pengaruh fly ash terhadap kuat tekan dan kuat …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileta/tugas akhir donna...
TRANSCRIPT
PENGARUH FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN
KUAT LENTUR BETON POROUS
TUGAS AKHIR
DONNA ARIANA
NIM : 150309269892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2018
PENGARUH FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN
KUAT LENTUR BETON POROUS
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
DONNA ARIANA
NIM : 150309269892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN
KUAT LENTUR BETON POROUS
Disusun Oleh :
DONNA ARIANA
NIM : 150309269892
Pembimbing I Pembimbing II
Karmila Achmad, ST., MT. Lilik Damayanti, SS., M.Hum
NIP/NIK. 19790317 200701 2 017 NIP/NIK. 2009.90.032
Penguji I Penguji II
Drs. Sunarno, M.Eng. Mohamad Isram M.Ain, S.T., M.Sc
NIP/NIK. 19640413199003 1 015 NIP/NIK. 2018.90.003
Mengetahui,
Kepala Program Studi Teknik Sipil
Drs. Sunarno, M.Eng.
NIP. 19640413199003 1 015
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Donna Ariana
Tempat/Tgl. Lahir : Balikpapan, 24 Januari 1998
NIM : 150309269892
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul ” PENGARUH FLY ASH
TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON POROUS“ adalah
bukan merupakan hasil karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan,
kecuali dalam kutipan yang kami sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapat sanksi akademis.
Balikpapan, 31 Januari 2018
Mahasiswa,
DONNA ARIANA
NIM : 150309269892
iv
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT.
Karya ilmiah ini saya persembahkan
untuk Babe dan Mami tercinta
Gangsar Ruswito dan Walriyati
Kakak saya Ika Ruswati
Keponakan yang saya sayangi, Haura Zain Zidni Azaqiya
Dosen-dosen Jurusan Teknik Sipil yang sudah membimbing dan
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk saya
Pembimbing tugas akhir saya Ibu Karmila Achmad, S.T, M.T. dan Ibu
Lilik damayanti, S.S, M.Hum
Teman-teman Teknik Sipil Angkatan 2015, 3TS2 dan 3TS1
Kawan-kawan terdekat saya yang sudah membantu saya selama ini
dan mensupport saya
Terima kasih untuk orang-orang yang sudah memberikan bantuannya
selama ini baik secara langsung ataupun tidak langsung
Terima kasih untuk doa dan dukungan yang telah diberikan
v
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Donna Ariana
NIM : 150309269892
Program Studi : Teknik Sipil
Judul TA. : Pengaruh Fly Ash Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur
Beton Porous
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak
kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih media atau
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Balikpapan
Pada tanggal : 31 Januari 2018
Yang menyatakan
(Donna Ariana)
vi
ABSTRACT
Porous concrete is a concrete that has high porosity properties and used as
a pavement. In this research used the added materials of fly ash to increase the
strength of the concrete.
This research used fly ash variations 0%, 10%, and 25% from cement
weight with 36 samples. Consist of 18 samples for compressive strength test and
bending test with codes 0A, 10A, 25A at 14 days old and 18 samples of
compressive strength test and bending test with code 0B, 10B, 25B at 28 days old.
From the test results obtained value of compressive strength 0,28 MPa, 0,38
Mpa, 0,14 Mpa for the code 0A, 10A, 25A at 14 days old and 0,42 MPa, 0,24
MPa, 0,14 MPa at 28 day old. Bending strength test the results were 0,90 MPa,
0,90 MPa, dan 1,35 MPa at 14 days old and 0,90 MPa, 0,90 MPa, dan 0,60 MPa
at 28 days old. The increasing of in compressive strength occurred at variation of
10% at 14 days old and increased flexural strength occurred in a 25% variation
at 14 days old. The decreasing in compressive strength and bending strength
occurred in all variation at 28 days old.
Keyword: Bending Test, Compressive Strength, Fly Ash, Porous Concrete
vii
ABSTRAK
Beton porous adalah beton yang memiliki sifat porositas tinggi dan
digunakan sebagai perkerasan jalan. Dalam penelitian ini digunakan bahan
tambah fly ash untuk menambah kekuatan beton porous.
Penelitian ini menggunakan variasi fly ash 0%, 10%, dan 25% dari berat
semen dengan jumlah sampel sebanyak 36 buah. Terdiri dari 18 buah untuk benda
uji kuat tekan dan lentur dengan kode 0A, 10A, 25A untuk umur 14 hari dan 18
buah benda uji kuat tekan dan lentur dengan kode 0B, 10B, 25B untuk umur 28
hari.
Dari hasil pengujian diperoleh nilai kuat tekan 0,28 MPa, 0,38 Mpa, 0,14
Mpa untuk kode 0A, 10A, 25A pada umur 14 hari dan 0,42 MPa, 0,24 MPa, 0,14
MPa pada umur 28 hari. Pengujian kuat lentur didapatkan hasil sebesar 0,90 MPa,
0,90 MPa, dan 1,35 MPa pada umur 14 hari dan 0,90 MPa, 0,90 MPa, dan 0,60
MPa pada umur 28 hari. Peningkatan kuat tekan terjadi pada variasi 10% umur 14
hari dan peningkatan kuat lentur terjadi pada variasi 25% umur 14 hari. Penurunan
kuat tekan dan kuat lentur terjadi pada semua variasi di umur 28 hari.
Kata kunci: Beton Porous, Fly Ash, Kuat Lentur, Kuat Tekan
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
dengan judul “Pengaruh Fly Ash Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton
Porous”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ramli, S.E, M.M sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Bapak Drs. Sunarno, M.Eng. sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Balikpapan.
3. Karmila Achmad, ST., MT sebagai dosen pembimbing I dan Lilik Damayanti,
SS., M.Hum sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan selama pengerjaan tugas akhir ini.
4. Seluruh dosen, staf dan karyawan Jurusan Teknik Sipil di Politeknik Negeri
Balikpapan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
5. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan kelancaran
pengerjaan tugas akhir ini.
6. Seluruh teman angkatan 2015 Teknik Sipil di Politeknik Negeri Balikpapan
yang telah membantu selama penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
7. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
Penulis menyadari tugas akhir ini bukanlah karya yang sempurna. Untuk
itu diharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
tugas akhir ini demi kebaikan dimasa yang akan datang.
Balikpapan, 31 Januari 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. v
ABSTRAKSI ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 4
2.1 Beton Porous ................................................................................................ 4
2.2 Material Beton Porous ................................................................................. 4
2.2.1 Semen ........................................................................................................... 5
2.2.2 Agregat Kasar............................................................................................... 5
2.2.3 Air ................................................................................................................ 6
2.2.4 Bahan Tambah ............................................................................................. 6
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pengaplikasian Beton Porous .......................... 8
2.4 Kuat Tekan Beton ......................................................................................... 8
2.5 Kuat Lentur Beton ........................................................................................ 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 11
3.1 Metode Penelitian....................................................................................... 11
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 12
x
3.3 Alat dan Bahan .......................................................................................... 13
3.4 Pemeriksaan Bahan .................................................................................... 15
3.5 Perencanaan Campuran .............................................................................. 21
3.6 Variasi Benda Uji ....................................................................................... 21
3.7 Pembuatan Benda Uji dan Penamaan Benda Uji ....................................... 21
3.8 Perawatan Benda Uji .................................................................................. 23
3.9 Pengujian Beton ......................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 25
4.1 Umum ......................................................................................................... 25
4.2 Pemeriksaan Kerikil Palu ........................................................................... 25
4.2.1 Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu .......................................................... 25
4.2.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu ........................ 26
4.2.3 Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu ............................................................ 27
4.2.4 Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu .................................................. 27
4.2.5 Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu .............................................................. 28
4.2.6 Pemeriksaan Keausan (Abrasi) Kerikil Palu .............................................. 31
4.2.7 Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Kerikil Palu ............................................. 32
4.3 Perencanaan Campuran Beton ................................................................... 33
4.4 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air ........................................................... 35
4.5 Pembuatan Sampel ..................................................................................... 36
4.6 Pengujian Slump ......................................................................................... 36
4.7 Perawatan Sampel ...................................................................................... 37
4.8 Pengujian Kuat Tekan ................................................................................ 37
4.9 Pengujian Kuat Lentur ............................................................................... 41
4.10 Kekuatan Benda Uji ................................................................................... 45
4.11 Pola Retak dan Patahan .............................................................................. 46
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 49
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 49
5.2 Saran ........................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Garis-Garis Perletakan dan Pembebanan ................................... 9
Gambar 3.1 Diagram Alur Langkah Kerja Penelitian .................................. 11
Gambar 4.1 Grafik Gradasi Kerikil Palu Ukuran Maksimum Butir 10mm . 29
Gambar 4.2 Grafik Gradasi Kerikil Palu Ukuran Maksimum Butir 20mm . 30
Gambar 4.3 Grafik Gradasi Kerikil Palu Ukuran Maksimum Butir 40mm . 30
Gambar 4.4 Diagram Kuat Tekan Beton Porous Umur 14 Hari .................. 39
Gambar 4.5 Diagram Kuat Tekan Beton Porous Umur 14 Hari .................. 41
Gambar 4.6 Diagram Kuat Lentur Beton Porous Umur 14 Hari ................. 43
Gambar 4.7 Diagram Kuat Lentur Beton Porous Umur 28 Hari ................. 44
Gambar 4.8 Uji Kuat Tekan Beton Porous Umur 28 hari ........................... 47
Gambar 4.9 Pola Patahan Pengujian Kuat Lentur Beton Porous................. 48
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 13
Tabel 3.2 Kode Benda Uji ............................................................................. 21
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu ................................... 25
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil ......... 26
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Air Kerikil Palu ............................... 27
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu ............................ 27
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu ....................................... 28
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Keausan (Abrasi) Kerikil Palu ....................... 32
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Kerikil Palu ............................... 33
Tabel 4.8 Hasil Perencanaan Campuran Beton Porous ................................ 34
Tabel 4.9 Data Kebutuhan Material untuk 36 sampel................................... 34
Tabel 4.10 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air .............................................. 35
Tabel 4.11 Data Kebutuhan Air untuk 36 sampel ........................................... 35
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Slump Beton Porous ........................................... 36
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Porous 14 Hari ..................... 37
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Porous 28 Hari ..................... 39
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Porous 14 Hari .................... 42
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Porous 28 Hari .................... 43
Tabel 4.17 Kekuatan Benda Uji ...................................................................... 45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Pengujian Bahan
Lampiran 2 Alat dan Bahan
Lampiran 3 Pemeriksaan Bahan
Lampiran 4 Pembuatan Benda Uji
Lampiran 5 Perawatan Benda Uji
Lampiran 6 Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Lentur
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umumnya penggunaan konstruksi perkerasan jalan di Indonesia
menggunakan perkerasan kaku dan perkerasan lentur yang kurang ramah
lingkungan. Karena penggunaan perkerasan kaku dan lentur dapat mengakibatkan
lapisan kedap air semakin luas, sehingga air hujan tidak dapat terserap ke dalam
tanah dengan baik dan menyebabkan limpasan permukaan menjadi lebih besar,
sehingga muka air tanah menurun yang mengakibatkan banjir pada musim hujan.
Menurut NRMCA (2004), beton porous adalah suatu jenis beton yang
memiliki sifat porositas tinggi yang biasanya diaplikasikan pada plat beton
sehingga memungkinkan air hujan dan air dari sumber-sumber lain dapat
melewatinya. Beton porous umumnya digunakan sebagai area parkir, di daerah
lampu lalu lintas dan trotoar untuk pejalan kaki. Beberapa Negara bahkan telah
mengaplikasikan beton porous untuk bangunan prasarana seperti Road
construction, Canary Wharf di London serta Arches Housing application di
South Africa dan lain-lain.
Fly ash adalah material yang berwarna keabu-abuan, memiliki ukuran butir
yang halus, dan diperoleh dari hasil residu pembakaran batu bara. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun menyebutkan bahwa fly ash dikategorikan
sebagai bahan B3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifai
Syakuri dan Haryadi (1997), penambahan fly ash pada campuran beton
menghasilkan kuat tekan yang paling maksimum dibandingkan dengan beton
normal biasa.
Untuk mendapatkan perkerasan jalan yang ringan dan ramah lingkungan
maka perlu penelitian tentang beton porous sebagai bahan perkerasan jalan
dengan penambahan fly ash sebagai penguat beton.
2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penambahan fly ash terhadap kekuatan tekan beton
porous ?
2. Bagaimana pengaruh penambahan fly ash terhadap kekuatan lentur beton
porous ?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah adalah sebagai berikut:
1. Fly ash yang akan digunakan adalah fly ash tipe C,
2. Pengujian kuat tekan dan kuat lentur dilakukan pada umur 14 hari dan 28
hari,
3. Jumlah benda uji yang digunakan 36 buah terdiri dari 18 buah sampel silinder
diameter 15cm dengan tinggi 30cm dan 18 buah sampel balok dimensi
10×10×50 cm,
4. Perencanaan campuran menggunakan perbandingan 1 : 5 antara semen dan
kerikil, dengan nilai faktor air semen (fas) sebesar 0,5,
5. Variasi campuran fly ash sebesar 0% , 10% dan 25% dari berat semen,
6. Menggunakan kerikil Palu alami,
7. Ukuran kerikil yang digunakan berukuran 2-3cm,
8. Masing-masing variasi menggunakan 3 benda uji,
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan fly ash terhadap kekuatan tekan
beton porous,
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan fly ash terhadap kekuatan lentur
beton porous,
3
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan beton porous bisa dijadikan alternatif perkerasan jalan yang
ramah lingkungan,
2. Limbah B3 berupa fly ash yang dihasilkan dari residu pembakaran batu bara
pada pembangkit tenaga listrik bisa dimanfaatkan keberadaannya sebagai
bahan tambah beton porous sehingga limbah tersebut tidak harus ditimbun,
3. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang
jelas bagi pengembangan ilmu teknologi beton porous dan kualitas mutu
beton porous yang menambahkan fly ash sebagai bahan tambah pada proporsi
campuran beton porous.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Beton Porous
Beton Porous adalah beton yang terbuat dari campuran semen, agregat kasar
dan air dengan sedikit atau tidak memakai agregat halus sama sekali. Beton ini
memiliki kemampuan untuk mengalirkan air permukaan ke dalam tanah dengan
sangat cepat. Menurut Neville dan Brooks (2010) beton porous atau beton non-
pasir juga dikenal sebagai pervious concrete adalah campuran antara semen dan
agregat kasar yang membentuk suatu material tembus air.
Komposisi yang digunakan untuk beton porous tidak jauh berbeda seperti
beton normal, perbedaan yang ada adalah dalam pembuatan beton porous tidak
ada atau sedikit sekali digunakan agregat halus pada campuran betonnya
dikarenakan beton porous yang terbentuk memiliki rongga–rongga untuk
porositas air. Sehingga untuk menciptakan pori pada beton porous, bahan
penyusun utama adalah semen portland, agregat kasar, air dan bahan tambah
lainnya dengan komposisi tertentu.
Beberapa Negara telah mengaplikasikan beton porous pada berbagai
bangunan prasarana seperti U.S. Army Engineer Waterways Experiment Station di
Vicksburg, Miss., Void filling in Heathrow railway tunnel di UK, Void filling in
Coombe down mines di UK, Void filling in Harbour di Netherlands, Smart Tunnel
di Kuala Lumpur, Kingstone Bridge widening and strengthening di UK, Road
construction, Canary Wharf di London, Road base yang berada di beberapa
Negara seperti Boston, Holland, Washington DC dan South Dakota serta Road
base in Logan International Airport di Boston.
2.2 Material Beton Porous
Beton porous adalah beton yang tidak menggunakan agregat halus, sehingga
bahan penyusun utamanya yaitu semen, agregat kasar, air dan bahan tambah fly
ash.
5
2.2.1 Semen
Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan
batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan. Semen mempunyai sifat
adhesive dan cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material),
yang dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir.
Menurut Tjokrodimuljo (1996), semen portland ialah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang berifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambah. Semen jika
diaduk dengan air akan membentuk pasta semen, jika diaduk dengan air kemudian
ditambah pasir menjadi mortar seman, dan jika ditambah lagi dengan kerikil/batu
pecah disebut beton. Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar
terjadi suatu massa yang padat. Semen juga berfungsi untuk mengisi rongga-
rongga diantara butiran agregat.
Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang
dipakai dan waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang
diperlukan untuk proses hidrasi hanya kira-kira 25% dari berat semennya,
penambahan jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah mengeras. Kelebihan
air dari yang diperlukan untuk proses hidrasi pada umumnya diperlukan pada
pembuatan beton, agar adukan beton dapat dicampur dengan baik, diangkut
dengan mudah dan dapat dicetak tanpa rongga-rongga yang besar (tidak keropos).
2.2.2 Agregat Kasar
Agregat kasar ialah agregat dengan besar butiran lebih dari 5 mm atau
agregat yang semua butirannya dapat bertahan diayakan 4,75 mm tetapi lolos
ayakan 4,0 mm. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil dari
disintregrasi batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan,
manual atau mesin. Agragat kasar terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak
berpori dengan indeks kekerasan ≤ 5%, permukaan yang kasar dan kekal. Agregat
kasar tidak menggandung lumpur lebih dari 1%, tidak mengandung zat-zat yang
6
reaktif terhadap alkali dan memiliki modulus halus butir (MHB) antara 6,0-8,0
dengan variasi butir sesuai standar gradasi.
Menurut Tjokrodimuljo (1996), agregat adalah butiran mineral alami yang
berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat
menempati sekitar 70%-75% dari volume mortar atau beton. Agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya, sehingga pemilihan agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton.
2.2.3 Air
Air adalah salah satu bahan pembuat beton yang paling murah, dikarenakan
keberadaannya yang cukup banyak juga harganya yang terjangkau. Air yang
digunakan untuk campuran beton biasanya air yang memenuhi syarat untuk di
minum. Biasanya jumlah air yang diperlukan dalam pembuatan beton berkisar
antara 25% dari jumlah berat semen. Pada beton porous kelebihan dalam
penggunaan air dapat menyebabkan pengendapan pasta semen. Menurut
Tjokrodimuljo (1996), air diperlukan untuk bereaksi dengan semen serta untuk
menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan
dan dipadatkan. Secara umum, air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur
beton ialah air yang bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan
lebih dari 90% kekuatan beton yang memakai air suling.
Dalam pemakaian air untuk beton, sebaiknya air memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter,
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter,
3. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter,
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter,
5. Tidak mengandung bahan organik seperti rumput atau lumut.
2.2.4 Bahan Tambah
Salah satu bahan tambah dapat berupa fly ash sebagai material yang mampu
meningkatkan mutu beton.
7
Fly ash merupakan sisa dari hasil pembakaran batu bara pada pembangkit
listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus dan bersifat pozzoland. Dengan
sifat pozzoland tersebut maka fly ash memiliki prospek untuk dijadikan bahan
pengganti sebagian semen. Menurut Tjokrodimulyo (1996) bila dipakai sebagai
pengganti sebagian semen portland umumnya berkisar antara 10%-35% berat
semen.
Fly ash atau biasa disebut sebagai abu terbang merupakan material yang
memiliki ciri butiran berukuran kecil dan halus serta memiliki warna keabu-abuan
dan dapat diperoleh dari residu hasil pembakaran batu bara (Wardani, 2008).
Berdasarkan Michael Thomas (2007), terdapat beberapa dampak positif dari
penggunaan abu terbang pada beton adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi pemakaian air pada campuran beton dengan kondisi workabilitas
yang sama dengan penggunaan portland cement,
2. Mengurangi bleeding atau terpisahnya air semen dalam campuran beton,
3. Mengurangi panas hidrasi beton,
4. Meningkatkan kuat tekan beton,
5. Rangkak pada beton mengandung abu terbang cenderung lebih rendah apabila
dibandingkan dengan beton yang menggunakan portland cement saja dalam
kondisi kekuatan yang sama.
Kelas-kelas fly ash memiliki sifat fisik, kimia dan teknis yang berbeda.
Berdasarkan ASTM C 618-05 masing-masing kelas memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Kelas N
Jenis ini adalah buangan atau pozzolan alam yang terkalsinasi.
2. Kelas F
Jenis ini pada umumnya diperoleh dari pembakaran anthracite (batubara
keras yang mengkilat) atau bituminous batubara. Jenis fly ash ini bersifat
Pozzolanic.
3. Kelas C
Jenis ini pada umumnya diperoleh dari lignite atau batubara subitumen. Jenis
fly ash ini bersifat pozzoland dan sifat yang menyerupai semen yaitu dapat
mengeras dan menambah kekuatan apabila bereaksi dengan air.
8
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pengaplikasian Beton Porous
Dalam mengaplikasikan beton porous pada konstruksi pasti memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kelebihan dari beton porous
adalah:
1. Meningkatkan penyerapan air tanah,
2. Beton porous dapat mengurangi biaya ekonomi proyek,
3. Beton porous mempunyai absorbsi terhadap bunyi,
4. Beton porous menyerap lebih sedikit panas dibandingkan dengan beton
normal maupuan aspal,
5. Beton porous mudah didaur ulang sehingga merupakan material yang ramah
lingkungan,
6. Beton porous mempunyai daya tembus air dan udara yang baik,
7. Memiliki variasi berat volume antara 400-1800 kg/m3,
Dalam hal ini dapat bermanfaat dalam desain beban sendiri terhadap
perhitungan suatu elemen struktur,
8. Peredam benturan dan beban kejut yang baik.
Selain memiliki kelebihan beton porous juga memiliki kekurangan yaitu:
1. Beton porous dapat tersumbat oleh partikel debu maupun kotoran,
2. Pembuatan beton porous juga harus memperhatikan kondisi permeabilitas
tanah asli,
3. Dilakukan perawatan berkala pada permukaan beton porous agar tidak buntu,
4. Dibutuhkan metode pembuatan yang baik serta kontraktor yang
berpengalaman.
2.4 Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton dinyatakan dengan berapa besar kemampuan beton
menerima beban maksimum sampai beton tersebut retak atau pecah.
Berdasarkan SNI 03-1974-1990, kuat tekan beton adalah besarnya beban
persatuan luas, yang menyebabkan benda uji beton mengalami kehancuran bila
dibebani. Besarnya kuat tekan dapat dihitung dengan persamaan berikut:
9
……………………………………………………………………….. 2.1
Keterangan :
f’c = Kuat tekan beton (kg/cm2
atau MPa)
P = Beban tekan maksimum ( kN)
A = Luas bidang tekan benda uji (mm2)
Menurut ACI 522R-10 mengenai kuat tekan beton berpori berkisar antara
2,8–28 Mpa. Nilai kuat tekan beton porous lebih rendah apabila dibandingkan
dengan nilai kuat tekan beton normal. Hal ini menyebabkan pemanfaatan beton
porous terbatas. Beton porous hanya dapat diaplikasikan pada konstruksi-
konstruksi yang tidak menerima beban dengan intensitas tinggi seperti lapangan
parkir, rekreasi, dan jalan pejalan kaki.
2.5 Kuat Lentur Beton
Berdasarkan SNI 4431-2011, kuat lentur beton adalah kemampuan balok
beton yang diletakkan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah
tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan kepadanya, sampai benda uji patah,
dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) atau gaya per satuan luas. Adapun gambar
garis-garis perletakan dan pembebanan seperti pada gambar 2.1:
British Standard menetapkan ukuran benda uji 150 mm x 150 mm x 750
mm (6 x 6 x 30 in). Tetapi jika ukuran maksimum agregat < 25 mm, ukuran benda
uji adalah 100 mm x 100 mm x 500 mm (4 x 4 x 20 in). Dalam penelitian ini
digunakan benda uji dengan ukuran 100 mm x 100 mm x 500 mm (4 x 4 x 20 in).
Gambar 2.1 Garis-garis Perletakan dan Pembebanan
(Sumber: SNI 4431-2011)
10
Berdasarkan SNI 4431-2011 besarnya kuat lentur dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
1. Untuk pengujian dimana bidang patah terletak di daerah pusat (daerah 1/3
jarak titik perletakan bagian tengah), maka kuat lentur beton dihitung menurut
persamaan sebagai berikut:
………………………………………...…………………….. 2.2
2. Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada di luar pusat (daerah 1/3
jarak titik perletakan bagian tengah), dan jarak antara titik pusat dan titik
patah kurang dari 5% dari jarak antara titik perletakan maka kuat lentur beton
dihitung menurut persamaan sebagai berikut:
…………………………………………………...………….. 2.3
Keterangan:
= Kuat lentur benda uji (MPa atau kg/cm2 atau N/mm2)
P = Beban tertinggi yang terbaca pada mesin uji (kg atau N)
L = Jarak (bentang) antara dua garis perletakan (cm atau mm)
b = Lebar tampang lintang patah arah horizontal (cm atau mm)
h = Lebar tampang lintang patah arah vertikal (cm atau mm)
a = Jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang
terdekat, diukur pada 4 tempat sudut dari bentang (cm atau mm)
Catatan : Pada penelitian ini menggunakan persamaan kuat lentur beton yang
pertama.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
untuk mendapatkan hasil dari variabel-variabel yang diselidiki. Penelitian ini
dilaksanakan di dalam laboratorium. Bagan alur langkah kerja penelitian dapat
dilihat pada gambar 3.1 berikut:
B A
Identifikasi Masalah
Persiapan Alat dan Bahan
Pemeriksaan Bahan Agregat Kasar:
- Berat Isi Kerikil
- Kadar Air Kerikil
- Kadar Lumpur Kerikil
- Berat Jenis Kerikil
- Gradasi Kerikil
- Keuasan Kerikil (Abrasi)
Perencanaan Campuran Beton Porous
Pembuatan Adukan Beton Porous
Mulai
12
Gambar 3.1 Diagram Alur Langkah Kerja Penelitian
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dan pengujian ini dilakukan di workshop teknik sipil Politeknik
Negeri Balikpapan, Jalan Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan-Kalimantan Timur.
Waktu penelitian dilaksanakan pada akhir Maret-Mei 2018. Berikut adalah jadwal
pelaksanaan penelitian:
Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Lentur Beton Porous
Analisis Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Pembuatan Benda Uji
Perawatan Benda Uji
Penyaringan Pasta
Benda Uji dengan
Ayakan No. 4
A B
Tidak
Ya
Uji Slump
13
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Uraian
Waktu Pelaksanaan
Maret April Mei
4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Alat dan Bahan
2 Pemeriksaan Bahan Agregat
Kasar
3 Pembuatan Adukan Beton
Porous
4 Uji Slump
5 Penyaringan Pasta Benda
Uji dengan Ayakan No. 4
6 Pembuatan benda uji
7 Perawatan benda uji
8 Pengujian Kuat Tekan dan
Kuat Lentur Beton Porous
3.3 Alat dan Bahan
Alat-alat yang akan digunakan pada penelitian ini:
1. Ayakan
a. Ayakan dengan nomor lubang 76,0mm; 38,0mm; 25,0mm; 19,0 mm;
12,7mm; dan 9,5mm; 4,75mm; 2,36mm; 1,18mm; 0,60mm; 0,30mm dan
0,15mm yang dilengkapi dengan penutup dan alat penggetar. Digunakan
untuk mengetahui gradasi batu pecah.
b. Cara pemakaian dengan disusun dari atas mulai dari ukuran lubang besar
dan semakin kecil ke bawah serta paling bawah adalah pan (tempat
menampung sisa ayakan).
2. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk menimbang material dan benda uji yang
akan diteliti.
3. Piknometer
Piknometer digunakan untuk pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
kasar. Piknometer memiliki kapasitas 1000ml.
14
4. Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan agregat pada pengujian kadar air, berat
jenis dan gradasi agregat.
5. Kerucut Abram’s
Kerucut Abram’s digunakan untuk mengukur kelecakan adukan beton (nilai
slump). Dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan
tinggi 30 cm.
6. Meteran
Digunakan untuk mengukur nilai slump pada campuran beton.
7. Cetakan Beton
a. Cetakan silinder
Cetakan ini terbuat dari baja, digunakan untuk mencetak benda uji silinder
dengan ukuran diameter 150mm dan tinggi 300mm.
b. Cetakan balok
Cetakan ini terbuat dari baja, digunakan untuk mencetak benda uji balok
dengan ukuran lebar 100mm, tinggi atau tebal 100mm dan panjang
500mm.
8. Tongkat Baja
Tongkat baja digunakan untuk menusuk dan memadatkan beton.
9. Cawan
Cawan adalah tempat atau wadah yang digunakan untuk mengoven agregat
kasar.
10. Talam
Talam digunakan untuk tempat merendam agregat kasar.
11. Cetok
Cetok digunakan untuk mengaduk atau memindahkan material yang diuji.
12. Kain Penyerap
Kain ini untuk mengelap agregat kasar setelah dilakukan perendaman.
13. Bola baja
Bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles pada saat pengujian
keausan kerikil.
15
14. Shieve Shaker
Mesin ini digunakan untuk melakukan pengujian gradasi dengan cara
mengayak agregat yang terdapat pada ayakan.
15. Mesin Uji Tekan Beton
Mesin ini digunakan untuk menguji kuat tekan terhadap beton.
16. Mesin Uji Lentur Beton
Mesin ini digunakan untuk menguji kuat lentur terhadap beton.
17. Los Angeles
Alat ini befungsi untuk mengetahui tingkat ketahanan aus batu pecah / kerikil
yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini:
1. Air
Air yang digunakan dalam penelitian adalah air PDAM.
2. Semen
Semen yang digunakan adalah semen PC tipe I.
3. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan adalah kerikil palu.
4. Fly Ash
Fly ash yang digunakan adalah fly ash tipe C, berasal dari PT PJB UBJOM
PLTU Kaltim Teluk.
3.4 Pemeriksaan Bahan
Material yang akan digunakan dalam pembuatan campuran beton porous
dilakukan pemeriksaan bahan terlebih dahulu. Pemeriksaan bahan untuk agregat
kasar ini terdiri dari pemeriksaan berat isi, kadar air, kadar lumpur, berat jenis,
gradasi dan pemeriksaan keausan kerikil (abrasi). Berikut ini adalah uraian dari
pemeriksaan bahan agregat kasar.
1. Pemeriksaan Berat Isi Kerikil
Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan berat isi agregat kasar.
Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah:
a. Timbang kotak takar kosong,
b. Timbang kotak takar berisi air penuh,
16
c. Rendam kerikil pada talam selama 24 jam,
d. Menyiapkan kerikil yang sudah direndam selama 24 jam. Dengan
membuang airnya dan lap kerikil dengan kain penyerap agar tidak terlalu
basah,
e. Menyiapkan kotak takar, tongkat penusuk baja, cetok dan kerikil tersebut.
Untuk dilakukan pengujian yang dilakukan dengan 2 cara yaitu cara
rodding dan shoveling,
f. Pertama dengan cara rodding. Isi kotak takar kosong dengan benda uji
dalam 3 lapisan sama tebal sesuai tinggi tempat, pada setiap lapisan di
tusuk sebanyak 25 kali menggunakan tongkat baja,
g. Ratakan muka benda uji,
h. Timbang benda uji yang sudah diratakan,
i. Kedua dengan cara shoveling. Isi kotak takar kosong dengan benda uji
yang dimasukan dengan tinggi lebih dari 2 inci (2”) diatas tempat
(shoveling),
j. Ratakan benda uji,
k. Timbang benda uji yang sudah rata,
l. Setelah dilakukan pengujian maka didapatkan data berat masing-masing
komponen untuk kemudian dihitung berat isi agregat kasar menggunakan
persamaan berikut:
Berat isi =
………………………………………… 3.1
Keterangan:
Berat isi = gr/cc
Berat bersih benda uji = gr
Volume benda uji = cc
2. Pemeriksaan Kadar Air Kerikil
Tujuan dari pemeriksaan kadar air kerikil ini adalah untuk memperoleh angka
persentase kadar air yang tergandung dalam kerikil. Langkah-langkah
pemeriksaan kadar air kerikil ini adalah:
a. Timbang berat cawan kosong (W1),
b. Masukan kerikil ke dalam cawan kosong dan ditimbang kembali (W2),
17
c. Sampel dioven selama 24 jam dengan suhu 110°C,
d. Timbang sampel yang sudah dioven dengan cawan (W4),
e. Hitung kadar air dari kerikil menggunakan persamaan berikut:
Berat sampel basah ( ) =
Berat sampel kering ( ) =
Berat air (W6) =
Kadar air (W) =
x 100% =
x 100% …………………… 3.2
Keterangan:
W = Kadar Air (%)
W1 = Berat cawan kosong (gr)
W2 = Berat cawan kosong + sampel basah (gr)
W3 = Berat sampel basah (gr)
W4 = Berat cawan + sampel kering (gr)
W5 = Berat sampel kering (gr)
W6 = Berat air (gr)
3. Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur
pada kerikil. Langkah-langkah pemeriksaan kandungan kadar lumpur adalah
sebagai berikut:
a. Menyiapkan contoh kerikil masing-masing sebanyak 500 gr,
b. Mengeringkan kerikil dengan cara memasukannya ke dalam oven selama
24 jam dalam suhu 110ºC,
c. Mengeluarkan kerikil dari oven, di dinginkan sampai mencapai suhu
ruangan, kemudian ditimbang kerikil yang sudah kering (W1),
d. Mencuci kerikil tersebut berulang-ulang sampai air menjadi jernih,
e. Meletakkan kerikil yang telah dicuci ke dalam cawan atau wadah,
kemudian mengeringkan kerikil dengan mamasukkan kerikil ke dalam
oven selama 24 jam dengan suhu 110ºC,
f. Mengeluarkan kerikil dari dalam oven kemudian di dinginkan hingga
mencapai suhu ruangan, kemudian ditimbang kembali beratnya (W2),
18
g. Hitung kadar lumpur dari kerikil menggunakan persamaan:
Berat butir yang lewat ayakan no. 200 (W3) = W1 – W2
Kadar lumpur (W) =
x 100% ……………………………..………. 3.3
Keterangan:
W = Kadar Lumpur (%)
W1 = Berat agregat semula (kering oven) (gr)
W2 = Berat agregat setelah dicuci (kering oven) (gr)
W3 = Berat butir yang lewat ayakan no. 200 (gr)
4. Pemeriksaan Berat Jenis Kerikil
Tujuan dari pemeriksaan berat jenis ini untuk menentukan berat jenis curah
(Bulk), berat jenis jenuh kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu
(Apparent) dan penyerapan (Absortion) air pada kerikil. Langkah-langkah
pengujian sebagai berikut:
a. Ambil sampel kerikil, ayak dengan saringan no. 4 (4,75 mm) dan ambil
kerikil yang tertahan di ayakan,
b. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu-debu atau bahan yang melekat
pada permukaan,
c. Keringkan benda uji dengan menggunakan oven pada suhu 105ºC selama
24 jam,
d. Dinginkan benda uji kering oven lalu ditimbang (BK),
e. Rendam benda uji dalam air selama 24 jam,
f. Keluarkan benda uji dari dalam air, kemudian lap dengan kain penyerap
sampai selaput air pada permukaan hilang (SSD),
g. Kemudian timbang benda uji jenuh kering permukaan atau SSD (BJ),
h. Timbang berat piknometer + air (B),
i. Masukkan benda uji ke dalam alat uji berat jenis yang berisi air kemudian
direndam lalu dicatat nilai yang terdapat pada timbangan digital yang
terdapat diatas alat pengujian berat jenis kerikil.
j. Timbang berat piknometer + air + kerikil (BT),
k. Hitung berat jenis curah, berat jenis jenuh kering permukaan jenuh, berat
jenis semu dan penyerapan dari kerikil dengan persamaan berikut:
19
Berat jenis curah =
………………………………………..….. 3.4
Berat jenis ssd =
……………………………………..……….. 3.5
Berat jenis semu =
……………………………………….….. 3.6
Penyerapan air =
x 100% ……………………………….…... 3.7
Keterangan:
BK = Berat benda uji kering oven (gr)
BJ = Berat benda uji jenuh kering permukaan/SSD (gr)
B = Berat piknometer + air (gr)
BT = Berat piknometer + air + kerikil jenuh kering permukaan/SSD
(gr)
5. Pemeriksaan gradasi kerikil
Tujuan pemeriksaan gradasi kerikil ini untuk mengetahui pembagian ukuran
butir kerikil. Langkah-langkah pemeriksaan ini sebagai berikut:
a. Menyediakan sampel kerikil kemudian memasukkannya ke dalam oven
selama ±24 jam dengan suhu 110ºC,
b. Menyiapkan saringan dan menimbang saringan sesuai dengan ukuran
lubang. Diameter lubang yang digunakan terdiri dari: 25,4mm; 19,1mm;
12,7mm; 9,5 mm; 4,76mm; 2,38mm; 1,19mm; 0,59mm; 0,297mm dan
pan,
c. Menimbang kerikil yang telah dikeringkan, lalu dimasukkan kedalam
ayakan,
d. Menggetarkan ayakan selama 15 menit, kemudian menimbang tiap-tiap
ayakan beserta kerikil yang tertahan secara komulatif,
e. Hitung analisa gradasi agregat halus menggunakan tabel dengan cara
sebagai berikut:
Kerikil tertinggal % =
x 100% ….. 3.8
Komulatif tertinggal = kerikil komulatif tertinggal + kerikil tertinggal %…… 3.9
20
Komulatif lolos = 100 – kerikil komulatif tertinggal………...……….. 3.10
Modulus halus butir (MHB) =
….. 3.11
6. Pemeriksaan Keausan Kerikil (abrasi)
Tujuan dilakukan pemeriksaan keausan kerikil adalah untuk mengetahui
ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los
Angeles. Langkah-langkah pemeriksaan keausan kerikil sebagai berikut :
a. Menyiapkan sampel kerikil,
b. Ayak kerikil tersebut dengan ayakan 9,5mm (tertahan) dan lolos di ayakan
12,5mm sebanyak 5000 gr (B),
c. Masukkan benda uji ke dalam oven untuk dikeringkan dengan suhu 105 C
selama 24 jam,
d. Timbang benda uji kering oven (BK),
e. Masukkan bola-bola baja sebanyak 6 buah berdiameter dan
kerikil ke dalam mesin Los Angeles,
f. Memutar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30-35 rpm sebanyak 500
putaran, lalu benda uji dikeluarkan dan disaring dengan saringan No. 12
(1,70mm),
g. Menimbang kerikil yang tertahan saringan No. 12 (1,70mm) (BLT),
h. Menghitung keausannya dengan persamaan sebagai berikut:
Keausan =
x 100%..................................................................... 3.12
Keterangan:
B = Berat agregat kasar sebelum dioven (lolos ayakan 12,5m tertahan
diayakan 9,5mm (gr).
BK = Berat agregat kasar setelah dioven (gr).
BLT = Berat agregat kasar Los Angeles tertahan diayakan 12,5mm (gr).
21
3.5 Perencanaa Campuran
Tahap ini merupakan tahap perencanaan campuran. Metode yang digunakan
pada perencanaan penelitian ini adalah metode perbandingan.
3.6 Variasi Benda Uji
Pengujian benda uji utama adalah silinder dan balok beton dengan
penambahan fly ash sebesar 0%, 10% dan 25%.
3.7 Pembuatan Benda Uji dan Penamaan Benda Uji
Pada tahap ini dibuat adukan beton untuk pembuatan 36 benda uji.
Langkah-langkah pembuatan benda uji adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat dan bahan,
2. Menimbang berat semen, kerikil, air dan pemberian bahan tambah fly ash
sesuai dengan rencana mix design,
3. Aduk material secara manual dengan menggunakan ceton dan sekop,
4. Setelah tercampur rata dan kohesif lakukan test slump,
5. Saring campuran beton menggunakan ayakan No. 4,
6. Isi cetakan yang telah disiapkan, pengisian dilakukan sebanyak tiga lapisan
untuk silinder. Untuk tiap-tiap lapisan dilakukan penumbukan sebanyak 25
kali untuk memadatkan beton dalam cetakan. Untuk cetakan balok dilakukan
pengisian sebanyak dua lapis dan dilakukan penumbukan pada setiap lapis
nya,
7. Setelah dipadatkan, ratakan permukaan beton dan diamkan selama 24 jam
untuk proses pengerasan beton,
8. Pemberian nama atau kode pada masing-masing benda uji yang sudah dibuat
seperti pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Kode Benda Uji
Kode Benda Uji Keterangan Benda Uji
(buah)
1.0A Beton silinder original (0%) umur 14 hari 1
2.0A Beton silinder original (0%) umur 14 hari 1
3.0A Beton silinder original (0%) umur 14 hari 1
22
Kode Benda Uji Keterangan Benda Uji
(buah)
4.0B Beton silinder original (0%) umur 28 hari 1
5.0B Beton silinder original (0%) umur 28 hari 1
6.0B Beton silinder original (0%) umur 28 hari 1
1.10A Beton silinder fly ash (10%) umur 14 hari 1
2.10A Beton silinder fly ash (10%) umur 14 hari 1
3.10A Beton silinder fly ash (10%) umur 14 hari 1
4.10B Beton silinder fly ash (10%) umur 28 hari 1
5.10B Beton silinder fly ash (10%) umur 28 hari 1
6.10B Beton silinder fly ash (10%) umur 28 hari 1
1.25A Beton silinder fly ash (25%) umur 14 hari 1
2.25A Beton silinder fly ash (25%) umur 14 hari 1
3.25A Beton silinder fly ash (25%) umur 14 hari 1
4.25B Beton silinder fly ash (25%) umur 28 hari 1
5.25B Beton silinder fly ash (25%) umur 28 hari 1
6.25B Beton silinder fly ash (25%) umur 28 hari 1
1.0A Beton balok original (0%) umur 14 hari 1
2.0A Beton balok original (0%) umur 14 hari 1
3.0A Beton balok original (0%) umur 14 hari 1
4.0B Beton balok original (0%) umur 28 hari 1
5.0B Beton balok original (0%) umur 28 hari 1
6.0B Beton balok original (0%) umur 28 hari 1
1.10A Beton balok fly ash l (10%) umur 14 hari 1
2.10A Beton balok fly ash (10%) umur 14 hari 1
3.10A Beton balok fly ash (10%) umur 14 hari 1
4.10B Beton balok fly ash (10%) umur 28 hari 1
5.10B Beton balok fly ash (10%) umur 28 hari 1
6.10B Beton balok fly ash (10%) umur 28 hari 1
1.25A Beton balok fly ash (25%) umur 14 hari 1
2.25A Beton balok fly ash (25%) umur 14 hari 1
23
Kode Benda Uji Keterangan Benda Uji
(buah)
3.25A Beton balok fly ash (25%) umur 14 hari 1
4.25B Beton balok fly ash (25%) umur 28 hari 1
5.25B Beton balok fly ash (25%) umur 28 hari 1
6.25B Beton balok fly ash (25%) umur 28 hari 1
Keterangan:
0 : Variasi fly ash sebesar 0% dari berat semen.
10 : Variasi fly ash sebesar 10% dari berat semen.
25 : Variasi fly ash sebesar 25% dari berat semen.
A : Beton porous umur 14 hari.
B : Beton porous umur 28 hari.
3.8 Perawatan Benda Uji
Benda uji yang sudah dibuat, setelah 24 jam dibuka cetakan silinder dan
baloknya kemudian benda uji dikeluarkan, setelah itu dilakukan perawatan dengan
merendam benda uji dalam bak perendam berisi air untuk perawatan (curing)
sampai 14 hari dan 28 hari waktu pengujian.
3.9 Pengujian Beton
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap beton dengan melakukan
pengujian kekuatan tekan dan kekuatan lentur beton. Pengujian dimaksudkan
untuk mendapatkan nilai kekuatan beton dalam menerima kekuatan tekan dan
kekuatan lentur.
Langkah-langkah dalam pengujian kuat tekan beton adalah:
1. Mengambil benda uji silinder yang akan di tentukan kekuatan tekannya dari
bak perendaman, kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel lalu
keringkan beton tersebut,
2. Menimbang berat semua benda uji sebelum dilakukan pengujian,
3. Meletakan benda uji tepat pada posisi yang benar,
4. Nyalakan mesin pengujian tekan beton,
24
5. Saat beton ditekan dan hancur, dapat dibaca besar kekuatan tekannya,
6. Dilakukan berulang sampai semua sampel di uji,
7. Ambil data dari pengujian untuk dilakukan perhitungan kuat tekannya dalam
bentuk MPa.
Langkah-langkah dalam pengujian kuat lentur balok beton adalah:
1. Mengambil benda uji balok yang akan di tentukan kekuatan lentur dari bak
perendaman, kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel lalu keringkan
beton tersebut,
2. Menimbang berat semua benda uji sebelum dilakukan pengujian,
3. Memberi garis pada tiap sisi benda uji untuk mengetahui titik di mana
meletakan benda uji dan mempermudah peletakan benda uji pada mesin
dengan benar,
4. Meletakan benda uji pada mesin secara sentris, sesuai dengan tempat yang
tepat pada mesin tes kuat lentur balok beton,
5. Jalankan mesin, lakukan pembebanan sampai benda uji mengalami patah di
bagian tengahnya,
6. Baca beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji,
7. Dilakukan berulang sampai semua sampel di uji,
8. Ambil data dari pengujian untuk dilakukan perhitungan kuat lentur dalam
bentuk MPa atau kg/cm2.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada bab ini dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan dari pemeriksaan
bahan penyusun beton, hasil perencanaan campuran beton menggunakan
perbandingan antara semen dan kerikil yaitu 1 : 5 dengan faktor air semen (fas)
sebesar 0,5 dan hasil pengujian kuat tekan dan kuat lentur beton.
4.2 Pemeriksaan Kerikil Palu
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi: pemeriksaan kadar air, pemeriksaan
berat jenis dan penyerapan air, pemeriksaan berat isi, pemeriksaan kadar lumpur,
pemeriksaan gradasi dan pemeriksaan keausan (abrasi).
4.2.1 Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai persentase kadar air
yang terkandung pada kerikil Palu. Hasil pemeriksaan kadar air kerikil Palu ini
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu
No Uraian Sampel Kerikil
A B C
1 Berat Cawan (W1) 12,76 gr 13,48 gr 13,02 gr
2 Berat Cawan + Kerikil Basah (W2) 69,68 gr 76,55 gr 101,42 gr
3 Berat Kerikil Basah (W3 = W2 – W1) 56,92 gr 63,07 gr 88,40 gr
4 Berat Cawan + Kerikil Kering (W4) 69,28 gr 76,22 gr 100,85 gr
5 Berat Kerikil Kering (W5 = W4 – W1) 56,52 gr 62,74 gr 87,83 gr
6 Berat Air (W6) = (W3 – W5) 0,40 gr 0,33 gr 0,57 gr
7 Kadar Air (W) = (W6 / W5 x 100 %) 0,71% 0,53% 0,65%
Kadar Air Rata-rata 0,63%
26
Dengan menggunakan persamaan kadar air maka didapatkan nilai rata-rata
kadar air kerikil Palu sebesar 0,63%. Kadar air kerikil dapat memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai bahan penyusun beton jika < 1% dari berat kerikil
apabila kadar air pada kerikil melebihi syarat maka kerikil tersebut perlu
dikeringkan dengan cara dijemur. Jadi kerikil Palu ini sudah memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai bahan penyusun beton tanpa perlu dicuci terlebih
dahulu.
4.2.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air bertujuan untuk mendapatkan
nilai berat jenis curah, berat jenis jenuh kering permukaan (SSD), berat jenis
semu, dan penyerapan air yang terdapat pada kerikil Palu. Hasil pemeriksaan berat
jenis dan penyerapan air kerikil Palu dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil
No Keterangan Nilai
1 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan SSD (BJ) 5000 gr
2 Berat Benda Uji Kering Oven (BK) 4950 gr
4 Benda Uji SSD didalam Air (BA) 4990 gr
5 Berat Jenis Curah 2,554
6 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2,575
7 Berat Jenis Semu 2,608
8 Penyerapan Air 0,808 %
Jadi dari hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air pada kerikil Palu
didapatkan berat jenis curah 2,554; berat jenis jenuh kering permukaan 2,575;
berat jenis semu 2,608 dan penyerapan air 0,808 %. Syarat dari berat jenis kerikil
yaitu antara 2,5-2,7 dan penyerapan air < 3%, sehingga kerikil Palu ini memenuhi
syarat untuk dijadikan bahan penyusun beton.
27
4.2.3 Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai berat isi dari kerikil
Palu yang akan digunakan. Hasil dari pemeriksaan berat isi kerikil dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Kerikil Palu
No Uraian Sampel Kerikil Palu
Rodding Shoveling
1 Berat Morr (W1) 7590 gr 7590 gr
2 Berat Morr + Kerikil (W2) 31600 gr 30800 gr
3 Berat Kerikil (W3 = W2 – W1) 24010 gr 23210 gr
4 Berat Morr + Air (W4) 21280 gr 21280 gr
5 Berat Air atau Volume Morr (V = W4 – W1) 13690 cm3 13690 cm
3
6 Berat Isi Kerikil (W3/V) 1,75 gr/cm3 1,70 gr/cm
3
Jadi didapatkan hasil pemeriksaan berat isi kerikil Palu dengan metode
Rodding 1,75 gr/cm
3 dan metode Shoveling 1,70 gr/cm
3. Berat isi kerikil Palu
metode Rodding dilakukan dengan 25 kali tusukan yang menyebabkan volume
menjadi lebih padat sehingga hasilnya lebih besar dibandingkan metode Shoveling
yang dilakukan tanpa tusukan.
4.2.4 Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui persentase kadar lumpur yang
terkandung pada kerikil Palu. Hasil pemeriksaan kadar lumpur kerikil Palu dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil Palu
No Uraian Sampel
1 Berat agregat semula (kering oven) W1 498,13 gr
2 Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 493,46 gr
3 Berat butir yang lewat ayakan no. 200 W3 4,67 gr
4 Kadar Lumpur = (W3 / W1) x 100% 0,94 %
28
Jadi dari hasil pemeriksaan kadar lumpur kerikil Palu didapatkan nilai
kadar lumpurnya sebesar 0,94 %. Syarat kadar lumpur kerikil sebagai campuran
beton yaitu < 1% apabila kadar lumpur kerikil lebih dari syarat maka kerikil harus
dicuci terlebih dahulu. Sehingga kerikil Palu ini memenuhi syarat untuk dijadikan
bahan penyusun beton tanpa harus dicuci terlebih dahulu.
4.2.5 Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui pembagian ukuran butir
kerikil. Hasil pemeriksaan gradasi kerikil dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Gradasi Kerikil Palu
Lubang Saringan
Kerikil Palu
Tertinggal Persentase Komulatif
Tertinggal Lolos
No mm gram % % %
1,5 25,4 0 0 0 100
1 19,1 0 0 0 100
⁄ 12,7 810 16,30 16,30 83,70
⁄ 9,5 2820 56,74 73,04 26,96
4 4,76 1070 21,53 94,57 5,43
8 2,38 265 5,33 99,90 0,10
16 1,19 5 0 100 0
30 0,59 0 0 100 0
50 0,297 0 0 100 0
100 0,149 0 0 100 0
Pan - 0 0 100 0
Total 4970 100 783,80
MHB
= 7,838
Jadi hasil pemeriksaan gradasi kerikil Palu didapatkan nilai Modulus
Halus Butir (MHB) sebesar 7,838. Syarat modulus halus butir kerikil yaitu 6,0-8,0
sehingga kerikil Palu ini memenuhi syarat untuk dijadikan bahan penyusun beton.
29
Berikut adalah grafik gradasi kerikil Palu ukuran maksimum butir dalam 3
zona dari hasil data pengujian gradasi kerikil Palu:
Gambar 4.1 Grafik Gradasi Kerikil Palu Ukuran Maksimum Butir 10 mm
Berdasarkan gambar 4.1 garis merah adalah persentase komulatif kerikil
Palu yang lolos ayakan, namun jika dilihat dari grafik tersebut hanya satu angka
yang masuk dalam standar komulatif antara batas bawah dan batas atas.
Sedangkan angka lainnya belum masuk dalam standar komulatif antara batas
bawah dan batas atas. Sehingga dapat disimpulkan kerikil Palu ini bukan termasuk
dalam gradasi ukuran maksimum butir 10mm atau zona 1.
0
50
100
10
85
100
5,43
26,96
83,7
100 100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
4,80 9,60 19,00 38,00 76,00
% L
olo
s A
yaka
n
Ukuran Mata Ayakan (mm)
Grafik Gradasi Kerikil Palu
(Ukuran Maksimum Butir 10 mm)
Batas bawah
Batas atas
Kerikil Palu
30
Gambar 4.2 Grafik Gradasi Kerikil Palu Ukuran Maksimum Butir 20 mm
Berdasarkan gambar 4.2 garis merah adalah persentase komulatif kerikil
Palu yang lolos ayakan, namun jika dilihat dari grafik tersebut hanya satu angka
yang masuk dalam standar komulatif antara batas bawah dan batas atas dan satu
angka yang hampir mendekati standar komulatif batas bawah. Sedangkan angka
lainnya belum masuk dalam standar komulatif antara batas bawah dan batas atas.
Sehingga dapat disimpulkan kerikil Palu ini bukan termasuk dalam gradasi ukuran
maksimum butir 20mm atau zona 2.
10
60
100 100
0
30
95 100,00
5,43
26,96
83,7
100 100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
4,80 9,60 19,00 38,00 76,00
% L
olo
s A
yaka
n
Ukuran Mata Ayakan (mm)
Grafik Gradasi Kerikil Palu
(Ukuran Maksimum Butir 20 mm)
Batas atas
Batas bawah
Kerikil Palu
0
10
35
95
5
40
70
100 100
5,43
26,96
83,7
100 100
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
4,80 9,60 19,00 38,00 76,00
% L
olo
s A
yaka
n
Ukuran Mata Ayakan (mm)
Grafik Gradasi Kerikil Palu
(Ukuran Maksimum Butir 40 mm)
Batas bawah
Batas atas
Kerikil Palu
Gambar 4.3 Grafik Gradasi Kerikil Palu Ukuran Maksimum Butir 40 mm
31
Berdasarkan gambar 4.3 garis merah adalah persentase komulatif kerikil
Palu yang lolos ayakan, namun jika dilihat dari grafik tersebut hanya dua angka
yang masuk dalam standar komulatif antara batas bawah dan batas atas.
Sedangkan angka lainnya belum masuk dalam standar komulatif antara batas
bawah dan batas atas.
Dalam menentukan zona dan gradasi ukuran maksimum butir kerikil yaitu
dengan melihat hasil grafik persentase komulatif kerikil Palu yang lolos ayakan
dimana semua angka persentasenya masuk dalam standar komulatif antara batas
bawah dan batas atas. Namun kerikil Palu ini dari ketiga zona dan ukuran
maksimum butir tidak ada yang semua angka persentasenya masuk dalam standar
antara batas bawah dan batas atas, seharusnya kerikil Palu ini perlu dilakukan
pengujian ulang. Sehingga solusi yang dapat diambil yaitu dengan cara
menentukan zona dan ukuran maksimum butir kerikil Palu ini yang paling
mendekati.
Jika dilihat dari ketiga grafik 4.1, 4.2 dan 4.3 yang paling mendekati adalah
grafik 4.3. Sehingga dapat disimpulkan kerikil Palu ini termasuk dalam gradasi
ukuran maksimum butir 40mm atau zona 3. Selain itu dari hasil pemeriksaan
gradasi kerikil Palu didapatkan nilai modulus halus butir (MHB) sebesar 7,838
dan telah memenuhi syarat.
4.2.6 Pemeriksaan Keausan (Abrasi) Kerikil Palu
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui angka keausan yang terdapat
pada kerikil, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan yang aus
yaitu lolos saringan No.12 (1,7 mm) terhadap berat mula-mula, dalam persen (%)
dan juga sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan menggunakan mesin Abrasi Los Angeles. Hasil Pemeriksaan
keausan kerikil terdapat pada tabel 4.6 berikut:
32
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Keausan (Abrasi) Kerikil
Keterangan :
- Aus > 50 % = kerikil tidak bisa untuk beton
- Aus < 50 % = kerikil bisa untuk beton.
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan keausan kerikil Palu menggunakan
mesin Los Angeles didapatkan nilai keausan kerikil sebesar 37% yang dilakukan
sesuai dengan metode Standar Nasional Indonesia (SNI 2417-2008). Syarat
keausan kerikil yang dapat digunakan yaitu < 50%, sehingga kerikil Palu ini
memenuhi syarat untuk dijadikan bahan penyusun beton.
4.2.7 Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Kerikil Palu
Berdasarkan pengujian dan perhitungan yang telah dilakukan maka
didapatkan hasil secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Ukuran Saringan Berat dan Gradasi Benda Uji
(gram)
Lolos Saringan Tertahan Saringan B
inci mm inci mm
1,5 37,5 1 25
1 25 ¾ 19
¾ 19 ½ 2500
½ 12,5 3/8 9,5 2500
3/8 9,5 ¼ 6,3
¼ 6,3 4 4,75
Total 5000
Jumlah Bola 11
Berat Bola 4584 ± 25
Keterangan B (gram)
Berat Agregat (A) 5000
Berat Setelah 500 Putaran (B) 3150
Keausan = -
x 100 = % 37 %
33
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Kerikil Palu
No Pemeriksaan Syarat Hasil Pemeriksaan
Kerikil Palu Keterangan
1. Kadar Air
< 1% 0,63% Memenuhi Syarat Rata-rata
2.
Berat Jenis
Berat Jenis Curah 2,5-2,7 2,554 Memenuhi Syarat
Berat Jenis Jenuh
Kering
Permukaan (SSD)
2,5-2,7 2,575 Memenuhi Syarat
Berat Jenis Semu 2,5-2,7 2,608 Memenuhi Syarat
Penyerapan Air < 3% 0,808% Memenuhi Syarat
3. Berat Isi
Cara Rodding - 1,75 -
Cara Shoveling - 1,70 -
4. Kadar Lumpur < 1% 0,94% Memenuhi Syarat
5. Gradasi
Modulus Halus
Butir 6,0-8,0 7,838 Memenuhi Syarat
Zona - Zona 3
6. Keausan (Abrasi) < 50% 37% Memenuhi Syarat
Berdasarkan rekapitulasi hasil pemeriksaan pengujian bahan kerikil Palu
maka dapat disimpulkan kerikil Palu memenuhi syarat untuk dijadikan bahan
penyusun beton.
4.3 Perencanaan Campuran Beton
Perencanaan campuran beton porous pada penelitian ini menggunakan
perbandingan 1 : 5 dan penambahan variasi fly ash sebesar 0%, 10% dan 25% dari
berat semen. Perbandingan tersebut merupakan perbandingan volume antara
semen dengan kerikil yang digunakan dalam setiap satu kali proses pencampuran.
34
Adapun untuk kebutuhan air yang diperlukan, dapat dihitung dengan nilai faktor
air semen (fas) yang telah ditentukan sebelumnya yaitu sebesar 0,5.
Dengan membuat 9 sampel untuk kuat tekan 14 hari, 9 sampel untuk kuat
tekan 28 hari, 9 sampel untuk kuat lentur 14 hari dan 9 sampel untuk kuat lentur
28 hari sehingga total sampel sebanyak 36 buah. Hasil dari perencanaan campuran
beton porous dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Hasil Perencanaan Campuran Beton Porous
Perencanaan Campuran Beton Porous
Variasi Semen
(kg)
Kerikil
(kg)
Air
(liter)
Fly ash
(kg)
0% 4,80 27,925 2,40 0
10% 4,32 37,525 2,16 0,48
25% 3,60 30,125 1,80 1,20
Berdasarkan tabel 4.8 maka dapat dilihat hasil perencanaan campuran beton
porous untuk setiap satu kali pencampuran. Dalam satu pencampuran
menghasilkan 3 sampel baik silinder atau balok.
Berikut adalah kebutuhan material yang dibutuhkan untuk pembuatan 36
sampel beton porous:
Tabel 4.9 Data Kebutuhan Material untuk 36 sampel
Kebutuhan Jumlah Sampel Total Keterangan
Semen 36 50,88 kg
Kerikil Palu 36 382,30 kg
Air 36 25,44 liter
Fly Ash 36 6,72 kg
Berdasarkan tabel 4.9 maka dapat dilihat total kebutuhan material yang
dibutuhkan untuk 36 sampel. Jadi perhitungan kebutuhan material untuk 36
sampel yaitu semen 50,88 kg, kerikil Palu 382,30 kg, air 25,44 liter, dan Fly Ash
6,72 kg.
35
4.4 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air
Jumlah kebutuhan air didapat dari hasil perhitungan antara jumlah
kebutuhan semen yang digunakan dengan nilai fas yang ditentukan. Sehingga
untuk setiap variasi memiliki jumlah kebutuhan air yang berbeda. Nilai faktor air
semen (fas) pada campuran sebelumnya telah ditentukan yaitu sebesar 0,5.
Berikut adalah perhitungan jumlah kebutuhan air, dapat dilihat pada tabel 4.10:
Tabel 4.10 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air
Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air
Variasi Semen
(kg) FAS
Air
(liter)
0% 4,80 0,5 2,40
10% 4,32 0,5 2,16
25% 3,60 0,5 1,80
Berdasarkan tabel 4.10 maka dapat dilihat jumlah kebutuhan air yang
dibutuhkan untuk setiap satu kali pencampuran. Jadi jumlah kebutuhan air untuk
satu kali pencampuran yaitu variasi 0% sebesar 2,40 liter, variasi 10% sebesar
2,16 liter dan variasi 25% sebesar 1,80 liter.
Berikut adalah jumlah kebutuhan air yang dibutuhkan untuk pembuatan 36
sampel beton porous:
Tabel 4.11 Data Kebutuhan Air untuk 36 sampel
Variasi Air Jumlah Sampel Total Keterangan
0% 2,40 12 9,60 liter
10% 2,16 12 8,64 liter
25% 1,80 12 7,20 liter
Total Kebutuhan Air 25,44 liter
Berdasarkan tabel 4.11 maka dapat dilihat jumlah kebutuhan air yang
dibutuhkan untuk pembuatan 36 sampel. Jadi jumlah kebutuhan air pada variasi
0% sebesar 9,60 liter, variasi 10% sebesar 8,64 liter dan variasi 25% sebesar 7,20
liter. Sehingga total kebutuhan air untuk 36 sampel sebesar 25,44 liter.
36
4.5 Pembuatan Sampel
Penelitian ini menggunakan 18 sampel silinder dan 18 sampel balok untuk
umur 14 hari dan 28 hari. Proses pengadukan dan pembuatan sampel silinder atau
balok dilakukan secara manual. Dalam setiap pencampuran menghasilkan 3
sampel beton baik silinder atau balok.
Pembuatan sampel beton dimulai dengan mempersiapkan cetakan beton,
lalu menimbang kebutuhan material yang akan digunakan sesuai dengan
perencanaan campuran beton yang telah dibuat. Setelah itu mencampurkan semen,
kerikil, air dan bahan tambah pengganti sebagian semen yaitu fly ash lalu aduk
sampai beton kohesif. Kemudian dilakukan pengujian slump menggunakan
kerucut Abram’s dan memasukkan campuran beton ke dalam cetakan yang telah
disiapkan.
4.6 Pengujian Slump
Pengujian slump dilakukan setelah proses pencampuran adukan beton
selesai, menggunakan media berupa kerucut Abram’s dan tongkat penusuk baja.
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kekentalan atau keenceran
adukan beton, hal ini berfungsi untuk memudahkan pengerjaan dan mengukur
tinggi penurunan adukan beton untuk beton yang mudah dikerjakan atau dituang
dan dipadatkan dalam cetakan. Pengujian slump dilakukan dengan metode secara
manual. Nilai slump yang dihasilkan dari pengujian slump pada campuran beton
porous bervariasi. Hasil pengujian slump campuran beton porous dapat dilihat
pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Slump Beton Porous
Variasi Sampel Nilai Slump (cm)
Silinder
0% umur 14 hari dan 28 hari 18
10% umur 14 hari 18
10% umur 28 hari 17,5
25% umur 14 hari 17
25% umur 28 hari 15
37
Variasi Sampel Nilai Slump (cm)
Balok
0% umur 14 dan 28 hari 18
10% umur 14 dan 28 hari 18
25% umur 14 dan 28 hari 17,5
Berdasarkan tabel 4.12 hasil nilai slump yang diperoleh dalam penelitian ini
berkisar antara 15 cm sampai 18 cm.
4.7 Perawatan Sampel
Pada penelitian ini dilakukan perawatan untuk sampel beton porous yaitu
direndam dalam air selama 14 hari dan 28 hari. Hal ini dilakukan untuk membantu
proses hidrasi pada beton terjadi dengan baik sehingga beton dapat menghasilkan
kekuatan yang bagus.
4.8 Pengujian Kuat Tekan
Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh nilai kuat tekan dari campuran
antara material kerikil Palu dan penambahan fly ash sebagai pengganti sebagian
semen yang terbentuk menjadi beton porous. Hasil pengujian kuat tekan beton
porous umur 14 hari dapat dilihat pada tabel 4.13 dan hasil pengujian kuat tekan
beton porous umur 28 hari dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Porous 14 Hari
Kode
Beton Luas Penampang Berat Beban Kuat Tekan
Rata-
rata
(mm²) (kg) (N) (MPa) (MPa)
1.0A 70650 9,790 30000 0,42
0,28 2.0A 70650 9,730 10000 0,14
3.0A 70650 9,875 20000 0,28
1.10A 70650 10,165 20000 0,28
0,38 2.10A 70650 10,180 40000 0,57
3.10A 70650 10,095 20000 0,28
1.25A 70650 9,850 10000 0,14
0,14 2.25A 70650 9,855 10000 0,14
3.25A 70650 9,990 10000 0,14
38
Berdasarkan dari hasil perhitungan data pengujian kuat tekan benda uji
silinder beton porous umur 14 hari pada variasi 0% fly ash yaitu 0,42 MPa, 0,14
MPa dan 0,28 MPa dengan rata-rata sebesar 0,28 MPa. Lalu kuat tekan pada
variasi 10% fly ash yaitu 0,28 MPa, 0,57 MPa dan 0,28 MPa dengan rata-rata
sebesar 0,38 MPa. Kemudian kuat tekan pada variasi 25% fly ash menghasilkan
nilai yang stabil untuk ketiga sampel yaitu 0,14 MPa sehingga rata-rata yang
didapat sebesar 0,14 MPa.
Pada pengujian kuat tekan beton porous umur 14 hari variasi 0%, 10% dan
25% menghasilkan kuat tekan yang tidak maksimal. Hal ini bisa dikarenakan
beberapa faktor seperti kandungan fly ash yang digunakan, tipe fly ash yang
dipakai, cara pengambilan fly ash dari tempat pembakaran dan beberapa faktor
lainnya.
Pada umumnya kadar penggunaan fly ash yang optimum adalah 10%, dan
hal ini dibuktikan pada pengujian kuat tekan beton porous umur 14 hari. Pada
variasi 10% menghasilkan kuat tekan terbesar meskipun kuat tekan belum
mencapai maksimal dan hanya sedikit terjadi peningkatan kuat tekan. Sehingga
perlu dilakukan pengkajian ulang untuk lebih membuktikan bahwa penggunaan
fly ash yang optimum adalah variasi 10%.
Dapat dilihat pada tabel 4.13 hasil kuat tekan beton porous umur 14 hari
pada variasi 0% ke variasi 10% mengalami peningkatan kuat tekan meskipun
sangat kecil, lalu terjadi penurunan kembali pada variasi 25%.
Berikut ini adalah diagram perbandingan kuat tekan beton porous variasi
0%, 10% dan 25% fly ash umur 14 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 4.4 berikut:
39
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0A 10A 25A
0,28
0,38
0,14
Rat
a-ra
ta (
Mp
a)
Kode Beton
Kuat Tekan Beton Porous
Umur 14 Hari
25% Fly Ash
10% Fly Ash
0% Fly Ash
Gambar 4.4 Diagram Kuat Tekan Beton Porous Umur 14 Hari
Berdasarkan diagram tersebut kuat tekan beton porous 10A umur 14 hari
variasi 10% fly ash lebih besar dibandingkan dengan beton porous 0A variasi 0%
fly ash dan 25A variasi 25% fly ash meskipun nilai kuat tekan beton porous yang
dihasilkan belum maksimal. Sedangkan beton porous 25A variasi 25% fly ash
menghasilkan kuat tekan yang paling kecil. Jika ditinjau dari diagram tersebut
menjelaskan bahwa penambahan fly ash yang menghasilkan kuat tekan lebih besar
pada variasi 10% umur 14 hari meskipun belum mencapai kuat tekan maksimal.
Tabel 4.14 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Porous 28 Hari
Kode
Beton
Luas
Penampang Berat Beton Beban Kuat Tekan Rata-rata
(mm²) (kg) (N) (MPa) (MPa)
4.0B 70650 10,075 40000 0,57
0,42 5.0B 70650 9,975 30000 0,42
6.0B 70650 10,180 20000 0,28
4.10B 70650 8,610 20000 0,28
0,24 5.10B 70650 8,275 10000 0,14
6.10B 70650 8,235 20000 0,28
4.25B 70650 9,710 10000 0,14
0,14 5.25B 70650 9,925 10000 0,14
6.25B 70650 9,875 10000 0,14
40
Berdasarkan dari hasil perhitungan data pengujian kuat tekan benda uji
silinder beton porous umur 28 hari pada variasi 0% fly ash yaitu 0,57 MPa, 0,42
MPa dan 0,28 MPa dengan rata-rata sebesar 0,42 MPa. Lalu kuat tekan pada
variasi 10% fly ash yaitu 0,28 MPa, 0,14 MPa dan 0,28 MPa dengan rata-rata
sebesar 0,24 MPa. Kemudian kuat tekan pada variasi 25% fly ash menghasilkan
nilai yang stabil untuk ketiga sampel yaitu 0,14 MPa sehingga rata-rata yang
didapat sebesar 0,14 MPa.
Sama halnya dengan kuat tekan beton porous umur 14 hari, penambahan fly
ash sebesar 10% memberikan nilai kuat tekan yang lebih baik dibandingkan
dengan penambahan fly ash sebesar 25%. Nilai kuat tekan beton porous yaitu 0,24
MPa untuk benda uji 10% fly ash dan 0,14 MPa untuk benda uji 25%.
Pada kuat tekan beton porous umur 28 hari mengalami penurunan yang
besar pada setiap variasi dan hanya kuat tekan beton porous umur 28 hari pada
variasi 0% atau tanpa menggunakan fly ash yang justru memiliki kuat tekan yang
lebih besar meskipun kuat tekan yang dihasilkan tidak maksimum dan sangat
kecil. Selain itu fly ash yang digunakan pada beton porous adalah tipe C yang
memiliki kadar kalsium yang tinggi sehingga kekuatan awalnya akan lebih tinggi
dan pada kuat tekan beton porous umur 28 hari ini memiliki kekuatan awal yang
besar pada variasi 10% dibandingkan 25% meskipun hasil kuat tekan yang
dihasilkan tidak maksimum dan sangat kecil. Sehingga perlu dilakukan
pengkajian ulang tentang penurunan kuat lentur beton porous akibat penggunaan
fly ash yang besar.
Berikut ini adalah diagram perbandingan kuat tekan beton porous variasi
0%, 10% dan 25% fly ash umur 28 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 4.5 berikut:
41
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0B 10B 25B
0,42
0,24
0,14
Rat
a-ra
ta (
Mp
a)
Kode Beton
Kuat Tekan Beton Porous
Umur 28 Hari
25% Fly Ash
10% Fly Ash
0% Fly Ash
Gambar 4.5 Diagram Kuat Tekan Beton Porous Umur 28 Hari
Berdasarkan diagram tersebut kuat tekan beton porous 0B umur 28 hari
variasi 0% fly ash lebih besar dibandingkan dengan beton porous 10B variasi 10%
fly ash dan 25B variasi 25% fly ash meskipun kuat tekan yang dihasilkan tidak
maksimal dan sangat kecil. Sedangkan beton porous 25B variasi 25% fly ash
menghasilkan kuat tekan yang paling kecil diantara dua variasi lainnya. Jika
ditinjau dari diagram tersebut menjelaskan bahwa penambahan fly ash yang
menghasilkan kuat tekan lebih besar pada variasi 0% umur 28 hari meskipun kuat
tekan yang dihasilkan belum maksimal dan sangat kecil.
4.9 Pengujian Kuat Lentur
Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh nilai kuat lentur dari campuran
antara material kerikil Palu dan penambahan fly ash sebagai pengganti sebagian
semen yang terbentuk menjadi beton porous. Hasil pengujian kuat lentur beton
porous umur 14 hari dapat dilihat pada tabel 4.15 dan hasil pengujian kuat lentur
beton porous umur 28 hari dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut:
42
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Porous 14 Hari
Kode
Beton
Dimensi Balok
(mm)
Berat
(kg)
Beban
(N)
Kuat Lentur
(MPa)
Rata-rata
(MPa)
1.0A 450 x 100 x 100 6,800 2000 0,90
0,90 2.0A 450 x 100 x 100 6,985 2000 0,90
3.0A 450 x 100 x 100 6,950 2000 0,90
1.10A 450 x 100 x 100 6,885 2000 0,90
0,90 2.10A 450 x 100 x 100 6,480 2000 0,90
3.10A 450 x 100 x 100 6,890 2000 0,90
1.25A 450 x 100 x 100 8,915 3000 1,35
1,35 2.25A 450 x 100 x 100 9,220 3000 1,35
3.25A 450 x 100 x 100 9,350 3000 1,35
Berdasarkan dari hasil perhitungan data pengujian kuat lentur beton porous
umur 14 hari pada variasi 0% fly ash menghasilkan kuat lentur yang stabil untuk
ketiga sampel yaitu 0,90 MPa sehingga rata-ratanya sebesar 0,90 MPa. Lalu kuat
lentur pada variasi 10% fly ash juga stabil yaitu 0,90 MPa sehingga rata-ratanya
sebesar 0,90 MPa. Kemudian kuat lentur pada variasi 25% fly ash menghasilkan
nilai yang stabil juga untuk ketiga sampel yaitu 1,35 MPa sehingga rata-rata yang
didapat sebesar 1,35 MPa.
Pengujian kuat lentur beton porous umur 14 hari variasi 0%, 10% dan 25%
menghasilkan kuat lentur yang tidak maksimal. Hasil kuat lentur beton porous
umur 14 hari pada variasi 0% dan 10% tidak terjadi perubahan sama sekali dan
memiliki kuat lentur yang sama. Nilai kuat lentur terjadi peningkatan pada variasi
25% meskipun tidak terlalu besar. Sehingga perlu dilakukan pengkajian ulang
mengapa pada pada variasi 0% dan 10% memiliki nilai kuat lentur yang sama dan
tidak terjadi perubahan sama sekali.
Berikut ini adalah diagram perbandingan kuat lentur beton porous variasi
0%, 10% dan 25% fly ash umur 14 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 4.6 berikut:
43
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
0A 10A 25A
0,90 0,90
1,35
Rat
a-ra
ta (
Kg/
cm²)
Kode Beton
Kuat Lentur Beton Porous
Umur 14 Hari
25% Fly Ash
10% Fly Ash
0% Fly Ash
Gambar 4.6 Diagram Kuat Lentur Beton Porous Umur 14 Hari
Berdasarkan diagram tersebut kuat lentur beton porous 25A umur 14 hari
variasi 25% fly ash lebih tinggi dibandingkan dengan beton porous 0A variasi 0%
fly ash dan 10A variasi 10% fly ash meskipun nilai kuat lentur yang dihasilkan
tidak maksimal. Sedangkan beton porous 0A dan 10A menghasilkan kuat lentur
yang sama dan stabil. Jika ditinjau dari diagram tersebut menjelaskan bahwa
penambahan fly ash yang menghasilkan kuat lentur lebih besar pada variasi 25%
umur 14 hari meskipun nilai kuat lentur yang dihasilkan tidak maksimum.
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton Porous 28 Hari
Kode
Beton
Dimensi Balok
(mm)
Berat
(kg)
Beban
(N)
Kuat Lentur
(MPa)
Rata-rata
(MPa)
4.0B 450 x 100 x 100 6,950 2000 0,90
0,90 5.0B 450 x 100 x 100 9,070 2000 0,90
6.0B 450 x 100 x 100 9,360 2000 0,90
4.10B 450 x 100 x 100 8,750 2000 0,90
0,90 5.10B 450 x 100 x 100 8,760 2000 0,90
6.10B 450 x 100 x 100 8,740 2000 0,90
4.25B 450 x 100 x 100 7,180 2000 0,68
0,60 5.25B 450 x 100 x 100 7,095 2000 0,68
6.25B 450 x 100 x 100 7,055 1000 0,45
44
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
0B 10B 25B
0,90 0,90
0,60
Rat
a-ra
ta (
Kg/
cm²)
Kode Beton
Kuat Lentur Beton Porous
Umur 28 Hari
25% Fly Ash
10% Fly Ash
0% Fly Ash
Berdasarkan dari hasil perhitungan data pengujian kuat lentur beton porous
umur 28 hari pada variasi 0% fly ash menghasilkan kuat lentur yang stabil untuk
ketiga sampel yaitu 0,90 MPa sehingga rata-ratanya sebesar 0,90 MPa. Lalu kuat
lentur pada variasi 10% fly ash juga stabil yaitu 0,90 MPa sehingga rata-ratanya
sebesar 0,90 MPa. Kemudian kuat lentur pada variasi 25% fly ash yaitu 0,68 MPa,
0,68 MPa dan 0,45 MPa sehingga rata-rata yang didapat sebesar 0,60 MPa.
Seperti halnya pengujian kuat lentur beton porous umur 14 hari, pengujian
beton porous umur 28 hari variasi 0%, 10% dan 25% juga menghasilkan kuat
lentur yang tidak maksimal. Beberapa faktor bisa menjadi penyebab kuat seperti
kandungan fly ash yang digunakan, tipe fly ash yang dipakai, cara pengambilan fly
ash dari tempat pembakaran, dan beberapa faktor lainnya.
Hasil kuat lentur beton porous umur 28 hari pada variasi 0% dan 10% tidak
terjadi perubahan sama sekali dan memiliki kuat lentur yang sama. Nilai kuat
lentur terjadi penurunan pada variasi 25% yang cukup besar. Sehingga perlu
dilakukan pengkajian ulang mengapa pada pada variasi 0% dan 10% memiliki
nilai kuat lentur yang sama dan tidak terjadi perubahan sama sekali.
Berikut ini adalah diagram perbandingan kuat lentur beton porous variasi
0%, 10% dan 25% fly ash umur 28 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 Diagram Kuat Lentur Beton Porous Umur 28 Hari
45
Berdasarkan diagram tersebut kuat lentur beton porous 0B variasi 0% fly
ash dan 10B variasi 10% fly ash umur 28 hari bernilai sama dan lebih besar
dibandingkan dengan beton porous 25B variasi 25% fly ash meskipun tidak
maksimal. Sedangkan beton porous 25B variasi 25% fly ash menghasilkan kuat
lentur yang paling kecil. Jika ditinjau dari diagram tersebut menjelaskan bahwa
penambahan fly ash yang menghasilkan kuat lentur lebih besar pada variasi 0%
dan 10% umur 14 hari.
4.10 Kekuatan Benda Uji
Setelah dilakukan pengujian dan menganalisa hasil kuat tekan dan kuat
lentur beton porous umur 14 dan 28 hari. Selanjutnya dilakukan analisa terhadap
kekuatan benda uji secara keseluruhan. Berikut ini dapat dilihat pada tabel 4.17
hasil pengujian kuat tekan dan kuat lentur beton porous umur 14 dan 28 hari:
Tabel 4.17 Kekuatan Benda Uji
Variasi Kuat Tekan Kuat Lentur
14 Hari 28 Hari 14 Hari 28 Hari
0% 0,28 MPa 0,42 MPa 0,90 MPa 0,90 MPa
10% 0,38 MPa 0,24 MPa 0,90 MPa 0,90 MPa
25% 0,14 MPa 0,14 MPa 1,35 MPa 0,60 MPa
Berdasarkan hasil kekuatan benda uji pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan dan penurunan kuat tekan atau kuat lentur yang tidak stabil
pada umur 14 hari dan 28 hari.
1. Variasi 0%
Pada variasi 0% untuk nilai kuat tekan pada beton porous umur 14 hari ke 28
hari terjadi peningkatan, meskipun nilainya sangat kecil dan tidak maksimal.
Pada variasi 0% untuk nilai kuat lentur pada beton porous umur 14 dan 28
hari menghasilkan nilai yang sama dan tidak maksimal.
2. Variasi 10%
Pada variasi 10% untuk nilai kuat tekan pada beton porous umur 14 hari ke 28
hari terjadi penurunan yang cukup besar dan nilai kuat tekannya tidak
maksimal.
46
Pada variasi 10% untuk nilai kuat lentur pada beton porous umur 14 dan 28
hari menghasilkan nilai yang sama dan tidak maksimal.
3. Variasi 25%
Pada variasi 25% untuk nilai kuat tekan pada beton porous umur 14 hari ke 28
memiliki nilai kuat tekan yang sama dan tidak maksimal.
Pada variasi 25% untuk nilai kuat lentur pada beton porous umur 14 dan 28
hari terjadi peningkatan kuat lentur meskipun kecil dan nilai kuat lentur yang
dihasilkan tidak maksimal.
Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan dan kuat lentur beton porous maka
dapat dilihat bahwa pengaruh penggunaan fly ash hanya mengalami peningkatan
meskipun tidak maksimal pada nilai kuat tekan umur 14 hari variasi 0% ke 10%
dan nilai kuat lentur umur 14 hari variasi 10% ke 25%. Sehingga perlu dilakukan
pengkajian ulang mengenai penggunaan fly ash yang menyebabkan hasil nilai
kuat tekan dan kuat lentur beton porous tidak signifikan peningkatan ataupun
penurunannya.
4.11 Pola Retak dan Patahan
Kehancuran beton ditandai dengan retakan dan patahan yang terjadi saat uji
tekan dan uji lentur dilakukan. Ketika mencapai beban puncak (Pmax) maka
kerusakan terberat yang terjadi pada sampel. Berikut ini adalah penjelasan pola
retak dan patahan yang terjadi pada pengujian kuat tekan dan kuat lentur beton
porous:
Pada saat melakukan pengujian kuat tekan beton porous umur 14 hari terjadi
keretakan dan kehancuran yang bervariasi pada sampel 0A, 10A dan 25A. Namun
untuk beton porous umur 14 hari keretakan dan kehancuran lebih besar
dibandingkan umur 28 hari. Keretakan yang terjadi pada beton porous umur 14
hari dimulai dari sisi pinggir bagian tengah lalu ke bagian atas beton porous.
Namun untuk bagian bawah beton kehancuran yang terjadi tidak terlalu besar.
Kemudian saat beton porous mencapai beban puncak, terjadi keretakan
menyeluruh pada sampel beton yang kemudian menyebabkan kehancuran pada
sampel. Hal ini dikarenakan beton porous tidak menggunakan pasir sehingga
beton akan lebih cepat hancur.
47
Berbeda dengan pengujian kuat tekan beton porous umur 14 hari, pada saat
pengujian beton porous umur 28 hari tidak terlalu banyak terjadi kerusakan pada
sampel. Keretakan pada sampel 0B, 10B dan 25B hanya terjadi pada bagian atas
atau bagian bawah saja. Untuk bagian tengah beton keretakan yang terjadi tidak
terlalu besar. Pada saat beton porous mencapai beban puncak, sampel tidak terlalu
mengalami kerusakan yang besar seperti pada beton porous umur 14 hari. Hal ini
bisa saja dikarenakan umur beton porous yang sudah mencapai umur 28 hari
sehingga durability beton lebih baik. Berikut ini salah satu gambar keretakan yang
terjadi pada beton porous umur 28 hari pada saat pengujian kuat tekan:
Gambar 4.8 Uji Kuat Tekan Beton Porous Umur 28 hari
Untuk pengujian kuat lentur beton porous sampel 0A, 10A, 25A umur 14
hari dan sampel 0B, 10B, 25B umur 28 hari patahan yang terjadi pada beton
porous terdapat di bagian tengah. Hal ini terjadi pada semua sampel beton porous
yang dilakukan pengujian kuat lentur. Berikut ini adalah pola patahan yang terjadi
seperti pada gambar 4.9:
48
Gambar 4.9 Pola Patahan Pengujian Kuat Lentur Beton Porous
Seperti yang terlihat pada gambar bahwa patahan yang terjadi pada beton
porous terjadi pada 1/3 bentang tengah beton atau retak dalam batas.
49
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil nilai kuat tekan beton porous untuk benda uji 0A, 10A dan 25A pada
umur 14 hari yaitu 0,28 MPa, 0,38 Mpa dan 0,14 Mpa. Untuk benda uji 0B,
10B dan 25B pada umur 28 hari yaitu 0,42 Mpa, 0,24 Mpa dan 0,14 Mpa.
Untuk nilai kuat tekan beton porous terjadi peningkatan yang sangat kecil dan
tidak maksimal pada beton porous tanpa menggunakan fly ash.
2. Hasil nilai kuat lentur beton porous untuk benda uji 0A, 10A dan 25A pada
umur 14 hari yaitu 0,90 MPa, 0,90 MPa dan 1,35 MPa. Untuk benda uji 0B,
10B dan 25B pada umur 28 hari yaitu 0,90 MPa, 0,90 MPa dan 0,60 MPa.
Untuk nilai kuat lentur beton porous juga terjadi peningkatan yang sangat
kecil dan tidak maksimal pada beton porous variasi 25%. Selain dari 2 variasi
tersebut, rata-rata benda uji mengalami penurunan kuat lentur.
5.2 Saran
Dari penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran untuk penelitian
selanjutnya:
1. Pada saat pembelian atau pengambilan material perlu dilakukan pengecekan
terhadap material yang akan digunakan.
2. Pada saat melakukan pengujian bahan penyusun beton sebaiknya dilakukan
dengan teliti dan tidak terburu-buru.
3. Pada saat pencampuran, pembuatan, perawatan dan pengujian benda uji harus
dilakukan dengan baik, teliti dan sesuai standar dan prosedur agar hasilnya
sesuai dengan yang direncanakan.
4. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian fly ash sebagai bahan
tambah beton.
5. Ukuran kerikil yang digunakan untuk beton porous sebaiknya ukuran 1-2cm.
6. Beton porous digunakan untuk perkerasan jalan dan non struktur.
50
DAFTAR PUSTAKA
Antoni. 2008. Green Concrete: Porous Concrete Pelajaran dari LKTB 2008
Anonim. 2010. Repot on Pervious Concrete. American Concrete Institute,
Farmington Hills, MI, USA. ACI 522R-10.
Ariana, Donna. 2016. Laporan Praktikum Lab. Uji Bahan. Balikpapan: Politeknik
Negeri Balikpapan.
ASTM C 618-05. 2005. Standard Specification for Coal Fly Ash and Raw or
Calcined Natural Pozzolan for Use in Concrete. ASTM International.
Bayuaji, Ridho. 2011. Studi Literatur dan Prospek Penelitian Beton Porus
Sebagai Material Struktur dan Bahan Bangunan.
Ichsan, Muhammad Nur. 2017. Uji Kuat Tekan Silinder Dan Uji Kuat Lentur
Balok Beton Serat Galvanis Dengan Model Spiral. Balikpapan: Politeknik
Negeri Balikpapan.
Irawan, Candra. 2013. Adsorpsi Ion Fe2+
Menggunakan Adsorben Abu Layang
Batu Bara. Malang: Universitas Brawijaya.
Istiqomah, Nurul. 2017. Pengaruh Variasi Rasio Agregat Kasar Terhadap Kuat
Tekan Dan Porositas Beton Non Pasir.Juniawati, Nindy Putri (2017). Kuat
Tekan Dan Porositas Beton Porous Berbasis Pengisi Styrofoam.
Neville, A.M., Brooks, J.J. 2010. Concrete Technology, Second Edition, Pearson
Education Limited, Essex, England.
NRMCA. 2004. CIP-38 Pervious Concrete. Silver Spring. Maryland:
NRMCAPress. http://nrmca.org/aboutconcrete/cips/38p.pdf.
PP Nomor 18 Tahun 1999. 1999.Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Prabowo D.A, Ary S. dan Sambowo K.A.(2013). Desain Beton
Berpori untuk Perkerasan Jalan yang Ramah Lingkungan. e-jurnal matriks
teknik sipil/ juni 2013/96.
SNI 03-1974-1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
SNI 4431-2011. Cara Uji Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua Titik
Pembebanan.
Syakuri, Muhammad Rifai dan Haryadi. 1997. Studi Tentang Beton Normal
Dengan Campuran Abu Terbang.
51
Thomas, Michael. (2007). Optimizing the Use of Fly Ash in Concrete. Washington
DC: Portland Cement Association.
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit
Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada.
Wardani, Sri Prabandiyani Retno. (2008). Pemanfaatan Limbah Batubara (Fly
Ash) Untuk Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya
Dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Jurnal: Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN 1
HASIL PENGUJIAN BAHAN
Terdiri Dari:
1. Hasil pemeriksaan kadar air kerikil Palu
2. Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air kerikil Palu
3. Hasil pemeriksaan berat isi kerikil Palu
4. Hasil pemeriksaan kadar lumpur kerikil Palu
5. Hasil pemeriksaan gradasi kerikil Palu
6. Hasil pemeriksaan keausan (abrasi) kerikil Palu
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR AIR KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : April 2018
No Uraian Sampel Kerikil
A B C
1 Berat Cawan (W1) 12,76 gr 13,48 gr 13,02 gr
2 Berat Cawan + Kerikil Basah (W2) 69,68 gr 76,55 gr 101,42 gr
3 Berat Kerikil Basah (W3 = W2 – W1) 56,92 gr 63,07 gr 88,40 gr
4 Berat Cawan + Kerikil Kering (W4) 69,28 gr 76,22 gr 100,85 gr
5 Berat Kerikil Kering (W5 = W4 – W1) 56,52 gr 62,74 gr 87,83 gr
6 Berat Air (W6) = (W3 – W5) 0,40 gr 0,33 gr 0,57 gr
7 Kadar Air (W) = (W6 / W5 x 100 %) 0,71% 0,53% 0,65%
Kadar Air Rata-rata 0,63%
Balikpapan, April 2018
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Donna Ariana
NIM: 150309269892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : April 2018
No Keterangan Nilai
1 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan SSD (BJ) 5000 gr
2 Berat Benda Uji Kering Oven (BK) 4950 gr
4 Benda Uji SSD didalam Air (BA) 4990 gr
5 Berat Jenis Curah 2,554
6 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2,575
7 Berat Jenis Semu 2,608
8 Penyerapan Air 0,808 %
Balikpapan, April 2018
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Donna Ariana
NIM: 150309269892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT ISI KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : April 2018
No Uraian Sampel Kerikil Palu
Rodding Shoveling
1 Berat Morr (W1) 7590 gr 7590 gr
2 Berat Morr + Kerikil (W2) 31600 gr 30800 gr
3 Berat Kerikil (W3 = W2 – W1) 24010 gr 23210 gr
4 Berat Morr + Air (W4) 21280 gr 21280 gr
5 Berat Air atau Volume Morr (V = W4 – W1) 13690 cm3 13690 cm
3
6 Berat Isi Kerikil (W3/V) 1,75 gr/cm3 1,70 gr/cm
3
Balikpapan, April 2018
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Donna Ariana
NIM: 150309269892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR LUMPUR KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : April 2018
No Uraian Sampel
1 Berat agregat semula (kering oven) W1 498,13 gr
2 Berat agregat setelah dicuci (kering oven) W2 493,46 gr
3 Berat butir yang lewat ayakan no. 200 W3 4,67 gr
4 Kadar Lumpur = (W3 / W1) x 100% 0,94 %
Balikpapan, April 2018
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Donna Ariana
NIM: 150309269892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
GRADASI KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
`Tanggal Pemeriksaan : April 2018
Lubang Saringan
Kerikil Palu
Tertinggal Persentase Komulatif
Tertinggal Lolos
No Mm Gram % % %
1,5 25,4 0 0 0 100
1 19,1 0 0 0 100
3/4 12,7 810 16,30 16,30 83,70
3/8 9,5 2820 56,74 73,04 26,96
4 4,76 1070 21,53 94,57 5,43
8 2,38 265 5,33 99,90 0,10
16 1,19 5 0 100 0
30 0,59 0 0 100 0
50 0,297 0 0 100 0
100 0,149 0 0 100 0
Pan 0 0 100 0
Total 4970 100 783,80
MHB
= 7,838
Balikpapan, April 2018
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Donna Ariana
NIM: 150309269892
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
JL. Soekarno Hatta Km. 8 Balikpapan Utara 76126
Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107
Email:[email protected] Web:http://www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KEAUSAN KERIKIL PALU
Pemeriksaan : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : April 2018
Balikpapan, April 2018
Laboran Penulis
Sajali, A.Md Donna Ariana
NIM: 150309269892
Ukuran Saringan Berat dan Gradasi Benda Uji
(gram)
Lolos Tertahan B
1,5 1
1 ¾
¾ ½ 2500
½ 3/8 2500
3/8 ¼
¼ 4
Total 5000
Jumlah Bola 11
Keterangan B (gram)
Berat Agregat (A) 5000
Berat Setelah 500 Putaran (B) 3150
Keausan = -
x 100 = % 37 %
Kain Penyerap Bola Baja
Mesin Uji Tekan Beton Mesin Uji Lentur Beton
Shieve Shaker Mesin Los Angeles
LAMPIRAN 3
PEMERIKSAAN BAHAN
1. Pemeriksaan Kadar Air Kerikil Palu
Sampel 1 Sampel 2
Sampel 3 Pengovenan Sampel
2. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Kerikil Palu
Penimbangan Berat Jenis Kerikil
Palu
Benda Uji Permukaan Jenuh
Perendaman Kerikil Perhitungan Berat Kerikil Dalam
Air
3. Pemeriksaan Berat Isi Agregat
Penimbangan Berat Morr Penimbangan Kerikil
Penimbangan Berat Morr Berisi
Air
Penumbukan Kerikil
4. Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil
Pencucian Kerikil Pengovenan Kerikil
5. Pemeriksaan gradasi kerikil Palu
Penimbangan Kerikil Palu Pengovenan Kerikil Palu
Pengayakan Kerikil Palu Penimbangan Kerikil Setelah
Diayak
6. Pemeriksaan keausan (abrasi) kerikil Palu
Pengayakan kerikil dengan
saringan no. 12
Proses uji keausan (abrasi)
LAMPIRAN 4
PEMBUATAN BENDA UJI
Penyiapan Talam Pencampuran Material
Penyaringan Campuran Pengujian Slump
Pengisian Cetakan Perataan Benda Uji
LAMPIRAN 6
PENGUJIAN KUAT TEKAN
Penimbangan Benda Uji Silinder Pengujian Kuat Tekan Silinder
Hasil Uji Tekan Beton Pola Retak