pengantar logika...pengantar logika 3 | page muhammad nur jamaluddin, s.h. menganggap penting ilmu...
TRANSCRIPT
Pengantar Logika 1 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
PENGANTAR LOGIKA
A. Arti dan Sejarah Singkat Logika
1. Arti Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata logos (perkataan atau
sabda), istilah lain yang digunakan adalah ilmu mantiq (kata Arab) yang
diambil dari kata kerja “nataqo” yang berarti berkata. Dalam bahasa sehari-
hari sering mendengar ungkapan yang serupa seperti ucapan seseorang
“alasannya tidak logis” dan sebaginya. Adapun yang dimaksud dengan logis
adalah masuk akal dan sebaliknya tidak logis berarti tidak masuk akal. Dalam
buku Logic And Lagoange Of Ducation, mantiq disebut sebagai penyelidikan
tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir yang benar, sedangkan
dalam kamus Munjid disebut sebagai “hukum yang memelihara hati nurani
seseorang dari kesalahan dalam berpikir”.
Menurut Aristoteles, logika merupakan alat bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Artinya bahwa alat seluruh ilmu pengetahuan itu berawal dari
logika. Prof. Thaib Thahir A. Mu’tin membatasi dengan “ilmu untuk
menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu
kebenaran”. Kemudian menurut Irving M. mengatakan “logika adalah ilmu
yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang benar dan penalaran yang salah.
Kata logika pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium, kaum Shopis,
Socrates dan Plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya ilmu logika. Ilmu
logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostos dan kaum Stoa.
Aristoteles meninggalkan enam buku yang oleh murid-muridnya diberi nama
“Organom”. Buku tersebut antara lain categoriae (mengenai pengertian-
pengertian), de interpretatiae (mengenai keputusan-keputusan), analitica
priora (tentang silogisme), analitica posteriroa (mengenai pembuktian),
Pengantar Logika 2 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
topika (mengenai perdebatan) dan de sophisticis elenchis (mengenai
kesalahan-kesalahan berpikir).
2. Sejarah Singkat Logika
Awal mula lahirnya ilmu logika tidak lepas dari pemikiran para ahli Yunani.
Ahli pikir yang mempelopori logika adalah Aristoteles (304-322 SM) yang
termasuk guru terbesar di dunia sampai dengan saat ini. Buah tangan
Aristoteles bukan hanya dalam ilmu logika tetapi juga dalam berbagai ilmu
baik ilmu sosial maupun ilmu alam. Perkembangan ilmu logika setelah masa
Aristoteles banyak dilanjutkan oleh para muridnya yang diantaranya adalah
Theoprastos dan Porphyrius.
Selain itu jasa para muridnya tersebut, perkembangan logika mengalami
suatu kendala. Pada tahun 325 M telah berlangsung sidang gereja pertama
di dunia yaitu di Micae yang salah satu keputusan yang diambil adalah
membatasi pelajaran ilmu logika antara yang boleh dan yang di larang.
Dengan adanya larangan tersebut, buku logika yang terlarang di
terjemahkan oleh Boethius (480-524 M) ke dalam bahasa latin yang
akhirnya Boethius di hukum mati. Sejak saat itulah pelajaran logika di barat
mengalami kematian pemikiran.
Perkembangan ilmu logika pada zaman Islam berawal pada abad ke–7 di
daerah Arab. Logika dipelajari secara meriah dalam kalangan luas setelah
adanya penerjemahan ilmu-ilmu Yunani ke dalam dunia arab pada abad II
Hijriah. Dalam hal ini timbullah berbagai pendapat dikalangan para ulama.
Ibnu Salih dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari ilmu logika
sampai mendalam dan Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik.
Selanjutnya jumhurul ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup
akalnya dan kokoh imannya. Dalam hal ini muncullah pemikir-pemikir handal
seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghozali, dan lain-lain. Kemudian dalam buku
filsafat Islam ada tokoh Islam yang bernama Ikhwan Al-Syafa’ yang juga
Pengantar Logika 3 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
menganggap penting ilmu logika, beliau mengatakan bahwa mengenai
lapangan filsafat itu ada empat macam, yaitu matematika, logika, fisika, dan
ilmu ketuhanan. Ilmu logika disalin kedalam bahasa Arab dengan nama “Ilmu
Mantiq” yang berasal dari kata “Nathaqo” yang berarti berpikir. Penyalinan
pertama dilakukan oleh Yohana bin Patrik (815 M) lalu disusul oleh para
penulis lainnya.
Penyalinan istilah-istilah logika kedalam bahasa Arab masih belum
sempurna, kemudian disempurnakan oleh Al-Farabi yang tidak mengalami
perubahan sampai sekarang yang tercatat dalam ke empat bukunya, yaitu:
a. Kutubul Manthiqil Tsamaniya;
b. Nuqaddamat Isaguji Allati Wadha “Aha”;
c. Risalat Fil Qiyasih;
d. Risalat Fil Mantiqi.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncullah logika modern yang
berbeda sekali dengan metode Aristoteles. Dan pada abad XIX logika di
pandang sebagai sekedar peristiwa psikologis dan metodis.
B. Arti Ilmu, Pikiran dan Benar
1. Arti Ilmu
Mundiri menjelaskan bahwa ilmu harus dibedakan dari pengetahuan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas
mengetahui yaitu tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga
tidak ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh
dari itu.
Poespoprojo merumuskan dengan sederhana bahwa ilmu adalah kumpulan
pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang merupakan satu kesatuan
yang tersusun secara sistematis, serta memberikan penjelasan yang
dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebabnya. Olson tidak
Pengantar Logika 4 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
menerangkan apapun tentang definisi ilmu. Mundiri dan Poespoprojo
membahas masalah logika sebagai ilmu.
2. Arti Pikiran
Mundiri menjelaskan bahwa pikiran merupakan perkataan dan logika
merupakan patokan, hukum atau rumus berpikir. Logika bertujuan untuk
menilai dan menyaring pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta
mendapatkan kebenaran terlepas dari segala kepentingan dan keinginan
seseorang.
Poespoprojo menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
aktivitas berpikir yang menyelidiki pengetahuan yang berasal dari
pengalaman-pengalaman konkret, pengalaman sensitive-rasional, fakta,
objek-objek, kejadian-kejadian atau peristiwa yang dilihat atau dialami.
Logika bertujuan untuk menganalisis jalan pikiran dari suatu
penalaran/pemikiran/penyimpulan tentang suatu hal.
Olson tidak menerangkan definisi pemikiran dalam konteks logika namun
menjelaskan pikiran dalam konteks kreativitas. Pembahasannya ditekankan
pada bahasan mengenai pemecahan masalah dengan menempuh ‘jalan’ yang
tidak biasa.
3. Arti Benar
Benar pada dasarnya adalah penyesuaian antara pikiran dan kenyataan,
contoh: Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang berbeda. Seseorang
yang berkata salah jika terdapat kalimat, contoh: Kepada Nabi Musa Allah
SWT menurunkan kitab Alquran.
Ukuran kebenaran kedua adalah adanya persesuaian atau tidak ada
pertentangan dalam dirinya. Suatu pernyataan dikatakan benar manakala
tidak mengandung pertentangan dari awal hingga akhir. Contoh: Budi adalah
seorang jujur yang suka menipu. Penjelasannya adalah jika menemukan
pernyataan seperti di atas maka akan menimbulkan pertentangan karena
Pengantar Logika 5 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
seseorang yang dideskripsikan dengan sifat jujur, tidaklah logis jika
melakukan perbuatan tipu menipu.
Pertentangan dalam pemikiran tidak hanya dalam pernyataan yang
pendek, seperti terlihat dengan adanya dua kata yang bertentangan atau
dalam pengambilan kesimpulan yang keliru tetapi juga dalam uraian yang
panjang. Pertentangan dalam pemikiran juga terdapat dalam pernyataan
yang tidak dapat ditangkap pengertiannya. Pernyataan yang dimaksud adalah
seperti: Budi dapat memasukan benda volume 50 cm3 ke dalam benda
bervolume 10 cm3, bagi logika, pernyatan tersebut adalah salah karena ia
tidak menghadirkan maksud yang bulat.
Secara umum, kebenaran dan kesalahan adalah mengatakan apa yang
sesungguhnya begitu dan mengatakan apa yang sesungguhnya tidak begitu.
Kalau dirumuskan lebih jelas maka dapat diartikan bahwa kebenaran adalah
kesesuaian dan kesalahan adalah ketidaksesuaian.
C. Asas-asas Pemikiran
Menurut Aristoteles asas pemikiran dibagi 4 (empat) macam, yaitu:
1. Asas indentitas (principium identitas) menyatakan bahwa sesuatu benda
itu adalah benda itu sendiri tidak mungkin yang lain. Contoh: A adalah A.
Tidak mungkin A adalah B atau yang lain. Rumusnya: “ Bila proposisi itu benar
maka benarlah ia”.
2. Asas kontradiksi (principium contradictoris) menyatakan bahwa sesuatu
benda tidak dapat menjadi benda itu sendiri dan benda yang lain sekaligus
dalam waktu yang sama. Sesuatu itu tidak bisa positif dan negatif pada
waktu yang sama, atau esuatu itu ada dan tidak ada sekaligus dalam waktu
yang sama, atau dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin bersama-
sama secara simultan. Contoh: A = B = bukan B atau A = B = -B. Lantai ini
Pengantar Logika 6 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
kotor sekali dan sangat bersih. Saya tidak punya uang dan punya uang
banyak. Rumusnya : “Tidak ada proposisi yang sekaligus benar dan salah”.
3. Asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusitertii) menyatakan
bahwa antara pengakuan dan pengingkaran kebenarannya terletak pada
salah satunya. Segala sesuatu haruslah positif atau negatif. Contoh: A mesti
B atau bukan B A =B atau –B. Meja ini hitam dan meja ini tidak hitam. Kedua
pernyataan itu tidak bisa sama-sama benar untuk meja ini dan keduanya pun
tidak sama-sama salah. Satu diantaranya mestinya benar, dan lainnya mesti
salah, atau satu diantaranya mestinya salah, sehingga yang satunya lagi
mestinya benar. Rumusnya: ”Suatu proposisi selalu dalam keadaan
benar/salah”.
4. Asas cukup alasan (principle sufficient reason) tidak ada sesuatu yang
mungkin terjadi dengan begitu saja tanpa alasan-alasan tertentu, atau
adanya sesuatu itu mestinya mempunyai alasan, demikian juga jika terjadi
perubahan pada sesuatu itu. Contoh: Suatu benda jatuh ke tanah, alasannya
karena ada daya tarik bumi dan benda itu tidak ada yang menahannya.
Rumusnya: “Suatu proposisi dapat berubah bila ada alasan yang cukup”.
D. Cara Mendapatkan Kebenaran
Dalam studi Filsafat Ilmu, pandangan tentang suatu kebenaran itu sangat
tergantung dari sudut pandang filosofis dan teoritis yang dijadikan pijakannya.
Dalam menguji suatu kebenaran diperlukan teori-teori ataupun metode-metode
yang akan berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut.
Berikut ini beberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu:
1. Teori Korespondensi (Bertand Russel 1872-1970)
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa
pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi (berhubungan)
terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar
Pengantar Logika 7 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan
fakta. Suatu proposisi (ungkapan atau keputusan) adalah benar apabila
terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini
sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling
diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran
adalah kesetiaan kepada realita objektif (fidelity to objective reality).
Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta
itu sendiri, atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi yang
dijadikan pertimbangan itu, serta berusaha untuk melukiskannya, karena
kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan
yang dilakukan tentang sesuatu (Titus, 1987:237).
Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori
korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
terdapat dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dan sesuai
dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut (Suriasumantri,
1990:57). Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “matahari terbit
dari timur” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebut
bersifat faktual, atau sesuai dengan fakta yang ada bahwa matahari terbit
dari timur dan tenggelam di sebelah barat.
Menurut teori korespondensi, ada atau tidaknya keyakinan tidak
mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan. Jika
sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta, maka pertimbangan ini benar,
jika tidak maka pertimbangan itu salah (Jujun, 1990:237). Teori ini
menganggap bahwa kebenaran adalah teori kebenaran yang paling awal (tua)
yang berangkat dari teori pengetahuan Aristoteles, teori ini menganggap
bawa “suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu
Pengantar Logika 8 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
mempunyai saling kesesuaian dengan kenyataan (realitas empirik) yang
diketahuinya”, contoh ilmu-ilmu pengetahuan alam.
Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada
kesesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan atau
pendapat tersebut. Dengan demikian kebenaran epistimologis adalah
kemanunggalan/keselarasan antara pengetahuan yang ada pada subjek
dengan apa yang ada pada objek, atau pernyataan yang sesuai dengan fakta,
yang berselaras dengan realitas, yang sesuai dengan situasi aktual.
Teori korespondensi ini pada umumnya dianut oleh para pengikut
realisme diantara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, Russel,
Ramsey dan Tarski. Mengenai teori korenspondensi tentang kebenaran,
dapat disimpulkan sebagai berikut: "Kebenaran adalah kesesuaian antara
pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan itu sendiri".
2. Teori Koherensi atau Konsistensi
Tokoh teori ini adalah Spinosa, Hegel dan Bradley. Suatu pengetahuan
dianggap benar menurut teori ini adalah “bila suatu proposisi itu mempunyai
hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang terdahulu yang bernilai benar”.
Jadi, kebenaran dari pengetahuan itu dapat diuji melalui kejadian-kejadian
sejarah, atau melalui pembuktian logis atau matematis. Pada umumnya ilmu-
ilmu kemanusiaan, ilmu sosial, ilmu logika, menuntut kebenaran koherensi.
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara
putusan dengan fakta atau realita, tetapi atas hubungan antara putusan-
putusan itu sendiri, dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas hubungan
antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita
ketahui dan kebenarannya terlebih dahulu.
Teori ini menganggap bahwa“ "Suatu pernyataan dapat dikatakan benar
apabila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-
Pengantar Logika 9 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
pernyataan sebelumnya yang di anggap benar". Misalnya “semua hewan akan
mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan “bahwa ayam
adalah hewan, dan ayam akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan
kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. Jadi menurut
teori ini, “putusan yang satu dengan putusan yang lainnya saling berhubungan
dan saling menerangkan satu sama lain. Maka lahirlah rumusan kebenaran
adalah konsistensi, kecocokan.”
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan
kepada kriteria koheren atau konsistensi. Pernyataan-pernyataan ini
mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini
suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar
(Jujun, 1990:55). Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu
bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika.
Suatu kebenaran tidak hanya terbentuk karena adanya koherensi atau
kensistensi antara pernyataan dan realitas saja, akan tetapi juga karena
adanya pernyataan yang konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Dengan
kata lain suatu proposisi dilahirkan untuk menyikapi dan menanggapi
proposisi sebelumnya secara konsisten serta adanya interkoneksi dan tidak
adanya kontradiksi antara keduanya.
Misalnya “maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah” adalah
suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “mencuri adalah
perbuatan maksiat, maka mencuri dilarang oleh Allah” adalah benar pula,
sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
Kelompok idealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti
Hegel, Bradley dan Royce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi
dunia dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap
Pengantar Logika 10 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
sistem kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan
realitas dan memperolah arti dari keseluruhan tersebut (Titus,1987:239)
3. Teori Pragmatis (Charles S 1839-1914)
Teori pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam
sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make
Ideals Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat
yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat
ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filsafat ini di
antaranya adalah William James(1842-1910), John Dewey (1859-1952),
George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I.Lewis (Jujun, 1990:57).
Teori kebenaran Pragmatis tokohnya adalah William James dan John
Dewey. Suatu pengetahuan atau proposisi dianggap benar menurut teori ini
adalah “bila proposisi itu mempunyai konsekuensi-konsekuensi praktis (ada
manfaat secara praktis) seperti yang terdapat secara inheren dalam
pernyataan itu sendiri”, maka menurut teori ini, tidak ada kebenaran mutlak,
universal, berdiri sendiri dan tetap. Kebenaran selalu berubah dan
tergantung serta dapat diroreksi oleh pengamalan berikutnya. Jika
seseorang menyatakan teori X dalam pendidikan, lalu dari teori itu
dikembangkan teori Y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori
X dianggap benar karena fungsional.
Pragmatism berasal dari bahasa Yunani Pragma, artinya yang dikerjakan,
yang dilakukan, perbuatan, dan tindakan. Menurut teori ini benar tidaknya
suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung pada asas manfaat.
Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan
salah jika tidak mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia. Teori,
hipotesa atau ide adalah benar apabila mambawa kepada akibat yang
memuaskan, berlaku pada praktik, dan mempunyai nilai praktis. Kebenaran
Pengantar Logika 11 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
terbukti oleh kegunaannya, oleh hasilnya dan oleh akibat-akibat praktisnya.
Jadi kebenaran ialah apa saja yang berlaku.
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti
dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau
sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada peran fungsi
dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup
ruang dan waktu tertentu. Teori ini juga dikenal dengan teori problem
solving, artinya teori yang dengan itu dapat memecahkan segala aspek
permasalahan. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis.
Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu
berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang
berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak
berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah
kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau
pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak
mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.
Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus
mencari keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di
bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan
manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan
manusia. Hal ini membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena
tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia.
4. Teori Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan
oleh pemegang otoritas tertentu. Contohnya mengenai penetapan 1 Syawal.
Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau
pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu
Pengantar Logika 12 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
atau organisasi tertentu. Masyarakat menganggap hal yang benar adalah
yang diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu walaupun tak jarang
keputusan tersebut bertentangan dengan bukti-bukti empiris.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran
performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah,
pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya.
Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang
rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa
berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena
terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa
daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini
seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan
pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari
kebenaran.
5. Teori Konsensus
Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma
atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau
mendukung paradigma tersebut. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus
yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai komitmen kelompok,
paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan
penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok
menerapkannya dengan cara yang sama.
Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam
penerapan nilai-nilai bersamayang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu
pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang
diterima dalam hukum tak tertulis. Adanya perdebatan antar paradigma
bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan
Pengantar Logika 13 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi
pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas.
6. Teori Kebenaran Sintaksis
Teori ini berkembang diantara para filsuf analisa bahasa, seperti
Friederich Schleiermacher. Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan itu mengikuti aturan sintaksis (gramatikal) yang baku.
Contohnya kalimat dalam Bahasa Indonesia yang memenuhi Subjek (S),
Predikat (P), Objek (O), dan Keterangan (K), misalnya Andi membaca buku
di kamar.
7. Teori Kebenaran Semantis
Menurut teori kebenaran semantik, suatu proposisi memiliki nilai benar
ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah proposisi itu pangkal tumpuannya
pengacu (referent) yang jelas? Jadi, memiliki arti maksudnya menunjuk
pada referensi atau kenyataan, juga memiliki arti yang bersifat definitif.
Contohnya mengenai makna Islam Rahmatan Lil’alamin bahwa Islam
merupakan rahmat bagi seluruh alam.
8. Teori Kebenaran Non-Deskripsi
Teori kebenaran non-deskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat
fungsionalisme. Jadi, menurut teori ini suatu statement atau pernyataan itu
akan mempunyai nilai benar ditentukan (tergantung) peran dan fungsi
pernyataan itu (mempunyai fungsi yang sangat praktis dalam kehidupan
sehari-hari). Contohnya Andi makan ketika lapar, dan Budi minum ketika
haus.
9. Teori Kebenaran Logika
Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik. Menurut teori ini, bahwa
permasalahan kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal
ini akibatnya merupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa
Pengantar Logika 14 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logik
yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.
10. Agama sebagai Teori Kebenaran
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk
menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan
karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi
yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun tentang
tuhan. Kalau teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi,
rasio, dan reason manusia, maka dalam teori ini lebih mengedepankan wahyu
yang bersumber dari Tuhan.
Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berpikir
setelah melakukan penyelidikan dan pengalaman. Sedangkan manusia
mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan
mempertanyakan atau mencari jawaban tentang masalah asasi dari atau
kepada kitab suci, dengan demikian suatu hal itu dianggap benar apabila
sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.
E. Pembagian Logika
Menurut The Liang Gie (1980), logika dapat digolongkan menjadi 5
(lima) macam yaitu:
1. Logika Makna Luas dan Logika Makna Sempit
Logika dalam arti sempit searti dengan logika deduktif, sedangkan logika
dalam arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai
bukti dan bagaimana sistem-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam
serta meliputi pembahasan mengenai logika itu sendiri.
2. Logika Deduktif Dan Logika Induktif
Logika deduktif merupakan suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan
sebagai keharusan dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut
Pengantar Logika 15 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
bentuknya saja, contohnya setiap mamalia punya sebuah jantung, semua
kuda adalah mamalia, kesimpulannya bahwa setiap kuda punya sebuah
jantung.
Kemudian logika induktif mempelajari asas penalaran yang betul dari
sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang
bersifat “boleh jadi”. Contohnyak Sumba punya sebuah jantung, kuda
Australia punya sebuah jantung, kuda Amerika punya sebuah jantung, kuda
Inggris punya sebuah jantung, jadi setiap kuda punya sebuah jantung.
3. Logika Formal Dan Logika Material
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum berpikir yang
harus ditaati untuk mencapai suatu kebenaran, contohnya menemukan
kebenaran berdasarkan ilmu pengetahuan, sedangkan logika material
mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal
dan mengujinya dengan kenyataan yang sesungguhnya, contohnya
menghitung dalam ilmu Matematika dan Fisika.
4. Logika Murni Dan Logika Terapan
Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan
logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa
mempersoalkan arti khusus dalam suatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai
dalam pernyataan yang dimaksud. Adapun logika terapan merupakan
pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, filsafat dan
dalam pembicaraan sehari-hari.
5. Logika Filsafati Dan Logika Matematik
Logika filsafati merupakan bagian logika yang masih berhubungan erat
dengan pembahasan di bidang filsafat misalnya: logika kewajiban dengan
etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik
merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan
menggunakan metode matematik serta bentuk lambang yang khusus dan
Pengantar Logika 16 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
cermat untuk menghindari makna ganda yang terdapat dalam bahasa sehari-
hari.
F. Fungsi dan Manfaat Logika
Ada beberapa fungsi logika, diantaranya membantu setiap orang untuk
berpikir secara rasional, kritis, tepat dan tertib, selain itu juga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir secara cermat, objektif, tajam dan mandiri.
Selain beberapa fungsi di atas, ilmu logika juga memberikan manfaat
teoritis dan praktis. Dari segi teoritis logika dapat mengajarkan tentang
berpikir yang seharusnya bukan membicarakan tentang berpikir sebagaimana
adanya dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi dan sebagainya). Dari segi
praktis logika dapat menjadikan akal semakin tajam dan kritis dalam imajinasi
logis. Manfaat yang paling asasi dalam mempelajari ilmu logika adalah dapat
membuat orang mampu membedakan berpikir yang benar dan dapat
menghasilkan kesimpulan yang benar dan terhindar dari kesimpulan yang salah.
Pengantar Logika 17 | P a g e
Muhammad Nur Jamaluddin, S.H. www.mnj.my.id
DAFTAR PUSTAKA
B. Arief Shidarta, Pengantar Logika (Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah), Cetakan Ke-3, Bandung: PT. Refika Aditama, 2010.
Mundiri, Logika, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Kumparan.com, Arti Benar Itu Apa?, (https://kumparan.com/hijab-lifestyle/arti-
benar-itu-apa-1540064489770606696), diakses pada tanggal 7 Januari
2020.
Moh. Hidayatullah BD, Arti dan Sejarah Ilmu Logika,
(http://resumehidayat.blogspot.com/2010/06/arti-dan-sejarah-ilmu-
logika.html), diakses pada tanggal 7 Januari 2020.
Rizkie, Teori-teori Kebenaran, (http://rizkie-
library.blogspot.com/2015/12/teori-teori-kebenaran.html), diakses pada
tanggal 7 Januari 2020.
Yesi Marince, Dasar-dasar Logika,
(https://repository.unikom.ac.id/38737/1/Asas-
asas%20Logika%20%232.pdf), diakses pada tanggal 7 Januari 2020.