panti sosial pamardi putra (pspp) galih pakuan...
TRANSCRIPT
PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) GALIH PAKUAN
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat, nikmat, serta karunia-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan
laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) Tahun Anggaran 2018 di
PSPP "Galih Pakuan" Bogor.
LAKIP ini disusun sebagai bentuk akuntabilitas kinerja lembaga sesuai dengan
pelaksanaan program/kegiatan dan anggaran DIPA PSPP "Galih Pakuan" Bogor Tahun
Anggaran 2018.
Kami menyadari bahwa LAKIP ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
terlibat pada penyusunan LAKIP mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
maupun tahap penyelesaian laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang
setimpal atas curahan tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan program/kegiatan dan
anggaran di PSPP "Galih Pakuan" Bogor.
Bogor, Januari 2018,
Kepala
Wahidin, AKS, M.Si. NIP. 197410272000031001
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Tugas dan Fungsi ........................................................................................................ 2
C. Struktur Organisasi .................................................................................................... 2
D. Gambaran Kegiatan di PSPP “Galih Pakuan” .................................................... 4
E. Sistematika Penulisan ............................................................................................... 5
BAB II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA ................................................... 7
A. Rencana Strategis 2015 - 2019 .............................................................................. 6
B. Penetapan Kinerja Tahun 2018 ............................................................................. 9
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................................... 11
A. Ikhtisar Capaian Kinerja Tahun 2018 ................................................................. 11
B. Capaian dan Analisis Kinerja Tahun 2018 ........................................................ 12
C. Analisis Akuntabilitas Keuangan .......................................................................... 22
BAB IV. PENUTUP .................................................................................................................... 24
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Landasan Hukum
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
b. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
c. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
d. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2018 tentang APBN Tahun 2019
e. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Preseiden Nomor 19 Tahun
2016.
f. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah
g. Peraturan Menteri Sosial RI No. 106/HUK/2009 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial.
h. Peraturan Menteri Sosial RI No. 86 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Sosial RI.
i. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor
Pecandu Narkotika
j. Peraturan Menteri Sosial RI No. 9 Tahun 2018 tentang Standar Nasional
Rehabilitasi Sosial Bagi Pecanda dan Korban Penyalahgunaan Narkotika
dan Zat Adiktif lainya.
k. Keputusan Menteri Sosial Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Kementerian Sosial RI
l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
m. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial RI
n. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 205/PMK.02/2018 tentang Tata Cara
Penyediaan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Dana Iuran Jaminan
Kesehatan Penerima Penghasilan dari Pemerintah.
o. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-49/PMK.02/2018 tentang Standar
Biaya Masukan Tahun Anggaran 2018
p. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2018 nomor : SP DIPA-
027.04.2.526071/2018 tanggal 05 Desember 2016.
2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2018 Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” dimaksudkan untuk menyajikan laporan pertanggungjawaban dan informasi mengenai rencana kerja (performance plan) dengan capaian kinerja (performance result) dan selanjutnya
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2
mengidentifikasi sejumlah celah kinerja (performance gap) untuk perbaikan kinerja di masa mendatang di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”.
b. Tujuan
Sebagai bahan evaluasi atas keberhasilan dan kegagalan serta hambatan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” sehingga dapat diambil langkah-langkah perbaikan.
B. Tugas dan Fungsi
Sesuai Peraturan Menteri Sosial RI Nomor. 106/HUK/2009, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial, PSPP “Galih Pakuan” Bogor mempunyai tugas dan fungsi, sebagai berikut :
1. Tugas Pokok
Memberikan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang bersifat Preventif, Kuratif, Rehabilitatif, Promotif dalam bentuk Bimbingan Fisik, Mental, Sosial, Pelatihan Keterampilan, Resosialisasi serta Bimbingan Lanjut bagi Anak Korban NAPZA agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta pengkajian dan penyiapan Standar Pelayanan dan Rujukan.
2. Fungsi
a. Penyusunan Rencana dan Program, Evaluasi dan Laporan. b. Pelaksanaan Registrasi, Observasi, Identifikasi, Diagnosa Sosial dan
Perawatan. c. Pelaksanaan Pelayanan dan Rehabilitasi yang meliputi Bimbingan Mental,
Sosial, Fisik dan Keterampilan. d. Pelaksanaan Resosialisasi, Penyaluran dan Bimbingan Lanjut. e. Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Advokasi. f. Pelaksanaan Pengkajian dan Penyiapan Standar Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial. g. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha. h. Sebagai pusat pengembangan, penyebaran dan pelayanan kesejahteraan
sosial. i. Sebagai pusat pemberdayaan dan pengembangan kesempatan kerja klien. j. Sebagai pusat latihan keterampilan. k. Sebagai pusat advokasi dan informasi kesejahteraan sosial. l. Sebagai pusat rujukan bagi pelayanan dan rehabilitasi dari lembaga
rehabilitasi lainnya. m. Sebagai pusat laboratorium rehabilitasi sosial.
C. Struktur Organisasi
Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” sebagai salah satu Unit Kerja Eselon III dilingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, struktur organisasinya berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial terdiri dari tiga unit kerja eselon IV dengan uraian tugas dan fungsi sebagai berikut:
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 3
Gambar 1.
Struktur organisasi Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”
1. Sub Bagian Tata Usaha
Melakukan dukungan pelayanan administrasi, penyiapan penyusunan rencana anggaran, urusan dalam surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
2. Seksi Program dan Advokasi Sosial
Menyusun rencana program pelayanan Rehabilitasi Sosial, pemberian informasi, advokasi sosial dan kerjasama, penyiapan bahan standarisasi pelayanan, resosialisasi, pemantauan serta evaluasi pelaporan dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.
3. Seksi Rehabilitasi Sosial
Melakukan observasi, identifikasi, registrasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan, pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA.
D. Gambaran Kegiatan di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”
Berikut ini kami sampaikan penjelasan singkat tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” berikut output yang akan dihasilkan, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing bagian sebagai berikut:
1. Sub Bagian Tata Usaha
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Sub Bag. Tata usaha antara lain :
a. Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.
b. Melakukan urusan surat menyurat.
c. Mendistribusikan dan menindaklanjuti surat.
d. Menyiapkan bahan laporan kegiatan panti.
e. Melakukan kegiatan administrasi perkantoran.
f. Menghimpun dan merekap DP3, DUK, dan Daftar Hadir.
g. Menyiapkan urusan cuti, KARIS/KARSU, ASKES dan TASPEN.
h. Menyiapan usulan diklat pegawai dan kenaikan pangkat serta kenaikan gaji
berkala.
i. Menyiapkan bahan mutasi dan pembinaan pegawai.
j. Menyiapkan bahan sangsi administrasi kepegawaian.
k. Menyiapkan analisa kebutuhan pegawai.
l. Menyiapkan urusan gaji dan honor pegawai.
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 4
m. Menyiapkan rencana dan analisa penggunaan dana rutin.
n. Melakukan penyusunan anggaran dan pembahasan.
o. Menyiapkan bahan panduan operasional panti.
p. Menyiapkan laporan realisasi keuangan.
q. Melakukan Unit Akutansi Wilayah (UAW) dan Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) mengenai barang dan keuangan, data inventaris barang, ruangan,
gedung, laporan mutasi, penghapusan, penggunaan dan memelihara
keamanan barang.
r. Mengusulkan kepanitiaan perlengkapan.
s. Menyiapkan analisa Kebutuhan Perlengkapan Kantor, dapur dan asrama.
t. Menyelenggarakan keamanan, kebersihan dan penerangan lingkungan
panti.
u. Menyiapkan bahan permakanan dan kebutuhan klien.
v. Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional dalam
rangka penyusunan laporan kegiatan panti.
w. Menyiapkan bahan kehumasan.
x. Menyiapkan bahan dokumentasi pameran, dan sosialisasi program.
2. Seksi Program dan Advokasi Sosial
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Seksi Program dan Advokasi antara lain :
a. Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan, ketentuan yang
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
b. Melakukan perumusan rencana kegiatan tahunan.
c. Melakukan konsultasi kegiatan kepada pimpinan.
d. Melakukan pengkajian program, penyiapan standarisasi pelayanan,
pemantauan dan evaluasi.
e. Melakukan penyiapan bahan program pendampingan yang memerlukan
advokasi.
f. Melakukan penyusunan bahan program pelayanan.
g. Menyiapkan bahan panduan operasional panti.
h. Menyiapkan bahan panduan petugas pelayanan klien.
i. Melakukan program persatuan orang tua klien (POT)/keluarga melalui
Program Parenting Skill dan Family Support Group (FSG).
j. Melakukan penyiapan bahan LAKIP serta program dan informasi.
k. Melakukan pendistribusian informasi ketentuan/peraturan/tata tertib setiap
unit pelayanan dan klien yang wajib dipatuhi.
l. Melakukan pendampingan penyesuaian bagi setiap klien yang terhambat
selama mengikuti tahapan/proses rehabilitasi dalam panti.
m. Melakukan penghimpunan, pengolahan hasil pelaksanaan kegiatan bidang
sebagai bahan laporan.
n. Melakukan penyelenggaraan dan pengolahan perpustakaan.
o. Melakukan penghimpunan, pengolahan data dan informasi sebagai bahan
penyusunan laporan.
p. Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional dalam
rangka penyusunan laporan kegiatan panti.
q. Melakukan tugas lain dari kepala panti sesuai peraturan yang berlaku.
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 5
3. Seksi Rehabilitasi Sosial
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Seksi Rehabilitasi Sosial antara lain :
a. Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan, ketentuan yang
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya
b. Membagi tugas/kegiatan kepada staf.
c. Melakukan persiapan rencana kegiatan bimbingan fisik, perawatan
kesehatan, mental, sosial, dan keterampilan serta mengkonsultasikan
kepada kepala panti.
d. Melakukan koordinasi kegiatan tahunan dengan unit terkait.
e. Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi, kegiatan bimbingan sosial,
mental, fisik, kecerdasan dan keterampilan.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial termasuk
perkembangan klien.
g. Melakukan identifikasi, registrasi, seleksi dan penerimaan serta penjelasan
program kepada calon klien.
h. Melakukan tes awal untuk pengungkapan dan pemahaman masalah
(assessment).
i. Melakukan tes penelusuran minat dan bakat termasuk kemampuan IQ dan
EQ.
j. Melakukan penempatan klien dalam program.
k. Melakukan pendekatan kepada masyarakat, dunia usaha dan instansi
terkait dalam rangka penyiapan resosialisasi.
l. Melakukan magang klien pada perusahaan dan atau tempat usaha sesuai
jenis keterampilan.
m. Melakukan penyiapan bahan rujukan sesuai masalah.
n. Melakukan konsultasi keluarga.
o. Melakukan penyiapan bahan kelengkapan file klien.
p. Melakukan kegiatan extra kurikuler.
q. Melakukan penyelenggaraan pengasramaan.
r. Melakukan penyiapan kegiatan UEP, magang, wirausaha dan kunjungan
keluarga.
s. Melakukan penyiapan bahan keterampilan, bimbingan kecerdasan dan
kesehatan.
t. Melakukan peningkatan pengetahuan umum dan kecerdasan.
u. Melakukan pembinaan terhadap pengasuh dan instruktur.
v. Melakukan konsultasi kegiatan dengan pimpinan.
w. Melakukan penghimpunan, pengolahan data dan informasi sebagai bahan
penyusunan laporan.
x. Melakukan tugas lain dari kepala panti sesuai peraturan yang berlaku.
E. Sistematika Penyajian
LAKIP ini disusun untuk melaporkan pencapaian kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” selama satu tahun. Capaian kinerja (performance result) tahun 2018 diperbandingkan dengan Rencana kinerja (performance plan) tahun 2018 dan dianalisis sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini akan memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 6
mendatang. Dengan pola pikir tersebut maka sistematika penyajian LAKIP Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas dasar hukum penyusunan LAKIP, tugas pokok dan fungsi, gambaran kegiatan, dan struktur Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.
Bab II Perencanaan dan perjanjian kinerja, menjelaskan tentang rencana strategis Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2015-2019 dan Penetapan Kinerja Tahun 2018
Bab III Akuntabilitas Kinerja, menyajikan ikhtisar capaian kinerja dan analisis kinerja tahun 2018
Bab IV Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari laporan akuntabilitas kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” tahun 2018 serta merumuskan rekomendasi.
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 7
BAB II
PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA
A. Rencana Strategis 2015-2019
Pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP), merupakan salah satu bahan instrumen AKIP yang disinergikan dengan perencanaan strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga. LAKIP merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja instansi pemerintah, dengan melihat capaian indikator kinerja yang ditetapkan. Hasil LAKIP, selanjutnya di sandingkan dengan Renstra yang merupakan integrasi antara keahlian sumber daya manusia, waktu dan sumber daya lainnya agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang menjadi tanggungjawabnya.
Berdasarkan Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional pasal 15 ayat (1) dan pasal 19 ayat (2), dimana setiap Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) untuk menjamin keterkaitan dan konsentrasi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.
Disamping itu sesuai dengan Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah diktum kedua, bahwa setiap instansi pemerintah sampai tingkat eselon II wajib menyusun Renstra untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah, termasuk dalam konteks ini adalah Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” pada Kementerian Sosial RI.
Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Sosial RI, mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, dan pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.
Selain itu yang menjadi fungsi Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” antara lain :
- Mendukung pelayanan administrasi, penyiapan penyusunan rencana anggaran,
urusan dalam surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan
rumah tangga serta kehumasan.
- Penyusunan rencana program pelayanan Rehabilitasi Sosial, pemberian
informasi, advokasi sosial dan kerjasama, penyiapan bahan standarisasi
pelayanan, resosialisasi, pemantauan serta evaluasi pelaporan dan penyusunan
laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial
- Melakukan observasi, identifikasi, registrasi, pemeliharaan jasmani dan
penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan, pengetahuan dasar pendidikan,
mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi korban
penyalahgunaan NAPZA.
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 8
Dengan demikian, core area Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” adalah “Pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial korban NAPZA”. Memperhatikan tugas dan fungsinya, maka Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” menetapkan visinya sebagai berikut:
1. V i s i
Visi Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” adalah ;
“PSPP “Galih Pakuan” Bogor sebagai pusat pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA yang berstandar nasional, profesional dan berkualitas tahun 2019”
Visi ini mengandung arti bahwa PSPP “Galih Pakuan” Bogor sebagai sebuah institusi sosial dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya dilaksanakan secara profesional berkualitas, memenuhi standar nasional sebagai sebuah lembaga pelayanan dan rehabilitasi sosial korban Napza, sehingga menjadikan PSPP “Galih Pakuan” Bogor tidak hanya institusi yang memberikan pelayanan saja namun menjadi pusat percontohan bagi panti lainnya dalam kurun waktu lima tahun kedepan (tahun 2019)
2. M i s i
Untuk mewujudkan visi di atas, PSPP “Galih Pakuan” Bogor mempunyai misi sebagai berikut : a. Melakukan dukungan pelayanan administrasi dan tata kelola organisasi yang
bermutu, transparan dan akuntabel melalui penyusunan rencana anggaran, urusan dalam surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
b. Menyusun rencana program pelayanan Rehabilitasi Sosial, pemberian informasi, advokasi sosial dan kerjasama, penyiapan bahan standarisasi pelayanan, resosialisasi, pemantauan serta evaluasi pelaporan dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.
c. Melakukan observasi, identifikasi, registrasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan, pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA.
3. Tujuan
Tujuan Renstra Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2015-2019 diarahkan untuk mendukung capaian kinerja Kementerian Sosial 2015-2019. Guna mendukung hal tersebut, Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” menetapkan tujuan Rencana Strategis 2015-2019yaitu: ”Terwujudnya PSPP “Galih Pakuan” Bogor sebagai pusat pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA yang berstandar nasional, profesional dan berkualitas”.
4. Sasaran Strategis
Untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi serta tujuan di atas sasaran strategis PSPP “Galih Pakuan” Bogor dalam Renstra Tahun 2015-2019adalah :
a. Meningkatnya dukungan pelayanan administrasi dan tata kelola organisasi yang bermutu, transparan dan akuntabel melalui penyusunan rencana anggaran, urusan dalam surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
b. Mendorong rencana program pelayanan Rehabilitasi Sosial, pemberian informasi, advokasi sosial dan kerjasama, penyiapan bahan standarisasi
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 9
pelayanan, resosialisasi, pemantauan serta evaluasi pelaporan dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.
c. Meningkatnya observasi, identifikasi, registrasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan, pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA.
B. Penetapan Kinerja Tahun 2018
Diterbitkannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah, maka semua instansi sampai unit eselon II, dalam konteks ini termasuk Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” diwajibkan untuk menyusun Penetapan Kinerja. Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Tujuan khusus penetapan kinerja adalah untuk:
1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
2. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah;
3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi;
4. Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;
Berikut ini adalah Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Tahun Anggaran 2018, yang terdiri dari sasaran strategis, indikator kinerja dan target kinerja sebagai berikut:
Tabel 1
Penetapan kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
TARGET
1. Meningkatnya dukungan pelayanan administrasi dan tata kelola organisasi yang bermutu, transparan dan akuntabel melalui penyusunan rencana anggaran, urusan dalam surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
1. Jumlah SDM yang menindapatkan peningkatan kapasitas dan bimbingan teknis bidang rehabilitasi sosial.
70 Orang
2. Jumlah Laporan Publikasi 2 Laporan
3. Jumlah Laporan Keuangan
3 Laporan
4. Jumlah Dokumen RKAK/L 1 Dokumen
5. Jumlah Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
1 Dokumen
6. Jumlah Bulan Layanan Operasional Perkantoran
12 Bulan Layanan
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 10
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
TARGET
2. Mendorong rencana program pelayanan Rehabilitasi Sosial, pemberian informasi, advokasi sosial dan kerjasama, , rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Luar Panti
1. Jumlah kegiatan pendukung pelayanan dalam panti
11 Laporan
2. Jumlah pelaksanan rehabilitasi sosial melalui penjangkauan
310 orang
3. Meningkatnya observasi, identifikasi, registrasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan, pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA.
1. Jumlah korban penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan rehabilitasi dan perlindungan sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor
380 Orang
Jumlah Anggaran : Rp. 14.927.199.000,-
Penetapan kinerja yang telah ditetapkan terdiri dari 3 sasaran (lihat Tabel 1, kolom 2). Selanjutnya untuk mencapai sasaran tersebut di tetapkan 9 (sembilan) indikator kinerja (lihat Tabel 2, kolom 3) dengan capaian target kinerja dalam satuan orang, laporan, dokumen, bulan layanan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 14.927.199.000,- (Empat belas milyar sembilan ratus dua puluh tujuh juta seratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah).
Untuk mencapai indikator sasaran tersebut, dilakukan kegiatan yang disesuaikan dengan tugas pokok masing-masing bagian pada Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”, sebagai berikut:
Tabel 2
Kegiatan dan Anggaran Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Tahun 2018
NO KEGIATAN ANGGARAN KET
1. Sub Bagian Tata Usaha 11.185.252.000,- DIPA 2018
2. Seksi Program dan Advokasi 632.325.000,- DIPA 2018
3. Seksi Rehabilitasi Sosial (002) 3.109.622.000,- DIPA 2018
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 11
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Ikhtisar Capaian Kinerja Tahun 2018
Realisasi pencapaian sasaran Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” tahun 2018 yang diukur dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 3
Capaian Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Tahun 2018
NO
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
TARGET
REALISASI CAPAIAN
%
1. Meningkatnya dukungan pelayanan administrasi dan tata kelola organisasi yang bermutu, transparan dan akuntabel melalui penyusunan rencana anggaran, urusan dalam surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
1. Jumlah SDM yang
menindapatkan
peningkatan
kapasitas dan
bimbingan teknis
bidang rehabilitasi
sosial.
70 Orang 70 Orang 100 %
2. Jumlah Laporan
Publikasi
2 Laporan 2 Laporan 100 %
3. Jumlah Laporan
Keuangan
3 Laporan 3 Laporan 100 %
4. Jumlah Dokumen
RKAK/L
1 Dokumen 1 Dokumen 100 %
5. Jumlah
Pelaksanaan
Monitoring dan
Evaluasi
1 Dokumen 1 Dokumen 100 %
6. Jumlah Bulan
Layanan
Operasional
Perkantoran
12 Bulan Layanan
12 Bulan Layanan
100 %
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 12
2. Mendorong rencana program pelayanan Rehabilitasi Sosial, pemberian informasi, advokasi sosial dan kerjasama, , rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA di Luar Panti
1. Jumlah kegiatan
pendukung
pelayanan dalam
panti
11 Laporan 11 Laporan 100 %
2. Jumlah pelaksanan
rehabilitasi sosial
melalui
penjangkauan
310 orang 310 orang 100 %
3. Meningkatnya observasi, identifikasi, registrasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan, pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA.
1. Jumlah korban penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan rehabilitasi dan perlindungan sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor
380 Orang 380 Orang 100 %
B. Capaian dan Analisis Kinerja Tahun 2018
1. Capaian Kinerja 2018
Capaian Kinerja 2018 Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” secara kuantitatif telah dapat dilaksanakan seluruhnya atau 100 % sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Namun secara kualitatif masih harus selalu ditingkatkan.
Selama Tahun Anggaran 2018 terjadi beberapa perubahan terkait dengan Realokasi Anggaran berupa Penghematan hingga Realokas Anggaran untuk Tunjangan Kinerja Pegawai TA 2018 yang menyebabkan beberapa kali Revisi DIPA.
Selama Tahun 2018 terjadi revisi anggaran sebanyak 3 kali, pertama revisi tanggal 19 Maret 2018 terkait buka blokir anggaran, kedua revisi tanggal 22 April 2018 terkait perubahan mata anggaran dari 521219 menjadi 524113, revisi ke 3 tanggal 18 Oktober 2018 tentang realokasi pengadaan bahan permakanan untuk menutupi pagu minus di belanja pegawai, dan revisi ke 4 tanggal 20 Desember 2018 tentang penghematan sebanyak Rp. 507.855.000 dan penambahan akun tunjangan khusus/kegiatan sebanyak Rp. 771.583.000
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 13
Realisasi belanja PSPP “Galih Pakuan” Bogor pada TA 2018 adalah sebesar Rp 14.327.224.904,- atau 95,98 persen dari anggaran senilai Rp 7.429.749.000. Rincian Anggaran dan realisasi belanja TA 2018 tersaji pada Tabel 4,
Tabel 4
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2018
NO
URAIAN ANGGARAN REALISASI BELANJA
%
1. Belanja Pegawai 3.256.025.000,- 3.044.641.347 93,30
2. Belanja Barang 3.984.974.000,- 3.264.065.308 81,90
Total Belanja Netto 7.429.749.000 6.441.668.722 86,70
Berikut ini kami sampaikan uraian penjelasan tentang capaian kegiatan Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Tahun 2018
SASARAN
1
Meningkatnya dukungan pelayanan administrasi dan tata kelola organisasi yang bermutu, transparan dan akuntabel melalui penyusunan rencana anggaran, urusan dalam surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
Untuk mengukur capaian sasaran 1 (satu), ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut:
a. Jumlah SDM yang mendapatkan bimbingan teknis bidang rehabilitasi sosial (42 Orang)
Indikator kinerja tersebut tidak tercapai dikarenakan Penghematan Anggaran. Kegiatan yang awalnya direncanakan dalam bentuk Pembinaan Pegawai terkait bimbingan teknis bidang rehabilitasi sosial bagi 42 Orang Pegawai PSPP “Galih Pakuan” tidak dapat terlaksana. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Pembinaan Pegawai dalam bentuk Sosialisasi PP No 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
Tabel 5.
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO. KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Pembinaan Pegawai
42 Orang 0 Orang 0
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 14
b. Jumlah Laporan Publikasi (2 laporan)
Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakuan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Sub Bag. Tata Usaha Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Terselenggaranya Pameran/Publikasi dalam Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI)
2) Terselenggaranya Pameran/Publikasi dalam Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN)
Tabel 6 Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO. KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Pameran/Publikasi dalam Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI)
1 Lap 1 Lap 100
2. Terselenggaranya Pameran/Visualisasi/Publikasi dan Promosi
1 Lap 1 Lap 100
c. Jumlah Laporan Keuangan (SAI, BMN, dan Barang Persediaan)
(3 Laporan) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakuan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Sub Bag. Tata Usaha Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Pengelolaan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) 2) Inventarisasi Kekayaan Negara/Barang Milik Negara; 3) Pengadministrasian Barang Persediaan 4) Pengadministrasian PP 39
Tabel 7.
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO. KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Tersusunnya Sistem Akuntansi Instansi
1 Lap 1 Lap 100
2. Inventarisasi Kekayaan Negara/Barang Milik Negara
1 Lap 1 Lap 100
3. Tersusunnya Laporan Barang 1 Lap 1 Lap 100
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 15
NO. KEGIATAN TARGET REALISASI %
Persediaan
d. Jumlah Laporan Sasaran Kinerja Pegawai dan Penyempurnaan Analisis Beban Kerja (2 Laporan) Indikator kinerja tersebut tidak tercapai dikarenakan Penghematan Anggaran. Satker mengikuti hal-hal terkait yang telah ditetapkan oleh Pusat melalui Sekretariat Ditjen Rehabilitasi Sosial terkait pelakasanaan Sasaran Kinerja Pegawai dan Analisis Beban Kerja di masing-masing Satker. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Jumlah Laporan Sasaran Kinerja Pegawai 2) Jumlah Laporan Analisis Beban Kerja
Tabel 8.
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO. KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Tersusunnya Laporan Sasaran Analisis Kinerja Pegawai
1 Dok 0 Lap 0
2. Tersusunya Analisis Beban Kerja 1 Lap 0 Lap 0
e. Jumlah Dokumen SBK (Satuan Biaya Khusus) (1 dokumen)
Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakuan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Sub Bag. Tata Usaha Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018
f. Jumlah Dokumen RKA K/L (1 dokumen) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Sub Bag. Tata Usaha Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Penyusunan RKA K/L
Tabel 10.
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO. KEGIATAN TARGET REALISASI %
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 16
1. Tersusunnya Dokumen RKA K/L 1 Dok 1 Dok 100
g. Jumlah Dokumen DIPA (1 dokumen) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Sub Bag. Tata Usaha Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Penyusunan DIPA
Tabel 11.
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO. KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Tersusunnya Dokumen DIPA 1 Dok 1 Dok 100
h. Jumlah Bulan Layanan Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran (12 Bulan Layanan) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Sub Bag. Tata Usaha Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran
Tabel 12.
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO. KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran
12 Bulan Layanan
12 Bulan Layanan
100
SASARAN
2
Mendorong rencana program pelayanan rehabilitasi sosial, pemberian informasi, advokasi sosial dan kerjasama, penyiapan bahan standarisasi pelayanan, resosialisasi, pemantauan serta evaluasi pelaporan dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 17
Untuk mengukur capaian sasaran 2 (dua), ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut:
a. Jumlah eks klien PSPP “Galih Pakuan” yang mengikuti Program Shelthered Workshop (10 Orang) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Seksi Program dan Advokasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Shelthered Workshop;
Tabel 18
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Kegiatan Shelthered Workshop
10 Orang 10 Orang 100
b. Jumlah klien dalam Kegiatan Perlindungan Sosial dalam Situasi Darurat (6 Orang) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Seksi Program dan Advokasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Perlindungan Sosial Dalam Situasi Darurat
Tabel 19
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Kegiatan Perlindungan Sosial Dalam Situasi Darurat
10 Orang 10 Orang 100
c. Jumlah rujukan klien dari lembaga terkait (10 Orang) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Seksi Program dan Advokasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Rujukan klien dari lembaga terkait
Tabel 20
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 18
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Kegiatan Rujukan Klien dari Lembaga Terkait
10 Orang 10 Orang 100
d. Jumlah Laporan Penyelenggaraan Perpustakaan Klien (1 Laporan)
Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Seksi Program dan Advokasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Penyelenggaraan Perpustakaan Klien;
Tabel 21
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Perpustakaan Klien (Perawatan dan Pemeliharaan Buku-Buku)
1 Laporan 1 Laporan 100
e. Jumlah Laporan Pelayanan Rehabilitasi Sosial (4 Laporan) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakuan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Seksi Program dan Advokasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Pendekatan Awal; 2) Advokasi Bagi Klien Bermasalah 3) Monitoring dan Evaluasi Program Pelayanan Panti 4) Bimbingan Lanjut Bagi Klien
Tabel 22
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Pendekatan Awal
1 Laporan 1 Laporan 100
2. Terselenggaranya Advokasi Sosial
1 Laporan 1 Laporan 100
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 19
NO KEGIATAN TARGET REALISASI %
3. Terselenggaranya Monitoring dan Evaluasi Program dan Pelayanan Panti
1 Laporan 1 Laporan 100
4. Terselenggaranya Bimbingan Lanjut Bagi Klien
1 Laporan 1 Laporan 100
f. Jumlah Laporan Sosialisasi Program IPWL dan Kerjasama antar Instansi Pemerintah, Swasta dan Lembaga Terkait (1 Laporan) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Seksi Program dan Advokasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Terdapat salah satu kegiatan yang tidak terlaksana yaitu kegiatan MoU dan Koordinasi dengan Instansi Terkait dikarenakan Penghematan Anggaran. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Sosialisasi Program IPWL; 2) Kerjasama antar Instansi Pemerintah, Swasta dan Lembaga terkait;
Tabel 23
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Sosialisasi Program IPWL 1 Dokumen 1 Dokumen 100
2. Kerjasama antar Instansi Pemerintah, Swasta dan Lembaga Terkait
1 Dokumen 1 Dokumen 100
g. Jumlah Dokumen Program dan Pelayanan (4 Dokumen) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Seksi Program dan Advokasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Terdapat salah satu kegiatan yang tidak terlaksana yaitu kegiatan MoU dan Koordinasi dengan Instansi Terkait dikarenakan Penghematan Anggaran. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Penjajagan dan Konsultasi; 2) Penyusunan Program Pelayanan Baru; 3) MoU dan Koordinasi Dengan Instansi Terkait 4) Penyusunan Rencana Kerja.
Tabel 23
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 20
NO KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Penjajagan dan Konsultasi
1 Dokumen 1 Dokumen 100
2. Terselenggaranya Penyusunan Program Pelayanan Baru
1 Dokumen 1 Dokumen 100
3. MoU dan Koordinasi dengan Instansi Terkait
1 Dokumen 0 Dokumen 0
4. Terselenggaranya Penyusunan Rencana Kerja
1 Dokumen 1 Dokumen 100
SASARAN
3
Meningkatnya observasi, identifikasi, registrasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan, pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA
Untuk mengukur capaian sasaran 3 (tiga), ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut:
a. Jumlah korban penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan rehabilitasi dan perlindungan sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor (Standar Biaya Khusus Pelayanan bagi NAPZA) (180 Orang) Indikator kinerja tersebut dihasilkan dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Seksi Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan rangkaian proses antara komponen-komponen kegiatan dan sub-sub komponen kegiatan untuk menghasilkan target yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 2018 Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Penerimaan dan Registrasi; 2) Orientasi dan Pengenalan Program 3) Assesment 4) Pelayanan Kebutuhan Dasar 5) Bimbingan Fisik, Sosial, Mental, Keterampilan dan Kesehatan 6) Resosialisasi/Reintegrasi 7) Pemulangan Klien dari dalam Panti
Tabel 24
Matrik kegiatan pencapaian indikator kinerja
NO KEGIATAN TARGET REALISASI %
1. Terselenggaranya Penerimaan dan Registrasi
180 Orang 180 Orang 100
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 21
2. Terselenggaranya Orientasi dan Pengenalan Program
180 Orang 180 Orang 100
3. Terselenggaranya Assesment 180 Orang 180 Orang 100
4. Terselenggaranya Pelayanan Kebutuhan Dasar 180 Orang 180 Orang 100
5. Terselenggaranya Bimbingan Fisik, Sosial, Mental, Keterampilan dan Kesehatan
180 Orang 180 Orang 100
6. Terselenggaranya Resosialisasi/ Reintegrasi
180 Orang 180 Orang 100
7. Terselenggaranya Pemulangan Klien dari Dalam Panti
180 Orang 180 Orang 100
2. Kendala Capaian Target Indikator Kinerja Sasaran
a. Kegiatan Pelayanan Sub Bagian Tata Usaha
1) Permasalahan Yang Dihadapi
a) Kurangnya pegawai, karena pada saat ini, dengan rincian
Kepala Panti 1 (satu) orang, Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1
(Satu) Orang, Staf Sub Bagian Tata Usaha 12 (Dua Belas)
Orang, Fungsional Fungsional Arsiparis 2 (Dua) Orang, Seksi
Rehabilitasi Sosial 4 (empat) orang, Seksi Program dan
Advokasi Sosial 4 (Empat) orang, Pekerja Sosial 15 (Lima
belas) orang, Untuk tenaga teknis yang diperlukan antara lain
sebagai berikut :
- Dokter yang tetap.
- Teknisi Listrik
- Instruktur Ketrampilan Mobil
- Instruktur Ketrampilan Motor
- Psikiater
- Psikolog
- Ahli Gizi
- Pustakawan
- Fungsional Perencana
- Fungsional Pekerja Sosial
b) Beberapa pegawai yang sudah memasuki masa kerja di atas 10
s/d 20 tahun di Panti sehingga menimbulkan kejenuhan, untuk
itu diperlukan mutasi dan rotasi pegawai.
c) Masih kurangnya pegawai yang mempunyai sertifikat barang
dan jasa /bersertifikat barang dan jasa.
2) Upaya Pemecahan Masalah yang sudah dilakukan
a) Menata pegawai yang ada dengan memaksimalkannya sesuai
dengan kebutuhan.
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 22
b) Melaksanakan mutasi intern pegawai di lingkungan PSPP “Galih
Pakuan” Bogor.
c) Mengirim pegawai untuk mengikuti pelatihan sertifikasi barang
dan jasa ke LKPP.
b. Kegiatan Pelayanan Rehabilitasi Sosial
1) Permasalahan yang Dihadapi
a) Belum maksimalnya pelayanan yang diberikan kepada
penyandang dual diagnosis, hal ini disebabkan belum adanya
SDM diantaranya dokter, psikiater/perawat yang khusus
menangani penyandang dual diagnosis serta perhatian dari orang
tua klien yang kurang, ditambah program yang dijalankan belum
bisa merubah mental klien secara maksimal.
b) Belum meratanya sebaran asal daerah klien, sehingga terkesan
klien hanya berasal dari daerah tertentu (Cirebon dan Indramayu)
hal ini terjadi karena masih adanya respon yang kurang baik dari
beberapa daerah pada saat Pendekatan Awal.
2) Upaya Pemecahan Masalah Yang Sudah Dilakukan
a) Menunjuk pekerja sosial khusus yang menangani penyandang
dual diagnosis, dan tidak lagi menerima klien yang menyandang
dual diagnosis, serta menyerahkan kembali penyandang dual
diagnosis kepada keluarga terutama yang sama sekali tidak
mengalami perkembangan pada saat direhabilitasi di panti.
b) Melaksanakan Sosialisasi Program PSPP "Galih Pakuan" Bogor
ke daerah.
c. Kegiatan Pelayanan Program dan Advokasi Sosial
1) Permasalahan Yang Dihadapi
a) Kurangnya pengetahuan pengelola perpustakaan tentang
pengelolaan perpustakaan yang berbasis aplikasi.
b) Belum adanya Standar Pelayanan Rehabilitasi Sosial PSPP
“Galih Pakuan” Bogor
c) Kurangnya kegiatan Monitoring dan Evaluasi alumni klien
sehingga masih banyak alumni klien yang belum dimonitoring
dan evaluasi.
2) Upaya Pemecahan Masalah yang sudah dilakukan
a) Mengusulkan petugas pengelola perpustakaan untuk mengikuti
pelatihan kepustakaan.
b) Mengusulkan pembuatan Standar Pelayanan Rehabilitasi Sosial
PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
c) Mengusulkan penambahan kegiatan Monitoring dan Evaluasi
alumni klien di tahun anggaran 2018
C. Analisis Akuntabilitas Keuangan Analisis akuntabilitas keuangan ditinjau melalui Realisasi Belanja diantara nya :
1. Realisasi Belanja Pegawai PSPP “Galih Pakuan” Bogor pada TA 2018
meliputi: Belanja Gaji Pokok PNS, Belanja Pembulatan Gaji PNS, Belanja
Tunjangan Suami/Istri PNS, Belanja Tunjangan Anak PNS, Belanja Tunjangan
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 23
Struktural PNS, Belanja Tunjangan Fungsional PNS, Belanja Tunjangan PPh
PNS, Belanja Tunjangan Beras PNS, Belanja Uang Makan PNS, Belanja
Tunjangan Umum PNS, dan Belanja Pegawai (Tunjangan Khusus/Kegiatan).
Realisasi belanja pegawai TA 2018 dan TA 2017 adalah masing-masing
sebesar Rp. 3.044.138.364 dan Rp 2.204.679.842. Kenaikan realisasi belanja
pegawai antara lain disebabkan adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan
pangkat dan adanya tambahan belanja pegawai terkait pembayaran tunjangan
kinerja. Realisasi Belanja Barang TA 2018 dan TA 2017 adalah masing-
masing sebesar Rp 3.212.565.308 dan Rp 4.136.587.114. Realisasi Belanja
Barang TA 2018 mengalami penurunan sebanyak 22,33 persen yang
disebabkan oleh penurunan jumlah anggaran belanja barang pada tahun 2018
ini, dan adanya blokir mandiri terhadap belanja barang untuk alokasi
pembayaran tunjangan kinerja.
2. Realisasi Belanja Modal TA 2018 dan TA 2012 adalah masing-masing
sebesar Rp 184.965.050 dan Rp 6.045.613.050. Realisasi Belanja Modal TA
2018 mengalami penurunan sebesar 96,94 persen dibandingkan Realisasi
Belanja Modal TA 2012. Hal ini disebabkan karena anggaran untuk belanja
modal di Tahun 2018 tidak sebanyak di Tahun 2012 dimana terdapat
penambahan anggaran untuk belanja modal yang berasal dari APBN-P.
LAKIP 2018 – Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” 24
BAB IV
P E N U T U P
Secara umum Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” tahun 2018 dapat dinyatakan berhasil, hal ini dapat dilihat dari pencapaian kinerja sasaran. Dari 3 (tiga) sasaran strategis dengan 21 target indikator kinerja dapat dicapai dengan rata-rata capaian sebesar 100 persen. Namun masih terdapat beberapa hal yang menghambat capaian kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” tahun 2018 sehingga kualitas target yang dihasilkan perlu ditingkatkan.
Mencermati permasalahan/kendala yang dihadapi dalam mencapai target indikator kinerja sasaran dan belajar dari pengalaman tahun 2018, kami merekomendasikan beberapa hal untuk meningkatkan kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” di tahun 2018, sebagai berikut:
1. Perlunya peningkatan kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyalahgunaan NAPZA, peningkatan kualitas di sini meliputi peningkatan SDM, sarana dan prasarana yang mendukungnya serta peningkatan kualitas proses penyuluhan bagi keluarga dan masyarakat tentang rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA.
2. Diperlukan Buku Perlindungan dan Advokasi Sosial sebagai acuan panti dalam melaksanakan kegiatan perlindungan dan advokasi sosial.
3. Perlunya peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan tenaga Instruktur Keterampilan dan Pekerja Sosial melalui Diklat Teknis ataupun Diklat Profesi yang dilaksanakan secara berkala.
4. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan dengan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber anggaran untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan, difokuskan pada prioritas nasional dan prioritas bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” ini disusun, selanjutnya kritik dan saran untuk meningkatkan kinerja Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” ke depan kami harapkan.
BAGIAN 9
FROM ZERO TO HERO:
Success Story
PSPP Galih Pakuan menjadi tempat menyenangkan dan berkesan bagi para
alumninya. Karena itu, banyak “ALUMNI” ingin mengabdikan diri bekerja di PSPP
Galih Pakuan. Mereka ingin terlibat aktif membantu teman-teman senasib
dengannya untuk bisa bangkit dan bebas dari Narkoba. Sekarang, dari 25 tenaga
konselor PSPP Galih Pakuan, 18 orang di antaranya adalah mantan Penerima
manfaat PSPP Galih Pakuan sendiri, mantan pecandu.
Keberhasilan PSPP Galih Pakuan melahirkan tenaga konselor menunjukkan
performa PSPP Galih Pakuan yang transformatif dan semakin mendekati standar
internasional dalam program rehabilitasi sosial. Yaitu, bahwa counseling selayaknya
adalah adict to adict. Konselor seharusnya adalah mantan adict atau pecandu,
karena yang lebih mengetahui dan empati pada masalah itu adalah orang yang
pernah mengalami.
Selain telah berhasil merehabilitasi ribuan orang sejak berdiri 35 tahun silam,
PSPP Galih Pakuan juga berhasil membuka pekerjaan kepada para lulusannya.
Lulusan pusat rehabilitasi merupakan generasi “muallaf” tangguh (sudah
membuktikan diri dengan mau digembleng dalam program terapi) yang mesti
mendapat kesempatan yang layak. Dan PSPP Galih Pakuan telah membuka
sebagian kesempatan tersebut.
Alumni yang tidak memiliki passion sebagai konselor, memilih jalan hidup
berkarya dan mengabdi di tengah masyarakat. Bekal kehidupan –baik berupa
tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, komunitas, masyarakat, latihan
kepemimpinan, maupun keahlian vocasional—yang mereka dapatkan selama
menjalani rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan betul-betul berguna ketika
mereka kembali terjun ke masyarakat.
Berikut adalah beberapa kisah para ALUMNI Rehabilitasi Sosial PSPP Galih
Pakuan yang berhasil bangkit dari kecanduan dan sekarang berguna bagi banyak
orang.
# 1
HARIS : EKSIS DI PSPP GALIH PAKUAN
Maju Mundur Masuk PSPP Galih Pakuan
Haris masuk PSPP Galih Pakuan atas keinginannya sendiri. Ia merasa sudah
sangat capek bertubi-tubi dihantam berbagai kesulitan akibat nNarkoba. Walau
begitu, keinginannya itu tidak sekali jadi. Ikktikad itu melalui proses pasang surut,
jatuh bangun dan timbul tenggelam dalam kesadaran Haris. Pertama ia mendapat
tawaran rehabilitasi itu dari outreach (penjangkaian penerima manfaat) oleh sebuah
LSM bidang pencegahan HIV.
LSM itu membagi-bagikan insulin, deterjen pencuci jarum suntik, tisu basah
disinfektan kepada penerima manfaatnya. Pada saat yang sama LSM ini
memberikan tawaran rehabilitasi kepada Haris. Katanya kalau mau, ada lembaga
pemerintah di Bogor, namanya PSPP Galih Pakuan.
Haris tidak langsung mau. Di sela-sela itu ia menamatkan kuliah terlebih
dulu. Lambat lain kesadaran itu menguat dalam diri Haris, sehingga akhirnya dia
mengutarakan rencana ini kepada orangtuanya dan memberi mereka alamat PSPP.
Pagi itu sesuai rencana harusnya Haris sudah berangkat ke PSPP Galih
Pakuan. Tiba-tiba dirinya menolak rencananya sendiri. Ia kukuh ingin mundur dari
rencana semula. Keluarga terus membujuknya. Sampai hati Haris baru yakin
kembali setelah memasuki malam.
Haris akhirnya lulus dari PSPP Galih Pakuan tahun 2007. Terhitung sejak
2006, ia total free drugs (putus total dari narkoba) sudah 12 tahun. Satu
ketangguhan yang tidak mudah. Dan seiring dengan itu, ia telah berhasil eksis di
lingkungan PSPP ini, walau jalannya penuh liku.
Harus Keluar
Tak terasa, sebentar lagi Haris harus angkat kaki dari PSPP Galih Pakuan.
Setahun sudah program rehabilitasi sosial dijalaninya dengan lelah dan penuh
kesabaran. Sejak ia menginjakkan kaki di lembaga ini pada 7 Mei 2006, tiap hari ia
harus bangun pagi buta 04.20 dan baru tidur pukul 22.00. Belum lagi kalau terkena
hukuman karena melanggar aturan, maka jatah tidur bisa berkurang.
Haris lega karena berhasil melewati masa-masa lelah pada program ini. Ia
bangga dapat membuktikan kesungguhan menamatkan terapi ini kepada
keluarganya, sesuai dengan target dan rencana semula. Haris masuk PSPP setelah
ia lulus menjadi sarjana S1. Tapi keluarga yakin, rencana apa pun yang akan
ditempuhnya akan berantakan bila tubuhnya masih dicengkeram nNarkoba. Karena
itu keluarga Haris mendukung iktikad baiknya mengikuti program ini. Malah ada
Om-nya yang menyemangati Haris, nanti kalau Haris lulus terapi ia akan dikasih
modal. Maka jauh hari sebelum Haris menamatkan program 6 bulan terakhir reentry
stage, Haris sudah menuliskan rencana akan berwirausaha atau menjadi pegawai.
Sebelum hari kelulusan, ia telah mengontak Om-nya. Namun ternyata Om-
nya tak bisa memberikan modal. Ia juga telah membuat CV dan melayangkan
banyak lamaran ke berbagai perusahaan dan kantor, tapi tak satu pun ada respon.
Sudah tinggal hitung hari, Haris harus angkat kaki karena program terapi PSPP (atas
anggaran negara) ini jatahnya hanya setahun. Tapi ia belum juga mendapat titik
terang tentang masa depannya.
Cukup banyak keluarganya yang sukses, namun mungkin mereka
underestimate karena stigma Haris sebagai pecandu. Atau juga mungkin disiplin
kuliah (keahlian ilmu) Haris tidak cocok dengan yang mereka perlukan. Apa pun
alasannya, bagi usia produktif seumur Haris hal ini sangat mengusik
ketenangannya.
Berkat Konselor
Hari itu akhirnya Haris harus angkat kaki. Tapi ia masih bingung. Sampai
ibunya datang ke PSPP untuk menghibur dan memberi support buat putranya.
Sampai hari itu Haris belum juga punya titik terang akan sibuk apa sepulangnya dari
PSPP Galih Pakuan. Layaknya bagi mantan pecandu, hal tersulit bagi Haris adalah
membayangkan tidak punya kesibukan dan masa depan, sementara tekanan
pertemanan dari dunia nNarkoba masih saja menghantui.
Menghadapi ancaman seperti itu, Haris sebenarnya merasa lebih baik tidak
pulang. Namun sampai detik ini komunitas PSPP belum dapat memberikan tempat
untuknya. PSPP belum dimungkinkan menerima alumninya untuk dipekerjakan.
Ibu Haris tampak bingung dan iba melihat nasib putranya. Akhirnya, tak
dinyana, Trisno, konselor Haris, berani membuat terobosan keputusan bagi Haris.
“Sudah, Ibu pulang aja. Haris jadi urusan saya.” Lalu Trisno melirik pada petugas
PSPP Galih Pakuan lainnya, “Bro, ini Haris jadi urusan saya. Saya bertanggungjawab
penuh.” Wajah ibunya tiba-tiba tampak ceria, membersitkan rasa “plong” dari
kesulitannya. Terlebih Haris yang merasa tersanjung dirangkul oleh konselornya,
“ayah” atau “kakak” yang ia figurkan di lingkungan PSPP.
Sejak SMP kelas 1 Haris sudah ditinggal wafat oleh ayahnya. Haris remaja
tumbuh dengan kebebasan yang tak bisa dikendalikan oleh ibunya. Dalam
perjalanan hidupnya ia nyaris kurang mendapatkan figur seorang ayah.
Haris akhirnya diangkat menjadi volunterir Special Function pada 2007. Trisno
membuat terobosan sekaligus melatih Haris. Trisno meminta Haris untuk belanja
kebutuhan anak-anak. “Ni kertas dan pulpen. Lu rinci kebutuhan anak-anak. Lu
belanja ya.” Haris langsung mengiyakan. Dan ternyata setelah itu mendapat
semacam “uang rokok”. Alangkah senang ia.
Semua peran dan kesempatan dijalani Haris dengan penuh ketelatenan.
Tahun 2008, ia naik menjadi back up. Back up hampir sama pekerjaannya dengan
SF (Special Function). Hanya saja ia bertanggungjawab pelaporan pada (pekerja
sosial). Ia juga memimpin kegiatan anak-anak, membimbing, membujuk anak yang
belum terbuka, dan sebagainya. Tahun 2013 ia diangkat lagi menjadi asisten peksos.
Haris menikah pada 2010. Ketika pada 2013 ia ditawari menjadi asisten
pekerja sosial, dengan honor 500 ribu. Angka yang sangat minim sehingga
atasannya bertanya dulu, “bagaimana mau nga 500 ribu?” Haris menjawab mantap,
“Selain saya pingin eksis, cari kegiatan, cari selamat. Masalah duit bukan patokan.
Kalau masalah rezeki saya lillahi taala.”
Akhirnya pada 2015 Haris diangkat menjadi konselor. Sebuah perjalanan
berliku yang happy ending. Hal yang pantas buat yang tangguh seperti Haris. **
#2
RAMLI : KONTAK BATIN KONSELOR - PENERIMA MANFAAT
Ia terbujur kaku. Ia memandang jasadnya telah mati. Tubuhnya teronggok
tipis dengan tulang belulang dan kulit penuh koreng. Ia menjerit, merengek-rengek
pada Tuhan agar dihidupkan kembali, tak peduli bentuk fisiknya akan seperti apa.
Orang-orang di sekelilingnya, di kamar rumah sakit itu, duduk melingkar
membaca tahlilan. Ia merasa seperti masih ada, tapi juga tiada karena tubuhnya
tergeletak saja tanpa dapat kontak dengannya. Dua bulan lamanya ia dalam
keadaan koma.
Tiba-tiba ditatapnya sosok putih. Ingin sekali ia memeluk sosok teduh itu.
Tapi tangannya tak kunjung sampai. Lalu ayahnya datang. Seketika ia teringat kata-
kata cerca yang pernah terlontar dari mulutnya dan menusuk hati ayahnya. Ia pun
memohon maaf. Seketika ayahnya mendekatinya, sehingga ia mampu memeluk
sosok putih itu.
Saat itu terbetiklah janji pada Ilahi bila ia sempat dihidupkan kembali.
Pertama, ia ingin berbakti pada orangtua. Kedua, ia tak mau lagi memainkan atau
menyakiti hati perempuan. Ketiga, ia ingin membantu siapa pun yang pernah
membantu dirinya. Dalam kesungguhan berjanji itu ia pun berdoa, “Ya Allah,
lepaskan aku dari narkoba.” Barang laknat itu memang telah menjeratnya lebih dari
10 tahun.
Masuk PSPP Galih Pakuan
Ia adalah Ramli Indra Hadikusuma. Berasal dari keluarga berada. Ayahnya
seorang bankir. Sejak duduk di SMP kelas 2, Ramli telah mengenal dugem, ekstase
dan ganja. Saat duduk di SMA tahun 1999, hidupnya telah terjerat putau. Putau itu,
agar hemat, tidak diisapnya, tapi disuntikkan ke pembuluh darah. Efeknya jauh
lebih dahsyat dan daya tahannya untuk tidak sakau jauh lebih lama. Tahun 2002 ia
merasa mentok. Barang sangat sulit dicari. Karena mentok ia pun mau masuk
rehabilitasi PSPP Galih Pakuan.
Selama 1 tahun, ia menjalani program rehabilitasi sosial di lingkungan PSSP
Galih Pakuan. Orangtua boleh menengok, tapi tidak boleh masuk ke dormitory
(asrama).
Tiap penerima manfaat juga punya jatah pulang ke rumah setelah dapat
kepercayaan dari konselornya. Awalnya kalau pulang mesti ditemani petugas PSPP,
tapi selanjutnya setelah dipercaya penuh dapat pulang atau pergi keluar tanpa
pendampingan. Syaratnya ia harus menyusun rencana kegiatan pulang atau di luar
itu dengan sangat detail. Tidak boleh satu menit pun terlewat tanpa menyebutkan
kegiatan.
Di program ini ia rasakan tiap orang dibina tidak saja untuk putus obat, tapi
juga untuk bertanggung jawab pada banyak peran yang ditugaskan. Tiap penerima
manfaat digilir untuk menjalankan banyak peran. Urusan rumah tangga asrama
ditangani oleh redisen sendiri dengan struktur organisasi yang rapih. Ada anggota,
contact man, crew dari 3 departemen (housekeeping and maintenance, kitchen, dan
loundry), ada head of departement (HOD), coordinator of departement (COD), dan
chief atau kepala rumah tangga. Bila performa seseorang semakin meningkat
perannya pun akan meningkat. Tapi uniknya karena ada giliran peran, yang sudah
jadi chief pun harus kembali menjalankan peran-peran lainnya.
Saat bertugas di departemen Kitchen, pada pagi buta Ramli harus pergi
belanja ke pasar, melewati tanah-tanah becek. Sehabis belanja ia langsung
memasak. Dan bila masakan itu telat, ia pun terkena sanksi.
Lingkungan PSPP membuatnya aman dari ancaman Narkoba. Suasana
kekeluargaannya juga membuatnya nyaman. Sebenarnya ia tak mau keluar. Tapi
karena program rehabilitasi itu hanya setahun, ia pun harus pergi.
Menjadi Kontraktor
Ramli bersama 14 temannya itu melangkah penuh semangat,
membayangkan akan sama-sama punya perusahaan peternakan lele. Mereka diberi
modal oleh PSPP Galih Pakuan untuk membuka usaha peternakan lele. Tetapi
usaha mereka tidak membuahkan hasil seperti diharapkan. Usaha bersama itupun
akhirnya bubar.
Sekitar 2 tahun kemudian, Ramli dan banyak temannya itu kembali
terjerembab ke jurang Narkoba. Tahun 2005, ia dan sebagian mereka bertemu lagi
di rehabilitasi PSPP Galih Pakuan. Ia merasa sudah kenyang, sudah bosan dengan
rutinitas kegiatan rehabilitasi. Tapi karena ingin pulih ia jalani kembali hingga lulus.
Hidup seperti roda pedati. Roda hidup Ramli kini berada di atas tak lama
setelah pulang dari PSPP Galih Pakuan. Ia bergabung dengan perusahaan besar
kontraktor, juga membuka perusahaan ekspedisi. Dalam gelimang uang, Ramli tak
kuasa menahan godaan. Dalam pekerjaan, ia harus “menservis” dan mentraktir bos-
bos perusahaan mitra di dunia gemerlap hiburan. Mau tak mau dia ikut dan kembali
terjerat nNarkoba. Lebih dari 10 tahun kesadaran anti Narkoba itu timbul
tenggelam.
Suatu ketika pada 2008 nNarkoba membuatnya koma hingga 2 bulan. Sosok
putih itu akhirnya dipeluknya erat. Dalam kesadaran murninya ia menjerit berdoa,
memilih untuk tidak diberi gelimang harta daripada terjerembab lagi tertipu barang
laknat itu.
Sepulangnya dari rumah sakit ia menjalini pemulihan setahun di rumahnya.
Badannya pelan-pelan kembali normal. Ramli kini seperti dilahirkan kembali.
Pengalaman koma itu telah menjadi momen titik balik hidupnya yang tak terduga.
Kontak Batin Konselor
Ramli merasa hidupnya telah sangat dibantu oleh komunitas PSPP.
Rehabilitasi di PSPP bukan hanya telah menorehkan kesadaran anti narkoba di
dalam dirinya, tapi juga telah mengubah mindset dan “manajemen” hidupnya.
Jejak-jejak “sekolah” di PSPP itu telah ikut membangun monumen kesadarannya
yang memuncak saat peristiwa koma.
Tahun 2014, suatu ketika Ramli ditelpon oleh konselornya di PSPP Galih
Pakuan. Tak ada angin tak ada hujan, ia kaget karena “tumben-tumbenan” ditelpon.
Sang konselor menawari Ramli untuk ikut ujian tes menjadi konselor. Sejak Ramli
lulus kedua kalinya dari rehabilitasi PSPP Galih Pakuan, sang guru, sang konselor itu
tak pernah tahu liku-liku perjalanan hidup Ramli selanjutnya. Ramli menyambut
tawaran sang guru, dengan mengajukan saran agar ia bisa mengajak teman yang
satu angkatan.
Ramli lulus ujian, dan diangkat menjadi konselor pada 2015. Kesibukannya
sebagai konselor mengasah kesadarannya akan adanya satu ikatan yang tak kasat
mata: kontak batin dengan anak-anak didiknya yang telah pulang ke keluarganya.
Pernah Ramli suatu saat merasakan seorang anak didiknya yang telah pulang ke
Bali, agaknya mulai tergoda kenakalan. Maka Ramli pun menelponnya,
menanyakan kabarnya di Bali.
Apa yang dialaminya pada 2014, saat ia tiba-tiba ditelpon oleh konselor
seniornya, dirasakannya sebagai akibat adanya kontak batin. Menawarkan profesi
konselor kepada mantan pecandu walau melalui rangkaian tes, bukannya tanpa
riesiko. Karena bisa saja lulusan PSPP itu di luar sana belum pernah putus total
(abstinen) dalam jangka waktu yang panjang dan mapan.
Ramli merasakan, menjadi konselor telah menjadi garis hidupnya.
Kesibukannya sebagai konselor di PSPP Galih Pakuan menjadi pemenuhan
nazarnya sewaktu koma: ia ingin membantu orang-orang yang pernah membantu
hidupnya. Ada “utang” terhadap lembaga ini yang bukan berupa angka rupiah, dan
kini ia puas dapat memenuhi profesi ini tanpa terpaku pada imbalan materi.
Pinangan Konselor untuk Ramli
Kebahagiaan Ramli genap setelah ia mengayuh biduk rumah tangga
bersama perempuan yang sangat ia cintai. Pada tahun 2015 ia menikah dengan
perempuan yang juga mantan pecandu. Stigma sebagai mantan pecandu sempat
menjadi kendala utama bagi pemenuhan niat sucinya. Stigma ini membuat calon
pasangan ini sulit meyakinkan orangtua kedua belah pihak. Saat itu sang calon istri
sedang menjalani rehabilitasi di sebuah panti rehabilitasi di Yogyakarta.
Konselor senior Ramli sangat membantunya. Mereka meminang sang calon
istri kepada konselornya di panti Yogja. Sebelum meminangnya kepada orang tua
calon istri, mereka terlebih dulu meminangnya kepada konselornya. Setelah restu
dari para konselor, baru para konselor itu menemui keluarga kedua belah pihak.
Akhirnya kedua keluarga pun memberikan restu.
Sang istri tercinta kemudian berhasil menjadi konselor di panti tersebut.
Pasangan pengantin itu hidup bahagia walau terpisah jarak Jogja-Jakarta. Terlebih
setelah sang istri berhasil mengajukan pindah tugas ke PSPP Galih Pakuan, satu
tempat tugas dengan sang suami tercinta.**
# 3
IVAN : MENGABDI UNTUK TEMAN SENASIB
Karena Coba-coba
Metromini itu melaju pelan. Penumpangnya sepi, hanya 5 orang. Ivan dan
dua temannya segera meloncat menaiki bis itu. Di tempat yang agak lengang,
segera ia beraksi. Ia menodongkan pisau, memaksa penumpang menyerahkan
uang. Dalam pengalaman Ivan, kalau penumpang sedikit, tak pernah ada yang
berani melawan.
Bukan sekali dua kali Ivan melakukan penodongan, nyolong, penjambretan,
dan membongkar lemari orangtuanya. Saat kelas 3 SMA pada 1997, sudah hitungan
tahun Ivan melakukan kejahatan ini. Semua demi menghindari sakau akibat putus
dari putau. Kalau sudah datang sakau itu, semua sendi serasa copot, kepala serasa
pecah, badan menggigil dingin, dan obatnya cuma satu: putau. Praktis hidupnya
hanya dikendalikan putau.
Ivan tadinya anak yang baik. Ia tinggal di daerah Pulo Mas Jakarta. Sampai
kelas 1 SMA, ia rajin sekolah dan tidak pernah bolos. Orangtua juga sangat percaya
pada Ivan. Sampai suatu ketika ia bertandang ke rumah teman lamanya. Teman
sewaktu kecil, dan bertemu kembali saat Ivan baru kelas 2 SMA. Di rumah
temannya Ivan melihat putau. Temannya menawarinya. Ivan penasaran. Begitu
sekali memakainya Ivan pun langsung ketagihan. Sekali coba-coba itulah pangkal
bencana hidupnya.
Sejak itu sekitar 2 tahun hidup Ivan dikendalikan putau tanpa sepengetahuan
orang tuanya. Putau ibarat raja adikuasa di sebuah negeri antah berantah. Sekali
engkau masuk ke wilayah negeri itu, dengan “passport” satu kali suntikan saja, maka
tubuhmu langsung dicengkeram kuasanya. Pagi hari engkau menyuntikkan putau,
maka jam 12 siang putau itu sudah memaksamu menyuntikkannya lagi, dan
malamnya bila ingin bisa tidur kau kembali harus menyuntik. Maka 24 jam harimu,
emosimu, perilakumu praktis dikendalikan sang raja.
Saat terancam sakau, Ivan jadi liar dan “bringas”. Pokoknya pikirannya hanya
ingin mendapatkan putau bagaimanapun caranya. Terkadang hati kecilnya sadar
bahwa yang berpikiran kriminal bukanlah dirinya, melainkan rasa sakit tak
tertahankan akibat barang keparat itu. Setelah mendapatkan barang dan
“menyuntik”, terkadang hatinya menangis pilu. Ia tak habis pikir kenapa dirinya
menjadi seperti ini. Terlebih bila ingat orangtuanya, alangkah hancur hati mereka
mengetahui perilakunya.
Tonggak Perjuangan di PSPP Galih Pakuan
Ivan bukannya tidak berupaya keras untuk lepas dari jeratan putau. Tahun
1998 ia berjuang dan sempat berhasil berhenti menyuntik. Tahun 1999 juga ia
pernah berhasil berhenti sekitar 1 bulan. Ia juga pernah tinggal di pedalaman Jambi
dan Kalimatan, namun begitu pulang ke Jakarta ia kembali terjerat putau.
Tahun 2002, ibunya menyarankan Ivan ikut program rehabilitasi di PSPP
Galih Pakuan. Syaratnya harus mendapat surat rujukan dari rumah sakit. Ivan sudah
capek. Hidupnya hancur dicabik-cabik putau. Ia pun bersedia. Ia dirawat dulu di
Rumah Sakit Fatwamawati selama 1 bulan. Setelah itu ia ikut program rehabilitasi
PSPP Galih Pakuan.
Ivan melangkah sambil melihat sekeliling area PSPP Galih Pakuan.
Panorama persegi panjang yang teduh dan luas. Banyak bangunan tertata rapih, di
sela-selanya banyak pepohonan menaungi. Ivan melangkah melewati jalan lebar
yang membelah area, yang akan mengantarnya memasuki dormitory (asrama)
penghuni primary stage.
Enam bulan lamanya ia menjalani program rehabilitasi primary stage. Pelan-
pelan tubuhnya menjadi kembali berisi. Pertama menginjak asrama ini berat
badannya hanya 40 kilogram. Setiap bulan berat badannya bertambah sekitar 5
kilogram. Rehabilitasi di sini membuatnya putus total dari obat, membuatnya
menjadi doyan makan. Sebelum tidur, terkadang Ivan membuat 2 mie rebus dengan
2 telor sekaligus. Pelan-pelan penampilannya kembali menjadi rapih dan bersih.
Ini menjadi tonggak perjuangan Ivan dalam mengubah haluan hidupnya
akibat sekali salah jalan. Sekali salah jalan, namun berpuluh kali perjuangannya
untuk menapak di jalan yang benar.
Di PSPP ia terkesan dengan menu kegiatan harian yang terus membenahi
perilaku penerima manfaat. Ada menu static group, Page, confrontation meeting,
encounter meeting, evening wrap up, weekend wrap up, yang semua didisain untuk
mengikis egoisme dan kelemahan diri lainnya lewat perhatian, kritikan, dan
sokongan dari semua temannya. Namun, yang paling membuatnya terkesan adalah
probing, program pencerahan pembenahan diri lewat kasih sayang dan perhatian
semua teman.
Berbeda dengan menu lainnya, evaluasi dalam probing melingkupi seumur
hidup sejak lahir. Sebelum peserta berangkat keluar kota untuk outbond probing itu,
semua menuliskan terlebih hulu riwayat perjalanan hidup dari lahir hingga saat
menulis, serta mimpi mau menjadi apa pada babak hidup berikutnya. Sedangkan
menu static group dan sejenisnya merupakan evaluasi yang berjarak sehari atau
seminggu lalu.
Yang paling berkesan bagi Ivan dari probing ini adalah terapi lilin. Lilin-lilin itu
menyala. Setiap penerima manfaat memegangnya. Setiap mata terus menatapnya.
Sinar teduhnya menyapu mata. Nyala lilin itu, pelan-pelan jadi seperti bola kristal
yang memutar kembali perjalanan hidupnya. “Anak-anakku, coba lihat masa
lalumu. Ingat orangtuamu? Bagaimana kondisimu saat kalian make (narkoba)?...”
Setelah itu datang suara lembut kasih sayang dan masukan-masukan penting buat
perjalanan hidup selanjutnya. Seolah hujan deras kasih sayang mengguyuri hati
semua peserta, semua jadi tersentuh menitikkan air mata.
Perjalanan Menjadi Konselor
Setahun kemudian Ivan lulus dari PSPP Galih Pakuan. Ia tidak berani
langsung keluar. Jauh hari sejak ia mengawali program TC (therapeutic community)
di PSPP Galih Pakuan, Ivan sudah yakin, inilah tempat aman dari ancaman narkoba.
Pulang bisa berarti terlalu menyodorkan diri pada “polusi” narkoba di lingkungan
rumahnya.
Sejak 2003, Ivan pun tetap tinggal di PSPP Galih Pakuan dengan tugas
sebagai back up. Back up bisa dikatakan merupakan tangan kanannya konselor.
Tahun 2005, Ivan baru keluar meninggalkan PSPP. Langkahnya disertai tekad
membaja untuk tak lagi menyentuh barang keparat itu.
Ivan tinggal di rumah kakak Ipar di daerah Pulau Mas. Ivan merasakan rumah
kakaknya ini aman, karena rumah kakaknya berbeda lokasi dengan rumah
orangtuanya. Namun, ketika ia bekerja ikut proyek di Tanjung Priuk, godaan tak
sepenuhnya dapat ditangkal. Baru sekitar 2008 dirinya benar-benar putus total dari
Narkoba.
Tahun 2015, Ivan lulus tes dan diangkat menjadi konselor di PSPP Galih
Pakuan. Semua melalui perjalanan panjang yang berliku. Upaya kerasnya berhenti
sendiri dari putau pada 1999, pengalamannya setahun menjalani rehabilitasi PSPP
pada 2002, tugasnya menjadi back up sejak 2003-2005, jatuh bangunnya ia
menahan godaan di tengah proyek di Priuk, semua menjadi bagian dari perjuangan
panjangnya menjadi konselor.**
#4
ANDRI : MENGASUH PECANDU GANGGUAN JIWA
Saat itu di Lampung, Andri Auzal Nizar (40) sedang nongkrong di pinggiran
jalan. Sebuah mobil melaju pelan. Diliriknya siapa yang menyetir. Ternyata teman
lama nongkrong Andri. Sekarang sudah bawa mobil bersama istrinya. Timbul dalam
diri Andri rasa minder dan kecil hati. Kapan dirinya bisa sukses seperti kawannya.
Usianya sudah mau menuju kepala 4, sementara dirinya masih saja “menyekek”
botol.
Sesaat muncul tekad untuk membenahi diri. Tapi Andri merasa tekadnya
seperti membentur tembok. Pertama, bukan sekali dua kali Andri berupaya
“mentalak” putau. Tapi sebagai pecandu ia jatuh berulangkali pada lubang yang
sama. Dalam hitungan detik atau menit, pertahanan dirinya suka tiba-tiba ambrol.
Kedua, dirasakannya stigma dari keluarga tentang dirinya sebagai pecandu narkoba.
Pernah Andri mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya. Saat
itu ia baru saja “pesta” narkotika pada malam Lebaran 2008. Andri mengendarai
motor ketika tiba-tiba dilihatnya sebuah mobil melaju kencang seperti ingin
menabraknya. Merasa ditantang Andri pun menggenjot gas. Ia terpental ke kolong
mobil, dan ia setengah sadar saat dibantu keluar. Setelah sadar, ia baru tahu kalau
mobil itu hanya berhenti dengan lampu send menyala. Akibat stigma, tak satu pun
keluarga yang simpati. Semua seolah mencibir. Namun, kecelakaan itu pula yang
menjadi momentum penguatan tekadnya untuk perubahan diri.
Where there is a will there is a way. Di mana ada kemauan pasti ada jalan.
Andri mendengar pusat rehabilitasi PSPP di Bogor. Ia berpikir, kenapa tidak
mencobanya. Sejenak tampak tangannya mengepal. Andri cukup yakin, dengan
dorongan dirinya yang kuat, pasti pusat rehabilitasi itu akan sangat membantu. Ia
ingin membuktikan diri pada keluarganya, kesuksesan bukan hal mustahil bagi
pecandu seperti dirinya.
Memantau 1 x 24 Jam
Andri membawa harapan besar ketika masuk menjadi penerima manfaat
PSPP Galih Pakuan tahun 2008. Harapan itu ditempuhnya dengan kesabaran
menjalani banyak kegiatan penuh setiap hari sejak pukul 04.20-22.00. Walau ada
perasaan tersiksa, ia optimis mengikuti program komunitas yang dilakukan dengan
penuh kekompakan dan kesungguhan. Setahun penuh ia habiskan untuk
membangun harapan lewat beragam sesi kegiatan.
Setamatnya dari PSPP Galih Pakuan, ia tak berani langsung pulang. Bukan
apa-apa. Bukan pula tidak rindu dengan keluarga. Ia berhitung rasional. Sebagai
pecandu, bukan hal mustahil dalam tekanan lingkungan yang kotor Narkoba ia bisa
saja dalam hitungan detik dan menit berubah drastis. Padahal fondasi keberhasilan
hidupnya setahun penuh telah ia bina. Orangtua sampai bertanya kenapa Andri
tidak pulang. Tapi mereka juga bisa memahami pertimbangan Andri.
Selain itu, ada sisi lain dalam batin Andri. Ia merasa PSPP Galih Pakuan
sudah menjadi keluarga besar bagi dirinya. Inilah lingkungan bersih yang menjadi
benteng penyelamat jalan hidupnya. Andri pun mau menjadi voluntir sebagai Back
Up di lembaga ini. Ia ingin hidupnya sedikit banyak menjadi role model bagi adik-
adiknya di keluarga besar ini.
Ia bertugas menjadi Back up 8 tahun, dan baru pada 2015 ia berhasil diangkat
menjadi konselor. Pada awalnya sebagai konselor ia ditugaskan di asrama primary
stage. Lalu sekarang ia bertugas membimbing di asrama FIST. FIST merupakan
asrama yang khusus untuk para penerima manfaat yang mengalami gangguan
kejiwaan. Sekarang jumlah penghuninya ada 13 orang. Andri sebagai konselor
secara khusus menangani 4 orang penerima manfaat. Namun pada saat piket
sebagai mayor on duty, semua dalam pengasuhan Andri.
Treatment pada anak-anak yang terganggu kejiwaannya jauh berbeda
dengan treatment pada anak-anak yang tidak berkepribadian ganda.
Perlakuan terhadap anak-anak berkepribadian ganda tidak bisa seketat
perlakuan pada penerima manfaat umumnya. Karena itu program TC (therapeutic
community) di FIST dijalankan secara longgar. Target pemulihan dibuat selonggar
mungkin. Berdasar pemeriksaan berkala oleh psikiater, mereka tak bisa lepas dari
konsumsi obat. Targetnya hanya penurunan, bukan lepas sama sekali dari obat.
Meski begitu Andri mengamati, kegiatan-kegiatan sosial TC (therapeutic
community) sangat membantu proses pemulihan mereka. Di program ini, setiap
anak setiap hari akan ditanya keadaan perasaannya. Ketika ditanya kalau ada anak
yang menjawab, “Baik, bro.” Itu tidak diterima begitu saja. Andri mengeceknya
dengan bertanya secara tidak langsung ke teman-temannya, juga ke petugas
lainnya. Ini secara apik dicatatnya, dan secara rutin dilaporkan ke psikiater.
Kini Andri tinggal bersama istri di lingkungan asrama atau di dalam area
PSPP Galih Pakuan yang seluas 7, 8 hektar. Baginya ini menjadi anugerah tersendiri.
Melalui grup WA ia dapat running memantau perkembangan anak-anak. Jarak yang
dekat menjadi satu kelebihan baginya, karena ia dapat segera turun bila ada
masalah. Seolah ia dapat bertugas 1 x 24 jam untuk keluarga besarnya..**
#5
RUSDIANTO : SANG JURAGAN BENGKEL
Saat itu tahun 1999, ia belum juga mendapat pekerjaan tetap selepas lulus
STM. Bukan berarti dia pengangguran karena sejak kelas 3 STM ia telah mengajar di
TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Namun, ada konflik batin yang menyiksa
dirinya. Ia juga suka minum atau mabuk-mabukkan. Bagaimana mungkin guru Al-
Quran berperilaku seperti dirinya?
Ia juga merasa sebagai anak sulung dari empat saudara ia harus mengubah
nasib. Tidak bisa terpuruk terus tanpa perubahan apa-apa.
Suatu saat, ia bertemu dengan seorang pegawai Dinas Sosial Kabupaten
Cirebon. Pegawai itu memperkenalkan PSPP Galih Pakuan di Bogor dan
menceritakan program-program rehabilitasi sosial di lembaga ini, termasuk
program bengkel motor. Ia mulai tertarik. Ia sadar waktu sekolah di STM lebih
banyak ikut-ikutan saja.
Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti program di PSPP Galih Pakuan.
Waktu itu, awal tahun 2000, Dinas Sosial Cirebon mengantarkan 10 orang untuk
menjadi residen lembaga ini. Dalam setahun, dari 10 orang itu hanya 6 orang yang
berhasil menyelesaikan program.
Tak dinyana, di sini ia bukan hanya mendapat pelatihan keterampilan
bengkel motor. Ia juga mendapat banyak sekali ilmu dan pembinaan terutama
terkait kepemimpinan dan wirausaha. Lebih dari keterampilan perbengkelan, ia
mendapat hal luar biasa yang membentuk karakter dirinya menjadi lebih baik. Yaitu
menjadi orang yang berpikir maju.
Meski ia lulusan STM, tapi ia harus mengakui dirinya lulusan STM nol besar.
Untuk bongkar pasang body saja ia tidak paham. Namun setelah mengikuti
program PSPP Galih Pakuan, ia memperoleh banyak sekali kemajuan dari Pak
Junaedi, instruktur bengkel motor lembaga ini.
Shalat di Sebelah Botol-botol Minuman Keras
Akhir tahun 2000 Rusdianto lulus dari PSPP Galih Pakuan. Ia ingin sekali
punya bengkel motor. Ia pun melangkah mulai dari nol. Ia lulus dari lembaga ini
pada Desember 2000. Maka pada Januari 2001 ia langsung mencari tempat kerja.
Tapi ia tidak punya target untuk mencari uang. Ia ikut bekerja tapi yang terpenting
buatnya adalah mengambil ilmunya.
Rusdianto bekerja di banyak bengkel. Ia pernah bekerja di bengkel dekat
rumahnya di Cirebon. Tapi karena bengkel kurang ramai, baru 7 hari ia
mengundurkan diri. Ia mencari lagi bengkel yang memerlukan tenaganya. Ia pernah
juga bekerja di bengkel di desa Cemara, namun hanya satu hari saja. Majikannya
memohon maaf dan mengatakan sudah ada orang lain. Lalu ia bekerja di Indo
Motor di kota Cirebon selama 8 bulan. Ia mulai sedikit matang dan menabung uang
sedikit-sedikit.
Setelah itu Rusdianto bekerja di bengkel di daerah Indramayu. Majikan
bengkel ini sangat berjasa sekali. Karena Rusdianto mendapat banyak sekali ilmu
perbengkelan terutama pengelasan dan pengepresan. Banyak sekali ilmu yang kala
itu tidak didapatkan di PSPP Galih Pakuan itu, ia mendapatkannya dari bengkel ini.
Di bengkel itu ia hanya bekerja 3 bulan. Tapi ia mendapat banyak ilmu walau
harus ditebus dengan banyak pengalaman pahit. Salah satu karakter majikannya di
bengkel ini adalah temperamental, suka minum minuman keras. Kalau ia bekerja
salah sedikit saja, ia dibentak. Lebih pahit dari dibentak, ia bekerja penuh seharian,
dari pagi pukul 06.30-19.00 malam, dan hanya digaji 3 ribu. Tapi ia tidak patah
semangat. Karena ia sadar ia harus banyak menggali ilmu dari majikannya.
Rusdianto di bengkel ini tidak punya saudara dekat, sehingga malamnya ia
menginap setiap hari di rumah Pak RT. Pak RT sangat senang menyambutnya. Saya
juga di rumah Pak RT ini suka mengajar mengaji sekitar 60 anak murid.
Tiap hari ia bekerja di bengkel itu. Tapi yang membekas baginya adalah ia
pernah melakukan kesalahan sepele. Ia tidak hanya dibentak tapi juga hampir
dilempar dengan kunci besar. Hampir saja ia menangis. Tapi justru dalam tangisan
itu ia merasa semakin encer otaknya untuk memahami ilmu perbengkelan.
Walau majikannya itu sangat temperamental, Rusdianto beranggapan
majikannya itu sebagai gurunya. Majikannya ini pemabuk, sehingga kesalahan
sedikit saja dilakukan Rusdianto pasti ia dibentak. Namun karena selalu dibentak
akhirnya ia menjadi cepat bisa. Sampai Rusdianto bisa melakukan “turun mesin”,
memperbaiki kesulitan yang sulit di perbaikan motor. Semua ini ia mendapatkannya
di bengkel Indramayu.
Bengkel ini tempatnya menyatu dengan WC dan gudang. Tidak ada tempat
khusus untuk salat. Gudang itu Rusdianto rapihkan. Ia salat zuhur dan asar di ruang
gudang ini, bersebelahan dengan banyak sekali botol-botol minuman keras. Setiap
Rusdianto salat, ia langsung menangis. Ia berdoa, “Ya Allah berilah aku pemahaman
tentang ilmu perbengkelan motor ini. Biar aku tidak lama-lama di sini, dan saya bisa
membuka lapangan pekerjaan sendiri.”
Setelah itu Rudianto bekerja di bengkel milik orang China di Kebon Jeruk
Jakarta. Ia bekerja di sini hanya 1 minggu. Tapi tetap ia mendapat banyak ilmu.
Pertama ia mendapat keilmuan dari majikan China ini tentang manajemen
perbengkelan terutama soal pembukuan. Kedua, etos kerja dan disiplin majikan
China ini luar biasa. Setelah sekitar 11 bulan sejak lulus PSPP Galih Pakuan, Rusianto
sudah bekerja di 6 bengkel.
6 Bulan Bengkel Itu Kosong dan Sepi, Tapi....
Akhirnya setelah pulang dari Kebun Jeruk Jakarta, Rusdianto dengan niat
bismillah dan memohon doa orangtua, membuka bengkel motor di desa Cangkring
Cirebon. Tepatnya bengkel yang masih seperti tempat tambal ban di pinggir jalan.
Kurang lebih ukurannya sekitar 2 kali 4 meter. Dari sisa tabungan ia bisa membeli
alat compressor dan alat-alat lainnya. Spare part-nya banyak yang belum ada.
Saat awal membuka bengkel ini, orang-orang hanya tahu Rusdianto sebagai
pengangguran. Tidak ada yang tahu dirinya selama ini telah kursus di PSPP Galih
Pakuan dan banyak bekerja di bengkel motor. Lalu tiba-tiba Rusdianto membuka
bengkel. Orang-orang pun tak ada yang percaya. Selama sekitar 6 bulan ia malah
hanya tiduran saja di bengkelnya itu.
Ia berangkat pagi, tapi pulang tidak membawa uang. Begitu setiap hari.
Sampai ibunya bertanya, “Kamu bagaimana usahanya, lancar?” Rusdianto
menjawab, “Alhamdulillah masih belum dipercaya sama Allah. Rezekinya saya itu.”
Tapi ajaibnya, setelah perbincangan dengan ibu tersebut, mulai ada 1 orang yang
mau tambal ban motor. Sedikit-sedikit terus bertambah, sampai sehari mendapat
uang 25 ribu atau 30 ribu di tahun 2001.
Kini setelah sekitar 15 tahun membuka bengkel motor, banyak pencapaian
material dan non material yang dicapai Rusdianto. Ia sudah punya 3 rumah
termasuk bangunan bengkelnya dan sawah. Ia punya 7 karyawan. Ia juga membuka
usaha baru, yaitu pengepresan. Ternyata usaha ini perkembangannya sangat bagus,
menjadi sumber rezeki utama selain perbengkelan.
Dan Rusdianto pun bersyukur, cita-cita hidupnya untuk menjadi anak sulung
yang bisa membantu adik-adiknya tercapai. Bahkan lebih dari itu, sekarang dia
tidak hanya bermanfaat bagi keluarganya, tetapi juga bagi orang lain.
Semoga bisnisnya terus berkembang Bro Rusdianto.**
#6
AHYAR FAJARUDIN: LULUSAN REHAB JADI SEKRETARIS DESA
Sekiranya di PSPP Galih Pakuan tidak ada pelatihan keterampilan, aku
takkan pernah tertarik ikut rehabilitasi sosial di lembaga ini. Waktu itu aku bertemu
TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan), ia bercerita kepadaku tentang
PSPP Galih Pakuan di Bogor. Di panti ini katanya banyak pelatihan keterampilan:
ada komputer, bengkel motor, bengkel mobil, las, dan sebagainya.
Aku pun tertarik. Aku belum mendapat pekerjaan tetap. Sesekali kerja serabutan.
Aku juga pernah mencicipi minuman keras dan ganja. Memang aku tak sampai jadi
pecandu (ketergantungan). Aku juga tidak pernah jatuh pada obat-obatan
terlarang. Karena aku sadar dan sengaja membatasi diri dari zat-zat kimiawi yang
jauh membahayakan. Tapi coba-coba pada hal-hal yang memabukkan juga
memang berbahaya. Aku sadari itu dan aku pun tertarik untuk ikut rehabilitasi di
PSPP Galih Pakuan. Aku sangat termotivasi karena ada pelatihan keterampilan
selain rehabilitasi.
Maklum aku ini lulusan sekolahan yang tidak dapat melanjutkan kuliah
karena keterbatasan dana. Kala itu aku sudah punya prinsip, ilmu tak mesti selalu
ada di perguruan tinggi. Di mana pun termasuk di lembaga lain atau dari orang
sekalipun seseorang bisa mendapat ilmu. Ilmu tidak pandang tempat dan lembaga
bergengsi. Orang bilang dari pantat ayam pun bila yang keluar telur layak diambil.
Aku tak peduli anggapan orang tentang gambaran PSPP Galih Pakuan itu sebagai
pusat rehabilitasi para pecandu.
Namaku Ahyar Fajarudin. Biasa dipanggil Fajar. Tinggal di Pabuaran, Serang,
lahir pada 25 Januari 1989. Tahun 2010 saat aku berusia 21 tahun, aku melangkah
diiringi niat bulat untuk meraih ilmu keterampilan di PSPP Galih Pakuan. Dari
Serang, aku berangkat menuju PSPP Galih Pakuan di Bogor.
Tinggal di asrama lembaga ini aku langsung betah. Aku dapat bertemu
dengan banyak kawan. Di sini aku tinggal setahun. Aku jarang pulang. Pernah
pulang pun karena adik perempuanku, yang paling dekat padaku dari 6 bersaudara,
saat itu sakit berat. Semua di PSPP itu mengesankan. Semua sangat bagus untuk
pembinaan disiplin dan kepemimpinan.
Cuma ada yang paling berkesan. Aku seorang vegetarian. Waktu awal
masuk, aku tidak berani mengatakan hal ini kepada kawan-kawanku di bagian
dapur. Maklum aku baru datang. Sebagai orang baru masa iya aku ujug-ujug
berpesan makanan ini itu. Aku malu, tapi aku sama sekali tak bisa makan daging-
dagingan dan ikan. Cukup berat pertentangan perasaaanku. Aku terpaksa
menghubungi TKSK (kecamatan) yang belum lama ini menawariku ikut rehabilitasi
di PSPP Galih Pakuan. Aku mengatakan, aku mau pulang saja. Karena di sini aku
sulit mendapat lauk tahu dan tempe.
Untungnya waktu itu Pak Lukman sangat perhatian denganku. Ia bertanya,
“Fajar, kenapa kamu?” Aku pun terus terang kepadanya. Hingga aku tak punya lagi
kendala yang berarti selama di sini.
Disiplin dan tanggungjawab di asrama ini luar biasa. Salah sedikit sanksi
akibatnya. Misalnya waktu di rumah ketika aku mau mandi, aku lempar begitu saja
baju-baju kotorku. Barang-barangku juga tak selalu pada tempatnya. Tapi di sini
jangan harap begitu. Setiap hari aku juga harus bangun pukul 04 sebelum subuh.
Rutin setiap hari. Hingga aku lulus dan pulang ke rumah, kebiasaan ini sudah
menjadi jam tubuhku. Di rumah pun aku bangun seperti waktu di asrama. Benar
kata orang, mula-mula kita yang membentuk kebiasaan, lama-lama kebiasaanlah
yang membentuk kita. Jadi mau tak mau terpaksa kita harus membiasakan hal-hal
yang positif.
Dan asrama di PSPP Galih Pakuan ini bagiku bagai kawah candradimumka.
Dulu hidupku tak disiplin dan teratur. Sekarang jam tubuhku seperti otomatis
mengatur jawal hidupku.
Disiplin memang sangat vital buat keberhasilan. Contoh kecil saja. Kalau aku
biasa mencuci pakaian tiap hari Sabtu. Lalu seandainya aku melewatkan jadwal itu,
sementara minggu khusus buat banyak kegiatan santaiku atau juga untuk
menghadiri undangan, lantas bisakah aku bekerja pada hari senin dan hari-hari
selanjutnya dengan nyaman dan rapih? Sangat kecil, tampak sangat remeh. Tapi
efeknya bisa berantai.
Disiplin mungkin nafas atau oksigennya keberhasilan. Mana ada
keberhasilan tanpa disiplin. Tinggal di asrama juga menekankan tanggungjawab
tinggi pada urusan pribadi maupun urusan bersama di asrama. Disiplin dan
tanggung jawab menjadi dua sisi dari mata uang yang sama dalam pembinaan
mental di asrama PSPP Galih Pakuan.
Di sini aku mengambil keterampilan komputer, baik sebagai operator
maupun programmer. Aku serius menekuni bidang ini. Buatku, ini kado terbesar
dalam hidupku. Di saat aku harusnya melanjutkan kuliah, ternyata aku tetap masih
bisa belajar komputer dan akan mendapatkan sertifikat.
Malam itu aku sehabis mengikuti sharing circle. Kegiatan seluruh penghuni
asrama di mana sejumlah penghuni atas kerelaannya sendiri dievaluasi oleh
sejumlah teman, tentang sikap dan sifat baik-buruknya. Malam itu aku ditelpon
keluarga, dikabari bahwa adik perempuanku akan dioperasi. Tapi perasaanku
mengatakan lain. Tidak lama sebelumnya, aku juga pulang karena adik
perempuanku sakit berat.
Aku tidak mendapatkan izin pulang kecuali ditemani seorang teman. Aku
pun pulang bersama teman. Waktu itu malam telah larut. Tidak ada kendaraan
umum. Ajaibnya dari Parung ada bis kosong menuju Kebon Nanas. Ajaib, seakan bis
ini dikirimkan khusus padaku agar aku dapat pulang. Sesampainya di kampungku,
ternyata firasatku benar. Aku tak sempat lagi melihat wajah adik perempuanku.
Saat turun ke liang lahat, membuka wajah adikku, saat itulah aku merasakan
kehilangan yang mengguncang diriku.
Kembali ke asrama, aku terus mengikuti kursus keterampilan. Sebelum lulus
aku juga dimagangkan. Saat sudah lulus dan pulang ke rumah, aku pernah bekerja
di kios service komputer. Pernah juga di kios-kios lain. Sampai suatu aku bertemu
dengan salah seorang pejabat desa. Ia berkata, “Jika ada nasib dirinya menjadi
kepala desa, tolong bantu saya ya?” Aku pun menjawab, “Ok, siap, Pak, bila tidak
ada halangan.”
Waktu itu belum ada undang-undang desa. Honor desa tidak mendapat gaji
bulanan. Memang ada honor tiga bulanan, tapi itu pun tergantung situasi. Jadi saat
itu menjadi tenaga honor di desa memang tidak bisa dihitung sebagai penghidupan.
Niatku waktu itu ya membantu saja.
Waktu pertama mendapat SK, aku diangkat sebagai kepala keuangan dan
administrasi. Walau tak selalu mendapat honor, aku bekerja penuh disiplin dan
tanggungjawab. Sesuai dengan niat awal aku mau membantu. Ajaib, saat itu aku
suka mendapat permintaan dari sekolah-sekolah untuk melatih regu murid yang
akan ikut pentas perlombaan seni. Misalnya seni paduan suara. Bisa dibilang, ini
salah satu kerjaan sampinganku di luar pekerjaan pokokku di desa.
Tahun demi tahun kujalani. Sampai aku mendapat SK menjadi sekretaris
desa. Bagiku ini tanggung jawab yang tidak kecil. Banyak urusan masyarakat kini
berada di pundakku. Selama aku mengemban tugas, semakin terasa begitu
manfaatnya penggemblenganku di PSPP Galih Pakuan.
Aku berharap SPP Galih Pakuan terus memberikan layanan terbaik untuk
generasi muda, seperti yang telah kudapatkan. .***
# 7
Rudi : Melanjutkan Kuliah dan Menjadi Guru
Rudi, lulusan SMA tahun 1994. Sampai tahun 1997, dia hidup lantung-
lantang bersama kawan sebaya, dan ikut-ikutan minum “anggur”. Dia mengenal
PSPP Galih Pakuan dari seorang jupen (juru penerangan) dari kecamatan, daerah
Indramayu. Dia dikabari bahwa di PSPP Galih Pakuan ada pelatihan las listrik, jahit,
komputer, bengkel motor, bengkel mobil. Bersama 10 kawan dari Indramayu, dia
pun berangkat ke PSPP Galih Pakuan.
Rudi mengikuti program di PSPP Galih Pakuan selama satu tahun. “Di
asrama ini aku ditempa untuk lebih disiplin dan tanggung jawab. Yang kurasakan di
sini pembinaan disiplin dan kepemimpinan luar biasa. Penghuni dikondisikan untuk
membiasakan disiplin dan penuh tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan,”
ujar Rudi.
Setelah lulus, dia pulang kampung. Dia mendapat sertifikat pelatihan las dari
PSPP Galih Pakuan, dan itu dia jadikan andalan untuk melamar pekerjaan ke banyak
tempat. Ternyata kenyataan yang dihadapi tidak semudah membalikkan telapak
tangan. “Mungkin karena aku tidak punya koneksi atau kenalan,” ujar Rudi.
Rudi tak mau putus asa. “Tak ada rumus dalam hidup ini untuk patah
semangat,” ujarnya. Dia kemudian kerja serabutan. Pernah dia bekerja menjadi
satpam di Jakarta. Setelah nabung dan cukup uang, dia bisa melanjutkan kuliah.
“Setelah kupikir-pikir, dan juga mengobrol dengan keluarga, aku pun memutuskan
untuk melanjutkan kuliah bidang pendidikan. Aku kuliah di STKIP di Majalengka,”
kisahnya.
Setelah lulus kuliah, Rudi diterima menjadi guru. Dia mengajar di sebuah
STM sekitar 7 tahun, bersamaan dengan mengajar di MI (Madrasah Ibtidaiyah).
Setelah ada aturan seorang guru tidak boleh rangkap mengajar di dua sekolah, dan
setelah dia mendapat sertifikasi di MI, dia mengajar hanya di MI.
Sejak kuliah, dia biasa membantu orangtua berjualan soto. Sekarang pun
ketika sudah berkeluarga dan mengajar sebagai guru honor di MI, dia berjualan soto
melanjutkan usaha orang tua.