penerapan strategi pq4r

84
PENERAPAN STRATEGI PQ3R UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF Disusun untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Membaca Intensif dan Ekstensif Disusun Oleh: Citra Rizky Lestari 2101411079 Rombel 4 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Upload: yoga-prasetyo

Post on 23-Jul-2015

363 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Strategi Pq4r

PENERAPAN STRATEGI PQ3R

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

INTENSIF

Disusun untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Membaca

Intensif dan Ekstensif

Disusun Oleh:

Citra Rizky Lestari2101411079

Rombel 4

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: Penerapan Strategi Pq4r

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Teori Membaca dan Pengajaran Membaca

2.1.1.Hakikat Pendekatan

2.1.2.Tujuan

2.1.3.Manfaat

2.1.4.Pendekatan Membaca

2.1.4.1.Pendekatan Empirikal

2.1.4.2.Pendekatan Eksperimental

2.1.4.3.Pendekatan Konseptual

2.1.5.Proses Membaca

2.2. Membaca Intensif

2.2.1. Membaca Telaah Isi2.2.1.1 Membaca Teliti2.2.1.2 Membaca Pemahaman2.2.1.3 Membaca Kritis2.2.1.4 Membaca Ide

2.2.2. Membaca Telaah Bahasa

2.2.2.1 Membaca Bahasa2.2.2.2 Membaca Sastra

2.3 Strategi Pembelajaran Membaca

2.4 Strategi Belajar PQ3R dan Ruang Lingkupnya

2.5 Membaca Intensif dalam Strategi PQ3R

2.6 Mengukur Kemampuan dan Pemahaman Membaca

2.7 Tes Kemampuan Membaca

Page 3: Penerapan Strategi Pq4r

2.1. Teori Membaca dan Pengajaran Membaca

2.1.1. Pendekatan Membaca

Apa pendekatan itu? Dalam pembelajaran, pengertian pendekatan sering kali

disamakan atau disinonimkan dengan pengertian metode dan pengertian metode

disinonimkan dengan teknik. Sebenarnya ketiga istilah tersebut adalah berbeda, hanya saja

perbedaannya tidak terlalu jelas jika kita kurang cermat dalam menggunakan istilah-istilah

tersebut. Oleh karenanya, dalam pemakaian ketiga istilah itu terjadi tumpang tindih.

Ketumpangtindihan terjadi pada tataran persepsi dan tataran produksi.

Untuk mengatasi ketumpangtindihan itu, Antony (dalam Subiyakto 1993:8)

membedakan istilah pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan (approach) adalah tingkat

asumsi atau pendirian mengenai bahasa dan pembelajaran bahasa (termasuk keterampilan

berbahasa). Atau bisa dikatakan bahwa pendekatan merupakan falsafah tentang pembelajaran

bahasa dan keterampilan berbahasa. Pendekatan mengacu pada tesis, asumsi, dan paramater

yang diturunkan dari teori-teori tertentu yang kebenarannya sudah diuji sehingga tidak perlu

diragukan lagi. Pendekatan mempunyai sifat aksiomatis.

Metode (method) merupakan tingkat penerapan teori-teori yang ada pada tingkat

pendekatan. Penerapan dilakukan dengan cara melakukan pemilihan keterampilan khusus

yang akan dibelajarkan, materi yang harus diajarkan, dan sistematika urutannya. Metode

mengacu pada pengertian tahap-tahap secara prosedural dalam mengolah kegiatan belajar

mengajar bahasa yang dimulai dari merencanakan, melaksanakan sampai mengevaluasi.

Penerapan metode harus sesuai atau relevan dengan pendekatan yang dipilih karena metode

merupakan penerapan dari pendekatan.

Teknik (technique) merupakan implementasi dari metode dalam kegiatan belajar

mengajar. Teknik bersifat implementasional, individual, dan situasional. Teknik mengacu

Page 4: Penerapan Strategi Pq4r

pada siasat guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, baik di kelas maupun di luar

kelas. Dalam kegiatan belajar mengajar, teknik merupakan siasat yang digunakan guru dalam

melaksanakan fungsinya dengan tujuan memperoleh hasil yang optimal. Teknik ditentukan

berdasarkan metode yang digunakan.

2.1.2. Tujuan Membaca

Tujuan membaca dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,

mencakup sistem dan memahami makna bacaan. Anderson (dalam Tarigan 1987:9)

mengemukakan beberapa tujuan membaca yaitu :

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan

oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memcahkan

masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca

untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading detail’s or fact) .

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik,

masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan

merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.

Membaca seperti ini disebut untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita

apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga atau seterusnya. Setiap tahap

dibuat untuk memecahkan suatau masalah, adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi.

Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau organisasi cerita (reading for

squance of organization).

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan cara itu,

apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada pembaca, mengapa para

Page 5: Penerapan Strategi Pq4r

tokoh berubah, kualitas-kualitas apa yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka

berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi

(reading for inference).

e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar

mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar-benar

atau tidak. Ini disebut membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak

biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam ceita, atau apakah cerita

itu benar atau tidak benar, ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-

ukuran tertentu, apakah ingin berbuat seperti yang ingin diperbuat sang tokoh, atau

bekerja seperti sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai,

membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana

hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai

persamaan, bagaimana tokoh yang menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk

memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Nurhadi (2004:14) mengemukakan bermacam-macamvariasi tujuan membaca, yaitu :

a. Membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah)

b. Membaca untuk menagkap garis besar bacaan

c. Membaca untuk tujuan menagkap garis besar bacaan

d. Membaca untuk menikmati karya sastra

e. Membaca untuk mengisi waktu luang

Page 6: Penerapan Strategi Pq4r

f. Membaca untuk mencari keterngan tentang suatu istilah ini disebut membaca untuk

memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast) Anderson

dalam Tarigan (1994:9-10).

Berbeda dengan pendapat Tarigan dan Anderson di atas, Mulyati (1998:55)

menyebutkan bahwa pada dasarnya, tujuan membaca ialah mamahami apa yang dibaca/isi

bacaan, selain memahami masalah atau topiknya, selanjutnya memahami mengapa, siapa,

bagaimana, kapan, dan dimana terjadi suatu peristiwa.

Secara lebih khusus mulyati, masih dari sumber yang sama beliau menyebutkan bahwa

tujuan membaca ada empat macam, yaitu :

1) Untuk mengisis waktu luang;

2) Untuk mencari hiburan;

3) Untuk kepentingan studi ;

4) Untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;

Sementara itu Supriyadi (1996:128) memberikan tambahan atas tujuan membaca yang

dikemukakakn oleh Mulyati. Menrut beliau membaca dilakukan seseorang dengan tujuan

sebagai berikut.

1) Untuk mengisis waktu luang;

2) Untuk mencari hiburan;

3) Untuk kepentingan studi ;

4) Untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan;

5) Memperkaya perbendaharaan kosa kata;

6) Memupuk perkembangan keharuan dan keindahan;

Tujuan orang membaca menurut Subyakto dan Nababan (1993:164) adalah :

a Untuk mengerti atau memahami isi atau pesen yang terkandung dalam suatu bacaan

seefisien mungkin;

Page 7: Penerapan Strategi Pq4r

b Untuk mencari informasi yang: kognitif dan intelektual, yakni digunakan seseorang

untuk menambah keilmiahhannya sendiri; referensial dan faktual, yakni yang digunakan

seseorang untuk menegetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; aktif dan emisional,

yakni yang digunakan seseorang untuk mencarai kenikmatan dalam membaca.

Sedangkan tujuan membaca menurut Widyamurta (1992:140) adalah membuat seseorang

menjadi arif dengan alasan :

a Dengan membaca orang akan menjadi luas cakrawala hidupnya;

b Dengan membaca buku, pembaca dibawa dalam dunia pikiran dan renungan;

c Dengan membaca orang menjadi memesona dan merasa nikmat dalam tutur katanya

Dari beberpa tujuan membaca di atas, yang dimaksud tujuan membaca dalam penelitaian

ini adalah untuk kepentingan studi, untuk mencari informasi dan menambah pengetahuan,

memperkaya perbendaharaan kosa kata, dan untuk memahami makna bacaan.

Demikian adalah beberapa hal tentang tujuan seseorang melakukan aktifitas membaca.

2.1.3. Manfaat Membaca

Suatu teori membaca mempunyai nilai dan fungsi tersendiri dalam studi dan

pengajarannya. Pertama, suatu teori membaca dalam kelebuhan atau kekurangannya banyak

sekali membantu pihak-pihak yang bermaksud mempelajari masalah membaca dan

pengajarannya memperoleh gambaran tentang apa yang disebut membaca. Atau setidak-

tidaknya mereka memiliki suatu konsep tentang membaca yang tentunya akan memudahkan

mereka untuk berbicara lebih banyak lagi tentang membaca itu. Kedua, khusus bagi

pengajaran pembuna membaca, suatu teori tentang membaca sangat diperlukannya dalam

membaca dan melaksanakan tugas-tugasnya membina siswa dalam membaca. Berdasrkan

teori membaca yang akan dilaksanakan, menyususn macam-macam programnya, dan

mengarahkan kegiatan belajar-mengajarnya dalam rangka mencapai tujuan yang akan

dicapainya. Ketiga, mereka yang bermaksud melakukan suatu penelitian tertentu mengenai

Page 8: Penerapan Strategi Pq4r

masalah membaca dan pengajarannya, suatu teori membaca tertentu mutlak dibutuhkan.

Teori membaca ini mesalnya diperlukan sebagai kerangka acuan kerja, sebagai dasar

pembatasan masalah, dan sebagai nalar pemusatan penelitiannya.

2.1.4. Pendekatan Membaca

2.1.4.1. Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini meliputi macam–macam metodoloagi pendekatan yang semuanya

berangkat dari suatu konsepsi tentang membaca dan berkesudahan dengan satu model

tertentu tentang prose membaca.

Tokoh dalam pendekatan ini adalah Kennet s godman. Ia menyatakan bahwa

membaca pada hakekatnya merupakn proses komunikasi yaitu antara pembaca dengan

tuturan tertulis yang dibacanya. Hal tersebut melatar belakangi pendekatan konseptual.

2.1.4.2. Pendekatan Empirikal

Pendekatan ini mencakup bermacam–macam pendekatan yang bertolak dari pengalaman

serta penghayatan proses membaca., baik dari penyusunan teori itu sendiri maupun orang lain

yang dijadikan banyak penelitian.

Teori yang memandang membaca sebagai proses berpikir sebagai seperangkat

keterampilan membaca sebagai prose mempersepsi, sebagai kegiatan visual, dan membaca

sebagai pengalaman bahasa.

Teori yang pertama yaitu teori yang memandang membaca sebagai proses berpikir,

dirintis pengembanganny oleh Edward L Thorndike.

Teori kedua yang berdasarkan pendekatan empirikal adalah teori yang memandang prose

membaca sebagai penerapan keterampilan.

2.1.4.3. Pendekatan Eksperimental

Page 9: Penerapan Strategi Pq4r

Pendekatan eksperimental meliputi bermacam-macam studi dan penelitian yang

dilaksanakan dengan eksperimental untuk mengkaji bagaimana pemahaman

berlangsung.jenis-jenis kemampuan intelektual apa saja yang bekerja dalam peoses

pemahaman itu, dan faktor apa saja yang berpengaruh dalam pemahaman itu.

a Eksperimental Pemahaman

Eksperimentasi tentang masalah pemahaman dalam proses membaca yang telah

dilakukan selama ini banyak sekali jumlah dan jenisnya. Masalah yang dikaji pada dasrnya

berkisar disekitar proses pemahaman atau penangkapan makna dari tuturan tertulis yang

dibaca (bacaan). Teori yang dimanfaatkannya sebagai proses atau kegiatan menangkap

makna dari bacaan.beberapa penemuannya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

pengajaran membaca sebagai proses atau kegiatan menangkap makna dari bacaan. Beberapa

penemuan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran membaca, pertama adalah

penemuan-penemuan mengenai proses mempersepsi maknayang antara lain meliputi (1)

persepsi atau pengenalan/pemahaman akan makna material bahasa bacaan (kata-kata dan

kalimat) berdasarkan pengalaman pembaca langsung berhubungan dengan material bahasa

itu, (2) dalam memahami atau mepersepsi makna, pembaca cenderung memenfaatkan kunci-

kunci penanda makna (cues), atau menganalisis pola bentukan bahasa bacaan, dan (3)

persepsi yang kuat atu baik terhadap makna bahasa bacaan sebagai hasil menghayati dan

menganalisis bahasa bacaan itu akan membuat pembaca memiliki ingatan yang baik pula

terhadap makna bacaan itu. Kedua adalah penemuan-penemuan mengenai pembentukan

konsep dalam membaca, yaitu simbolik tentang hal-hal yang direspon pembaca dari bacaan.

Eksperimentasi dalam bidang ini antara lain menemukan (1) persepsi yang baik terhadap

makna bahasa bacaan menghasilkan konsep yang baik pula tentang makna bahsa bacaan itu,

(2) konsep yang abstrak sifatnya tentang makna material bahasa bacaan terbentuk

berdasarkan konsep-konsep yang kongrit dan tingkat intelegensi membaca, dan (3)

Page 10: Penerapan Strategi Pq4r

pengembangan konsep tentang makna bahasa bacaan dapat dibina dengan mengyiapkan

program pengajaran yang baik. Ketiga adalah penemuan-penemuan mengenai peranan

penguasaan bahasa pembaca dalam proses memahami makna pada waktu membaca.

Eksperimentasi dalam bidang ini anara lain menemukan bahwa pemahaman bacaan

tergantung pada (1) jumlah kosa kata yang dikuasai, (2) luas dan dalamnya ragam makna kata

yang dikuasainya, (3) mapannya penguasaanya terhadap kaidah-kaidah bahasa, dan (4)

baiknya penguasaan tentang tata penulisan bahasa

b. Jenis Kemampunan Intelektual

Pemanfaatan kedua dari pendekatan eksperimental dapat ditelusuri jejak-jejaknya

pada studi dan penelitian yang mengkaji jenis-jenis kemampuan intelektual yang bekerja

dalam proses pemahaman pada waktu pelaksanaan membaca. Kebanyakan studi dan

penelitian ini menggunakan analisis faktor dimana bermacam-macam jenis tes (seperti

misalnya tes kemampuan membaca, tes pemakaian bahasa, dam tes itelegensia) disajikan

kepada sekelompok siswa, dan kemudian hasilnya dianalisis serta diuji kembali sehingga

diperoleh kesimpulan tentang komponen-komponen kemampuan kejiwaan yang dominant

sifatnya dalam pemahaman pad waktu membaca. Salah seorang tokoh terkemuka dalam

bidang ini ialah F.B. Davis (1968, 1971, 1972) menganalisis tes batera membaca yang

jumlahnya cukup besar yang disajikan kepada siswa SMA di Amerika. Dengan menerapkan

analisis faktor, Davis menyimpulkan bahwa ada 4 jenis keterampilan intelektual yang

diterapkan pembaca dalam membaca komprhessif, yaitu (1) megingart makna kata da menari

kesimpulan tentang makna suatu kata dari konteks bacaan, (2) menangkap makna tersurat

dari bagian-bagian bacaan dan mengkerangkakan ide-ide dalam bacaan, (3) menarik

kesimpulan tentang isi bacaan, dan (4) menangkap tujuan atau maksud pengarang bacaan,

sikapnya seleranya, dan teknik pemaparannya. Data Davis kemudian dianalisis kembali oleh

Spearritt (1972) dengan prosedur analisis yang berbeda tyang akhirnya juga menghasilkan 4

Page 11: Penerapan Strategi Pq4r

jenis keterampilan intelektual, yaitu (1) menarik kesimpulan tentang isi bacaan, (2)

mengingat makna kata, (3) mengikuti stuktur bacaan, dan (4) menangkap maksud dan tujuan

pengarang bacaan, sikap, dan seleranya. Disamping itu, disimpulkannya pula bahwa dalam

membaca komprehensif, kemampuan bernalar memainkan peranan yang penting sekali.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses membaca

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses membaca adalah faktor intelegensia,

sikap, perbedaan jenis kelamin, penguasaan bahasa, status ekonomi sosial, bahan bacaan, dan

guru. Intelegensia yang dikonsep sebagai kemampuan mental atau potensi belajar teleh

dibuktikan berpengaruh terhadap proses pemahaman dalam membaca hampir pada setiap

jenjang pendidikan.

Pengaruhnya dibuktikan dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hasil

tes intelegensia memiliki korelasi positif yang cukup tinggi dengan hasil tes membaca

komprehensif, seperti misalnya: (1) penelitian Bond bersama Dykstra (1967) pada siswa

kelas 1 SD, (2) penelitian Allen (1944) pada siswa kelas IV SD, dan penelitian Thorndike

(1963) pada mahasiswa tingkat permulaan.

Sikap sebagai kecenderungan jiwa (predisposisi) yang prediktif sifatnya dalam

mereaksi sesuatu, oleh sementara ahli bidang studi membaca telah dikaji pengaruhnya

terhadap kemampuan membaca. McKillop (1952) misalnya menemukan bahwa sikap siswa

kelas XI (3 SMA) berpengaruh pada kemampuanya menampilkan pendapat atau penilaian

(judgement) terhadap masalah-masalah yang terdapat dalam bacaan. Groff (1962)

menemukan gejala yang sama pada siswa kelas 5 dan 6 SD, yaitu sikap siswa mempengaruhi

kemampuannya dalam membaca isi bersirat dari suatu bacaan. Selain itu ditemukan pula

bahwa sikap tidak berpengaruh pada kemampuan membaca yang tersurat.

Pebedaan kelamin atau seks, taitu antara laki-laki dan perempuan, juga telah diteliti

secara eksperimental sebagai factor yang berpengaruh dalam belajar membaca. Tokoh-tokoh

Page 12: Penerapan Strategi Pq4r

terkemuka dalam penelitian ini ialah (1) Stroud bersama Lindquist (1942) yang mengkaji

pengaruh perbedaan kelamin dalam belajar membaca pada siswa kelas III sampai VIII SD,

Pauley (1951) pada siswa yang baru masuk sekolah, (3) Hughes (1953) yang

membandingkan prestasi membaca komprehensif siswa laki-laki dengan perempuan dari

kelas II sampai kelas VIII SD, dan Fabiah (1955) yang mengkaji pengaruh perbedaan

kelamin dalam kemampuan membaca pada siswa yang telah menamatkan pelajarannya di

SD.

Penguasaan bahasa sebagai faktor yang berpengaruh dalam proses memahami bacaan

telah banyak dibuktikan dengan studi dan penelitian yang menerapkan pendekatan konseptual

dan pendekatan empirikal. Teori membaca sebagai proses berpikir yang dirintleh Thorndike,

Teori Substrata-Faktor dari Holmes, dan teori-teori kunci penanda makna (cues) dari Godman

dan Smith, dan teori-teori lainnya, pada dasarnya hampir semuanya menyepakati bahwa

penguasaan bahasa siswa merupakan faktor yang menentukan sifatnya dalam proses

membaca. Walaupun demikian, sementara serjana penganut pendekatan eksperimental masih

belum merasa puas dengan kesepakatan itu. Mereka lalu melaksanakan studi dan penelitian

eksperimentif untuk lebih dapat melaksanakan studi dan penelitian eksperimentif untuk

meyakinkan didrinya akan besarnya pengaruh faktor penguasaan bahasa siswa.

Kedudukan orang tua anak didik di tengah-tengah masyarakat, keadaan ekonomi

rumah tangga, dan lingkungan hidup anak didik adalah beberapa faktor yang tergolong SES.

Factor-faktor ini telah dibuktikan pula lewat penelitian eksperimental berpengaruh terhadap

kemampuan membaca anak didik. Peneletian Hill dan Geameto (1963) misalnya menemukan

bahwa siswa kelas III SD yang kondisi SESnya kurang baik,

Bahan bacaan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman bacaan

telah banyak dibuktikan dengan penelitian eksperimental. Tentang pengaruh isi bacaan serta

penyajiannya, William Eller bersama Judith G. Wolf (1965) mengetengahkan Hoviand dan

Page 13: Penerapan Strategi Pq4r

kawan-kawannya (1953) sebagai kelompok sarjana yang menemukanbahwa (1) bahan yang

disajikan secara dua arah (two-sided presentation) lebih efekti pengaruhnya dari pada yang

satu arah (one-sided presentation), jika pembaca diajak menanggapi propaganda ataukah

kalau pembaca kurang menyepakati gagasan yang terdapat dalam bacaan, (2) penyajian satu

arah lebih efektif dari yang dua arah sepanjang yang pembaca menyepakati sejak semula

gagasan yang terdapat dalam bacaan.

Hasil belajar siswa yang berupa keterampilan dalam membaca, pengetahuan tentang

membaca, dan sikap terhadap membacapada dasarnya adalah produk dari pengajaran

membaca. Dalam pelaksanaan pengajaran ini, guru dianggap sebagai faktor yang paling

menentukan sifatnya. Ada sejumlah penelitian eksperimental yang selama ini telah

dilaksanakan yang mengkaji peranan faktor guru ini. Penelitian Sears (1963), dan Spaulding

(1963) menemukan bahwa perilaku guru dalam membina anak didik dalam belajar membaca

ternyata berpengaruh besar dalam perilaku membaca siswa. Termasuk perilaku keadaan

mengajar yang ditemukan berpengaruh positif antara lain adalah (1) usaha memahami sudut

pandang siswa, (2) memvariasi situasi yang memotivasi belajar siswa, (3) mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang efektif kepada siswa, (4) menajamkan pemahaman siswa, dan

(5) mencobakan gagasan-gagasan baru dalam pelaksanaan pengajaran membaca.

      Pendekatan eksperimental meliputi bermacam - macam studi dan penelitian yang

dilaksanakan dengan eksperimental untuk mengkaji bagaimana pemahaman berlangsung

pendekatan eksperimental dibagi menjadi dua yaitu :

a. Eksperimental Pemahaman

Eksperiomental tentang masalah pemahaman dalam prose membaca yang telah dilakukan

selama ini banyak sekali jumlah dan jenisnya.Beberapa penemuannya dapat digunakan untuk

Page 14: Penerapan Strategi Pq4r

kepentingan pengajaran membaca sebagai proses ata kiegiatan menangkap makna dari

bacaan.

b. Kemampuan Intelektual

Jenis kemampuan intelektual :

1. menarik kesimpulan tentang isi baAcaan

2. mengingat makna kata

3. mengikuti struktur bacaan

4. menangkap maksud dan tujuan isi bacaan

Pendekatan yang melatar belakangi teori membaca ada tiga, yaitu pendekatan

konseptual, empirical, dan pendekatan eksperimental.

2.1.4.4. Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini meliputi macam-macam metodologi pendekatan yang kesemuanya

berangkat dari satu konsepsi tentang membacadan berkesudahan dengan suatu model tertentu

tentang proses membaca. Tokoh dalam pendekatan ini adalah Kenneth S. Godman. Ia

menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya merupakan proses komunikasi, yaitu

komunikasi antara pembaca dengan tuturan tertulisyang dibacanya. Hal tersebut merupakna

yang melatarbelakangi pendekatan konseptual.

Menurut Godman untuk memahami proses diperlukan suatu pengertian dasar tentang

membaca. Kerengka berpikir Godman dalam menemukan pengertian dasar membaca agar

dapat digunakan sebagai berikut, yaitu :

a. Membaca dimulai dengan menghadapi bahasa tulis.

b. Tujuan membaca adalah merekontruksi makna.

Page 15: Penerapan Strategi Pq4r

c. Dalam system penulisan alphabet ada hubunga langsung antar bahasa lisan dengan

bahasa tulis.

d. Persepsi visual termasuk dalam proses membaca.

e. Bentuk huruf, urutannya, serta kelompok-kelompoknya tidak sama sekali membaca

makna dalam dirinya sendiri.

f. Maknanya ada dalam jiwa pengarang dan pembaca.

g. Pembaca umumnya mampu merekontruksi makna atau pesan yang ditekankan oleh

pengarang.

Dari kerangka berpikir tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca adalah

suatu proses yang rumit dimana pembaca melakukan rekontruksi dalam tingkatan tertentu

terhadap pesan yang dituangkan oleh pengarang dalam bahasa tulis.

Berdasarkan pandangan ini dikemukakan sejumlah prinsip pengajaran membaca

sebagai berikut: membaca selalu berlibat dengan level pemahaman tertentu karena setiap

bahan bacaan selalu mengungkapkan sesuatu; (2) paparan bahasa yang mewadahi sesuatu itu

harus diperhatikan dengan teliti. Termasuk kedalamannya yang patut diperhatikan ialah

perubahan-perubahan bentuknya, pola tatnan katanya, dan kata-kata fungsinya; (3) dalam

memulai pengajaran membaca (membaca permulaan), guru tidak pada tempatnya

menyediakan kosa kata yang terlalu besar, walaupun siswa bersangkutan telah memiliki

pemahaman yang baik mengenai struktur bahasanya. Pengajaran membaca sebaiknya

ditekankan pada masalah kelompok kata, tatanan kata, tanda-tanda baca, dan lain sebagainya;

(4) bahan pengajaran yang disajikan sebaiknya bahasa yang sudah dikenal baik oleh siswa,

dan jangan menyajikan bahasa yang bersifat artifial, atau yang tidak wajar; (5) hidari

pemakaian gambar sebagai kunci untuk menangkap makna; (6) sajikan ragam bahasa baku

yang informal, dan bukan bahasa buku; (7) isi bacaan hendaknya sesuai dengan pengalaman

siswa; (8) perkenalkan dengan segera kata-kata fungsi dalam berbagai kelompok kata; (9)

Page 16: Penerapan Strategi Pq4r

sediskan peluang yang cukup luas bagi siswa untuk mengembangkan level kemampuan

membacanya sehingga ada perimbangan yang harmonis dengan level bahasa yang mampu

didengarnya; (10) usahakan pengalaman yang sejajar antara membaca dengan berbicara,

menyimak, dan menulis.

Pendekatan linguistic yang semula diterapkan Godman untuk memerikan proses

membaca kemudian direvisinya karena disadarinya banyak kelemahannya. Sebagai pengganti

dipilihnya teori Transformasi Generatif penemuan Noam Chomsky sebagai acuan kerja untuk

memerikan proses membaca dalam bentuk suatu model yang dikenal sebagai Model

Membaca Goodman (The Goodman Model of Reading). Model ini menekankan bahwa

membaca pada hakekatnya adalah seperangkat proses “recoding, decoding, dan encoding”

yang berakhir pada pemahaman atau komprehensi. Bagaimana proses membaca itu

berlangsung menurut model membaca Goodman akan lebih mudah dipahami dengan

mengikuti pokok-pokok pikirannya seperti yang dipaparkan berikut.

2.1.5. Proses Membaca

Membaca merupakan suatu proses diri mulai mata terangsang oleh tulisan/bacaan/simbol

tetulis sampai merespon rangsangan yang diterima. Proses membaca rangsangan yang

diterima . proses membaca dapat dibanyangkan sebagai berikut.

Proses pertama adalah proses mata terangsang oleh bacaan atau mata mencari

rangsangan yang berbentu tulisan. Proses kedua adalah saat yang ada dimata menerima

Bacaan Respon

kritis

Otak syarafmata

Maemaha

Menafsirkan tampa

Tak tampak

Page 17: Penerapan Strategi Pq4r

rangsangan melalui mata. Syarat menyampaikan rangsangan kepada otak merupakan proses

ketiga. Proses keempat adalah otak memproses rangsangan tersebut dalam bentuk

pemahaman (memahami bacaan) atau justru otak menafsirkan rangsangan yang diterimanya.

Proses terakhir adalah otak merespon informasi untuk dikritisi secara aktif dan pasif.

Respons pasif adalah respon yang ada didalam individu dalam bentuk memikirkan

(respon tertampak), sedangkan respon aktif adalah respon yang terlahirkan dalam bentuk

tulisan atau lisan (respon tampak).

1 Jenis Proses Membaca

Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:26). Proses membaca ada lima macam, yaitu

proses psikologis, sensoris, perceptual, perkembangan, dan proses pengembangan

keterampilan.

a. Membaca Sebagai Suatu Proses Psikologis

Membaca dengan proses psikologis ialah membaca yang melibatkan unsur psikis atau

mental dalam mamahami suatu informasi. Unsur psikologi ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain :

1 Intelegensi

2 Usia mental

3 Jenis kelamin

4 Tingkat social ekonomi

5 Bahasa

6 Ras

7 Kepribadian

8 Sikap

9 Pertumbuhan fisik

Page 18: Penerapan Strategi Pq4r

10 Kemampuan persepsi

11 Tingkat kemampuan membaca

b. Membaca Sebagai Suatu Proses Sensoris

Membaca dengan proses sensoris adalah mambaca yang melibatkan syaraf otak

sebagai fokus. Isyarat dan rangsangan masuk melalui telinga dan mata, sedangkan

rangsangan huruf Braille masuk lewat syaraf-syaraf jari. Proses membaca ini juga

dipengaruhi berbagai faktor, misalnya kepenatan, kegelisahan, kebimbangan, dan rasa tidak

percaya diri.

c. Membaca Sebagai Proses Perseptual

Proses perceptual mempunyai ikatan erat dengan proses sensoris. Secar umum

persepsi dimulai dengan melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Namun

demikian dalam kegiatan membaca cukup memperhatikan pada indera pengelihatan dan

pendengaran. Menurut Vernon dalam Harjasujana (1997:15), mengatakan bahwa proses

perseptual dalam membaca itu terdiri dari empat bagian, yaitu :

1. Kesadaran akan rangsangan visual

2. Kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klarifikasi umum kata-

kata

3. Klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada di dalam kelas

umum

4. Identifikasi nkata-kata yang dilakukan dengan jalan mennyebutkannya.

Pada umumnya orang sepakat bahwa persepsi itu mengandug stimulus asosiasi makna

dan interprestasinya berdasrkan pengalaman tentang stimulus itu, serta respon yang

menghubungkan makna dengan stimulus atau lambing.

Page 19: Penerapan Strategi Pq4r

d. Membaca Sebagai Proses Perkembangan

Mambaca pada dasarnya merupakan proses perkembangan yang terjadi sepanjang

hajat sesorang. Meski mebaca merupakan proses perkembangan, geraknya tidaklah berada

dalam jarak-jaarak yang beraturan dan tidak perlu tertentu waktunya.

Dalam upaya mencamkan membaca sebagai proses perkembangan ada dua hal yang

perlu diperhatikan.

1 Membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan bukan sesuatu yang terjadi secara

insidental.

Contoh : seorang anak tidak akan dapat membaca dengan jalan menonton orang lain

membaca.

2 Membaca merupakan suatu proses.

e. Membaca Sebagai Suatu Proses Perkembangan Keterampilan

Membaca merupakan latihan yang sangat kompleks yang sangat bergantung pada

bermacam- macam faktor. Sifat perkembangan ini antara lain.

1 Keterampilan obyektif

Perkembangan keterampilan membaca itu bersufat obyektif kareana dalam

perkembangannya tidak tergantung pada materi, metode atuapun tingkatan-tingkatan

akademis.

2 Keterampilan itu mempunyai sifat berlanjut

3 Keterampilan itu biasa digeneralisasikan, artinya keterampilan itu bersifat

tergeneralisasikan sehingga anak yang telah menguasai keterampilan tersebut dituntut

untuk dapat meneruskannya kapan saja dan dimana saja jika situasinya menghendaki

penggeneralisasian itu.

Page 20: Penerapan Strategi Pq4r

Contoh : jika seorang anak mamahami kata secara mandiri, baginya tidak akan tetjadi

masalah kata itu berada baik dalam teks matematika, geografi, atau sebuah novel.

Dalam perkembangan selanjutnya keterampilan ini mempunyai tahapan-tahapan yaitu :

1 Dasar proses perkembangan keterampilan ialah perkembangan konsep. Hal tersebut

mulai dengan pengalaman anak yang mula-mula sekali yang terus berkembang seumur

hidupnya. Perkembangan konsepini merupakan prasyarat untuk membaca, sama juga

halnya untuk menyimak dan berbicara. Pengembangan konsep itu merupakan bank

pengetahuan yang bagi anak berfungsi sebagai tempat menyimpan dan mengambil

informasisecara terus menerus. Dalam pertumbuhannya anak0anak tumbuh dan

berubah, demikian juga perbendaharaan kosepnya akan terus tumbuhdan berubah-ubah.

Pertumbuhan dan konsep anak banyak bergantung pada latar belakang pengalamannya.

2 Tahap perkembangan yang kedua merupakan pengenalan dan identifikasi. Pada wktu

anak-anak membina dasr-dasr konsep yang pertama dia mulai pulamenghubungkan

konsep-konsepnya itu dengan stimulus tertentu. Contohnya ialah pengenalan huruf dan

kataatau kombinasi keduanyadengan konsep-konsep yang bermakna baginya. Jika

berhasil mengkombinasikan keduanya (stimulus dan kosep) maka akan memperoleh

makna dari pengalaman itu.

3 Tahap perkembangan itu merupakan interprestasi mengenai informasi. Dalam hal ini

interpretasi dibedakan menjadi dua hal yaitu, literta dan intersial. Interprestasi literal

adalah interprestasi fakta ketiaka fakta itu dihadapkan, sedangkan interprestasi infersial

ialah interprestasi hal-hal yang bersifat tersirat pada suatu fakta.

4 Tahap perkembangan keempat ialah aplikasi dan generalisasi. Contohnya pada awalnya

anak mengenal cirri-ciri melati, ros, dan kenanga sebagai bunga kecil, c kecil, C capital

dan c tulisan tangan itu dibunyikan sama . kemampuan anak itu belum cukup jika

Page 21: Penerapan Strategi Pq4r

berhenti pada pengenalan. Dia baru noleh dianggap menguasai informasi itu jika sudah

mengenalnya mampu pula mengaplikasikannya dan menggemeralisasikannya.

2.2 Membaca Intensif

Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara

tepat dan akurat. Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara

akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan

perasaan yang ada pada wacana tulis.

Membaca Intensif adalah suatu aktivitas membaca yang sangat membutuhkan

kecermatan dan ketajaman piker dan merupakan kunci mendapatkan ilmu pengetahuan.1

Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan

keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan lateral,

interpretatif, kritis, dan evaluatif.

Aspek kognitif yang dikembangkan dengan berbagai teknik membaca intensif tersebut

adalah kemampuan membaca secara komprehensif. Membaca komprehensif merupakan

proses memahami paparan dalam bacaan dan menghubungkan gambaran makna dalam

bacaan dengan skemata pembaca guna memahami informasi dalam bacaan secara

menyeluruh.

Kemampuan membaca intensif mencakup

a. kemampuan pemahaman literal,

b. pemahaman inferensial,

c. pemahaman kritis,

d. pemahaman kreatif.

1 Suyatmi dan Mujiyanto 1989:85-86

Page 22: Penerapan Strategi Pq4r

Karakteristik membaca intensif mencakup

a. membaca untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalam

waktu yang lama,

b. membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks,

c. cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat

lebih lama,

d. membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakan

berbagai variasi teknik membaca seperti scanning, skimming, membaca komprehensif,

dan teknik lain),

e. tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail

dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga

pemahaman keseluruhan isi wacana,

f. kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam teks

secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya menemukan

kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda baca,

g. kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif,

h. kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan wacana-

wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca

intensif tabel, grafik, iklan baris, dan sebagainya).

1.2.1 Membaca Telaah Isi

Membaca telaah isi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menelaah

isi bacaan. Membaca teliti atau pemahaman ialah kegiatan membaca yang bertujuan untuk

memperoleh pengertian atau memahami bahan bacaan secara cepat dan tepat.

Page 23: Penerapan Strategi Pq4r

Dalam membaca pemahaman ada beberapa aspek yang diperlukan, antara lain

a. Seorang pembaca harus mempunyai kosa kata yang banyak.

b. Memiliki kemampuan menafsirkan makna kata

c. Memiliki kemampuan ide pokok

d. Memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa.

1.2.1.1 Membaca Teliti

Membaca teliti adalah membaca yang dilakukan secara seksama dan dalam membaca

ini memerlukan keterampilan-keterrampilan. Keterampilan-keterampilan itu diantaranya:

a. Survey cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan umum.

b. Membaca seksama dan membaca ulang paragraft untuk menentukan kalimat judul.

c. Penemuan hubungan paragraft dengan keseluruhan tulisan membaca teliti mencakup

membaca paragraft dengan pengertian membac pilihan yang lebih panjang, membuat catatan,

dan meneelaah tugas.

Dalam metode membaca menelaah ini terdiri atas lima tahap:

a. Survey

adalah kegiatan membaca sepintas sepintas hal-hal yang pokok dalam table. Manfaat

mensurvey juduladalaah untuk memahami pesan secar utuh dan menyeluruh. Pembaca harus

meresapi judul yang disurvey karena judul merupakan ringkasan yang padat tentang

informasi yang disampaikan penulis.

b. Question

Page 24: Penerapan Strategi Pq4r

adalah tahap kedua dari SQ3R yang berupa kegiatan pembaca menyusun pertanyaan-

pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan perkiraan-perkiraan pembaca sewaktu melakukan

survey. Pertanyaan muncul karena keinginan pembaca untuk mengetahui sesuatu hal yang

diperkirakan terdapat dalam bacaan. Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu dicatat agar tidak

lupa dan tidak membebani pembaca untuk mengingat-ingat pertanyaan yang dapat

menganggu konsentrasi pada waktu membaca.

c. Reading

adalah tahap ketiga dari SQ3R yang berupa kegiatan untuk membaca bacaan. Tahap ini

merupakan tahap terpenting dari metode ini. Pada tahap ini pembaca melakukan kegiatan

membaca secara menyeluruh yaitu membaca bab demi bab dan bagian demi bagian. Untuk

memperlancar proses membaca pembaca memfokuskan pada kata-kata kunci, pikiran-pikiran

pokok yang terdapat dalam bacaan dan simpulan yang dibuat penulis. Dalam membaca

d. Recite

adalah tahap keempat dari metode SQ3R yang berupa kegiatan membaca untuk

menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan kata-kata sendiri. Tahap ini

dilakukan apabila pembaca sudah merasa yakin bahwa pertanyaan yang telah dirumuskan

pada tahap question bias dijawab dan dapat menceritakan dengan benar mengenai bacaan

yang telah dibacanya. Tingkat kesulitan dan panjang pendeknya bacaan menjadi

pertimbangan dalam melakukan recite. Sebaiknya recite dilakukan secara tulis, bukan lisan,

dan recite berupa ikhtisar.

e. Review

Page 25: Penerapan Strategi Pq4r

adalah tahap akhir dari metode SQ3R yang berupa membaca kegiatan membaca untuk

memeriksa ulang bagian-bagian yang telah dipahami dan dibaca. Meninjau ualan tidak sama

dengan membaca ulang. Membaca ulang merupakan kegiatan membaca untuk mengulang

membaca bacaan yang telah dibaca secara teliti. Sedangkan meninjau ulang merupakan

merupakan kegiatan untuk melihat-lihat bagian-bagian bacaan secara cepat kilat. Bagian yang

ditinjau ulang adalah misalnya Judul, Sub Judul, gambar, diagram, dan pertanyaan-

pertanyaaan yang ada dibuku.

1.2.1.2 Membaca Pemahaman

Membaca pemahan merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya

adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan

pembaca dalam membaca pemahaman adalah:

a. memiliki kosa kata yang banyak

b. memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana

c. memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang

d. memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian

e. memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan2

1.2.1.3 Membaca Kritis

Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang

rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis.

Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis,

pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.

Aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom,

sebagai berikut ini.

2 Kamijan 1966

Page 26: Penerapan Strategi Pq4r

1. Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan

a. mengenali ide pokok paragraf

b. mengenali tokoh cerita dan sifatnya

c. menyatakan kembali ide pokok paragraf

d. menyatakan kembali fakta bacaan

e. menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.

2. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan

a. menafsirkan ide pokok paragraf

b. menafsirkan gagasan utama bacaan

c. membedakan fakta/detail bacaan

d. menafsirkan ide-ide penunjang

e. memahami secara kritis hubungan sebab akibat

f. memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.

3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan

a. mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan

b. menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang

problematis

c. menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi

4. Kemampuan menganalisis ditandai dengan

Page 27: Penerapan Strategi Pq4r

a. memeriksa gagasan utama bacaan

b. memeriksa detail/fakta penunjang

c. mengklasifikasikan fakta-fakta

d. membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan

e. membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan

5. Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan

a. membuat simpulan bacaan

b. mengorganisasikan gagasan utama bacaan

c. menentukan tema bacaan

d. menyusun kerangka bacaan

e. menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan

f. membuat ringkasan

6. Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan

a. menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan

b. menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini

c. menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi

pengarang

d. menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan

e. menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang

dibuat

Page 28: Penerapan Strategi Pq4r

f. menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau

penyusunan kalimatnya.3

1.2.1.4 Membaca Ide

Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh,

serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan

1.2.2 Membaca Telaah Bahasa

Membaca telaah bahasa adalah suatu keterampilan membaca dengan cara membaca

dari segi isi dan bahasa suatu bacaan sehingga mencerminkan keindahan.

1.2.2.1 Membaca Bahasa

Membaca bahasa adalah suatu keterampilan membaca suatu bahasa bersifat

khusus, misal: bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan lain-lain. Tujuan utama membaca

bahasa adalah

a. Memperbesar Daya Kata

Ragam bahasa (bahasa formal, informal, percakapan, vulgar, slang, dan bahasa teknis)

Makna kata dari konteks(pragmatik)

Bagian kata (nomina, verba, adjektiva, keterangan)

Penggunaan kamus

Makna varian (semantik)

Idiom (ungkapan)

Sinonim dan antonim

Konotasi dan denotasi

Derivasi (asal usul kata)

b. Mengembangkan Kosakata Kritik

3 Nurhadi 1987

Page 29: Penerapan Strategi Pq4r

Bahasa kritik sastra, menggunakan kata-kata yang tepat dan mengandung penilaian

sehingga menguatarakan informasi khusus kepada orang lain agar mengetahui

beberapa alternatif dari suatu kata

Memetik makna dari konteks, makna designatif yaitu sejumlah karakteristik harus

dimiliki oleh sesuatu yang dirujuk, denotasi, dan konotasi

Petunjuk konteks, melalui a. Definisi, b. Contoh, c. Uraian baru (tanda baca kurung

atau tanda pisah), d. Mempergunakan pengubah (memperkenalkan secara langsung

suatu istilah dengan menggunakan tanda baca koma), e. Mempergunakan koma

(mempertentangkan)

1.2.2.2 Membaca Sastra

Membaca sastra adalah suatu keterampilam membaca hasil karya sastra seperti

cerpen, novel, novelet, dan lain sebagainya. Seorang pembaca sastra harus mengetahui hal

berikut

a. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Sastra

Bahasa ilmiah umumnya menggunakan kata yang bersifat denotatif, sedangkan

bahasa sastra biasanya menggunakan bahasa yang bersifat konotatif

b. Gaya Bahasa

Perbandingan

o Metafora, Nani jinak-jinak merpati

o Kesamaan, Mereka bak batu-batu yang tandus

o Analogi, Agama sejati dibendung, aliran-aliran politik dibandung

Hubungan

o Metonimia, Karet bagi penghapus pensil terbuat dari karet

o Sinekdoke, Berjuta mulut yang harus diberi makan oleh pemerintah

Pernyataan

Page 30: Penerapan Strategi Pq4r

o Hiperbola

o Litotes, Datanglah ke gubuk kami ini

o Ironi, suaramu bagaikan petir yang menggelegar

2.2.1 Model Membaca Atas Bawah (MMAB)

Teori ini dikenal sebagai model psikolinguistik dalam membaca dan teori ini

dikembangkan oleh Goodman (1976). Model ini memandang kegiatan membaca sebagai

bagian dari proses pengembangan skemata seseorang yakni pembaca secara stimultan (terus-

menerus) menguji dan menerima atau menolak hipotesis yang ia buat sendiri pada saat proses

membaca berlangsung. Pada model ini, informasi grafis hanya digunakan untuk mendukung

hipotesa tentang makna. Pembaca tidak banyak lagi membutuhkan informasi grafis dari

bacaan karena mereka telah memiliki modal bacaan sendiri untuk mengerti bacaan. Proses

membaca model ini dimulai dengan hipotesis dan prediksi-prediksi kemudian

memverifikasinya dengan menggunakan stimulus yang berupa tulisan yang ada pada teks.

Inti dari model membaca atas bawah adalah pembaca memulai proses pemahaman

teks dari tataran yang lebih tinggi. Pembaca memulai tahapan membacanya dengan membaca

prediksi-prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan-dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin

ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya. Untuk

membantu pemahaman dengan menggunakan teori ini, pembaca menggunakan strategi yang

didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, artinya untuk mendapatkan

makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan yang berupa kompetensi

berbahasa yang ia miliki. Jadi, kompetensi berbahasa dan pengetahuan tentang apa saja

memainkan peran penting dalam membentuk makna bacaan.

Page 31: Penerapan Strategi Pq4r

Jadi menurut model membaca atas-bawah dapat disimpulkan bahwa pengetahuan,

pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar dalam memahami bacaan.

Model membaca atas bawah ini berpijak pada teori psikolinguistik, mengenai

interaksi antara pikiran dan bahasa. Goodman (1967) bependapat bahwa membaca itu

merupakan proses yang meliputi penggunaan isyarat kebahasaan yang dipilih dari masukan

yang diperoleh melalui persepsi pembaca. Pemilihannnya itu dilakukan dengan kemampuan

memperkirakan. Ketika informasi itu di proses, terjadilah keputusan-keputusan sementara

untuk menerima, menolak atau memperhalus. MMBA menggunakan informasi grafis itu

hanya untuk mengukung atau menolak hipotesis mengenai makna.

Makna diperoleh dengan menggunakan informasi yang perlu saja dari system isyrat

semantik, sintaksis, dan grafik. Isyarat grafik diturunkan dari media cetak, isyarat-isyarat

lainnya berasal dari kebahasaan pembaca, pembaca mengembangkan berbagai strategi untuk

memillih isyarat grafis yang paling berguna, setelah pembaca menjadi semakin terampil,

informasi grafis itu semakin berkurang pula perlunya, sebab pembaca telah memiliki

perbendaharaan kata dan konsep-konsep yang semakin kaya. Strategi-strategi untuk membuat

perkiraan yang didasarkan pada penggunaan isyarat semantic dan sintaksis, memungkinkan

pembaca untuk memahami materi dan umtuk mengantisipasi apa yang tampak berikutnya di

dalam materi cetak yang sedang dibaca.

2.2.2 Model Membaca Bawah Atas (MMBA)

Pada model membaca bawah atas stuktur-struktur yang ada dalam teks itu dianggap

sebagai unsure yang memainkan peran utama, sedangkan struktur-struktur yang ada dalam

pengetahuan sebelumnya merupakan hal yang sekunder. MMBA pada dasarnya merupakan

proses penerjemahan dekode dan encode. Decode adalah kegiatan mengubah tanda-tanda

Page 32: Penerapan Strategi Pq4r

menjadi berita. Encode ialah kegiatan mengubah berita menjadi lambing-lambang. Pada

MMBA pembaca mulai dengan huruf – huruf atau unit-unit yang lebih besar, dan setelah itu

barulah ia melakukan antisipasi terhadap kata-kata yang diejanya itu.

Teori proses informasi (cough) bepandapat bahwa membaca itu pada dasarnya adalah

penerjenahan lambang grafik kedalam bahasa lisan. Mempelajari apa yang dikatakan

lambang tercetak merupakan kegiatan satu-satunya dalam proses membaca. Menrut MMBA,

tugas pertama seorang pembaca ialah mendekode lambang-lambang tertulis itu menjadi

bunyi-bunyi bahasa. Peran pembaca bersifat relative pasif dalam proses penerjemahan itu.

Satu-satunya pengetahuan yang didiapkan ialah pengetahuan tentang hubungan antara

lambang dan bunyi. Jelaslah bahwa menurut MMBA teks bacaan itu diproses okeh pembaca

tanpa informasi yang mendahuluinya yang ada hubungannya dengan isi bacaan.

Inti proses membaca menurut teori ini adalah proses kengkodean kembali simbol

tuturan tertulis (Harris & Sipay, 1980). Membaca dalam proses bottom-up merupakan proses

yang melibatkan ketepatan, rincian, dan rangkaian persepsi dan identifikasi huruf-huruf, kata-

kata, pola ejaan, dan unit bahasa lainnya. Tugas utama pembaca menurut teori ini adalah

mengkode lambang-lambang yang tertulis menjadi bunyi-bunyi bahasa (Harjasuna, 1996).

Brown (2001) menyatakan bahwa pada proses bottom-up membaca terlebih dahulu

mengetahui berbagai tanda linguistik, seperti huruf, morfem, suku kata, kata-kata frasa,

petunjuk gramatika dan tanda wacana, kemudian menggunakan mekanisme pemrosesan yang

masuk akal, koheren dan bermakna. Agar bisa memahami bacaan pada teori ini, pembaca

membutuhkan keterampilan yang berhubungan dengan lambang bahasa yang digunakan

dalam teks.

Page 33: Penerapan Strategi Pq4r

Fries (1962), mendefinisikan membaca debagai kegiatan mengembangkan kebisaan

merespon kepada seperangkat pola yang terdiri atas lambang-lambang grafis. Model-model

pemikiran yang sejalan dengan MMBA itu, menimbulkan metode-metode membaca yang

disebut metode alphabet, metode fonik. Metode alphabet meruakan metode pengajaran

membaca yang tertua. Dalam zaman keemasan Yunani dan Roma orang mengajarkan

membaca dengan metode alphabet. Dalam metode ini, huruf-huruf yang di ajarkan itu

diucapkan sama dengan ucapan alphabet. Dengan demikian, huruf ‘d’ diucapkan /de/, huruf

‘k’ diucapkan /ka/, huruf ‘l’ diucapkan /el/, huruf ‘m’ diucapkan /em/ dan selanjutnya.

Menghubungkan ucapan ‘ka’ /ka/ dan ‘I’ /i/ menjadi ‘ki’ /ki/ ternyata merupakan hal

yang tidak mudah bagi anak-anak yang baru mulai belajar membaca. Itulah sebabnya dalam

metode fonik, konsonan-konsonan itu tidak diucapkan seperti ucapan alphabet. Huruf ‘k’

tidak di ucapkan /ka/ tetapi /kh/, huruf ‘d’ tidak di ucakan /de/ tetapi /dh/, demikian

seterusnya.

Model membaca sangat berkaitan dengan proses membaca. Studi yang sintesis

tentang proses membaca dimulai sejak tahun 1880-an. Pada waktu itu proses membaca

merupakan pusat perhatian para ahli psikologi eksperimental. Di antara tahun 1950-an dan

tahun 1960-an perhatian para ahli diarahkan pada definisi dan penjelasan tentang membaca.

Semenjak tahun 1970-an tumbul model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari

pandangan ahli psikologi perkembangan dan psikologi kognitif, proses informasi,

psikolinguistik dan linguistik.

Gambar di bawah ini melukiskan perbedaan pokok antara MMBA dan MMAB.

Page 34: Penerapan Strategi Pq4r

Salah seorang tokoh MMBA Gough (1972) mencoba menunjukkan proses membaca itu

dalam sebuah model berurut lanjut, tidak interaktif. Menurut pandangannya, proses tersebut

meliputi urutan-urutan berikut:

(1)   Informasi grafemik diserap melalui system visual dan disimpan secara singkat di dalam

“ikon”.

(2)   Image tersebut dikilas dan diolah di dalam perlengkapan pengenal pola yang dapat

mengenali huruf-huruf.

(3)   Huruf-huruf ini kemudian dikirim ke pencatat huruf yang menahan huruf-huruf itu,

sementara pendekod mengubah huruf-huruf tersebut menjadi gambaran fonem.

(4)   Gambaran fonem ini masuk ke dalam “librarian” yang mencarikan leksikon, dan

mencocokkan untaian fonemik dengan entri yang sudah ada dalam leksikon.

(5)   Untaian leksikal yang dihasilkan oleh librarian itu masuk ke dalam memori pertama.

Page 35: Penerapan Strategi Pq4r

(6)   Memori pertama itu dapat menangkap satuan leksikal itu sampai lima buah, dan hal ini

merupakan masukan bagi “merlin”.

(7)   Merlin menggunakan pengetahuannya tentang sintaksis dan semantic untuk menentukan

“struktur dalam” atau mungkin makna masukan itu.

(8)   Akhirnya, struktur dalam atau pernyataan-pernyataan tentang makna itu masuk ke

dalam “Tempat Tujuan Kalimat-kalimat (TTKSMD), setelah maknanya dipahami.

Dengan demikian, kegiatan membaca itu selesai setelah semua masukan teks itu dapat

melewati sederetan transformasi dan mencapai (TTKSMD).

Gambar di bawah ini membantu menjelaskan proses membaca menurut MMBA.

Page 36: Penerapan Strategi Pq4r
Page 37: Penerapan Strategi Pq4r

2.2.3 Model Membaca Timbal Balik

Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) dicanangkan oleh teoris Rumelhart (1977).

Rumeljart mereaksi dua model membaca yang telah kita singgung di muka. Dia beranggapan

bahwa model-model yang terdahulu itu tidak memuaskan, karena pada umumnya model-

model tersebut bertitik tolak pada pandangan formalisme model-model perhitungan yang

linear. Model-model itu mempunyai sifat-sifat berurut-berlanjut, tidak interaktif.

Secara sederhana, konsep MMTB dapat dilukiskan sebagai berikut.

MMTB melukiskan MMBA dan MMAB berlangsung simultan pada pembaca yang

mahir. Artinya, proses membaca tidak lagi menunjukkan suatu proses yang bersifat linier,

tidak menjukkan proses yang berturut-berlanjut, melainkan suatu proses timbal balik yang

bersifat simultan. Pada suatu saat MMBA berperan dan pada saat lain justru MMAB yang

berperan. Para penganut paham MMTB percaya bahwa pemahaman itu tergantung pada

informasi grafis atau informasi visual dan informasi nonvisual atau informasi yang sudah

Page 38: Penerapan Strategi Pq4r

tersedia dalam pikiran pembaca. Oleh karenanya, pemahaman bisa terganggu jika ada

pengetahuan yang diperlukan untuk memahami bacaan yang dibacanya tidak bisa digunakan,

baik disebabkan pembaca lupa akan informasi tersebut atau mungkin juga karena skemanya

terganggu.

Paradigma yang diajukan Rumelhart untuk melukiskan proses membaca itu berlainan

dengan paradigma-paradigma yang pernah ada sebelumnya. Dalam kompultasi paralel selalu

terjadi interaksi di antra proses-proses yang berlangsung berkelanjutan dan akhirnya sampai

pada suatu kesimpulan. Rumelhart mengajukan pendapat yang menyatakan bahwa membaca

sebagai kegiatan yang meliputi berbagai tipe pemrosesan informasi dan unit-unit

pemrosesan itu bersifat sangat interaktif dan berlanjut. Dengan menggunakan formalisme

yang dikembangkan dengan komputer, Rumelhart dapat menjelaskan secara tepat aspek-

aspek membaca yang bersifat parallel dan yang bersifat interaktif. Aspek-aspek yang

dikemukakan oleh Rumelhart itu sudah dijelaskan oleh para ahli yang terdahulu. Akan

tetapi, penjelasan yang disampaikan para pendahulunya tidak mencapai tingkat kejelasan

seperti yang dijelaskan oleh Rumelhart.

MMTB sukar dilukiskan dalam diagram dua dimensi. Dalam gambar yang berikut ini

penyimpan informasi visual (PIV) mencatat informasi grafis. PIV itu disentuh oleh alat

penyadap ciri (APC). Ciri-ciri yang disadap itu digunakan sebagai masukan untuk pemadu

pola (PP).

PP merupakan komponen yang utama dalam model ini. Ke dalamnya bisa masuk

informasi sensoris, informasi tentang kemungkinan-kemungkinan sintaksis, semantik,

leksikal, dan struktur ortografis tentang berbagai untaian huruf. PP membuat keputusan

berdasarkan informasi-informasi yang masuk ke dalamnya itu.

Page 39: Penerapan Strategi Pq4r

Mari kita perhatikan paradigma Rumelhart dalam gambar berikut.

Model yang dilukiskan dalam diagram di atas, menunjukkan adanya pengaruh berbgai

tahapan (grafik, semantic, dan sebagainya) terhadap kegiatan membaca dalam bentuk

interaktif. Yang tidak dijelaskan dalam proses tersebut ialah bagaimana komponen-

komponen itu berinteraksi. Hal inilah yang kemudian menjadi bahan pemikiran ahli lain,

seperti Goodman dan Ruddel. Yang tidak ada di dalam model itu ialah gambaran tentang

kerja pemandu polanya sendiri.

Pengembangan gambaran proses membaca yang dibuat oleh Rumelhart merupakan

sumbangan utama terhadap model-model membaca. Rumelhart menampilkan suatu model

membaca yang menunjukkan komponen-komponen sensori, semantik, sintaksis, dan

pragmatik yang diperoleh dalam bentuk interaktif untuk memperoleh pemahaman tentang

bahasa tulis. Berbagai jenis informasi masuk ke dalam pusat berita; berbagai hipotesis

dirumuskan, kemudian disetujui, ditentukan, dikukuhkan atau ditolak oleh sumber informasi

Page 40: Penerapan Strategi Pq4r

yang layak. Hipotesis baru digeneralisasikan hingga pada akhirnya tercapailai hipotesis yang

paling layak. Interaksi antara hipotesis dan sumber informasi dapat ditandai secara

matematis dalam model probabilitas. Dengan demikian, membaca itu dipandang sebagai

formulasi hopotesis, pengujian probabilitas dengan menggunakan serangkaian sumber

informasi, dan akhirnya dibuatlah keputusan tentang hipotesis yang terbaik yang diterima

sebagai makna.

Rumelhat telah melengkapi kita dengan pengetahuan tentang sebuah model yang

cukup canggih. Dengan menggunakan model tersebut kita dapat mengatasi masalah yang

berkenaan dengan proses kebahasaan seperti yang tampak pada perilaku pola membaca.

Model ini mempunyai ciri yang esensial yang menjelaskan betapa proses kebahasaan

peringkat yang lebih tinggi (semantik dan makna) mempermudah proses kebahasaan

peringkat rendah (huruf, kata), dan betapa penguasaan atas peringkat yang lebih tinggi itu

mempermudah penguasaan atas peringkat yang lebih rendah.

Model membaca yang dikemukakan oleh Rumelhart itu mengingatkan pembaca agar

informasi yang dimilikinya (meskipun jumlahnya sangat terbatas) dapat dimanfaatkan pada

saat melakukan kegiatan membaca. Dilihat dari bidang pengajaran, hal tersebut

menunjukkan adanya kemungkinan besar bagi guru untuk menolong para siswanya menjadi

pembaca yang fleksibel, ialah pembaca yang mampu mengatur kecepatan tempo bacanya

sesuai dengan sifat, manfaat, tujuan, kebutuhan dan relevansi dari materi bacaan tersebut.

Pembaca harus dialihkan perhatiannya dari struktur lahir bahasa (kata, huruf, kalimat, dan

sebagainya) ke struktur batin, ke bagian yang menghendaki prakiraan.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memprakirakan dan menemukan

makna bacaan itu ialah strategi pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan

bahasa yang dimilikinya serta informasi pragmatik yang telah dimilikinya dalam proses

Page 41: Penerapan Strategi Pq4r

menyimak dan berbicara. Guru dituntut untuk mengembangkan strategi yang mendorong

siswa supaya bersikap aktif-kognitif agar dapat menjadi pembaca yang mahir.

Yang dapat kita lakukan sebagai guru adalah menciptakan lingkungan yang kondusif,

yang mendorong menumbuhkan minat baca yang positif. Perlu diutamakan keyakinan bahwa

dalam hal ini bukanlah kehadiran guru dalam lingkungan itu yang pertama dan utama,

melainkan kehadiran siswa itu sendiri. Kemampuan membaca akan meningkat hanya dengan

jalan melakukan kegiatan membaca itu sendiri. Melakukan aktifitas baca sama dengan

berlatih membaca. Latihan tersebut akan mendorong mereka meningkatkan kemampuan

membaca serta menemukan sendiri strategi yang paling tepat untuk dirinya dalam

menghadapi bacaan.

Dalam praktek pengajaran membaca, hal tersebut menunjukkan kita pada berbagai

konsep dan pandangan tentang berbagai metode pengajaran membaca. Kiranya kita perlu

meninggalkan berbagai asumsi yang pernah menguasai metode pengajaran pada masa-masa

silam. Sebagai contoh, guru tidak perlu lagi terlalu memikirkan adanya kebolongan

kosakata  yang mungkin belum diketahui siswa. Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut,

kemudian guru berpikir bahwa pengajaran membaca tidak mungkin dilakukan. Para guru

lebih baik meyakinkan para siswanya bahwa bagaimanapun para siswa tidak perlu berkecil

hati dan frustasi dengan bacaan yang sarat dengan kosakata sukar yang tidak dapat

dipahaminya. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mereka dapat memanfaatkan

informasi nonvisual. Informasi ini akan membantu siswa untuk merekontruksi makna dari

lambang-lambang yang berupa cetakan. Perubahan sikap seperti itu akan membuat mereka

percaya diri dan bergantung pada kemampuan sendiri. Hambatan kosakata yang dialaminya

akan diatasi sendiri dengan jalan memproses masukan linguistik dan memadukannya dengan

aspek kognitif yang dimilikinya. Dengan demikian, para siswa tidak lagi akan bergantung

Page 42: Penerapan Strategi Pq4r

kepada guru atau pun sumber-sumber lainnya yang datang dari luar pada waktu mereka

menghadapi masalah-masalah dalam membaca.

Model yang dianjurkan oleh Rumelhart itu mendukung salah satu keyakinan yang

secara intuitif telah diterima oleh banyak orang, ialah bahwa pembaca akan lebih merasa

terlayani jika kita membekali mereka dengan kesiapan untuk membaca materi yang disajikan

kepada mereka. Banyak hal yang bisa dilakukan guru dalam upaya membekali pengetahuan

siap mereka. Prosedur-prosedur tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan berikut: diskusi,

pertunjukan film, karyawisata, bercerita, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini bermanfaat

bagi para siswa dalam upaya membantu mereka untuk menggunakan latar belakang

informasi (pengetahuan) yang dimilikinya. Pengetahuan siap ini akan mempermudah proses

memahami bacaan dengan lebih layak dan lebih baik.

Cara lama yang masih banyak digunakan para guru ialah pemberian tugas membaca.

Pemberian tugas ini kadang-kadang merupakan tugas prasyarat untuk tugas berikutnya

berupa diskusi. Tampaknya, meskipun metode pemberian tugas ini tidak terlalu jelek dan

merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk membangkitkan motivasi siswa,

namun cara ini tampaknya sudah “ketinggalan zaman”. Bagaimanapun hal-hal yang dibawa

pembaca tersebut dari proses yang dijalaninya itu. Oleh karena itu, guru boleh berkeyakinan

bahwa proses membaca akan berlangsug lebih baik jika prosedur penugasan itu dibalikkan,

diskusi dulu, baru kemudian membaca.

Dalam bidang metode pengajaran, model Rumelhart itu dipandang sebagai model

yang sudah membaur dengan berbagai strategi pengajaran yang telah menunjukkan

keberhasilannya. SQ3R misalnya, memberikan dorongan kepada siswa untuk menyurvai,

bertanya dan bertanya, membuat prakiraan, dan membaca untuk menguji hipotesis. Model

membaca yang baik harus dapat menjelaskan teori berbagai pendekatan yang baik untuk

Page 43: Penerapan Strategi Pq4r

membaca dan belajar. Model yang baik harus pula memberikan penjelasan terhadap

langkah-langkah pengajaran yang baru.

Model Rumelhart berguna sekali untuk pengajaran membaca pada peringkat sekolah

menengah, baik sekolah mengengah pertama maupun peringkat di atasnya. Model ini sangat

baik untuk mengakrabkan dan mendorong mereka dalam pengujian cara dan strategi

membaca yang biasa mereka lakukan sendiri.

Setelah Anda mempelajari dengan seksama konsep-konsep MMTB yang diprakarsai

Rumelhart, bagaimana pendapat dan komentar anda terhadap prinsip-prinsip yang ada di

dalamnya? Ya, mungkin anda tergolong orang yang berpendapat bahwa model Rumelhart itu

tidak menarik karena di dalamnya sesungguhnya tidak ada hal-hal yang baru bagi anda.

Sebagai guru, anda mungkin sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

terbuka yang biasa timbul dalam pikiran anda selagi membaca. Bukankah pertanyaan-

pertanyaan yang muncul selagi kita membaca merupakan cerminan dari proses interaktif dari

kerja mata dan kerja kognisi pada saat kita merespon bacaan. Sebagai guru anda pun sudah

terbiasa dengan pemberian rangsangan-rangsangan kepada para siswa anda agar mereka

membuat prakiraan-prakiraan, hipotesis, antisipasi, klasifikasi, yang memungkinkan mereka

untuk berfikir secara divergen. Mungkin, kita telah melakukan sesuatu yang tidak kita

ketahui landas pijaknya. Dengan pengetahuan ini, mudah-mudahan apa yang telah kita

lakukan tersebut dapat kita yakini sebagai sebuah kebenaran dan sesuatu yang dapat

memberikan manfaat yang lebih baik.

Dalam model Rumelhart, mungkin Anda tidak melihat adanya pembicaraan tentang

aplikasi. Memang, Rumelhart boleh dikatakan tidak menyinggung masalah aplikasi itu. Dia

tidak pula menyinggung masalah pramembaca, yakni suatu kondisi sebelum seseorang

Page 44: Penerapan Strategi Pq4r

sampai pada halaman-halaman bercetak. Dia memulai konsepnya dari halaman bercetak, dan

dari situ kemudian bergerak ke depan dengan konsep-konsep interaksi.

MMTB sangat berbeda dengan MMBA seperti yang dikemukakan oleh Gough, La

Berge dan Samuel (1974). MMBA bersifat linear dan berjenjang, dimulai dari pemrosesan

unit linguistik yang paling kecil, yakni huruf-huruf, kemudian bergerak menuju pemrosesan

kelompok huruf, kata-kata, kelompok kata, kalimat, hingga akhirnya sampai ke makna.

Sebaliknya MMTB membenarkan proses yang dimulai dari peringkat yang lebih tinggi

MMTB mulai dengan semantik atau makna kata. Pada peringkat yang lebih tinggi itu ada

bank data yang bekerja secara simultan. Kita memiliki sintaksis, semantik, ortografi, dan

leksikon yang bekerja secara serentak, tidak bekerja secara berurutan seperti halnya dalam

MMBA.

Kemampuan membaca dapat dikembangkan secara baik melalui pengayaan

pengalaman membaca. Siswa perlu sekali membaca materi sebanyak-banyaknya sehingga

mereka dapat memahami kata dalam konteks yang berbeda-beda. Guru dapat membantu

muridnya mempertinggi dan meningkatkan keterampilannya dalam membaca dengan jalan

membimbing mereka untuk terus membaca sebanyak-banyaknya. Yang perlu diperhatikan

benar dalam hal ini ialah sikap murid. Guru yang terlalu sering memberi tugas yang berada

di luar jangkauan kemampuan muridnya akan membuat siswa terbunuh minat dan

motivasinya. Salah satu upaya untuk membangkitkan minat baca siswa ialah dengan jalan

menyediakan bahan bacaan yang kira-kira dapat menarik perhatian mereka.

Page 45: Penerapan Strategi Pq4r

2.2.4 Perbedaan MMAB, MMBA, MMTB

Perbedaan MMAB, MMBA, dan MMTB

Aspek MMBA MMAB MMTB1.Yang berperan -Primer: Struktur bacaan

-Sekunder: Struktur Pengetahuan-Primer: Struktur Pengetahuan-Sekunder: Struktur Bacaan

-Campuran Primer:Otak- bacaan-Campuran Sekunder:bacaan-otak

2. Proses Otak-Mata-Otak Otak-Mata-Bacaan Simultan3.Jenis Intensif Ekstensif Relatif/campuran4.Bacaan Sulit,Ilmiah Mudah, Popular, Sastra Campuran5.Tujuan Pemahaman secara mendalam Hal-hal yang penting/pokok Campuran (detail)6.Kendala Bergantung pada peran mata

Praktik Penggunaan Metode PQ3R

Ponsel Tertinggal, Pesawat Kembali Mendarat

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah pesawat Air France dengan nomor

penerbangan AF639, Selasa (3/1/2012) kemarin, terpaksa kembali mendarat di Bandara

Houston, Amerika Serikat, setelah terbang selama 30 menit.

Hal ini setelah awak pesawat menemukan sebuah telepon genggam, tanpa diketahui

pemiliknya. Meski diduga telepon genggam itu dimiliki penumpang dari penerbangan

sebelumnya, tetapi Air France tak ambil risiko dengan memutuskan untuk mendarat.

Demikian dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu (4/1/2012). Air France

mengatakan, setelah diperiksa kembali oleh aparat keamanan Amerika Serikat, pesawat

tersebut boleh kembali lepas landas. Meski pesawat tersebut mendarat terlambat enam jam

dari jadwal di Bandara Charles de Gaulle.

Bulan Oktober 2011 lalu, Kompas menaiki pesawat KLM dari Bandara Schiphol

menuju Hamburg. Namun penerbangan tersebut ditunda dua jam, juga karena ditemukan

kopor tanpa pemilik di dalam pesawat.

Page 46: Penerapan Strategi Pq4r

TEKS 2:

Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial Di Indonesia Pra Dan Pasca Runtuhnya Orde

Baru

Prof. DR. SYAMSIAH BADRUDDIN, M.Si

Semenjak gejolak dan kerusuhan sosial merebak di berbagai daerah, kesenjangan

sosial banyak dibicarakan. Beberapa pakar dan pengamat masalah sosial menduga bahwa

kerusuhan sosial berkaitan dengan kesenjangan sosial. Ada yang sependapat dengan dugaan

itu, tetapi ada yang belum yakin bahwa penyebab kerusuhan sosial adalah kesenjangan sosial.

Tidak seperti kesenjangan ekonomi, kesenjangan sosial cukup sulit diukur secara kuantitatif.

Jadi, sulit menunjukkan bukti-bukti secara akurat. Namun, tidaklah berarti kesenjangan sosial

dapat begitu saja diabaikan dan dianggap tidak eksis dalam perjalanan pembangunan selama

ini. Di bagian ini dicoba menunjukkan realitas dan proses merebaknya gejala kesenjangan

sosial.

Untuk mempermudah pembahasan, kesenjangan sosial diartikan sebagai kesenjangan

(ketimpangan) atau ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau memanfaatkan sumber

daya yang tersedia. Sumber daya bisa berupa kebutuhan primer, seperti pendidikan,

kesehatan, perumahan, peluang berusaha dan kerja, dapat berupa kebutuhan sekunder, seperti

sarana pengembangan usaha, sarana perjuangan hak azasi, sarana saluran politik, pemenuhan

pengembangan karir, dan lain-lain.

Page 47: Penerapan Strategi Pq4r

Kesenjangan sosial dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat sehingga

mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan akses atau kesempatan-

kesempatan yang tersedia. Secara teoritis sekurang kurangnya ada dua faktor yang dapat

menghambat. Pertama, faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang (faktor internal).

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia karena tingkat pendidikan (keterampilan)

atau kesehatan rendah atau ada hambatan budaya (budaya kemiskinan). Kesenjangan sosial

dapat muncul sebagai akibat dari nilai-nilai kebudayaan yang dianut oleh sekelompok orang

itu sendiri. Akibatnya, nilai-nilai luas, seperti apatis, cenderung menyerah pada nasib, tidak

mempunyai daya juang, dan tidak mempunyai orientasi kehidupan masa depan. Dalam

penjelasan Lewis (1969), kesenjangan sosial tipe ini muncul karena masyarakat itu

terkungkung dalam kebudayaan kemiskinan.

Kedua, faktor-faktor yang berasal dari luar kemampuan seseorang. Hal ini dapat

terjadi karena birokrasi atau ada peraturan-peraturan resmi (kebijakan), sehingga dapat

membatasi atau memperkecil akses seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan peluang

yang tersedia. Dengan kata lain, kesenjangan sosial bukan terjadi karena seseorang malas

bekerja atau tidak mempunyai kemampuan sebagai akibat keterbatasan atau rendahnya

kualitas sumberdaya manusia, tetapi karena ada hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan

struktural. Kesenjangan sosial ini merupakan salah satu penyebab munculnya kemiskinan

structural. Alfian, Melly G. Tan dan Selo Sumarjan (1980:5) mengatakan, bahwa yang

dimaksud dengan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan

masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-

sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan struktural meliputi

kekurangan fasilitas pemukiman, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikatif,

Page 48: Penerapan Strategi Pq4r

kekurangan fasilitas untuk mengembangkan usaha dan mendapatkan peluang kerja dan

kekurangan perlindungan hukum.

Faktor mana yang paling dominan menyebabkan kesenjangan sosial. Kendati faktor

internal dan kebudayaan (kebudayaan kemiskinan) mempunyai andil sebagai penyebab

kesenjangan sosial, tetapi tidak sepenuhnya menentukan. Penjelasan itu setidaknya

mengandung dua kelemahan. Pertama, sangat normatif dan mengundang kecurigaan dan

prasangka buruk pada orang miskin serta mengesampingkan norma-norma yang ada (Baker,

1980:6). Kedua, penjelasan itu cenderung membesar-besarkan kemapanan kemiskinan.

Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa kaum miskin senantiasa bekerja keras, mempunyai

aspirasi tentang kehidupan yang baik dan mempunyai motivasi untuk memperbaiki

kehidupan mereka. Mereka mampu menciptakan pemenuhan tutuntan kehidupan mereka

(periksa misalnya kajian Bromley dan Chris Gerry, 1979; Papanek dan Kuncoroyakti, 1986;

dan Pernia, 1994). Setiap saat orang miskin berusaha memperbaiki kehidupan dengan cara

bersalin dan satu usaha ke usaha lain dan tidak mengenal putus asa (Sethuraman, 1981;

Steele, 1985).

Jika demikian halnya, maka ihwal kesenjangan sosial tidak semata-mata karena faktor

internal dan kebudayaan, tetapi lebih disebabkan oleh adanya hambatan structural yang

membatasi serta tidak memberikan peluang untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan

yang tersedia. Breman (1985:166) menggambarkan bahwa bagi yang miskin “jalan ke atas

sering kali dirintangi”, sedangkan: “jalan menuju ke bawah terlalu mudah dilalui”. Dengan

kata lain, gejala kesenjangan sosial dan kemampuan kemiskinan lebih disebabkan adanya

himpitan structural. Perlu dipertanyakan mengapa masyarakat dan kaum miskin pasrah

dengan keadaan itu? Ketidakberdayaan (politik) dan kemiskinan kronis menyebabkan mereka

mudah ditaklukkan dan dituntun untuk mengikuti kepentingan dan kemauan elit penguasa

Page 49: Penerapan Strategi Pq4r

dan pengusaha. Apalagi tatanan politik dan ekonomi dikuasai oleh elit penguasa dan

pengusaha.

6.1.2 Retorika Membaca yang Digunakan dalam Membaca Teliti dan Pemahaman

TEKS 1:

Pada saat melakukan proses membaca berita yang berjudul “Ponsel Tertinggal,

Pesawat Kembali Mendarat” saya menggabungkan beberapa jenis retorika membaca.

Berhubung belum adanya pengetahuan atau dasar-dasar pemahaman terkait dengan artikel

tersebut, awalnya saya menggunakan Metode Membaca Bawah Atas (MMBA). Setelah

mendapat gambaran dan sedikit pemahaman mengenai artikel tersebut, saya mulai

menerapkan Metode Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya saya menggunakan dua

metode dalam proses membaca artikel tersebut, yaitu Metode Membaca Bawah Atas

(MMBA) dan Metode Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan menggunakan kedua

metode tersebut, artikel lebih mudah saya pahami.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) yang digunakan dalam proses membaca

artikel di atas juga disertai dengan menerapkan metode kalimat. Merupakan cara membaca

bacaaan dengan menelaah kalimat demi kalimat. Saya mengayunkan pandangan matan dari

kaalimat satu ke kaliamat berikutnya dan sekaligus memahami maknanya. Metode ini

diterapakan untuk menyampaikan gagasan-gagasan dalam bentuk kalimat. Dengan

menerapkan metode ini, saya dapat membaca lebih efisien dan efektif. Selain itu, saya juga

menerapkan teknik close reading yaitu membaca dengan teliti dan cermat, teknik ini saya

Page 50: Penerapan Strategi Pq4r

pilih karena saya ingin mencari dan memperoleh informasi yang mencakup pemahaman

terhadap isi dan makna bacaan secara eksplisit.

TEKS 2:

Pada saat melakukan proses membaca artikel yang berjudul Sekilas “Kesenjangan

dan Kemiskinan di Indonesia Pra dan Pasca Runtuhnya Orde” saya menggabungkan

beberapa jenis retorika membaca. Berhubung belum adanya pengetahuan atau dasar-dasar

pemahaman terkait dengan artikel tersebut, awalnya saya menggunakan Metode Membaca

Bawah Atas (MMBA). Setelah mendapat gambaran dan sedikit pemahaman mengenai artikel

tersebut, saya mulai menerapkan Metode Membaca Timbal Balik (MMTB). Artinya saya

menggunakan dua metode dalam proses membaca artikel tersebut, yaitu Metode Membaca

Bawah Atas (MMBA) dan Metode Membaca Atas Bawah (MMAB). Dengan menggunakan

kedua metode tersebut, artikel lebih mudah saya pahami.

Model Membaca Timbal Balik (MMTB) yang digunakan dalam proses membaca

artikel di atas juga disertai dengan menerapkan metode SQ3R, yaitu metode membaca yang

ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri dari lima tahap yaitu suvey, question ,reading,

recite, review. Yang pertama saya lakukan adalah meninjau, meneliti, mengkaji cara

membaca bagian-bagian dari artikel. Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal,

bagian isi, dan bagian akhir. Setelah itu, saya menyusun pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan

disusun berdasarkan perkiraan pembaca sewaktu mensurvey. Selanjutnya adalah kegiatan

pembacaan artikel. Tahap ini adalah tahap yang paling penting. Saya melakukan kegiatan ini

secara menyeluruh, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf. Setelah itu adalah kegiatan

umemceritakan kembali isi bacaan yang telaah dibaca dengan menggunakan kata-kata saya

Page 51: Penerapan Strategi Pq4r

sendiri, yaitu recite. Kegiatan recite dilakukan secara tertulis. Sebab recite berupa ikhtisar.

Selanjutnya adalah review. Saya memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan dipahami.

Meninjau ulamg tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang adalah kegiatan

membaca ulang bacaan yang telah dibaca. Dengan menerapkan metode ini, saya dapat

membaca lebih efisien dan efektif. Selain itu, saya juga menerapkan teknik close reading

yaitu membaca dengan teliti dan cermat, teknik ini saya pilih karena saya ingin mencari dan

memperoleh informasi yang mencakup pemahaman terhadap isi dan makna bacaan secara

eksplisit.

6.1.3 Proses Membaca Teliti dan Pemahaman

TEKS 1:

Proses membaca berita yang berjudul “Ponsel Tertinggal, Pesawat Kembali

Mendarat” dapat saya runtutkan sebagai berikut:

a. mempersiapkan bacaan

b. menerapkan model membaca timbal balik

c. menerapkan model membaca kalimat dan close reading

d. menatap seluruh bacaan dengan pandangan lebar dan menyeluruh

e. mulai memfokuskan pandangan mata ke kalimat pertama, kemudian ke kalimat-

kalimat selanjutnya hingga kalimat terakhir

f. menangkap dan memahami informasi secara intensif

g. mengingat dan mencatat informasi penting

Page 52: Penerapan Strategi Pq4r

Setelah melakukan proses membaca berita, saya menemukan beberapa informasi

yang terdapat dalam berita tersebut. Informasi-informasi itu di antaranya:

a. Sebuah pesawat Air France dengan nomor penerbangan AF639, terpaksa kembali

mendarat di Bandara Houston, Amerika Serikat

b. Kejadian itu terjadi pada Selasa, 3 Januari 2012

c. Pesawat berhenti selama 30 menit

d. Pesawat mendarat setelah ditemukannya sebuah telepon genggam yang diduga milik

penumpang sebelumnya

e. Sebagai dampak atas kejadian tersebut, pesawat terlambat 6 jam dari jadwal

semestinya

f. Kejadian tersebut bukan yang pertama, sebab pada Oktober 2011 lalu terjadi hal yang

serupa, pada saat itu yang tertinggal adalah sebuah kopor

Berdasarkan informasi yang berhasil saya tangkap, saya mencoba mengkritisi dan

memberikan gagasan baru mengenai berita tersebut, di antaranya:

a. Kejadian tersebut sangat langka terjadi di Indonesia mengingat watak ‘oknum

manusia’ Indonesia yang cenderung kurang bertanggung jawab

b. Jika kejadian tersebut terjadi di Indonesia, kemungkinan besar yang terjadi adalah

ponsel diambil oleh pihak yang tidak bertanggung jawab

c. Di Amerika sistem dan kinerja di bandara sangat bagus, yaitu dengan menggunakan

prosedur-prosedur yang baik, walaupun terjadi pendaratan darurat, prosedur yang

sesuai tetap dilaksanakan, seperti ketepatan waktu dan pemeriksaan keamanan

Selain beberapa informasi yang saya dapat dari berita tersebut, saya juga akan

memberikan kritik terhadap penulisan bertita, kritik tersebut di antaranya:

a. Di dalam berita tidak terdapat pernyataan dari salah seorang saksi yang terlibat dalam

kejadian tersebut, sehingga fakta yang terjadi terkesan kurang kuat

Page 53: Penerapan Strategi Pq4r

b. Paragraf terakhir dalam berita tidak padu, seharusnya diberi kalimat atau paragraf

penghubung agar antara satu paragraf terakhir dengan paragraf sebelumnya saling

berkaitan

TEKS 2:

Proses membaca artikel yang berjudul “Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial Di

Indonesia Pra Dan Pasca Runtuhnya Orde” dapat saya runtutkan sebagai berikut:

a. mempersiapkan bacaan

b. menerapkan model membaca timbal balik

c. menerapkan model membaca SQ3R dan close reading

d. menatap seluruh bacaan dengan pandangan lebar dan menyeluruh

e. meninjau, meneliti, mengkaji cara membaca bagian-bagian dari artikel

f. menyusun pertanyaan-pertanyaan

g. membaca artikel secara intensif dan menyeluruh

h. menceritakan kembali isi bacaan yang telaah dibaca dengan menggunakan kata-kata

sendiri

i. memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan dipahami

j. membaca ulang adalah kegiatan membaca ulang bacaan yang telah dibaca

k. menangkap dan memahami informasi secara intensif

l. mengingat dan mencatat informasi penting

Setelah melakukan proses membaca artikel, saya menemukan beberapa informasi

yang terdapat dalam berita tersebut. Informasi-informasi itu di antaranya:

a. Kerusuhan sosial yang terjadi di masyarakat, menurut para pakar sosial, disebabkan

karena adanya kesenjangan sosial

b. Kesenjangan sosial merupakan ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau

memanfaatkan sumber daya yang tersedia

Page 54: Penerapan Strategi Pq4r

c. Kesenjangan sosial terjadi karena dua faktor, yaitu internal (dari dalam diri manusia0

hal ini berupa rendahnya sumber daya manusia, yang kedua adalah faktor eksternal

(luar diri manusia) misalnya mengenai kebijakan pemerintah dan birokrasi

d. Masih terjadi perdebatan antara faktor mana yang paling kuat menjadi penyebab

kemiskinan, hal ini disebabkan karena banyaknya pihak-pihak yang mengungkapkan

hal ini atas dasar kepentingan subjektif

e. Munurut beberapa ahli, kesenjangan sosial juga disebabkan karena adanya himpitan

struktural, yaitu ‘si miskin’ cenderung stagnan berada di ‘garisnya’ hal ini bukan

karena mereka tidak berusaha, tetapi seolah seperti ada sistem terstruktur yang

mengahalangi ‘si miskin’ untuk berkembang

Berdasarkan informasi yang berhasil saya tangkap, saya mencoba mengkritisi dan

memberikan gagasan baru mengenai berita tersebut, di antaranya:

a. Seharusnya para pakar ekonomi dan sosial, khusunya sarjana-sarjana muda, memiliki

ide-ide baru yang dapat menanggulangi kesenjangan sosial

b. Para pakar tidak mengeluarkan pernyataan profokatif dan subjektif agar tidak

memperkeruh suasana

c. Perlu dibentuk birokrasi khusus untuk menanggulangi masalah kemiskinan dan

kesenjangan sosial di Indonesia, karena kemiskinan dan kesenjangan sosial di

Indonesia sudah terlalu ‘mendarah daging’

d. Perlunya perlindungan riil kepada si miskin, karena perlindungan berupa undang-

undang hanya merupakan formalitas belaka, pemerintah daerah seharusnya lebih

memerhatikan hal tersebut

e. Pembenahan sumber daya manusia perlu dilakukan dengan baik tanpa intervensi dari

kepentingan pihak apapun

Page 55: Penerapan Strategi Pq4r

Selain beberapa informasi yang saya dapat dari berita tersebut, saya juga akan

memberikan kritik terhadap penulisan bertita, kritik tersebut di antaranya:

a. Paragraf awal kurang mengungkapkan latar belakang penulisan, sehingga pembaca

kurang memiliki kerangka berpikir

b. Penyertaan sumber cukup jelas, yaitu berdasar pernyataan para ahli

6.1.4 Kendala dan Solusi dalam Membaca Teliti dan Pemahaman

TEKS 1:

Selama proses membaca, saya tidak mengalami kesulitan yang berarti. Hanya karena

bacaan saya peroleh dari internet, dan saya baca melalui layar notebook, jadi agak sulit untuk

mengoptimalkan pandangan mata secara menyeluruh untuk menatap seluruh bacaan.

Agar mudah memahami suatu bacaan, yang pertama pada dasarnya adalah kita

menyukai tema atau topik bacaan yang akan dibaca, setelah itu, kondisikan suasana

senyaman mungkin. Setelah hal-hal tersebut, kita juga harus menyesuaikan bacaan yang kita

baca dengan tujuan kita membaca. Apabila tujuan membaca kita adalah membaca teliti,

sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam, maka lebih baik jika menggunakan Metode

Membaca Timbal Balik (MMTB) dengan model kalimat. Metode kalimat dipilih mengingat

kita membaca intensif, jadi kita memusatkan perhatian pada kalimat demi kalimat agar

mendapat informasi mengenai artikel secara optimal.

TEKS 2:

Page 56: Penerapan Strategi Pq4r

Selama proses membaca, saya tidak mengalami kesulitan yang berarti. Hanya karena

bacaan saya peroleh dari internet, dan saya baca melalui layar notebook, jadi agak sulit untuk

mengoptimalkan pandangan mata secara menyeluruh untuk menatap seluruh bacaan.

Sedikit kesulitan adalah menerapkan metode PQ3R pada artikel tersebut, hal ini

disebabkan karena sulitnya memprediksi pertanyaan yang jawabannya terdapat pada bacaan.