pengantar pendidikan

21

Click here to load reader

Upload: aidatul-fitri

Post on 05-Aug-2015

121 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

.........

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTAR PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan oleh umat manusia, tujuannya

yakni untuk mencerdaskan dan meningkatkan kualitas diri. Ada beberapa aliran dalam

pendidikan. Gerakan-gebrakan baru yang dilakukan untuk kemajuan pendidikan, dan demi

terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam pendidikan. Di Indonesia ada beberapa aliran pokok

dalam pendidikan. Di makalah ini kami akan membahas semua hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah :

1. Apa yang dimaksud aliran klasik ?

2. Bagaimana gerakan-gerakan baru dalam pendidikan ?

3. Apa saja dua aliran pokok pendidikan di Indonesia ?

C. Tujuan

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah ;

1. Untuk mengetahui maca-macam aliran dalam pendidikan

2. Untuk mengetahui gerakan baru dalam pendidikan

3. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran pokok dalam pendidikan Indonesia

1

Page 2: PENGANTAR PENDIDIKAN

BAB II

PEMBAHASAN

Aliran-aliran pendidikan yaitu pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan

pendidikan. Gagasan pendidikan selalu dinamis, seirama dengan pemikiran manusia dan

masyarakatnya, sejak dulu, kini, dan masa mendatang. Penting membekali wawasan kesejarahan

untuk memahami kaitan masa lalu (pengalaman-pengalaman) yang menjadi tuntutan dan

kebutuhan masa kini, serta tuntutan pemikir masa depan. Hasil pemikiran tidak segera tampak,

kesalahan sekecil apapun akan menyebabkan upaya perbaikan yang kadang-kadang sudah

terlambat. Pemikiran sudah dimulai sejak jaman kuno sejak manusia ada.

A. Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan

1. Aliran Empirisme

Empiris berasal dari bahasa latin yang artinya pengalaman. Aliran ini Disebut juga aliran

behaviorisme, Positivisme tradition Lockean dan Envirin mentalisme.

Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal

dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada

lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam

kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini

berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.

Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk) menurut

kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai

sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka

dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Pedagogis.

Tokoh perintisnya adalah :

John Locke, Inggris (1704-1932) dengan teori “Tabula Rasa” artinya anak lahir di dunia

bagaikan kertas putih yang bersih.

Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan

pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak

2

Page 3: PENGANTAR PENDIDIKAN

sejak lahir dianggap tidak menentukan. Menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari

terhadap anak yang berhasil karena berbakat meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung.

2. Aliran Nativisme

Nativisme berasal dari bahasa latian yaitu natives berarti terlahir. Disebut juga aliran:

Humanistic Psychology, Client Centered Leibnitzian, Personal Construct Tradition, Search for

Meaning, Pesimisme Pedagogis dll. Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang

menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor

pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut

ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang

berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak

dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak

membawa manfaat bagi manusia.

Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara

fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orangtuanya. Tapi pembawaan itu

bukanlah merupakan satu-satunya factor yang menentukan perkembangan.

3. Aliran Naturalisme

Naturalisme berasal dari bahasa latin “nature” artinya alam, tabiat, dan pembawaan.

Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau (1712-1778). Aliran ini dinamakan juga nativisme yang

menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak

menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat). Pendidikan

hendaknya diserahkan kepada alam. Dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan

kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik. Pendidikan dan

campurtangan manusia yang bersifat dibuat-buat (artificial) harus dijauhkan dari anak didik

untuk mempertahankan segala hal yang baik. Kesimpulan dari aliran ini sebagai berikut: kodrat

atau alam manusia adalah baik; masyarakat adalah buruk; dan untuk memperbaiki kesusilaan,

kebiasaan dalam masyarakat orang wajib kembali ke alam atau kodrat. 

4. Aliran Konvergensi

3

Page 4: PENGANTAR PENDIDIKAN

Berasal ari bahasa inggris “convergency” artinya pertemuan pada satu titik. Aliran

Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern (Jerman 1871-1939), ia berpendapat bahwa seorang

anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses

perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai

peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik

tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. Kedua-duanya

(pembawaan dan lingkungan) mempunyai pengaruh yang sama besar bagi perkembangan anak.

Pendapat ini untuk pertama kalinya dikemukakan oleh William Stern.

William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan

danlingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan sebagai berikut:

A--------------------

--------------------C

B--------------------

Keterangan :

A. Bakat / Bawaan

B. Lingkungan

C. Hasil Perkembangan Anak Didik

Karena itu teori W. Stern disebut teori Konvergensi .Jadi menurut teori konvergensi :

a. Pendidikan mungkin dilaksanakan.

b. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan pada anak didik untuk

mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang buruk.

c. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.

B. Pengaruh Aliran Klasik Terhadap Pemikir dan Praktek Pendidikan di Indonesia

1. Perkembangan Manusia Indonesia

Peranan pandangan aliran klasik dalam pendidikan di Indonesia tidak sepenuhnya

ditolak, tetapi diterima sesuai dengan kebutuhan dan ditempatkan pada pandangan konvergensi.

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh:

4

Page 5: PENGANTAR PENDIDIKAN

a. Hereditas

b. Lingkungan

c. Proses Perkembangan

d. Anugerah Tuhan / Nasib

2. Peserta didik

Peserta didik adalah subyek yang bisa dididik dan dapat mendidik dirinya sendirinya.

Hubungan dengan pendidik adalah hubungan yang setara dengan hubungan antara dua pribadi.

C. Gerakan Baru Pendidikan dalam Pendidikan

Yaitu gerakan upaya peningkatan mutu pendidikan yang memfokuskan usaha

peningkatan, perbaikan kualitas pada satu atau beberapa komponen saja.

1. Pembelajaran alam sekitar

Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan

pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain :

a. Fr. A.Finger (1808-1888) Jerman dengan heimatkunde (pengajaran alam

sekitar),

b. dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan Het Volle Leven.

Beberapa prinsip gerakan Heimatkunde adalah :

a. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar peserta didik

aktif atau tidak hanya duduk, dengar dan catat saja.

b. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas

c. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apresiasi intektual yang kukuh dan

tidak verbalistis.

d. Pengajaran alam sekitar memberikan apresiasi emosional, karena alam sekitar mempunyai

ikatan emosional dengan anak.Untuk anak ataupun orang dewasa alam sekitar merupakan

sebagian dari hidupnya sendiri, dalam duka maupun suka.

Sedangkan J.Linghart mengemukakan pegangan dalam het volle Leven sebagai berikut :

a. Anak harus mengetahui barangnya lebih dahulu sebelum mendengar namanya, tidak

kebalikannya, sebab kita itu hanya suatu tanda dari pengertian tentang barang itu.

5

Page 6: PENGANTAR PENDIDIKAN

b. Pengajarab sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau mata

pengajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu.

c. Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya kesemua jurusan, agar murid

paham akan hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya (pengajaran

alam sekitar).

2. Pengajaran Pusat Perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia

dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat (centres d’interet), disamping pendapatnya tentang

pengajaran global. Pendidikan menurut Declory berdasar pada semboyan ecois pour ia vie, par la

vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam

masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan.Oleh karena itu, anak

harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan

pengetahuan tentang dunianya (lingkungannya, terdapat hidup di hari depannya). Pengetahuan

anak harus bersifat subjektif dan objektif. Decroly menyumbangkan 2 pendapat yang sangat

berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan 2 hal yang khas dari Decroly, yaitu:

a. Metode Global (keseluruhan). Dari hasil yang didapat dari observasi dan tes,

dapatlah ia menetapkan, bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara

global (keseluruhan)

b. Centre d’Interet (pusat-pusat minat) dari penyelidikan psikologik, ia menetapkan

bahwa anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus

disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu

misalnya minat yang ditimbulkan oleh guru, maka pengajaran itu tidak akan

banyak hasilnya. Minat-minat spontan terhadap diri sendiri itu antara lain;

a. Dorongan memepertahankan diri

b. Dorongan mencari makan dan minum

c. Dorongan memelihara diri

Sedangkan minat terhadap massyarakat (biososial) ialah :

a. Dorongan sibukbermain-main

b. Dorongan meniru orang lain.

6

Page 7: PENGANTAR PENDIDIKAN

3. Sekolah Kerja

Merupakan titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan keterampian dalam

pendidikan. J.A. Comenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran,

ingatan, bahasa dan tangan (keterampilan kerja tangan). J.H. Pestalozzi (1746-1827)

mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya namun yang sering

dipandang sebagai bapak sekolah kerja adalah G.Kereschensteiner (1854-1932) dengan

Arbeitesschule (sekolah kerja). Di Jerman sekolah kerja ini bertolak dari pandangan bahwa

pendidikan itu tidak hanya demi kepentingan individu tetapi berkewajiban menyiapakn warga

negara yang baik, yakni: 

a. Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan

b. Tiap orang wajib menyumbangkan tnaganya untuk kepentingan Negara

c. Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya,

agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan

menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan Negara

Menurut G.Kereschensteiner tujuan sekolah kerja adalah:

a. Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang dididapat dari buku atau orang

lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri

b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu

c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi Negara

Kereschenteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan

anak-anak untuk dapat bekerja. Karena banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat

pelajaran, maka dibagi menjadi tiga golongan besar:

a. Sekolah-sekolah perindustrian

b. Sekolah-sekolah perdagangan

c. Sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan

akan menghasilkan warga negara yang baik

7

Page 8: PENGANTAR PENDIDIKAN

4. Pengajaran Proyek

Dasar filosofis dan pedagosis diletakkan pada John Dewey (1859-1952) namun

pelaksanaannya dilakukan oleh W.H.kilpartrick. Dalam pengajaran proyek, anak bebas

menentukan pilihannya, merancang serta memimpinya. Proyek yang ditentukan oleh anak

mendorongnya mencari jalan pemecahan bila dia menemui kesukaran. Anak dengan sendirinya

giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dalam pengajaran proyek,

pekerjaan dikerjakan secara berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong-royong. 

Pengajaran proyek digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, yang perlu

ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan

memecahkan persoalan secara komprehensif.

Langkah-langkah pokok pengajaran proyek :

a. Persiapan

b. Kegiatan belajar

c. Penilaian

D. Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan

Pendidikan di Indonesia.

Gerakan baru dalam pendidikan tersebut berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Namun dasar pemikirannya menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek

konseptual maupun operasional. Kajian tentang pemikiran-pemikiran pendiidkan pada masa lalu

akan sangat bermanfaat untuk memperluas pemahaman tentang seluk beluk pendidikan, serta

memupuk wawasan histori dari setiap keputusan dan tindakan di bidang pendidikan, termasuk di

bidang pembelajaran, akan membawa dampak bukan hanya pada kini juga pada masa depan. 

E. Aliran-aliran Pokok Pendidikan Indonesia

1. Taman Siswa

Taman siswa secara jelas menunjukkan sifatnya yang nasionalis dan pedagogis serta

kultral. Walaupun bukan suatu organisasi politik, taman siswa sejak pendiriannya mempunyai

tujuan politik, yaitu kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini jelas dari pertimbangan Ki Hajar

8

Page 9: PENGANTAR PENDIDIKAN

Dewantara, pendirinya, sewaktu berada dipengasingan negeri Belanda untuk mendalami masalah

pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, rakyat Indonesia harus benar-benar menyadari arti

kehidupan berbangsa dan bertanah air melalui pendidikan. Kegiatan pendidikan diberikan

kepada mereka yang berusia muda dengan mendirikan kindertuin atau Taman Kanak-kanak yang

dikalangan Taman Siswa disebut Taman Indriya, pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta.

Lembaga pendidikan taman siswa diberi nama National Onderwijs Instituut Taman Siswa

dengan Taman Indriya sebagai tingkat rendah dan kursus guru, selanjutnya taman muda (SD),

disusul Taman Dewasa Merangkap Taman Guru (Mulo-kweekschool). Sekarang ini, telah

dikembangkan sehingga meliputi Pola Taman Madya, Para Sarjana, dan Sarjana Wiyata.

Taman Siswa didasarkan atas kebangsaan dan kebudayaan Indonesia. Pendidikan Taman

Siswa selanjutnya mengakui hak-hak anak untuk bebas yang dinyatakan tidak tanpa batas. Batas

itu antara lain lingkungan dan kebudayaan. Pengakuan atas hak-hak anak untuk kebebasan

berarti anak diberikan kebebasan untuk tumbuh dan berkembang sesuai bakat dan

pembawaannya, atau dalam istilah Ki hajar Dewantara, menurut kodratnya seperti tersimpul

dalam asas Taman Siswa “kodrat alam”.

Pengakuan atas kebebasan anak adalah suatu prinsip pendidikan yang sangat pokok pad

ataman siswa. Prinsip demokrasi dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara dengan pengertian

sebagai berikut.

a. Anak dalam pendidikan merupakan pusat perhatian pendidik. Dalam pertumbuhan

dan perkembangan yang terus berjalan, lingkungan anak makin luas dan segala

sesuatu yang dijumpainya akan dijadikan miliknya. Hal ini kemudian melahirkan

konsep konsentris, continue dan konvergen yang dikenal dengan istilah “tri-kon”.

b. Musyawarah sebagai prinsip demokrasi tetapi menghargai pimpinan. KI Hajar

Dewantara menyebutnya “democratie met leiderschap”. Ki Hajar Dewantara

menganggap perlu ada suatu kewibawaan yang pada suatu ketika mengarah pada

musyawarah dan mufakat.

c. Dasar demokrasi membawa kewajiban untuk memikul tanggung jawab. Dasar

demokrasi yang mengakui hak anak untuk tumbuh dan berkembang menurut

kodratnya telah melahirkan metode “among” dengan semboyannya “tut wuri

handayani” yang kemudian diadopsi menjadi semboyan pendidikan nasional. Dasar

demokrasi telah membawa taman siswa menjadi tidak kaku dan melahirkan prinsip

9

Page 10: PENGANTAR PENDIDIKAN

hidup kekeluargaan yang dikalangan Taman Siswa menjadi tidak kaku dan

melahirkan prinsip hidup kekeluargaan yang dikalangan Taman Siswa dipraktekkan

dengan sungguh-sungguh.

Dengan gambaran di atas maka Taman Siswa, terutama di bidang pendidikan dan

kebudayaan, telah memberikan andil sangat besar terhadap pendidikan nasional. Bahkan

Undang-undang Pendidikan No. 4 tahun 1950 praktis telah mencakup semua prinsip Taman

Siswa. Pada dewasa ini, Taman Siswa tetap berkembang. Perguruan Taman Siswa

menyelenggarakan pendidikan mulai tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi yang

cabangnya tersebar disejumlah kota di Indonesia.

Asas dan tujuan taman siswa:

a. Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (zelf

Beschikkingsrecht). Dari asasa yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang hendak

diciptakan oleh Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai (fata dan

tentram, Orde on Vrede)

b. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir

dan batin dapat memerdekakan diri. Dalam asas kedua ini masih mengandung

keterangan lebih lanjut tentangprinsip kemerdekaan yang terdapat didalam asas yang

pertama, yakni dengan memeberi ketegasan bahwa kemerdekaan itu hendaknya

dikenakan terhadap cara siswa berfikir.

c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. Dengan

asas ini Taman siswa ingin mencegah system pengajaran yang bersifat intlektualitis

dan pola hidup yang kebarat-baratan.

d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh

rakyat. Dari asas ini Nampak jelas pendirian taman siswa yaitu lebih baik

memajukan pengajaran untuk rakyat

e. Bahwa untuk pengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin

hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan

dari siapapun

f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus

membelajari sendiri segala usaha yang dilakukan

10

Page 11: PENGANTAR PENDIDIKAN

g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keihlasan.

2. INS Kayutanam

Kayutanam adalah suatu kota kecil dekat Padang. Di sanalah pada tahun 1926 didirikan

Indonesische Nederlandche School (INS), yang kemudian dikenal dengan INS Kayutanam.

Pendirinya adalah Muhammad Syafei (1896-1966) bersama Marah Soetan. Sekolah tersebut

semula di bawah pembinaan Organisasi Pegawai Kereta Api dan Tambang Ombilin.

Sekolah ini didirikan sebagai tanggapan terhadap pendidikan Belanda yang berlangsung

saat itu yang oleh Muhammad Syafei dinilai intelektualistik dan mementingkan kecerdasan dan

kurang mementingkan pemufukan bakat-bakat anak. Melalui INS yang didirikannya ia berusaha

agar para siswa tidak menjadi cendekiawan setengah matang yang angkuh, tetapi menjadi

pekerja cekatan yang rendah hati. Di INS, para siswa dididik untuk bekerja teratur dan produktif

agar bisa hidup mandiri. Para siswa mendapatkan mata pelajaran kerja tangan atau keterampilan,

ilmu bumi, ilmu alam , dan menggambar untuk memepertajam pengamatan. Olahraga yang

mendapat tempat khusus di INS diajarkan sebagai wahana untuk membuat ana-anak sehat dan

kuat. Kemudian bahasa diajarkan sebagai alat berfikir secara teratur.

Falsafah yang mendasari gagasannya adalah “tuhan tidak sia-sia menjadikan manusia dan

alam lainnya. Masing-masing mesti berguna dan kalau tidak berguna itu disebabkan kita tidak

pandai menggunakannya” ( dikutip dari Republik Indonesia provinsi Sumatera Tengah,

penerbitan Kementerian penerangan, hlm 778). INS Kayutanam mengembangkan system

persekolahannya dengan didasarkan atas “aktivitas” dan bertujuan untuk “melahirkan dan

memufuk semangat bekerja dan percaya kepada diri sendiri”.

Disamping dikembangkan atas dasar prinsip-prinsip pedagogis, INS juga memufuk

semangat nasionalisme dikalangan para siswanya. Hal ini tampak dari tujuannya yaitu agar siswa

dapat berdiri sendiri dan tidak perlu mencari jabatan dikalangan pemerintahan yang saat itu

dikuasai olehpemerintah colonial Belanda. Muhammad Syafe’I menunjukkan sifat sebagai

pendidik yang demokratis dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk tumbuh dan

berkembang menurut garis masing-masing yang ditentukan oleh bakat dan pembawaannya.

Kemudian dengan kecakapannya itu, anak dapat berdiri sendiri dan tidak perlu menggantungkan

pada orang lain.

11

Page 12: PENGANTAR PENDIDIKAN

Prinsip tidak menggantungkan diri pada orang lain juga dianut oleh Muhammad Syafe’I

sendiri yang menolak tawaran pemerintah Belanda untuk menerima bantuan. Pengembangan

lembaga pendidikannya diusahakan atas dasar prinsip “self help” (mandiri) dengan

mengumpulkan uang melalui pertunjukkan, pameran hasil karya murid-murid, dan penjualan

hasil kerja mereka. Hanya pemberian yang tidak mengikat secara moral yang diterimanya.

Meskipun gagasan dan praktik pendidikannya bagus, system persekolahan ynag

dikembangkan oleh INS Kayutanam tidak berkembang diluar daerahnya. Peran besar yang

dihasilkannya tidak cukup mendapat bekal untuk mendapat tempat di masyarakat sehingga dapat

dikatakan keuntungan pendidikan hanya dirasakan oleh perorangan siswa. Semangat

nasionalisme dan non koprasi dengan Belanda yang diufuk oleh INS Kayutanam memang

mampu membantu keengganan untuk bekerja di kantor pemerintahan yang pada waktu itu berarti

kantor pemerintahan yang dikendalikan Belanda pengorbanan yang diminta adalah bekerja keras

tanpa bantuan dari pihak manapun yang mengikat. Hal ini berarti bahwa para pendidik dituntut

untuk hidup sederhana dan mungkin dalam serba kekurangan.

INS Kayutananm bertahan hingga masa pendudukan Jepang dan masa perang

kemerdekaan (1949) INS KAyutanam ditutup. Muhammad Syafe’i sendiri setelah tidak

menangani INS ditunjuk sebagai kepala sekolah guru bantu (SGB). Ia tutup usia pada tahun

1966. Pada dewasa ini ada usaha yang sungguh-sungguh didukung oleh pejabat dan tokoh yang

peduli untuk menghidupkan kembali praktek-praktek pendidikan INS Kayutanam yang pernah

berkembang di masa jayanya dengan tetap menempatkannya dalam system pendidikan nasional

yang berlaku sekarang.

12

Page 13: PENGANTAR PENDIDIKAN

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan sudah ada jauh sebelum kita lahir. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

orang-orang terdahulu untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Banyak cara untuk

meningkatkan diri melalui berbagai bentuk model pengajaran dan pembaruan dalam pendidikan.

Di Indonesia ada 2 aliran pokok dalam pendidikan yang menjadi dasar atau pedoman dalam

pendidikan di Indonesia salah satunya adalah Taman Siswa.

B. Saran

Bung Karno berkata “berikan aku 10 pemuda maka akan kugoncang Negara ini”. Sudah

seharusnya kita sebagai jiwa muda mengembangkan pendidikan di Indonesia. Marilah kita

berikan prestasi-prestasi kita untuk kemajuan Negara ini. Jangan Tanya apa yang bisa Negara ini

berikan kepada kita, tapi yang seharusnya adalah apa yang kita bisa berikan kepada Negara ini.

13

Page 14: PENGANTAR PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja Umar, dan La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wahyudin Dinn, D. Supriadi dan Ishak Abdullah. (2003). Materi Pokok Pengantar Pendidikan.

Jakarta: Universitas Terbuka

http://yogajaya87.wordpress.com/2011/07/01/pengantar-pendidikan/ (diakses tanggal 17

November 2012)

14