oleh - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/32036/1/3401413093.pdf · iv pernyataan saya menyatakan bahwa...

52
i Sistem Pengetahuan Kesehatan Tradisional tentang Perawatan Ibu dan Bayi dalam 40 Hari Pertama Pasca Persalinan pada Masyarakat Desa Medini Kecamatan Gajah Kabupaten Demak SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Oleh : Mur Ifatul Miskiyah 3401413093 JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: duongtu

Post on 27-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

Sistem Pengetahuan Kesehatan Tradisional tentang Perawatan Ibu dan Bayi dalam 40 Hari Pertama Pasca Persalinan

pada Masyarakat Desa Medini Kecamatan Gajah Kabupaten Demak

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Oleh :

Mur Ifatul Miskiyah

3401413093

JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

ii

ii

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasilkarya

saya sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini

dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto : � Orang yang hidup adalah orang yang mau berfikir, jika fikirannya tidak

berfungsi maka orang tersebut akan mati. (Wardi)

� Sejatinya hidup ini adalah untuk meraih ridlo Allah. Ridlo Allah dapat diraih

dnegan ridlo orangtua dan suami (bagi perempuan). Surga dan neraka

bukanlah lah tujuan utama, surga tidak diperuntukkan bagi orang yang

memiliki banyak pahala, begitupun dengan nera yang tidak diperuntukan bagi

orang yang banyak dosa. Surga dan neraka diperuntukkan bagi orang yang

mendapat ridho-Nya. (Masruhan)

� Hidup adalah belajar, belajar adalah hidup. Belajar yang sesungguhnya

adalah belajar dari Al-quran. Ketika kau mendahulukan Al-quran, semua

urusanmu akan dimudahkan. Jika kau lalaikan Al-quran, maka urusanmu tak

akan barokah (Mur Ifatul Miskiyah)

Persembahan :

1. Almaruhum Bapak Nur Hasyim yang telah meridloi untuk kuliah hingga

lulus

2. Ibu Izzatul Ma’rifah yang selalu mendoakan dalam setiap denyut nadinya,

dan menjadi penyemangat

3. Adik Labib dan Mbak Zulfah yang selalu menyemangati untuk

menyelesaikan skripsi ini

4. Ayah Moel Abee Rozaq Asy-syabani yang selalu membimbing

5. Dedemit, Afif, Afi, dan Ayu, kawan yang selalu membakar semangat

6. Keluarga PKPT IPNU-IPPNU Unnes dan PC IPNU-IPPNU Kudus serta

santri PP Assabila yang saya rindukan kehangatan cintanya

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem

Pengetahuan Kesehatan Tradisional tentang Perawatan Ibu dan Bayi dalam 40 Hari

Pertama Pasca Persalinan pada Masyarakat Desa Medini Kecamatan Gajah

Kabupaten Demak” dengan baik. Sholawat salam senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW dengan mengharapkan syafaatnya.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini telah mendapatkan

bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan rasa hormat

penulis mengucapkan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi

2. Prof. Dr. Rustono, M.Hum, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi

3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S.Ant, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi dan

Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang sekaligus

dosen wali serta dosen pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan

dan arahan dalam penyusunan skripsi.

4. Dr.scient.med. Fadly Husain, S.Sos., M. Si, Dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

5. Dra. Rini Iswarini, M.Si, Dosen penguji yang telah memberikan bimbingan

Dn arahan dalam penyusunan skripsi.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan

selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

7. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang

telah membantu dalam proses perkuliahan.

vii

8. Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi

ini.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum

mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

viii

SARI

Miskiyah, Mur Ifatul. 2017. Sistem Pengetahuan Kesehatan Tradisional tentang Perawatan Ibu dan Bayi dalam 40 Hari Pertama Pasca Persalinan pada Masyarakat Desa Medini Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Skripsi. Jurusan

Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing I Kuncoro Bayu Prasetya S, Ant., MA. Pembimbing II Dr.scient.med.

Fadly Husain, S.Sos., M.Si.

Kata kunci : Pengetahuan kesehatan tradisional, Perawatan ibu dan bayi, 40 hari pertama

Masyarakat Demak memiliki sistem pengetahuan tradisional untuk menjaga

dan merawat kesehatan. Sistem pengetahuan tersebut juga digunakan dalam

perawatan ibu dan bayi. Keduanya dianggap sebagai makhuk yang rawan terutama

dalam 40 hari pertama pasca persalinan, sehingga diperlukan perawatan khusus.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pandangan masyarakat Desa Medini

mengenai periode 40 hari pertama bayi sebagai masa rawan, (2) Menjelaskan

pengetahuan masyarakat Desa Medini tentang perawatan bayi pada periode 40 hari

pertama kehidupannya, (3) Mengetahui praktek perawataan kesehatan bagi bayi

pada periode 40 hari pertama di masyarakat Medini Kabupaten Demak.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian

berada di Desa Medini, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipan, wawancara, dan

dokumentasi dengan 21 informan. Dalam menguji keabsahan data digunakan

triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknis analisis data dalam penelitian ini

yaitu; reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini

menggunakan teori sistem medis dari Foster dan Anderson serta teori liminalitas

dari Victor Turner.

Hasil penelitian tersebut adalah (1) Masyarakat memandang bahwa masa 40

hari peratama pasca persalinan adalah masa rawan bagi ibu dan bayi. Banyak

gangguan yang datang yang akan memengaruhi kesehatan dan keselamatan keduan

ya. Bayi dianggap sebagai makhluk yang suci sedangkan perempuan pasca

bersalin memiliki bau wangi yang khas yang disukai makhluk gaib. (2) Masyarakat

Desa Medini memiliki pengetahuan kesehatan tardisional yang disebabkan oleh

makhluk gaib berupa sawan dan pengaruh dari lingkungan sekitar. Jika terjadi

penyakit maka akan dideteksi terlebih dahulu sebab dari penyakit tersebut. (3)

Pengetahuan tersebut menghasilkan suatu tindakan perawatan. Perawatan yang

dilakukan pada ibu dan bayi pada masa 40 hari ini terdapat ritus-ritus (rites of passage) untuk melindungi ibu dan bayi pada masa rawan ini.

Saran yang dapat diberikan kepada penelitian yang selanjutnya, data yang

belum diperoleh dalam penelitian ini adalah tentang pengetahuan fisionlogi dukun

bayi dan arti atau kandungan dari setiap bahan dan tanaman yang digunakan dalam

perawatan ibu dan bayi.

ix

ABSTRAC

Miskiyah, Mur Ifatul. 2017. Traditional Health Knowledge System on Maternal and Infant Care in the First 40 Days Postpartum in Medini Village of Gajah District of Demak Regency. Essay. Department of Sociology and Anthropology. Faculty of

Social Science. Semarang State University. Supervisor I Kuncoro Bayu Prasetya S,

Ant., MA. Advisor II Dr.scient.med. Fadly Husain, S.Sos., M.Sc.

Keywords: Traditional health knowledge, mother and baby care, first 40 days

The Demak community has a traditional knowledge system to maintain and

care for health. Such knowledge systems are also used in the care of mothers and

infants. Both are considered vulnerable, especially in the first 40 days after delivery,

so special care is required. This study aims to: (1) Know the views of Medini

villagers about the first 40 days of infancy as a vulnerable period, (2) To explain

the knowledge of Medini Village community about infant care in the first 40 days

of life, (3) to know health care practices for infant the first 40 days in Medini

District of Demak.

This research uses qualitative research method. The research location is

located in Medini Village, Gajah District, Demak District. Technique of data

collecting done by participant observation, interview, and documentation with 21

informant. In testing the validity of data used triangulation of sources and

triangulation techniques. Technical data analysis in this research that is; data

reduction, data presentation, and conclusions. This study uses the medical system

theory of Foster and Anderson and the liminality theory of Victor Turner.

The results of this study are (1) The community considers that the period of

40 days peratama postpartum is a prone period for mother and baby. Many

disturbances come that will affect health and safety both yes. Babies are considered

sacred creatures whereas post-maternal women have a distinctive scent that is

favored by supernatural beings. (2) Medini Village Society has a traditional medical

knowledge caused by supernatural beings in the form of sawan and influence from

the surrounding environment. If there is disease then it will be detected first because

of the disease. (3) Such knowledge results in an act of care. Care performed on

mothers and babies during these 40 days there are rites of passage to protect mothers

and infants in this vulnerable period.

Suggestions that can be given to further research, data that have not been

obtained in this study is about the knowledge of physiology of shaman and the

meaning or content of any materials and plants used in the care of mother and

baby.

x

Daftar Isi

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN KELULUSAN ......... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ................................................................................... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... v

PRAKATA ........................................................................................... vi

SARI ................................................................................................... viii

ABSTRAC ........................................................................................... ix

Daftar isi ............................................................................................... x

Daftar Tabel ........................................................................................ xii

Daftar Gambar .................................................................................... xiv

Daftar Lampiran ................................................................................. xiv

BAB I .................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................................................... 7

C. Tujuan ..................................................................................................................... 7

D. Manfaat ................................................................................................................... 7

E. Pembatasan Istilah .................................................................................................. 8

BAB II ................................................................................................. 12

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ................. 12 A. Kajian Pustaka ...................................................................................................... 12

B. Landasan Teoritik ................................................................................................. 24

C. Kerangka berfikir .................................................................................................. 30

BAB III ................................................................................................ 33

METODE PENELITIAN .................................................................... 33 A. Dasar Penelitian .................................................................................................... 33

B. Lokasi Penelitian ................................................................................................... 34

C. Fokus Penelitian .................................................................................................... 35

D. Sumber Data Penelitian ......................................................................................... 36

E. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 40

F. Validitas Data ........................................................................................................ 44

G. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 47

BAB IV ............................................................................................... 50

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 50 A. Gambaran Umum Desa Medini ............................................................................ 50

xi

B. Pandangan Masyarakat Desa Medini tentang Konsep 40 Hari sebagai Masa

Rawan ........................................................................................................................... 63

C. Pengetahuan Kesehatan Tradisional pada Ibu dan Bayi pada 40 Hari Pertama .... 75

D. Perawatan dalam 40 Hari ...................................................................................... 97

BAB 5 ................................................................................................ 155

PENUTUP ......................................................................................... 155 A. Simpulan ............................................................................................................. 155

B. Saran ................................................................................................................... 156

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 157

xii

Daftar Tabel

Table 1. Daftar Informan Utama Penelitian………………………………….40

Tabel 2. Daftar Informan Kunci Penelitian………………………………….41

Tabel 3. Daftar Profesi/pekerjaan masyarakat Desa Medini Kecamatan Gajah

Kabupaten Demak……………………………………………………………56

Tabel 4. Daftar Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Medini………………58

Tabel 5. Daftar bahan-bahan pembuatan sawanan...........................................90

Tabel 6. Daftar bahan-bahan pembuatan beras sambetan................................92

Tabel 7. Daftar tanaman yang digunakan sebagai tapel dan pupuk...............133

xiv

Daftar Gambar

Gambar 1. Gapura gang Desa Medini……………………………………………54

Gambar 2. Masyarakat saling membantu dalam hajatan puputan bayi………......62

Gambar 3. Obat sawanan bagi bayi........................................................................91

Gambar 4. Obat beras sambetan bagi perempuan pasca bersalin..........................93

Gambar 5. Bobok adem untuk lulur dan bedak……………………………......,.107

Gambar 6. Ibu Nurul diluluri bobok pada seluruh tubuhnya…………………...108

Gambar 7. Ibu Nurul yang menggunkan pakaian khusus jarik dan bengkung serta

diikat kakinya…………………………………………………………………...110

Gambar 8. Jamu khusus ibu bersalin…………………………………………....111

Gambar 9. Jarum dan sawanan yang belum ditumbuk…………………………114

Gambar 10. Posisi duduk diatas kursi Dan kakinya dialasi dengan kayu……....118

Gambar 11. Ibu Riska memandikan bayi……..………………………………...128

Gambar 12. Perlengkapan bayi yang digunakan setelah mandi………………...129

Gambar 13. Bayi dipijat setelah dimandikan…………………………………...130

Gambar 14. Bayi dibedaki dan diganti kassa pada perutnya…………………...131

Gambar 15. Bayi dipupuki daun kemangi……………………………………....132

Gambar 16. Tapel brambang kuci yang sudah ditumbuk………………………133

Gambar 17. Bayi dipakaikan gurita…………………………………………….135

Gambar 18. Bayi yang hendak digedong tangannya diputar 180 derajat……...136

Gambar 19. Bayi digedong dengan bagian lutut diikat kuat…………………...137

Gambar 20. Proses pencukuran rambut bayi…………………………………...139

Gambar 21. Penyiraman rambut yang telah dicukur pada ari-ari………………..140

Gambar 22. Pemijatn byi oleh dukun bayi yaitu Mbah Muntamah…………….141

Gambar 23. Pemakaian gelang dan kendit berisi sawanan pada bayi………….142

Gambar 24. Bayi diputar untuk dicium oleh semua orang yang berjanjinan…...148

Gambar 25. Bancakan selapanan……………………………………………….149

xiv

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Instrumen penelitian untuk dukun bayi………………………...xv

Lampiran 2. Instrument penelitian untuk keluarga bayi……………………...xx

Lampiran 3. Instrumen penelitian untuk bidan……………………………..xxv

Lampiran 4. Instrument penelitian untuk masyarakat……………………...xxvii

Lampiran 5. Glosarium..........………………………………………………xxix

Lampiran 6. Surat ijin penelitian…………………………...…………..…..xxxv

Lampiran 7. Surat keterangan telah melakukan penelitian……………...…xxxvi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demak merupakan bentang wilayah Jawa yang masuk dalam pesisir wetan.

Demak sebagai salah satu daerah kebudayaan Jawa yang terletak di daerah pesisir

utara pulau Jawa di sebelah timur Semarang. Masayarakat Demak sebagaimana

masyarakat jawa pada umumnya juga memiliki kebudayaan. Kebudayaan tersebut

terlihat dalam setiap perilaku dan aktivitas kehidupannya. Hal tersebut juga tampak

dalam permasalahan kesehatan serta sistem perawatan kesehatan yang ada

dimasyarakat.

Kesehatan merupakan bagian integral dari kebudayaan. Manusia mampu

melakukan aktifitas kebudayaan jika dalam keadaan sehat, sehingga dapat dipahami

bahwa kesehatan merupakan elemen penting bagi kebudayaan. Sebaliknya,

kebudayaan juga bisa menjadi pedoman masyarakat dalam memahami kesehatan.

Berdasarkan hal tersebut, memahami masalah kesehatan yang ada di masyarakat

melalui kebudayaan sangat penting dilakukan, karena masalah kesehatan tidak

pernah lepas dari situasi dan kondisi masyarakat dan budayanya (Ahimsa dalam

Yunarti, 2015).

Masyarakat Demak memiliki sistem pengetahuan tradisional untuk menjaga

dan merawat kesehatan. Salah satu sistem pengetahuan tersebut digunakan dalam

perawatan ibu dan bayi. Bayi dalam masyarakat Jawa dianggap sebagai sosok yang

masih suci, kosong, dan rentan akan gaodaan dan gangguan (Geertz, 1983). Kondisi

tersebut dikarenakan bayi sedang menjalani masa transisi,

2

dari kandungan/rahim ke alam dunia. Dalam masa transisi ini bayi harus

beradaptasi dan bersosialisasi dengan dunia barunya. Geertz (1983) menjelaskan

bahwa bayi merupakan makhluk surga, maka bayi harus selalu cantik dan sehat,

dan dengan menyebut nama Allah (mantra) bayi akan terhindar dari segala

penyakit. Artinya, bayi sebagai makhluk surga yang suci sangat rawan akan

penyakit akibat gangguan dari roh-roh jahat untuk mencelakakan sang bayi.

Hari-hari pertama dalam kehidupan bayi juga merupakan masa kritis (Beck,

2017), sehingga bayi sebagai makhluk yang paling rentan diperlukan sistem

perawatan kesehatan khusus untuk melindunginya. Beberapa ritual dan perawatan

khusus diperlukan untuk menajaga kesehatan sang bayi agar terhindar dari hal

buruk. Perempuan pasca persalinan juga memeslukan perawatan ini, karena pada

masa-masa tersebut juga rawan bagi kesehatan dan keselamatannya. Periode pasca

persalinan (6 minggu setelah persalinan) merupakan masa kritis dalam kehidupan

Ibu dan bayi (Beck, 2017). Menurut Moran (2009) masa paska persalinan adalah

periode rentan untuk perempuan dan bayinya. Pasca melahirkan kondisi ibu

melemah dan tidak stabil. Menurut Geertz (1983) perempuan yang melahirkan ini

mengalami suatu penderitaan dan sakit yang luar biasa yang dapat menyebabkan

kematian, sehingga perlu perwatan kesehatan secara khusus untuk memulihkannya.

Perawatan sangat erat kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan,

perawatan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan dan

kesehatan. Perawatan yang dilakukan pada bayi juga bertujan mendapatkan

keselamatan dan kesehatan bayi. Sistem perawatan yang digunakan setiap

3

masyarakat berbeda, hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan budaya masyarakat

itu tinggal. Setiap masyarakat memiliki rasionalitas tersendiri dalam memandang

sakit, penyakit, dan sehat serta cara pengobatan dan perawatan sakit, oleh karena

itu masyarakat memiliki sistem medis tradisonal yang sesuai dengan

kepercayaannya.

Setiap perawatan kesehatan yang dilakukan oleh suatu masyarakat tentu

dipengaruhi oleh pengetahuan mereka mengenai penyakit, mulai dari penyebab,

jenis penyakit hingga cara pengobatannya. Berdasarkan pengetahuan tersebut, akan

menentukan sikap dan tindakan perawatan kesehatan terhadap penyakit yang

diderita. Perawatan kesehatan pada ibu dan bayi juga dilakukan berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Masyarakat Desa Medini memiliki dua

pengetahuan terkait dengan kesehatan yaitu perawatan fisik dan mental yang juga

akan berpengaruh pada kesehatan fisik bayi. Pertama, masyarakat berpandangan

bahwa sumber penyakit datang dari kondisi bayi secara fisik seperti batuk, pilek,

iritasi kulit dan diare, sehingga diperlukan perawatan secara khusus seperti

pemijatan dan pemberian ramuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Kedua, bayi dianggap sebagai sosok yang suci dan rentan akan gangguan, sehingga

diperlukan perwatan khusus untuk menjaga kesehatannya. Bayi yang dianggap suci

akan mendapat banyak gangguan dari makhluk-makhluk gaib, sehingga masyarakat

Desa Medini akan melakukan ritual-ritual, doa-doa untuk melindungi dan

menjauhkan bayi dari gangguan yang akan mempengaruhi kesehatan bayi.

4

Salah satu perawatan yang dilakukan adalah dengan mengadakan acara

selametan dan ritual adat dilakukan untuk menjaga keselamtan sang bayi dari sosok

jahat seperti roh halus dan sebagai harapan dan do’a untuk kehidupan sang bayi

kelak dewasa. Perawatan ini juga dilakukan pada masyarakat Medini, walaupun

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat yang

meninggikan rasionalitas, tetapi masyarakat Medini masih memegang teguh

kepercayaan Kejawen. Contoh perawatan tersebut adalah acara selamatan pertama

yang dilakukan dengan membuat bubur merah putih selepas kelahiran bayi dan

ketika tali pusar telah lepas (puput). Selang sehari setelah persalinan terdapat

selamatan dan doa bersama ibu-ibu tetangga dan sekaligus pemberian nama, acara

ini disebut sebagai upacara krayan atau yang sering disebut upacara brokohan

(Yana, 2012).

Proses persalinan masyarakat Desa Medini akan menggunakan tenaga

medis modern dan dilakukan dirumah bersalin, puskesmas, rumahsakit atau pusat

layanan kesehatan lainnya yang lengkap dengan alat modern dan perlengkapannya.

Hal tersebut dilakukan karena adanya peraturan dari pemerintah dan sanksi yang

cukup berat bagi pelanggarnya. Proses persalianan dan perawatan dalam layanan

medis modern yang telah selesai, kemudian masyarakat menggunakan layanan

medis tradisional untuk perawatan ibu dan bayi dalam jangka waktu yang lebih

lama. Berbanding balik dengan hal tersebut, sebenarnya masyarakat lebih memilih

dan percaya pada dukun bayi sebagai tenaga medis tradisional. Alasannya karena

biaya perwatan dari dukun bayi lebih murah dan perawatan yang dilakukan lebih

intensif dan berangsur sampai 40 hari setelah

4

masa persalianan. Dukun bayi juga memberikan nasehat-nasehat terkait dengan

perawatan kesehataan ibu dan bayi, sehingga masyarakat lebih senang dan tertarik

menggunakan dukun bayi.

Foster dan Anderson (1986) menyatakan bahwa sistem perawatan kesehatan

adalah suatu pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang

setidaknya pasian dan penyembuh. Dukun bayi memiliki peran penting dalam

perawatan ibu dan bayi, dukun dianggap sebagai orang yang ahli dalam merawat

ibu dan bayi dengan berbagai pengalamannya. Dukun juga dianggap memiliki

kemampuan supranatural khusus dalam menangani masalah ibu dan bayi sebagai

anugrah yang diberikan oleh Tuhan, sehingga masyarakat lebih percaya pada dukun

bayi daripada bidan, dokter dan tenaga medis modern lainnya. Ketika proses

persalinan selesai bayi akan segera dibawa pulang dan dirawat dirumah. Sesampai

dirumah ibu dan bayi masih menjadi tanggung jawab bidan sampai tali pusar bayi

lepas, kemudian perawatan dilakukan oleh dukun bayi hingga walik dadah (40 hari

pasca persalinan) dalam interval waktu tertentu.

Masa 40 hari pertama kehidupan seorang bayi merupakan periode yang

sangat penting siklus kehidupan manusia. Menurut Geerts (1983) bayi sebelum 40

hari kulit halusnya sangat sensitif yang memerlukan sentuhan lembut agar tidak

terjadi iritasi. Dalam penelitian lain Adejuyigbe dkk (2015) mengatakan bahwa bayi

yang baru lahir rentan terhadap hipotermia, bahkan di iklim tropis. Bayi yang baru

lahir memiliki luas permukaan tubuh, kulit tipis, sedikit lemak isolasi, dan

mekanisme termoregulasi terbatas dan mudah kewalahan. Bayi yang baru lahir

5

kehilangan empat kali lebih banyak panas per berat badan satuan daripada orang

dewasa.

Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama adalah asuhan pokok yang

diberikan pada bayi yang bertujuan untuk mengotimalkan pertumbuhan dan

perkembangan bayi. (Varney,1997 dalam savemotherhood.blogspot.co.id). Pada

masa tersebut, bayi akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan dengan cepat.

Upaya untuk memaksimalkan perkembangan dan pertumbuhan tersebut dibutuhkan

perawatan khusus yang mampu menyeimbangi. Beck (2017) juga menekankan

bahwa perawatan untuk ibu dan bayi pasca persalinan harus dilakukan dalam 40

hari karena masa tersebut merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi. Masa 40 hari

posisi kandungan ibu masih lemah dan belum memepati posisi semula sehingga

masa ini dianggap sebagai masa rawan bagi ibu. Kandungan yang masih lemah ini

jika tidak rawat dengan baik dapat turun dan keluar (prolapse). Ketika sudah keluar

harus dioprasi untuk dipotong, sehingga ibu tersebut akan mengalami kemandulan.

Masa 40 hari pertama bagi bayi merupakan masa pertama bayi untuk

beradaptasi dengan lingkungan dan daya tahan tubuhnya masih sangat lemah,

sehingga masa ini diangga sebagai masa rawan. Berdasarkan hal tersebut, masa 40

hari pasca persalinan merupakan masa yang rawan sehingga perlu perawatan

khusus bagi ibu dan bayi. Dalam hal ini ibu dan bayi memerlukan tenaga ahli untuk

melakukan perwatan ini, dalam masyarakat Medini perawatan tersebut lebih

banyak dilakukan oleh dukun bayi.

Dukun bayi ternyata memiliki peran tidak hanya terbatas pada pertolongan

persalinan saja tetapi juga meliputi berbagai segi lainnya, seperti

mencucikan baju setelah ibu melahirkan, memandikan bayi selama tali

pusar belum puput atau lepas, memijit ibu setelah melahirkan, memandikan

6

ibu, mencuci rambut ibu setelah 40 hari melahirkan, melakukan upacara

sedekah kepada alam supra-alamiah, dan dapat memberikan ketenangan

pada pasiennya karena segala tindakan-tindakannya dihubungkan dengan

alam supra-alamiah yang menurut kepercayaan orang akan mempengaruhi

kehidupan manusia (Anggorodi, 2009).

Selama 40 hari ibu dan bayi akan dirawat dan dikontrol oleh dukun bayi, hal

ini disebabkan oleh keadaan ibu secara fisik yang masih lemah dan kondisi bayi

yang masih sangat rentan sehingga butuh tenaga ahli untuk perwatannya. Berbagai

sistem pengetahuan dan perawatan tradisional pada bayi dapat berupa tindakan fisik

seperti memandikan, memberi ramuan, menggedong, memijat maupun pemberian

mantra dan do’a-do’a seperti pemakaian jimat, pemberian ramuan, dan

membacakan matra saat mandi atau sakit. Bayi sangat rawan dengan gangguan

terutama terhadap kejutan yang mendadak yang dapat menyebabkan sakit bahkan

kematian (Geertz 1983). Artinya, bayi harus dirawat dengan hati-hati, halus, tidak

emosional, dan ikhlas. Apabila diperlakukan dengan kasar bayi akan terguncang

dan mengalami penurunan psikis yang akan mempermudah gangguan dari roh-roh

jahat terhadapat bayi.

Pada era yang modern ini, masyarakat Desa Medini masih mempercayakan

perwatan bayi pada dukun bayi dengan sistem medis tradisonal. Kepercayaan

masyarakat Jawa akan kekuatan supranatuaral mendorong masyarakat untuk lebih

memilih perawatan bayi secara tradisonal. Kepercayaan tersebut, disebabkan

adanya beberapa penyakit yang tidak terdeteksi oleh medis modern namun pasien

merasa sakit dan butuh perawatan kesehatan. Masyarakat Desa Medini percaya

bahwa berbagai perawatan tersebut akan memiliki dampak yang baik bagi

keselamatan dan kesehatan bayi. Dalam perawatan pada bayi tidak hanya dilakukan

7

pada golongan abangan saja, namun golongan santri dan priyayi yang memiliki

rasionalitas tinggi juga menggunakan sistem ini.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Sistem Pengetahuan Kesehatan Tradisional tentang Perawataan Ibu

dan Bayi dalam 40 Hari Pertama Pasca Persalinan pada Masyarakat Desa Medini

Kecamatan Gajah Kabupaten Demak”

B. Rumusan masalah

1) Mengapa periode 40 hari pertama dipandang sebagaai masa rawan bagi

ibu dan bayi di Desa Medini?

2) Bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Medini tentang perawatan

ibu dan bayi pada periode 40 hari pertama kehidupannya?

3) Bagaimana praktek perawataan kesehatan bagi ibu dan bayi pada

periode 40 hari pertama?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui pandangan mayarakat Desa Medini mengenai

periode 40 hari pertama bayi sebagai masa rawan

2) Untuk menjelaskan pengetahuan masyarakat Desa Medini tentang

perawatan bayi pada periode 40 hari pertama kehidupannya

3) Untuk mengetahui praktek perawataan kesehatan bagi bayi pada periode

40 hari pertama di masyarakat Medini Kabupaten Demak

D. Manfaat

8

Manfaat penelitian ini untuk memahami sistem pengetahuan kesehatan

tradisional tentang perawataan bayi dalam 40 hari pertama dikalangan

masyarakat Desa Medini kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1) Teoritis: untuk menambah literatur kajian kebudayaan masyarakat Jawa

dan studi antropologi kesehatan. Penelitian ini juga dapat dijadikan

bahan pembelajaan dalam pelajaran Antropologi SMA dalam materi

yang berkaitan dengan budaya lokal serta nilai-nilai tradisionalnya dan

proses internalisasi budaya.

2) Praktis: dapat memperkenalkan dan melestarikan budaya Jawa

khusunya terkait dengan sistem perawatan kesehatan tradisional pada

ibu dan bayi. Fenomena perawatan kesehatan ibu dan bayi dapat

dianalisis, sehingga dapat membantu dalam upaya peningkatkan tingkat

kesehatan masyarakat khususnya ibu dan bayi.

E. Batasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan agar ada kesamaan pemahaman terhadap

istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian “Sistem pengetahuan kesehatan

tradisional tentang perawataan ibu dan bayi dalam 40 hari pertama pasca kelahiran

pada masyarakat Desa Medini Kecamatan Gajah Kabupaten Demak”. Istilah yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sistem Pengetahuan Kesehatan Tradisional

9

Sistem pengetahuan kesehatan tradisional memiliki pengertian yang sama

dengan sistem teori penyakit menurut Foster. Foster dan Anderso (1986)

menyatakan bahwa sistem teori penyakit merupakan keperyacaan, ide-ide

konseptual tentang sehat-sakit, sebab-sebab sakit, pengobatan dan teknik

penyembuhan yang digunakan oleh penyembuh dalam suatu masyarakat.

Geetrz (1983) menjelaskan bahwa sistem pengetahuan kesehatan tradisional

adalah pengetahuan tua tentang obat-obat tradisional yang sangat maju.

Resep segala penyakit berupa ramuan yang berasal dari daun-daunan, akar,

dan buah yang ada disekitar tempat tinggalnya. Lebih lanjut Rivers (dalam

Foster dan Anderson, 1986) menjelaskan bahwa sistem pengetahuan

kesehatan tradisional merupakan pranata-pramata sosial yang dipelajari

dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata sosial umumnya dan

bahwa praktek-praktek pengobatan asli adalah rasional bila dilihat dari

sudut pandang kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.

Sistem pengetahuan kesehatan tradisional yang dimaksud adalah

kepercayaan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit berkaitan

dengan sebab-akibat dan cara pengobatan untuk menyembuhkan pasien

yang sakit baik secara personalistik maupun naturalistik. Pengetahuan

tersebut diperoleh dari nenek moyang secara turun temurun.

b. Perawatan ibu dan bayi

Menurut Foster & Anderson (1986) perawatan adalah cara-cara yang

dilakukan oleh masyarakaat untuk merawat orang sakit dan untuk

memenfaatkan pengetahuan tentang penyakit guna menolong pasien.

10

Artinya, perawatan ibu dan bayi adalah upaya/cara-cara dalam mengurus,

memelihara dan menjaga kesehatan serta memulihakan kesehatan ibu dan

bayi.

Perawatan ibu dan bayi yang dimaksud adalah cara-cara masyarakat

dan/atau kerabat untuk mengurus, memeilihara, dan menjaga kesehatan

serta memulihakan kesehatan ibu dan bayi pasca persalinan. Perawatan ibu

dan bayi ini dilakukan pada hari-hari pertama pasca persalinan. Perawatan

disini bukan hanya terbatas pada perawatan secara naturalistik (unsur-unsur

dalam tubuh manusia) namun juga perawatan personalistik (akibat agen-

agen aktif).

c. 40 Hari pertama Pasca Persalinan

40 hari pertama pasca persalinan merupakan periode pasca bersalin (6

minggu pertama) yang merupakan masa kritis bagi kehidupan ibu dan bayi

(Beck, 2017). Dalam medis modern masa neonotus bayi yaitu ketika

berumur 0-28 hari, namun bagi masyarakat Jawa masa neonotus bayi adalah

umur 0-40 hari.

40 hari pertama yang dimaksud adalah masa pasca bersalin mulai hari

pertama sampai hari ke empat puluh secara berurutan dan

berkesinambungan. Dalam masa tersebut bayi memerlukan perawatan

khusus seperti menggedong, menggunakan tapel dengan kain gurita,

pemijatan rutin dan juga pantangan lain yang harus dijaga seperti keluar

rumah, terlalu sering berkontak dengan orang lain, kontak dengan orang

yang pulang dari bepergian dan meletakkan bayi pada waktu surup.

11

d. Masyarakat Demak

Masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

sistem adat istiadat tertentu yang besifat kontinyu dan yang terkait oleh

identitas bersama (Koentjaraningrat, 1984). Masyarakat Demak adalah

sekelompok masyarakat yang tinggal di daerah Demak dan menjalankan

budaya-budaya Demak serta memegang teguh kepercayaan tersebut.

Penulis dalam penelitian ini membatasi pada masyarakat Demak di

kecamatan Gajah dan khussusnya di Desa Medini.

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Pustaka

Dalam memperkuat tema penulisan yang dipilih penulis, penulis

menggunakan rujuakan penelitian terdahulu. Rujukan penelitian yang digunakan

disesuaikan dengan tema penelitian penulis tentang sistem pengetahuan dan

perawatan kesehatan tradisional pada ibu dan bayi dalam 40 hari pertama pasca

persalinan. Rujukan tersebut terkait dengan sistem medis tradisional, sistem

pengetahuan kesehatan tradisional, dan perawatan ibu dan bayi.

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Anggorodi (2009) yang berjudul

Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat Indonesia. Tujuan penelitian

tersebut adalah menemukan cara/strategi untuk membangun cohesive network di

antara para pemuka setempat, masyarakat, dukun dan bidan dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan maternal dan perinatal secara bersama-sama. Penelitian

tersebut menunjukkan bahwa dalam upaya bidang kesehatan masyarakat seperti

peningkatan taraf kesehatan perorangan, pendidikan kesehatan, pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular, dan keluarga berencana harus juga

memperhitungkan pengetahuan-pengetahuan lain mengenai kebiasaan, adat

istiadat, dan tingkat pengetahuan traditional masyarakat setempat. Usaha-usaha

peningkatan kesehatan tersebut harus dilakukan menggunakan pendekatan

antropologi. Sering kali, program kesehatan menemui kegagalan karena dicoba

untuk dijalankan hanya semata-mata dengan berpedoman kepada pertimbangan

teknis medis yang “kaku”. Salah satu program yang belum mencapai sasaran

13

sebagaimana yang diharapkan, adalah pertolongan persalinan, hampir di seluruh

Indonesia masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bayi.

Peran dukun bayi masih sangat terasa dibanding dengan peran bidan desa

dalam persalinan dan perawatan kesehatan ibu dan anak. Beberapa penelitian

tentang dukun bayi yang telah dilakukan Aggorodi, ternyata peranan dukun bayi

tidak hanya terbatas pada pertolongan persalinan saja, tetapi juga meliputi berbagai

segi lainnya, seperti mencucikan baju setelah ibu melahirkan, memandikan bayi

selama tali pusar belum puput atau lepas, memijit ibu setelah melahirkan,

memandikan ibu, mencuci rambut ibu setelah 40 hari melahirkan, melakukan

upacara sedekah kepada alam supra-alamiah, dan dapat memberikan ketenangan

pada pasiennya karena segala tindakan-tindakannya dihubungkan dengan alam

supra-alamiah yang menurut kepercayaan orang akan mempengaruhi kehidupan

manusia. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat lebih memilih dan mempercayakan

persalinan dan perawatan kesehatan ibu dan anak pada dukun bayi. Dalam usaha

peningkatan kesehatan dan keselamatan ibu dan anak maka dilakukan kemitraan

bidan desa dengan dukun bayi dan pendidikan atau kursus pada dukun bayi.

Penelitian Anggorodi lebih menfokuskan pada upaya peningkatan

kesehatan ibu dan anak yang mengambil jalan tengah untuk melakukan kemitraan

antara dukun bayi dan bidan desa. Anggorodi juga lebih menjelaskan peran dukun

yang membantu dalam persalinan dan pasca persalinan termasuk dalam perawatan

dan pemberian fasilitas kesehatan ibu dan bayi. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan penulis, lebih menfokuskan pada sistem pengatahuan kesehatan

tradisional dan perawatan ibu dan bayi yang dilakukan oleh masyarakat dan dukun

14

bayi untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Dukun bayi sebagai salah satu informan

dan pelaku pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang perawatan

tradisional pada ibu dan bayi yang dilakukan dengan bantuan dukun bayi.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Mayasaroh (2013) yang berjudul

Peran Dukun Bayi dalam Penanganan Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Bolo

Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk

mengetahui peran yang dijalankan oleh dukun bayi dan penyebab dukun bayi masih

memiliki peran penting di Desa Bolo. Penelitiaan tersebut menunjukkan bahwa

Dukun bayi selalu membantu wanita pada masa kehamilan, mendampingi wanita

saat bersalin, sampai persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya serta

penanganan setelah masa nifas. Dapat diketahui pula bahwa secara umum peran

dukun bayi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori fungsi, yaitu dalam

fungsi penanganan kesehatan ibu dan anak secara lahiriah dan fungsi non-medis,

yaitu sebagai mediator pasien dengan dunia supranatural. Dalam masyarakat Desa

Bolo terdapat 3 (tiga) orang dukun dengan peran yang berbeda-beda. Peran dukun

bayi yang ada diklasifikasikan menjadi tiga sesuai dengan keahliannya, yaitu:

a) Dukun bayi dengan keahlian merawat wanita pada waktu kehamilan sampai

masa nifas selesai. peran dukun bayi ini dibagi menjadi 3 periode yaitu

masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang meliputi selametan, merawat

tali pusar, memandikan bayi, cukur rambut, pemijatan paska persalinan,

walik dadah, kirim dadah, dan menyunat bayi perempuan.

15

b) Dukun bayi dengan keahlian memijat yang dilakukan pada masa kehamilan

dan pasca melahirkan bagi ibu maupun bayi dalam perawatan kesehatan

c) Dukun bayi dengan keahlian sapeh dan pengobatan gangguan reproduksi

wanita

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada fokus

penelitiannya. Dalam penelitian Mayasaroh, difokuskan pada peran dukun bayi

dalam perawatan kesehatan ibu dan anak dari masa kehamilan, persalinan, hingga

pasca persalinan. Berbeda dengan fokus penelitian yang dilakukan lebih pada

perawatan yang dilakukan dukun pasca persalinan pada ibu dan bayi yang

dikhususkan pada 40 hari pertama. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan

terletak pada sistem perawatan ibu dan bayi yang dilakukan oleh dukun bayi dan

masyarakat, perawatan dilakukan secara sistem naturalistik dan personalistik yang

disebabkan oleh agen aktif.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Suryawati (2007) yang berjudul

Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan, dan Pasca

Persalinan (Studi di Kecamataan Bangsri Kabupaten Jepara). Tujuan penelitian

tersebut adalah untuk mendeskripsikan aspek sosial budaya dalam perawatan

kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Penelitian tersebut menunjukkan

bahwa Bagi masyarakat Jepara kelahiran bayi adalah suatu peristiwa yang perlu

dirayakan dengan upacara tertentu. Masyarakat Kabupaten Jepara yang mayoritas

beragama Islam biasa melakukan serangkaian acara mulai dari pembacaan adzan

pada telinga kanan bayi sesaat setelah kelahirannya, dilanjutkan dengan pencucian

plasenta bayi atau ari-ari, diberi doa dan dan dimasukkan dalam wadah tertutup dari

16

tanah liat dan diberi kembang telon (bunga tiga warna) dan dikuburkan di depan

rumah/ teras serta diterangi sentir/ teplok (lampu minyak) pada malam hari. Setelah

itu dilakukan upacara krayanan atau brokohan atau selapanan yaitu upacara pada

saat bayi berusia 35 hari untuk memberi nama bayi dengan cara berdoa bersama

dan bancakan atau selamatan dengan nasi urap / sego gudangan rambanan reno pitu.

Bersamaan dengan upacara krayanan tersebut juga diadakan upacara adat walikan

atau resikan. Upacara ini lebih ditujukan untuk ibu bayi karena sudah selesai

menjalani masa nifas dan siap untuk melayani suaminya kembali. Pada saat

selamatan itu si ibu dirias secantik mungkin. Kehadiran dukun bayi pada acara ini

sangat penting, terutama bila mereka yang menolong kelahiran bayinya.

Tradisi budaya Jawa seperti minum jamu, pantang makanan tertentu, pijat

untuk kebugaran ibu setelah melahirkan juga masih mereka jalankan. Pantangan

lain terkait perilaku yang kurang mendukung selama masa nifas yaitu pantang

makanan tertentu yang lebih dikaitkan dengan bayi antara lain agar Air Susu Ibu

(ASI) tidak berbau amis antara lain daging dan ikan laut. Kebiasaan kurang baik

lainnya yang masih ada yaitu bayi digedhong atau membungkus bayi dengan jarik

(kain batik pelengkap busana kebaya) agar bayi hangat dan diam. Apabila hal

tersebut dilakukan terus menerus akan berpengaruh pada aktivitas bayi dan

pertumbuhan tulangnya

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada fokus yang

diangkat, dalam penelitian diatas berfokus pada praktik perawatan ibu dan yang

dilakukan mulai dari kehamilan, persalianan, hingga pasca persalinan. Penelitian

yang dilakukan lebih berfokus pada perwatan yang dilakukan pasca persalinan pada

17

ibu dan bayi dalam 40 hari pertama kelahiran. Perbedaan lain juga terletak pada

metode yang digunakan, penelian tersebut menggunakan metode kuantitatif, namun

dalam penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sama-sama

membahas perawatan berdasarkan sistem pengetahuan dan sistem perawatan

kesehatan tradisional pada ibu dan bayi.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Yunarti (2015) yang berjudul

Sistem Pengetahuan Nelayan terhadap Kesehatan Ibu dan Anak di Nagari Pasar

Lama Muara Air Haji, Kecamatan Lingso Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sistem pengetahuan

masyarakat nelayan terhadap kesehatan ibu dan anak di Nagari Pasar Lama Muara

Air Haji, Kecamatan Linggosari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil

penelitian tersebut menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan para ibu dalam

masalah kesehatan ibu dan anak sudah cukup tinggi. Tingginya tingkat

pengetahuan dan didukung oleh tingkat partisipasi masyarakat berkaitan dengan

peran para bidan dan kader kesehatan yang ada di Posyandu-Posyandu. Perilaku

kesehatan masyarakat terutama perawatan kehamilan ibu dan perawatan anak sudah

mulai baik. Sebagian besar para ibu di nagari Pasar Lama Muara Air Haji sudah

merawat kehamilan seperti yang dianjurkan kesehatan modern melalui pendidikan

yang diberikan bidan desa dan bantuan kader kesehatan. Sebagian besar ibu-ibu di

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji tidak ada lagi yang melahirkan ke dukun.

Masyarakat hanya pergi ke dukun urut untuk mengurut kandungannya dengan

tujuan untuk memperbaiki letak janin agar mudah melahirkan.

18

Kondisi pelayanan kesehatan yang sudah modern sebagai bagian kehidupan

kesehatan masyarakat ini dalam merawat kesehatannya, tetapi pengobatan

tradisional masih dianggap perlu terutama mengobati penyakit- penyakit yang

berbau supranatural, seperti penyakit tasapo. Dalam pengobatan tersebut dipastikan

memerlukan peran seorang dukun tradisional.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada fokus

permasalahannya. Dalam penelitian tersebut berfokus pada pengetahuan

masyarakat nelayan terhadap kesehatan ibu dan anak mulai masa kehamilan,

persalinan hingga pasca persalinan. Berbeda dengan penilitan yang dilakukan, lebih

berfokus pada pengetahuan serta proses perawatan yang dilakukan oleh masyarakat

petani terhadap kesehatan ibu dan anak hanya pada masa pasca persalinan.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti sistem

kesehatan ibu dan bayi.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Moran dkk (2009) yang berjudul

Newborn Care Practices among Slum Dwellers in Dhaka, Bangladesh atau praktek

perawatan bayi baru lahir di antara penghuni kawasan kumuh di Dhaka,

Bangladesh. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menjelaskan praktek-praktek

perawatan bayi baru lahir dan memberikan rekomendasi program peningkatkan

kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak di daerah kumuh perkotaan di Bangladesh

Dalam penelitian tersebut dapat dilihat bahwa praktek perawatan bayi yang terjadi

di Dhaka, Banglades mirip dengan perawatan bayi yang ada di Pedesaan Asia

Tenggara. Masa pasca persalinan adalah periode rentan untuk perempuan dan

bayinya. Manajemen yang tepat dari pengeluaran plasenta atau tahap III persalinan

19

sangat penting untuk mencegah perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu

di Bangladesh. Pada saat yang sama, bayi harus tetap hangat dan kering untuk

mencegah hipotermia dan infeksi, dua penyebab utama kematian neonatal.

Studi ini menjelaskan, tali pusar akan dipotong setelah plesenta keluar.

Mayoritas wanita di Banglades mengikat tali di dua tempat dan menggunakan pisau

steril untuk memotong tali pusat setelah plasenta keluar. Bayi kemudian segera

dimandikan setelah lahir untuk membersihkan dari kotoran selama proses

kelahiran. Beberapa ibu juga tidak menginginkan bayi untuk dimandikan segera

setelah lahir, bayi dimandikan setalah 3-5 hari setelah kelahiran atau setelah tali

pusar putus atau lepas. Bayi dimandikan pada waktu tersebut dikerenakan untuk

menjaga kehangatan bayi.

Dalam perawatan tali pusat juga diperlukan pijat dan/atau menambahkan

ramuan zat pada puntung tali pusat, serta berbagai praktik untuk menjaga hangat

bayi. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa perempuan Bangledes tidak segera

memberikan ASI pada bayi. Pertama bayi diberikan air manis, madu dan/atau

makanan lain selain ASI. Pada hari ketiga atau lebih bayi baru diberi ASI secara

ekslusif.

Perbedaan dengan penelitan yang dilakukan terletak pada fokus perawatan

bayi. Dalam penelitian Moran lebih menfokuskan pada perawatan tali pusar, mandi

pasca kelahiran dalam menjaga perawatan bayi, sedangkan dalam penelitian yang

dilakukan lebih luas lagi dari penelitian tersebut. Penulis melihat semua perawatan

yang akan dilakukan pada bayi pada 40 hari pertama kelahirannnya. Dalam

penelitian yang dilakukan juga melibatkan/memperhatiakn perawatan bagi ibu

20

pasca melahirkan. Perbedaan lain juga terdapat pada metode penelitian, dalam

penelitian di atas menggunakan dua metode yaitu kuantitatif dan kualitatif, namun

dalam penelitian yang akan dilakukan hanya menggunakan metode kualitatif.

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan dalah sam-sama

menfokuskan pada perawatan bayi baru lahir secara tradisional.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Adejuyigbe dkk (2015) yang

berjudul Why not bathe the baby today? : A qualitative study of thermal care beliefs

and practices in four African sites. Tujuan dari penelitian tersebut adalah

mendeskripsikan keyakinan dan praktik yang berhubungan dengan perawatan

termal neonatal di tiga negara Afrika serta menjelaskan faktor-faktor yang

menghambat atau memfasilitasi praktek perawatan yang tepat yang sesuai dengan

konteks kebudayaan lokal. Dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa

perawawatan yang dilakukan pertama ketika bayi lahir di Afrika; Nigeria, Tanzania

dan Ethiopia. Bayi yang baru lahir sedang mengalami masa transisi dimana dalam

kandungan/rahim ibu suhu tubuhnya hangat sehingga bayi terbiasa dengan keadaan

yang hangat. Bayi yang baru lahir sangat rentan terhadap hipotermia, bahkan pada

iklim tropis. Bayi yang baru lahir memiliki luas permukaan tubuh, kulit tipis, sedikit

lemak isolasi, dan mekanisme termoregulasi terbatas dan mudah kewalahan. Bayi

yang baru lahir kehilangan empat kali lebih banyak panas per berat badan satuan

daripada orang dewasa.

Perawatan pertama yang dilakukan adalah dengan menjaga kehangatan

suhu tubuh bayi yang baru lahir. Dalam upaya menghangatkan bayi rekomendasi

untuk perawatan pada minggu pertama kehidupan termasuk meningkatkan praktek

21

perawatan termal seperti pengeringan dan pembungkus, kontak kulit ke kulit,

menyusui segera dan menunda mandi. Beberapa daerah di Negara Nigeria,

Tanzania dan Ethiopia bayi yang baru lahir tidak dibiarkan atau dikeringkan

terlebih dahulu dan menunda mandi pertamanya, namun mereka menyegerakan

mandi pertama bayi dengan alasan untuk menjaga kebersihan diri bayi itu sendiri.

Walaupun demikian, mereka tetap menjaga kehangatan sang bayi dengan

memandikan bayi dengan air hangat dan diletakkan di bagian rumah yang dalam

atau bahkan yang belakang untuk didekatkan dengan api penghangat.

Perbedaan dengan penelitan yang dilakukan terletak pada fokus perawatan

bayi. Dalam penelitian Adejuyigbe lebih menfokuskan pada tata cara mandi dan

waktu memandikan bayi pasca kelahiran sebagai upaya menjaga kehangatan bayi,

sedangkan dalam penelitian yang dilakukan lebih luas lagi dari penelitian tersebut.

Penulis melihat semua perawatan yang akan dilakukan pada ibu dan bayi pada 40

hari pertama kelahirannnya. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang

akan dilakukan adalah sama-sama menfokuskan pada perawatan bayi baru lahir

berdasarkan pengetahuan kesehatan tradisional setempat.

Ketujuh penelitian yang dilakukan oleh Agus dkk (2012) tentang Rural

Indonesia Women’s Traditional Beliefs about Antenatal Care. Tujuan dari

penelitian tersebut adalah untuk menggambarkan persepsi perempuan tentang

masalah yang berkaitan dengan kepercayaan tradisional selama kehamilan di

daerah pedesaan Indonesia. Termasuk alasan perempuan untuk menggunakan atau

tidak menggunakan layanan perawatan kesehatan selama kehamilan. Persepsi

perempuan ditafsirkan dalam konteks kepercayaan tradisional terkait dengan

22

pandangan tentang kehamilan dan perawatan kesehatan. Dalam penelitian tersebut

mejelaskan bahwa keyakinan perempuan Indonesia didasarkan pada agama dan

tradisi budaya setempat, sehingga sulit untuk melawan praktik kesehatan lama dan

merubah praktik berdasarkan kemajuan terbaru dalam perawatan kesehatan.

Penggunaan dukun bayi di desa ini masih dominan dan lebih dipercayai oleh

perempuan atas saran kerabat, hal tersebut dikarenakan dukun bayi memahami adat

istiadat setempat. Berbeda dengan bidan sebagai tenaga medis modern biasanya

berasal dari atau yang berpendidikan, ia memiliki perspektif yang berbeda,

sehingga sering gagal memahami makna dari praktek-praktek tradisional yang

memiliki pengetahuan tentang kepercayaan tradisional.

Dalam persalinan perempuan lebih memilih menggunakan jasa dukun bayi

daripada bidan dalam membantu persalinan. Masyarakat beranggapan bahwa dukun

bayi lebih bersabar dan menunggu proses persalinan secara alami. Dukun bayi atau

yang sering disebut Paraji ini juga bertanggung jawab untuk merawat tali pusat dan

memandikan bayi yang baru lahir. Perempuan menjelaskann bahwa Paraji tinggal

pada komunitas mereka dan mereka telah dikenal Paraji sejak mereka masih muda

dan memiliki hubungan yang baik. Sebaliknya bidang hanya bersedia selama proses

dan tidak bisa membantu masyarakat dalam proses persalinan dan perawatan bayi

seperti yang dilakukan Paraji. Walaupun demikian, terdapat beberapa perempuan

yang lebih percaya pada bidan dari pada dukun bayi. Mereka menganggap bahwa

yang dilakukan Paraji terkadang aneh dan tidak rasioanal bahka tidak menjaga

kebersihan, sedangkan bidan dianggap lebih banyak membantu dan perawatannya

yang dilakukan lebih baik, sehingga mereka merasa lebih nyaman.

23

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada fokus

penelitian. Penelitian terebut berfokus pada kepercayaan perempuan terhadap adat

budaya lokal yang mendorong mereka untuk menggunakan jasa dukun bayi dalam

proses perawatan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan, berfokus pada pengetahuan masyarakat yang

dipengaruhi oleh kepercayaan budaya lokal dalam perawataan ibu dan bayi.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan berada pada metode penelitian yaitu

sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan observasi partisipatoris dan

wawancara mendalam. Topik penelitian diatas juga bersinggungan dengan

penelitian yang dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang pengetahuan

perawatan ibu dan bayi.

Kedelapan, penelitian yang dilakukan Byrne dkk (2016) di Kenya yang

berjudul Community And Provider Perceptions Of Traditional And Skilled Birth

Attendants Providing Maternal Health Care For Pastoralist Communities In

Kenya. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat

tentang peran dukun bayi dan bidan yang dalam praktek perawatan pada masyarakat

peternakan di Laikipia dan Samburu, Kenya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

dijelaskan bahwa dukun bayi memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga

dan penyedia layanan kesehatan bagi ibu dan bayi. Masyarakat Kenya yang masih

tradisional lebih percaya pada dukun dari pada tenaga medis lain yaitu bidan.

Dukun dengan keahlian dan keterampilan serta pengetahuan tradisonal yang

dimiliki mampu melakukan perwatan baik pada bayi maupun ibu yang akan

meningkatkan kesehatan keduanya. Dukun bayi memiliki kedekatan emosional

24

dengan masyarakat sehingga hubungan terjalin tidak kaku sehingga masyarakat

akan lebih nyaman. Berbeda dengan bidan yang kurang memiliki kedekatan dengan

masyarakat, sehingga hubungan yang terjalin adalah hubungan formal yang kaku.

Dalam penelitian ini lebih menfokuskan pada peran dukun bayi dan bidan

dalam perawatan dan peningkatan kesehatan ibu dan bayi selama masa kehamilan,

persalinan hingga pasca persalinan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

lebih menfokuskan pada sistem pengetahuan dan perawatan yang dilakukan oleh

dukun bayi dan keluarga untuk kesehatan ibu dan bayi. Penelitian tersebut juga

memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan, sama-sama membahas

tentang perawatan ibu dan bayi secara tradisional.

Sistem perawatan ibu dan bayi melihat bagaimana cara perawatan ibu dan

bayi untuk menjaga dan melindungi kesehatan ibu dan bayi dari berbagai gangguan

oleh masyarakat Demak. Perawatan ibu dan bayi bukan hanya dilakukan oleh

dukun bayi tetapi juga keluarga dan kerabat terdekat seperti ayah, ibu, mertua,

kakek, nenek juga kerabat dekat. Penelitian yang dilakukan menfokuskan pada

pengetahuan tentang perawatan pada ibu dan bayi dalam 40 hari pertama kelahiran.

Objek dari kajian adalah ibu dan bayi dengan berbagai perwatan yang dijalaninya

yang akan berdampak pada kesehatannya.

B. Landasan Teoritik

1. Teori Sistem Medis Foster dan Anderson

Teori yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian adalah teori

sistem medis dari Foster dan Anderson (1986). Alasan peneliti menggunakan teori

ini adalah karena peneliti ingin melihat bagaimana sistem pengetahuan kesehatan

25

tradisional masyarakat Medini dalam perawatan bayi yang berpengaruh dan

berdampak pada kesehatan ibu dan bayi. Sistem perawatan tersebut merupakan

salah satu dari bagian sistem medis. Sistem perawatan juga dilakukan untuk

memulihkan dan meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan kepercayaan dan

pengetahuan medis yang ketahui berdasarkan pengalaman atau adat yang kebiasaan

masyarakat Medini itu sendiri.

Menurut Fastor dan Anderson dalam bukunya yang berjudul Antropologi

kesehatan menyatakan bahwa sistem medis merupakan segala kepercayaan tentang

usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun

keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut (Foster

& Anderson, 1986). Dunn juga menjelaskan bahwa sistem medis adalah pola-pola

dari pranata sosial dan tradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja

dilakukan untuk meningkatkan kesehatan meskipun hasil tingkah laku tersebut

belum tentu baik (dalam Foster & Anderson:1986).

Foster dan Anderson (1986) membedakan Penyakit secara medis (disease)

dan sakit berdasarkan konsep kebudayaan (illness). Disease merupakan sakit yang

disebabkan oleh kuman dan virus-virus yang menyebabkan disfungsi pada salah

satu atau beberapa bagian anggota tubuh. Berbeda dengan disease, illness

merupakan sebuah pengakuan sosial bahwa seseorang tidak mampu menjalankan

peran sosialnya. Disease akan menjadi penting apabila dianggap dan diidentifikasi

oleh masyarakat sebagai penyakit (illness) yang nampak dan megancam individu

yang bersangkutan.

26

Foster dan Anderson (1986) membagi sistem medis menjadi dua yaitu

sistem teori penyakit dan sistem perawatan kesehatan.

a. Sistem teori penyakit

Menurut Foster dan Anderson (1986) Sistem teori penyakit meliputi

kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat serta pengobatan dan teknik-

teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter. Sistem teori penyakit

merupakan ide-ide konseptual tentang sehat-sakit, sebab-sebab sakit, pengobatan

dan teknik penyembuhan yang digunakan oleh penyembuh. Dalam hal ini sistem

teori penyakit melihat sakit secara rasional dan logis yang menerapkan konsep

sebab-akibat. Sakit bukanlah hal yang tiba-tiba dan irasional namun terjadi

berdasarkan suatu kejadian tertentu sebagai penyebab yang akan mengakibatkan

fenomena sakit. Ketika penyebab sakit telah diketahui maka akan diketahui pula

upaya penyembuhnya. Lebih lanjut lagi Foster dan Anderson menjelaskan bahwa:

“Sistem teori penyakit berkenaan dengan kausalitas, penjelasan yang

diberikan oleh penduduk mengenai hilangnya kesehatan, dan penjelasan

mengenai melanggaran tabu, mengenai pencurian jiwa orang mengenai

gangguan keseimbangan antara unsur dingin-panas dalam tubuh atau

kegagalan pertahanan immunologi organ manusia terhadap agen-agen

patogen seperti kuman dan virus-virus. Dengan demikian istem teori

peanyakit merupakan ide konseptual atau suatu konstruk intelektual bagian

dari orientasi kognitif masyarakat anggota-anggota kelompok (Foster &

Anderson 1986: 46).”

b. Sistem perawatan kesehatan

Sistem perawatan kesehatan memperhatikann tentang cara-cara yang

dilakukan oleh berbagai masyarakaat untuk merawat orang sakit dan untuk

memenfaatkan pengetahuan tentang penyakit untuk menolong pasien. Dengan

demikian, sistem perawatan kesehatan berkenaan deangan pranata-pranata sosial

27

yang melibatkan interaksi beberapa orang dalam upaya perawatan pasien (Foster&

Anderson, 1986). Sistem perawatan kesehatan sangat erat kaitannya dengan sistem

teori penyakit dan atau sistem penyebab penyakit. Berdasatkan sistem teori

penyakit dan penyebab penyakit yang didiagnosa akan menentukan sikap dan

tinadakan perawatan kesehatan terhadap pasien.

Kedua bagian sistem medis tersebut merupakan satu kesatuan yang saling

melengkapi. Sistem teori penyakit merupakan ide, pengetahuan, atau pemahaman

dasar yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang tentang sehat dan sakit

berdasarkan konsep rasionalitas sebab-akibat. Tidak terlepas dari teori penyakit,

Sistem perawatan kesehatan merupakan tidakan yang dilakukan berdasarkan ide

dan pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki tersebut. Berdasarkan pengetahuan

yang dimiliki akan memunculkan sebuah tindakan perawaan dan langkah-langkah

penyembuhan dalam mewujudkan atau mengaplikasikan pengetahuan tersebut.

Lifawati (2015) menambahkan bahwa sistem teori penyakit tersebut

merupakan pengetahuan awal seorang individu untuk mengambil berbagai langkah

dalam proses perawatan kesehatan dalam menyembuhkan sakit. Tidak jauh berbeda

dengan teori penyakit, sistem perawatan kesehatan lebih mengarah kepada langkah-

langkah yang dilakukan seseorang dalam upaya menyembuhkan sakit seperti dokter

yang menyembuhkan pasiennya.

2. Teori Liminalitas Victor Turner

Dalam peneitian ini selain dianalisis menggunakan teori sistem medis dari

foster dan Anderson juga dianalisis menggunkan teori liminalitas dari Victor

Turner. Sumbangan utama dari Victor Turner terletak pada usaha pemahaman

28

ekspresi agama yang berupa konsep mengenai proses yang ada dalam upacara.

Konsepnya mengenai liminalitas sebagai suatu jembatan penghubung; yaitu yang

tidak berstruktur, bersifat transisi, dan merupakan suatu tingkat atau fase tanpa

klasifikasi, merupakan pencerminan dari pandangannya mengenai upacara dan

agama sebagai suatu sistem yang bersifat formatif dan reflektif. Dalam fase

liminalitas, upacara yang mendasari suatu proses transformasi secara bersamaan

mengabsahkan kembali kategori-kategori lama yang bersifat struktural dan yang

sementara itu juga berfungsi sebagai “pusat kekuatan pendorong bagi berbagai

kegiatan” bagi penciptaan bentuk-bentuk baru dari konsep-konsep yang bersifat

struktural (Adiwijaya dalam antropologiui.wordpress.com).

Ritual menurut Victor Turner adalah suatu bentuk perilaku keagamaan yang

masih berbentuk dramatis, sehingga ketika dilaksanakan membawa para peserta

kedalam hubungan vital dengan realitas transenden. Simbol mampu membentuk

perilaku ritual yang lebih kecil yang ditandai dengan seremonial (upacara) dan

ritual (tata caranya) yang dapat mengalami peralihan dan hubungan dengan keadaan

baru, sehingga dapat membentuk struktur komunitas yang liminal (Winangun,

1990).

Upacara pemisahan diartikan sebagai upacara yang diadakan sebagai tanda

adanya pemisahan dengan dunia sebelumnya. Subjek ritual dipisahkan dari dunia

fenomenal yang ada, kemudian masuk ke dalam dunia yang lain, sehingga dapat

membedakan antara situasi yang satu dengan situasi yang lain. Upacara itu sendiri

mencerminkan adanya suatu keterpisahan itu, sehingga nampak suatu keterpisahan

29

yang nyata. Menurut Victor Turner (dalam Winangun, 1990), tahap dalam ritus

peralihan yaitu :

1) Tahap pemisahan diartikan sebagai suatu peralihan dari dunia fenomenal ke

dalam dunia yang “sakral”. Subjek ritual dipisahkan dari masyarakat sehari-

hari, dunia yang terbedakan. Ada pemisahan dari alam profan ke alam yang

sakral, dialami persiapan memasuki tahap berikutnya.

2) Tahap Liminal diartikan sebagai tahap subjek ritual mengalami suatu

keadaan yang lain dengan dunia yang fenomenal. subek mengalami keadaan

di tengah-tengah. Dalam tahap liminal itu subjek ritual dihadapkan pada

dirinya sendiri sebagai kenyataan yang harus diolah dan menyadari akan

kehidupannya secara mendalam bukan hanya karena dia mengalami lebih

kritis terhadap pengalamannya, tetapi juga karena di sinilah manusia

mengalami tahap refleksi formatif.

3) Tahap Reaggregation (pengintegrasian kembali) dialami subjek ritual untuk

dipersatukan kembali dengan masyarakat hidup sehari-hari. Subjek ritual

telah mendapatkan nilai-nilai baru yang diperoleh melalui hidupnya dalam

masa liminal. Subjek telah memiliki pengalaman mendasar bagi manusia

karena dia telah menyadari diri sebagai orang yang mampu berdiri sendiri

dan oleh masyarakat telah mendapat tempat dan kedudukan serta status

sesuai dengan maksud ritus diadakan. Setelah tahap pengintegrasian

kembali subjek ritual masuk kembali ke dalam masyarakat (societas) sehari-

hari yang biasa dan akan berarti juga perubahan status. Tidak hanya status,

30

melainkan juga pandangan-pandangan yang dimilikinya juga berubah.

(Winangun, 1990:36).

Kedua teori tersebut digunakan untuk menganlisis data yang diperoleh dari

lapangan. Sehingga dapat melihat bagaimana sistem pengetahuan kesehatan

tradisional dan perawatan kesehatan ibu dan bayi selama 40 hari pertama pasca

persalinan yang dilakukan masyarakat Medini yang akan memberikan pengaruh

dan dampak bagi kesehatan ibu dan bayi. Penulis dengan proses analisis yang tajam

dan mendalam pada sistem medis yang ada di Desa Medini Kabupaten Demak

khususnya dalam sistem pengetahuan kesehatan tradisional dan perwatan kesehatan

ibu dan bayi sehingga dapat menjadikan kajian ini relevan dan ilmiah.

C. Kerangka berfikir

Kerangka berfikir merupakan bagian yang memaparkan dan

menggambarkan secara singkat alur pikiran dari skripsi. Kerangka berfikir akan

membantu untuk mengarahakan dan melihat alur skripsi. Kerangka berfikir berikut

menjelaskan bagaimana sistem pengetahuan kesehatan tradisionl dan perawatan ibu

dan bayi pada 40 hari pertama kehidupannya. Berikut merupakan gambaran alur

atau kerangka berfikir penulis.

D.

Sistem pengetahuan dan

perawatan kesehatan tradisional

pada ibu dan bayi dalam 40 hari

pertama kelahiran

Masyarakat

Desa Medini

Keluarga, kerabat,

dan masyarakat

Dukun bayi

31

E.

F.

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut penelitian ini akan menjelaskan

keadaan masyarakat Medini yang berada dalam era globalisasi nan modern ini tetap

menggunakan sistem perawatan pada bayi untuk menjaga dan meningkatkan

kesehatan ibu dan bayi pada 40 hari pertama kehidupannya. Masa 40 hari pasca

persalinan merupakan masa yang rentan bagi ibu dan bayi karena sistem imunnya

yang masih lemah sehingga diperlakukan perawatan khusus. Masa ini disebut juga

masa liminal ibu dan bayi, pada masa ini ibu mengalami perubahan dari masa

kehamilan menuju ibu yang memiliki anak. Sama halnya dengan ibu, bayi

merupakan masa transisi dari alam kandungan ke alam dunia, sehingga pada 40 hari

Sistem perawatan

kesehatan

Sistem teori

penyakit

SISTEM MEDIS

(Foster dan Anderson)

t i Sistem per

Alasan masyarakat

meyakini Periode 40 hari

pertama sebagai masa

rawan bagi ibu dan bayi

Pengetahuan

kesehatan masyarakat

tentang perawatan

ibu dan bayi

Praktek perawatan

kesehatan ibu dan

bayi pada 40 hari

pertama

LIMINALITAS

(Victor Turner)

Pra

Liminal Liminal Post

Liminal

32

pertama ibu dan bayi sangat rentan, dan pada masa tersebut indikasi terjadi

kematian bayi sangat tinggi. Pada masa transisi ini ibu dan bayi akan melakukan

berbagai ritual dan perawatan sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat

untuk menyiapkan dirinya sebagai individu yang sesungguhnya. Banyaknya ritual

dan perawatan yang dilakuan mengharusnya keterlibatan banyak orang, tidak hanya

orangtua dan kerabat dekat dari bayi tetapi juga orang yang ahli dalam bidang

perawatn bayi. Masyarakat Medini memercayai dukun bayi sebagai tenaga

medisnya atau tenaga ahli.

Masyarakat Desa Medini memiliki sistem medis tradisional untuk menjaga

kesehatan dan keselamat ibu dan bayi. Berdasarkan sistem medis tersebut Foster

dan Anderson membagi menjadi dua yaitu sistem teori penyakit yang terkait dengan

sistem pengetahuan dan sistem perawatan kesehatan yang terkait dengan tindakan

perawatan. Masyarakat Medini memliki pengetahuan berdasarkan budaya lokal

dalam menentukan sakit/penyakit dan penawar/obatnya. Pengetahuan ini akan

mempengaruhi tindakan sosial bagi orang terdekat pasien untuk melakukan

perawatan. Berdasarkan fenomena tersebut penulis akan mengkajinya

menggunakan teori Sistem medis dari Foster dan Anderon dan teori liminlitas dari

Victor Turner.

155

BAB 5

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terkait

dengan sistem pengetahuan kesehatan tradisional tentang perawatan ibu dan

bayi dalam 40 hari pertama pasca persalinan pada masyarakat Desa Medini

Kecamatan Gajah Kabupaten Demak, dapat disimpulkan bahwa

1. Periode 40 hari pertama kehidupan bayi dipandang sebagai masa

rawa bagi ibu dan bayi di Desa Medini, dikarenakan periode tersebut

merupakan periode transisi antara alam kandungan dengan alam

kehidupan nyata. Periode tersebut dipandang penuh dnegan

kerawanan dan dianggap sebagai masa krisis, karena kondisi bayi

yang sangat lemah dan gangguan dari makhluk gaib

2. Pengetahuan masyarakat Desa Medini tentang perawatan ibu dan

bayi pada periode awal kehidupannya dilandasi oleh metode titen

dan merupakan kombinasi dari etiologi naturalistik dan

personalistik. Pengetahuan tentang perawatan tersebut ditujukan

untuk memastikan ibu dan bayi dapat melewati masa transisi atau

liminal dengan selamat.

3. Praktik perawatan kesehatan bagi ibu dan bayi pada periode 40 hari

pertama di Desa Medini mengacu pada sistem pengetahuan

kesehatan yang dimiliki. Pengetahuan personalistik dipraktekkan

dalam bentuk ritual sebagai upaya agar ibu dan bayi mampu melalui

156

proses krisis/liminal. Adapun pengetahuan naturalistik dipraktikkan

dalam penggunaan tanaman disekitar tempat tinggal sebagai ramuan

obat dalam perawatan kesehatan ibu dan bayi.

B. Saran

1. Bagi masyarakat, masih melakukan perawatan sesuai pengetahuan

tradisional dan berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggrakan

pemerintah desa yaitu sekolah ibu hamil dan ibu balita yang

dilaksanakan sebulan sekali untuk menambah pengatahuan dan mampu

melakukan perawatan yang baik dan benar.

2. Bagi tenaga medis terutama bidan mendampingi dan memberikan

pelatihan pada masyarakat dan dukun bayi sebagai tenaga medis

tradisional dalam merawat ibu dan bayi.

3. Bagi pemerintah, memberikan layanan dan fasilitas guna meningkatkan

kesehatan ibu dan bayi dengan memahami tradisi dan budaya

masyarakat setempat.

4. Bagi penelitian selanjutnya, data yang belum diperoleh dalam penelitian

ini adalah tentang pengetahuan fisiologi dukun bayi dan arti atau

kandungan dari setiap bahan dan tanaman yang digunakan dalam

perawatan ibu dan bayi.

157

DAFTAR PUSTAKA

Adejuyigbe, Ebunoluwa Aderonke. dkk. 2015.Why not bathe the baby today?: A qualitative study of thermal care beliefs and practices in four African s ites. Dalam BMC Pediatrics. Vol 15. No. 156. Hal. 1-7

Agus, Yenita. dkk. 2012. Rural Indonesia Women’s Traditional Beliefs about

Anatenatal Care. Dalam BMC Research. Vol. 5. No. 589. Hal. 1-8

Anggorodi, Rina. 2009. Dukun Bayi Dalam Persalinan Oleh Masyarakat

Indonesia. Dalam Makara Kesehatan. Vol. 1. No. 1. Hal. 9-14

Beck, Diana.. Perawatan Ibu Sehat dan Bayi Sehat. Mother Care. United States Agency For International Development (Usaid) (diakses pada hari rabu, 25

januari 2017 pukul 14:54 wib)

Byrne, Abbey. dkk. 2016. Community And Provider Perceptions Of Traditional And Skilled Birth Attendants Providing Maternal Health Care For Pastoralist Communities In Kenya: A Qualitative Study. Dalam Biomed

Central: University of Melbourne BMC Pregnancy Childbirth. Vol. 16. No

9. Hal. 1-12

Danel. 2015. Makna Ritual Mukad Ulid Masyarakat Suku Dayak Bulusu di Desa

Rian Kabupaten Tana Tidung. Vol. 3. No. 3. Hal. 1-23

Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Demak.

Demak: Dinas Kesehatan Kabupaten Demak

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:

Gadjah Mada Univercity Press

---------------------------. 2015. Agama Jawa: Ajaran, Amalan, dan Asal-usul

Kejawen. Yogyakarta: Lembu Jawa

Foster dan Anderson. 1986. Antropogi kesehatan. Terjemahan Priyanti Pakan dan

Meutia. Jakarta: UI Press

Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa.

Terjemahan Aswab Mahasin. Jakarta: Pustaka Jaya

Geertz, Hildret. 1983. Keluarga Jawa. Terjemahan Grafiti Pers. Jakarta: PT.

Temprint

158

Handayanti, Lestari. 1994. Peran Dukun Bersalin Tradisional dalam Perawatan

Kehamilan,Pertolongan Persaiinan, Perawatan Pasca persalinan dan

Kepercayaan. Dalam Popolasi Vol. 5 No. 2 Hal. 62-73

Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency).

2015. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Koentjaraningrat. 2010. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: UI Press

-------------------. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka

Lifawati. 2015. Praktik Pengobatan Tradisional Bibi pada Masyarakat Desa

Pagergunung Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara. Skripsi.

Semarang: FIS Unnes

Mayasaroh, Rina. 2013. Peran Dukun Bayi dalam Penanganan Kesehatan Ibu dan

Anak di Desa Bolo Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Dalam

Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 2 No. 1 Hal 36-

44

Moran, Allisyn. C, dkk. 2009. Newborn Care Practies Among Slum Dweller in Dhaka Bangladesh: a Quantitative and Qualitative Exploratory. BMC Pregnancy

and Childbirth Vol 9 No. 54 Hal 1-8

Siswati. Dkk. 2009 Perspektif Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi di Desa

Bumijawa Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun 2009. Dalam

Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol. 2 No. 1 Hal 33-40

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suryawati, Chriswardani. 2007. Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan

Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri

Kabupaten Jepara). Dalam Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2

No. 1 Hal 21-31

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Layanan

Kesehatan Tradisional.

http//: www.depkes.go.id (diunduh pada hari Kamis, 11 Mei 2017)

Winangun, Wartaya. 1990. Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan

Komunitas Menurut Victor Turner. Yogyakarta: Kanisius

Yana, MH. 2012. Falsafah dan Pandangan Hidup Orng Jawa. Yogyakarta:

Bintang cemerlang

159

Yunarti. 2015. Sistem Pengetahuan Nelayan Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak dI

Nagari Pasar Lama Muara Air Haji, Kecamatan Lingso Sari Baganti,

Kabupaten Pesisisr Selatan. Dalam Jurnal Jurnal Antropologi: Isu-isu

Sosial Budaya . Vol. 17 No. 1 Hal 9-22

Sumber lainnya:

Adiwijaya, Ana. 2011. https://antropologiui.wordpress.com/2011/06/01/ritual-

anti-structure-and-religion-a-discussion-of-victor-turner%E2%80%99s-

processual-symbolic-analysis/ (diakses pada hari Senin, 15 Mei 2017

pukul 10:52)

Fana. 2013. http://nananazril.blogspot.com/p/bayi-adalah-seorang-makhluk-

hidup-yang.html

Suparyanto. 2011. http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/08/perawatan-pasca-

persalinan-masa-nifas.html (diakses pada hari Rabu, 25 januari 2017 pukul

15:01)

Suryandroyo, Baskoro. 2013.http://www.ikerenki.com/2013/12/arti-makna-

definisi-maksud-kesehatan-adalah.html

http://kbbi.web.id/

http://savemotherhood.blogspot.co.id/2013/11/asuhan-pada-bayi-sampai-usia-6-

minggu.html(diakses pada hari sabtu, 14 januari 2017 pukul 12: