penatalaksanaan fisioterapi pada kasus … · 2018. 8. 15. · knee dextra dengan modalitas infra...
TRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS
KNEE DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN EXERCISE DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH IR. SOEKARNO SUKOHARJO
Disusunsebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
UMNIATI RAFIAH ISMAH
J100150033
PROGRAM STUDIFISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS
KNEE DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN EXERCISE DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH IR. SOEKARNO SUKOHARJO
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
Umniati Rafiah Ismah
J100150033
Telah diperiksa dan disetujuioleh :
Dosen
Pembimbing
Umi Budi Rahayu, S.Pd., S.STFT, M.Kes
NIDN. 0620117301
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS KNEE
DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN EXERCISE DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH IR. SOEKARNO SUKOHARJO
Oleh:
UMNIATI RAFIAH ISMAH
J100150033
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari .....
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Umi Budi Rahayu, S.Pd., S.STFT, M.Kes ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. dr. SitiSoekiswati M. H ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dwi Rosella Komalasari, S. Fis., M. Fis ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes
NIK/NIDN : 786/06-1711-7301
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar diploma di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbeneran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 11 Juli 2018
Penulis
Umniati Rafiah Ismah
J100150033
1
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA
RED, TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN
EXERCISE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IR. SOEKARNO
SUKOHARJO
Abstrak
Osteoarthritis Knee adalah penyakit degenerasi yang mengakibatkan nyeri lutut
yang disebabkan karena perlunakan serta perusakan rawan sendi dan diikuti
pemadatan tulang subkodral, tumbuhnya osteofit serta kekakuan sendi, sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi dan gerak sendi lutut. Untuk Mengetahui
manfaat pemberian Infra Red, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
(TENS), dan exercise dalam menangani kasus osteoarthritis knee. Setelah
dilakukan terapi sebanyak 6 kali, didapatkan adanya penurunan nyeri. Nyeri yang
diukur dengan VAS, nyeri diam FT 1= 2,1 menjadi FT 6= 1,5. Nyeri tekan FT 1=
3,1 menjadi FT 6= 2. Nyeri gerak FT 1= 7,2 menjadi FT 6= 4,2. Adanya
peningkatan nilai kekuatan otot - otot flexor dan extensor, untuk otot - otot flexor
FT 1= 3,5 menjadi FT 6= 4, dan untuk otot - extensor FT 1= 4 menjadi FT 6= 5.
Adanya peningkatan LGS flexi knee FT 1= 115o menjadi FT 6= 125
o. Pemberian
Infra Red, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan exercise
dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan kekuatan
lingkup gerak sendi pada kasus osteoarthritis knee.
Kata Kunci: osteoarthritis, knee, infra red, Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS), exercise
Abstract
Knee osteoarthritis is a degenerative disease that results in knee pain caused by
softening and destruction of joints and subcodal bone compaction, osteofit growth
and joint stiffness, resulting in impaired function and knee joint motion. To know
the benefits of Infra Red, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS),
and exercise in handling cases of osteoarthritis knee. After therapy 6 times, there
was a decrease of pain. Pain as measured by VAS, silent pain FT 1 = 2,1 to FT 6 =
1.5. Tenderness FT 1 = 3.1 to FT 6 = 2. FT motion pains 1 = 7.2 to FT 6 = 4.2.
The increase of flexor and extensor muscle strength values for FT flexor muscles
= 3.5 to FT 6 = 4, and for muscle - extensor FT 1 = 4 to FT 6 = 5. Increased LGS
flexi knee FT 1 = 115o to FT 6 = 125o. Infra Red, Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation (TENS), and exercise can reduce pain, increase muscle
strength, and increase the strength of the scope of motion in the case of
osteoarthritis knee.
Keywords: osteoarthritis, knee, infra red, Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS), exercise
2
1. PENDAHULUAN
Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa 40% penduduk
dunia yang bersusia lebih dari 70 tahun menderita osteoarhtritis, khususnya
osteoarthritis genu. 80% dari data jumlah tersebut diantaranya berdampak
pada keterbatasan gerak. Prevalensi osteoarthritis genu di Indonesia cukup
tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria, dan 12.7% pada wanita dimana 5%
diderita pada usia kurang dari 34 tahun, 30% pada usia 40 sampai 60 tahun,
dan 65% pada usia lebih dari 61 tahun (KOENTJORO 2010).
Osteoartritis yaitu patologi degenerasi sendi dimulai dari perlunakan
serta perusakan rawan sendi dan diikuti pemadatan tulang subkodral,
tumbuhnya osteofit serta kekakuan sendi. Akibat pembebanan beban kerja
yang berlebihan pada sendi lutut akan menyebabkan perubahan pada rawan
sendi. Rawan sendi mengalami perusakan, sehingga struktur sendi menjadi
tidak beraturan dan timbul osteofit yang selanjutnya akan meng-iritasi
membrana synovial dimana terdapat banyak reseptor-reseptor nyeri dan akan
me-nimbulkan hydrops. Adanya penjepitan ujung ujung saraf polimodal yang
terdapat di sekitar sendi yang disebabkan oleh osteofit, pem-bengkakan dan
penebalan jaringan lunak di sekitar sendi maka akan menimbulkan
nyeri(Suriani 2013).
Permasalahan yang muncul pada kasus osteoarthritis, disini fisioterapi
mempunyai peranan penting. Terapi yang diberikan fisioterapis adalah Infra
Red(IR), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Terapi
Latihan.Infra Red diberikan karena selain dapat mengurangi nyeri IR juga
dapat merileksasi otot dan meningkatkan sirkulasi darah karena IR
menghasilkan efek pemanasan pada jaringan superfisial sehingga terjadi
proses vasedilastasi. TENSjuga dapat mengurangi nyeri karena efek stimulasi
listrik yang diaplikasikan padaserabut saraf akan menghasilkan aktivasi
antidromik, dengan adanya aktivasi antidromik ini dapat menyebabkan
vasedilastasi dan penekanan aktivasi simpatis sehingga meningkatkan aliran
darah dan pengangkutan materi yang berpengaruh terhadap nyeri juga
meningkat. Dan pemberian terapi latihan tujuan utamanya adalah untuk
3
menambah lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot sehingga dapat
meningkatkan aktivitas fungsional.Berdasarkan penjelasan di atas, penulis
ingin membahas lebih lanjut mengenai osteoarthritis knee dan modalitas
fisioterapi untuk menangani problematika pada penderita osteoarthritis knee
dengan infra red, tens, (transcutaneus electrical nerve stimulation), free
active exercise dan resisted active exercise.
2. METODE
Penatalaksanan fisioterapi dilakukan sebanyak 6 kali terapi di RSUD Ir.
Soekarno Sukoharjo pada seorang pasien wanitaatas nama Ny. S umur 60
tahun, dengan diagnosa osteoarthritis knee dextrapada pemeriksaan awal
sudah didapatkan hasil problematika berupanyeri lutut sebelah kanan,
penurunan lingkup gerak sendi lutut sebelah kanan, penurunan kekuatan otot,
penurunan aktivitas fisik serta kemampuan fungsional seperti kesulitan
berdiri dari posisi jongkok, naik turun tangga, dan kesulitan berjalan jarak
jauh. Modalitas fisioterapi yang diberikan adalah berupa Infra Red (IR),
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan
metode free active exercise dan resisted active exercise.Setelah dilakukan
terapi, didapatkan hasil bahwa dengan modalitas tersebut dapat mengurangi
nyeri, meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi. Untuk mencegah
terjadinya kondisi yang memperparah keadaan, pasien diminta rutin untuk
menjalani terapi dan mengurangi aktivitas yang sekiranya memperberat
kondisinya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pasien seorang wanita yang bernama Ny. S. S umur 60 tahun dengan
diagnosa osteoarthritis knee dextra dengan problematika fisioterapi nyeri
lutut sebelah kanan, penurunan lingkup gerak sendi lutut sebelah kanan,
penurunan kekuatan otot, penurunan aktivitas fisik serta kemampuan
fungsional seperti kesulitan berdiri dari posisi jongkok, naik turun tangga, dan
kesulitan berjalan jarak jauh. Setelah mendapatkan fisioterapi selama 6 kali
dengan menggunakan modalitas Infra Red (IR), Transcutaneus Electrical
4
Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan metode free active exercise dan
resisted active exercise didapatkan hasil.
3.1.1 Penurunan Nyeri
Grafik 1. Evaluasi nyeri dengan VAS
Setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali dengan
menggunakan modalitas Infra Red (IR), TENS dan exercise, didapatkan
evaluasi berupa berkurangnya nyeri yang diukur dengan VAS, nyeri diam
FT 1= 2,1 menjadi FT 6= 1,5. Nyeri tekan FT 1= 3,1 menjadi FT 6= 2.
Nyeri gerak FT 1= 7,2 menjadi FT 6= 4,2.
3.1.2 Peningkatan Kekuatan Otot
0
1
2
3
4
5
6
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Peningkatan Kekuatan Otot
Flexor Extensor
Grafik 2. Evaluasi kekuatan otot menggunakan MMT
5
Setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali dengan
menggunakan modalitas Infra Red (IR), TENS dan exercise, didapatkan
evaluasi penilaian kekuatan otot dengan MMT, hasilnya mengalami
peningkatan nilai kekuatan otot - otot flexor dan extensor, untuk otot -
otot flexor FT 1= 3,5 menjadi FT 6= 4, dan untuk otot – otot extensor
FT 1= 4 menjadi FT 6= 5.
3.1.3 Peningkatan Lingkup Gerak Sendi
Grafik 3. Evaluasi LGS dengan goneometer
Setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali dengan
menggunakan modalitas Infra Red (IR), TENS dan Exercise,
didapatkan evaluasi LGS menggunakan goneometer. Hasilnya
mengalami peningkatan LGS flexi knee FT 1= 115o menjadi FT 6=
125o.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Penurunan nyeri menggunakan modalitas Infra Red dan TENS
Pada kasus osteoarthritis knee ini terapis menggunakan intervensi IR dan
TENS untuk mengurangi nyeri. Didapatkan hasil pada pemeriksaan nyeri
berupa berkurangnya nyeri yang diukur dengan VAS, nyeri diam FT 1=
2,1 menjadi FT 6= 1,5. Nyeri tekan FT 1= 3,1 menjadi FT 6= 2. Nyeri
6
gerak FT 1= 7,2 menjadi FT 6= 4,2. Adanya efek sedatif yaitu stimulasi
yang dihasilkan akan mengakibatkan adanya vasodilatasi dari pembuluh
darah sehingga aliran pembuluh darah menjadi lancar, peningkatan suplai
oksigen dan nyeri akan berkurang (Wahyu, 2013) Pemberian infrared
dapat merileksasikan otot karena rilekssasi otot akan mudah dicapai
ketika suatu jaringan dalam keadaan hangat dan tidak nyeri. Selain itu,
infrared juga dapat menaikkan suhu jaringan sehingga terjadi vasodilatasi
dari pembuluh darah dan terjadi pengaktifan kelenjar sudoifera dan
terjadinya peningkatan pembuangan zat-zat metabolisme melalui keringat
(Schug Sa, 2002).
Sedangkan mekanisme penurunan nyeri menggunakan modalitas
TENS yaitu melalui “penutupan gerbang” transmisi nyeri dari serabut
saraf kecil dengan menstimulasi serabut saraf besar, kemudian serabut
saraf besar akan menutup jalur pesan nyeri ke otak dan meningkatkan
aliran darah ke area yang nyeri dan TENS juga menstimulasi produksi
anti nyeri alamiah tubuh yaitu endorphin, jika TENS diberikan dengan
tehnik dan dosis yang benar maka perubahan nyeri akan terjadi melalui
proses blok transmisi nyeri. TENS juga menimbulkan gerakan simultan
pada kulit yang dirasakan sebagai pijatan sehingga menimbulkan efek
relaksasi pada pasien. Gerakan simultan yang terdapat dalam TENS
diyakini dapat mempengaruhi hipotalamus untuk menstimulasi pituitary
gland melepaskan β endorphin, yaitu senyawa kimia endogenus yang
dapat memberikan efek menenangkan bagi tubuh (Knight & Droper
2008).
3.2.2 Peningkatan kekuatan otot menggunakan exercise dengan
metode free active exercise
Pada kasus osteoarthritis knee ini terapis menggunakan exercise dengan
metode free active exercise untuk meningkatkan kekuatan otot.
Didapatkan hasil peningkatan kekuatan otot yang hasilnya mengalami
peningkatan, untuk otot-otot flexor FT 1= 3,5 menjadi FT 6= 4, dan
untuk otot-otot extensor FT 1= 4 menjadi FT 6= 5. Mekanisme
7
peningkatan kekuatan otot ketika diberikan exercise menggunakan
metode free active exercise ini yaitu dengan adanya latihan isotonic yang
menyebabkan otot berkontraksi, perubahan panjang otot dan merangsang
aktivitas osteoblastik (aktivitas sel pembentuk otot). Sehingga dengan
melakukan latihan ini secara benar dan rutin akan dapat meningkatkan
tonus otot, massa dan kekuatan otot serta mempertahankan fleksibilitas
sendi, rentang pergerakan dan sirkulasi (Kozier&Erb, 2009). Besar
peningkatan kekuatan otot dipengaruhi oleh jenis latihan, intensitas
latihan,dan usia. Kontraksi isotonik yang digunakan di metode free active
exercise ini menyebabkan kekuatan otot meningkat pada seluruh lingkup
gerak sendi. Pemberian latihan penguatan dengan intensitas ringan
sampai sedang sudah dapat meningkatkan kekuatan otot secara bermakna
pada usia lanjut. Semakin sering latihan dilakukan maka persentase
peningkatan kekuatan otot akan semakin besar (m. rasyid ridha, 2015).
3.2.3 Peningkatan LGS dengan menggunakan exercise dengan
metode resisted free active exercise.
Pada kasus osteoarthritis knee ini terapis menggunakan exercise dengan
metode free active exercise untuk meningkatkan kekuatan otot sekaligus
meningkatkan LGS knee. Didapatkan hasil evaluasi LGS yang
mengalami peningkatan menggunakan goneometer. Hasilnya mengalami
peningkatan LGS flexi knee FT 1= 115o menjadi FT 6= 125
o. Mekanisme
peningkatan LGS karena adanya kontraksi otot yang dihasilkan dari
resisted active exercise ini dapat meningkatkan kekuatan otot dan adanya
penguluran otot maka otot yang mengalami keterbatasan akan terulur
sehingga mampu meningkatkan lingkup gerak sendi. (R, 2012).
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali pada kasus
osteoarthritis knee dextra, pasien atas nama Ny.S. S. mendapat hasil
sebagai berikut :
4.1.1 Infra Red dan TENS dapat mengurangi nyeri pada kasus
8
osteoarthritis knee dextra.
4.1.2 Terapi latihan dengan metode free active movement dan resisted
active movement dapat menigkatkan lingkup gerak sendi pada
kasus osteoarthritis knee dextra.
4.1.3 Infra Red, TENS, terapi latihan dengan metode free active
movement dan resisted active movement dapat meningkatkan
kekuatan otot pada kasus osteoarthritis knee dextra.
4.2 Saran
Setelah dilakukan fisioterapi pada kasus osteoarthritis knee dextra,
sebaiknya fisioterapi memberi saran :
4.2.1 Bagi Pasien
Pasien disarankan untuk lebih berhati-hati dalam melakukan
aktifitas sehari-hari khususnya aktifitas yang dapat membebani
sendi lutut, pasien disarankan untuk memakai decker knee pada
saat melakukan aktifitas. Pasien dianjurkan untuk mengulang
latihan yang telah diajarkan oleh fisioterapi di rumah, agar dapat
mencapai keberhasilan dalam proses penyembuhan seperti yang
pasien inginkan.
4.2.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat hendaknya menjaga kesehatan dan berhati-hati dalam
melakukan aktifitas sehari-hari dan disarankan untuk melakukan
senam osteoporosis untuk menjaga kesehatan sendi lutut.
4.2.3 Bagi Fisioterapi
Sebelum fisioterapi memberikan tindakan dan melakukan
pelayanan kepada pasien, maka hendaknya fisioterapi melakukan
pemeriksaan awal yang sesuai, dalam pengambilan diagnosa,
memilih modalitas dan pemberian edukasi harus benar. Setiap
tindakan fisioterapi yang dilakukan hendaknya di evaluasi secara
rutin untuk mengetahui perkembangan pasien.
9
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2012). Efek penambahan roll-slide fleksi ekstensi terhadap penurunan
nyeri pada osteoarthritis sendi lutut. Jurnal Fisioterapi Volume 12
November 1, April 2012.
Asikin, M., Nasir, M., Podding, IT., & Susaldi. (2016). Keperawatan medical
bedah: sistem musculoskeletal. Jakarta: Erlangga.
Astutik, FH., Santoso, A., & Hairuddin. (2014). Hubungan kendali gula darah
dengan osteoarthritis lutut pada pasien DM di RSD Dr. Soebandi. E-Jurnal
Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), mei 2014
Bhagat, CA., Bhura, P., Patel, B., & Patel, J. (2015). A comparative study to
analyze the effect of impairment based exercise on pain, functional task in
individual with knee osteoarthritis. Int J Physiother Res 2015, Vol
3(4):1150-55. ISSN 2321-1822
Boroh, Z & Cahyani, N. (2016). Penatalaksanaan cedera tendinitis patella pada
atlet bulutangkis. Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 12, Nomor 2, Juli
2016
Carnes, M & LeFebvre, R. (2012). Knee orthopedic test: A Strategic Approach to
Assesing te knee. Clinical protocol University of Western States page 1-47
Hayes, WK & Hall, KD. (2014). Agen modalitas untuk praktik fisioterapi. Edisi 6.
Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Hikmatyar, G & Larasati. (2017). Penatalaksaan komperhensif arthritis gout dan
osteoarthritis pada buruh usia lanjut. J Medula Unila, volume 7, nomor 3,
juni 2017, 22
Nugraha, AS. (2015). Hubungan obesitas dengan terjadinya osteoarthritis lutut
pada lansia kecamatan laweyan Surakarta. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Pratiwi, AI. (2015). Diagnosis and treatment oeteoarthritis. J MAJORITY Volume
4 Nomor 4 Februari 2015, 10
Prianthara, IMD., Wiyana, IMD., & Muliarta, IM. (2006). Kombinasi strain
counterstrain dan infrared sama baik dengan kombinasi contract relax
stretching dan infrared terhadap penurunan nyeri myofascial pain
syndrome otot upper trapezius pada mahasiswa fisioterapi fakultas
kedokteran universitas udayana
10
Rossi, R., Dettoni, F., Bruzzone, M., Cottino, U., D’Elicio, DG., & Bonasia, DE.
(2011). Clinical examination of knee: know your tools for diagnosis of
knee injuries. Sport Medicine, Arthroscopy, Rehabilitation, Therapy &
Technology 2011, 3:25. http://www.smarttjournal.com/content/3/1/25
Suriani, S & Lesmana, SI. (2013). latihan theraband lebih baik menurunkan nyeri
daripada latihan quadriceps bench ada osteoarthritis genu
Taufandas, M., Rosa, EM., & Afandi, M. (2018). Pengaruh range of motion untuk
menurunkan nyeri pada lansia dengan osteoarthritis di wilayah puskesmas
Godean I Sleman Yogyakarta. Jurnal care Vol.6, No.1, tahun 2018.
Wardhani, ARK. (2009). Hubungan anara nyeri dan fleksibilitas sendi lutut,
dengan kecepatan berjalan pasien pada penderita osteoarthritis lutut.
Skripsi. Fakutas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Suhendriyo. (2014). Pengaruh senam rematik terhadap pengurangan rasa nyeri
pada penderita osteoartritis lutut di karangasem surakarta. Jurnal terpadu
ilmu kesehatan, volume 3, no. 1, mei 2014, hlm 1-6