shanghai cooperation organization dan regionalisme asia tengah

16
Page | 0 MAKALAH KELOMPOK DINAMIKA KAWASAN ASIA SELATAN DAN ASIA TENGAH Shanghai Cooperation Organization dan Regionalisme Asia Tengah Disusun oleh: Anne Margareth (0706291205) Erika (0706291243) Muti Dewitari (0706165570) Natasha Agnes (0706291344) Paramita Dewi (0606097152) Winda (0706291464) DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2010

Upload: erika-angelika

Post on 19-Jun-2015

1.424 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 0

MAKALAH KELOMPOK

DINAMIKA KAWASAN ASIA SELATAN DAN ASIA TENGAH

Shanghai Cooperation Organization

dan Regionalisme Asia Tengah

Disusun oleh:

Anne Margareth (0706291205)

Erika (0706291243)

Muti Dewitari (0706165570)

Natasha Agnes (0706291344)

Paramita Dewi (0606097152)

Winda (0706291464)

DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS INDONESIA 2010

Page 2: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Asia Tengah adalah kawasan yang terdiri dari lima negara Kazakhstan, Kyrgyzstan,

Tajikistan Turkmenistan dan Uzbekistan. Namun, dari lima negara tersebut hanya empat

negara yang tergabung dalam kerjasama Shanghai Cooperation Organization (SCO), dimana

Turkmenistan menolak untuk ikut dalam kerjasama tersebut. Apa itu SCO? Secara singkat

SCO adalah sebuah organisasi kerjasama antar-pemerintahan yang dijalin oleh Cina,

Kazakhstan, Kyrgyzstan, Russia, Tajikistan and Uzbekistan pada 15 Juni 2001. Wilayah dari

negara anggota SCO menempati 60% dari luas daratan Eurasia dan memiliki populasi kurang

lebih 1,455 milyar orang.1 Bersama dengan empat pengamat –India, Iran, Mongolia dan

Pakistan, organisasi ini menghadirkan kerjasama negara yang kuat yang memiliki sumber

daya energi berlimpah sekaligus jumlah senjata nuklir yang cukup signifikan. Banyak pihak

mengatakan, bentuk kerja sama SCO ini memberikan banyak pengaruh positif pada

pembentukan regionalisme ekonomi di kawasan Asia Tengah. Makalah ini kemudian akan

mencoba melihat pengaruh apa saja yang diberikan SCO dalam pembentukan regionalisme di

Asia Tengah.

1.2. Pertanyaan Permasalahan

Makalah ini akan berusaha menjawab pertanyaan: Bagaimana pembentukan

Shanghai Cooperation Organization mempengaruhi munculnya fenomena regionalisme

di kawasan Asia Tengah?

1.3. Kerangka Konsep

Dalam kerangka Teori Ekonomi dan Politik Internasional, suatu region/kawasan

tidak hanya didefinisikan sebagai wilayah yang memiliki kesamaan letak geografis,

1

Ruslan Maksutov, The Shanghai Cooperation Organization: A Central Asian Perspective, SIPRI Project Paper,

Agustus 2006, diakses dari http://www.sipri.org/research/security/euroatlantic/

sipri_prod_material/project_papers/ruslan_SCO pada hari Senin, 26 April 2010 pukul 23.29 WIB, hal 1.

Page 3: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 2

melainkan lebih kepada bagaimana aktor-aktor politik internasional menginterpretasikan

makna dari region itu sendiri.2 Karenanya, regionalisme bukan hanya sebuah konsep

geografis, melainkan juga sebuah proses dinamis yang di dalamnya mencakup hubungan

ekonomi, politik, dan sosial budaya3. Secara umum, regionalisme didefinisikan sebagai

kondisi di mana sekelompok negara, biasanya yang terletak dalam wilayah geografis yang

sama, setuju untuk bekerja sama dan membagi tanggung jawab untuk meraih tujuan yang

sama.4 Regionalisme merupakan sebuah respon logis yang diambil suatu negara dalam

menghadapi masalah yang terlalu besar untuk diselesaikan sendiri, atau masalah di mana

tindakan suatu negara akan mempengaruhi negara lainnya.5

Dalam memahami regionalisme, pemahaman yang penting adalah bahwa

regionalisme berbeda dengan regionalisasi. Regionalisme merupakan konsep normatif yang

merujuk pada nilai, norma, identitas, dan aspirasi yang dipegang oleh pihak-pihak tertentu.

Berbeda dengan regionalisasi yang merujuk pada a series of complex, proses yang saling

terkait untuk memperluas dan mempercepat saling keterkoneksinya (interconnectedness)

suatu domain regional dalam hubungan politik, ekonomi, dan sosial. Pada beberapa definisi,

aktor utama di balik regionalisme adalah negara; sementara pada beberapa definisi lain, aktor

yang berperan tidak hanya terbatas pada negara. Menurut Anthony Payne dan Andrew

Gamble, ‗regionalisme adalah sebuah proyek state-led atau states-led yang bertujuan untuk

mengatur ulang suatu ruang regional tertentu bersama dengan tujuan ekonomi dan politik

yang telah ditentukan‘.6

Fenomena regionalisme sendiri pertama muncul ketika negara-negara Eropa mulai

mengadakan kerja sama dan membentuk Uni Eropa sebagai suatu bentuk kerja sama yang

mengikat mereka. Dalam pemahaman mengenai regionalisme, unsur ‗wilayah‘ memainkan

peran penting karena wilayah bukan sekedar dipahami sebagai unit geografis dan

2 Andrew Hurrell. ―Regionalism in Theoretical Perspective‖, dalam Louise Fawcett dan Andrew Hurrell (ed.),

Regionalism in World Politics: Regional Organization and International Order. (New York: Oxford

University Press, 1995), h. 41. 3

Yeo Lay Hwee. Realism and Reactive Regionalism: Where Is East Asian Regionalism Heading?

http://revistas.ucm.es/cps/16962206/articulos/UNIS0505230008A.pdf, diakses pada 7 Mei 2009, pukul

21.07. 4 David N. Balaam dan Michael Veseth. Introduction to International Political Economy. (New Jersey: Pearson

Prentice Hall, 2005), h. 242. 5 Ibid, h.243.

6 Andrew Payne dan Andrew Gamble, ―Introduction: the Political Economy of Regionalism and World Order‖,

dalam Andrew Gamble and Anthony Payne (eds.), Regionalism and World Order (Macmillan, 1996), h. 2.

Page 4: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 3

administratif, melainkan sebagai subyek pelaku regionalisasi itu sendiri. Proses regionalisasi

ini seringkali disebut sebagai ―regionness‖, yang ditandai dengan meningkatnya cohesiveness

dan distinctiveness di wilayah tersebut.7 Peningkatan regionness menandakan terjadinya

transformasi di suatu wilayah dari yang tadinya merupakan objek pasif, menjadi sebuah

subjek aktif dalam mengartikulasikan kepentingan transnasional di wilayah tersebut. Dalam

sebuah proses regionalisasi, ambisi politik dari suatu negara untuk mempersatukan

negara-negara lain dalam suatu bentuk regionalisme memegang peranan krusial, karenanya

regionalisme sebenarnya merupakan sebuah proyek politik. Sehubungan dengan hal tersebut,

faktor actorness juga penting dalam menjelaskan regionalisme, di mana actorness dipahami

sebagai kapasitas bentindak suatu unit regional yang muncul karena menguatnya kehadiran

unit tersebut dalam suatu wilayah.8

7 Björn Hettne, ―Regionalism and World Order‖ dalam Mary Farrell et.all. (eds.), Global Politics of

Regionalism. (London: Pluto Press, 2005), h. 269-286. 8 Ibid.

Page 5: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Karakteristik Negara-Negara di Asia Tengah9

Asia Tengah terdiri dari lima negara, yaitu Tajikistan, Turkhmenistan, Kirgistan,

Uzbekistan, dan Kazakhstan. Kelima negara di Asia Tengah ini merupakan bekas federasi

Uni Soviet dan kemudian merdeka dan lepas dari Uni Soviet di tahun 1991. Masing-masing

negara di Asia Tengah ini memiliki karakteristik keadaan geografis yang berbeda-beda.

Tajikistan, Kirgistan, dan Uzbekistan termasuk ke dalam kategori landlocked countries,

sedangkan Turkhmenistan dan Kazakhstan berbatasan langsung dengan Laut Kaspia.

Kazakhstan menjadi negara terluas di Asia Tengah dengan luas 2.724.900 km2.10

Bentuk

pemerintahan di kelima negara di Asia Tengah ini adalah republik. Namun, di Turkhmenistan,

Uzbekistan, dan Kazakhstan, kekuasaan presiden bersifat otoriter dengan kekuatan yang kecil

di luar badan eksekutif. Ciri khas pemerintahan model otoritarian menjadi sebuah warisan

dari kepemimpinan dan pengaruh Uni Soviet di Asia Tengah sebelum mereka merdeka.

Jumlah penduduk di masing-masing negara Asia Tengah bervariasi, dengan jumlah penduduk

terbesar adalah Uzbekistan, 27.606.007 jiwa.11

Secara historis sebelum negara-negara Asia Tengah merdeka, yaitu pada masa

kekuasaan Uni Soviet, Asia Tengah menjadi wilayah yang menaungi diversitas berbagai

aspek budaya. Di masa ini, kemajemukan bahasa dan etnis dimanfaatkan secara politis oleh

Uni Soviet melalui kebijakan stereotipe etnis yang diskriminatif. Keberadaan etnis penduduk

Asia Tengah dipecah-belah melalui penarikan batas geografis, kemudian etnis Rusia

dimunculkan sebagai kelompok unggul di hampir semua wilayah satelit Soviet.12

Politik

etnis yang dilakukan oleh Uni Soviet ini tidak mempartisi kelompok etnis Asia Tengah ke

9 Dirangkum dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos.html, diakses pada tanggal

26 April 2010, pukul 19.19 WIB. 10

―The World Factbook: Kazakhstan‖, diakses dari https://www.cia.gov/library/publications/

the-world-factbook/geos/kz.html, pada tanggal 26 April 2010, pukul 19.28 WIB. 11

―The World Factbook: Uzbekistan‖, diakses dari https://www.cia.gov/library/publications/

the-world-factbook/geos/uz.html, pada tanggal 26 April 2010, pukul 19.29 WIB. 12

Charles Undeland dan Nicholas Platt, The Central Asia Republics: Fragments of Empire Magnets of Wealth,

(New York: The Asia Society, 1994), hal. 1-10.

Page 6: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 5

dalam blok-blok geografis tertentu.13

Di era post-Soviet, hal ini menjadi masalah karena

garis perbatasan tersebut membuat sekelompok etnis tertentu berada di luar wilayah negara

yang telah ditetapkan sebagai ―rumah‖ bagi etnis tersebut.14

Dilihat dari besar GDP per kapita, Kazakhstan merupakan negara dengan jumlah

GDP terbesar, diikuti oleh Turkhmenistan, Uzbekistan, Kirgistan, dan yang terkecil Tajikistan.

Dua negara pemilik GDP per kapita terbesar di Asia Tengah—Kazakhstan dan

Turkhmenistan—memiliki keunggulan lokasi strategis yang berbatasan langsung dengan

sumber daya energi di Laut Kaspia, yang menjadikan mereka mampu menghasilkan sumber

daya alam dan industri yang berhubungan dengan minyak bumi dan gas alam terbesar di Asia

Tengah. Dari sisi perdagangan, perdagangan ekspor-impor diantara negara-negara Asia

Tengah tidak berjalan secara intensif. Turkhmenistan yang bukan merupakan anggota SCO,

tidak memiliki major trading partners yang berasal dari negara-negara Asia Tengah

lainnya.15

Begitu pula dengan Kazakhstan yang lebih banyak berdagang dengan

negara-negara di luar kawasan Asia Tengah, seperti dengan Rusia, Cina, Jerman, AS, dan

negara-negara Eropa lainnya.16

Tiga negara lainnya, Tajikistan, Kirgistan, dan Uzbekistan,

masing-masing memiliki hubungan dagang dengan negara lain di Asia Tengah, tapi bukan

tergolong major trading partners dengan rata-rata prosentase kurang dari 10% dari total

perdagangan keseluruhan.

2.2. Hubungan Antar Negara-Negara Asia Tengah

Hubungan diantara negara-negara Asia Tengah tersebut diwarnai oleh berbagai

permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang pada akhirnya menghambat kerjasama

diantara mereka antara lain masalah perbatasan dan distribusi air. Permasalahan perbatasan

diantaranya terjadi antara Uzbekistan dengan Kyrgyzstan dan Tajikistan, dimana para tentara

Uzbekistan memasang ranjau pada tahun 1999-2000 untuk mencegah serangan oleh ekstrimis

agama Islam di negara tersebut yang sering disebut sebagai Islamic Movement of Uzbekistan

13

Ibid, hal.2. 14

Ibid, hal. 4. 15

―The World Factbook: Turkhmenistan‖, diakses dari https://www.cia.gov/library/publications/

the-world-factbook/geos/tx.html, pada tanggal 26 April 2010, pukul 19.25 WIB. 16

―The World Factbook: Kazakhstan‖, loc. cit.

Page 7: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 6

(IMU).17

Pemasangan ranjau ini pun memakan korban dimana sebanyak 98 rakyat sipil

meninggal serta 59 lainnnya terluka (kebanyakan wanita dan anak-anak).18

Permasalah

perbatasan ini juga terjadi antara Kazakhstan dengan Kyrgyzstan, tapi permasalahan diantara

mereka dapat diselesaikan dengan negosiasi yang berlangsung secara damai sehingga pada

tahun 1996 penentuan batas negara dapat disepakati dan demarkasi berhasil dilaksanakan

pada Desember 2001.

Permasalahan lain yang juga mewarnai hubungan negara-negara Asia Tengah adalah

permasalahan air. Sumber air di kawasan tersebut sebagian besar berasal dari dua sungai,

Amu Darya dan Syr Darya, yang berasal dari Kyrgyzstan dan Tajikistan dan mengalir menuju

Laut Aral yang berlokasi di Kazakhstan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Lembah sungai Laut

Aral menyediakan keperluan air bagi 75% populasi Asia Tengah dan mengandung 90%

surface water di kawasan. Pertanian adalah dasar dari ekonomi di kawasan dan

tanaman-tanaman pertanian seperti kapas dan nasi membutuhkan irigasi yang intensif. Tahun

1960, keputusan dibuat untuk membelokkan aliran dua sungai tersebut ke perkebunan kapas

dengan tujuan menaikkan produksi mereka, hal ini kemudian menyebabkan pengurangan

volume air di Laut Aral hingga 75%. Hingga saat ini, Uzbekistan masih melakukan tindakan

membahayakan ini. Padahal tindakan ini mengakibatkan lebih dari 50% air hilang ketika

transit dalam perjalanannya menuju ladang pertanian. Namun di Kazakhstan situasi membaik,

dimana mereka membangun dam guna membuat 40% dari air kembali ke Laut Aral kembali.

Sebenarnya masalah manajemen air di kawasan ini gagal dilakukan setelah negara-negara

Asia Tengah merdeka dari Uni Soviet. Perjanjian air yang ada hingga saat ini mengalokasikan

73% air dari lembah sungai Laut Aral ke Kazakhstan, Turkmenistan dan Uzbekistan, dimana

Kyrgyzstan and Tajikistan –negara dengan 9% dari semua air– menandatangani kurang dari

seperempat jumlah air untuk kebutuhan mereka sendiri (untuk ditukar dengan sumber daya

energi). Lebih jauh lagi, walaupun negara-negara hilir di kawasan percaya bahwa air adalah

sumber daya bersama bagi seluruh kawasan, mereka tidak mengambil tindakan untuk

17

Ezeli Azarkan, The Interests of the Central Asian States and the Shanghai Cooperation Organization, EGE

Academic Review 10 (1) 2010, diakses dari http://www.eab.ege.edu.tr/pdf/10_1/C10-S1-M20.pdf pada hari

Senin, 26 April 2010 pukul 23.36 WIB, hal 18. 18

Ruslan Maksutov, op. cit., hal. 18.

Page 8: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 7

mengelola sistem air.19

2.3. Pembentukan Shanghai Cooperation Organization sebagai Bentuk Kerja Sama

Ekonomi di Kawasan Asia Tengah

Shanghai Co-operation Organization (SCO) dibentuk secara resmi pada tahun 2001

di Shanghai sebagai sebuah kerja sama regional di Asia Tengah, beranggotakan 4 negara Asia

Tengah meliputi Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan, dan 2 negara tetangga yaitu

Cina dan Rusia.20

Pada dasarnya SCO ini merupakan perkembangan sebuah forum Shanghai

Five pada tahun 1996. Shanghai Five sendiri meliputi negara Rusia, Cina, Kazakhstan,

Kyrgyztan, dan Tajikistan, yaitu sebuah kerja sama yang berbentuk forum dalam peningkatan

kepercayaan dan keamanan dalam bidang militer di kawasan tersebut. Kerja sama ini tidak

lain berangkat dari kondisi pasca Perang Dingin, lalu kemudian semakin berkembang melalui

bentuk organisasi yang semakin terikat dan established21

, hingga berujung pada pembentukan

kerja sama regional SCO itu sendiri.

Hal yang melatarbelakangi pembentukan Shanghai Five tidak dapat dipungkiri

adalah perubahan kondisi dan situasi setelah Perang Dingin berakhir, dan runtuhnya Uni

Soviet dan kekuasaannya terhadap negara-negara Asia Tengah itu sendiri. Munculnya

sengketa batas wilayah, khususnya antara Tajikistan dengan Cina, sedangkan Rusia,

Kazakhstan, dan Kyrgyztan yang telah mencapai kesepakatan batas wilayah, melahirkan

inisiatif untuk membuka dialog antar negara yang saling berbatasan satu sama lain ini.22

Selain itu, dengan perbatasan yang sangat dekat satu sama lain, kebutuhan akan stabilitas

keamanan menjadi penting untuk dicapai. Hal inilah awal mendasari lahirnya dialog antar

negara-negara tersebut. Sedangkan alasan di balik terbentuknya SCO tidak lain dikarenakan

kondisi yang berkembang di kawasan tersebut, yakni dengan terjadinya peristiwa 9/11 dan

maraknya aksi teror, khususnya di Afganistan.23

19

Ezeli Azarkan, op. cit., hal. 19. 20

Hsiu-Ling Wu dan Chien-Hsun Chen, ―The Prospect for Regional Economic Integration between China and

the Five Central Asian Countries‖, diakses dari http://www.politik.lipi.go.id/index.php/

in/kolom/111-cina-dan-shanghai-cooperation-organization, pada tanggal 25 April 2010, pukul 03.14. 21

Chien-peng Chung, ―The Shanghai Co-operation Organization: China‘s Changing Influence in Central Asia‖,

diakses dari http://www.jstor.org/stable/20192414, pada tanggal 25 April 2010, pukul 03.17. 22

Hsiu-Ling Wu dan Chien-Hsun Chen, loc.cit. 23

―What is the Shanghai Cooperation Organization‖, diakses dari http://www.sinomania.com/CHINANEWS/

Page 9: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 8

Pada dasarnya tujuan dan prinsip SCO, yang dituangkan dalam Piagam SCO yang

ditandatangani tahun 2002 di Moskow, adalah penguatan rasa saling percaya dan dan

peningkatan kerja sama di berbagai bidang. Kerja sama ini secara rinci meliputi kerja sama

keamanan untuk perdamaian dan stabilitas regional serta membangun kekuatan baru dalam

bidang ekonomi dan politik dengan prinsip saling menghormati kedaulatan dan tidak

mencampuri urusan dalam negeri masing-masing anggota itu sendiri.24

Selain itu, SCO juga

memfokuskan kerja samanya pada peningkatan perdagangan, teknologi dan ilmu

pengetahuan, budaya, edukasi, energi, transportasi, dan proteksi lingkungan. Kerja sama

ekonomi merupakan kunci penting area kerja sama bagi SCO karena kerja sama ini

memberikan fondasi material dan garansi pembangunan yang lancar dari negara-negara SCO

maupun SCO sebagai institusi itu sendiri.

2.4. Perkembangan Kerja Sama Regional Asia Tengah Paska Pembentukan SCO

Paska pembentukan SCO, berbagai perkembangan positif ke arah regionalisme

ekonomi mulai tercipta di kalangan negara-negara Asia Tengah, Cina dan Rusia.

Perkembangan positif pertama dimulai pada KTT pertama SCO di Alma-Ata pada 13-14

September 2001. Melalui KTT tersebut, dibuatlah Fondation for building up the SCO’s

Economic Agenda, yaitu sebuah agenda kerja sama ekonomi regional yang memfokuskan

pada proses pemfasilitasan perdagangan dan investasi itu sendiri.25

Perkembangan yang

semakin positif terus terjadi pada tahun 2002, di mana ketika itu negara-negara SCO sepakat

untuk membuat sebuah protokol untuk momerandum di antara negara-negara anggota, yang

selanjutnya menjadi sebuah program untuk perdagangan multilateral dan pada tahun 2003

kerjasama ekonomi yang lebih substantif, yaitu meliputi kesepakatan untuk membuat adanya

aliran bebas dari barang-barang, pelayanan, dan teknologi antar negara anggota, menuju

sebuah ide perdagangan bebas antar anggota SCO. Perkembangan dialog mengenai rencana

ini hingga kini belum mencapai kesepakatan namun terus tertunda, salah satunya karena

shanghai_cooperation_organization.htm, pada tanggal 26 April 2010, pukul 23.00.

24 Lidya Christin Sinaga, ―Cina dan Shanghai Corporation Organization‖, diakses dari

http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/111-cina-dan-shanghai-cooperation-organization, pada

tanggal 26 April 2010, pukul 20.28. 25

Chin-Hao Huang, ―China and the Shanghai Cooperation Organization: Post Summit and Analysis and

Implications for United States‖, dalam China and Eurasia Forum Quaterly, Volume 4, No. 3 (2006), hal. 18.

Page 10: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 9

Rusia memblok saran Cina dengan alasan usulan Cina tersebut tidak berpihak pada

negara-negara Asia Tengah.26

Walaupun SCO sejak awal berdirinya sudah memasukkan kerja sama ekonomi

sebagai salah satu elemen kerja samanya, namun baru pada KTT V-lah kerja sama secara

tertulis dan resmi tertuang dengan matang. Pada KTT V SCO di Shanghai pada tahun 2006

lalu itu, SCO berhasil menghasilkan keputusan untuk mengimplementasikan Cooperation

Program on Multilateral Economic and Trade27

, sebagai satu-sastunya kerja sama dengan

kerangka dan aturan yang jelas dan resmi. Pada tahun 2006 ini pula, lahirlah SCO Business

Council yang bertujuan untuk menghubungkan kepentingan komunitas bisnis anggota Negara

SCO dan untuk mengembangkan proyek-proyek ekonomi multilateral. Pada tahun pertama

pertemuannya SCO Business Council ini (yaitu pada tahun 2006), dihasilkan persetujuan

asosiasi inter-bank negara-negara anggota SCO, untuk membuat instrumen-instrumen dalam

skala besar untuk membangun masalah infrastruktur dalam kapasitas trans-nasional. Rusia

sendiri memberikan bantuan sebesar 500 juta AS$ sedangkan Cina memberikan 900 Juta AS$.

Lebih lanjut lagi, sebagai bentuk respon terhadap krisis finansial yang terjadi, kerja sama di

dalam SCO pun juga merambah sektor finansial, di mana Cina telah mempersiapkan $10

milyar pinjaman untuk negara-negara anggota SCO yang tengah menghadapi goncangan

ekonomi.28

Tidak hanya terjadi dalam kerangka multilateral, kerja sama ekonomi di dalam SCO

justru seringkali terjadi melalui hubungan bilateral antar negara anggotanya. Mengenai

fenomena ini, Ikboljon mengatakan dalam artikelnya bahwa SCO sebenarnya bukanlah suatu

organisasi multilateral dengan struktur enam negara anggota. Perbedaan yang sangat

mencolok dalam karakteristik keenam negara ini menyebabkan perubahan dalam struktur

SCO juga, yaitu 2 (Cina & Rusia) + 4 (Kazakstan, Kyrgiztan, Tajikistan, Uzbekistan), juga

1+1+429

. Jika dalam masalah keamanan SCO berhasil dan jelas tujuannya serta kerjasama

multilateralnya, maka dalam bidang ekonomi kerjasama multilateral negara-negara Asia

Tengah masih dalam tahap perencanaan, dengan kata lain ‘Multilateralism, but not yet’. Hal

ini menyebabkan berbagai kerangka kerja multilateral seringkali hanya berhenti sampai tahap

26

Regionalism and Multilateralism in Central Asia, diakses dari http://dspace.library.uvic.ca:8080/bitstream/

1828/204/1/Charting%20a%20New%20Silk%20Road.pdf pada tanggal 25 April 2010, pukul 17.08 WIB. 27

Chin-Hao Huang, loc.cit. 28

Ibid. 29

Tolipov F, CACO merges with EEC: the third strike on CentralAasia’s independence, dalam ―CACI Analyst”,

Edisi ke 19 Oktober 2005.

Page 11: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 10

perencanaan. Hubungan bilateral, sebaliknya, lebih sering terjadi dalam SCO.30

Contohnya

adalah perjanjian bilateral antara Cina dan Tajikistan mengenai konstruksi jalan sepanjang

410 kilometer yang dibangun sepanjang perbatasan Tajikistan-Uzbekistan. Contoh kerja sama

bilateral lain adalah investasi yang diberikan Cina, Rusia dan Kazakhstan pada sektor tenaga

hidroelektrik di Kyrgyzstan dan Tajikistan.

Hal yang juga menarik untuk dibahas adalah kerja sama dalam sektor energi yang

timbul antar negara anggota SCO paska pembentukan SCO. Mengenai bentuk kerja sama

energi ini, Rusia pada tahun 2005 mengusulkan sebuah ide pembentukan kerja sama secara

lebih mendalam pada sektor energi dan gas, melalui kerangka SCO Energy Club, di mana ide

ini belum disepakati bersama walau Rusia sudah mengembangkan idenya itu.31

Adapun Club

ini berusaha untuk menadi rival dari OPEC (Organization of the Petroleum Exporting

Countries) yang memiliki setengah dari cadangan gas alam dunia dan seperempat dari

cadangan minyak dunia, termasuk bergabung di dalamnya Iran.32

Kazakstan sebagai

produser utama minyak di Asia Tengah juga telah mempertimbangkan efek kerjasama jangka

panjang dalam penegkspoloitasian minyak mereka. Negara-negara Asia Tengah juga telah

setuju bahwa upaya diversifikasi industri energi harus ditingkatkan di Asia Tengah. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi ketergantungan eksploitasi energi dan semakin mengembangkan

sektor industri dan kapabilitas industri jasa.

2.5. Analisis: Apakah SCO Memicu Lahirnya Regionalisme di Asia Tengah?

Dari penjelasan mengenai karakteristik negara-negara Asia Tengah pada subbab

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya negara-negara Asia Tengah memiliki latar

belakang historis yang tidak jauh berbeda, yaitu sama-sama pernah berada di bawah

kependudukan Soviet. Sistem politik yang mereka anut juga cenderung sama, begitu pula

dengan agama mayoritas di wilayah tersebut. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, berbagai

persamaan tersebut tidak lantas membuat hubungan antar negara-negara Asia Tengah menjadi

baik. Kenyataannya, permasalahan perbatasan dan permasalahan distribusi air merupakan

30

Ruslan Maksutov, loc.cit. 31

Sergei Blagov, ―Russia Urges Formation of Central Asian Energy Club‖, diakses dari

http://www.eurasianet.org/departments/insight/articles/eav110707a.shtml, pada tanggal 27 April 2010, pukul

19.08. 32

Jennifer Bulkeley, The Role of the Shanghai Cooperation Organization in Chinese Foreign Policy and

Strategy Toward Central Asia diakses dari http://www.irex.org/programs/symp/07/summaries/Bulkeley.pdf

pada tanggal 26 April 2010, pukul 19.00 WIB.

Page 12: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 11

masalah yang membuat hubungan antar negara-negara Asia Tengah cenderung renggang.

Hubungan yang cenderung renggang ini membuat negara-negara Asia Tengah jarang

melakukan kerja sama satu sama lain. Melalui pembentukan SCO-lah, kerja sama ekonomi

antar negara-negara Asia Tengah kemudian terjadi. SCO sendiri pada awalnya dibentuk

sebagai upaya untuk menciptakan dialog antar negara-negara Asia tengah untuk mengatasi

konflik perbatasan yang timbul, serta untuk menciptakan stabilitas keamanan sehubungan

dengan maraknya aksi teror saat itu. Pada awalnya, SCO memang lebih merupakan kerja

sama politik dan keamanan antar Cina, Rusia dan empat negara Asia Tengah. Tapi

lama-kelamaan bentuk kerja sama politik dan keamanan ini justru meluas menjadi kerja sama

dalam hal perdagangan, investasi, teknologi, lingkungan, sampai pada sektor yang paling

krusial: energi. Tidak hanya terjadi dalam lingkup multilateral, SCO juga berhasil

memfasilitasi terjadinya kerja sama bilateral antar negara anggotanya. Berbagai perjanjian

dan kerja sama ekonomi yang melibatkan negara-negara Asia Tengah telah tercipta paska

pembentukan SCO. Hal ini merupakan perkembangan yang positif, mengingat pada awalnya

hubungan antar negara-negara Asia Tengah cenderung distant karena adanya masalah

perbatasan dan distribusi air.

Sehubungan dengan konsep regionalisme yang telah dipaparkan sebelumnya, pada

kasus SCO ini, sebuah urgensi akan perlunya kerja sama regional untuk mengatasi masalah

yang tidak dapat diselesaikan sendiri telah lahir. Negara-negara Asia Tengah pun sudah

memiliki kesadaran bahwa mereka sebenarnya terkait satu sama lain, terutama karena adanya

fakor kedekatan wilayah antar mereka. Adanya suatu masalah yang harus diselesaikan

bersama dalam kerangka kerja sama regional ini merupakan unsur penting dalam melahirkan

sebuah regionalisme di suatu kawasan. Akan tetapi sayangnya, penulis tidak menemukan

unsur regionness pada kawasan Asia Tengah ini. Alih-alih menjadi subjek dari proses

regionalisasi yang terjadi, negara Asia Tengah justru hanya terbawa arus yang dipimpin oleh

Cina dan Rusia. Negara-negara Asia Tengah, karenanya, masih menjadi objek pasif dalam

mengartikulasikan kepentingan transnasional mereka dalam SCO. Faktor actorness, yang

menunjukkan adanya keterlibatan karena kuatnya pengaruh negara-negara di suatu kawasan,

juga tidak penulis temukan dalam kasus SCO ini. Hal tersebut dikarenakan di dalam SCO,

negara yang memegang peranan penting bukanlah negara-negara Asia Tengah, melainkan

Page 13: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 12

Cina dan Rusia. SCO, karenanya, belum mencerminkan regionalisme Asia Tengah yang

sesungguhnya.

Akan tetapi walaupun regionalisme belum tercipta di kawasan Asia Tengah, tidak

dapat dipungkiri pembentukan SCO merupakan angin segar bagi terciptanya hubungan kerja

sama antar negara-negara Asia Tengah. Meluasnya kerja sama di SCO, dari yang awalnya

berfokus pada kerja sama keamanan dan politik, kemudian meluas menjadi kerja sama

perdagangan, investasi, sampai pada kerja sama energi, merupakan perkembangan yang

sangat positif menuju terbentuknya regionalisme di kawasan Asia Tengah. SCO, karenanya,

telah berhasil menjadi suatu fondasi dasar bagi kemunculan regionalisme Asia Tengah di

masa depan.

Page 14: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 13

BAB III

KESIMPULAN

Page 15: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 14

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Balaam, David N. dan Michael Veseth. 2005. Introduction to International Political Economy.

New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Hettne, Björn. 2005. ―Regionalism and World Order‖ dalam Farrell, Mary et.all. (eds.),

Global Politics of Regionalism. London: Pluto Press.

Hurrell, Andrew. 1995. ―Regionalism in Theoretical Perspective‖, dalam Louise Fawcett dan

Andrew Hurrell (ed.), Regionalism in World Politics: Regional Organization and

International Order. New York: Oxford University Press.

Payne, Andrew dan Andrew Gamble. 2005. ―Introduction: the Political Economy of

Regionalism and World Order‖, dalam Gamble, Andrew dan Anthony Payne (eds.),

Regionalism and World Order. Macmillan

Undeland, Charles dan Nicholas Platt, 1994. The Central Asia Republics: Fragments of

Empire Magnets of Wealth. New York: The Asia Society.

Jurnal:

Huang, Chin-Hao. 2006. ―China and the Shanghai Cooperation Organization: Post Summit

and Analysis and Implications for United States‖, dalam China and Eurasia Forum

Quaterly, Volume 4, No. 3.

Tolipov, F. CACO merges with EEC: the third strike on CentralAasia’s independence, dalam

―CACI Analyst”, Edisi ke 19 Oktober 2005.

Internet:

http://www.sipri.org/research/security/euroatlantic/sipri_prod_material/project_papers/ruslan

_SCO

http://revistas.ucm.es/cps/16962206/articulos/UNIS0505230008A.pdf

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos.html

https://www.cia.gov/library/publications/ the-world-factbook/geos/kz.html

https://www.cia.gov/library/publications/ the-world-factbook/geos/uz.html

https://www.cia.gov/library/publications/ the-world-factbook/geos/tx.html

http://www.eab.ege.edu.tr/pdf/10_1/C10-S1-M20.pdf

http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/111-cina-dan-shanghai-cooperation-organiza

Page 16: Shanghai Cooperation Organization Dan Regionalisme Asia Tengah

Page | 15

tion

http://www.jstor.org/stable/20192414

http://www.sinomania.com/CHINANEWS/ shanghai_cooperation_organization.htm

http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/111-cina-dan-shanghai-cooperation-organiza

tion

http://dspace.library.uvic.ca:8080/bitstream/1828/204/1/Charting%20a%20New%20Silk%20

Road.pdf

http://www.eurasianet.org/departments/insight/articles/eav110707a.shtml

http://www.irex.org/programs/symp/07/summaries/Bulkeley.pdf