penerapan model contextual teaching and learning/penerapan...perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
BANGUN GEOMETRIS PADA ANAK KELOMPOK B
TK DESA TORIYO
SKRIPSI
Oleh :
LIYA STYANINGRUM
X8110028
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Liya Styaningrum
NIM : X8110028
Jurusan/Program Studi : FKIP/Ilmu Pendidikan
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP BANGUN GEOMETRIS PADA ANAK KELOMPOK B TK DESA
TORIYO” ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang telah dikutip telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Liya Styaningrum
X8110028
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
BANGUN GEOMETRIS PADA ANAK KELOMPOK B
TK DESA TORIYO
Oleh:
LIYA STYANINGRUM
X8110028
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Guru Anak Usia Dini
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul: Penerapan Model Contextual Teaching and Learning untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Geometris Pada Anak Kelompok B TK
Desa Toriyo.
Disusun oleh:
NAMA : LIYA STYANINGRUM
NIM : X8110028
TANGGAL : 19 JULI 2012
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Ruli hafidah, S. Pd, M. Hum.
NIP 19790612 200912 2 002
Pembimbing II
Yudianto Sujana, S. Kom, M. Kom.
NIP 19810615 200812 1 003
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Liya Styaningrum. PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN GEOMETRIS PADA ANAK KELOMPOK B TK DESA TORIYO, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli. 2012.
Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris dengan penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada anak kelompok B TK Desa Toriyo tahun pelajaran 2011-2012 .
Bentuk penelitian dalam skripsi ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang tediri dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Desa Toriyo Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 18 anak. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II.Pengumpulan data menggunakan metode yang meliputi observasi, dokumentasi, dan tes. Dalam proses analisis data menggunakan model analisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo pada tahun pelajaran 2011/2012. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar dan ketuntasan anak yang terus meningkat, dengan adanya peningkatan prosentase hasil belajar yang diperoleh anak kelompok B TK Desa Toriyo dari saat keadaan awal sampai kondisi akhir. Pada siklus I dari 18 anak sebanyak 14 siswa atau 77,89% mencapai nilai tuntas ( ● ). Pada siklus II dari 18 anak sebanyak 16 atau 88,90% mencapai nilai tuntas ( ● ), sesuai dengan indikator yang ditargetken oleh peneliti sebesar 80%. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo.
Kata kunci: contextual teaching and learning, pemahaman konsep bangun geoometris, anak taman kanak-anak.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Liya Styaningrum. The Application of the Contextual Teaching and Learning Model to Improve the Understanding on the Concept of geometric shape at group B students of Toriyo kindergarten. Thesis: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, July. 2012. The objective of the research is to improve the understanding on the Concept of geometric shape, through the application of Contextual Teaching Learning model at group B students of Toriyo kindergarten in the academic year of 2011/2012. The research used is a classroom action research. It was conducted in two cycles and each cycle consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of the research were 18 students of group B student’s in the Toriyo kindergarten in the academic year of 2011/2012. The data of the research were gathered through observation, documentation, and test. The observation aimed at investigating the activities of the teacher and the activeness of the students in the learning process with the Contextual Learning model. The data of the research were analyzed by using an interactive analysis consisting of three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification.
The results of the research show that the application of the Contextual Teaching and Learning model can improve the understanding on the concept of geometric shape at group B students of Toriyo kindergarten in the Academic Year of 2011/2012. This can be seen from the results of learning and increasing student, the improvement on the student’s achivement and passing grade was gained by group B TK Desa Toriyo in first cycle of the 18 students as much as 14 or 77,89% of students achieving the perfect score, in second cycle of 18 students by 16 students or 88,90% to get the perfect score, according to the indicators in the target by the reseachers by 80%. The conclusion of this reseaarch the application of the Contextual Teaching and Learning model can improve the understanding on the concept of geometric shape at group B students of Toriyo kindergarten.
Keywords: contextual teaching and learning, Understanding on the Concept of geometric shape, the kindergarten student
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar
selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan”.
(H.R. Tirmidzi)
“Hari-hari itu terdiri dari sekumpulan jam, rangkaian jam berasal dari sekumpulan
nafas, dan setiap hembusan nafas adalah kotak perhiasan. Maka jagalah jangan
sampai hembusan nafasmu hilang tanpa terisi amal satupun, hingga dihari kiamat
kelak, kau akan melihat kotakmu kosong dank au akan menyesal”.
(Abdul Faraj Ibnu Jauzi)
“Penghargaan tertinggi untuk kerja keras seseorang bukanlah apa yang ia
hasilkan, tetapi bagaimana ia berkembang karenanya”.
(John Ruskin)
” Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari
hari ini "
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, Kupersembahkan karya ini untuk :
♥ Ibu dan Bapak tersayang,
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak
terbatas dan kasih sayang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga
memiliki kalian. Tiada kasih yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.
♥ Kakak dan adikku tersayang Prima, Ito, dan Okky.
Terima kasih untuk semangatnya kakak dan adik-adik ku tersayang.
♥ mas Hamzah, mbak etik
Bantuan dan semangat kalian yang slalu mendukungku hingga sampai pada akhir
skripsiku.
♥ Maz abbaz.
Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku dengan semangat dan selalu
disampingku baik disaat kutegar berdiri maupun saat kujatuh dan terluka.
♥ Teman-teman seperjuanganku S1-Transfer PAUD.
Terima kasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul: ” Penerapan Model Contextual Yeaching and Learning Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Geometris Pada Anak Kelompok B TK
Desa Toriyo” .
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Strata I (S1) PG-PAUD Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, dan pada
kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebalas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PG-PAUD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebalas Maret Surakarta.
4. Ruli Hafidah, S.Pd., M.hum., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Yudianto Sujana, S,Kom., M. Kom., selaku Pembimbing II, yang selalu
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Sukoharjo, yang telah memberi
kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Ibu Sri Suwarti, S.Pd., dan ibu Sri Hartati, selaku guru TK Desa Toriyo.
8. Anak kelompok B TK Desa Toriyo atas bantuan dukungannya dalam penyusunan
skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu dengan senang hati penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk menjadi masukan dan sebagai tambahan
pengetahuan yang berguna bagi penulis dimasa mendatang.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga
proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Surakarta, 27 Juli 2012
Penulis
Liya Styaningrum
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN......................................................................... `ii
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT.................................................................................. vii
HALAMAN MOTTO...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... . ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 6
A. Kajian Pustaka .......................................................................... 6
1. Tinjauan Contextual Teaching and Learning ...................... 6
a. Pengetian Model Pembelajaran...................................... 6
b. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning .. 7
c. Dasar Teori Model Contextual Teaching and Learning 10
d. Komponen Model Contextual Teaching and Learning . 11
e. Pengertian Anak Usia Dini (AUD) ................................ 12
2. Pemahaman Konsep Bangun Geometris................................ 14
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Pengertian Pemahaman Konsep..................................... 14
b. Pengertian Bangun Geometris ....................................... 15
c. Jenis-jenis Bangun Geometris........................................ 16
d. Tujuan pembelajaran bangun geometris pada AUD...... 19
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 20
C. Kerangka Berpikir....................................................................... 21
D. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 24
A. Tempat dan waktu Penelitian....................................................... 24
B. Subjek Penelitian ......................................................................... 25
C. Data dan Sumber Data ................................................................. 25
D. Pengumpulan Data....................................................................... 25
E. Uji Validitas Data ........................................................................ 27
F. Analisis Data................................................................................ 27
G. Indikator Kinerja.......................................................................... 29
H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 35 A. Deskripsi Pra Tindakan................................................................ 35
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ......................................... 38
1. Deskripsi Hasil Siklus I ....................................................... 38
2. Deskripsi Hasil Siklus II....................................................... 53
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus................................... 67
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN........................................ 75
A. Simpulan ...................................................................................... 75
B. Implikasi ...................................................................................... 75
C. Saran ............................................................................................ 76 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 78
LAMPIRAN
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
1. Persegi.................................................................................................. 16
2. Persegi Panjang.................................................................................... 16
3. Lingkaran............................................................................................. 16
4. Layang-layang...................................................................................... 17
5. Belah Ketupat....................................................................................... 17
6. Trapesium............................................................................................. 17
7. Kubus.................................................................................................... 18
8. Balok..................................................................................................... 18
9. Tabung................................................................................................... 18
10. Kerucut................................................................................................. 19
11. Bola...................................................................................................... 19
12. Bagan Kerangka Berpikir..................................................................... 22
13. Teknik Analisis Deskriptif Interaktif................................................. 29
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
1. Indikator Kinerja................................................. ............................... 30
2. Frekuensi nilai tes awal anak............................................................... 36
3. Tingkat keberhasilan anak prasiklus.................................................... 37
4. Frekuensi Data Nilai Anak Siklus I Pertemuan 1............................... 43
5. Prosentasi nilai siklus 1 pertemuan 1......................................... ........ 44
6. Frekuensi Data nilai Anak Siklus I Pertemuan 2................................. 45
7. Prosentasi nilai Siklus I Pertemuan 2................................................. 46
8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan siklus I Pertemuan 1 dan 2........ 48
9. Prosentasi Perbandingan siklus I pertemuan 1 dan 2............................ 49
10. Hasil penilaian guru siklis I Pertemuan 1........................................... 50
11. Hasil penilaian guru siklus I pertemuan 2........................................... 51
12. Frekuensi data nilai anak siklus II pertemuan 1................................... 58
13. Prosentasi nilai Siklus II pertemuan 1......................................... ..... 59
14. Frekuensi data nilai anak siklus II pertemuan 2.................................. 60
15. Prosentasi nilai siklus II pertemuan 2................................................. 60
16. Frekuensi perbandingan ketuntasan Siklus II Pertemuan 1 dan 2...... 62
17. Prosentasi perbandingan Siklus II Pertemuan 1 dan 2........................ 63
18. Hasil penilaian guru siklus II pertemuan 1......................................... 65
19. Hasil penilaian guru siklus II pertemuan 2........................................... 65
20. Perbandingan Ketuntasan Prasiklus, siklus I, dan siklus II.................. 68
21. Prosentasi perbandingan prasiklus, siklis I, siklus II........................... 69
22. Perbandingan kinerja guru siklus I dan siklus II.................................. 71
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GRAFIK
Grafik : Halaman
1. Histogram Data nilai prasiklus ........................................................ 37
2. Hitogram data nilai anak siklus I pertemuan 1................................ 44
3. Histogram data nilai anak siklus I pertemua 2 ................................ 46
4. Histogram perbandingan siklus I pertemuan 1 dan 2......................... 59
5. Histogram data nilai siklus II pertemuan 2 ..................................... 61
6. Histogram perbandingan siklus II pertemuan 1 dan 2..................... 63
7. Histogram perbandingan prasiklus, siklus I, dan siklus 2 ............... 68
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran : Halaman
1. Jadwal Penelitian ............................................................................. 80
2. Daftar nama peserta didik kelompok B TK Desa Toriyo................ 81
3. Daftar Guru TK Desa Toriyo .......................................................... 82
4. RKH siklus I pertemuan 1 ............................................................... 83
5. Bahan ajar ( skenario pembelajaran) Siklus I pertemuan 1............... 85
6. Lembar Kerja Anak siklus I pertemuan 1........................................ 88
7. Foto hasil karya anak siklus I pertemuan 1 ..................................... 89
8. Evaluasi kegiatan siklus I pertemuan 1 ........................................... 90
9. Data Nilai anak siklus I pertemuan 1 .............................................. 91
10. Lembar penilaian guru siklus I pertemuan 1 ................................... 92
11. RKH siklus I pertemuan 2 ............................................................... 94
12. Bahan Ajar ( Skenario Pembelajaran) Siklus I pertemuan 2........... 96
13. Lembar Kerja Anak siklus I pertemuan 2 ...................................... 100
14. Foto hasil karya anak siklus I pertemuan 2 ..................................... 101
15. Evaluasi kegiatan siklus I pertemuan 2............................................. 102
16. Data Nilai anak siklus I pertemuan 2............... ............................... 103
17. Lembar penilaian guru siklus I pertemuan 2................................. .. 104
18. RKH siklus II pertemuan 1.............................................................. 106
19. Bahan Ajar (scenario pembelajarn) siklus II Pertemuan 1............... 108
20. Lembar Kerja Anak siklus II pertemuan 1.................. ................... 112
21. Foto hasil karya anak siklus II pertemuan 1................................ .... 113
22. Evaluasi kegiatan siklus II pertemuan 1........................................... 114
23. Data Nilai anak siklus II pertemuan 1............................................... 115
24. Lembar penilaian guru siklus II pertemuan 1................................... 116
25. RKH siklus II pertemuan 2............................................................... 118
26. Bahan Ajar ( Skenario Pembelajaran) Siklus II pertemuan 2…….. 120
27. Foto hasil karya anak siklus II pertemuan 2.................................... 125
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28. Evaluasi kegiatan siklus II pertemuan 2............................................ 126
29. Data Nilai anak siklus II pertemuan 2................................................ 127
30. Lagu................................................................................................... 128
31. Lembar penilaian guru siklus I pertemuan 2.................................... 129
32. Foto Kegiatan Pembelajaran............................................................. 131
33. Surat keterangan Penelitian ............................................................. 133
34. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi..................................... 134
35. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi .... 135
36. Surat Permohonan izin observasi .................................................... 136
37. Surat Permohonan Izin Penelitian..................................................... 137
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini (AUD) mempunyai rasa ingin tahu dan sikap antusias yang
tinggi terhadap segala sesuatu yang belum mereka ketahui. Selain itu AUD juga
memiliki sikap berpetualang dan minat yang tinggi untuk dapat mengetahui hal yang
baru yang belum pernah anak kenal. Semua sikap tersebut, digunakan untuk
mengobservasi kegiatan sehari-hari di sekitar lingkungan mereka. Dengan demikian
secara tidak langsung anak mengalami suatu pembelajaran yang nyata, melalui
pengenalan hal-hal baru dan benda-benda yang ada di sekitar lingkungan. Pengenalan
hal-hal baru tersebut merupakan pengalaman positif di dalam proses pembelajaran,
untuk mengembangkan minat keilmuan anak.
Pada hakekatnya pembelajaran memiliki peran penting dalam mewujudkan
kepribadian anak. Melalui pembelajaran, AUD akan mulai mengenal hal-hal yang
baru yang belum mereka ketahui. Sebagaimana terdapat dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia UU No.20 Tahun 2009 tentang sistem
pendidikan nasional menyatakan bahwa Pendidikan AUD adalah suatu upaya
pembinan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Semua aspek perkembangan
anak tersebut membutuhkan rangsangan, dorongan, dukungan, dan semangat dari
seorang guru. Peran guru sangat penting untuk AUD dalam kegiatan pembelajaran di
TK.
Seorang guru TK dituntut memiliki kemampuan dalam memilih strategi untuk
mencapai kompetensi pembelajaran, yaitu dengan memilih model pembelajaran yang
tepat untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada AUD. Ketepatan
pemilihan model belajar ini sangat penting karena akan mendukung pencapaian
tujuan suatu kegiatan pembelajaran. Jika pemilihan model pembelajaran kurang tepat
maka tujuan pembelajaranpun menjadi kurang jelas dan tidak fokus pada sasaran.
Menurut Winata Putra, yang dikutip Sugiyanto (2008 : 7), model pembelajaran
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk menciptakan tujuan belajar dari fungsi
sebagai pedoman bagi para guru dalam merencanakan serta dalam melaksanakan
aktivitas mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dipakai oleh seorang guru
adalah Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata anak. Model pembelajaran ini mendorong anak untuk menghubungkan
antara pengetahuan yang diperoleh dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sendiri-sendiri. Dalam model pembelajaran ini, anak akan memiliki pengetahuan dan
ketrampilan baru ketika proses pembelajaran berlangsung, karena guru menggunakan
benda-benda nyata yang ada di sekitar lingkungan sekolah.
Salah satu contoh dalam mempelajari bangun datar dan bangun ruang yang
belum dipahami anak, maka seorang guru harus pandai menyampaikan materi
tersebut melalui pembelajaran yang riil. Dalam pembelajaran tersebut guru
menghubungkan materi yang disampaikan dengan benda di sekitar lingkungan
sekolah, yaitu mulai dari memberi pengetahuan awal tentang bangun geometris
sampai dengan anak dapat memahami tentang konsep bangun geometris.
Geometris adalah suatu bentuk geometri yang terletak pada bidang datar atau
suatu benda yang berbentuk dua dimensi. Contoh bangun geometris yaitu segitiga,
persegi, persegi panjang, lingkaran, kubus, balok, kerucut, dan lain-lain. Sebelum
mempelajari bangun-bangun tersebut, terlebih dahulu seorang guru harus
mengenalkan AUD pada titik, garis datar, garis tegak, dan garis lengkung supaya
anak dapat lebih mudah dalam membuat bangun geometris. Setelah anak mampu
membuat titik dan beberapa jenis garis, seorang guru harus pandai membawa AUD
tersebut untuk lebih kreatif dalam menghubungkannya dengan benda geometris di
lingkungan sekitar.
Seperti halnya di lingkungan sekitar TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari
Kabupaten Sukoharjo, banyak benda-benda nyata yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman anak tentang konsep bangun geometris, misalnya papan
tulis, meja, pintu, almari, kotak kapur, bola, dan balok kayu. Namun pemahaman
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konsep bangun geometris pada AUD di TK Desa Toriyo masih sangat rendah. Hal ini
disebabkan karena guru di TK Desa Toriyo masih menggunakan model pembelajaran
konvensional. Pada model konvensional ini guru hanya menggunakan gambar
sebagai media pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran yang nyata,
sehingga membuat pemahaman anak tentang konsep bangun geometris masih rendah.
Sebagai akibat dari pembelajaran konvensional, anak kurang tertarik dan
cenderung tidak memperhatikan pembelajaran yang diajarkan guru, khususnya pada
pembelajaran pemahaman konsep bangun geometris. Anak yang masih tidak
memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung, menjadi faktor utama bagi guru
untuk mengubah model pembelajaran yang digunakan. Seperti kita ketahui,
tercapainya tujuan pembelajaran adalah tujuan utama guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Dengan cara mengubah model pembelajaran konvensional
menjadi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning, diharapkan dapat
meningkatkan perhatian anak dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman
dan hasil belajar anak tentang konsep bangun geometris.
Melalui kegiatan pembelajaran yang nyata tersebut sangat dibutuhkan oleh
AUD dan seorang guru dapat lebih mudah menyampaikan pengertian konsep bangun
geometris pada anak TK, melalui gambar-gambar nyata dan langsung, seperti
segitiga, persegi dan lingkaran. Sedangkan untuk geometris ruang, guru dapat
membawa balok kayu, dan kardus kapur. Dengan gambar dan benda nyata ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang arti bangun geometris pada AUD.
Dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Contextual Teaching
and Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Geometris
Pada Anak Kelompok B TK Desa Toriyo”.
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti
dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak Kelompok B TK
Desa Toriyo?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris dengan penerapan model
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada anak kelompok B TK Desa Toriyo.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan referensi bagi peningkatan
kualitas pembelajaran dalam penerapan model Contextual Teaching and
Learning (CTL) untuk konsep bangun geometris pada anak TK.
b. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak TK Desa Toriyo
1) Meningkatkan pemahaman anak tentang konsep bangun geometris.
2) Meningkatkan kemampuan anak dalam menghubungkan bangun
geometris dengan benda-benda di kehidupan nyata.
b. Bagi Guru
1) Untuk memperbaiki pembelajaran yang diselenggarakan guru.
2) Dengan penelitian tindakan kelas ini guru dapat meningkatkan
kompetensi keprofesionalannya.
3) Dengan penelitian tindakan kelas ini guru menjadi lebih percaya diri.
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Dengan penelitian tindakan kelas ini guru mendapat kesempatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya melalui penerapan CTL
pada pemahaman konsep bangun geometris anak.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat meningkatkan kualitas pendidikan dalam pemahaman konsep
geometris melalui penerapan model CTL.
2) Memberi sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
3) Memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Pada hakekatnya pembelajaran memiliki peran penting dalam
mewujudkan kepribadian anak. Melalui pembelajaran, AUD akan mulai
mengenal hal yang baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya.
Pembelajaran memiliki arti suatu proses interaksi antara AUD dengan guru
beserta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang di berikan oleh seorang guru pada AUD untuk meningkatkan
pengetahuannya. Tujuan pembelajaran tersebut agar dapat terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan bakat. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu AUD agar dapat belajar
dengan baik.
Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem
belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya. Menurut Joyce dalam
Triyanto (2007: 5)
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas/pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya: buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan guru mendesain pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Sugiyanto (2007: 24) “Model pembelajaran adalah suatu pola
instruksional yang memberikan proses spesifik dan penciptaan situasi lingkungan
tertentu yang mengakibatkan para siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan
khusus pada tingkah laku mereka”.
Menurut Nurulwati dalam Triyanto (2007: 5) “Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dan befungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar”.
Pendapat Arends dalam Triyanto (2007: 7) menyatakan “The term
teaching model refers a particular approach instruction that includes its goals,
syntax, environment, and management system”. Istilah model pengajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, tujuan, sintaks,
lingkungan, dan pengelolaan.
Sedangkan menurut Berns and Erickson (2001) further Contextual
teaching and learning is defined as a conception of teaching and learning that
helps teachers relate subject matter content to real world situations.
Berdasarkan beberapa definisi model pembelajaran di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari
keseluruhan sistem belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sub sistem yang lain.
Model pembelajaran berhubungan dengan perencanaan yang dipilih untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan instruksional tertentu. Hal
tersebut meliputi lingkup dan urutan kegiatan yang dipilih oleh guru dalam proses
belajar mengajar, agar dapat diberikan kemudahan dan fasilitas kepada siswa
dalam setiap mencapai tujuan pembelajaran. Ada berbagai macam pembelajaran,
salah satunya adalah Contextual Teaching And Learning (CTL). Kegiatan
pembelajaran ini merupakan kegiatan pembelajaran yang nyata dan akan lebih
mempermudah anak memahami sesuatu hal yang sedang diajarkan/dijelaskan.
b. Pengertian Model Contextual Teaching And Learning (CTL)
Landasan filosofi Contextual Teaching and Learning adalah
kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya
sekedar membaca, tetapi AUD harus mengkontruksi atau membangun
pengetahuan dibenak mereka sendiri melalui pengalaman nyata mereka.
Menurut Nurhadi, yang dikutip Sugiyanto dalam bukunya Model-model
pembelajaran inovatif (2008: 18), ”Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang diajarkan dan situasi dunia nyata anak, dan juga mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sendiri-sendiri”. Pengetahuan dan keterampilan siswa
diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
baru ketika ia belajar.
Johnson dalam Sugiyanto (2008: 18) menyatakan bahwa
CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi tujuh komponen berikut : 1) berfikir kritis dan kreatif, 2) membuat keterkaitan yang bermakna, 3) melakukan pekerjaan yang berarti, 4) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, 5) melakukan kerjasama, 6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang dan menggunakan penilaian autentik.
Melalui tujuh komponen tersebut mereka dapat menghubungkan sendiri
pembelajaran yang mereka peroleh dengan keadaan nyata atau sebenarnya.
Secara tidak langsung anak akan berfikir kritis tentang materi yang sedang
mereka pelajari dan menghubungkan dengan keadaan lingkungan yang pernah
mereka alami.
Dalam memilih model pembelajaran, guru harus bisa memilih model
yang tepat untuk AUD, seperti yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2008:
255) “Contextual Teaching Learning atau biasa disingkat CTL adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka”.
Sedangkan menurut Berns and Erickson (2001) further Contextual
teaching and learning is defined as a conception of teaching and learning that
helps teachers relate subject matter content to real world situations.
Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa anak belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan anak, bukan mengajar anak.
Dengan prinsip pembelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima anak, melainkan harus dikonstruksi (dibangun) sendiri oleh anak dengan fasilitas dari guru. Anak belajar dengan mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Anak harus tahu makna belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Di sinilah tugas guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu menghubung kan pengetahuan lama dengan yang baru dan memanfaatkannya. Anak menjadi subjek belajar sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran (sutradara) dan fasilitator.
CTL merupakan interaksi kolaboratif anak antara ilmu pengetahuan dengan kondisi area anak.Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikiomotorik. Hal ini sesuai dengan pendapat Shawn dan Linda (2004) yang menyatakan bahwa “CTL is a collaborative interaction with students, a high level of science content with other content and skill areas. Furthermore, the CTL strategies were best implemented when teachers used them in conjunction with sound classroom management techniques.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran CTL menekankan pada
aktivitas secara penuh, baik fisik maupun mental. Dalam CTL, belajar bukanlah
kegiatan menghafal, mengingat fakta, mendemonstrasikan latihan secara
berulang melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa
pembelajaran CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk
menolong AUD dalam melihat makna materi yang dipelajarinya dengan situasi
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kehidupan nyata. Sehingga materi yang dipelajari lebih kongkrit, bermakna, dan
mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan keseharian mereka.
c. Dasar Teori Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Dalam pembelajaran model CTL harus menggunakan dasar teori dari
Johnson, yang dikutip Sugiyanto (2008: 19) bahwa ada tiga pilar dalam sistem
Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu: 1) mencerminkan prinsip saling
ketergantungan, 2) mencerminkan diferensiasi, dan 3) mencerminkan prinsip
pengorganisasian diri.
Landasan Filosofi CTL adalah konstruktivisme yang mempunyai arti
filosopi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.
AUD harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengetahuan
tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah,
tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.
Secara sederhana langkah penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar menurut Hadi Mulyono (2010: 128) adalah:
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua tema 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6) Lakukan refleksi di akhir penemuan 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Dengan memilih konteks secara tepat, maka AUD dapat diarahkan
kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu anak dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru”.
Pembelajaran CTL dilaksanakan sebagai aplikasi dalam pemaknaan
belajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada
landasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-mata menekankan pada
pengetahuan yang bersifat hapalan saja. Anak harus aktif mencari, menemukan
pengetahuan tersebut dengan keterampilan secara mandiri.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
dalam contextual teaching and learning setelah pembelajaran berlangsung guru
berperan sebagai fasilitator, guru sekedar memberikan informasi untuk
merangsang pemikiran. Para AUD didorong untuk bertanya dan mengemukakan
ide-idenya.
d. Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning menurut
Sanjaya, dalam Sugiyanto (2009: 21) melibatkan tujuh komponen pembelajaran.
Tujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1) Konstruktivisme yaitu pengetahuan siswa dibangun oleh dirinya sendiri atas
dasar pengalaman, pemahaman konsep, persepsi, perasaan siswa, dan bukan
dibangun atau diberikan oleh orang lain. Jadi, guru hanya berperan dalam
menyediakan kondisi atau memberikan suatu permasalahan.
2) Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada penemuan baru melalui
proses berfikir secara sistematis.
3) Bertanya adalah bagian inti dari belajar dan menemukan pengetahuan.
Dengan adanya rasa ingin tahu itu pengetahuan selalu dapat berkembang.
4) Masyarakat belajar (learning community) adalah didasarkan pada pendapat
Vygotsky, dalam Sugiyanto (2008: 22), bahwa pengetahuan dan pengalaman
anak dengan banyak dibentuk komunikasi dengan orang lain.
5) Pemodelan (modelling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
6) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa
Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang berupa sebuah
proses pendidikan bertujuan membantu peserta didik untuk dapat melihat makna
di dalam materi. Suatu kegiatan pembelajaran yang nyata yang akan
mempermudah anak memahami suatu hal yang dijelaskan oleh pendidik.
e. Pengertian Anak Usia Dini (AUD)
Anak Usia Dini (AUD) adalah anak yang rentang usianya antara empat
sampai enam tahun, yang masih memiliki sifat rasa ingin tahu dan memiliki pola
fikir imajinatif atau khayalan. Semua itu merupakan bagian perkembangan
manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup
perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta bahasa. Masa
ini menurut Ebbec (1998: 18) merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat
dan sekaligus paling sibuk. Pada masa ini anak sudah memiliki ketrampilan dan
kemampuan walaupun belum sempurna. Usia dini sering kali juga disebut fase
fundamental yang akan menentukan kehidupannya di masa akan datang.
Anak Usia Dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.
Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter
dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan
usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia
dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang
seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut.
Ketika anak mencapai tahapan usia dini (3 sampai 6 tahun), terdapat ciri
yang sangat berbeda dengan usia bayi. Perbedaannya terletak pada penampilan,
proporsi tubuh, berat, dan panjang badan, serta kemampuan yang dimilikinya.
(http://infoini.com/2012/pengertian-anak-usia-dini.html/ diunduh 20/02/2012)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa AUD adalah anak usia
4-6 tahun yang masih banyak mengalami perubahan fisik maupun psikis, serta
memiliki sifat unik dan memiliki pola fikir imajinatif atau khayalan.
Berikut ini karakteristik masing-masing aspek perkembangan AUD
menurut Masitoh (2007: 212). Karakteristik perkembangan AUD sebagai berikut :
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Perkembangan fisik dan motorik
Perkembangan ini dapat dilihat dari pertumbuhan anak yang dapat dilihat
secara fisik dan melalui kemampuan-kemampuan anak.
2) Perkembangan kognitif
Dilihat dari tahapan menurut Piaget, yang dikutip Masitoh (2007: 213) bahwa
“Anak Usia Dini berada pada tahapan pra-operasioanal, yaitu tahapan anak
belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan
berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu yang lain dengan
menggunakan simbol-simbol. Melalui kemampuan ini anak mampu
berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.”
3) Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan
anak. Pada tahap ini emosi anak usia prasekolah lebih rinci atau terdiferensiasi
dan anak cenderung mengekspresikan emosi dengan bebas dan terbuka,
misalnya sikap marah sering mereka perlihatkan dan sering berebut perhatian
guru.
4) Perkembangan sosial
Adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan masyarakat di mana AUD itu berada. Perkembangan sosial diperoleh
AUD melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons
terhadap dirinya. Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain menjadikan fungsi
sosial anak semakin berkembang.
5) Perkembangan bahasa
Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan
berbicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat
menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog dan
menyanyi. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk menyebut nama
benda. Minat tersebut terus berlangsung sehingga dapat menambah
perbendaharaan kata.
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pemahaman Konsep Bangun Geometris
a. Pengertian Pemahaman Konsep
Dalam pendidikan anak Usia Dini kita sebagai guru harus menyesuaikan
dengan perkembangan anak. Woodruf (2008: 13) mendefinisikan konsep adalah
suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna. Hal ini merupakan suatu
pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang
membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui
pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat
konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau
kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep
merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman
dengan objek atau kejadian tertentu.
Selain itu, konsep dapat diartikan sebagai hal/sesuatu yang abstrak
dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi,
memperlakukan seolah-olah mereka identik. Pengertian konsep sendiri adalah
universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap ekstensinya.
Konsep juga dapat diartikan pembawa arti. Konsep bisa dinyatakan dengan
‘Hund’ dalam bahasa Jerman, ‘chien’ dalam bahasa Prancis, ‘perro’ dalam
bahasa Spanyol. Konsep merupakan peta perencanaan untuk masa depan
sehingga bisa dijadikan pedoman dalam melangkah ke depan. Konsep biasanya
dipakai untuk mendeskripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik
berupa benda maupun gejala sosial tertentu yang sifatnya abstrak.
(http://definisi-pengertian.blogspot.com/pengertian-konsep.html/diunduh
Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konsep adalah suatu istilah
yang mengandung maksud mengungkapkan arti dari suatu objek, peristiwa atau
gagasan. Sedangkan pemahaman konsep adalah proses mengerti / mengetahui
suatu istilah dari suatu objek (konsep) yang dipelajari dengan mendalam melalui
pemikiran sendiri
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pengertian Bangun Geometris
Bangun adalah subruang yang digunakan secara paripurna oleh suatu
objek pada ruang dimana objek itu berada. Subruang yang dimaksud memiliki
batas-batas eksternal tertentu yang disarikan dari sifat-sifat lain semisal warna, isi,
susunan bahan, juga dari sifat-sifat spasial lainnya yang dimiliki oleh objek yang
dimaksud (kedudukan dan kecenderungan di dalam ruang; ukuran). Kendall
(2009: 11) mendefinisi bangun adalah semua informasi geometri yang tersisa
pada saat lokasi, skala, dan efek putar disaring dari suatu objek.
Bangun sederhana dua dimensi dapat digambarkan oleh titik, garis, kurva,
bidang, dan seterusnya, sedangkan suatu bangun yang titik-titiknya dimiliki oleh
bidang yang sama disebut gambar bidang. Sebagian besar bangun yang muncul di
dalam dunia fisika adalah kompleks.
Geometri (dari bahasa Yunani geo= bumi, metria= pengukuran) berarti
pengukuran tentang bumi, adalah cabang dari matematika yang mempelajari
hubungan di dalam ruang. Dari pengalaman, atau mungkin secara intuitif, orang
dapat mengetahui ruang dari ciri dasarnya, yang diistilahkan sebagai aksioma
dalam geometri.
Menurut SetyaRini (2010: 3) geometris menempati posisi khusus dalam
kurikulum matematika menengah, karena banyaknya konsep-konsep yang
termuat di dalamnya. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan
penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola,
pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri
menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya
gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi. Geometri
juga merupakan lingkungan untuk mempelajari struktur matematika.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa bangun
geometri adalah subruang yang memiliki ukuran tertentu. Dari ukuran yang
berbeda-beda itu geometri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu geometri datar dan
geometri ruang.
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Jenis-jenis Geometri
Geometri dibagi menjadi dua, geometri datar dan geometri ruang. Geometri datar
adalah suatu bangun yang hanya memiliki bentuk 2 (dua) dimensi atau dengan
kata lain bangun tersebut hanya berbentuk bidang rata dan tidak memiliki isi,
sedangkan geometri ruang adalah bangun tiga dimensi yang terdapat ruang
didalamnya menurut Purnomosidi, Wiyanto & Endang Supadminingsih ( 2009:11)
1). Jenis Geometri Datar :
a). Persegi adalah sebuah bangun yang yang terdiri atas empat sisi yang sama
panjang atau segi empat yang semua sisinya sama panjang, berikut adalah
gambar persegi.
Gambar 1. Persegi
b). Persegi panjang adalah sebuah bangun yang terdiri atas dua sisi sama
panjang dan dua sisi sama lebar, berikut adalah gambar persegi panjang.
Gambar 2. Persegi panjang
c). Lingkaran adalah sebuah bangun yang memiliki ukuran sudut 360 derajat,
berikut adalah gambar lingkaran.
Gambar 3. Lingkaran
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d). Layang-layang adalah segi empat yang dapat dibentuk dari dua segitiga
sama kaki yang alasnya sama panjang dengan cara menghimpit alasnya,
berikut adalah gambar layang-layang.
Gambar 4. Layang-layang
e). Belah Ketupat adalah segi empat yang diagonal-diagonalnya merupakan
sumbu simetri, berikut adalah gambar belah ketupat.
Gambar 5. Belah Ketupat
f). Trapesium adalah segi empat yang tepat memiliki sepasang sisi yang
berhadapan dan sejajar.
Gambar 6. Trapesium
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2). Jenis Geometri Ruang :
a). Kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi
yang berukuran sama, berikut ini adalah gambar kubus.
Gambar 7. Kubus
b). Balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam
buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar
(berhadapan) dan berukuran sama, berikut adalah gambar balok.
Gambar 8. Balok
c). Tabung merupakan bentuk gabungan lingkaran dan sisi melengkung,
berikut ini adalah gambar tabung.
Gambar 9. Tabung
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d). Kerucut adalah bangun ruang yang mempunyai 2 sisi kerucut, yaitu alas
yang berupa lingkaran dan bidang melengkung yang disebut selimut.
Gambar 10. Kerucut
e). Bola termasuk bangun ruang yang sisinya berupa permukaan dan berupa
bidang lengkung, berikut ini adalah gambar bola.
Gambar 11. Bola
Dari beberapa geometri datar di atas dapat diubah untuk menjadi
geometri ruang, seperti pengenalan bentuk kubus yang terbuat dari bangun datar
persegi, topi kerucut yang terbuat dari segitiga, bola yang tebuat dari lingkaran.
Anak Usia dini belum sampai untuk mempelajari bangun geometri ruang, mereka
cukup dapat mengenal terlebih dahulu bangun geometri datar seperti segitiga,
persegi, persegi panjang, dan lingkaran.
d. Tujuan Pembelajaran Pemahaman Konsep Bangun Geometris Untuk
Anak Usia Dini (AUD)
Tujuan pembelajaran geometris adalah agar anak memperoleh rasa
percaya diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah
yang baik, dapat berkomunikasi secara matematik, dapat bernalar secara
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
matematik, dan dapat mengembangkan kecerdasan majemuk. Melalui
Pembelajaran konsep bangun geometris dapat mengembangkan kecerdasan
majemuk khususnya pada kecerdasan visual spasial. Menurut Tadkiroatun
Musfiroh (2005:65) kecerdasan visual spasial adalah kecerdasan yang memiliki
manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia. Hampir semua pembelajaran yang
menghasilkan karya nyata memerlukan sentuhan kecerdasan visual spasial ini,
maka dari itu peneliti menggunakan hasil karya untuk mengukur ketuntasan anak
tentang pemahaman konsep bangun geometris.
Sedangkan Budiarto (2008: 19) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
geometri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis,
mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk menunjang
materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-
argumen matematik.
Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk
dipahami anak dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Hal ini karena
ide-ide geometri sudah dikenal oleh anak sejak sebelum mereka masuk sekolah,
misalnya garis, bidang, dan ruang. Meskipun demikian, bukti-bukti di lapangan
menunjukkan bahwa hasil belajar geometri masih rendah dan perlu ditingkatkan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Menurut penelitian tindakan kelas yang sudah dilakukan oleh Saudari Hersie
Minarsih PuspitaHati (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis pada Siswa
Kelas II SD Negeri Tegalmade 02 Mojolaban Sukoharjo” menyimpulkan : (a)
bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan menulis bebas pada siswa kelas II, (b) kemampuan menjelaskan
pengertian dari puisi, puisi bebas, dan langkah-langkah menulis puisi bebas
serta kemampuan untuk menulis sebuah puisi bebas pada siswa kelas II
meningkat, yaitu terlihat dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang
pada tes awal dilakukan sebesar 60,00 dan 66,43. Siklus I meningkat menjadi
74,43 dan Siklus II meningkat serta mencapai optimal sebesar 80,07.
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Menurut penelitian tindakan kelas yang sudah dilakukan oleh Saudara Tanto
Al Rijanto (2010) dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Gaya
Magnet Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas II SDN
Guci 02 Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2009/2010” menyimpulkan: (a).
Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman
konsep gaya magnet. Pada kegiatan pra siklus rata-rata nilai 64,58, pada siklus
I rata-rata nilai mencapai 75,69 dan pada siklus II meningkat menjadi 84,95,
(b) Model pembelajaran kontekstual juga dapat meningkatkan keaktifan dan
keterampilan proses pada siswa. Hasil penelitian persentase keaktifan dan
keterampilan proses pada siklus I mencapai 60% dan pada siklus II mencapai
75%. Berdasakan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan model pembelajran kontekstual; dapat meningkatkan pemahaman
konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri Guci 02 Kabupaten Tegal.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu pemahaman konsep bangun
geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari yang
masih kurang / rendah pada kondisi awal. Selain itu, guru masih menerapkan
metode konvensional dalam pembelajaran, sehingga pemahaman anak tentang
konsep bangun geometris masih terbatas. Oleh karena terbatasnya pemahaman
anak tentang pemahaman konsep bangun geometris, maka diadakan suatu
tindakan pembelajaran dengan penerapan model Contextual Teaching and
Learning (CTL) melalui dua siklus. Dengan model CTL ini secara tidak langsung
anak akan mengkaitkan konsep bangun geometris dengan benda-benda nyata
pada kehidupan sehari-hari.
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 12. Bagan Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan pembelajaran di TK Desa Toriyo, AUD terlihat kurang
antusias saat di kelas, ini disebabkan karena guru cenderung menggunakan
metode mengajar yang konvensional dan penggunaan alat peraga kurang
maksimal, sehingga AUD terlihat kurang semangat pada saat pembelajaran
berlangsung. Hal ini membuat pemahaman anak terbatas atau kurang
berkembang.
Kondisi awal
Guru masih menerapkan metode konvensional berupa gambar pada saat pembelajaran tentang pemahaman konsep bangun geometris sehingga
pemahaman AUD tentang konsep bangun masih terbatas
Kondisi akhir
Pemahaman AUD tentang konsep bangun geometris meningkat
Tindakan
Guru menerapkan CTL dalam pembelajaran pemahaman konsep bangun geometris yang dilaksanakan dalam dua siklus
Siklus II
Pada siklus II guru membawa bentuk geoemtri dengan contoh benda. Melalui tahapan : perencanaan, tindakan, observasi, refleksi
Siklus I
Melalui tahapan : perencanaan, tindakan, observasi, refleksi
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Proses pembelajaran akan dapat mencapai hasil yang lebih baik apabila
anak terdorong untuk mau melakukannya sendiri tanpa adanya paksaan dari orang
lain. Salah satu cara agar anak terdorong untuk belajar diantaranya adalah
menerapkan contextual teaching and learning dalam pembelajaran.
Melalui penerapan model pembelajaran ini, dapat meningkatkan
pemahaman konsep bangun geometris dengan berbagai kegiatan, yaitu : membuat
balok, kubus dan tabung dari karton secara sederhana, yang bahan-bahan untuk
pembuatan bangun tersebut sudah disediakan oleh guru. Dari kegiatan di atas
dapat meningkatkan pemahaman anak tentang macam-macam bangun geometris
secara langsung.
D. Hipotesis Tindakan
Sehubungan dengan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas dan
berdasarkan pada teori-teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis tindakan yang
diajukan yaitu:
“Penerapan Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan pemahaman
konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo”.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini berusaha mengkaji serta merefleksi secara kritis dan kolaborasi
suatu implementasi pembelajaran. Penelitian ini lebih menekankan pada kajian yang
benar-benar berawal dari situasi alamiah kelas.
Berdasarkan paradigma tersebut, maka metode yang digunakan adalah
metode penelitian tindakan kelas (classroom Action Research) yang terdiri atas
beberapa siklus dengan mengembangkan model yang dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan. Hal tersebut karena penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, inkuiri,
reflektif dalam situasi yang nyata guna mencari dasar bagi kebutuhan praktis
khususnya dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada
anak.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Desa Toriyo, Desa Pancasan RT
01 RW 03, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Kode pos 57526. TK
ini terletak di sebelah SDN Toriyo 1 dan masjid Al-Ikhlas yang sangat strategis
karena tidak jauh dari jalan raya dengan memiliki halaman yang luas sebagai
area untuk bermain AUD. TK Desa Toriyo ini memiliki empat ruang, yaitu kelas
A, kelas B, kantor Guru, dan Kamar mandi. AUD di TK Desa Toriyo berjumlah
40 yang terdiri dari kelas A 20 anak, kelas B 20 anak dan gurunya berjumlah
empat orang. Peran peneliti dalam penelitian ini sekaligus sebagai salah satu
guru di TK Desa Toriyo.
2. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II Tahun pelajaran 2011-
2012 yang dimulai dengan persiapan proposal sejak bulan Januari 2012 dan
berakhir pada bulan Juli 2012. Adapun jadwal penelitian pada lampiran 1.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian diambil satu kelas yaitu kelompok B pada bidang
pengembangan kognitif dengan kompetensi dasar anak mampu mengenal bangun
geometris sederhana dengan pembelajaran yang nyata. AUD kelompok B berjumlah
18 anak , terdiri dari 9 anak laki-laki dan 9 anak perempuan beserta guru dan kepala
sekolah TK Desa Toriyo Sukoharjo.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
data diperoleh dari :
a. Daftar nilai kemampuan kelompok B TK Desa Toriyo Tahun Pelajaran
2011/2012 pada pemahaman konsep bangun geometris.
b. Informasi dari nara sumber yang terdiri dari anak kelompok B dan guru
kelas kelompok B TK Desa Toriyo serta didukung dari Kepala Sekolah
TK Desa Toriyo.
c. Hasil pengamatan dari pelaksanaan proses pembelajaran di kelas pada
pelajaran konsep bangun geometris.
2. Sumber Data
Sumber Data diperoleh dari :
a. Anak kelompok B TK Desa Toriyo, guru kelompok B, dan kepala
sekolah TK Desa Toriyo.
b. Kurikulum KTSP, Silabus, RKM, dan RKH
c. Buku penilaian perkembangan anak, Lembar Kerja Anak.
D. Pengumpulan Data
Menurut Hartono (2011: 35) berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka
teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Observasi /Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan pemusatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengamatan dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar
di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan dari pengertian di atas pengamatan atau observasi adalah
kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan alat indra untuk mengetahui sampai
dimana kegiatan belajar mengajar terlaksana. Observasi atau pengamatan dilakukan
secara langsung dan partisipatif dalam ruang kelas saat pembelajaran berlangsung
agar hasilnya seobyektif mungkin.
Teknik pengamatan ini dilakukan pada guru ketika mengajar di kelas dengan
menggunakan metode CTL dan media/alat peraga yang terdiri atas papan tulis, meja,
pintu, jendela, kotak kapur, balok angka, dan lain-lain.
2. Dokumentasi dan Perekaman Foto
Dokumentasi adalah catatan mengenai berbagai kejadian dimasa lalu yang
ditulis atau dicetak seperti surat, catatan harian dan dokumen lainnya yang relevan,
sedangkan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan transkip nilai, buku anak, majalah anak, yang dapat menjadi
pendukung untuk mengetahui hasil belajar anak saat itu. Pada penelitian ini, peneliti
membuat daftar nilai kemampuan pemahaman konsep bangun geometris pada proses
pembelajaran untuk melihat perkembangan anak kelompok B.
Perekaman foto dalam penelitian ini diperoleh dari hasil perekaman proses
pembelajaran konsep bangun geometris pada anak-anak kelompok B TK Desa
Toriyo Kabupaten Sukoharjo.
3. Tes Unjuk Kerja
Menurut Suharsini Arikunto (2006: 150), tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individua tahu kelompok. Hal
ini dimaksudkan agar dapat diketahui peningkatan pemahaman anak terhadap konsep
bangun geometris pada pembelajaran sebelum menggunakan model kontekstual
maupun sesudahnya. Materi tes berisi tentang pemahaman konsep bangun geometris.
Dalam penelitian ini, peneliti memberi Lembar Kerja Anak (LKA) yang berisi soal
sederhana tentang gambar-gambar geometris, setelah peneliti selesai menjelaskan
pembelajaran bangun geometris.
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Uji Validitas Data
Adapun untuk kepentingan kesahihan data atau validitas data digunakan
teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekkan atau pembanding
data itu. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa trianggulasi sumber
dan triangulasi metode pengumpulan data.
Triangulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari sumber yang
berbeda, sedangkan trianggulasi sumber yaitu dengan mencocokkan data yang
diperoleh dari informasi siswa, guru lain, dan sumber lain. Triangulasi metode yaitu
mengumpulkan data dengan metode pengumpulan data yang berbeda tetapi
mengarah pada sumber data yang sama. Dengan menggunakan metode observasi, tes
unjuk kerja dan dokumentasi diharapkan diperoleh hasil yang akurat. Sehingga
dalam penelitian perlu validitas data melalui informasi dari siswa, guru lain, dengan
pengamatan terhadap siswa.
F. Analisis Data
Menurut Milles dan Huberman dalam Sutopo (2002: 16 ), bahwa dalam
proses analisis terdapat tiga komponen utama yaitu reduksi data, sajian data, dan
kesimpulan. Tiga komponen tersebut adalah :
1. Reduksi Data
Dalam penelitian yang dilaksanakan, reduksi data merupakan proses
menyeleksi data yang diperoleh, pemfokusan, dan abstraksi data yang diperoleh dari
lapangan. Mereduksi data memiliki arti yaitu memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Proses ini
berlangsung sepanjang penelitian yang diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan
data, artinya reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan
tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan masalah dan juga
menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Peneliti memilih masalah
yang terjadi di TK Desa Toriyo, memfokuskan masalah di TK yaitu pemahaman
konsep bangun geometris pada anak kelompok B yang masih rendah.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Penyajian Data
Dalam penelitian yang dilaksanakan peneliti, sajian data merupakan suatu
rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan
simpulan penelitian data dilakukan. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka dapat
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami. Peneliti akan menyajikan sebuah data dalam bentuk tabel untuk setiap
hasil belajar anak.
3. Penarikan kesimpulan / Verifikasi
Dalam pengumpulan data, peneliti harus memahami arti berbagai hal yang
ditemui dengan melakukan pencatatan-pencacatatan, peraturan-peraturan, pola-pola,
pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan arahan sebab akibat, dan berbagai
proporsi. Kesimpulan yang perlu diverifikasi, dilakukan gerak pengulangan,
penelusuran data kembali dengan cepat, sebagai akibat pikiran kedua yang timbul
melintas pada peneliti pada waktu menulis dengan melihat kembali pada catatan hasil
penelitian. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan lebih teliti.
Misalnya dengan berdiskusi atau saling memeriksa antar teman untuk
mengembangkan apa yang disebut dengan konsensus antar subjektif. Verifikasi
bahkan juga dapat dilakukan dengan usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan
replikasi dalam satuan data yang lain. Pada dasarnya makna data harus dapat diuji
validitasnya supaya kesimpulan penelitian menjadi kokoh. Peneliti harus melihat
kembali catatan hasil kemampuan konsep bangun geometris pada anak kelompok B
TK Desa Toriyo, sebelum peneliti membuat kesimpulan tentang pemahaman konsep
bangun geometris pada anak kelompok B.
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun skema kerja analisa interaktif dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 13. Teknik Analisis Deskriptif Interaksi ( H.B.Sutopo, 2008: 96)
G. Indikator Kinerja Penelitian
Dalam penelitian indikator kinerja perlu ditargetkan, sedangkan menurut
Siswojo ( 2000:15) “Indikator kerja merupakan rumusan kerja yang akan dijadikan
acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian”.
Indikator kerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo tahun
ajaran 2011-2012.
Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan indikator
ketercapaian. Perumusan ketercapaian pada indikator yang ditetapkan dalam
penelitian ini adalah 80%. AUD dikatakan sudah memenuhi ketercapaian apabila
sudah paham tentang konsep bangun geometris dan dapat mengaitkan bangun
geometris tersebut dengan benda-benda disekitar mereka atau dengan keadaan nyata.
Pada lembar kerja anak ditulis nama anak, tanggal kegiatan sedangkan format
penilaian ditulis nama anak didik, aspek penilaian, dan keterangan hasil. Sesuai
dengan Pedoman Penilaian Di Taman Kanak-Kanak (2008: 7) sebagai berikut :
• : bila aspek penilaian terpenuhi.
√ : bila aspek penilaian belum semuanya terpenuhi.
ο : bila aspek penilaian tidak terpenuhi.
Pengumpulan data
Penyajian Data
Penarikan kesimpulan
Reduksi data
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peneliti menggunakan penilaian tersebut diatas, mengikuti cara penilaian TK
tempat peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang sesuai dengan
kurikulum 2004.
ASPEK YANG
DIUKUR
PERSENTASE
SISWA YANG
DITARGETKKAN
CARA MENGUKUR
Pemahaman bentuk dan
jenis geometris
80% Diamati dari kegiatan
menjawab pertanyaan
guru.
Macam bangun geometris 80% Diamati dari kegiatan
menebutkan bentuk
bangun yang dibawa guru
Kemampuan anak dalam
mengaitkan bentuk
geometris
75% Diamati dari anak
menunjuk benda sesuai
bentuk geometris
Tabel 1. Indikator Kinerja Penelitian
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan metode tindakan kelas yang terdiri dari siklus I dan
siklus II. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi,
refleksi dan perencanaan perbaikan tindakan dalam siklus ulang. Penelitian tindakan
kelas ini dalam satu siklus akan dilaksanakan dengan dua kali pertemuan atau dua
kali tatap muka, sesuai dengan tahapannya. Dalam bentuk gambar prosedur dapat
dijelaskan sebagai berikut :
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rekomendasi
Gambar 14. Bagan Prosedur Penelitian ( Hartono, 2011: 38 )
Siklus 1
1. Perencanaan Tindakan
a. Mengurus perijinan di TK / Kepala TK Desa Toriyo
b. Persiapan RKH
c. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi, wawancara
dengan kepala sekolah dan guru lain
d. Menyiapkan media yang terdiri atas segitiga, persegi panjang, persegi,
lingkaran, jajar genjang, kotak kapur, balok angka, balok huruf, kalender
meja dan lain-lain.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Melakukan kegiatan pembelajaran tentang konsep bangun geometris dengan
memperkenalkan macam bangun geometris melalui benda disekitar. Adapun
langkah-langkah mengenalkan bangun geometris pada anak melalui
pembelajaran CTL yaitu sebagai berikut :
Perencanaan
Tindakan I
Observasi
Refleksi I
Perencanaan Ulang
Tindakan 2
Observasi 2
Refleksi 2
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Membawa benda-benda nyata seperti segitiga, persegi panjang,
persegi, lingkaran, jajar genjang, kotak kapur, balok angka, balok
huruf, kalender meja, dan lain-lain.
2) Mengajak anak mengamati objek atau benda geometris disekitar
yang akan dikenalkan pada anak.
3) Menyebutkan nama bangun geometris yang dibawa guru maupun
yang ada disekitar dengan satu persatu.
4) Mengulang kembali nama bangun geometris dengan menunjuknya
secara langsung
5) Mengelompokkan bangun geometris sesuai dengan bentuknya.
b. Melakukan pemantauan dan pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran
CTL pada pemahaman konsep bangun geometris dengan menunjuk nama
benda geometris tersebut.
c. Mengadakan evaluasi hasil pembelajaran tentang konsep bangun geometris,
yaitu dengan melihat mampu tidaknya anak menunjuk sambil menyebutkan
nama benda geometris tersebut. Hasil evaluasi tersebut selanjutnya dianalisis
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui
efektifitas dan tingkat keberhasilan anak.
3. Observasi
a. Pada tahap observasi, peneliti mengadakan pengamatan dengan melihat
keadaan awal anak di TK desa Toriyo. Dengan observasi peneliti dapat
mengetahui kemampuan awal anak tentang konsep bangun geometris.
b. Peneliti juga mengadakan pemantauan saat pembelajaran berlangsung dengan
melihat keadaan awal anak di TK desa Toriyo. Melalui observasi peneliti
juga dapat mengetahui sejauh mana kemampuan anak tentang konsep
bangun geometris.
4. Refleksi
a. Pada kegiatan ini peneliti menemukan prosentase keberhasilan anak secara
klasikal dan tingkat taraf anak sebagai bahan perbandingan siklus II. Prediksi
prestasi yang dicapai oleh anak kelompok B TK Desa Toriyo pada siklus I
adalah 70%.
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Jika dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I ini didapatkan suatu kendala
yaitu adanya nilai anak yang belum mencapai hasil yang diharapkan atau
tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada
siklus II.
Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
a. Tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana kegiatan harian
yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari rencana kegiatan harian siklus
I.
b. Materi yang diajarkan masih sama dengan materi pada siklus I. Akan tetapi,
perencanaan pada siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I. Segala
sesuatu yang dipersiapkan pada siklus II, masih sama seperti siklus I. Hanya
saja, perencanaan siklus II lebih dipersiapkan lebih matang lagi untuk
memperbaiki kekurangan/ kelemahan pada siklus I yang berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan siklus I dengan mengguunakan pembelajaran yang
lebih kreatif.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah
disusun. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan tindakan pada
siklus I.
b. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penggunaaan CTL untuk memperbaiki
kekurangan dan masalah yang muncul pada siklus I. Melalui pembelajaran ini
dapat melibatkan dan mengaktifkan anak dengan bimbingan guru, sehingga
pemahaman anak tentang konsep bangun geomeris dapat meningkat.
3. Observasi
a. Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, anak tetap
diamati.
b. Pengamatan dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman anak tentang
konsep bangun geometris.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Refleksi
a. Pada kegiatan inti peneliti menentukan prosentase keberhasilan anak sebagai
bahan untuk menguji hipotesis.
b. Prediksi prestasi yang dicapai oleh anak kelompok B TK Desa Toriyo pada
siklus II adalah 80%, sehingga terjadi peningkatan 10% yaitu dari 70%
menjadi 80%.
c. Setelah itu, peneliti dapat mengetahui tingkat keberhasilan siswa mulai dari
siklus I dan II dan dapat digunakan sebagai pengujian hipotesis.
d. Apabila pada siklus II sudah berhasil , maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus
III. Namun apabila pada siklus II belum berhasil maka akan diadakan
perbaikkan kembali pada siklus III.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian ini dilaksanakan di TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari
Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. TK ini terletak di sebelah SDN
Toriyo 1 dan masjid Al-Ikhlas yang sangat strategis karena tidak jauh dari jalan raya
dengan memiliki halaman yang luas sebagai area untuk bermain AUD. TK Desa
Toriyo ini memiliki empat ruang, yaitu kelas A, kelas B, kantor Guru, Kamar mandi.
AUD di TK Desa Toriyo berjumlah 40 dan gurunya berjumlah empat orang. Peran
peneliti dalam penelitian ini sekaligus sebagai salah satu guru di TK Desa Toriyo.
Anak-anak tersebut di atas, berasal dari kalangan atau latar belakang keluarga
yang berbeda. Sebagian besar anak dari kalangan keluarga perantau. Kedua orang
tuanya mencari nafkah di Jakarta maupun di luar Jawa, sehingga perhatian kepada
anak terhadap belajarnya kurang, akibatnya anak mengalami kendala atau mengalami
kesulitan dalam belajar. Salah satunya masih kurangnya pemahaman anak tentang
pemahaman konsep bangun geometris masih rendah. Hal inilah yang menjadikan
latar belakang guru untuk mengadakan penelitian pada anak kelompok B Taman
Kanak-Kanak Desa Toriyo dimana meteri tersebut diajarkan.
Berdasarkan hasil tes awal yang dilaksanakan guru menunjukkan tingkat
pemahaman anak kelompok B TK Desa Toriyo tentang konsep bangun geometris
masih rendah ditandai dengan tingkat ketuntasan 27,80% dari seluruh anak dan
masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil tes awal anak kelompok B TK Desa
Toriyo hanya ada 5 siswa atau 27,80% yang bisa mencapai ketuntasan (●) dengan
kriteria nilai B+, 1 anak atau 5,60% setengah tuntas dengan criteria nila B (√), dan
ada 12 anak atau 66,60% siswa belum tuntas belajar karena masih dibawah kriteria
(O) yaitu apabila anak mampu mengenal, menyebutkan, dan menunjuk bentuk benda
geometris. untuk lebih jelasnya lihat tabel 2 dan 3 berikut:
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2. Data Nilai Pra Siklus
Membuat bentuk segitiga dari kertas lipat Anak
No Absen Kriteria nilai Nilai Pra Siklus
1 B+ ●
2 B+ ●
3 B √
4 B- O
5 B+ ●
6 B- O
7 B- O
8 B- O
9 B- O
10 B- O
11 B- O
12 B- O
13 B- O
14 B- O
15 B+ ●
16 B+ ●
17 B- O
18 B- O
Kriteria Nilai : ● = dengan nilai B + jika anak mampu membuat bentuk segitiga
√ = dengan nilai B jika anak setengah dapat mmbuat bentuk segitiga
O = dengan nilai B – jika anak tidak dapat membuat bentuk segitiga
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 3. Tingkat Keberhasilan anak Pra Siklus
Membuat bentuk segitiga dari kertas lipat
Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase
1 ○ 12 66,6 %
2 V 1 5,6 %
3 ● 5 27,8 %
Jumlah 18 100 %
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
Berdasarkan tabel di atas, grafik tingkat keberhasilan kemampuan
menggambar anak pada kelompok B TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari
Sukoharjo belum sesuai dengan yang diharapkan. Adapun dari tabel di atas dapat
digambarkan grafik sebagai berikut:
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 1 berikut:
121
5
Pra Tindakan
о √ •
Grafik 1. Histogram Data Nilai Pra siklus
Dari grafik dan tabel di atas ketuntasan dan hasil belajar yang diperoleh AUD
masih sangat rendah, hal tersebut karena dalam pembelajaran konsep bangun
geometris guru masih menerapkan model pembelajaran yang konvensional
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(ceramah) dan tanpa penggunaan media yang mendukung proses pembelajaran. Oleh
karena itu guru akan mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo
dengan penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning. Dengan
penelitian tersebut diharapkan pemahaman konsep AUD kelompok B tentang bangun
geometris menjadi meningkat sehingga mendorong peningkatan hasil belajar dan
ketuntasan belajar AUD kelompok TK Desa Toriyo.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan sebanyak dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Waktu dalam penelitian ini
dilakukan dari kegiatan awal sampai akhir, yaitu mulai dari jam 7.30 – 10.00 WIB.
Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2)
pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflection).
1. Deskripsi Hasil Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian pada siklus 1 dilaksanakan pada hari Jumat,
27 April 2012 di TK Desa Toriyo. Dalam penelitian tindakan kelas peneliti
bertindak sebagai guru yang melaksanakan penelitian tindakan kelas
membuat rancangan tindakan yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei
2012 dan pada hari Rabu, 8 Mei 2012. Dalam tahap perencanaan ini guru :
1). Menyusun rencana kegiatan harian dengan tema lingkunganku (lampiran 3
dan lampiran 8) untuk 2 pertemuan dan menentukan observer yaitu ibu Sru
Suwarti, S.Pd sebagai guru kelompok B TK Desa Toriyo.
2). Menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan selama pembelajaran meliputi :
a). Media pembelajaran nyata (segitiga, persegi, persegi panjang,
lingkaran, layang-layang).
b). Lembar kerja (lembar kerja anak dan lembar observasi aktivitas guru).
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan model
Contextual Teaching And Learning sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan observer melakukan observasi
dari awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi lembar
pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.
Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dibagi menjadi 2
pertemuan dengan kegiatan yang berbeda dengan rincian sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei
2012 dengan kegiatan berupa pengenalan benda geometris secara
langsung atau nyata. Pada pertemuan pertama observer melakukan
observasi dari awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi
lembar pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru yang
pelaksaanaannya sebagian besar AUD menunjuk langsung.
Sebagai kegiatan awal guru mengadakan tanya jawab tentang
bentuk-bentuk geometris dengan memperkenalkan bangun geometris
secara nyata dan kemudian guru memberikan tes awal (pre tes) untuk
mengukur pemahaman AUD tentang bangun geometris, sebelum
melaksanakan siklus pertama tepatnya pada hari senin 27 April 2012.
Guru juga menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam
kegiatan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran geometris, yaitu
agar anak mampu mengenal bentuk geometris dan disesuaikan dengan
keadaan nyata di rumah. Pada pertemuan ini, anak diperkenalkan
dengan benda-benda nyata geometris dasar yang dibawa oleh guru.
Benda geometris dasar tersebut adalah persegi, persegi panjang, belah
ketupat, jajar genjang, segitiga, lingkaran yang semua benda geometris
tersebut dibuat guru dari karton berwarna. Setelah diperkenalkan
dengan benda geometris dasar tersebut, kemudian satu persatu anak
menunjuk langsung.
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada saat melakukan pengamatan, setiap AUD menunjuk
langsung dan menyebutkan bentuk benda tersebut. Kegiatan
pengamatan itu bertujuan untuk mengenalkan anak dengan benda
geometris di lingkungan sekitarnya (sebagai pengantar).
Setelah kegiatan pengamatan di lingkungan kelas kemudian
guru memberi Lembar Kerja Anak (LKA) untuk setiap AUD yang
dipandu guru untuk melipat dengan kertas lipat bentuk bangun
geometris khususnya bangun datar yang dibawa dan ditunjukkan guru
kemudian mengumpulkan LKA setelah selesai mengerjakan. Pada
setiap akhir kegiatan pembelajaran guru mengulas kembali yaitu dengan
AUD maju di depan kelas dan menunjuk benda geometris.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei
2012 pembelajaran yang akan dilaksanakan ditekankan pada kegiatan
pengenalan bangun geometris dan kemudian dihubungkan langsung
dengan benda disekitar, seperti pintu dan papan tulis sebagai contoh
bangun persegi panjang dan holahop contoh bangun lingkaran.
Pada pelaksanaannya guru membawa bangun geometris yang
dibawa saat pertemuan pertama, kemudian guru mengulas kembali
dengan menyebutkan nama bangun geometris dengan menunjukkan
bangun. Setelah guru mengulas kembali, beberapa anak maju kedepan
dengan menunjuk bentuk bangun geometris yang dibawa oleh guru
sesuai dengan perintah guru, misal tunjukkan bentuk segitiga kemudian
anak tersebut menunjukkan bentuk segitiga.
Setelah beberapa anak maju kedepan untuk mewakili teman
yang lain guna mengetahui anak-anak yang memperhatikan pengenalan
bentuk bangun geometris yang diterangkan oleh guru. Selanjutnya
masing-masing anak akan mendapat giliran untuk maju kedepan
menunjuk bentuk bangun geometris dan kemudian menunjuk benda
yang ada disekitar mereka yang sesuai dengan bentuk yang disebutkan
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oleh guru. Seperti contoh anak menunjuk bentuk segitiga, kemudian
anak mengaitkan bentuk segitiga tersebut dengan benda nyata disekitar
mereka dengan mengambil kalender meja kemudian menyebutkan
dengan yakin bentuk kaleder meja adalah segitiga.
Setelah selesai anak maju untuk menunjuk bentuk benda
geometris dan mengaitkannya dengan benda nyata, guru memberikan
reward atau penghargaan seperti bintang, tepuk tangan ucapan bagus,
kepada anak agar mereka lebih bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran.
Pada akhir pertemuan kedua (siklus 1) guru memberikan
evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan pemahaman
anak tentang konsep bangun geometris setelah penerapan pembelajaran
dengan model CTL. Rencana pelaksanaan pembelajaran, instrumen
penilaian dan foto pada siklus I dapat dilihat pada lampiran ( 3, 6,7) .
c. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer. Observer
mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir. Pengamatan yang
dilakukan meliputi aktivitas guru saat mengajar dengan menerapkan model
CTL pada pembelajaran bangun geometris. Dalam tahapan ini dilaksanakan
pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi, perekaman dengan kamera
foto dan video. Berdasarkan pengamatan dilapangan siklus I selama 2 kali
pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Hasil Tes Anak Siklus I
Hasil tes individual pada siklus I diketahui bahwa model
pembelajaran kontekstual (CTL) telah meningkatkan pemahaman anak
pada konsep bangun geometris. Data yang ada pada lampiran 2
menunjukkan bahwa rata-rata anak yang tuntas dalam kegiatan
pembelajaran sebesar 55,50%. Anak yang nilai tes individualnya telah
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mencapai Kriteria Ketuntasan yaitu nilai B+ (●) sebanyak 10 anak dari
jumlah 18 anak atau 55,50% . Sedangkan anak yang nilainya setengah
tuntas yaitu B (√) sebanyak 3 siswa dari 18 anak atau 16,60% dan anak
yang belum tuntas dalam pembelajaran konsep bangun geometris
dengan kriteria nilai B- (O) sebanyak 5 dari 18 jumlah anak atau
27,80%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 6 dan 7 berikut:
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. Data Nilai Anak Melipat bentuk segitiga
Siklus I pertemuan 1
No Absen Kriteria nilai Siklus I pertemuan 1
1 B- O
2 B+ ●
3 B- O
4 B+ ●
5 B+ ●
6 B+ ●
7 B+ ●
8 B+ ●
9 B+ ●
10 B+ ●
11 B- O
12 B- O
13 B- O
14 B √
15 B+ ●
16 B+ ●
17 B √
18 B √
Kriteria Nilai :
● = dengan nilai B + jika anak mampu membuat bentuk segitiga
√ = dengan nilai B jika anak setengah dapat mmbuat bentuk segitiga
O = dengan nilai B – jika anak tidak dapat membuat bentuk segitiga
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 5. Prosentasi Data Nilai Anak Melipat bentuk segitiga
Siklus I Pertemuan 1
NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 O 5 27,80%
2 √ 3 16,60%
3 ● 10 55,60%
Jumlah 18 100%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
Dari data pada tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1). Anak yang mendapatkan nilai B- pada interval O sebanyak 5
anak.
2). Anak yang mendapatkan nilai B pada interval √ sebanyak 3
anak.
3). Anak yang mendapatkan nilai B+ pada interval ● sebanyak 10
anak.
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 2 berikut:
5
3
10
о
√
•
Grafik 2. Histogram Data Nilai Siklus I Pertemuan
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 6. Data Nilai anak melipat segitiga dan persegi menjadi rumah
Siklus I pertemuan 2
No Absen Kriteria nilai Siklus I pertemuan 2
1 B+ ●
2 B+ ●
3 B √
4 B+ ●
5 B+ ●
6 B- ●
7 B+ ●
8 B+ ●
9 B+ ●
10 B √
11 B- O
12 B+ ●
13 B- O
14 B- ●
15 B+ ●
16 B+ ●
17 B- O
18 B+ ●
Kriteria Nilai :
● = dengan nilai B + dapat melipat segitiga, persegi menjadi rumah
√ = nilai B setengah dapat melipat segitiga, persegi jadi rumah
O = nilai B– dapat melipat segitiga, persegi jadi rumah tidak rapi
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 7. Prosentasi melipat segitiga dan persegi menjadi rumah
Siklus I Pertemuan 2
NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 O 3 16,67%
2 √ 2 11,11%
3 ● 13 72,22%
Jumlah 18 100%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
Dari data pada tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1) Anak yang mendapatkan nilai B- pada interval O sebanyak 3
anak.
2) Anak yang mendapatkan nilai B pada interval √ sebanyak 2
anak.
3) Anak yang mendapatkan nilai B+ pada interval ● sebanyak 13
anak.
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 3 berikut:
3
2
13
о
√
•
Grafik 3. Histogram Data Nilai Siklus I Pertemuan 2
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel 7 dan grafik 3 diketahui bahwa banyak anak yang
mendapat nilai B- (O) yaitu sebanyak 5 anak atau 27,80%. Pada tabel
5 diketahui bahwa anak yang mecapai ketuntasan adalah sebanyak 10
anak atau 55,50% dan anak yang setengah mencapai ketuntasan atau
(√) sebanyak 3 anak atau 16,60% . Sedangakan pada tabel 6 dan grafik
4 ketuntasan anak meningkat menjadi 72,22% dan anak yang belum
tuntas turun menjadi 16,60%.
Peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar anak dalam
pemahaman konsep bangun geometris dengan penerapan model
pembelajaran CTL dan dengan pemanfaatan media dan lingkungan
sekitar sehingga hal tersebut bisa tercapai seperti pada tabel dan grafik
di atas.
Berdasarkan pembahasan pada siklus I dapat dibuat
perbandingan antara kegiatan awal dan siklus I yang dapat dilihat pada
tabel 8 dan grafik 4 dibawah ini :
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan anak Melipat segitiga dan persegi
Prasiklus dan siklus I
Ketuntasan Siklus I No Absen Ketuntasan Prasiklus
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 ● O ●
2 ● ● ●
3 √ O √
4 O ● ●
5 ● ● ●
6 O ● ●
7 O ● ●
8 O ● ●
9 O ● ●
10 O ● √
11 O O O
12 O O ●
13 O O O
14 O √ ●
15 ● ● ●
16 ● ● ●
17 O √ O
18 O √ ●
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 9. Perbandingan Ketuntasan anak Melipat segitiga dan persegi
Prasiklus dan siklus I
Anak yang
mendapat B+
(●)
Anak yang
mendapat B
(√)
Anak yang
mendapat B -
(O)
Ketuntasan
anak
Keadaan Awal 5 1 12 27,80%
SiklusI
pertemuan 1
10 3 5 55,50%
SiklusI
pertemuan 2
13 2 3 72,22%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4 berikut:
0
20
40
60
80
Tes Awal Siklus I/1 Siklus I/2
125 31 3 25
10 13
27.80 %
55.50 %
72.22%
о
√
•
Ketuntasan
Grafik 4. Histogram Perbandingan tes awal dan Siklus I
Dari tabel 8, 9 dan grafik 4 dapat dilihat adanya peningkatan
nilai dan prosentase ketuntasan anak kelompok B TK Desa Toriyo
tentang konsep bangun geometris. Dari tabel dan grafik tersebut masih
ada anak yang belum tuntas dalam mengenal bangun geometris sebelum
diadakan tindakan 12 anak dan setelah diadakan tindakan I berkurang
menjadi 5 anak yang belum mencapai nilai B+ (●), diiringi juga dengan
peningkatan prosentase ketuntasan anak yang awalnya anak yang tuntas
hanya 27,80%, pada siklus I pertemuan 1 meningkat menjadi 55,50%,
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada pertemuan ke-2 ketuntasan meningkat menjadi 72,22% .
Peningkatan tersebut membuktikan bahwa dengan penerapan model
pembelajaran CTL dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun
geometris dan semangat belajar mereka juga meningkat.
2) Aktivitas Guru Pengamatan pada aspek aktivitas guru saat mengajar sesuai data
penilaian guru pada lampiran 13 diketahui rata-rata skor penilaian guru
adalah 3,51 dari 24 indikator yang terbagi dalam tujuh aspek. Masing-
masing indikator dinilai dengan skor 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik),
dan 4 (sangat baik). Adapun hasil penilaian terhadap aktivitas guru pada
setiap aspek dapat dilihat pada tabel 10 dan 11.
Tabel 10. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I pertemuan 1
No Aspek Rata-rata nilai
1 Kegiatan awal 3,00
2 Kegiatan Inti 3,25
3 Kegiatan Penutup 3,00
4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,25
5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,25
6 Penguasaan Bahan Ajar 3,50
7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,33
Jumlah 24,58
Rata-rata akhir 3,51
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 11. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I pertemuan 2
No Aspek Rata-rata nilai
1 Kegiatan awal 3,50
2 Kegiatan Inti 3,25
3 Kegiatan Penutup 3,33
4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,52
5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,50
6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00
7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,33
Jumlah 25,06
Rata-rata akhir 3,58
Dari hasil penilain guru di atas yang dilakukan oleh observer diperoleh
hasil 3,51 pada siklus I pertemuan 1 dan 3,58 dapat dikatakan aktivitas
guru baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan diiringi semangat anak
dalam mengikuti pembelajaran sehingga mendorong peningkatan
pemahaman anak pada konsep bangun geometris lebih meningkat. Hasil
belajar anak sebelum tindakan dengan ketuntasan sebesar 27,80%, pada
siklus I pertemuan I dan II meningkat menjadi 55,50% dan ketuntasan
72,22%.
Hal ini menunjukkan bahwa guru berhasil pada penerapan CTL.
Guru membawa contoh langsung bentuk benda geometris atau
pemodelan, dengan ini guru mengkontruktivisme pengetahuan anak
yaitu anak akan mengingat kembali bentuk benda geometris yang sudah
anak lihat sebelum pembelajaran CTL ini. Anak akan mulai belajar
mengenal hal baru atau inkuiri pada bentuk benda yang dibawa oleh
guru pada siklus I ini seperti contoh segitiga, persegi panjang, persegi,
jajarnjang, lingkaran. Dari benda yang dibawa guru tersebut secara
tidak langsung anak akan bertanya pada bentuk benda yang belum anak
kenal, mereka akan bertanya karena rasa ingin tahu yang besar. Pada
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akhir kegiatan antar siklus guru juga mengadakan penilaian nyata, yaitu
penilaian hasil karya anak.
Dari hasil tersebut membuktikan aktivitas guru mempengaruhi
peningkatan ketuntasan dan pemahaman anak. Untuk lebih
meningkatkan ketuntasan dan pemahaman anak pada konsep bangun
geometris, maka aktivitas guru perlu ditingkatkan pada siklus II, yaitu
dengan cara perencanaan yang lebih matang seperti dalam penyusunan
RKH, penyediaan media dan kegiatan dalam pembelajaran yang lebih
menarik untuk memancing semangat anak..
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian
dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut :
Nilai rata-rata kelas dalam pemahaman konsep bangun geometris
anak sudah meningkat dengan nilai ketuntasan yaitu B+ atau (●), pada
siklus I ini nilai rata-rata kelas B+ atau (●) dengan jumlah anak 10 atau
55,50% pada pertemuan 1, sedangkan pada pertemuan kedua meningkat
menjadi 13 anak atau dengan prosentase 72,22% yang mencapai nilai
ketuntasab B+ atau (●). Rata-rata tersebut mengalami peningkatan
dibandingkan dengan rata-rata sebelum mengadakan tindakan, akan tetapi
rata-rata tersebut dikatakan masih kurang maksimal. Hal tersebut
dikarenakan pemahaman siswa mengenai perubahan lingkungan juga masih
kurang maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan siklus II
dengan kegiatan yang lebih bisa meningkatkan pemahaman konsep bangun
geometris pada anak.
Dari hasil penelitian siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2, maka
peneliti mengulas secara cermat bahwa ada beberapa anak yang belum
menunjukkan pemahaman konsep bangun geometris secara maksimal yang
ditandai dengan masih ada anak yang belum tuntas yaitu sebesar 27,80%
pada siklus I pertemuan 1 dan 16,60% pada pertemuan 2, untuk anak yang
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mencapai ketuntasan sebesar 55,50% pada pertemuan 1, 72,22% pada
pertemuan 2, sedangkan indikator ketercapaian mencapai 80%. Sehingga
berdasarkan hasil siklus I, guru melanjutkan siklus II dengan media yang
lebih nyata dan berusaha benda tersebut dekat dengan anak.
2. Deskripsi Hasil Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Senin 15
Mei 2012 TK Desa Toriyo. Peneliti membuat rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diketahui bahwa pemahaman
anak pada konsep bangun geometris masih belum maksimal. Hal ini terlihat
dari rata-rata capaian nilai mereka yang masih berada dibawah KKM yang
disebabkan karena beberapa faktor yang antaranya karena kelemahan dalam
penerapan media pada saat pembelajaran. Oleh karena itu peneliti kembali
mengulang pembelajaran tentang pengenalan bangun geometris dengan
benda tiga dimensi yaitu benda yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan
(dengan alokasi waktu 2 x 30 menit setiap pertemuan). Untuk mengatasi
berbagai kekurangan yang ada pada siklus I, upaya yang dilakukan guru
adalah sebagai berikut : (1) guru sebaiknya memberikan dorongan dan
motivasi kepada anak agar mereka lebih semangat dan berminat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) guru sebaiknya memberikan model
pembelajaran yang tepat, yang dapat menyenangkan siswa sehingga siswa
dapat lebih aktif, kreatif dan inovatif, (3) anak diberi kesempatan lebih
dalam proses pembelajaran, (4) media disediakan untuk anak lebih menarik
dan variasi macam bentuk geometrisnya.
Mengingat hasil analisis terhadap pemahaman anak tentang bangun
geometris pada siklus I masih ada sebagian siswa yang belum menunjukkan
hasil yang maksimal.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Merencanakan tindakan pada siklus 2 yang berdasarkan perbaikan
pada siklus I dengan :
1). Membuat RKH (lampiran 18 dan lampiran 25) dan instrumen yang
semuanya disempurnakan berdasarkan hasil refleksi data pada siklus I
untuk memperbaiki kegiatan pada siklus I.
2). Menyiapkan media dan instrumen, antara lain:
a). Media pembelajaran untuk bangun ruang (balok, kubus, bola,
kerucut).
b). Alat (soal/lembar evaluasi).
c). Lembar kerja (lembar kerja siswa, lembar instrumen observasi
aktivitas guru).
b. Tindakan
Dalam tahap ini guru tetap akan menerapkan model pembalajaran
CTL seperti pada siklus I yang membedakan adalah dalam partisipasi anak
dalam proses pembelajaran. Pada siklus II ini anak akan lebih aktif
menyebut dan menunjuk bentuk bangun ruang dan bangun datar, karena
media yang disediakan lebih banyak dan menarik sehingga lebih
meningkatkan pemahaman mereka tentangkonsep bangun geometris.
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II observer melakukan
observasi dari awal sampai akhir pembelajaran baik pada pertemuan
pertama maupun pertemuan kedua, observer mengamati dan mengisi lembar
pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.
1). Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu
17 Mei 2012 dengan materi tentang pengenalan bangun datar dan
bangun ruang. Sebagai awal kegiatan guru mengadakan tanya jawab
tentang bangun datar yang sudah dipelajari pada pertemuan I sebagai
apersepsi. Agar anak lebih semangat guru memberi reward atu
penghargaan untuk anak yang bisa maju kedepan untuk menunjuk
bentuk benda yang disebutkan ibu guru.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada siklus kedua AUD tetap diperkenalkan dengan benda
geometris nyata yaitu dengan memperkenalkan bangun ruang secara
nyata. Yang membedakan praktek pada siklus 1 dan siklus 2 adalah
pada siklus 2 ini AUD mengenal langsung bangun ruang dan membuat
bangun ruang tersebut, sehingga anak dapat merasakan langsung apa
yang dipelajari.
Langkah selanjutnya guru memperkenalkan terlebih dahulu
bentuk benda ruang yang guru bawa, dengan menghubungkan dari
bentuk dasar. Misal dari bentuk dasar lingkaran kita bisa membuat bola,
dari bentuk dasar persegi anak bisa membuat kubus, dari bentuk persegi
panjang anak bisa membuat balok. Membuat bangun ruang akan
dilaksanakan pada siklus II pertemuan kedua, hal ini dikarenakan guru
bisa melihat ketercapaian pembelajaran yang diberikan pada anak
khususnya bangun geometris dengan guru melihat pada hasil anak
dengan membuat bangun geometris. Pertemuan pertama ini masih
dikhususkan untuk anak mengingat kembali bentuk benda geometris
datar, kemudian dihubungkan dengan bentuk benda ruang yang dibawa
guru dan dihubungkan dengan benda sekitar.
Pada akhir pertemuan pertama anak akan diberi tugas untuk
mengerjakan LKA yang sudah disediakan guru. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan anak sudah bisa mengenal bangun geometris. Pada
pertemuan pertama siklus II ini tugas anak adalah meronce bentuk
geometris seperti segitiga, persegi, dan lingkaran sesuai dengan urutan
yang telah ditentukan oleh guru.
2). Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Mei 2012.
Pada pertemuan kedua ini anak dikenalkan langsung dengan bentuk
bangun datar dan ruang melalui bekal yang mereka bawa, seperti tahu
berbentuk balok, tempat minum berbentuk tabung. Dengan bekal yang
mereka bawa, anak dapat mengaitkan langsung bentuk benda geometris
dengan benda nyata.
55 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam pertemuan kedua ini yang bertepatan dengan hari Sabtu,
anak membawa bekal dari rumah untuk makan bersama. Dari bekal
tersebut guru juga dapat mengenalkan bentuk benda geomtris, dan
kemudian anak menyebutkan masing-masing bentuk makanan yang
mereka bawa. Langkah pertama guru memberi pada anak dengan
pertanyaan bentuk benda geometris yang guru tunjuk. Dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut guru dapat melihat tingkat pemahamna anak
tentang bangun geometris sudah meningkat. Dengan bukti anak mampu
menyebutkan macam bentuk benda geometris yang guru tunjuk.
Selanjutnya guru memberi penjelasan untuk tugas hari ini yaitu
membuat bentuk bangun geometris ruang dengan menggunakan
plastisin. Jika anak mampu membuat bentuk bangun geometris dan
mampu mnyebutkan bentuknya, itu artinya perbaikkan yang
ddilaksanakan guru berhasil.
c. Obsevasi
Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer. Observer
mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir. Pengamatan yang
dilakukan meliputi aktivitas guru dan pengenalan benda geometris nyata.
Berdasarkan pengamatan dilapangan siklus II selama 2 kali pertemuan
diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Hasil Tes Anak Siklus II
Hasil tes individual pada siklus II diketahui bahwa model
pembelajaran kontekstual (CTL) telah meningkatkan pemahaman
konsep anak tentang bangun geometris yaitu bangun datar dan bangun
ruang. Data yang ada pada lampiran 2 menunjukkan bahwa rata-rata
nilai tes anak pada siklus II petemuan 1 sebesar 77,80% dan
menunjukkan adanya peningkatan pada pertemuan kedua yang sesuai
dengan target peneliti yaitu 88,90% dari target awal peneliti 80%. Pada
pertemuan pertama pada siklus II ada 2 anak atau 11,11% yang belum
tuntas dengan kriteria nilai B- (O) dan 2 anak atau 11,11% yang
setengah tuntas kriteria nilai B (√) . Sedangkan pada pertemuan kedua
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jumlah dan prosentase anak yang belum tunta dengan kriteria nilai B-
(O) berkurang hanya tinggal 1 anak atau 5,60%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 10 dan 11.
Tabel 12. Data Nilai Anak Meronce bentuk segitiga, persegi, lingkaran
Siklus II pertemuan 1
No Absen Kriteria nilai Siklus II pertemuan 1
1 B+ ●
2 B+ ●
3 B ●
4 B+ ●
5 B √
6 B+ ●
7 B+ ●
8 B+ ●
9 B+ ●
10 B+ ●
11 B+ ●
12 B √
13 B- O
14 B+ ●
15 B- O
16 B+ ●
17 B+ ●
18 B+ ●
Kriteria Nilai :
● = dengan nilai B + jika meronce geometris sesuai urutan
√ = dengan nilai B jika setengah dapat meronce bentuk geometris
O = dengan nilai B – jika tidak urut meronce bentuk geometris
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 13. Prosentase Nilai Anak Meronce bentuk segitiga, persegi, lingkaran Siklus II pertemuan 1
NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 O 2 11,10%
2 √ 2 11,10%
3 ● 14 77,80%
Jumlah 18 100%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
Dari data pada tabel diatas dapat didiskripsikan sebagai berikut :
1) Anak yang mendapatkan nilai B- pada interval O sebanyak 2 anak.
2) Anak yang mendapatkan nilai B pada interval √ sebanyak 2 anak.
3) Anak yang mendapatkan nilai B+ pada interval ● sebanyak 14 anak.
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 7 berikut:
2
2
14
о
√
•
Grafik 5. Histogram Data Nilai Siklus II pertemuan 2
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 14. Data Nilai Anak Membuat bola dan persegi panjang dari plastisin
Siklus II pertemuan 2
No Absen Kriteria nilai Siklus II pertemuan 2
1 B+ ●
2 B+ ●
3 B+ ●
4 B+ ●
5 B+ ●
6 B+ ●
7 B+ ●
8 B+ ●
9 B+ ●
10 B+ ●
11 B+ ●
12 B- O
13 B √
14 B+ ●
15 B+ ●
16 B+ ●
17 B+ ●
18 B+ ●
Kriteria Nilai :
● = dengan nilai B + jika dapat membuat kubus, bola dengan plastisin
√ = dengan nilai B jika setengah dapat membuat bentuk kubus, bola
O = dengan nilai B – jika tidak dapat membentuk kubus, bola
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 15. Prosentase Nilai Anak Membuat bola dan persegi panjang dari plastisin Siklus II pertemuan 2
NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 O 1 5,55%
2 √ 1 5,55%
3 ● 16 88,90%
Jumlah 18 100%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 8 berikut:
1 1
16
о
√
•
Grafik 6. Histogram Data Nilai Siklus II pertemuan 2
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pembahasan pada siklus II dapat dibuat perbandingan
antara siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 yang dapat dilihat pada tabel 16
dan grafik 7.
Tabel 16. Perbandingan Ketuntasan Meronce dan membuat bentuk geometri
Siklus II Pertemuan 1 dan 2
Ketuntasan Siklus II No Absen
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 ● ●
2 ● ●
3 ● ●
4 ● ●
5 √ ●
6 ● ●
7 ● ●
8 ● ●
9 ● ●
10 ● ●
11 ● ●
12 √ O
13 O √
14 ● ●
15 O ●
16 ● ●
17 ● ●
18 ● ●
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 17. Perbandingan Ketuntasan Meronce dan membuat bentuk geometri
Siklus II Pertemuan 1 dan 2
Anak yang
mendapat B+
(●)
Anak yang
mendapat B
(√)
Anak yang
mendapat B -
(O)
Ketuntasan
anak
SiklusII
pertemuan 1
14 2 2 77,80%
SiklusII
pertemuan 2
16 1 1 88,90%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4 berikut:
0102030405060708090
Siklus II/1 Siklus II/2
2 12 1
14 16
77.80 %88.90%
о
√
•
Ketuntasan
Grafik 7. Histogram Perbandingan Siklus II Pertemuan 1dan 2
Dari tabel 16 dan grafik 7 diketahui bahwa hasil belajar anak
kelompok B TK Desa Toriyo tentang pemahaman konsep bangun
geometris mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar
pada siklus I. Dalam pelaksanaan siklus II kegiatannya menekankan
pada pengenalan bentuk benda geometris datar dan bentuk benda
geomtris ruang dengan menunjuk secara langsung, kemudian
membentuk bentuk geometris. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 16
dan grafik 7 dimana selalu ada peningkatan hasil belajar dan ketuntasan
anak kelompok B pada setiap siklusnya. Hasil tes pada siklus II
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) telah
meningkatkan pemahaman konsep anak pada bangun geometris yang
dapat dilihat dari hasil belajar dan prosentase ketuntasan belajar anak
kelompok B. Sebanyak 16 atau 88,90% dari seluruh anak kelompok B
telah berhasil menyelesaikan Lembar Kerja Anak (LKA) dan tugas dari
guru yang berhubungan dengan bangun geometris dengan nilai sama
dengan atau di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = ●) dengan
rata-rata nilai B+. Dengan demikian target penilitian yaitu minimal
88,90% memperoleh nilai tuntas KKM telah tercapai.
Dengan tingkat ketuntasan anak pada siklus II sebesar 77,80%
pada pertemuan pertama dan 88,90% pada pertemuan kedua maka
penelitian ini berhasil mencapai target keberhasilan yang diharapkan
sebesar 80% anak tuntas dalam belajar. Hal itu membuktikan dengan
penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat meningkatkan
pemahaman konsep pemahaman bangun geometris. Hal tersebut dapat
dilihat dan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan
ketuntasan belajar yang diperoleh anak tiap siklus.
2) Aktivitas Guru
Pengamatan pada aspek aktivitas guru saat mengajar sesuai data
penilaian guru pada lampiran 14 diketahui rata-rata skor penilaian guru
adalah 3,70 pada siklus II pertemuan 1 dan 3,71 pada siklus II
pertemuan 2 dari 24 indikator yang terbagi dalam tujuh aspek. Masing-
masing indikator dinilai dengan skor 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik),
dan 4 (sangat baik). Adapun hasil penilaian terhadap aktivitas guru pada
setiap aspek dapat dilihat pada tabel 18 dan 19.
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 18. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II pertemuan 1
No Aspek Rata-rata nilai
1 Kegiatan awal 3,50
2 Kegiatan Inti 3,50
3 Kegiatan Penutup 3,50
4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,67
5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,50
6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00
7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,33
Jumlah 25,20
Rata-rata akhir 3,60
Tabel 19. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II pertemuan 2
No Aspek Rata-rata nilai
1 Kegiatan awal 3,75
2 Kegiatan Inti 3,75
3 Kegiatan Penutup 3,65
4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,75
5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,75
6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00
7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,65
Jumlah 26,00
Rata-rata akhir 3,71
Aktivitas guru sangat menentukan keberhasilan dalam suatu
proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan oleh observer pada
siklus II ini penilaian aktivitas mencapai 3,71. Pada siklus II ini
aktivitas guru ditekankan pada peran serta anak dalam pembelajaran
guru hanya sebagai fasilitator dan motivator untuk mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran. Seperti pada siklus II ini anak
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk menunjuk, menyebut,
dan menghubungkan bentuk benda geometris dengan benda nyata
yanag ada pada lingkungan disekitar mereka, guru hanya mneyediakan
media memberi arahan dan petunjuk jika anak mengalami kesulitan.
Dengan kegiatan tersebut ternyata lebih efektif dalam peningkatan
pemahaman konsep bangun datar dan bangun ruang pada anak,
sehingga hasil belajar dan ketuntasan anak ikut meningkat seperti pada
siklus II ini ketuntasan anak meningkat menjadi 88,90% .
d. Refleksi
Berdasarkan pengamatan pada siklus II terhadap kenaikkan prosentase
nilai ketuntasan B+ (●) dari 27,80% sebelum mengadakan tindakan dan
menjadi 88,90% setelah melaksanakan tindakan, dapat dilihat antusias dan
semangat anak dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat meningkatkan semangat anak
dalam pembelajaran sehingga akan mendukung untuk meningkatkan
pemahaman konsep pemahaman konsep bangun geometris.
Hasil penilaian terhadap guru saat proses pembelajaran pada siklus II
menunjukkan bahwa secara keseluruhan kegiatan guru sudah baik dalam
pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa terdapat
kenaikan rata-rata nilai aktivitas guru pada setiap aspek. Sehingga pada akhir
siklus II diperoleh nilai 3,71. Hal tersebut mendukung peningkatan antusias
dan semangat anak dalam belajar serta peningkatan hasil belajar anak
kelompok B pada pemahaman konsep bangun geometris.
Dengan adanya peningkatan aktivitas guru pada siklus II yang
mendorong anak lebih aktif dan semangat mengikuti pelajaran membuat
pemahaman anak kelompok tentang konsep bangun geometris menjadi
meningkat ditandai dengan peningkatan hasil belajar dan prosentase ketuntasan
yang mencapai 88,90%.
Dalam pelaksanaan siklus II kegiatannya menekankan pada semangat
anak, seperti pengenalan benda geometris yang dibawa guru. Hal tersebut dapat
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilihat pada grafik 8 dimana selalu ada peningkatan hasil belajar dan
ketuntasan anak kelompok B pada setiap siklusnya. Hasil tes pada siklus II
menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual
(CTL) telah meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris yang dapat
dilihat dari hasil belajar dan prosentase ketuntasan belajar anak kelompok B,
sebanyak 16 anak atau 88,90% dari seluruh anak kelompo B telah berhasil
menyelesaikan tes dengan nilai sama dengan atau di atas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM = B+ atau ●). Dengan demikian target penilitian yaitu minimal
80% anak memperoleh nilai tuntas KKM telah tercapai.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Hasil belajar anak pada pemahaman konsep bangun geometris
Penilaian terhadap hasil belajar pemahaman konsep bangun geometris
pada anak kelompok B TK Desa Toriyo dilaksanakan pada setiap
pertemuan antar siklus, diharapkan agar guru dapat mengetahui
peningkatan anak kelompok B TK Desa Toriyo khususnya pada konsep
bangun geometris. Secara garis besar perbandingan antara jumlah anak
yang mencapai ketuntasan belajar konsep bangun geometris pada kondisi
awal sebelum diadakan tindakan, siklus I, dan siklus II mengalami
peningkatan. Nilai ketuntasan di atas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 20. Perbandingan Ketuntasan anak melipat, meronce, dan membentuk
dari plastiisin bentuk segitiga dan persegi dari Prasiklus, Siklus I, Siklus II
Ketuntasan Siklus I Ketuntasan Siklus II No
Absen
Prasiklus Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 ● ● ● ● ●
2 ● ● ● ● ●
3 √ √ √ ● ●
4 O ● ● ● ●
5 ● ● ● √ ●
6 O ● ● ● ●
7 O ● ● ● ●
8 O ● ● ● ●
9 O ● ● ● ●
10 O O √ ● ●
11 O O O ● ●
12 O O ● √ O
13 O O O O √
14 O √ ● ● ●
15 ● ● ● O ●
16 ● ● ● ● ●
17 O √ O ● ●
18 O O ● ● ●
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 21. Perbandingan Ketuntasan anak melipat, meronce, dan membentuk
dari plastiisin bentuk segitiga dan persegi dari Prasiklus, Siklus I, Siklus II
Kondisi
Anak yang
mendapat B+
(●)
Anak yang
mendapat B
(√)
Anak yang
mendapat B -
(O)
Ketuntasan
anak
Keadaan Awal 5 1 12 27,80%
Siklus I/1 10 3 5 55,50%
Siklus I/2 13 2 3 72,22%
Siklus II/1 14 2 2 77,80%
Siklus II/2 16 1 1 88,90%
Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas
Dari tabel di atas dapat disajikan grafik perbandingan nilai
ketuntasan tiap siklus adalah sebagai berikut:
Perbandingan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Tes Awal Siklus I/1 Siklus I/2 Siklus II/1 Siklus II/2
о 12 5 3 2 1
√ 1 3 2 2 1
• 5 10 13 14 16Ketuntasan 27.8 55.5 72.22 77.8 88.9
125 3 2 11 3 2 2 15
10 13 14 1627.8%
55.5%
72.22%77.8%
88.9%
0
20
40
60
80
100
Tes Awal Siklus I/1 Siklus I/2 Siklus II/1 Siklus II/2
о
√
•
Ketuntasan
Grafik 8. Histogram Perbandingan Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 Kinerja Guru
Penelitian kinerja guru terdiri dari penilaian Rencana Kegiatan
Harian (RKH) yang mencakup tentang penilaian perencanaan guru dalam
menyiapkan materi ajar, media, dan instrument yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran tersebut. Guru saat mengajar juga dinilai oleh
observer yaitu ibu Sru Suwarti, S.Pd sebagai guru kelompok B untuk
menilai ketepatan atau kesesuaian guru dengan RKH yang tersusun
dalam kegiatan keseluruhan.
Dalam RKH terdapat indikator yang diamati antara lain: (1).
kejelasan perumusan tujuan pembelajaran, (2). pemilihan materi ajar,
(3). pemilihan media, (4). kejelasan scenario, dan (5). kesesuaian teknik
dengan tujuan pembelajaran.
Sedangkan dalam penilaian saat guru mengajar, terbagi dalam 4
indikator yakni indikator dalam pra tindakan, kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir atau penutup, dan semua kriteria penilaian kinerja
guru terangkum menjadi satu lembar penilaian. Hasil penilaian kinerja
guru disetiap pertemuan adalah sebagai berikut, pada siklus I pertemuan
1 sebesar 3,51, siklus I pertemuan 2 sebesar 3,58, siklus II pertemuan
pertama 3,60 dan siklus II pertemuan 2 sebesar 3,71.
Peningkatan kinerja guru tersebut diiringi dengan peningkatan
ketuntasan anak kelompok B TK Desa Toriyo tentang pemahaman
konsep bangun geometris. Pada awal sebelum tindakan ibu Sri Suwarti,
S.Pd selaku guru kelas kelompok B TK Desa Toriyo masih menerapkan
model konvensional yakni hanya menggunakan gambar bukan dengan
benda nyata, ibu Sri Suwarti,S.Pd juga menyadari kemampuan belajar
anak pada bangun geometris dikelasnya rendah, maka perlu diadakan
perbaikkan. Peneliti yang bertindak sebagai guru yang melaksanakan
PTK menerapkan CTL untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun
geometris. Pada awal tindakan yakni siklus I pertemuan 1 guru membawa
benda geometris bangun datar seperti segitiga, persegi, persegi panjang,
jajar genjang, laang-layang, dan lingkaran. Benda datar tersebut masih
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kurang memacu semangat anak pada pertemuan pertama, kemudian pada
pertemuan kedua guru membawa bangun datar tersebut beserta
contohnya, seperti contoh lingkaran guru membawa holahop, persegi
panjang guru membawa buku tulis, segitiga guru membawa kalender
meja. Benda tersebut tidak hanya untuk dikenalkan, namun anak-anak
diberi kesempatan untuk menunjuk dan memeganga langsung benda
tersebut sesuai dengan bentuk geometris yang diharapkan guru.
Setelah mengalami peningkatan pada siklus pertama, untuk siklus II
yang dilaksanakan pada semsester II akhir pada pengayaan tema
kebutuhanku sub tema makanan, guru membawa media yang lebih
menarik. Media yang digunakan guru dalam penerapan CTL pada siklus
II yakni benda bangun ruang, sesuai dengan tema kebutuhanku tema
makanan, guru membawa tahu, telur, tempat makan, dan tempat minum.
Guru memperkenalkan satu persatu benda tersebut sesuai dengan
bentuknya, seperti contoh tabung=botol minum, tempat makan=balok.
Setelah itu anak akan menjawab pertanyaan gru yakni dengan menunjuk
benda geometris sesuai dengan benda yang ada dilingkungan sekitar
kelas. Kinerja guru untuk meningkatkan pemahaman anak pada konsep
bangun geometris dengan penerapan CTL mengalami peningkatan
ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan anak pada setiap siklus
Perbandingan hasil kinerja guru dari setiap pertemuan antar siklus
baik sebelum kegiatan maupun sesudah kegiatan pembelajaran dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 22. Perbandingan Hasil kinerja guru pada siklus I dan Siklus II
No Tindakan Pertemuan Nilai
Pertemuan 1 3,51 1 Siklus I
Pertemuan 1 3,58
Pertemuan 1 3,60 2 Siklus II
Pertemuan 1 3,75
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pencapaian kinerja guru
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan nilai ketuntasan anak
pada pemahaman konsep bangun geometris dengan kriteria yang sudah
ditentukan. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru
berhasil membawa anak untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun
geomteris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo.
Berdasarkan tabel 10 dan grafik 7 di atas dapat dilihat selalu
adanya peningkatan dari awal sebelum tindakan, siklus I dan siklus II.
Peningkatan itu dapat dilihat dari nilai anak, rata-rata nilai anak dan
ketuntasan belajar anak. Nilai ketuntasan B+ (●) dari awal sebelum
tindakan sampai siklus II selalu meningkat 5 anak pada awal atau
pratindakan, 10 anak pada siklus I pertemuan 1, 13 anak pada siklus I
pertemuan 2, 14 anak pada siklus II pertemuan 1, dan 16 anak yang pada
siklus II pertemuan 2. Naiknya nilai ketuntasan yang diperoleh anak
diikuti dengan naiknya prosentase nilai ketuntasan (●) pada anak.
Prosentase ketuntasan anak kelompok B yang meningkat, dilihat pada
awal sebelum tindakan ketuntasan anak sebesar 27,80% siklus I
pertemuan 1 55,50%, siklus I pertemuan 2 dengan kenaikan prosentase
menjadi 72,22%, untuk siklus II pertemuan 1 77,80% dan pada akhir
siklus II ketuntasan anak mencapai prosentase yang memuaskan yaitu
sebesar 88,90% dari jumlah anak.
Dengan tingkat ketuntasan anak pada siklus II sebesar 77,80%
pada pertemuan pertama dan 88,90% pada pertemuan kedua maka
penelitian ini berhasil mencapai target keberhasilan yang diharapkan
sebesar 80% anak tuntas dalam belajar. Hal itu membuktikan dengan
penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat meningkatkan
pemahaman konsep pemahaman bangun geometris. Hal tersebut dapat
dilihat dan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan
ketuntasan belajar yang diperoleh anak tiap siklus.
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pretest yang diberikan pada pra tindakan diperoleh hasil sebanyak 5
atau 27,70% anak yang berhasil memperoleh nilai tuntas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM = B+). Tindakan yang dilakukan adalah penerapan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada siklus yang pertama
pertemuan 1, diperoleh hasil sebanyak 10 anak atau 55,50%, dan pada siklus pertama
pertemuan 2 mengalami peningkatan menjadi 13 anak atau 72,22% dari 18 jumlah
anak yang berhasil memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata nilai B+. Sedangkan
pada siklus yang kedua pertemuan pertama diperoleh hasil sebanyak 14 atau 77,89%,
dan pada siklus II pertemuan 2 diperoleh hasil sebanyak 16 atau 88,90% dari 18
siswa yang berhasil memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata nilai B+ atau (●).
Dengan ketuntasan mencapai 88,90% yang telah melewati indikator
keberhasilan sebanyak 80% anak harus tuntas, maka pembelajaran dan penelitian
dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan
pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo telah
berhasil.
Hasil pengamatan pada penelitian ini adalah penilaian terhadap guru yang
dilakukan oleh observer ditujukan pada aktivitas guru saat proses pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan
pemahaman konsep bangun geometris pada anak. Dari hasil pengamatan diketahui
bahwa terdapat peningkatan rata-rata nilai aktivitas guru dari siklus I ke siklus II.
Penilaian aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diperoleh angka sebesar 3,51, pada
pertemuan 2 sebesar 3,58 dan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 3,68 dan pada
siklus II pertemuan 2 sebesar 3,71. Hal tersebut mendukung peningkatan semangat
dalam belajar serta peningkatan hasil belajar anak kelompok B tentang konsep
bangun geometris yaitu khusus pada pengenalan bentuk bangun geometris.
Dengan adanya peningkatan aktivitas guru pada siklus II yang mendorong
anak lebih semangat mengikuti pelajaran membuat pemahaman anak kelompok B
TK Desa Toriyo dalam pemahaman konsep bangun geometris meningkat ditandai
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan peningkatan hasil belajar dan prosentase ketuntasan anak kelompok B yang
mencapai 88,90%.
Hasil perhitungan prosentase perolehan nilai pada setiap siklus, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada
anak kelompok B TK Desa Toriyo. Sesuai dengan target peneliti 80% dari 18 anak
tuntas dalam pembelajaran bangun geometris, 2 anak yang belum tuntas dalam
pembelajaran bangun geometris, sehingga guru akan mangadakan pendekatan dan
bimbingan pada anak tersebut.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diketahui adanya peningkatan yang
meliputi penilaian terhadap aktivitas guru serta hasil belajar anak pada konsep
pemahaman konsep bangun geometris melalui penerapan model Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Peneliti dapat menarik kesimpulan dengan penerapan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun
geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo pada tahun pelajaran 2011/2012,
sesuai dengan teori Sanjaya, dalam Sugiyanto (2009: 21), melalui tujuh komponen
pembelajaran CTL, yaitu pemodellan, kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat
belajar, dan penilaian nyata dapat meningkatkan ketuntasan anak. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil belajar dan ketuntasan anak yang terus meningkat, menurut teori
Tadkiroatun Musfiroh (2005:65), pembelajaran yang menghasilkan karya nyata
memerlukan sentuhan kecerdasan visual spasial. Salah satu tujuan pembelajaran
pemahaman konsep bangun geometris adalah untuk mengasah kecerdasan visual
spasial. Semua peningkatan dapat dilihat dengan adanya peningkatan prosentase
hasil belajar yang diperoleh anak kelompok B TK Desa Toriyo dari saat keadaan
awal sampai kondisi akhir. Sebesar 27,80% pada kondisi awal, 55,50% pada siklus I
pertemuan 1, 72,22% siklus II pertemuan 2, 77,80% siklus II pertemuan 1, dan
88,90% pada siklus II pertemuan 2. Hal ini menunjukkan ketercapaian indikator yang
ditargetkan oleh peneliti yaitu 80%, sedangkan hasil penelitian menunjukkan
ketuntasan anak 88,90%.
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2
siklus dengan penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk
meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK
Desa Toriyo pada tahun ajaran 2011/2012 dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
Dengan penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK
Desa Toriyo pada tahun pelajaran 2011/2012, sesuai dengan teori Sanjaya, dalam
Sugiyanto (2009: 21), melalui tujuh komponen pembelajaran CTL ketuntasan anak
meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar dan ketuntasan anak yang
terus meningkat, dengan adanya peningkatan prosentase hasil belajar yang diperoleh
anak kelompok B TK Desa Toriyo dari saat keadaan awal sampai kondisi akhir.
Sebesar 27,80% pada kondisi awal, 55,50% pada siklus I pertemuan 1, 72,22% siklus
II pertemuan 2, 77,80% siklus II pertemuan 1, dan 88,90% pada siklus II pertemuan
2. Hal ini menunjukkan ketercapaian indikator yang ditargetkan oleh peneliti yaitu
80%, sedangkan hasil penelitian menunjukkan ketuntasan anak 88,90%.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan data-data temuan hasil penelitian terbukti bahwa
model pembelajaran CTL dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geomtris
pada anak kelompok B. Maka hasil penelitian dapat diimplikasikan sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan pemahaman konsep bangun geometris
pada anak kelompok B TK Desa Toriyo dapat meningkat dengan penerapan
model Contextual Teaching and Learning (CTL). Hasil peneliian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru TK dalam mengaitkan bentuk
bangun geometris dengan keadaan nyata anak. Penerapan CTL dalam
pembelajaran bangun geometris akan lebih menarik dan menyenangkan.
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Implikasi Praktis
Menunjukkan pentingnya penerapan model pembelajaran yang bervariasi
dan inovatif, salah satunya model Contextual Teaching and Learning (CTL) yang
sudah terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga
dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok
B TK Desa Toriyo.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti menyampaikan
beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar dalam usaha
kita meningkatkan mutu pendidikan. Adapun saran-saran yang peneliti sampaikan
sebagai berikut:
1. Bagi Anak Usia Dini atau Anak TK
a. Dengan adanya penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL)
sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh anak untuk mengaitkan bentuk
bangun geometris dengan benda nyata dilingkungan sekitar mereka.
b. Meningkatkan semangat pada saat pembelajaran sehingga akan
mempermudah dalam memahami pelajaran.
2. Bagi Guru
a. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya memilih dan menggunakan
model pembelajaran yang tepat. Di samping itu, guru sebaiknya dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak sehingga anak lebih
termotivasi untuk belajar.
b. Usahakan mempunyai hubungan yang baik dengan anak, sehingga tidak ada
perasaan takut dan canggung anak kepada guru.
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya sering mengadakan pembinaan bagi guru-gurunya
agar lebih memahami banyaknya model pembelajaran, sehingga akan
memperkaya pengetahuan guru dan berakibat pada kelancaran pembelajaran
di sekolah.
b. Pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan dalam pengadaan sarana
pembelajaran yang dapat digunakan dan yang lebih memudahkan anak dalam
belajar.
77