penerapan strategi active learning dalam …
TRANSCRIPT
PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN TARIKH PADA SISWA KELAS VII SMP
MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Oleh:
FAJRIA SHAUMI ROOSYDIANA
G000140074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i
2
3
1
PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING MATA PELAJARAN
TARIKH PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 5
SURAKARTA
Abstrak
Sebagaimana yang tertera dalam permendiknas no 65 tahun 2013 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah bahwa proses pembelajaran musti
dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang. Maka
dari itu penting untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai.
Strategi active learning adalah strategi yang dirasa sesuai dengan standar
pendidikan dari permendiknas. Strategi ini tidak hanya bersifat aktif seperti
namanya tetapi juga bersifat interaktif dan menyenangkan. Selain itu dengan
menerapkan beberapa metode dari strategi active learning seperti everyone is
teacher here, question student have, the power of two dan jigsaw learning maka
dapat membantu meningkatkan keaktifan peserta didik baik dari segi fisik, mental
maupun psikomotorik terkhusus pada pelajaran Tarikh. Dengan judul Penerapan
Strategi active learning mata pelajaran tarikh pada siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta, penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan
tentang penerapan strategi active learning dalam pembelajaran tarikh di dalam
kelas. Dengan jenis penelitian yaitu penelitian lapangan (Field Research) agar
diperoleh keakuratan dalam menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi
penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif.. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam, guru kurikulum dan peserta
didik sebagai narasumber, metode observasi dengan melakukan pengamatan
langsung dikelas, dan dokumentasi yang berupa pengumpulan data berupa rpp,
buku pelajaran, dan dokumen lain yang bersangkutan dengan masalah yang
diteliti. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi active
learning di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta berjalan dengan lancar. Hanya saja
strategi ini tidak dapat diterapkan pada seluruh kelas. Dikarenakan kepustakaan
yang masih kurang.
Kata Kunci : strategi pembelajaran, active learning, guru, peserta didik.
Abstract
As stated in the Minister of Education Regulation no. 65 of 2013 regarding the
standard of the primary and secondary education process that the learning process
must be carried out in an interactive, inspirational, fun and challenging manner.
Therefore it is important to determine the appropriate and appropriate learning
strategy. The active learning strategy is a strategy that is deemed in accordance
with the educational standards of the National Education Ministerial Regulation.
This strategy is not only active as the name suggests but also interactive and fun.
In addition, by applying several methods of active learning strategies such as
everyone is teacher here, student have questions, the power of two and jigsaw
learning, it can help increase the activity of students both physically, mentally and
2
psychomotor, especially in Date lessons. With the title Application of active
learning strategies in dating subjects in class VII SMP Muhammadiyah 5
Surakarta, this study aims to describe the application of active learning strategies
in date learning in the classroom. With this type of research, namely field research
(Field Research) in order to obtain accuracy in investigating objective symptoms
that occur at the research location. The research method used is qualitative
research that produces descriptive data. The data collection was done by
interviewing the Islamic Religious Education teacher, curriculum teacher and
students as resource persons, the observation method by making direct
observations in class, and documentation in the form of data collection in the form
of rpp, textbooks, and other documents related to the problem under study. Data
analysis was performed through data reduction, data presentation and conclusion
drawing. The results showed that the implementation of the active learning
strategy at SMP Muhammadiyah 5 Surakarta ran smoothly. It's just that this
strategy cannot be applied to all classes. Due to the lack of literature.
Keywords: learning strategies, active learning, teachers, students.
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan aset yang paling berharga bagi keberlangsungan bangsa
ini. Oleh karena itu proses pendidikan musti berjalan dengan optimal dan
berkualitas. Inti dari pendidikan terletak pada proses pembelajaran, sebagaimana
yang tercantum dalam permendiknas no 65 tahun 2013 tentang standar proses
pendidikan yang menyatakan bahwa proses pembelajaran musti dilaksanakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang. Maka untuk
mendukung hal tersebut dibutuhkan suatu strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran sendiri merupakan rencana kegiatan pembelajaran yang disusun
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Active Learning adalah salah satu strategi yang memuat unsur-unsur
diatas, itu karena strategi ini lebih menekankan keaktifan peserta didik dalam
belajar. Mel silberman, seorang tokoh pemilik strategi pembelajaran ini,
menerangkan dalam bukunya mengenai konsep belajar aktif atau Active Learning
yaitu “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat
sedikit, apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan orang
lain saya mulai paham, apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, apa yang saya ajarkan pada orang lain
saya menguasainya.
3
Didalam strategi Active Learning terdapat berbagai macam metode,
diantaranya the power of two, every one is teacher here, jigsaw learning, question
student have, reading guide, card sort, true or false dan masih banyak lagi.
Karena ada begitu banyak jenis metode, maka penulis hanya akan mengambil
beberapa metode yang dirasa cocok dengan pelajaran Tarikh atau Sejarah
Kebudayaan Islam.
Sejarah selalu berkaitan dengan cerita. Jika hanya sekedar membaca dan
mendengarkan cerita saja maka pelajaran yang disampaikan tidak akan bertahan
lama dalam ingatan. Seperti kutipan dari Mel silberman, “Apa yang saya dengar
saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat (dalam hal ini baca) saya ingat sedikit.”
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis ingin melakukan
penelitian dan pembahasan skripsi dengan judul “Penerapan Strategi Active
Learning Dalam Pembelajaran Tarikh pada Siswa Kelas VII SMP Muhammaiyah
5 Surakarta”.
Dengan rumusan masalah yaitu : Bagaimana penerapan strategi Active
Learning dalam pembelajaran Tarikh di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta ?
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang penerapan macam-
macam strategi active learning dalam pelajaran Tarikh di SMP Muhammadiyah 5
Surakarta. Manfaat penelitian dibagi menjadi dua yaitu : manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Manfaat teoritis adalah dapat memberikan kontribusi terhadap
lembaga – lembaga pendidikan terutama dalam membuat kebijakan – kebijakan
yang berhubungan dengan pendidikan. Manfaat praktis adalah bagi lembaga
pendidikan yang bersangkutan, penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai
salah satu monitoring dan evaluasi untuk membantu pengembangan kualitas
pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam sedangkan bagi peneliti,
penelitian ini berguna untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana hasil
dari implementasi strategi active learning pada pelajaran Tarikh.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field
Research). Sedangkan untuk pendekatannya, penelitian ini termasuk dalam
penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penlitian bertempat di SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta, Jl. Slamet Riyadi, kelurahan pajang, Kecamatan
4
Laweyan, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian ini
adalah guru dan peserta didik. Metode yang peneliti gunakan adalah metode
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
informasi tentang keadaan obyek penelitian, situasi umum, strategi dan metode
mengajar, media serta sarana dan prasarana pendukung proses penerapan strategi
active learning dalam pembelajaran Tarikh. Metode wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumber yang bersangkutan dengan
penelitian. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, guru bagian
kurikulum dan peserta didik kelas VII. Sedangkan Metode dokumentasi untuk
memperoleh data tentang sejarah berdiri, letak geografis, profil sekolah, struktur
organisasi, visi, misi, tujuan sekolah, daftar peserta didik dan tenaga kependidikan
di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta serta mengetahui dokumen tentang
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran
kontekstual.
Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah data deskriptif kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata –
kata baik lisan maupun tulisan dari orang – orang atau perilaku yang diamati.
Metode penelitian kualitatif deskriptif terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan
data dan sekaligus reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan verifikasi.
Pertama, setelah mengumpulkan data selesai dilakukan reduksi data yaitu
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian
sehingga data terpilah – pilah. Kedua, data yang telah di reduksi akan disajikan
dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan
pada tahap kedua dengan mengambil kesimpulan.
Hasil analisis data menggunakan metode induktif. Induktif merupakan cara
berfikir yang berawal dari fakta khusus, kejadian maupun peristiwa yang konkrit
kemudian digeneralisasikan yang mempunyai sifat umum.
5
2. METODE
Istilah strategi diambil dari bahasa Yunani yaitu stratos yang berarti militer dan
Ag yang berarti memimpin. Yang bila disatukan menjadi strategos yang berarti
pemimpin militer atau jenderal. Dan dalam arti yang lebih luas diartikan sebagai
rencana yang dibuat oleh pemimpin perang atau jendral untuk memenangkan
peperangan. Pada awalnya istilah strategi digunakan dalam kemiiteran, namun
maknanya meluas dan digunakan dalam berbagai bidang. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) strategi diartikan sebagai rencana yang cermat
mengenai suatu kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Atau lebih jelasnya
adalah suatu kegiatan yang terencana yang dibuat guna mencapai tujuan
pembelajaran. Sementara itu Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Menambahkan
pengertian dari Kemp, J. R. David mengatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jika kemp mengartikan strategi pembelajaran sebagai kegiatan pembelajaran
dan David mengartikan sebagai perencanaan mengenai rangkaian kegiatan, maka
Agus Suprijono mengartikan dalam bukunya bahwa strategi pembelajaran sebagai
kegiatan yang dipilih oleh guru untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran dari beberapa pengertian diatas, kesimpulannya adalah strategi
pembelajaran merupakan susunan atau rangkaian kegiatan pembelajaran yang
terencana yang dipilih oleh guru agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Dari sini dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran bersifat
konseptual, karena masih berupa “rencana”. Bila rencana sudah disusun dengan
baik maka saatnya diwujudkan dalam bentuk kegiatan nyata, dan ini dinamakan
dengan metode pembelajaran.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan telah diketahui bahwa di kelas 7 SMP Muhammadiyah 5
Surakarta sudah menggunakan strategi active learning. Beberapa metode dari
6
strategi active learning yang digunakan diantaranya adalah everyone is teacher
here, question student have, the power of two, dan jigsaw learning. Berikut adalah
hasil dari pengamatan yang telah penulis lakukan. Observasi pertama dilakukan
dikelas VII A dengan metode yang digunakan adalah everyone is teacher here.
Metode ini diterapkan pada materi Abu bakar As-Shidiq, dengan langkah-langkah
sebagai berikut;
Pertama guru mengawali pelajaran dengan salam kemudian berdo’a dan
mulai mengabsen siswa. Setelah itu guru mulai menyampaikan kembali
rangkuman pelajaran pada pertemuan sebelumnya karena materi pembelajaran
pada hari itu adalah lanjutan dari materi di pertemuan yang sebelumnya. Setelah
itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kemudian masuk pada kegiatan inti yang dimulai dengan penyampaian
rangkuman materi lanjutan pada hari itu mengenai kisah lahirnya Nabi
Muhammad Saw sampai pada permulaan dakwah Islam beliau. Kemudian peserta
didik diberi waktu untuk membaca dan memahami materi tersebut. Dan diberikan
kesempatan bertanya bagi peserta didik yang merasa belum paham atau masih
bingung mengenai materi yang dipelajarinya. Setelah sesi tanya jawab usai, guru
memberi penjelasan mengenai langkah selanjutnya yang harus dilakukan peserta
didik yaitu membuat 5 pertanyaan dan setelahnya peserta didik akan dipanggil
berpasangan untuk maju kedepan dan saling melempar pertanyaan. Setelah guru
menjelaskan langkahnya, peserta didik mulai membuat soal dan mempelajari lagi
materi dengan membaca ulang beberapa kali dan saling tanya jawab pada peserta
didik lainnya. Waktu habis dan peserta didik maju berpasangan, ketika peserta
didik tidak mampu untuk menjawab guru kemudian membantu.
Terakhir sebagai penutup, guru mengadakan evaluasi dengan menanyakan
kembali materi pelajaran hari itu. Sebelum pelajaran berakhir guru memberikan
gambaran singkat mengenai materi pelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Pelajaran diakhiri dengan do’a dan salam.
Tujuan dari metode everyone is teacher adalah pertama, untuk mendapat
partisipasi dan keaktifan seluruh peserta didik dalam kelas. Kedua memberi
kesempatan bagi peserta didik untuk memilki peran layaknya guru. Peserta didik
7
harus bisa menjawab berbagai pertanyan yang diberikan oleh peserta didik lain.
Sehingga peserta didik memiliki semangat kompetitif dalam belajar untuk
menghayati perannya sebagai guru.
Langkah-langkah dari metode diatas sedikit mengalami modifikasi karena
menyesuaikan dengan kondisi kelas.
Diawal pembelajaran guru akan sedikit menerangkan mengenai materi
pembelajaran, kemudian peserta didik akan diberikan waktu untuk belajar serta
membuat soal sebanyak 5 macam. Untuk kemudian maju berpasangan dan
bertanya jawab. Ketika pasangan peserta didik ini maju maka total soal yang
dibacakan menjadi sepuluh soal. Dan jika semua peserta didik berkesempatan
untuk maju dan membacakan soal sekaligus menjawabnya maka jumlah soal pun
akan berlipat ganda. Namun dari banyaknya soal-soal tersebut pasti terdapat
beberapa soal yang mirip. Maka otomatis peserta didik akan mendengar soal dan
jawaban yang sama berulang kali. Ketika peserta didik mendapatkan informasi
yang sama berulang kali, maka informasi itu akan tersimpan dengan baik dalam
memori. Seperti dalam konsep yang diusung oleh Mel Silbermen dikatakan bahwa
hanya dengan mendengar pengetahuan cepat terlupakan namun bila ditanyakan
didiskusikan maka akan mudah diingat apalagi jika dilakukan secara berulang.
Jadi pesan yang tersampaikan secara berulang akan bertahan lebih lama dalam
memori. Kemudian observasi kedua dilakukan di kelas VII B dengan metode yang
digunakan adalah the power of two.Salah satu cara yang dapat membantu siswa
dalam meningkatkan daya ingatnya dengan menggunakan metode the power of
two yakni dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan menyatukan
pendapat atas permasalahan yang diberikan guru. Aktivitas ini mendorong para
peserta didik untuk terbiasa mengungkapkan gagasannya sendiri, maupun
mendengarkan orang lain yang berbicara dengan penuh perhatian. Berikut adalah
langkah-langkahnya;
Guru mengawali pelajaran dengan salam dan do’a dilanjutkan dengan
mengucapkan basmalah bersama dan mulai memeriksa kehadiran siswa. Tema
yang akan dipelajari adalah perjuangan nabi Muhammad Saw periode Mekkah.
8
Setelah tujuan pembelajaran disampaikan guru mulai sedikit bercerita mengenai
kisah yang memotivasi tentang Nabi Muhammad.
Kemudian guru mengawali kegiatan inti dengan menjelaskan materi tentang
perjuangan Nabi Muhammad Saw di Mekkah, sembari meminta siswa untuk
menyimak materi dalam buku. Lalu guru memberikan waktu pada peserta didik
untuk memahami materi yang dibaca dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya. Setelah itu guru meminta pada setiap peserta didik untuk
berpasangan dengan teman sebangku. Kemudian masing-masing membuat daftar
pertanyaan mengenai materi yang sudah dipelajarinya. Sehingga mereka akan
saling memberi dan menjawab pertanyaan masing-masing dan jika ada yang salah
maka pasangannya bisa langsung membetulkan. Pada saat sesi ini berlangsung
guru berkeliling memeriksa peserta didik, sehingga ketika ada peserta didik yang
merasa kesulitan guru bisa langsung membantu. Setelah dirasa cukup guru pun
menyudahi sesi ini.
Sebagai penutup guru memberikan simpulan dari materi yang sudah
dipelajari hari itu. Dan diakhiri dengan memberikan evaluasi berupa beberapa
pertanyaan atau tebakan mengenai materi yang tadi sudah dipelajari. Kemudian
diakhir pembelajaran guru memberikan sedikit motivasi dan menyebutkan materi
pelajaran untuk pertemuan selanjutnya agar peserta didik dapat bersiap dengan
materi yang selanjutnya. Kemudian pelajaran diakhiri dengan do’a dan salam.
Menurut peneliti, pelaksanaan metode ini sangat efektif bila diterapkan pada
mata pelajaran PAI yang memerlukan banyak teori/materi untuk dipelajari seperti
pada pelajaran tarikh ini. Fokus metode ini adalah pada cara yang dilakukan
peserta didik saling bertukar peran terhadap pasangannya yang bertugas sebagai
pembicara dan pendengar. Peran peserta didik disini sangat dominan dan semua
aktifitas pembelajaran berpusat kepada peserta didik dikarenakan peserta didik
yang berperan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran sedangkan guru
hanya akan mengulas kembali poin-poin yang dibicarakan siswa untuk
diklarifikasi. Dari klarifikasi tersebut, siswa lebih mendapatkan kejelasan serta
pandangan secara menyeluruh, tentang materi yang dipresentasikan sebelumnya.
Observasi ketiga dilakukan dikelas VII B dengan materi mengenai Khalifah Abu
9
Bakar As-shidiq dan metode yang digunakan adalah jigsaw learning, dengan
langkah-langkah sebagai berikut;
Pendahuluan. Sama seperti sebelumnya guru mengucapkan salam, berdo’a
dan memeriksa kehadiran peserta didik. Kemudian memberikan sedikit cerita
motivasi dan membacakan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti. Guru menjelaskan mengenai bagaimana metode jigsaw
dilakukan untuk memahamkan peserta didik sehingga peserta didik bisa bertanya
jika masih bingung. Setelah itu guru mulai membagi peserta didik menjadi 4
kelompok yaitu kelompok A, B, C, dan D, kemudian masing-masing kelompok
diberikan materi yang berbeda. Setelah itu guru meminta peserta didik untuk
mendiskusikan materi, jika masih ada yang perlu ditanyakan guru akan membantu
menerangkan. Setelah diskusi selesai guru meminta setiap kelompok berhitung
dari 1-4. Kemudian peserta didik dibuatkan kelompok baru berdasarkan dengan
nomer urut yang didapat tadi. Pada kelompok yang kedua ini masing-masing
peserta didik bertindak sebagai guru. Peserta didik harus mempresentasikan
materi dari kelompok sebelumnya dan menjawab pertanyaan yang ditanyakan.
Setelah semua mendapat giliran untuk mempresentasikan materi, peserta didik
diminta untuk kembali ke mejanya masing-masing.
Penutup. Guru menanyakan kembali mengenai materi tadi dan memberi
klarifikasi. Kemudian guru memberitahu mengenai materi yang akan dibahas
dipertemuan berikutnya. Pelajaran diakhiri dengan do’a dan salam.
Metode ini lebih memfokuskan kegiatan pada peserta didik sementara guru
bertugas sebagai fasilitator dan motivator saat pembelajaran berlangsung. Setiap
kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Selain itu,
pola komunikasi terjadi secara dua arah, yaitu dari peserta didik ke guru atau
sebaliknya. Dengan begitu terjadilah suatu proses saling bekerjasama dengan
bertukar pikiran yang menguntungkan peserta didik dalam segala perbuatan
belajar dikarenakan dalam active learning peserta didik tidak hanya melihat,
mendengar serta menghafal apa yang disampaikan guru, namun lebih dari itu
peserta didik dituntut untuk bisa memikirkan, merasakan dan menerapkannya
10
dalam kehidupan sehari-hari. Observasi keempat dilakukan dikelas VII B dengan
materi mengenai perjuangan Nabi Muhammad periode Madinah dengan metode
yang digunakan adalah question student have.
Metode ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik terhadap
materi pelajaran. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa setiap peserta didik
memiliki tingkat kepercayaan diri yang berbeda karena dalam setiap sesi tanya
jawab yang diberikan guru, tidak semua peserta didik berani untuk bertanya.
Melalui metode ini peserta didik dapat berpartisipasi melalui tulisan, sehingga
sangat baik bagi peserta didik yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan,
keinginan dan harapan-harapan melalui percakapan.
Diawal pembelajaran guru menerangkan materi sementara peserta didik
menyimak dan mendengarkan. Sebenarnya pada fase ini, pelajaran bisa saja
menjadi membosankan atau justru menyenangkan tergantung dari cara
penyampaian guru. Dalam pelajaran tarikh, ketika seorang guru mampu
merefleksikan sebuah kisah kedalam pikiran peserta didik, dan mampu
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, maka hal ini dapat
membangkitkan minat peserta didik terhadap pelajaran. Sehingga peserta didik
dapat tetap fokus pada materi hingga langkah berikutnya.
Setelah guru selesai menerangkan siswa diminta untuk menyiapkan kertas
dan menulis pertanyaan mengenai materi pelajaran tersebut. Masalah yang sering
terjadi adalah ketika sesi tanya jawab peserta didik sangat jarang ada yang
bertanya, entah karena materi yang tidak menarik sehingga tidak memunculkan
rasa penasaran atau malu untuk bertanya. Dengan cara menuliskan pertanyaan
pada kertas dan tanpa nama, maka peserta didik tidak perlu malu untuk bertanya.
Sehingga tidak ada hambatan bagi peserta didik untuk mengeksplor materi lebih
jauh.
Selain itu wajib hukumnya bagi peserta didik untuk membuat pertanyaan,
maka tidak ada alasan untuk tidak fokus mendengarkan dan menyimak apa yang
disampaikan oleh guru. Setelah itu kertas pertanyaan akan digilir pada peserta
didik lain. Bagi peserta didik yang tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan
dikertas, dapat memberi tanda centang pada kertas tersebut. Kertas yang
11
mendapatkan banyak tanda centang akan dikaji bersama. Dengan begitu terjalin
komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik.
4. PENUTUP
Dalam metode Question student have, pada observasi pertama yaitu metode
question student have ditemukan bahwa dalam prakteknya langkah-langkah dari
question student have tidak sepenuhnya sama, ada beberapa perubahan dari
langkah-langkah aslilnya. Dalam teori langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut; setelah peserta didik selesai menulis pertanyaan, maka kertas tersebut
diputar searah jarum jam (jika posisi duduk membentuk formasi lingkar) atau
disesuaikan dengan posisi duduk. Kemudian peserta didik diminta untuk meberi
centang pada kertas pertanyaan yang dirasa tidak tahu jawabannya. Setelah semua
kertas pertanyaan selesai berputar, guru akan memilih kertas yang endapat tanda
centang terbanyak untuk kemudian dibahas.
Namun dalam prakteknya, setelah peserta didik selesai menulis pertanyaan
guru meminta kertas tersebut untuk dikumpulkan. Kemudian guru membacakan
satu per satu pertanyaan tersebut dan meminta peserta didik untuk menjawabnya
bersama. Kemudian untuk pertanyaan yang tidak mendapat respon dari peserta
didik akan di jelaskan oleh guru.
Guru membuat perubahan pada beberapa poin diatas karena menyesuaikan
waktu pembelajaran dan utuk mempersingkat waktu.
Everyone is teacher here. Pada observasi kedua juga demikian. Ada sedikit
perubahan pada langkah-langkahnya. Jika berdasarkan pada teori langkah-
langkahnya adalah sebgai berikut; pseserta didik diminta menuliskan pertanyaan.
Kemudian kertas akan dibagikan secara acak. Peserta didik diminta menjawab
kertas pertanyan yang dia dapatkan. Langkah ini diubah menjadi peserta didik
diminta menulis beberapa pertanyaan. Kemudian dua orang dipanggil untuk maju
kedepan dan keduanya diminta bertanya jawab dengan soal masing-masing.
Perubahan ini dilakukan dengan harapan pesera didik tidak hanya membuat
satu pertanyaan. Dengan membuat lebih banyak soal serta menjawanb lebih
12
banyak pertanyaan, maka peserta didik akan berusaha lebih keras dalam
memahami materi.
The power of two. Metode ini dalam prakteknya memiliki langkah-
langkah yang sesuai dengan teori. Metode ini sangat membantu peserta didik
dalam memahami suatu permasalahan. Dalam Tarikh ini berguna untuk
memahami suatu peristiwa dengan lebih terperinci. Dari mana akar permasalahan
itu bermula, dan bagaimana cara orang-orang di zaman itu mengatasinya. Lalu apa
dampak dari solusi yang ada pada saat itu, kemudian konflik apa saja yang
ditimbulkan karenanya. Kemudian untuk metode jigsaw learning. Metode ini
memiliki kesesuaian antara teori dengan prakteknya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab – bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Penerapan Strategi Active
Learning pada Mata Pelajaran Tarikh Kelas VII program khusus di SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta sudah terlaksana dengan baik, strategi active learning
diterapkan dengan tujuan mempermudah baik siswa maupun guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari strategi active learning yang
dilaksanakan berdasarkan RPP dengan metode everyone is teacher here, the power
of two, question student have, dan jigsaw learning. Meskipun diantara beberapa
metode tersebut sedikit mengalami perubahan untuk menyesuaikan kondisi kelas,
pelaksanaannya tetap menyesuaikan dengan SOP.
Selain itu, strategi active learning tidak hanya berperan dalam
meningkatkan keaktifan peserta didik dari segi fisik dan mental saja, melainkan
juga berpengaruh dalam membangun kecerdasan psikomotoriknya juga. Ada dua
factor penghambat terlaksananya strategi active learning dalam pembelajaran,
yaitu; kurangnya persiapan guru dalam merencanakan skenario pembelajaran dan
kepustakaan yang masih kurang.
Sementara itu dua faktor pendukung terlaksananya strategi active learning
yaitu; profesionalitas guru dan juga sarana prasarana yang mendukung. Peserta
didik pun merasa bahwa dengan strategi active learning pembelajaran dikelas jadi
menyenangkan dan mudah dipahami. Selain itu, strategi active learning tidak
hanya berperan dalam meningkatkan keaktifan peserta didik dari segi fisik saja ,
13
melainkan juga berpengaruh dalam membangun kecerdasan dari segi mental
diantaranya adalah Meningkatkan dan menanamkan rasa percaya diri pada peserta
didik, Menjadikan peserta didik berfikir kreatif, Menjadi cepat tanggap,
Menghargai pendapat orang lain atau berfikiran terbuka, Meningkatkan
kecerdasasan emosional, Meningkatkan kecerdasan linguistic, Membangun
kerjasama tim yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ardy Wiyani, Novan. 2017. Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.
Baharun, Hasan. 2015. “Penerapan Pembelajaran Active Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Madrasah. Jurnal Pendidikan
Pedagogig.januari-juni. Vol. 01
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. bandung : Pustaka Setia.
Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner Bidang Sosial, Budaya,
Filsafat, Seni, Agama dan Humaniora. Yogyakarta : Paradigm.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung : PT Refika Aditama.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Siauw, Felix Y. 2013. Muhammad al-Fatih 145. Jakarta : Alfatih Press.
Silberman, Mel. 2007. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Penerjemah, Sarjuli. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka
Insan Madani.
Zuhairini, Abdul ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Malang : UIN Press