paper skandal akuntansi.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bisnis yang modern ini, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-
orang yang profesional di bidangnya. Mereka dituntut mempunyai keahlian dan
keterampilan bisnis yang melebihi keterampilan dan keahlian bisnis orang kebanyakan
lainnya. Kaum professional bisnis ini dituntut untuk memperlihatkan kinerja tertentu
yang berada diatas rata-rata kinerja pelaku bisnis amatir. Kinerja ini tidak hanya
menyangkut aspek bisnis, manajerial, dan organisasi teknis murni, melainkan juga
menyangkut aspek etis. Kinerja yang menjadi prasyarat keberhasilan bisnis ini juga
menyangkut komitmen moral, integritas moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral,
pelayanan, dan sikap mengutamakan mutu, penghargaan terhadap hak dan kepentingan
pihak-pihak terkait yang berkepentingan (stakeholder), yang lama kelamaan akan
berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, wajah dunia seakan mendapatkan pukulan berat
dari banyaknya tragedi-tragedi kemanusiaan, bisnis dan politik yang akhirnya bermuara
pada derita krisis global saat ini. Banyaknya kejadian memilukan didunia ini cenderung
disebabkan oleh banyaknya pengabaian etika dalam berbagai lini kehidupan masyarakat
dunia. Salah satu lini kehidupan masyarakat dunia ini adalah kegiatan Bisnis. Kebutuhan
hidup masyarakat dunia tidak mungkin terpenuhi tanpa adanya kegiatan bisnis. Dalam
sepuluh tahun terakhir, cukup banyak tragedi kehancuran bisnis yang terjadi di dunia,
tragedi ini memberi dampak penderitaan yang cukup signifikan pada kehidupan
masyarakat luas dan tak sedikit korban yang berjatuhan karenanya. Sebagian besar
tragedi ini dipicu oleh adanya pengabaian etika dalam setiap kegiatan bisnis. Secara
singkat, Pengabaian etika adalah dilakukannya suatu kegiatan yang dianggap benar oleh
para pengambil keputusan, namun membawa dampak merugikan atau dianggap salah
oleh pihak lain. Contoh pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah praktek
kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan, penyuapan, window dressing, dan lain
sebagainya.Dinamika pengabaian etika yang seperti inilah yang akhirnya memunculkan
skandal korporasi Enron dan Arthur Andersen, WorldCom, dan lain sebagainya.
1
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan
kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up,
ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber
daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh penyimpangan
etika bisnis. Krisis keuangan yang disebabkan oleh skandal keuangan juga termasuk
dalam penyimpangan etika bisnis. Hal ini mengakibatkan berubahnya persepsi mayarakat
terhadap nilai serta perilaku etika perusahaan. Pada lingkupyang kecil, skandal keuangan
mengakibatkan adanya jurang kepercayaan (expectationgap) antara persepsimasyarakat
mengenai laporan keuangan oleh akuntan serta laporan auditoleh auditor dengan apa
yang sebenarnya terjadi dengan keuangan perusahaan.Terjadinya jurang
kepercayaan tersebut pada akhirnya akan berujung pada aturan yang lebih ketat,
hukuman yang lebih besar serta penyelidikan tentan integritas, independensi
dan peranan profesi akuntan dan auditor. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas,
maka penulis tertarik untuk memilih judul:
“BELAJAR DARI KASUS SKANDAL AKUNTANSI ENRON DAN
WORLD COM”
1.2. Rumusan Masalah
Skandal keuangan mengakibatkan adanya jurang kepercayaan (expectation gap) antara
persepsi masyarakat mengenai laporan keuangan oleh akuntan serta laporan audit oleh
auditor dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan keuangan perusahaan.
Dari uraian di atas, peneliti dapat mengemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kasus Enron dan WorldCom apabila dilihat dari perspektif etika bisnis dan
professional akuntan berserta implikasinya?
2. Bagaimana dampak pada perekonomian dunia setelah adanya skandal akuntansi Enron
dan WorldCom?
3. Apakah pelajaran yang dapat kita ambil dari kasus skandal akuntansi Enron dan
WorldCom?
2
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diantaranya adalah:
1. Memahami dan mempelajari kasus Enron dan Worldcom dilihat dari perspektif etika
bisnis dan profesional akuntan.
2. Mempelajari dampak ekonomi yang diakibatkan kasus Enron dan Worldcom.
3. Mengambil pelajaran dari kasus skandal akuntansi Enron dan Worldcom yang
merupakan krisis ekonomi terbesar didunia.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Gambaran Umum Etika, Bisnis dan Moral Hazzard
2.1.1.1 Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawab.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita.Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak
jarang berbeda dengan pendapat orang lain.Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk
mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah
etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system“. Etika disebut juga filsafat moral.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia
harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini
masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan
santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundangundangan, norma agama berasal
4
dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun berasal dari
kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika.
Didalam etika Tedapat 3 hal penting :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk,tentang hak serta kewajiban moral atau
akhlak.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.
2.1.1.2 Pengertian Bisnis
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa
kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis
dari bahasa Inggrisbusiness, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks
individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis
dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik
dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau
kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini,
misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau
institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti
ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh
pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk
melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri memiliki tiga
penggunaan, tergantung skupnya, penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan
usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba
atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu,
5
misalnya “bisnis pertelevisian.” Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas
yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa.
2.1.1.3 Pengertian Etika dan Bisnis
Pengertian Etika Bisnis(Velasquez 2005),Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Dalam pengertian
pengertian yang disampaikan data kita rumuskan Pengertian etika dan bisnis adalah Ilmu
yang mempelajari mengenai aturan atruran, norma-noma serta penilaian-penilaian yang
mengatur tingkah laku manusia baik maupun buruk dan benar atau salah yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban manusia dalam hal mengerjakan aktivitas untuk mendapatkan
keuntungan/laba.
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika
bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua
anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
(patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan
mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus
selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh
orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya.
Mengapa? Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan
pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal
ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara
semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan
hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpihak kepada apa yang
mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui
adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan
pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang
menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang
6
bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam
perekonomian.
2.1.1.4 Syarat-Syarat Etika Bisnis
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka
masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main
curang (fraud).
2. Pengembangan tanggung jawab social (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, tanggung jawab
sosial.
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan
teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah
dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan
teknologi.
4. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan
yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya.
7
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi
perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang (going concern).
6. Menghindari sifat KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar.
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah.
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
10. Menumbuh-kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati.
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa
peraturan perundang-undangan.
2.1.1.5 Pengertian Moral Hazzard
Moral hazard dapat didefinisikan menjadi empat berdasarkan kondisi yang
berbeda (Mitnick, 1996). Pertama, moral hazard terjadi karena kondisi monitoring
disability (hidden action). Prinsipal dalam kondisi ini tidak dapat mengamati atau
memonitor perilaku agen. Hal ini secara konseptual menunjukkan ketidakpastian mengenai
hubungan antara tindakan agen dengan hasil untuk prinsipal, adanya ketidaksamaan
informasi antara kedua belah pihak, kebutuhan untuk melakukan kesepakatan mengenai
masalah insentif untuk agen, ketidakmampuan membuat kontrak untuk menghilangkan
masalah (tanpa kemampuan untuk memonitor perilaku agen, kontrak yang dibuat tidak
dapat dilaksanakan).
Kedua, moral hazard terjadi karena adanya undesirable behavior production
(perilaku yang tidak diinginkan) dipandang dari perspektif prinsipal. Agen tidak
cukup menjamin bahwa tindakannya akan menguntungkan prinsipal atau bisa
mengurangi kerugian yang mungkin terjadi. Moral hazard diidentifikasi sebagai hasil
dari perilaku agen yang berisiko. Ketiga, moral hazard terjadi karena undesirable
outcome (impact) production. Moral hazard merupakan bentuk oportunisme pasca
penandatanganan kontrak. Konsekuensi atas tindakan ini tidak dapat diobservasi
8
secara bebas sehingga seseorang bisa memenuhi kepentingan pribadinya atas biaya pihak
lain. Keempat, moral hazard sebagai bentuk dari morals disability. Moral hazard
terjadi karena kecenderungan perilaku-perilaku yang tidak bermoral seperti
ketidakjujuran, ketidakpedulian, ketidaktahuan atau ketidaktabahan hati.
Masalah moral hazard atau perilaku oportunistik yang dilakukan oleh agen
muncul ketika prinsipal tidak dapat mengetahui tindakan agen karena ada biaya untuk
mengawasi tindakan agen dan tidak dapat menyimpulkan tindakan agen dengan melihat
hasilnya karena tidak secara lengkap dapat direpresentasikan. Lalu prinsipal
menghadapi dua kesulitan. Pertama, tidak dapat mendesain kontrak berdasarkan
observasinya pada tindakan agen karena secara umum biaya pengawasan menjadi
hambatan. Kedua, prinsipal tidak dapat mendasarkan kontrak pada hasil karena
ketidakpastian antara tindakan agen dan hasil serta agen merupakan pihak yang
netral terhadap risiko. Prinsipal tidak dapat secara kontraktual memberi tugas
kepada agen dengan segala konsekuensi atas tindakannya. Akibatnya mungkin agen
membuat keputusan yang berlawanan dengan kepentingan principal.
Moral hazard adalah perilaku tidak jujur dengan mengorbankan kepentingan pihak lain.
Moral hazard dalam perspektif teori keagenan terjadi akibat konflik kepentingan dan asimetri
informasi antara principal dan agen. Perilaku moral hazard ini dapat dikurangi melalui
mekanisme corporate governance yang mencakup kepemilikan managerial, struktur of dewan
komisaris dan audit committee. Melaui kepemilikan manajerial kepentingan antara manajer
dan pemegang saham menjadi lebih sejajar sehingga mengurangi konflik kepentingan.
Kepentingan pemegang saham adalah kepentingan manajer. Hal ini akan menjadi motivasi
manajer untuk tidak mengorbankan kepentingan pemegang saham karena dia sendiri adalah
pemegang saham. Sementara itu dewan komisaris dan komite audit merupakan pihak yang
bertanggung jawab terhadap efektifitas pengendalian internal dan kualitas
pengungkapan. Pengendalian internal yang baik akan membatasi setiap tindakan manajer
sehingga mengurangi perilaku moral hazard. Pengungkapan yang luas dan detail memaksa
manajer menjelaskan konsekuensi dari setiap keputusannya sehingga mengurangi moral
hazard.
9
2.1.2 Skandal Akuntansi
2.1.2.1 Pengertian Skandal Akuntansi
Skandal akuntansi atau skandal akuntansi perusahaan adalah skandal politik dan
bisnis yang muncul dengan pengungkapan kelakuan buruk para eksekutif perusahaan publik.
Kejahatan tersebut biasanya melibatkan metode kompleks untuk menyalahgunakan dana atau
menyesatkan, melebih-lebihkan pendapatan, mengecilkan biaya, melebih-lebihkan nilai aset
perusahaan atau mengurangi pelaporan terhadap besarnya kewajiban, terkadang mereka juga
melakukan kerjasama dengan pejabat di perusahaan lain atau afiliasinya.
2.1.2.2 Gambaran Umum Skandal Akuntansi Belakangan Ini
Perusahaan Olympus, produsen kamera asal Jepang mengaku telah menyembunyikan
kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1980-an.
Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi.
Pengumuman ini merupakan buntut dari tuntutan mantan CEO Olympus Michael Woodford
yang dipecat pada 14 Oktober 2011 silam.
Woodford meminta perusahaan yang berumur 92 tahun ini menjelaskan transaksi
mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 11 triliun. Presiden Direktur Olympus
Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi Kikukawa, yang mundur dari jabatan Presiden dan
Komisaris Olympus pada 26 Oktober lalu, sebagai pihak yang bertanggung jawab. Sementara
Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo Yamada bertanggung
jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi. Keduanya menyatakan siap jika dituntut
hukuman pidana. Presiden Direktur Olympus Shuichi Takayama menyatakan tidak
mengetahui apapun mengenai hal ini.
Ditemukan sejumlah dana mencurigakan terkait akuisisi produsen peralatan medis asal
Inggris, Gyrus, pada tahun 2008 lalu senilai US$ 2,2 miliar (Rp 18,7 triliun), yang juga
melibatkan biaya penasihat US 687 juta (Rp 5,83 triliun) dan pembayaran kepada tiga
perusahaan investasi lokal US$ 773 juta (Rp 6,57 triliun). Dana-dana tersebut ternyata
digunakan untuk menutupi kerugian investasi di masa lalu tersebut. Hal itu terlihat sangat
gamblang ketika dalam beberapa bulan kemudian, pembayaran kepada tiga perusahaan
investasi lokal itu dihapus dari buku. Kasus ini menyeret Olympus beserta para direksi dan
10
akuntannya kena tuntutan pidana untuk pasal manipulasi laporan keuangan dari para
pemegang sahamnya.
Ryosuke Okazaki, seorang Kepala Investasi ITC Investment Partners mengatakan “Ini sangat
serius. Olympus sudah mengaku mengisi data palsu (di laporan keuangan) untuk menutupi
kerugian selama 20 tahun. Semua pihak yang terlibat selama 20 tahun harus ikut
bertanggung jawab dan Ada kemungkinan terburuk saham Olympus bisa dikeluarkan dari
bursa. Masa depan perusahaan ini menjadi sangat suram”. Pengumuman yang mengejutkan
ini juga membuat saham Olympus jatuh 29% ke posisiterendahnya dalam 16 tahun terakhir.
Perusahaan ini sudah kehilangan 70% nilai pasarnya, setara Rp 5,1 triliun, sejak ditinggal
Woodford, yang terus mempertanyakan investasi cacat tersebut. Pihak Olympus mengaku
masih akan menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut sebelum menyatakan apakah ada pihak
lain yang ikut terlibat. Hishasi Mori sebagai wakil sudah dipecat pada hari yang sama,
sementara auditor internal sudah meminta pengunduran diri.
Kasus yang menimpa Olympus ini langsung menjadi perhatian media lokal karena
merupakan skandal penipuan perusahaan terbesar di Jepang sejak serangkaian skandal broker
di era 1990-an, salah satunya adalah broker terbesar keempat di Jepang, Yamaichi Securities
pada 1997. Olympus mengaku menyelewengkan sejumlah dana akuisisi tersebut dengan
disalurkan kebanyak perusahaan investasi supaya tidak mudah terdekteksi. Praktik yang
lazim dilakukan perusahaan-perusahaan Jepang setelah krisis ekonomi Jepang tahun 1990
lalu.
Semarak terjadinya skandal akuntansi tidak hanya dilakukan oleh perusahaan perusahaan
multinasional ataupun internasional, banyak sekali perusahaan dalam negeri atau bahkan
badan orgaisasi dari pemerintahan sebuah Negara pun ikut melakukan praktik yang tidak
sehat terutama dalam bidang akuntasi. Contoh kasus lain yang terjadi di dalam negeri adalah
keterlibatan 10 KAP di Indonesia dalam praktik kecurangan keuangan. KAP-KAP tersebut
ditunjuk untuk mengaudit 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997.
Hasil audit mengungkapkan bahwa laporan keuangan bank-bank tersebut sehat. Saat krisis
menerpa Indonesia, bank-bank tersebut kolaps karena kinerja keuangannya sangat buruk.
Ternyata baru terungkap dalam investigasi yang dilakukan pemerintah bahwa KAP-KAP
tersebut terlibat dalam praktik kecurangan akuntansi. 10 KAP yang dituduh melakukan
11
praktik kecurangan akuntansi adalah Hans Tuanakotta and Mustofa (Deloitte Touche
Tohmatsu's affiliate), Johan Malonda and Partners (NEXIA International's affiliate),
Hendrawinata and Partners (Grant Thornton International's affiliate), Prasetyo Utomo and
Partners (Arthur Andersen's affiliate), RB Tanubrata and Partners, Salaki and Salaki, Andi
Iskandar and Partners, Hadi Sutanto (menyatakan tidak bersalah), S. Darmawan and Partners,
Robert Yogi and Partners.
Pemerintah pada waktu itu hanya melakukan teguran tetapin tidak ada sanksi. Satu-satunya
badan yang berhak untuk menjatuhkan sanksi adalah BP2AP (Badan Peradilan Profesi
Akuntan Publik) yaitu lembaga non pemerintah yang dibentuk oleh Ikatan Akuntan Indonesa
(IAI). Setelah melalui investigasi BP2AP menjatuhkan sanksi terhadap KAP-KAP tersebut,
akan tetapi sanksi yang dijatuhkan terlalu ringan yaitu BP2AP hanya melarang 3 KAP
melakukan audit terhadap klien dari bank-bank, sementara 7 KAP yang lain bebas.
2.1.2.3 Penggolongan Kecurangan menurut The ACFE (The Association of Certified
Fraud Examiners)
The ACFE adalah Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat yang berkedudukan
di Amerika Serikat. Mereka menggolongan Kecurangan kedalam 3 jenis , yaitu:
a. Penyimpangan atas Asset (Asset Misappropriation)
Penyalahgunaan atau pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan
bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur
atau dihitung (Defined Value).
b. Pernyataan Palsu atau Salah Pernyataan (Fraudulent Statement)
Tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi
pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa
keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh
keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing
c. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain
seperti suap dan korupsi. Fraud jenis ini yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang
yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik
sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Korupsi sering kali tidak dapat dideteksi
12
karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan. Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery),
penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi
(economic extortion).
2.1.3 Kasus Skandal Akuntansi
2.1.3.1 Tinjauan Umum Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam
melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun
1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi
usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri
energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading
commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada
bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat
luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara
drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan
terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh
bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham
tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung
putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data dan informasi dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat penulis
kemukakan sebagai berikut:
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif)
membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan
mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di
13
akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan
bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko
yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis Enron. Dari hasil
evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan
hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron
menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas
kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk
mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan.
Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal
yang serius yang perlu diperhatikan.
5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393
juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay,
menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat
baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus
(special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan
hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter
kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata
berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh
CFO Enron.
14
6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke
pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang
perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan
pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang
dalam jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan
terhadap proses peradilan).
8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.
Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor Enron pada pertengahan juni 2002.
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan audit oleh Enron telah berakhir
pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi
masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Februari
Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar
untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan
KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di
Amerika.
13. Tanggal 14 Maret 2002 Departemen Kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen
bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah
menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan
klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan
yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk
suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
15
16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari
jabatannya.
17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak
sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan
hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus
KAP Andersen dan Enron.
18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai
presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
2.1.3.2 Tinjauan Umum Kasus WorldCom
Worldcom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh.
Selama tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan
telekomunikasi lain yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun
1990 menjadi $392 milyar pada 2001, yang pada akhirnya menempatkan Worldcom pada
posisi ke 42 dari 500 perusahan lainnya menurut versi majalah Fortune.
Akuisisi yang besar telah terjadi pada tahun 1998 pada saat Worlcom mengambil alih
perusahaan MCI yaitu peruahaan kedua terbesar di Amerika yang bergerak pada bidang
telekomunikasi jarak jauh. Dan pada tahun yang sama Worldcom membeli perusahaan
UUNet, Compuserve, dan jaringan data AOL (American Online) yang mengukuhkan posisi
Worldcom menjadi operator nomor 1 dalam infrastruktur internet.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada Worldcom yaitu terlalu
besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika
mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang
drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan Worldcom yang menurun drastis sehingga
pendapatan ini jauh dari yang diharapkan.padahal untuk biaya akuisisi dan untuk membiayai
investasi infrastruktur Worldcom menggunakan sumber pendanaan dari luar atau utang.
Worldcom bukan satu-satunya perusahaan yang memiliki masalah keuangan pada saat itu,
perusahaan lain yang mengalami masalah keuangan antara lainQwest Communications,
16
Global Crossing, Adelphia, Lucent Technologies,dan Enron. Perusahaan-perusahaan
tersebuit memiliki investasi yang besar dalam bisnis internet. Seperti pada perusahaan tadi
investor di Worldcom mengalami kerugian besar. Nilai pasar saham perusahaan Worldcom
turun dari sekitar 150 milyar dollar (Januari 2000) menjadi hanya sekitar $150 juta (1 Juli
2002). Keadaan ini mebuat pihak manajemen berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi
untuk menghindari berita buruk tersebut.
Dalam Praktek Akuntansi penyusunan laporan pada tanggal 25 Juni Worldcom mengakui
bahwa perusahan mengklasifikasikan lebih dari $ 3,8 milyar untuk beban jaringan sebagai
pengeluaran modal.beben jaringan adalah beban yang dibayar oleh Worldcom kepada
perusahaan lain untuk jaringan telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya pengiriman
pesan bagi Worldcom. Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada tahun
2001, sementara sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun 2002. Berdasarkan
data Worldcom $14,7 milyar pada tahun 2001 disajikan sebagai biaya.
Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcommampu menaikkan
pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan laba karena akun beban dicatat lebih
rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai
beban investasi. Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan bersih
yang lebih rendah dalam tahun-tahun brikutnya. Karena beban kapitalisasi jaringan tersebut
akan didepresiasikan.secara esensi beban kapitalisasi jaringan akan memungkinkan
perusahaan untuk mengalokasikan biyanya dalam beberapa tahun dimasa depan, mungkin
antara 10 tahun bahkan lebih.
Staf akuntan Worldcom telah diwawancara sebelum tanggal 25 Juni. Pada Maret 2002 SEC
meminta data dari perusahaan berupa item-item yang berhubungan dengan Laporan
Keuangan. Termasuk didalamnya :
1. Komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah
2. Sanksi administrasi terhadap pendapatan yang berhubungn dengan pelanggan dalam
sekala besar
3. Kebijakan akuntansi untuk merger
4. Pinjaman kepada CEO
17
5. Integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI
6. Analisis ekspektasi pendapatan saham WC
1 Juli 2002 worldcom mengumumkan bahwa akun cadangan di Worldcom juga
diinvestigasi/diperiksa. Perusahaan membuat akun ini untuk mengantisipasi kejadian-
kejadian luar biasa yang tidak dapat diprediksi. Seperti utang pajak tahun depan.
Seharusnyaakun ini tidak boleh dimanipulasi untuk memperoleh pendapatan.8 Agustus,
Worldcom mengakui bahwa mereka telah menggunakan akun cadangan secara tidak benar.
Dakwaan yang dilaporkan pada tanggal 28 agustus adalah bahwa akun cadangan dikurangi
untuk menutupi biaya jaringan yang telah dikapitalisasi.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar
3.1.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan case explanatory
dengan pendekaan case study.
Case explanatory yaitu penelitian yang dilakukan untukmenjelaskan
jawaban atas beberapa pertanyaan dan umumnya didasarkan pada teori
yang dipakai sebagai kriteria. Case study merupakan penelitian kualitatif
untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang dihadapi perusahaan,
mengapa hal tersebut bisa terjadi, dan apa akibatnya serta memeberikan
rekomendasi atas permasalahan tersebut.
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Study literature
Studi pustaka yang dilakukan untuk mengumpulkan teori–teori
sebagai data pemecahaan masalah dalam pembahasan. Data diperoleh
dari sumber–sumber kepustakaan dengan mempelajari buku–buku,
literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti , makalah
dan sumber–sumber dari internet yang digunakan sebagai sumber
referensi.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Perspektif Etika Bisnis dan Professional Akuntan Mengenai Skandal Akuntansi
Enron dan WorldCom
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan
kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity;
pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui
meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini
bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik
(publictrust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta
berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya
investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana
pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social
impact). Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga
saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen
sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak stockholder atau principal untuk
memberikan suatu fairrnessinformation mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent
dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron
telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (selfinterestoriented) dengan
melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP
Andersen dari sebuah ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis?
adalah hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak
disamping proses peradilan dan tuntutan hukum.
4.2 Dampak perekonomian setelah adanya skandal akuntansi Enron dan WorldCom
Adapun dampak dari skandal akuntansi ini adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor
dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan
20
perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting
Oversight Board) yang bertugas:
Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan public
Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian mutu, etika,
independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.
Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinaryhearings, dan
mengenakan sanksi jika perlu.
Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar
professional di KAP
Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar
professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan
publik.
2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act
Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non
audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah jasa non audit
yang dilarang :
a) Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
b) Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
c) Jasa appraisal dan valuation
d) Opini fairness
e) Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
f) Broker, dealer, dan penasihat investasi
Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaansebelum melakukan audit.
Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya diperluas, yaitu
jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.
Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa
audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan
kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif perlakuan-perlakuan
akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan manajemen perusahaan,
pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
21
KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer,
controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut
setahun sebelumnya.
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi
investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini
CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka
laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan
adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai tambahan, menjadi semakin
banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.
4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode etik
bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut “Para
profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah aturan profesi
saja tetapi profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan
dirugikan atau ada tindakan-tindakan perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku”.
5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang
KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada
perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.
6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang
yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan
terhadap pedoman corporate governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE),
menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam pemeriksaan
ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan setiap perusahaan
diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern (James : 2003).
Terhadap Investor
Para pemegang saham (Investor) Enron melakukan gugatan class action terhadap para
biggest players di Wall Street Enron dengan tuduhan melakukan penipuan (fraud).
Gugatan itu perlu dilakukan untuk melindungi kepentingan publik. Kolapsnya Enron juga
22
mengguncang neraca keuangan para kreditornya yang telah mengucurkan milyaran dolar
(JP Morgan Chase dan Citigroup adalah dua kreditor terbesarnya).
4.3 Pelajaran Yang Dapat Diambil Dari Kasus Skandal Akuntansi Enron dan
WorldCom
Dari skandal akuntansi Enron dan Worldcom diatas hal ini harus menjadi sebuah
pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau prilaku yang dilandasi dengan
ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan pula termasuk kemadharatan
bagi banyak pihak.Hal ini bukan hanya berlaku di Amerika Serikat tetapi bagi semua
orang atau pihak yang ada di belahan dunia ini.Dalam system sekuler dimana moral
dinomor duakan maka akan besar peluang munculnya godaan yang mengakibatkan
kerugian bagi orang lain. Di Amerika dengan keluarnya UU Sarbanes Oxley (SOA) itu
ternyata dapat mengerem semakin terpuruknya kepercayaan publik terhadap profesi
akuntan. Di Indonesia, suap merupakan budaya yang telah turun temurun, namun kondisi
terparah dialami sejak zaman orde baru. Dengan dibukanya peluang investasi bagi
pemodal asing dan dalam negeri, menyebabkan suburnya lahan suap dan korupsi mulai
dari pemberian izin, pemberian proteksi berupa pembebasan bea masuk, penetapan saat
mualai berproduksi komersial, pemberian tax holiday, penetapan pajak, bahkan saat audit
suatu perusahaan oleh seorang auditor.
Dengan adanya penyimpangan yang dilakukan baik oleh individu maupun oleh organisasi
menuntut perlunya ditingkatkan penerapan etika dalam bermasyarakat. Praktek dan
budaya kerja organisasi juga mempunyai kontribusi terhadap perilaku etika. Jika
pimpinan utama suatu organisasi bersikap etis dan pelanggaran etika diatasi secara
langsung dan benar, maka setiap orang dalam organisasi akan memahami bahwa
organisasi mengharapkan mereka untuk bersikap etis, membuat keputusan yang etis dan
melakukan hal yang benar.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
Perlunya menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dalam melakukan setiap
kehidupan, dan menyeimbangkan antara rasa (termasuk etika) dan rasio agar
setiap prilaku senantiasa berpijak untuk kemaslahatan semua pihak.
23
Menghindari prilaku materialism dan hedonism, karena paham tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berbuat
menghalalkan segala cara termasuk melakukan perilaku tidak etis dalam peran
dan kehidupannya.
Penegakan hukum oleh pihak-pihak yang berkompeten baik dalam bidang etika
bisnis, dan etika profesional, serta bidang terkait lainya (perlindungan hukum bagi
whitstleblower), disamping perbaikan peraturan (regulation) sehingga tidak ada
celah bagi siapapun untuk melakukan tindakan diluar koridor yang telah
ditetapkan.
Etika harus mendapat tempat yang penting bagi semua pihak dalam semua
kehidupan termasuk dalam dunia bisnis.
Sangat perlu untuk membangun etika setiap individu dari sejak dini (melalui
kegiatan formal maupun informal), sehingga kelak peran yang dimainkan
siapapun dan dimanapun oleh orang orang yang tidak berpikiran sempit.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kasus skandal akuntansi dapat kami simpulkan bahwa Enron dan KAP
Arthur Andersen serta Worldcom sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi
pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja
pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron dan Worldcom,
tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP
Arthur Andersen serta Worldcom. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap
independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah,
kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron dan Worldcom bangkrut dengan
meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakan KAP Arthur Andersen sendiri
kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP
tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana
mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.
Dalam kasus ini juga diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar
saham tetap diminati investor. Ini merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran etika
profesi Auditor yang terjadi di Amerika Serikat, sebuah negara yang memiliki perangkat
undang-undang bisnis dan pasar modal yang lebih lengkap. Hal ini terjadi akibat
keegoisan satu pihak terhadap pihak lain, dalam hal ini pihak-pihak yang selama ini
diuntungkan atas penipuan laporan keuangan terhadap pihak yang telah tertipu. Hal ini
buah dari sebuah ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis yang
berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak
disamping proses peradilan dan tuntutan hukum.
25
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat
bebas dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang
baik dan tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota
profesi baik dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri. Yang
harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau perilaku yang
dilandasi dengan ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan pula termasuk
kemadharatan bagi banyak pihak.
5.2. Saran
Perusahaan memerlukan dukungan dari stakeholders seperti pemegang saham, pegawai,
konsumen, kreditur, supplier, pemerintah, dan aktivis untuk dapat mencapai tujuan jangka
panjangnya. Dukungan untuk bisnis secara umum tergantung pada kredibilitas penempatan
stakeholders dalam komitmen perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan dari keunggulan
kompetitif perusahaan. Kini, stakeholder menginginkan kegiatan perusahaan akan lebih
menghargai kepentingan dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, dalam arti luas perusahaan
diminta untuk menentukan sikap etis dalam mencapai kesuksesan. Faktor-faktornya terdiri dari
urusan lingkungan, sensitivitas moral, penilaian buruk dan aktivis, ekonomi dan tekanan
persaingan, skandal keuangan: kesenjangan ekspektasi dan kesenjangan kredibilitas, kegagalan
kepemimpinan dan penilaian resiko, peningkatan keinginan transparansi dan sinergi semua
faktor dan penguatan institusional.
a. Pihak manajemen Enron dan Worldcom telah melakukan berbagai macam pelanggaran
praktik bisnis yang sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion,
bribery) dan keluar dari prinsipgood corporate governance. Akhirnya Enron dan
Worldcom harus menuai suatu kehancuran yang tragis dengan meninggalkan hutang
milyaran dolar.
b. KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjunjung tinggi independensi, dan
profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari
tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui Deception,
discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup
disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum
26
DAFTAR PUSTAKA
Dikutip dari Blog Dr. Dedi Kusmayadi, SE., M.Si., Ak
Alvin a. arens. 2004. AUditing dan pelahanan verifikasi edisi kesembilan jilid 1. jakarta:indeks.
http://agustinus-etikaprofesiakuntansi.blogspot.com/2009/12/etika-profesi-akuntansi-
kasus-enron-bab.html
http://bambangbima.blogspot.com/2009/11/enron-dan-arthur-cermin-yang-retak.html
http://dedik68.blogspot.com/2009/06/kasus-enron-dalam-perspektif-etika.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Enron
http://kdardika.blogspot.com/2012/03/kasus-enron.html
http://ninafoxy88.blogspot.com/2009/12/jurnal-etika-profesi-akuntansi.html
http://triyatmoko.wordpress.com/2009/02/24/lingkungan-etika-dan-akuntansi/
http://tugasprofesiakuntansi.blogspot.com/2011/12/ekspektasi-masyarakat-terhadap-
bisnis.html
http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/
http://yvesrey.wordpress.com/2011/02/10/kasus-skandal-akuntansi-pada-worldcom/ http://
zetzu.blogspot.com/2012/03/lingkungan-etika-dan-akuntansi.html
27