeks Pengetahuan
Indeks Sikap
Indeks Perilaku
Indeks keseluruhan
Indeks Pengetahuan Sikap dan Perilaku
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
13
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner didapatkan bahwa mayoritas
responden (69,4%) responden menjawab benar, dapat dikatakan sebagaian besar
responden pengetahuannya tentang pola hidup bersih di pesantren cukup baik.
Demikian juga 37,43% responden mempunyai sikap yang baik terkait pola hidup bersih
di pesantren, diikut kemudian 28,24% responden yang sikapnya sangat baik. Demikian
juga dalam hal perilaku terkait pola hidup bersih dan sehat. Sebanyak 37,43%
responden perilakunya baik, dan 28,24% sangat baik.
Apabila dihitung dalam bentuk indeks dalam rentang nilai 0 s.d. 100, didapatkan
bahwa indeks pengetahuan responden nilainya 84,70 (paling tinggi diantara variabel
lainnya), indeks sikap nilanya 73,95 dan indeks perilaku nilainya 79,96. Dan didapatkan
indeks keseluruhan sebesar 79,54. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa
pengetahuan santri akan pola hidup bersih dan sehat sangat baik (mendekati nilai
maksimum 100). Perilaku juga baik mendekati sangat baik, dan sikap santri baik. Hasil
tersebut menggambarkan bahwa ketiga pesantren di Banten tempat dilakukan
penelitian sudah memberikan pengetahuan yang sangat baik kepada para santrinya
terkait pola hidup bersih dan sehat khususnya dalam pandangan Islam. Perilaku santri
juga sudah hampir sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki, namun
penyikapannya yang perlu sedikit ditingkatkan.
Selanjutnya hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku responden
didapatkan dengan uji korelasi dan regresi yang menghasilkan hasil sbb:
Correlations Correlations
PengSikBT PerilakuBT
PengSikBT
Pearson Correlation 1 .364**
Sig. (2-tailed) .000
N 183 183
PerilakuBT
Pearson Correlation .364** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 183 183
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil uji korelasi di atas diketahui bahwa nilai signifikansinya < 0.00, yang
berarti terdapat korelasi yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku santri
terkait pola hidup bersih dan sehat di pesantren di Banten. Nilai Pearson Correlation yang
dihubungkan antar masing-masing variabel adalah sebesar 0.364 dan mempunyai tanda
bintang. Nilai korelasi tersebut menujukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan
antar variabel yang saling berhubungan. Hasil uji statistik tersebut dapat dimaknai, bahwa
responden beranggapan bahwa pengetahuan dan sikap santri berhubungan dengan perilaku
santri dalan hidup sehat dan bersih.
Regression Variables Entered/Removed
a
Model Variables Entered Variables Removed
Method
1 PengSikBTb . Enter
a. Dependent Variable: PerilakuBT b. All requested variables entered.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
14
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .364a .133 .128 3.84922
a. Predictors: (Constant), PengSikBT
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 410.101 1 410.101 27.679 .000b
Residual 2681.779 181 14.816
Total 3091.880 182
a. Dependent Variable: PerilakuBT b. Predictors: (Constant), PengSikBT
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 25.182 4.043 6.229 .000
PengSikBT .332 .063 .364 5.261 .000
a. Dependent Variable: PerilakuBT
Berdasarkan tabel hasil uji regresi terhadap hasil kuesioner santri 3 pesantren di
Banten (Serpong dan Tangsel), didapatkan nilai R yang merupakan nilai koefisien
korelasi adalah sebesar 0.133. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan kedua
variabel penelitian ada di kategori kurang kuat. Nilai Koefisien Determinasi (KD) adalah
sebesar 0,128 yang menunjuk bahwa variabel bebas X hanya memiliki pengaruh
kontribusi sebesar 12,8% terhadap variabel Y. Sedangkan sisanya, sebesar 87,2%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dimensi-dimensi pada variabel X.
Selanjutnya adalah menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari regresi.
Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai Signifikansi (Sig).
Berdasarkan hasil uji regresi terhadap kuesioner di Banten didapatkan bahwa nilai
signifikansi penelitian ini adalah sebesar 0.00 yang berarti bahwa model regresi adalah
linier. Dengan demikian model persamaan regresi berdasarkan data penelitian adalah
signifikan dan memenuhi kriteria linieritas. Dengan nilai F sebesar 27,679, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat pengeraruh dari pengetahuan dan sikap santri terhadap
perilaku santri dalam hidup sehat dan bersih di pesantren. Adapan model persamaan
regresinya adalah sebagai berikut:
Y = 25,182 + 0.332 X
Dimana: y = perilaku
x = pengetahuan dan sikap
Berdasarkan persamaan di atas, variabel X bernilai positif. Hal ini berarti, apabila
terjadi kenaikan pengetahuan dan sikap santri maka perilaku santri juga akan
meningkat, demikian juga sebaliknya.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
15
V.PENUTUP
A. Simpulan
Santri di dua pesantren di Tasikmalaya mempunyai pengetahuan yang sangat
baik terkait hidup sehat dan bersih sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan sikap dan
perilakunya baik. Indeks keseluruhan terkait pengetahuan sikap dan perilaku adalah
sebesar 79,54 dan ini masuk dalam kategori baik. Sementara ituSantri di tiga pesantren
di Banten juga mempunyai nilai indeks yang sama yakni 79,54 untuk keseluruhan
pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup bersih dan sehat di pesantren. Adapun indeks
pengetahuan nilainya sangat baik, dan perilaku dan sikap nilainya baik.
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
dan sikap dengan perilaku hidup bersih santri baik di pesantren Tasikmalaya maupun
di Banten. Hubungan kedunya di dua pesantren di Tasikmalaya tidak begitu kuat,
sementara di tiga pesantren di Banten kuat.
Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dan
sikap dengan perilaku santri baik di Tasikmalaya maupun di Banten. Dan pengaruh di
kedua tempat tersebut positif, artinya jika pengetahuan dan sikap santri bertambah,
maka perilaku santri juga bertambah, demikian juga sebaliknya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian, dihasilkan bahwa pengetahuan santri dalam hal hidup
sehat dan bersih sudah sangat baik, namun kategor sikap dan perilaku masih dalam
kisaran baik. Dengan demikian perlu upaya terus menerus dan pembiasaan di
pesantren agar sikap dan perilaku santri sejalan dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Peningkatan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan santri di pesantren juga
perlu terus ditingkatkna. Dalam hal kebersihan lingkungan, pengelolaan sampah,
kebersihan kamar dan MCK adalah prioritas utama, sedangkan dalam hal kesehatan
kualitas makanan perlu menjadi perhatian. Makanan yang higenis dan bergizi, serta
sarana prasarana penyediaan makan yang bersih juga seyogyanya disediakan dan
disiapkan. Santri dapat turut dilibatkan baik dalam menjaga kebersihan lingkungan
maupun meningkatkan kualitas kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal
Ikhwanudin, Alim. tt. Perilaku Kesehatan Santri: (Studi Deskriptif Perilaku Pemeliharaan Kesehatan , Pencarian Dan Penggunaan Sistem Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Lingkungan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Surabaya). Jurnal Sosial dan Politik. Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga.
Kementerian Kesehatan 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Executive Summary| Penelitian Individu 2018
16
Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia 2015. Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup Indonesia 2014.
Kumar, R. 2005. Research Methodology: A Step by Step Guide for Beginners. London: SAGE Publications.
Kusnoputranto, Haryoto. 1986. Kesehatan Lingkungan. Depdikbud, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.
Maryunani, Anik. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta:CV Trans Info Media.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soemirat, Juli. 2011. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Syahrin, Alvi. tt. Pembangunan Berkelanjutan (Perkembangannya, Prinsip-Prinsip dan
Status Hukumnya). Fakultas Hukum USU, Medan.
Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. diakses 5 April 2018.
Zaman, Badrus dan Syafrudin. 2012. Buku Ajar Pengelolaan Kualitas Lingkungan.
Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas
Diponegoro Semarang.
Internet
Notoatmodjo. 2007. dalam http://digilib.unila.ac.id/20755/101/BAB%20II.pdf diakses 5 April 2018.
“Aher: Ada 12.000 Pesantren di Jabar, Hampir 2 Kali Lipat dari Jatim”https://regional.kompas.com/read /2017/10/17/18340851/aher-ada-12000-pesantren-di-jabar-hampir-2-kali-lipat-dari-jatim. Penulis : Kontributor Garut, Ari Maulana Karang , diakses 5 April 2018.
“Kota Serang Bestatus KLB Wabah Difteri,” https://www.bantennews.co.id/kota-serang-bestatus-klb-wabah-difteri/. diakses 5 April 2018.
“PenyakitMisterus, 104 Santri Asshiddiqiyah Terkapar.” https://www.jpnn.com/ news/penyakit-misterius-104-santri-asshiddiqiyah-terkapar,. diakses 5 April 2018.
“Pesantren Persis 67 Benda, Salah Satu Percontohan Pesantren Persis untuk Pelayanan KesehatanSantri.”http://persis.or.id/pesantren-persis-67-benda-salah-satu-percontohan -pesantren-persis-untuk- pelayanan-kesehatan-santri/.
“Pesatnya Perkembangan Pesantren di Indonesia” http://www.nu.or.id/post/ read/81953/pesatnya-perkembangan-pesantren-di-indonesia, diakses 4 April 2018.
“Potensi Pemberdayaan Pesantren di Banten Besar, Tapi..” http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/10/22/nwmjp2313-potensi-pemberdayaan-pesantren-di-banten-besar-tapi. diakses 5 April 2018.
Achmadi, Umar Fahmi. 2013. Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rajawali Pers.
http://eprints.ums.ac.id/42020/4/BAB%20I.pdf diakses 5 April 2018. http://eprints.undip.ac.id/44507/3/Aulia_Faris_Akbar_P_22010110130143_Bab2KTI.p
df diakses 5 April 2018.