penerapan pendekatan regionalisme pada fasad …

6
Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Vol. 01, No.01, September 2020: 1-6 1 PENERAPAN PENDEKATAN REGIONALISME PADA FASAD BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK IMPLEMENTATION OF REGIONALISM APPROACH TO FACADE OF LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT PASSENGER BUILDING TERMINAL Hanum Aninditasari S. 1 , Ratih Budiarti 2 , Dwi Rosnarti 3 1 Program Studi Arsitektur, Jakarta 2, 3 Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta *e-mail: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] ABSTRAK Bandar Udara Internasional Lombok sebagai salah satu gerbang utama wilayah Nusa Tenggara Barat dan sebagai tempat perpindahan antarmoda yang menggantikan peran Bandara Selaparang. Pendekatan Arsitektur Regionalisme dapat berfungsi menyatukan elemen Arsitektur tradisional daerah tersebut dengan Arsitektur modern sehingga suatu bagunan dapat menjadi penanda sebuah tempat dikarenakan mempunyai identitas dan karakter budaya lokal. Tujuan dilakukannya penelitian yaitu muncul gambar rancangan untuk memberikan identitas pada bangunan terminal penumpang Bandar Udara Internasional Lombok yang memiliki nilai – nilai budaya dan karakter Nusa Tenggara Barat pada fasad bangunan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif yaitu data diambil berdasarkan pada fenomena dan fakta yang ada. Upaya yang dapat dilakukan untuk menimbulkan karakter dan identitas budaya pada bangunan dilakukan dengan melalui bukaan fasad bangunan, material fasad bangunan dan komponen fasad, serta bentuk atap bangunan. Kata kunci : Bandara, Regionalisme, Fasad, Budaya ABSTRACT Lombok International Airport as one of the main gates of the West Nusa Tenggara region and as a place for intermodal displacement which replaced the role of Selaparang Airport. Architectural approach Regionalism can function to unite elements of traditional architecture of the area with modern architecture so that a building can be a marker of a place because it has the identity and character of local culture. The purpose of the research is to provide identity to buildings in the Lombok International Airport passenger terminal building to have the cultural values and character of West Nusa Tenggara in the building facade. The study was conducted with a qualitative descriptive method in which data was taken based on existing phenomena and facts. Efforts that can be made to bring about character and cultural identity in buildings are done through openings of building facades, building facade materials and facade components, and the shape of building roofs. Keywords : Airports, Regionalism, Facade, Culture A. PENDAHULUAN A.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sedang mengembangkan potensi daerah dalam bidang pariwisata. Pulau Lombok memiliki berbagai kekayaan alam dan peninggalan sejarah yang menarik bagi wisatawan dan saat ini sedang mengembangkan kawasan wisata baru untuk mempersiapkan diri mengadakan event Internasional yang ditargetkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN PENDEKATAN REGIONALISME PADA FASAD …

Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Vol. 01, No.01, September 2020: 1-6

1

PENERAPAN PENDEKATAN REGIONALISME PADA FASAD BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG

BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK

IMPLEMENTATION OF REGIONALISM APPROACH TO FACADE OF LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT

PASSENGER BUILDING TERMINAL

Hanum Aninditasari S.1, Ratih Budiarti2, Dwi Rosnarti3 1Program Studi Arsitektur, Jakarta

2, 3Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta *e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Bandar Udara Internasional Lombok sebagai salah satu gerbang utama wilayah Nusa Tenggara Barat dan sebagai tempat perpindahan antarmoda yang menggantikan peran Bandara Selaparang. Pendekatan Arsitektur Regionalisme dapat berfungsi menyatukan elemen Arsitektur tradisional daerah tersebut dengan Arsitektur modern sehingga suatu bagunan dapat menjadi penanda sebuah tempat dikarenakan mempunyai identitas dan karakter budaya lokal. Tujuan dilakukannya penelitian yaitu muncul gambar rancangan untuk memberikan identitas pada bangunan terminal penumpang Bandar Udara Internasional Lombok yang memiliki nilai – nilai budaya dan karakter Nusa Tenggara Barat pada fasad bangunan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif yaitu data diambil berdasarkan pada fenomena dan fakta yang ada. Upaya yang dapat dilakukan untuk menimbulkan karakter dan identitas budaya pada bangunan dilakukan dengan melalui bukaan fasad bangunan, material fasad bangunan dan komponen fasad, serta bentuk atap bangunan.

Kata kunci : Bandara, Regionalisme, Fasad, Budaya

ABSTRACT

Lombok International Airport as one of the main gates of the West Nusa Tenggara region and as a place for intermodal displacement which replaced the role of Selaparang Airport. Architectural approach Regionalism can function to unite elements of traditional architecture of the area with modern architecture so that a building can be a marker of a place because it has the identity and character of local culture. The purpose of the research is to provide identity to buildings in the Lombok International Airport passenger terminal building to have the cultural values and character of West Nusa Tenggara in the building facade. The study was conducted with a qualitative descriptive method in which data was taken based on existing phenomena and facts. Efforts that can be made to bring about character and cultural identity in buildings are done through openings of building facades, building facade materials and facade components, and the shape of building roofs.

Keywords : Airports, Regionalism, Facade, Culture

A. PENDAHULUAN A.1 Latar Belakang

Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sedang mengembangkan potensi daerah dalam bidang pariwisata. Pulau Lombok memiliki berbagai

kekayaan alam dan peninggalan sejarah yang menarik bagi wisatawan dan saat ini sedang mengembangkan kawasan wisata baru untuk mempersiapkan diri mengadakan event Internasional yang ditargetkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke

Page 2: PENERAPAN PENDEKATAN REGIONALISME PADA FASAD …

Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Hanum Aninditasari

2

Pulau Lombok khususnya dan Nusa Tenggara Barat umumnya. Perkembangan ini harus didukung dengan fasilitas umum yang memadai, salah satunya dibidang transportasi. Untuk menerima wisatawan baik domestik maupun internasional dibutuhkan fasilitas umum berupa bandar udara yang memadai sebagai gerbang masuk dan keluarnya para wisatawan.

A.2 Rumusan Masalah

Perkembangan zaman melalui arsitektur modern menyebabkan mulai lunturnya identitas dan karakter daerah pada suatu bangunan. Agar arsitektur tradisional tidak tersingkirkan oleh modernisasi maka arsitektur regionalisme muncul untuk menyatukan antara arsitektur yang lama dengan arsitektur yang baru. Bandar Udara Internasional Lombok yang berperan sebagai fasilitas umum pelayanan transportasi udara secara tidak langsung menjadi gerbang masuk menuju Pulau Lombok. Oleh karena itu, Fasad dari bangunan terminal penumpang Bandar Udara Internasional Lombok harus mencerminkan identitas dari daerah tersebut. Sehingga bangunan dapat memberikan kesan pertama bagi mereka yang datang dan memori bagi mereka yang pergi.

A.3 Pertanyaan Penelitian i. Bagaimana prinsip regionalisme diterapkan

ke komponen fasad Terminal Bandar Udara Internasional Lombok.

A.4 Tujuan Penelitian i. Untuk mengetahui penerapan prinsip

regionalisme pada fasad bangunan terminal bandar udara internasional lombok.

B. STUDI PUSTAKA B.1 Pendekatan Arsitektur Regionalisme Penggunaan Regionalisme pada bangunan adalah untuk membuat bangunan yang bersifat abadi dan memiliki identitas. Regionalisme merupakan peleburan atau penyatuan arsitektur lama dan arsitektur baru (Curtis,1985) (sumber: buku Regionalisme, Sebuah Harapan). Menurut

Ozkan (1985) Regionalisme terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yakni : 1. Concrete Regionalism, meliputi semua

pendekatan kepada ekspresi regional/daerah dengan mecontoh sebagaian atau keseluruhan bangunan daerah tersebut.

2. Abstract Regionalism, yakni menekankan pada penggabungan unsur dan kualitas yang bersifat abstrak pada bangunan.

Prinsip perancangan Regionalisme yang dapat mendukung dalam (Canizaro B.Vincen, 2013), dengan kriteria; 1. Mengacu pada tradisi setempat, 2. Merespon iklim setempat, 3. Penggunaan Material lokal

B.2 Fasad Bangunan Dalam bidang arsitektur facade berarti sebuah wajah bangunan atau bagian muka atau depan suatu bangunan. Fasad merupakan elemen yang penting dalam arsitektur karena dapat meninggalkan kesan bagi yang melihatnya. “Fasad merupakan ekspresi visual yang pertama kali dapat diapresiasi publik.” (Suparno, 2013) Fasad merupakan identitas dari sebuah bangunan yang dapat memperlihatkan karakteristik dari fungsi bangunan melalui gaya arsitektur yang diaplikasikan pada bangunan tersebut. Fasad dapat digunakan sebagai penanda bagi orang yang melihat terkait lingkungan sekitarnya. Menurut Krier (1988), elemen Pembentuk fasad, terdiri dari pintu, jendela, dinding, atap, dan sun shading. Menurut Lippsmeier (1980:74-90) elemen fasad bangunan yaitu atap, dinding dan lantai. Komposisi fasad terkait warna, bentuk, proporsi, irama, tekstur juga berperan membentuk fasad. Jadi, komponen pembentuk fasad yang perlu diperhatikan adalah 1. Bukaan (pintu, jendela, ventilasi); 2. Atap; 3. Ornamen (sunshading, railing,dsb.); dan 4. Komposisi (warna, bentuk, proporsi, irama,

tekstur)

C. METODE

C.1 Pendekatan Kualitatif Metode pendekatan dalam pengambilan

data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan

Page 3: PENERAPAN PENDEKATAN REGIONALISME PADA FASAD …

Vol. 01, No.01, September 2020: 1-6 Penerapan Pendekatan Regionalisme Pada Fasad Bangunan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Lombok

3

pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang melihat fenomena (Groat, L., dan Wang, D., 2002). Metode Kualitatif adalah sebuah penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam kontak sosial secara alami dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Fenomena dalam hal ini berada pada konteks lokasi dan kebudayaan Pulau Lombok.

C.2 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data yaitu berasal dari data primer yang diperoleh dari literatur, kajian, jurnal yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas, serta hasil studi banding mengenai subjek yang diteliti. Terdapat data sekunder diperoleh dari survey lapangan ke lokasi dan bangunan Bandar Udara Internasional Lombok.

C.3 Proses Pengambilan Data

Pengambilan data yang dilakukan pada tahap awal yaitu melalui studi literatur mengenai arsitektur regionalisme dan teori - teori pembentukan fasad bangunan. Pengambilan data dilakukan dengan memperhatikan nilai – nilai kebudayaan dan karakter arsitektural bangunan asli Lombok. Data tersebut akan menjadi acuan analisis untuk mendapatkan kriteria - kriteria perancangan pada arsitektur regionalisme yang dapat diterapkan pada fasad. Hasil analisis akan dijadikan acuan penentuan fasad bangunan terminal penumpang Bandar Udara Internasional Lombok yang memiliki identitas regional.

D. PEMBAHASAN

D.1 Identifikasi Kriteria Regionalisme terhadap Pulau Lombok Kriteria regionalisme yaitu tradisi, iklim,

dan material lokal akan dikaitkan ke lokasi bangunan yaitu Pulau Lombok. Kriteria Tradisi mencangkup kepercayaan suku sasak, bentuk bangunan adat, corak tenun sasak, dan kondisi eksisting bangunan bandara saat ini. Suku sasak mempunyai tradisi dimana membuat pintu berukuran kecil sehingga ketika masuk harus merunduk sebagai bentuk menghormati.

Suku sasak juga percaya akan 3 tingkatan ke hidupan yaitu, lahir, berkembang dan mati. Karakter Pulau Lombok yang menonjol dan menjadi ciri khas daerah setempat dapat di lihat dari bentuk bangunan suku sasak dan corak tenun sasak.

Gambar 1. Bentuk Lumbung Suku Sasak

(Sumber : https://www.adaeventsasia.com, diunduh 1 Nov 2019 Pukul 09.35)

Keterangan: Bentuk Atap Lumbung dapat menjadi bentuk dasar yang dimodifikasi dalam pengaplikasiannya.

Gambar 2. Corak Tenun Suku Sasak Motif Subahnale

(Sumber : http://portalindonesianews.com, diunduh 1 Nov 2019 Pukul 10.04)

Keterangan: Pulau Lombok memiliki corak khas yang menunjukan identitas mereka. Motif Subahnale berupa susunan geometris segi enam seperti sarang lebah dengan isian bunga.

Bangunan Bandar udara Lombok saat ini kapasitasnya akan bertambah sehingga akan ada penambahan bangunan dan diperlukan adanya keselarasan fasad bangunan terminal lama dengan bangunan terminal yang baru.

Gambar 3. Fasad Bandara Lombok Saat ini

(Sumber : http://beritatrans.com, diunduh 1 Nov 2019 Pukul 10.57)

Keterangan: fasad bandara lombok saat ini telah mengambil bentuk lumbung sebagai penanda identitas dan memadukannya dengan pola lengkung yang berulang.

Page 4: PENERAPAN PENDEKATAN REGIONALISME PADA FASAD …

Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Hanum Aninditasari

4

Kriteria Regionalisme terkait iklim terhadap pulau lombok adalah bangunan dapat merespon kondisi iklim tropis Indonesia yang berarti kondisi hujan dan panas. Kriteria regionalisme terkait penggunaan material lokal mengacu pada kondisi di desa sade. Desa Sade yang dihuni Suku Sasak masih sangat alami dengan menggunakan kayu dan bambu sebagai struktur bangunan serta batu alam sebagai pondasi. Menggunakan material – material alami seperti kayu, batu alam, dan alang-alang.

D.2 Penerapan Regionalisme pada Fasad

Bangunan Prinsip Regionalisme yang diterapkan pada

rancangan desain fasad bandar udara internasional Lombok diantaranya; 1. Mengacu pada tradisi setempat

Tabel 1: Penerapan Tradisi pada komponen fasad

Keterangan: mengacu pada tradisi suku sasak di mana pintu masuk dibuat rendah dan kecil dibandingkan bidangnya sebagai bentuk saling menghargai.

b. Atap bangunan

Gambar 5. Atap Bandara Internasional Lombok (Sumber : Analisa Pribadi, 2019)

Keterangan: Atap bangunan terminal penumpang bandara menggunakan atap dengan bentuk Lumbung yang di modifikasi sebagai pemberi identitas dan karakter Pulau Lombok pada bangunan. Pola Lengkung dari bangunan lama di aplikasikan ke bangunan baru untuk memberikan kesatuan pada bangunan.

c.

Jika dilihat pada

tabel 1 penerapan kriteria

Gambar 6. Ornamen pada list atap dan kolom (Sumber : Analisa Pribadi, 2019)

Keterangan: ornamen dengan corak tenun subahnale khas sasak yang dimodifikasi menjadi ornamen pada atap teras keberangkatan dan menjadi nilai estetika pada kolom penyangga atap.

d. Komposisi

regionalisme yakni mengacu pada tradisi setempat dapat diuraikan seperti berikut; a. Bukaan (pintu)

Gambar 4. Bukaan pintu masuk bangunan (Sumber : Analisa Pribadi, 2019)

Gambar 7. Komposisi Atap

(Sumber : Analisa Pribadi, 2019) Keterangan: Komposisi atap utama yang memiliki 3 undakan melambangkan 3 tingkatan kehidupan. Ada pengulangan bentuk atap lumbung Memenuhi ciri bangunan regionalisme dimana terdapat pengulangan bentuk dan adanya proporsi berupa perbedaan ketinggian ujung atap.

Ornamen

Regionalisme

Fasad

MENGACU PADA TRADISI

SETEMPAT

Bukaan (Pintu, Jendela)

Ukuran pintu kecil karena pengaruh tradisi suku sasak

Atap Atap menggunakan atap khas Lombok yaitu atap Lumbung

Ornamen Ornamen pinggir atap dengan corak tenun sasak

Komposisi (Warna, bentuk, Irama, Tekstur)

Komposisi Atap mengacu pada kepercayaan suku sasak,

dan adanya pengulangan bentuk dan pola

Page 5: PENERAPAN PENDEKATAN REGIONALISME PADA FASAD …

Vol. 01, No.01, September 2020: 1-6 Penerapan Pendekatan Regionalisme Pada Fasad Bangunan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Lombok

5

Bahan sirap

Ba Glu Tim

Talang

2. Merespon Iklim Setempat

Tabel 2: Penerapan Iklim pada komponen fasad

Regionalisme Fasad

MERESPON IKLIM

SETEMPAT

Bukaan (Pintu, Jendela)

Penggunaan Kaca teknologi double glass

Atap Penggunaan atap dengan kemiringan dan talang

Ornamen -

Komposisi (Warna, bentuk, Irama, Tekstur)

-

Jika dilihat pada tabel 2 penerapan kriteria regionalisme yakni, merespon iklim setempat dapat diuraikan seperti berikut; a. Bukaan (jendela)

(Sumber : Analisa Pribadi, 2019) Keterangan : Bangunan meminimalisir penggunaan atap datar dan memaksimalkan penggunaan atap dengan kemiringan, sehingga air hujan dapat diolah dan digunakan kembali.

3. Penggunaan Material Lokal

Tabel 3: Penerapan Material lokal pada komponen fasad

Regionalisme Fasad

PENGGUNAAN

MATERIAL LOKAL Bukaan (Pintu, Jendela)

-

Atap

Rangka atap menggunakan kayu dan bahan sirap sebagai penutup atap

Ornamen -

Komposisi (Warna, bentuk, Irama, Tekstur)

Dominasi warna alam

Jika dilihat pada tabel 3 penerapan kriteria regionalisme yakni, penggunaan material lokal setempat dapat diuraikan seperti berikut; a. Atap Bangunan

han lam ber

Gambar 8. Desain Fasad dengan Double Glass (Sumber : Analisa Pribadi, 2019)

Keterangan : Fasad terminal bandara akan didominasi oleh penggunaan kaca namun dipadukan dengan teknologi double glass dimana bangunan akan tetap memanfaatkan cahaya alami namun tetap mereduksi energi panas yang masuk ke bangunan.

b. Atap Bangunan

Gambar 9. Atap Miring dengan Talang

Gambar 9. Bahan Kompenen Atap (Sumber : Analisa Pribadi, 2019)

Keterangan: Struktur Rangka Kayu dengan kayu fabrikasi yaitu glulam, dan material penutup atap menggunakan sirap.

b. Komposisi (warna)

Gambar 11. Tampak Depan Fasad Bandara Lombok (Sumber : Analisa Pribadi, 2019)

Keterangan : Dominasi warna pada komposisi fasad adalah warna coklat, menyelaraskan dengan warna naturan kayu yang digunakan sebagai struktur atap lumbung. Dominasi warna diarahkan ke warna alam dengan kesan natural.

Page 6: PENERAPAN PENDEKATAN REGIONALISME PADA FASAD …

Jurnal Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan Hanum Aninditasari

6

E. KESIMPULAN

Penerapan prinsip regionalisme telah dicoba diterapkan ke komponen fasad terminal penumpang bandara internasional lombok. Tujuannya sebagai upaya pemberian karakter dan identitas daerah. Penerapan prinsip regionalisme pada fasad terkait tradisi/budaya telah maksimal dilakukan, sedangkan terkait iklim dan penggunaan material lokal masih belum maksimal. Penerapan Regionalisme pada fasad sangat terlihat melalui bentuk atapnya. Kendala dalam menerapkan aspek regionalisme pada kasus ini adalah fungsi bandara telah memiliki peraturannya sendiri, bangunannya yang membutuhkan bentang lebar, dan acuan karakter bangunan setempat yang berbeda dari segi skala membuat penerapan pada fasad terbatas. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan prinsip regionalisme pada fasad dengan memperhatikan tipologi bangunan, dan budaya setempatnya.

F. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya yang telah mendukung baik moral maupun materil. Selain itu saya ucapkan terima kasih kepada Ir. Ratih Budiarti, MT dan Ir. Dwi Rosnarti, MT selaku pembimbing utama dan pembimbing pendamping Tugas Akhir yang telah membantu dan membimbing saya menyelesaikan jurnal ini di jurusan Arsitektur Universitas Trisakti.

REFERENSI Broadbent, Geoffrey. (1973). Design in

Architecture. John Wiley & Sons. Chichester. New York.

Canizaro, Vincent B. (2007). Architectural Regionalism: Collected Writings on Place, Identity, Modernity and Tradition. Canada: Princeton Architectural Press.

Groat, L., dan Wang, D. (2002). Architectural Research Method. John Wiley Son, Inc. New York.

Suparno, M. Sastra (2013). Inspirasi Fasade Rumah Tinggal. C.V Andi Offset. Yogyakarta .

Wondoamiseno, RA. (1991). Regionalisme: dalam Arsitektur Indonesia Sebuah Harapan. Yogyakarta.