r & g ==peran singapura dalam regionalisme asia

Upload: dekris-baspunk-dido

Post on 07-Jan-2016

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lyhgjhvlirfdjhdk

TRANSCRIPT

PERAN SINGAPURA DALAM REGIONALISME ASIATENGGARAPosted onJanuary 26, 2015byniasitiratnasariStandard

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Studi Regionalisme lebih menekankan pada bentuk interaksi kerjasama dari negara-negara yang berdekatan secara geografis. Wujudnya bisa dalam bentuk organisasi regional. Dalam analisisnya secara mendalam, regionalisme lebih melihat pada proses-proses yang melatarbelakangi terbentuknya kerjasama regional tersebut. Daya ikat apa yang pada akhirnya menyatukan negara-negara dalam suatu wadah kerjasama regional.

Pengertian dari region yaitu wilayah yang jelas teridentifikasi meskipun sebenarnya untuk wilayah tersebut relatif tergantung konteks waktu selain itu unsur yang mendorong identifikasi diri adalah secara sejarah dan juga geografisnya serta aktivitas yang dilakukan terutama di bidang ekonomi. Contohnya saja Indonesia, Malaysia dan Singapura masuk ke dalam region Asia Tenggara karena mempunyai kesamaan geografis. Kriteria lain yang digunakan untuk menentukan kesamaan region selain geografis yaitu sejarah, politik/militer, dan ekonomi. Dalam kriteria ekonomi, suatu region bisa disebut region ekonomi jika region tersebut terbentuk akibat pola perdagangan dan berbagai ikatan ekonomi lainnya yang secara relatif insentif diantara negara-negara yang ada didalamnya.

Sedangkan regionalisasi dan regionalisme merupakan dua istilah yang hampir sama artinya. Regionalisasi yaitu merupakan dinamika dalam suatu wilayah yang membentuk identifikasi yang sama tapi belum tentu regionalisme. Maksud dari identifikasi yang sama yaitu adalah identitasnya yang kemudian bersatu. Biasanya regionalisasi ini berwujud sebagai kerjasama-kerjasama.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui peranan Singapura dalam regionalisme di Asia Tenggara. Makalah ini juga dibentuk untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Singapura dalam regionalisme di Asia Tenggara, identitas, organisasi yang diikuitinya serta kerjasama yang dilakukan dan kerjasama ekonomi dalam kawasan tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Maka dari itu, berikut adalah beberapa rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :

1. Bagaimanakah analisis Singapura, sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara?

2. Apa pengertian dari region, regionalisme dan regionalisasi ?

3. Organisasi regional apa saja yang terdapat di kawasan Asia Tenggara?

4. Apa peranan Singapura dalam Makro dan Mikro regionalisme Asia Tenggara ?

5. Apakah terdapat regional security di kawasan Asia Tenggara dan apa peranan Singapura didalamnya?

6. Bagaimana peran Singapura pada konteks ekonomi (regional monetary) di kawasan Asia tenggara ?

7. Apa yang menjadi regional identity dari kawasan Asia Tenggara juga identitas Singapura sebagai bagian dari Asia tenggara?

1.4 Metode Penyusunan

Dalam pembuatan makalah ini Penulis memperoleh bahan dari pembelajaran yang dilakukan selama mata kuliah regionalisme yang berlangsung serta menggunakan metode studi pustaka dari buku regionalisme, ASEAN, dan buku Hubungan Internasional di kawasan asia Tenggara serta melalui media elektronik, agar bahan penyusunan makalah ini semakin lengkap.

1.5 Landasan Teori

Teori Regionalisme Istilah region dan regionalism masih belum mempunyai definisi yang baku. Perdebatan masalah definisi tersebut muncul pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an. Regionalisme sering diartikan sebagai derajat kepaduan sosial (etnik, bahasa, agama, budaya, sejarah), ekonomi (perdagangan), politik (tipe rezim, ideologi), dan organisasional (institusi regional formal). Seperti yang dikatakan John Ravenhill dalam artikelnya Regionalism, Hurrell juga mengatakan bahwa tidak ada regionalisme yang terjadi secara alami. Semua kawasan merupakan sebuah konstruksi sosial sehingga tidak mudah untuk mendefinisikannya. Definisi setiap kawasan bisa berbeda tergantung konteks masalah dan pembentukannya.

Konsep regionalisme bisa dibedah dalam lima kategori, yaitu:

1. Regionalisasi

Regionalisasi adalah pertumbuhan integrasi sosial di dalam suatu kawasan dan proses interaksi sosial dan ekonomi secara tidak langsung. Ada yang menyebutnya sebagai proses ekonomi yang berdampak kepada adanya ketergantungan di antara negara-negara dalam suatu kawasan yang given. Pemikir lama mengatakannya sebagai integrasi informal sedangkan pemikir kontemporer mengatakannya sebagai soft regionalism. Kata kunci dari regionalisasi adalah migrasi, pasar, jaringan sosial. Ketiga hal tersebut dapat meningkatkan interaksi yang mengikat negara-negara dan membentuk kawasan baru yang lintas batas.

2. Identitas dan kekhawatiran regional

Emmanuel Adler memberikan sebuah istilah cognitive regions. Menurutnya, kawasan itu seperti bangsa, merupakan komunitas yang diimajinasikan yang mempunyai wilayah tertentu dan mengabaikan yang lain. Jadi, ada persepsi tentang kepemilikan bersama terhadap sebuah komunitas berdasarkan faktor internal yaitu kesamaan budaya, sejarah, atau tradisi relijius dan faktor eksternal karena menganggap ada ancaman keamanan yang sama atau budaya dari luar kawasan.

3. Kerjasama antarnegara dalam satu kawasan

Aktivitas regionalisme antara lain mencakup negosiasi dan konstruksi kerjasama antarnegara atau antarpemerintahan atau rezim. Regionalisme bisa dijadikan sebagai cara merespon tantangan eksternal, meningkatkan kesejahteraan, menciptakan nilai-nilai bersama, dan menyelesaikan masalah bersama.

4. Integrasi regional yang dipromosikan oleh negara

Peter Smith memberikan beberapa dimensi untuk menggambarkan integrasi regional ekonomi, yaitu scope (isu), depth (harmonisasi kebijakan), institusionalisasi, dan sentralisasi (otoritas efektif). Pada awalnya, integrasi berkonsentrasi pada eliminasi penghambat perdagangan dan pembentukan kemudahan mobilisasi barang, jasa, modal, dan manusia.

5. Kohesi regional

Kohesi regional merupakan kemungkinan yang dapat terjadi apabila keempat kategori sebelumnya bisa terpenuhi. Kohesi memiliki dua arti. Pertama, ketika suatu kawasan memainkan peran penting dalam hubungannya dengan negara atau dengan aktor lain. Kedua, ketika suatu kawasan membentuk basis yang terorganisasi untuk mengambil kebijakan dalam setiap isu.

Analisis teoritik untuk regionalisme yaitu:

1) Teori sistemik atau struktural

Terdapat dua teori sistemik yang signifikan. Pertama, teori neorealis yang menekankan kepada sistem internasional yang anarki dan pentingnya kompetisi kekuatan politik. Kedua, teori interdependensi struktural dan globalisasi yang menekankan kepada sistem internasional yang senantiasa berubah karakternya dan dampaknya terhadap perubahan ekonomi dan teknologi.

2) Teori regionalisme dan interdependensi

Teori ini melihat ada keterkaitan antara regionalisme dan ketergantungan regional sebagai oposisi ketergantungan global. Terdapat tiga teori:

Neofungsionalisme

Peningkatan level interdependensi yang tinggi akan menciptakan gerakan yang pelan tapi pasti kepada kerjasama yang mengarah pada integrasi politik. Institusi supranasional dilihat sebagai cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah bersama. Integrasi tersebut akan menimbulkan efek spillover. Pertama, functional spillover yaitu integrasi parsial di satu bidang dan meningkatnya kompleksitas kerjasama akan mendorong terjadinya kerjasama di bidang lain. Kedua, political spillover yaitu keberadaan institusi supranasional akan menciptakan kesadaran untuk memperkuat diri dalam institutional building.

Neoliberal institusionalisme

Teori ini adalah teori yang paling masuk akal dan paling berpengaruh untuk menjelaskan kemunculan regionalisme. Analisisnya adalah semakin tinggi tingkat ketergantungan maka akan memicu kebutuhan akan adanya kerjasama internasional. Menurut Keohane, institusi dianggap sebagai solusi yang menjanjikan untuk berbagai macam masalah kolektif. Namun demikian, teori ini dianggap statis karena hanya fokus kepada negara sebagai entitas yang egois yang bisa diajak bekerjasama. Bergabungnya suatu negara menjadi anggota institusi tertentu juga dianggap membawa keuntungan bagi negaranya. Walaupun kepentingan kolektif menjadi yang utama, namun selanjutnya akan tetap memberikan manfaat bagi kepentingan negara anggota.

Konstruktivisme

Teori ini fokus kepada identitas dan kekhawatiran regional seperti yang sudah dijelaskan di atas, atau disebut juga dengan regionalisme kognitif.

3) Teori level domestik

Teori ini fokus kepada peranan pembagian atribut atau karakter domestik. Seperti Karl Deutsch, yang ditekankan adalah pentingnya kecocokan dan relevansi nilai terhadap pengambilan keputusan dalam komunitas keamanan di suatu kawasan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Singapura

Singapura nama resminya Republik Singapura, adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Terletak di bagian tenggara Asia yaitu pada 136,8 km utara khatulistiwa, di antara garis lintang 103 38 Bujur Timur dan 104 06 Bujur Timur, serta merupakan pulau yang terletak di antara Indonesia dan Malaysia. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia[1]dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.[2]Singapura memiliki sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid.[3]42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa.[4][5]Negara ini adalah yang terpadat kedua di dunia setelah Monako.[6]A.T. Kearney menyebut Singapura sebagai negara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006.[7]Sebelum merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu.[8]Setelah merdeka, investasi asing langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasi berdasarkan rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi Singapura saat ini.[9]Economist Intelligence Unit dalam Indeks Kualitas Hidup menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia.[10]Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia.[11]Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju.[12]

HYPERLINK "https://niasrs.wordpress.com/category/regionalisme/" \l "_edn13" [13]Setelah PDB-nya berkurang -6.8% pada kuartal ke-4 tahun 2009,[30] Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010.[14]Singapura terdiri dari 63 pulau, termasuk daratan Singapura. Pulau utama sering disebut Pulau Singapura tetapi secara resmi disebut Pulau Ujong (Melayu: berarti pulau di ujung daratan (semenanjung)). Terdapat dua jembatan buatan menuju Johor, Malaysia: JohorSingapore Causeway di utara, dan Tuas Second Link di barat. Pulau Jurong, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Pulau Sentosa adalah yang terbesar dari beberapa pulau kecil di Singapura. Titik alami tertinggi adalah Bukit Timah Hill dengan tinggi 166 m (545 kaki).[15]Singapura memiliki banyak proyek reklamasi tanah dengan tanah diperoleh dari bukit, dasar laut, dan negara tetangga. Hasilnya, daratan Singapura meluas dari 581,5 km2 (224.5 mil) pada 1960-an menjadi 704 km2 (271.8 mil) pada hari ini, dan akan meluas lagi hingga 100 km2 (38.6 mil) pada 2030.[16]Proyek ini kadang mengharuskan beberapa pulau kecil digabungkan melalui reklamasi tanah untuk membentuk pulau-pulau besar dan berguna, contohnya Pulau Jurong.

Singapura memiliki ekonomi pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di sekitar perdagangan entrept. Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura adalah satu dari Empat Macan Asia. Ekonominya sangat bergantung pada ekspor dan pengolahan barang impor, khususnya di bidang manufaktur yang mewakili 26% PDB Singapura tahun 2005[17]dan meliputi sektor elektronik, pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis. Tahun 2006, Singapura memproduksi sekitar 10% keluaran wafer dunia.[18]Singapura memiliki salah satu pelabuhan tersibuk di dunia dan merupakan pusat pertukaran mata uang asing terbesar keempat di dunia setelah London, New York dan Tokyo. Bank Dunia menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia. Ekonomi Singapura termasuk di antara sepuluh negara paling terbuka,[19]kompetitif dan inovatif di dunia. Dianggap sebagai negara paling ramah bisnis di dunia,[20]Ratusan ribu ekspatriat asing bekerja di Singapura di berbagai perusahaan multinasional. Terdapat juga ratusan ribu pekerja manual asing.

Singapura memperkenalkan Pajak Barang dan Jasa (GST) dengan nilai awal 3% pada 1 April 1994 yang menambah pendapatan pemerintah hingga S$1,6 miliar (US$1 miliar, 800 juta) dan menyeimbangkan keuangan pemerintah. Nilai GST ditingkatkan menjadi 4% pada 2003, 5% pada 2004, dan 7% pada 1 Juli 2007.

Banyak perusahaan di Singapura terdaftar sebagai perusahaan berkewajiban terbatas swasta (umumnya disebut perseroan terbatas swasta). Sebuah perseroan terbatas swasta di Singapura adalah entitas hukum terpisah dan pemegang saham tidak berkewajiban atas utang perusahaan yang melebihi jumlah modal saham yang ditanamkan.

2.2 Pengertian Region, Regionalisme, dan regionalisasi

2.2.1 Pengertian Region

Region yaitu wilayah yang jelas teridentifikasi meskipun sebenarnya untuk wilayah tersebut relatif tergantung konteks waktu selain itu unsur yang mendorong identifikasi diri adalah secara sejarah dan juga geografisnya serta aktivitas yang dilakukan terutama di bidang ekonomi.

Maraknya kerjasama yang dilakukan oleh Negara-negara dalam konteks regional, memunculkan konsep-konsep baru dalam ilmu Hubungan Internasional, yaitu konsep region, regionalism, regionalisation. Meskipun berbeda, ketiga konsep tersebut menunjukkan adanya perlambangan dalam ilmu Hubungan Internasional dalam menelaah kerjasama Negara dalam tingkat regional. Negara-negara sendiri bekerjasama dalam tingkat regional karena dodorong oleh dua hal. Yang pertama, perkembangan kerjasama regional ini merupakan sebuah respon terhadap globalisasi untuk melindungi Negara-negara yang tiak siap untuk menghadapi global civil society, governance, globality. Faktor pendorong kedua adalah adanya spill-over effect, yang menurut neo-funcionalist menyebabkan adanya perluasan kerjasama secara linier dengan bertambahnya bidang kerjasama secara linier dengan bertambahnya bidang kerjasama yang di dukung oleh kaum teknokratis dan dukungan masyarakat. Dorongan-dorongan tersebut menyebabkan semakin signifikannya keberadaan kerjasama dalam konteks regional, yang menjadikannya penting untuk dibahas lebih lanjut.

Dalam beberapa konteks, istilah region hanya mengacu pada batas geografis, biasanya didefensikan sebagai kelompok dari beberapa Negara yang berada pada wilayah yang sama dalam peta. Bentuk region yang seperti ini biasaberbentuk daratan luas, atau sekelompok Negara-negara yang saling berdekatan. Namun konsep region yag seperti ini kurang menjelaskan interaksi dan kemungkinan untuk membentuk kerjasama. Karena itu, muncul lagi pengertian konsep region dari perspektif lain yang melihat bahwa region merupakan suatu unit atau zona yang terdiri dari sekumpulan Negara-negara atau wilayah yang anggotanya mempunya identifikasi pola perilaku yang sama. Unit ini lebih kecil dari system kumpulan Negara-negara internasional,namun lebih besar dari ranah setiap Negara. Unit ini ada yang bersifat permanen dan sementara, ada juga yang terinstitusionalisasi dan tidak terinstitusionalisasi.

Pendekatan lain mendefinisikan konsep region sebagai komunitas imajiner, yang terdiri dari Negara-negara atau manusia yang bersatu atas dasar persamaan pengaaman dan identitas, juga kebiasaan dan praktik dalam kehidupan. Pendekatan ini dipakai oleh Joseph Nye dalam mendefinisikan region sebagai kelomok Negara-negara yang saling berhubngan dalam konteks hubungan geografis dan hubugan saling ketergantungan. Setiap region baik yang mendefiniskan dirinya sendiri atau yang didefinisikan oleh pihak lain, sama-sama mempunyai karakteristik- karakteristik yang telah dijelaskan sebelumnya, meskipun biasanya mempunyai perbedaan dari segi jumlah dan kombinasi dari karakteristiknya.

Singapura merupakan salah satu negara yang berada dalam Region Asia Tenggara.

Batas-batas Negara Singapura adalah :

Sebelah utara berbatasan dengan Selat Johor

Sebelah timur berbatasan dengan Laut China Selatan

Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Singapura

Sebelah barat berbatasan dengan Selat Malaka

2.2.2 Pengertian Regionalisme

Regionalisme merupakan istilah yang menyiratkan pada sebuah kebijakan dimana aktor-aktor Negara dan non-negara bekerjasama dan mengordinasikan strategi dalam regionnya. Dengan kata lain, reigionalisme ini mengacu pada kebijakan atau projek yang dihasilkan oleh negara-negara dalam konteks regional. Tujuan dari regionalism adalah untuk meraih dan mempromosikan tujuan yang sama dalam satu atau lebih permasalahan. Pengertian ini memiliki beberapa rentang, mulai dari soft regionalism yang mengacu pada promosi rasa kebersamaan dalam kesadaran regional dan komunitas serta konsolidasi kelompok dan jaringan regional, hingga hard regionalism yang mengacu pada usaha untuk mewadahi kelompok subregional yang diformalisasikan oleh kesepakatan antar Negara dan oganisasi. Adanya rentang tersebut menunjukan bahwa dalam regionalisasi ada proses pendalaman atau deepending process dan proses proses perluasan atau broadening process. Regionalisme memang berdampak pada berkurangnya otoritas Negara, tetapi tidak sama sekali menghilangkan negaranya.

Regionalisme dapat mempromosikan terbentuknya komunitas dan berbagai kerjasama dalam bidang ekonomi,politik,social dan keamanan. Selain itu, regionalisme juga dapat mengkonsolidasikan proses pembangunan Negara atau state building dan demokratisasi, meningkatkan transparansi, serta membuat Negara dan institusi menjadi lebih akuntabel. Oleh sebab itu, menurut Fawcett, regionalisme dapat bekerja dengan lebih baik dalam lingkungan demokratis,dimana masyarakat sipil dapat berperan lebih aktif.

Salah satu contoh dari regionalisme adalah ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA), yang merupakan sebuah kesepakatan yang berisi protocol untuk mengatur perdagangan barang dalam proyek integrasi kerjasama perdagangan bebas dalam bidang ekonomi antar Negara Negara ASEAN. ATIGA merupakan kebijakan yang dibuat dalam rangka melaksanakan proyek pengurangan tariff perdagangan dalam ASEAN Economic Community (AEC). Kebijakan dan proyek ini dibuat untuk meningkatkan kompetensi ASEAN dalam menghadapi lingkungan ekonomi yang kian kompetitif. Melalui kebijakan ini, Negara ASEAN dipaksa untuk melakukan integrasi dan pengerucutan fokus perdagangan dalam ranah region, sehingga membentuk sebuah komunitas ekonomi dalam wilayah Asia Tenggara.

Soft RegionalismSoft regionalism yang mengacu pada promosi rasa kebersamaan dalam kesadaran regional dan komunitas serta konsolidasi kelompok dan jaringan regional. Pada awal berdirinya ASEAN pada 8 Agustus 1967, ASEAN tidak memiliki sebuah Charter yang berfungsi sebagai konstitusi ASEAN. ASEAN berdiri dengan didasarkan sebuah Deklarasi, yaitu Deklarasi Bangkok. Namun demikian, dalam perkembangannya dirasakan perlu untuk membuat suatu Charter yang berfungsi sebagai konstitusi ASEAN dan menegaskan legal personality dari ASEAN. Pada akhirnya, ASEAN Charter telah disetujui dan ditandatangani oleh para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-13 di Singapura, November 2007. ASEAN yang telah lebih dari 40 tahun menjalin kerjasama atas dasar kesukarelaan. Sejak didirikan tahun 1967, ikatan ASEAN bersifat longgar, walaupun ASEAN telah memperlihatkan keberhasilannya selama 41 tahun dalam menjaga stabilitas keamanan regional. Piagam ASEAN pada dasarnya mendorong integrasi ekonomi, memperkuat prinsip demokrasi, perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) dan lingkungan. Kerjasama dalam wilayah ASEAN dewasa ini mulai difokuskan untuk membentuk komunitas ASEAN pada 2015, atau sekitar 6 tahun dari sekarang. Komunitas ASEAN merupakan upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dan untuk menyesuaikan cara pandangnya agar dapat lebih terbuka dalam menghadapi perkembangan politik internasional

Hard RegionalismHard regionalism yang mengacu pada usaha untuk mewadahi kelompok subregional yang diformalisasikan oleh kesepakatan antar Negara dan oganisasi. Dimana pada tahun 2007 bisa dikatakan bersejarah bagi ASEAN. Kawasan ini memiliki tampilan baru. Ada harapan ASEAN akan terstruktur dan tersistematis. Semua itu ditandai dengan ditandatanginya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) sebagai kerangka konstitusi bersama ASEAN.

Keberadaan sebuah piagam agar bisa lebih mengikat negara-negara anggota sebenarnya sudah cukup lama dikumandangkan di kalangan pemikir ASEAN. Akan tetapi, baru pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tahun 2003 di Bali, keinginan ASEAN untuk memiliki sebuah piagam bersama itu mulai dikonkretkan.

Ibarat sebuah perusahaan yang harus memiliki status hukum yang jelas, apakah itu perseroan terbatas (PT) atau perusahaan dagang (PD), ASEAN sebagai organisasi regional yang sudah berusia 40 tahun ini memang sudah seharusnya punya status hukum. Idealnya, dengan adanya status hukum itu, ASEAN lebih punya keleluasaan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, khususnya kalangan pebisnis. Dia (ASEAN) juga bisa memiliki aset, visi, dan misi, serta alat/perangkat untuk mewujudkan visi dan misinya tersebut.

Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN. Malah, piagam itu sesungguhnya makin mengekalkan banyak kebiasaan lama. Misalnya, pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi tempat tertinggi untuk pengambilan keputusan jika konsensus tidak tercapai atau jika sengketa di antara anggota terjadi.

Meski demikian, piagam tersebut hadir di saat yang pas, yaitu ketika kawasan Asia Tenggara ini terus berubah dan negara-negara ASEAN semakin memperluas cakupan kerja sama yang lebih kukuh ke Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, dan China), Asia Tengah (India), serta ke selatan (Australia dan Selandia Baru). Juga, KTT Asia Timur yang diselenggarakan beriringan dengan KTT ASEAN.

Tujuan dibentuknya Piagam Asean adalah sebagai berikut:1. Permudah kerja sama

Adanya Piagam ASEAN secara organisatoris akan membuat negara anggota ASEAN relatif akan lebih terikat kepada berbagai kesepakatan yang telah dibuat ASEAN. Secara teoretis, piagam itu akan semakin mempermudah kerja sama yang dibuat ASEAN dengan mitra-mitra dialognya. Jika pada masa lalu mitra ASEAN terkadang mengeluh bahwa kesepakatan yang telah dibuat dengan ASEAN ternyata hanya dilaksanakan dan dipatuhi oleh beberapa negara anggota ASEAN, kini kekhawatiran itu bisa dikurangi. Mekanisme kerja yang lebih jelas di ASEAN seperti tertuang dalam Piagam ASEAN itu juga akan mempermudah mitra-mitra atau calon-calon mitra yang ingin berurusan dengan ASEAN. Begitu pula bila di kemudian hari terjadi persengketaan, Piagam ASEAN telah membuat pengaturan umum untuk penyelesaian sengketa itu. Lebih penting lagi secara politis, ASEAN kini menegaskan dirinya sebagai organisasi yang menghormati serta bertekad untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) dan nilai-nilai demokrasi. Piagam meminta ASEAN menghargai HAM. Meski saat ini pelaksanaan kedua hal itu masih jauh dari ideal, setidaknya ASEAN sudah mengakui bahwa penghormatan atas HAM dan demokrasi sebagai nilai-nilai dasar, sama seperti umumnya negara maju. Dengan demikian, hambatan psikologis untuk bekerja sama dengan negara-negara ASEAN seperti sering terdengar selama ini dari beberapa negara maju, setidaknya sudah bisa dikurangi meski hambatan belum sepenuhnya bisa dihapuskan.

2. Tantangan internal

Keberhasilan ASEAN melahirkan sebuah piagam bersama tidak otomatis bermakna ASEAN yang semakin solid. Tantangan terbesar justru berada di lingkungan internal ASEAN sendiri, khususnya bagaimana agar benar-benar bisa mengimplementasikan piagam itu sehingga ASEAN menjadi kekuatan yang menyatu dan tidak terpecah belah. Bagaimanapun, kehadiran Piagam ASEAN, yang di dalamnya mengharuskan para anggota mematuhi apa-apa yang sudah diputuskan bersama oleh ASEAN, akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa pihak. Mereka ini sebenarnya menaruh keberatan atas keputusan bersama itu. Meski demikian, Piagam ASEAN memang telah didesain sedemikian rupa sehingga tidak terlalu keras terhadap para anggotanya yang belum bisa menaati kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat. Celah-celah untuk kompromi yang sering kali diistilahkan banyak kalangan sebagai cara ASEAN (the ASEAN way) masih banyak diakomodasi di dalam piagam tersebut. Di bidang ekonomi, misalnya, Piagam ASEAN menjamin hak negara-negara anggota untuk berpartisipasi secara fleksibel dalam pelaksanaan komitmen-komitmen ekonomi di ASEAN. Begitu pula dalam pelaksanaan prinsip-prinsip politik ASEAN, seperti khususnya demokrasi dan penghormatan dan jaminan atas hak-hak asasi manusia, asas yang fleksibel tetap dipertahankan. Satu hal penting dalam Piagam ASEAN yang memang sudah selayaknya dilakukan adalah menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang berorientasi pada rakyat atau bukan organisasi birokrat semata. Dengan demikian, dibuka bahkan didorong kesempatan lebih besar kepada warga masyarakat ASEAN untuk berinteraksi satu sama lain dengan lebih intens. Pergaulan rakyat ASEAN di kawasan regional dan internasional itu tentu akan berkontribusi positif kepada kerja sama ASEAN dengan mitra-mitranya di seluruh kawasan.

3. Langkah paling maju

Ada tiga rencana ASEAN yang dituliskan di piagam itu. Tiga hal itu adalah menginginkan lahirnya Komunitas Ekonomi ASEAN, Komunitas Keamanan ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Jangan skeptis dulu dengan rencana pembentukan komunitas itu. Atau jangan melihat realitas sekarang jika ingin menilai prospek pembentukan tiga jenis komunitas itu. ASEAN bisa saja tidak terlihat berwibawa, melihat realitas sekarang, dengan mayoritas anggotanya punya masalah tersendiri yang tergolong berat. Beberapa di antaranya bahkan masih tergolong negara paria. Sesungguhnya, rencana pembentukan komunitas itu merupakan refleksi dari tajamnya visi para pemikir ASEAN. Piagam itu disusun para pakar atau figur terkenal di ASEAN. Wakil dari Indonesia adalah mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas terkesan jengkel dengan analisis pengamat yang relatif selalu skeptis melihat ASEAN. Mereka itu kadang genit, ya, demikian kalimat lucu dari Ali Alatas mengomentari piagam yang disambut dingin oleh pengamat.

4. Piagam merefleksikan pandangan jauh ke depan.

Bahkan, piagam secara tersirat akan membuat ASEAN malu jika tidak bisa memenuhinya di kemudian hari. Inilah sumbangsih para pemikir ASEAN. Ini merupakan bukti bahwa para pakar ASEAN tidak dungu, tetapi punya sudut pandang yang strategis menuju masa depan. Hal ini diperkuat lagi dengan rencana pemerintah ASEAN, yang pada November lalu, di Singapura, sudah menandatangani deklarasi pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Bahkan, pada tahun 2008 sudah ada langkah untuk mewujudkan komunitas ekonomi ini. Tujuan akhirnya adalah aliran barang, jasa, warga yang relatif lebih bebas di ASEAN. Ini strategis mengingat contoh empiris, negara kaya di dunia menjadi makmur karena mobilitas itu. Para teknokrat ekonomi dan para figur terkenal ASEAN sudah memberi contoh soal penyusunan langkah ke depan. Sekarang ini, eksekusinya ada di lingkungan pemerintah di ASEAN yang sarat problem, bahkan masih suka menyiksa rakyat. Apakah junta Myanmar tahu piagam, atau lebih percaya piagam ketimbang paranormal? Ini hanya contoh kecil. Tetapi sudahlah, semoga waktu akan mengubah perangai dan perilaku sebagian pemerintahan di ASEAN, yang juga masih sering sekadar berkomitmen dan tidak bertindak nyata. Setidaknya mereka masih mau menorehkan sejarah baru dengan menandatangani Piagam ASEAN dan juga cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN 2015.

5. Strategis

Piagam itu sendiri dinilai strategis karena akan menjadi landasan hukum yang menjamin integrasi politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, demokratisasi, perlindungan hak asasi, dan pelestarian lingkungan. Pembuatan piagam merupakan terobosan penting dalam sejarah ASEAN, yang selama 40 tahun lebih bersifat peguyuban. Dalam menghadapi tantangan 40 tahun kedua, ASEAN memang membutuhkan pijakan hukum yang lebih jelas dalam membangun blok politik dan ekonomi.

2.2.3 Pengertian Regionalisasi

Regionalisasi merupakan istilah dengan arti proses pengerucutan atau pemokusan hubungan dalam level regional. Regionalisasi ini merupakan sebuah proses, berbeda dengan regionalisme yang merupakan kebijakan dan proyek proyek dalam region. Proses pengerucutan fokus ini dapat memicu pembentukan region, yang kemudian memunculkan aktor aktor, jaringan dan organisasi regional. Regionalisasi telah memberikan beberapa hasil nyata dalam hubungan internasional,seperti misalnya aliansi perdagangan, blok, dan institusi formal dalam ranah regional. Reionalisasi ini seperti layaknya globalisasi artinya, sebagai hasil dari kekuatan yang spontan.

Regionalisasi ini berbeda dengan regionalisme, karena merupakan sebuah proses yang terjadi dengan sendirinya,sedangkan regionalism merupakan kebijakan atau proyek proyek yang dibuat secara sengaja atau deliberately design untuk meningkatkan kerjasama.Meskipun berbeda , kedua konsep ini saling berhubungan secara fungsional dan konteks kerjasama. Berdasarkan konteks kerjasama kedua konsep ini merupakan konsep yang muncul karena adanya kerjasama dalam tingkat regional. Secara fungsional, kedua konsep ini berhubungan karena proses regionalisasi dapat mengarah pada regionalisme. Hurrel mendefinisikan regionalisasi sebagai proses pertumbuhan integrasi sosial yang terjadi dalam sebuah region dan juga merujuk pada proses interaksi sosial-ekonomi yang tidak langsung.

2.2.3.1 Regionalisasi ASEAN

ASEAN berdiri tahun 1967 ditengah situasi regional dan internasional yang sedang berubah. Pada awal pembentukan ASEAN hanya terdiri dari lima negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Philipina. Walaupun masing-masing negara anggota berbeda satu sama lain dalam hal bahasa, budaya, agama, geografi, etnisitas, dan pengalaman sejarah, hubungan antar anggota secara bertahap menumbuhkan rasa kebersamaan. ASEAN tidak terbentuk dalam sebuah rangka kosong, sebaliknya, ia telah didahului dengan berbagai upaya pembentukan organisasi regional yang terbatas ruang lingkup dan anggotanya. Pembentukan awal dimulai tahun 1961 dengan dibentuknya association of southest asia (ASA). Tetapi konflik yang pecah antara Philipina dan malaysia pada tahun tersebut menghancurkan upaya awal tersebut. Maphilindo kemudian muncul menggantikan ASA yang merupakan kerjasama antara Malaysia, philipina, dan indonesia, tetapi percobaan kedua ini berakhir dengan politik konfrontasi yang dilancarkan Soekarno. Sementara itu konflik antara negara berpenduduk melayu (indonesia dan malaysia) dan negara berpenduduk mayoritas cina (singapura) juga pecah sebagai akibat dari pengorbanan awal sebelum terbentuknya organisasi regional yang lebih solid seperti ASEAN.

Pada 8 Agustus 1967, lima pemimpin Menteri Luar Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand ( Adam Malik, Narciso R. Ramos, Tun Abdul Razak, S. Rajaratnam, dan Thanat Khoman) duduk bersama di dewan utama Jabatan Hal Ehwal Luar di Bangkok, Thailand dan menandatangani satu dokumen yang kini dikenali sebagai Deklarasi ASEAN.

Pada awal berdirinya ASEAN pada 8 Agustus 1967, ASEAN tidak memiliki sebuah Charter yang berfungsi sebagai konstitusi ASEAN. ASEAN berdiri dengan didasarkan sebuah Deklarasi, yaitu Deklarasi Bangkok. Namun demikian, dalam perkembangannya dirasakan perlu untuk membuat suatu Charter yang berfungsi sebagai konstitusi ASEAN dan menegaskan legal personality dari ASEAN. Pada akhirnya, ASEAN Charter telah disetujui dan ditandatangani oleh para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-13 di Singapura, November 2007.

Terbentuknya ASEAN didasari oleh adanya kepentingan-kepentingan bersama dan masalah masalah bersama di Asia Tenggara. Dengan terbentuknya ASEAN akan memperkukuh ikatan solidaritas, terciptanya perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan di antara negaranegara di Asia Tenggara.

Proses Regionalisasi dalam ASEAN dapat terlihat dari terbentuknya Asean Free Trade Area (AFTA) , yang mengarah kepada Integrasi ekonomi dalam perdagangan. AFTA adalah sebuah wujud dari kerjasama negara-negara ASEAN. Dengan adanya AFTA, negara-negara di kawasan ASEAN dapat dengan mudah melakukan kegiatan perdagangan Internasional-nya tanpa ada hambatan yang berarti. Sebagaimana fungsi dari perdagangan internasional, yaitu sebagai kunci pertumbuhan nasional bagi setiap negara, AFTA terlahir atas dasar tujuan akhir peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Proses Regionalisasi dalam ASEAN juga dapat terlihat dari pembentukan ASEAN Community 2015 yang bertujuan untuk menciptakan integrasi di bidang politik dan keamanan, ekonomi, serta sosial dan budaya. ASEAN Community 2015 ini akan membuat batas antara negara anggota ASEAN semakin sempit dan juga semakin samar

2.2.3.1 Singapura dalam Integrasi ASEAN

Kondisi politik yang stabil dan bersih tentunya merupakan bekal yang baik bagi Singapura untuk menghadapi integrasi ASEAN khususnya dalam bidang Komunitas Politik Keamanan. Sensitivitas isu HAM, korupsi, teorisme, dan sengketa wilayah di ASEAN pun cenderung jauh dari wajah Singapura. Dengan 39 kelebihan ini Singapura dapat lebih memfokuskan diri pada peluang-peluang kerja sama yang ditawarkan dari hadirnya Komunitas Politik Keamanan khususnya di bidang pengamanan titik-titik strategis wilayah Singapura seperti Selat Malaka. Selain itu, integrasi ASEAN akan menguatkan posisi tawar Singapura dalam menghadapi kekuatan-kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Cinameski sebenarnya tanpa ASEAN pun posisi tawar Singapura telah cukup kuat. Dari perspektif ini maka dapat disimpulkan bahwa integrasi ASEAN cenderung membawa dampak positif bagi kepentingan politik Singapura.

2.3 Organisasi Regional

Di dalam kawasan Asia Tenggara terbentuk berbagai macam Organisasi Regional baik pada masa Perang Dingin sampai sekarang, yang dimana Organisasi Regional ini merupakan bentuk dari proses Regionalisme yang diawali dari hubungan di dalam kawasan sekitar Asia Tenggara, bentuk organisasi regional ini dikategorikan sebagai berikut:

ASA (Associations of Southeast Asia) 1961ASA merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang dibentuk berdasarkan Deklarasi Bangkok pada 31 Juli 1961 antara Malaysia, Thailand, dan Filipina. ASA merupakan kesepakatan kerjasama ekonomi dan kebudayaan bagi negara-negara Asia tenggara. Ide dibentuknya ASA diprakarsai oleh Tunku Abdul Rahman, Perdana Mentri Pertama Malaysia saat itu, setelah Malaysia memperoleh kemerdekaan dari Inggris. Ide ini disambut baik oleh Mentri Luar Negeri Filiphina Felixberto Serrano dan Thailand Thanat Khoman. Tujuan dibentuknya ASA adalah untuk menciptakan keamanan, keadilan sosial, kebebasan serta meningkatkan kerjasama, khususnya ekonomi bagi negara-negara Asia Tenggara. Dan dalam perkembangannya, kerjasama yang dibentuk ASA berkembang ke bidang lain, seperti di bidang pendidikan dan budaya.

Banyak negara-negara Asia tenggara tidak mau bergabung dengan ASA (termasuk Indonesia), karena menganggap bahwa ASA dianggap sebagai antek SEATO dan imperialisme AS. Namun ternyata ASA tidak dapat bertahan lama dan dianggap gagal. Munculnya perselisihan politik antara Malaysia dengan Filiphina mengenai Sabah (Kalimantan Utara) yang dimasukkan ke dalam federasi Malaysia pada September 1963 telah melumpuhkan kegiatan organisasi kerjasama regional tersebut.

Malindo1963Konflik antara Malaysia dengan Thailand yang berujung pada pembubaran ASA kemudian mendorong terbentuknya Maphilindo (Malaysia, Filiphina, Indonesia) pada 1963. Dibentuknya Maphilindo ini digagas oleh Filiphina yang mengembangkan ide untuk membentuk semacam Konfederasi Melayu Raya (Greater Malay Confederation), yang bertujuan untuk mencari penyelesaian Malaysia di satu pihak dengan Filiphina dan Indonesia di pihak lain. Oleh karena itu, pada Agustus 1963 terjadi pertemuan tingkat tinggi di Manila antara Soekarno, Tengku Abdul Rahman dan Diosdado Macapagal, yang menyetujui untuk mengambil langkah-langkah permulaan ke arah berdirinya sebuah organisasi kerjasama regional baru yang kemudian dikenal dengan Maphilindo (Malaysia, Philipina, dan Indonesia). Sewaktu Malaysia diresmikan pada tanggal 16 September 1963 yang mencakup Sabah, Serawak, Singapura di samping Malaya ke dalamnya, Indonesia meningkatkan konfrontasi terhadap federasi baru itu. Filiphina yang tidak lagi mempunyai hubungan diplomatik dengan Malaysia bekerjasama dengan Indonesia. Politik konfrontasi yang dilancarkan Soekarno pada saat itu, meremukkan pondasi Maphilindo. Belum lagi sempat bergerak, Maphilindo praktis menjadi lumpuh, meskipun kedua negara anggota yaitu Indonesia dan Filipina masih meneruskan pertemuan-pertemuannya.

ASEANASEAN ( Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) adalah organisasi kawasan yang mewadahi kerjasama antarnegara di Asia Tenggara sejak tahun 1967.ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok dan diprakarsai oleh 5 menteri luar negeri dari wilayah Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura :

1. Perwakilan Indonesia : Adam Malik

2. Perwakilan Malaysia : Tun Abdul Razak

3. Perwakilan Thailand : Thanat Koman

4. Perwakilan Filipina : Narcisco Ramos

5. Perwakilan Singapura : S. Rajaratnam

Sedangkan terdapat negara-negara lain yang bergabung kemudian ke dalam ASEAN sehingga total menjadi 11 negara, yaitu :

1. Brunei Darussalam tangal 7 Januari 1984

2. Vietnam tangal 28 Juli 1995

3. Myanmar tangal 23 Juli 1997

4. Laos tangal 23 Juli 1997

5. Kamboja tangal 16 Desember 1998 Tujuan ASEAN

Malaysia adalah anggota perintis ASEAN dan turut serta di berbagai organisasi internasional, seperti PBB. Sebagai bekas jajahan Inggris, Malaysia juga menjadi anggota Negara-Negara Persemakmuran. Malaysia juga menjadi anggota D-8.

2.2.4 Peran Penting Singapura Dalam Asean

Singapura memilik peran penting dalam kawasan Asia Tenggara, karena merupakan salah satu negara pendiri Asean, Singapura juga mendukung konsep regionalisme Asia Tenggara dan menjalankan peran secara aktif di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Singapura merupakan penggerak motor dalam ASEAN hal ini karena Singapura unggul dalam perdagangan dan jasa. Kapasitas Perekonomian Singapura yang maju, ikut mengukuhkan peran ASEAN dalam persaingan dunia Internasional.

Secara garis besar, Singapura sebagai salah satu negara persemakmuran Inggris telah menjadi Informal Leader ASEAN di bidang keuangan dengan cadangan devisa per Januari 2007 mencapai US$137 miliar. Singapura tentu saja memerlukan tempat di ASEAN dan sekitarnya untuk memarkir dananya, sekaligus menjamin masuknya dana, keuntungan ataupun input lain guna mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi (Unisosdem, 2014). Dalam sektor perekonomian tahun 1960 telah menjadi pintu awal bagi perkembangan ekonomi pesat bagi Singapura. Keterbatasan SDA Singapura menjadi kekuatan tersendiri dimana pemerintah bergantung pertama, pada kualitas SDM dan kedua, pada sektor investor luar negeri.

2.4 Makro Regionalisme Asia Tenggara (ASEAN)

Macro region disebut juga world region karena mengcover unit wilayah yang luas yaitu antar negara di level global (sub sistem) dengan negara sebagai aktor utamanya. ASEAN merupakan bentuk Makro region di kawasan Asia Tenggara.

2.5 Mikro Regionalisme Asia Tenggara

Micro region, memiliki batas-batas yang lebih jelas karena terletak dalam batas teritorial di negara-bangsa tertentu (sub nasional) yang tidak mencakup keseluruhan wilayah nasional. Dalam perkembangannya, micro region telah menjadi tujuan strategis dalam pengembangan perdagangan dan optimalisasi produksi tiap negara. Inilah yang membuat region berkembang menjadi aktivitas transnasional. Terdapat beberapa mikro region di kawasan ASEAN diantaranya :

2.5.1 SIJORI

Kerjasama Ekonomi sub-Regional atau Mikro Regional yang terdapat di Asean salah satunya adalah kerjasama SIJORI (Singapore-Johor-Riau) . Pembentukan kawasan SIJORI ini didasarkan pada ide yang datang dari Perdana Menteri Singapura Goh Chock Tong. Pembangunan kawasan SIJORI ini bertujuan mempercepat proses pembangunan di wilayah tersebut, menjadikan kawasan SIJORI sebagai pusat industri baru, dan mempererat hubungan ketiga negara. Sebagaimana diketahui bahwa Singapura adalah negara dengan teknologi dan kemampuan modal yang kuat, akan tetapi mempunyai harga tanah dan upah tenaga kerja yang sangat mahal. Sedangkan Johor dan Batam mempunyai karakteristik lain yaitu, mempunyai tanah dan tenaga kerja yang banyak dengan harga yang relatif murah , tetapi mempunyai kelangkaan dalam modal dan teknologi. Melalui kerjasama mikro regional, perbedaan karakteristik daerah ini dapat dipadukan sehingga menghasilkan kegiatan usaha yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Kerjasama mikro regional yang dilakukan dalam hal ini adalah membangun kegiatan industri di Johor dan di Batam memanfaatkan lahan dan tenaga kerja setempat dengan menggunakan modal dan teknologi dari Singapura. Kerjasama ini ternyata telah dapat mendorong pengembangan kegiatan industri baik di Johor dan di Batam yang selanjutnya mendorong pula pembangunan pada kedua wilayah tersebut. Setelah didirikan selama beberapa tahun ternyata, kawasan SIJORI ini berkembang pesat sehingga banyak negara dan daerah Indonesia juga ingin meniru pola pembangunan kawasan ini. Pola pembangunan segitiga pertumbuhan ini didasarkan pada kerjasama antar wilayah dengan memanfaatkan perbedaan potensi ekonomi antar daerah terkait.

Kerjasama SIJORI tersebut dalam perjalanannya telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga selanjutnya diperluas cakupan lokasi dan program kerjasamanya dalam wilayah Sumatera Barat, Provinsi Riau, dan negara bagian Malaka di Malaysia dalam bentuk kerjasama ekonomi sub-regional Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT). Sejalan dengan hal tersebut dibentuk pula kawasan kerjasama IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle) yang melibatkan provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Barat di Indonesia, negara bagian Penang dan Kedah di Malaysia serta propinsi-propinsi Petani, Naratiwat dan Songkla di Thailand bagian selatan (Toh Mun Heng and Linda Low, 1993). Akan tetapi karena cakupan kawasan kerjasama menjadi semakin luas, sebegitu jauh ternyata dampak kerjasama regional tersebut terhadap pembangunan wilayah terkait ternyata tidaklah sebesar apa yang pernah dialami pada kawasan kerjasama SIJORI sebelumnya.

2.5.1.2 Peran Singapura Dalam Mikro Regional Sijori

Sebagai konsekuensi dari pertumbuhan yang tinggi selama lebih dari dua puluh tahun, Singapura menjadi wilayah yang sangat berkembang. Karena luas fisik Singapura yang sangat terbatas, maka perkembangan yang tinggi ini menyebabkan harga tanah di Singapura sangat mahal. Demikian juga dengan upah buruh. Sebagai contoh, pendapatan rata-rata di sektor manufaktur dari tahun 1989-1990 naik sebesar 12% apabila dipakai sebagai dasar perhitungan adalah dolar Singapura. Apabila yang dipakai sebagai dasar perhitungan adalah dolar Amerika, maka kenaikan ini menjadi sekitar 15-22%. Produktivitas pekerja tidak naik setinggi itu sehingga ongkos produksi dilihat dari sudut tenaga kerja, naik dengan cukup tajam. Ongkos produksi keseluruhan pun menjadi sangat tinggi. Akibatnya, perusahaan asing menjadi berpikir (ulang) untuk meningkatkan aktivitasnya di Singapura dan (atau) memindahkan lokasinya ke tempat lain, atau melakukan kedua hal tersebut sekaligus (Lee Tsao Yuan, 1991: 4-7).

Konsep segitiga pertumbuhan ini sangat cocok dengan pemikiran untuk memindahkan (relokasi) industri, Kedekatan Johor dan Riau dengan Singapura merupakan faktor utama terjadinya relokasi tersebut. Singapura mempunyai tenaga kerja yang sangat terlatih dan prasarana yang sudah sangat baik. Johor mempunyai lahan yang luas dan tenaga kerja setengah terlatih. Riau di Indonesia mempunyai harga tanah serta upah buruh yang murah. (Lee Tsao Yuan, 1991: 8-9).

Keadaan ini sangat menguntungkan, baik Johor , Riau dan khususnya Singapura. Skala ekonomi yang tinggi, baik di bidang industri maupun bidang lainnya, seperti pariwisata, dapat dicapai bersama oleh ketiga wilayah ini. Oleh sebab itu, bahkan sebelum Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong mencetuskan gagasan bahwa Singapura, Johor, dan Riau dapat membentuk segitiga pertumbuhan pada tahun 1989, pihak swasta telah terlebih dahulu memanfaatkan keadaan ini (Lee Tsao Yuan, 1991: 9).

2.4.2.2 BIMP-EAGA

Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-The Philippines East ASEAN Growth Area (Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-The Philippines East ASEAN Growth Area). Prakarsa Wilayah Pertumbuhan ASEAN Timur, Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Filipina (BIMP-EAGA) diluncurkan pada tahun 1994 sebagai suatu inisiatif kerjasama empat negara, yang bertujuan untuk menutup kesenjangan pembangunan antara negara anggota ASEAN-Timur dan negara anggota ASEAN-6. Kerjasama BIMP-EAGA bertujuan untuk meningkatkan perdagangan, pariwisata, dan investasi di dalam dan di luar subwilayah dengan cara:

Memfasilitasi pergerakan orang, barang, dan jasa secara bebas

Menggunakan sebaik mungkin infrastruktur dan sumber daya alam bersama-sama; dan

Mengambil manfaat sepenuhnya dari ekonomi yang saling melengkapi Inisiatif BIMP-EAGA diharapkan dapat berjalan dengan panduan oleh sektor privat dan didorong oleh kebutuhan pasar. Tujuan kerjasama ini adalah mempercepat pembangunan ekonomi di wilayah-wilayah yang menjadi fokus, yang meskipun jauh dari ibukota negara, namun memiliki kedekatan strategis satu sama lain, dan berada di wilayah di dunia yang paling kaya dengan sumberdaya alam, termasuk Jantung Hutan Kalimantan (Heart of Borneo, HoB) dan kawasan Ekoregion Kelautan Sulu-Sulawesi (Sulu-Sulawesi Marine Ecoregion, SSME).

2.4.2.3 Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-Growth Triangle)

Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) adalah suatu segitiga pertumbuhan tiga negara yang terbentuk oleh kekuatan ekonomi yang saling melengkapi, kedekatan geografis, kedekatan historis, serta ikatan budaya dan bahasa. Kerjasama subregional IMT-GT diprakarsai oleh pemerintah negara-negara peserta untuk mempercepat pembangunan ekonomi di berbagai provinsi yang relatif tertinggal. Kerjasama tersebut dimulai pada 1993, dan sejak saat itu berkembang hingga mencakup 32 provinsi dan negara bagian, dengan populasi sekitar 78 juta penduduk pada 2012.

ADB adalah Mitra Pembangunan bagi IMT-GT sejak 2007. IMT-GT berbeda dari prakarsa kerjasama regional lain yang didukung oleh ADB, karena: (i) Merupakan suatu kelompok entitas di tingkat sub-nasional; (ii) Sektor swasta berpartisipasi sebagai mitra yang setara; (iii) Memiliki sekretariat permanen, yaitu Center for IMT-GT Subregional Cooperation (CIMT); dan (iv) Meliputi transportasi multimoda, dengan satu dari tiga perbatasan negara yang merupakan daratan, yang sisanya adalah perbatasan laut.

2.6 Regional Security Di Kawasan Asia Tenggara

Walaupun ASEAN tidak pernah dirancang sebagai aliansi pertahanan atau keamanan, akan tetapi tidak bisa dihindari bahwa fungsi utama berdirinya ASEAN adalah untuk meningkatkan keamanan regional dalam menghadapi ancaman agresi dari luar kawasan. Regional Security di kawasan ASEAN akan di berlakukan dalam ASEAN SECURITY di tahun 2015. Jauh sebelum terbentuknya Asean Security telah terdapat organisasi keamanan kawasan ASEAN seperti SEATO :

1. SEATO (Southeast Asian Treaty Organization) (1954)SEATO merupakan pakta pertahanan kolektif di Asia Tenggara yang dibentuk di Manila Filiphina pada 8 September 1954. Pembentukan SEATO sendiri diprakarsai oleh aktor di luar kawasan (yaitu AS) dan ditandatangani oleh AS, Inggris, Australia, Pakistan, Thailand, Perancis, Selandia Baru, dan Philipina. SEATO merupakan dampak dari perang dingin (perebutan pengaruh antara AS dan Uni Soviet), yang merupakan upaya negara barat untuk membendung pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya yang terjadi di Vietnam. Pada saat itu, sebagai salah satu organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara utama di Asia Tenggara malah tidak diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS.

Berdasarkan perjanjian SEATO ini, para anggota perjanjian akan memberikan bantuan militer kepada negara anggota lainnya yang diserang oleh pihak luar. Pada 30 Juni 1975, SEATO dibubarkan setelah terjadinya perubahan besar di kawasan Asia Tenggara, khususnya yang terkait dengan kekalahan AS dalam perang Vietnam.

1. Komunitas Keamanan ASEAN/ Asean Security CommunitySejak berdirinya ASEAN, organisasi ini telah memutuskan untuk bekerjasama secara komprehensif di bidang keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Dalam perkembangannya, kerjasama ASEAN lebih banyak dilakukan di bidang ekonomi, sementara kerjasama di bidang politik- keamanan masih belum maksimal akibat adanya persepsi ancaman yang berbeda-beda dan penerapan prinsip- prinsip non- interference serta sovereign equality oleh negara- negara anggota ASEAN. Komunitas Keamanan ASEAN merupakan sebuah pilar yang fundamental dari komitmen ASEAN dalam mewujudkan Komunitas ASEAN. Pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN akan memperkuat ketahanan kawasan dan mendukung penyelesaian konflik secara damai. Terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan akan menjadi modal bagi proses pembangunan ekonomi dan sosial budaya masyarakat ASEAN. Komunitas Keamanan ASEAN menganut prinsip keamanan komprehensif yang mengakui saling keterkaitan antar aspek-aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Komunitas Keamanan ASEAN memberikan mekanisme pencegahan dan penanganan konflik secara damai. Hal ini dilakukan antara lain melalui konsultasi bersama untuk membahas masalah- masalah politik-keamanan kawasan seperti keamanan maritim, perluasan kerjasama pertahanan, serta masalah- masalah keamanan non- tradisional (kejahatan lintas negara, kerusakan lingkungan hidup dan lain-lain). Dengan derajat kematangan yang ada, ASEAN diharapkan tidak lagi menyembunyikan masalah-masalah dalam negeri yang berdampak pada stabilitas kawasan dengan berlindung pada prinsip- prinsip non- interference.

Apabila dicermati, langkah ASEAN untuk mewujudkan ASEAN Security Community yang direncanakan pada 2020( yang dimajukan ke 2015) merupakan upaya guna mewujudkan collective security di kawasan dan sebaliknya bukan collective defense. Collective security merupakan pendekatan komprehensif oleh beberapa negara berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan yang sama untuk mengatasi hirauan-hirauan keamanan secara kooperatif dihadapkan pada sifat alamiah dari ancaman dan tantangan yang luas. Konsep ini bertujuan membangun kerjasama antar pihak dengan menata aturan dan mekanisme untuk menghadapi tantangan-tantangan keamanan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Sementara collective defense adalah kesamaan persepsi dari beberapa negara terhadap ancaman eksternal dalam konteks yang lebih sempit. Konsep ini bersifat eksklusif dan mengikat secara tegas terhadap ancaman eksternal yang telah dirumuskan, dan cenderung mengabaikan perhatian pada isu-isu lain, khususnya yang terkait dengan batasan kedaulatan dan yurisdiksi nasional.

Langkah ASEAN untuk menerapkan collective security di kawasan ini, sepertinya mengambil pengalaman dari langkah serupa di Eropa. Selama Perang Dingin, isu keamanan di Eropa ditangani melalui pendekatan collective defense, karena ancaman saat itu dapat dirumuskan dengan jelas dan cenderung bersifat tunggal yaitu dari aktor negara. Pasca Perang Dingin, terjadi perubahan paradigma dalam memandang ancaman terhadap Eropa, sehingga melahirkan konsep collective security yang dinilai lebih komprehensif dalam rangka menjawab tantangan-tantangan yang muncul. Keberhasilan Uni Eropa dalam melaksanakan collective security hendak diterapkan pula di Asia Tenggara melalui transformasi ASEAN menjadi ASEAN Security Community. Guna mewujudkan hal tersebut, pada ASEAN Senior Official Meeting Retreat di Yogyakarta, 13 Mei 2004, disetujui ASEAN Security Community Plan of Action. Aspek-aspek dalam ASEAN Security Plan of Action menyangkut (i) political development, (ii) shaping and sharing of norms, (iii) conflict prevention, (iv) conflict resolution, (v) post-conflict peace building dan (vi) implementing mechanisms. Pertemuan ASEAN SOM menghasilkan serangkaian rencana aktivitas menyangkut ASEAN Security Community.

B.1 Peran Singapura dalam Regional Security

Singapura sebagai pendiri ASEAN juga ikut aktif dalam setiap kebijakan yang terbentuk dalam ASEAN termasuk juga dalam ASEAN Security Comunity. Singapura juga ikut menjaga stabilitas keamanan regional dan tetap menjadikan hubungan dengan negara tetangganya lebih penting khususnya dengan indonesia dan malaysia. Oleh karena itu , Singapura juga mengembangkan latihan militer bersama dengan kedua negara tersebut serta menyelenggarakan pertemuan rutin antar pejabat dari masing-masing negara. Mengingat Singapura merupakan negara yang mini dari segi luas wilayah, maka kewaspadaannya terhadap negara lain menjadi tinggi. Namun hal inilah yang menjadikan Singapura memiliki mentalitas baja dalam mempertahankan wilayahnya. Sehingga tidak mengherankan jika negara ini begitu concern pada pertahanan negaranya melalui pemberlakuan anggaran pertahanan yang sangat besar. Nilai penting Selat Malaka bagi negara ini bisa dlihat dari segi ekonomi dan strategis, navigasi, sumber daya laut, dan pariwisata (Singapore Journal of International & Comparative Law, 1998: 315).

Dalam mengamankan Selat Malaka, Singapura tidak mengambil langkah sendirian. Bersama dengan Indonesia, Singapura mengadakan perjanjian mengenai Military Training Area (MTA) pada tahun 2000 (Universitas Indonesia, n.d: 49). Masih berkaitan dengan pengamanan Selat Malaka, keduanya juga terlibat latihan militer bersama secara rutin dimana Singapura telah mendirikan Air Combat Maneuvering Range di Pekanbaru untuk digunakan bersama (Universitas Indonesia, n.d: 42). Strategi pertahanan Singapura, porcupine strategy, juga bertambah kuat karena disokong oleh aktifnya Singapura dalam dialog dan forum internasional terkait kerjasama keamanan (Cipto, 2007: 136-7).

2.7 Regional Monetary

Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987). Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Terdapat beberapa kerjasama di bidang ekonomi seperti AFTA dan Kerjasama Ekonomi ASEAN.

2.7.1 AFTA

Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN ( ASEAN Free Trade Area, AFTA) adalah sebuah persetujuan oleh ASEAN mengenai sektor produksi lokal di seluruh negara ASEAN. Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam anggota, iaitu, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung pada 1995, Laos dan Myanmar pada 1997 dan Kamboja pada 1999. AFTA sekarang terdiri dari sepuluh negara ASEAN. Keempat pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk menandatangani persetujuan AFTA untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi kelonggaran waktu untuk memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA.

Latar belakang pembentukan AFTA: Adanya perubahan eksternal, yaitu masa transisi terbentuknya tatanan dunia baru.

Perubahan internal, yaitu kemajuan ekonomi negara anggota selama 10 tahun terakhir.

Menggalang persatuan regional untuk meningkatkan posisi dan daya saing.

Tujuan AFTA : Meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea dan halangan non-bea dalam ASEAN

Menarik investasi asing langsung ke ASEAN

Meningkatkan ekspor sesama anggota dan diluar anggota ASEAN

Meningkatkan perdagangan dan kerja sama ekonomi lainnya yang mengarah pada spesialisasi di kawasan ASEAN

Meningkatkan investasi di semua sektor ekonomi.

Jangka Waktu Realisasi AFTAKTT ASEAN ke-9 tanggal 7-8 Oktober 2003 di Bali, dimana enam negara anggota ASEAN Original Signatories of CEPT AFTA yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand, sepakat untuk mencapai target bea masuk dengan tingkat tarif 0% minimal 60% dari Inclusion List (IL) tahun 2003; bea masuk dengan tingkat tarif 0% minimal 80% dari Inclusion List (IL) tahun 2007; dan pada tahun 2010 seluruh tarif bea masuk dengan tingkat tarif 0% harus sudah 100% untuk anggota ASEAN yang baru, tarif 0% tahun 2006 untuk Vietnam, tahun 2008 untuk Laos dan Myanmar dan tahun 2010 untuk kambodja.

Tahun 2000 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 85% dari seluruh jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL).

Tahun 2001 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 90% dari seluruh jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL).

Tahun 2002 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL), dengan fleksibilitas.

Tahun 2003 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL), tanpa fleksibilitas.

Untuk ASEAN-4 (Vietnam, Laos, Myanmar dan Cambodja) realisasi AFTA dilakukan berbeda yaitu :

Vietnam tahun 2006 (masuk ASEAN tanggal 28 Juli 1995).

Laos dan Myanmar tahun 2008 (masuk ASEAN tanggal 23 Juli 1997).

kambodja tahun 2010 (masuk ASEAN tanggal 30 April 1999).

2.7.2 Komunitas Ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC)

Kerjasama ekonomi ASEAN dimulai dengan disahkannya Deklarasi Bangkok tahun 1967 yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan budaya. Dalam perkembangannya, kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN yang pelaksanaannya berjalan relatif lebih cepat dibandingkan dengan kerjasama di bidang politik-keamanan dan sosial budaya.

KTT ke- 9 ASEAN di Bali tahun 2003 menghasilkan Bali Concord II yang menegaskan bahwa Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC Asean Economic Community) akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan. Pembentukan biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UKM. Disamping itu, pembentukan AEC juga akan memberikankemudahan dan peningkatan akses pasar intra- ASEAN serta meningkatkan transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik.

Pembentukan Komunitas Ekonomi Asean akan memberikan peluang bagi negara negara anggota ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi.

2.7.3 Peran Penting Singapura Dalam Regional Monetary di Kawasan Asia Tenggara

Kawasan Asia Tenggara adalah rumah dimana Singapura memajukan perekonomian. Sebagai bagian dari kawasan yang berkembang pesat, Singapura menyadari bahwa keaktifan dirinya akan memberikan keuntungan-keuntungan dalam menunjang pembangunan dan liberalisasi yang dilakukannya. Kemudian sebagai negara kecil, posisi politiknya dapat semankin ditingkatkan bila Singapura mempunyai kekuatan tersendiri dalam hubungan diplomasi berupa kemampuan ekonomi. Kerjasama Ekonomi ASEAN sudah dimulai sejak ASEAN dibentuk karena ASEAN berupaya menghindarkan isu-isu rawan seperti politik. Sebagai negara yang mengutamakan perdagangan, Singapura selalu terlibat dalam kerjasama ekonomi kawasan utama ini.

Setelah ASEAN terbentuk tahun 1967 , diadakan beberapa ASEAN Ministerial Meeting (AMM) yang isinya membahas kerjasama sektoral seperti makanan, pengapalan dan pariwisata. Pertemuan-pertemuan ini sebenarnya telah membahas masalah ekonomi terutama di dalam masalah perdagangan yang lebih bebas antara anggota-anggota, tetapi tidak secara spesifik menyebutkan perlunya kerjasama yang lebih erat. Pada tahun 1972 AMM ke lima diadakan di Singapura dan tercetus ide mengenai perlunya kerjasama regional untuk isu industrialisasi dan liberalisasi. Ini disampaikan oleh perwakilan dari PBB yang di kenal dengan Robinson Report.

Pada bulan februari 1977, para menteri luar negeri ASEAN menandatangangani pembentukan PTA di Manila. PTA merupakan suatu mekanisme untuk meliberalisasikan perdagangan intra ASEAN dan merupakan suatu mekanisme yang dapat diterima negara-negara anggota pada saat itu. Terbentuknya PTA menandakan sudah ada satu keinginan untuk mengadakan liberalisasi dari negara-negara sekawasan.

Singapura sendiri sebagai negara yang melaksanakan liberalisasi dan bersifat terbuka lebih dahulu, menginginkan arus perdagangan yang lebih luas dari negara-negara ASEAN. Pada tahun 1979 Singapura telah menurunkan tarif hingga mencapai antara 0-10%. Penurunan tarif Singapura setelah PTA dilakukan karena

1. Singapura harus melakukan keterbukaan untuk kepentingan ekonominya

2. Karena peranannya sebagai pintu pelabuhan di Asia Tenggara berarti banyak melibatkan perdagangan internasional.

Setelah berlangsung namun PTA tidak berjalan dengan baik disebabkan karena negara-negara anggota(kecuali Singapura) tidak ingin mengikut sertakan komoditas-komoditas tertentu dalam kerjasama ini. Setelah terjadi resesi tahun 1985 danmelihat kondisi PTA, maka pada Manila Summit tahun 1987 muncul ajakan yang kuat untuk melakukan kerjasama ekonomi yang lebih tinggi.

Keinginan untuk mendirikan perdagangan bebas kemudian dihidupkan kembali oleh PM Thailand Anand Panaryacum dan PM Singapura Goh Chock Tong pada pada tahun 1991. Pada pertemuan menteri luar negeri di Kuala Lumpur juli 1991, proposal ini diterima baik, dan mencapai kesepakatan mengenai pembentukan FTA di bulan Oktober 1991. Secara formal AFTA dibentuk tahun1992 di Singapura bulan januari 1992.

2.7 Regional Identity

Identitas regional, paling tidak, merujuk sebuah identitas kolektif atau identitas supranasional yang mencakup semua elemen masyarakat ASEAN. Identitas regional (regional identity) ASEAN, diperlukan untuk mengintegrasikan masyarakat dan elite pemerintahan dalam ASEAN. ASEAN memiliki beberapa kemiripan terkait nilai-nilai bersama seperti konsensus, non-interference, peaceful settlement of disputes, renunciation of the use of force, protection of human rights, dan promotion of social justice.

2.7.1 Identitas Asean

Identitas merupakan konsep yang rumit dan kompleks. Dikatakan rumit karena tidak mudah mendefinisikannya baik dalam artian content maupun process mengingat berbagai konteks dan variable yang saling bertemali. Dikatakan kompleks karena istilah identitas bersifat multifaceted dan hirarkispersonal, sosial, relasional, dan material; menyangkut peran, kedudukan dan afiliasi lembaga; melibatkan dinamika emosi dan alam pikiran pelakunya yang senantiasa berubah.[21]Identitas ASEAN tertuang dalam mottonya one vision, one identity, one community.[22]Dalam hal visi, visi ASEAN adalah harmoni, kemitraan, perdamaian, stabilitas, kesejahteraan, perkembangan yang dinamis dan menyeluruh dalam kerukunan dan persahabatan bagi segenap warga negara-negara anggotanya. Dalam hal identitas, ASEAN merupakan sebuah entitas sosio-kultural.

Maka, dengan blueprint dan strategic objective ini ingin ditegaskan bahwa yang dimaksud identitas ASEAN adalah keseluruhan nilai-nilai kultural negara-negara anggotanya (collective personality, norms, values, beliefs, spirits) yang selama ini dipandang mendasari apa yang menjadi kepentingan ASEAN (as the basis of regional interests), bersifat menyatukan segala bentuk perbedaan (consolidate unity in diversity at all levels, create sense of belonging), dan memliki kemampuan untuk mendorong, menumbuhkan, mengarahkan gerak dan langkah ASEAN (to mainstream and promote greater awareness and common values).

2.7.2 Identitas Singapura

Singapura adalah salah satu negara anggota ASEAN dan merupakan negara pulau yang terletak di ujung selatan Semenanjung Malaya. Negara yang merdeka pada tahun 1965 ini memiliki luas hanya sekitar 710 km (ke-187) dan berpenduduk lebih dari 5 juta orang, menjadikannya sebagai salah satu negara terpadat di dunia. Walau begitu, Singapura telah berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu negara dengan perekonomian maju. Pada tahun 2010, Singapura memiliki PDB(KKB) per kapita sebesar 52.839 dollar . Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia. Dari sektor pariwisata, jumlah kedatangan total mencapai 10,2 juta orang tahun 2007. Dasar perekonomian Singapura berbasis pada pilar kembar yakni manufaktur dan sektor pelayanan . Industri manufaktur di seluruh bidang eletronik, teknik kimia, engineering, serta biomedical manufacturing menyumbang hampir 24.3% dari total GDP Singapura pada tahun 2003. Selain itu di sektor pelayanannya, berorientasi pada perdagangan wholesale and retail, pelayanan keuangan, dan bisnis yang masing-masing berkontribusi hingga 13%, 10.5%, 13.5% dari total GDP tahun 2003 (Cahyadi et al. 2004, 8-22). Di sektor militer, meski ukurannya kecil, Singapura memiliki salah satu pasukan militer paling maju di Asia Tenggara.

Dalam kawasan ASEAN, singapura dapat menempati posisi Core State maupun Peiphery state tergantung dari berbagai perspektifnya. Jika dilihat dari perspektif ekonomi, singapura dapat dikategorikan sebagai Core State, mengingat Singapura telah berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu negara dengan perekonomian paling maju di kawasan ASEAN yang notabene negara anggota lainnya masih merupakan negara berkembang. Dilihat dari perspektif Demokrasi, singapura dapat dikategorikan sebagai Periphery State karena pada kenyataannya singapura merupakan negara yang otoriter jika dilihat dari sistem hukumnya. Dilihat dari mayoritas penduduknya yang 74% adalah masyarakat yang ber etnis Tiongkok di tengah-tengah kawasan negara-negara ASEAN yang mayoritasnya adalah etnis melayu, singapura dapat dikategorikan sebagai Periphery state. Dari sektor militer, singapura memiliki angkatan militer yang paling maju se Asia Tenggara(berdasarkan kekuatan SDA, manusia, keuangan & geografi) maka singapura dapat dikategorikan sebagai Core State.

BAB III

PENUTUP

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Region yaitu wilayah yang jelas teridentifikasi meskipun sebenarnya untuk wilayah tersebut relatif tergantung konteks waktu selain itu unsur yang mendorong identifikasi diri adalah secara sejarah dan juga geografisnya serta aktivitas yang dilakukan terutama di bidang ekonomi. Regionalisme merupakan istilah yang menyiratkan pada sebuah kebijakan dimana aktor-aktor Negara dan non-negara bekerjasama dan mengordinasikan strategi dalam regionnya. Dengan kata lain, reigionalisme ini mengacu pada kebijakan atau projek yang dihasilkan oleh negara-negara dalam konteks regional. Tujuan dari regionalisme adalah untuk meraih dan mempromosikan tujuan yang sama dalam satu atau lebih permasalahan. Pengertian ini memiliki beberapa rentang, mulai dari soft regionalism yang mengacu pada promosi rasa kebersamaan dalam kesadaran regional dan komunitas serta konsolidasi kelompok dan jaringan regional, hingga hard regionalism yang mengacu pada usaha untuk mewadahi kelompok subregional yang diformalisasikan oleh kesepakatan antar Negara dan oganisasi. Regionalisasi merupakan istilah dengan arti proses pengerucutan atau pemokusan hubungan dalam level regional. Regionalisasi ini merupakan sebuah proses, berbeda dengan regionalisme yang merupakan kebijakan dan proyek dalam region. Proses pengerucutan fokus ini dapat memicu pembentukan region, yang kemudian memunculkan aktor aktor, jaringan dan organisasi regional. Dan dengan terbentuknya ASEAN yang beranggotakan dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara dimana dalam pembentukan ASEAN tedapat prosesnya serta aturan yang mengatur setiap negara. Selain itu tedapat keuntungan juga untuk negara tersebut, dan terdapat kerjasama di dalam kawasan ASEAN.

Singapura sebagai salah satu anggota sekaligus pendiri organisasi kawasan ASEAN, berperan penting dalam setiap prosesnya. Kapasitas memadai yang dimiliki Singapura menjadikan nilai tambah dalam memajukan kawasan Asia Tenggara khususnya dalam ASEAN. Singapura berperan aktif dalam Regionalisme di kawasan Asia Tenggara baik dalam Makro dan Mikro Regional, Regional Security, maupun dalam Regional monetary.

DAFTAR PUSTAKA

Regionalisme dalam studi hubungan internasional

ASEAN dalam hubungan internasional

Hubungan Internasional di kawasan asia Tenggara

Singapore Journal of International & Comparative Law. 1998. The Importance Of The Straits Of Malacca and Singapore. Singapore: University of Singapore., pp. 301-322.

[1] Global Financial Centres 7, City of London, March 2010.

[2]Kelly, Rachel (10 January 2008). Singapore retains busiest world port title. Channel News Asia (Singapore).

[3]Statistics Singapore Latest Data.Singstat.gov.sg. Diakses 23 August 2010.

[4]Trends in international migrant stock: The 2008 revision, United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division (2009).

[5]Population Trends 2009, Singapore Department of Statistics. ISSN 1793-2424

[6]List of countries and dependencies by population density.

[7]Measuring Globalization, Foreign Policy, no date.

[8]GDP (per capita) (1968) by country,NationMaster.com.

[9]Murphy, Craig (2006). The United Nations Development Programme: A Better Way?. Cambridge University Press. hlm. 101. ISBN 9780521864695.

[10]The Economist Intelligence Units quality-of-life index, 2005.

[11]Moss, Trefor (18 January 2010). Buying an advantage. Janes Defence Review.

[12]The Impact of Singapores Military Development on Malaysias Security. Journal of Politics and Law (Canadian Center of Science and Education) 2 (2). 2009. ISSN 1913-9047

[13]Singapore GDP Contracts By 6.8% In The Fourth Quarter. Gov Monitor. 3 January 2010. Diakses 1 November 2010.

[14]Ramesh, S. (8 August 2010). Govts goal is to ensure all Sporeans enjoy fruits of growth: PM Lee. Channel News Asia (Singapore).

[15]Heritage Trails: Bukit Timah Hill. Heritage trails. Diakses 22 April 2010.

[16]Towards Environmental Sustainability, State of the Environment 2005 Report (PDF). Ministry of the Environment and Water Resources, Singapore. Diakses 22 April 2010.

[17]Gross Domestic Product by Industry. Singapore Department of Statistics. 2007. Diarsipkan dari aslinya tanggal 1 August 2007. Diakses 22 April 2010.

[18]Xilinx (14 September 2007). Xilinx Underscores Commitment To Asia Pacific Market At Official Opening Of New Regional Headquarters Building In Singapore. Siaran pers. Diakses pada 22 April 2010.

[19]Li, Dickson (30 January 2010). Spore most open economy. The Straits Times (Singapore). Diakses 23 August 2010.

[20]Wong Choon Mei (6 September 2006). Singapore the most business-friendly economy in the world: World Bank. Channel NewsAsia (Singapore). Diarsipkan dari aslinya tanggal 15 May 2008. Diakses 22 April 2010. According to a World Bank-IFC report, Singapore beats previous winner New Zealand for the top spot in the 2005/2006 rankings while the United States came in third

[21](mis. Handbook of Identity Theory and Research, volume 1 dan 2, oleh Seth J. Schwartz, Koen Luyckx, Vivian L. Vignoles (eds), New York: Springer, 2011).

[22]http://www.asean.org/news/item/asean-vision-2020

Filed underNegara-negara,Regionalisme,Tugasand taggedidentitas ASEAN,identitas singapura,kepentingan singapura,peran singapura dalam ASEAN,peran singapura dalam asia tenggara,peran singapura dalam SIJORI,regional monetary asia tenggara,regional security asia tenggara,regionalisasi asia tenggara,regionalisme asia tenggara| Leave a commentCalendar

Music

Hit Counter

tomcat hosting@NiaRegret

Juni in julyBlog at WordPress.com.The Matala Theme.

FollowFollow Juni in july

Top of Form

Get every new post delivered to your Inbox.

Bottom of Form

Build a website with WordPress.com

_1502960699.unknown