minuman berkarbonasi
DESCRIPTION
makalah minuman berkarbonasi terhadap gigiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minuman berkarbonasi sering dikonsumsi oleh masyarakat. Minuman
berkarbonasi terdiri dari Carbonated water (air soda), Bahan pemanis, Bahan
perasa, Asam, Kafein dan Pewarna (Australian Beverages Council, 2004).
Minuman berkarbonasi mempunyai efek samping pada kesehatan yang
masyarakat sering abaikan. Salah satunya dalam kesehatan gigi yaitu pada
demineralisasi enamel.
Enamel terdiri dari bahan anorganik (mineral) dan organik. Sekitar 90% bahan
enamel pada manusia dewasa adalah bahan anorganik. Sisanya 4% dari
substansinya adalah matriks organik (framework) dan air. Enamel adalah jaringan
terkeras dari tubuh, kandungan mineral yang jauh melebihi kandungan mineral
dentin (70%), dari sementum (50%), atau tulang (50%) (Melfi and Alley, 2000).
Sedangkan demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari
enamel gigi. Kandungan mineral utama dari enamel adalah hydroxyapatite (HA)
yang terdiri dari Ca10(PO4)6(OH)2. Sejumlah ion mineral dapat hilang dari
hidroksiapatit tanpa merusak integritas strukturalnya. Enamel yang
terdemineralisasi lebih peka terhadap panas, dingin, tekanan, serta rasa sakit
dibanding enamel normal (Fitriafnida,2008).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah efek minuman berkarbonasi terhadap demineralisasi enamel?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui efek minuman berkarbonasi terhadap demineralisasi enamel.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enamel
Enamel terdiri dari bahan anorganik (mineral) dan organik. Sekitar 90%
bahan enamel pada manusia dewasa adalah bahan anorganik. Sisanya 4% dari
substansinya adalah matriks organik (framework) dan air. Enamel adalah jaringan
terkeras dari tubuh, kandungan mineral yang jauh melebihi kandungan mineral
dentin (70%), dari sementum (50%), atau tulang (50%) (Melfi and Alley, 2000).
Enamel mengandung jutaan rod atau prisma yang berjalan dari
dentinoenamel junction menuju permukaan gigi. Prisma tersebut diperkirakan
berdiameter 4 - 7 μm pada gigi sulung dan 6 – 8 μm pada gigi permanen. Di
antara setiap prisma terdapat matriks protein. Selama pembentukan mahkota,
matriks organik hampir selalu terlibat dalam menentukan ukuran dan orientasi
kristal. Materi organik yang mengelilingi kristal dan mengisi ruangan yang ada di
antara kristal-kristal tersebut adalah enamelin. Enamelin adalah protein
bermolekul tinggi yang terdiri dari asam aspartat, serin, glisin, prolin, dan asam
glutamat. Protein ini terus menetap pada email yang telah dewasa (Fitriafnida,
2008).
2.1.1 Struktur Enamel
Enamel Rod (Prisma Enamel)
2
Struktur dasar email adalah enamel rod atau prisma email yang berjalan
tegak lurus terhadap dentino enamel junction (DEJ). Bentuk penampang
melintang prisma email adalah seperti lubang kunci dengan bagian kepala
(cylindrical shaped rod) dan daerah interprisma (interrod). Pada prisma email,
terdapat kristal – kristal apatit. Kristal – kristal apatit yang terdapat pada
pertengahan kepala prisma email berjalan paralel atau sejajar terhadap sumbu
longitudinal prisma tersebut. Arah susunan kristal yang berbeda pada bagian
kepala dan interprismatik email menyebabkan perbedaan kelarutan kristal email
terhadap asam. Asam (ion H+
) yang datang pada yang sejajar dengan sumbu
kristal akan lebih mudah melakukan substitusi ion OH yang terletak pada sumbu
kristal HA, dibandingkan apabila datang dari arah tegak lurus sisi panjang kristal
(Melfi and Alley, 2000).
Figure 1 Batang enamel dari permukaan enamel dengan etsa asam, diambil dengan SEM (http://www.iob.uio.no)
Striae of Retzius (Garis Retzius)
3
Garis Retzius adalah garis pertumbuhan incremental email. Secara
longitudinal terlihat sebagai pita-pita gelap yang merefleksikan bidang berbentuk
email yang berturut-turut. Secara melintang terlihat seperti cincin konsentris.
Struktur dari garis Retzius ini masih belum jelas. Garis ini terlihat secara jelas
pada gigi permanen, tetapi kurang jelas pada gigi susu setelah lahir dan jarang
pada gigi susu sebelum lahir (Fitriafnida, 2008).
Figure 2 Retzius dan Dentino Enamel Junction (Fitriafnida, 2008)
Bands of Hunter-Schreger (Garis Hunter-Schreger)
Garis yang terlihat sebagai garis terang gelap ini merupakan fenomena
optis yang disebabkan pergantian arah batang (Fitriafnida, 2008).
2.1.2 Proses pembentukan enamel
Proses pembentukan enamel dikenal dengan sebutan Amelogenesis.
Amelogenesis sebenarnya dimulai setelah awal pembentukan dentin, tapi lebih
mudah untuk mempertimbangkan bangunan kontur enamel gigi lebih dulu. Ada
lima tahapan dalam siklus kehidupan ameloblast yang penting : (UOP, 2006)
1. Sebelum diferensiasi odontoblasts, sel-sel epitel enamel bagian dalam
berproliferasi untuk membentuk bentuk dasar gigi, yaitu mereka membentuk
kontur dentinoenamel junction. Pada akhir tahap ini mereka menjadi pasca-
mitotik, berakhir dengan sel yang terdiferensiasi (ameloblasts).
2. Diferensiasi ameloblast dimulai dengan pemanjangan sel-sel epitel enamel
dalam, dan reorientasi organel intraseluler. Kebanyakan sel epitel yang
terpolarisasi, mereka memiliki ujung basal yang duduk di membran basal dan
4
akhir apikal yang terlibat dalam sekresi, penyerapan dll. Seperti sel-sel epitel
enamel bagian dalam berdiferensiasi ke preameloblasts, 'kutub sekretorik' yang
diorientasikan terhadap membran basal, yaitu menuju DEJ. Proses ini disebut
'repolarisasi'.
3. Dengan pembentukan dan mineralisasi dentin, para preameloblasts menjadi
sepenuhnya terdiferensiasi sekretorik ameloblasts dan mereka mulai
mengeluarkan enamel matriks. Diferensiasi ameloblasts dimulai di ujung cusp dan
incisal edge, dan hasil bawah puncak lereng ke leher rahim mahkota. Enamel
pembentukan matriks terjadi pada siklus diurnal, dengan sekitar 4μm enamel
terbentuk setiap hari, dan matriks segera termineralisasi menjadi sekitar 30%
mineral dari berat. Setiap ameloblast sekretorik terus mensintesis matriks sampai
seluruh ketebalan enamel itu diprogram untuk mensekresi terbentuk.
4. Setelah sintesis dan sekresi matriks telah selesai, sekretorik ameloblast
berdiferensiasi menjadi 'maturasi ameloblast'. Pematangan ameloblast
bertanggung jawab atas mineralisasi lanjutan enamel untuk akhirnya kekerasan,
sekitar 96% mineral dari berat. Maturasi ameloblast sebenarnya siklus antara dua
bentuk morfologi yang berbeda, yang disebut ameloblasts ruffle-ended dan
ameloblasts smooth-ended.
5. Ketika proses maturasi sudah selesai, ameloblasts berdiferensiasi, dan bersama-
sama dengan sisa-sisa stratum intermedium, retikulum stellatte dan enamel epitel
bagian luar, bentukan tersebut mengalami penurunan enamel epithelium.
2.1.3 Proses demineralisasi enamel
Demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari enamel
gigi. Kandungan mineral utama dari enamel adalah hydroxyapatite (HA) yang
terdiri dari Ca10(PO4)6(OH)2. Sejumlah ion mineral dapat hilang dari
hidroksiapatit tanpa merusak integritas strukturalnya. Enamel yang
terdemineralisasi lebih peka terhadap panas, dingin, tekanan, serta rasa sakit
dibanding enamel normal (Fitriafnida,2008).
Pada lingkungan netral, HA seimbang dengan lingkungan saliva yang
5
tersaturasi dengan ion Ca2+
dan PO43-
. HA reaktif terhadap ion hidrogen dengan
pH ≤ 5.5 yang merupakan pH kritis untuk HA. H+
bereaksi dengan kelompok
fosfat dalam lingkungan saliva yang dekat dengan permukaan kristal secara cepat.
Proses itu dapat dideskripsikan sebagai konversi PO43-
menjadi HPO42-
dengan
tambahan H+
dan pada waktu yang sama H+
disangga (mengalami buffering).
HPO42-
kemudian tidak dapat berkontribusi terhadap keseimbangan HA normal
sehingga kristal HA larut. Hal ini disebut dengan demineralisasi (McIntyre, 2005).
Reaksi demineralisasi dapat diuraikan sebagai berikut:
8H+
+ (Ca10(PO4)6(OH)2) -
6(HPO4) + 10Ca2+
+ 2H2O
Perubahan morfologis pasca demineralisasi yang dilihat menggunakan
SEM menunjukkan pembesaran jalur interkristalin. Kehilangan mineral setelah
serangan inisial karies berasal dari area interprismatik dan sekeliling prisma
(Fitriafnida, 2008).
2.2. Minuman Berkarbonasi
2.2.1. Kandungan minuman berkarbonasi
Jenis-jenis kandungan yang terdapat dalam soft drink menurut Australian
Beverages Council (2004), meliputi antara lain:
1. Carbonated water (air soda)
Air soda merupakan kandungan utama yang terdapat dalam soft drink yaitu
sekitar 86%. Air soda berperan sebagai salah satu sumber air pada tubuh
manusia. Di dalam air soda, terdapat kandungan gas berupa karbon dioksida
(CO2).
2. Bahan pemanis
6
Rasa manis yang terdapat dalam soft drink dapat berasal dari sukrosa atau
pemanis buatan. Sukrosa merupakan perpaduan antara fruktosa dan glukosa
yang termasuk dalam karbohidrat. Jumlah sukrosa yang terdapat dalam soft
drink sekitar 10%. Pemanis buatan yang sering dipakai dalam soft drink ialah
aspartam. Aspartam dibentuk dari perpaduan asam aspartat dengan fenilalanin
dan bersifat 200 kali lebih manis dari gula sehingga hanya sedikit jumlah
aspartam yang terkandung dalam soft drink.
3. Bahan perasa
Bahan perasa terdiri dari bahan perasa alami dan bahan perasa buatan. Bahan
perasa alami berasal dari buah-buahan, sayuran, kacang, daun, tanaman
herbal, dan bahan alami lainnya. Bahan perasa buatan digunakan agar soft
drink memberi rasa yang lebih baik.
4. Asam
Asam berperan dalam menambah kesegaran dan kualitas pada soft drink.
Asam yang dipergunakan yaitu asam sitrat dan asam fosfor.
5. Kafein
Kafein berperan dalam meningkatkan rasa yang terkandung dalam soft drink.
Kafein yang terkandung dalam soft drink berjumlah 1⁄4 sampai1⁄3 dari jumlah
kafein yang terkandung dalam kopi.
6. Pewarna
Pewarna bersamaan dengan gas CO2 merupakan bagian dari karakteristik soft
drink. Pewarna terdiri dari pewarna alami dan pewarna buatan yang dapat
digunakan.
2.2.2. Efek minuman berkarbonasi secara umum
1. Terkena asam urat di jari kaki
7
Studi dari University of British Columbia menyatakan, hanya perlu dua
porsi atau lebih dari minuman soda per hari untuk menyebabkan asam urat di
kaki. Penyebabnya adalah kandungan fruktosa yang dapat meningkatkan asam
urat. Pria peminum soda lebih tinggi mengalami risiko ini hingga 85 persen
dibanding wanita (Haris and Tambunan, 2009).
2. Mengeroposkan tulang
Konsumsi soft drink meningkat yang diikuti dengan penurunan konsumsi
susu menyebabkan seseorang dapat mengalami penurunan asupan kalsium. Hal ini
meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis, terutama perempuan dan mengarah
pada kejadian fraktur tulang (Jacobson, 2008).
3.Merapuhkan gigi
Soda dapat mengikis lapisan enamel gigi dengan kandungan asam sitrat
yang dimilikinya. Zat ini cukup asam. Studi yang dimuat Journal British Dental
mengungkapkan, empat porsi soda per hari meningkatkan pengikisan pada gigi
hingga 252 persen. Ini bisa menyebabkan gigi sensitif dan sakit (Fitriafnida,
2008).
4. Diabetes
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fruktosa memiliki
sejumlah kecil insulin dibandingkan dengan asupan karbohidrat. Pada penelitian
hewan, konsumsi fruktosa dapat menimbulkan resistensi insulin, impaired glucose
tolerance, hiperinsulinemia, hipertriasilgliserolemia, dan hipertensi (Wolff dan
Dansinger, 2008). Keadaan-keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya diabetes.
Diabetes ialah suatu sindrom kronik terjadinya gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau
resistensi insulin pada jaringan yang dituju (Dorland, 2002).
8
Dalam suatu studi yang melibatkan 91249 wanita dan dilakukan selama
delapan tahun, terjadi peningkatan dua kali lipat penyakit diabetes pada mereka
yang mengonsumsi satu atau lebih soft drink per hari dibandingkan dengan yang
mengonsumsi kurang dari satu soft drink per bulan (Vartanian et al, 2007).
5. Memicu kanker pankreas
Minum dua porsi soda per hari meningkatkan risiko kanker pankreas
hingga dua kali lipat. Ini adalah jenis kanker yang sulit diobati. Efek saat pankreas
bermasalah adalah pankreas gagal memroduksi insulin yang bisa membakar
kelebihan gula pada tubuh. Jika sudah begini, penyakit akan merembet ke diabetes
tipe 2 dan kemungkinan komplikasi penyakit lainnya. Faktor tinggi gula diduga
kuat menjadi penyebab masalah di pankreas (Mueller, 2010).
6. Kelebihan Berat Badan (Overweight) dan Obesitas
Overweight merupakan keadaan gizi lebih, dinyatakan dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) lebih besar dari 23 di daerah Asia Pasifik. Suatu keadaan
yang melebihi overweight dinamakan obesitas (WHO, 2000). Obesitas ialah
peningkatan berat badan sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh
yang melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik (Dorland, 2002).
Pada anak-anak dan remaja, obesitas berkaitan dengan intoleransi glukosa,
hipertensi, dan dislipidemia. Konsumsi sugar-sweetened soft drink dapat menjadi
faktor penting terhadap kejadian obesitas remaja (Giammattei et al, 2003). He et
al (2010) melakukan studi intervensi berupa pengurangan 1,5 kaleng konsumsi
soft drink setiap minggu selama satu tahun dan didapati hasil bahwa anak
mengalami penurunan terhadap berat badan dan obesitas sekitar 7,7%.
2.3. Pengaruh minuman berkarbonasi terhadap demineralisasi gigi
Demineralisasi enamel adalah rusaknya hidroksi apatit gigi yang
merupakan komponen utama enamel akibat proses kimia. Kondisi demineralisasi
enamel terjadi bila pH larutan disekeliling permukaan enamel lebih rendah dari
5,5, (umumnya pH minuman ringan berkisar 2,3–3,6) dan konsentrasi asam yang
9
tidak berdisosiasi itu lebih tinggi di permukaan enamel, daripada di dalam enamel.
Demineralisasi enamel terjadi melalui proses difusi, yaitu proses perpindahan
molekul atau ion yang larut dalam air ke atau dari dalam enamel ke saliva karena
ada perbedaan konsentrasi dari keasaman minuman di permukaan dengan di
dalam enamel gigi (Prasetyo, 2005).
Keasaman minuman (HL) yang mempunyai konsentrasi tinggi, dan pH
awal minuman yang rendah akan berdifusi ke dalam enamel, melalui kisi kristal
dan prisma tubuli enamel yang mengandung air dan matriks organik atau protein.
Kerugian keasaman pada minuman kemungkinan lebih bermakna dibanding
kerugian yang diakibatkan kandungan gulanya (Prasetyo, 2005).
Minuman ringan yang berbahaya bagi enamel adalah minuman yang
mengandung karbohidrat yang mudah difermentasi, sangat asam dan mempunyai
adesi termodinamik yang sangat tinggi, sehingga minuman ini tidak mudah
dihilangkan oleh saliva (Ireland et al, 2000). Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi proses demineralisasi, yaitu jenis dan konsentrasi
asam minuman yang tidak berdisosiasi, kandungan karbohidrat dalam minuman,
pH dan kapasitas dapar minuman serta kandungan fosfat dan fluor yang ada dalam
minuman (Lussi et al, 2000).
Sebagaimana diketahui bahwa enamel sebagian besar terdiri dari
hidroksiapatit (CalO (PO4)6 (OH)2) atau Fluoroapatit (CalO (PO4)6 F2), kedua
unsur tersebut dalam uasana asam akan larut menjadi Ca2+; PO4-9 dan F-, OH-.
Ion H+ akan beraksi dengan gugus PO4-9, F-, atau OH- membentuk HSO4
-;
H2SO4- HF atau H2O, sedangkan yang kompleks terbentuk CaHSO4; CaPO4 dan
CaHPO4 (Ireland et al, 2000).
Kecepatan melarutnya enamel dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH),
konsentrasi asam, waktu melarut dan kehadiran ion sejenis kalsium, dan fosfat.
Minuman ringan yang menyebabkan demineralisasi enamel gigi adalah minuman
10
yang mempunyai pH rendah dan kapasitas dapar tinggi. Kapasitas dapar adalah
jumlah basa yang diperlukan untuk menaikkan pH minuman ke pH netral. Reaksi
kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam medium yang bersifat asam,
yaitu pada pH 4,5 sampai 6 merupakan reaksi orde nol. Adapun pengaruh pH
terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan, bahwa semakin kecil atau semakin
asam media, maka makin tinggi laju reaksi pelepasan ion kalsium dari enamel gigi
(Prasetyo, 2005).
Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam
ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut: (Prasetyo, 2005)
Figure 3 reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel dalam suasana asam (Prasetyo, 2005)
Mengingat bahwa kalsium merupakan komponen utama dalam struktur
gigi, dan demineralisasi enamel terjadi akibat lepasan ion kalsium dari enamel
gigi, maka pengaruh asam pada enamel gigi merupakan reaksi penguraian.
Demineralisasi yang terus-menerus akan membentuk pori-pori kecil atau porositas
pada permukaan enamel yang sebelumnya tidak ada. Porositas akan menyebabkan
kekerasan permukaan enamel gigi akan berkurang (Prasetyo, 2005).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Minuman ringan yang berbahaya bagi enamel adalah minuman yang mengandung
karbohidrat yang mudah difermentasi, sangat asam dan mempunyai adesi
termodinamik yang sangat tinggi (minuman berkarbonasi), sehingga minuman ini
tidak mudah dihilangkan oleh saliva. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang mempengaruhi proses demineralisasi, yaitu jenis dan konsentrasi asam
minuman yang tidak berdisosiasi, kandungan karbohidrat dalam minuman, pH
dan kapasitas dapar minuman serta kandungan fosfat dan fluor yang ada dalam
minuman.
3.2 Saran
Pembaca dapat mencegah agar suasana di dalam rongga mulut tidak terlalu asam,
baik yang dihasilkan oleh bakteri atau makanan atau minuman, sehingga dapat
mencegah pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. Mengurangi proses
demineralisasi dapat dilakukan dengan menghentikan difusi asam, yaitu
mengurangi kontak asam dengan gigi, misal mengurangi intake asam atau minum
minuman ringan dengan memakai sedotan, cara lain yaitu dengan menghentikan
12
terbentuknya persenyawaan kompleks kalsium fosfat dengan meningkatkan
ketahanan enamel melalui fluoridasi air minum atau topikal aplikasi dengan fluor
atau penambahan ion fluor dalam minuman.
DAFTAR PUSTAKA
Australian Beverages Council, 2004. What is a Soft Drink?, Australia. Available
from:http://www.australianbevarages.org/scripts/cgiip.exe/WService=ASP0002/
cc ms.r?PageId=10053.htm. accessed May, 2013.
Dorland, WAN 2002, Dalam: Hartanto, H. et al. Kamus Kedokteran Dorland.
Edisi 29. Jakarta: EGC.
Fitriafnida 2008, Pengaruh Xylitol Terhadap Proses Remineralisasi Email Gigi:
Uji Kekerasan Email Gigi , Jakarta: FKG UI.
Giammattei, J, Blix, G, Marshak, HH, Wollitzer, AO and Pettitt J 2003, Television
Watching and Soft Drink Consumption: Associations With Obesity in 11- to 13-
Year-Old Schoolchildren, American Medical Association, Available from:
http://archpedi.ama-assn.org/cgi/reprint/157/9/882.pdf., accessed May, 2013.
Haris, Syafruddin and Tambunan, Taralan 2009, Hipertensi pada Sindrom
Metabolik, Sari Pediatri, Vol. 11, No. 4, available from
http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/11-4-6.pdf. , accessed May, 2013.
He, FJ, Marrero, NM and MacGregor, GA 2010, Salt Intake Is Related to Soft
Drink Consumption in Children and Adolescents: A Link To Obesity?,
Hypertension JAHA, Available from:
http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/51/3/629.pdf. Accessed May, 2013.
13
Ireland AJ, Guinness NM, Sherriff M. An Investigation Into The Ability Of Soft
Drink To Adhere To Enamel, Caries Res, vol.29, pp.470–6.
Jacobson, M.F., 2008. Liquid Candy -- How Soft Drinks Are Harming Americans'
Health, Diet and Diabetes Homepage. Available from:
http://www.karlloren.com/diet/p24.htm. Accessed May, 2013.
Lussi, A, Jaeggi, T and Ucharer, UJ 2000, Predition Of The Erosive Potential Of
Some Beverages, Caries Res , vol.29, pp.349–54.
McIntyre, JM, Dental Caries-The Major Cause of Tooth Damages. Pada Graham,
JM and Hume, WR 2005, Preservation an Restoration of Tooth Structure, 2nd ed.
,Queensland: Knowledge Books and Software, pp.21-33.
Melfi, RC and Alley, KE 2000, Permar’s Oral Embryology and Microscopic
Anatomy, Pennsylvania: Lippincott Williams &Wilkins.
Mueller, NT, Odegaard, A, Anderson, K, Yuan, JM, Gross, M, Koh, WP and
Pereira, MA 2010, Soft Drink and Juice Consumption and Risk of Pancreatic
Cancer: The Singapore Chinese Health Study, Cancer Epidemiol Biomarkers
Prev, vol.19, p.447.
Prasetyo, EA 2005, Keasaman Minuman Ringan Menurunkan Kekerasan
Permukaan Gigi, Dental Journal, vol.38, pp. 60-63.
UOP School of Dentistry 2006, Amelogenesis, Dentinogenesis and Root
Formation, available from
http://pacificdds2009.com/courses/Q2/human_anatomy2/concise%20oral
%20histo/6%20Amelogenesis,%20Dentinogenesis%20and%20Root
%20Formation.pdf, accessed May, 2013.
Vartanian, LR, Schwartz, MB and Brownell, KD 2007, Effects of Soft Drink
Consumption on Nutrition and Health: A Systematic Review and Meta- Analysis,
American Journal of Public Health, Available from:
http://ajph.aphapublications.org/cgi/content/short/97/4/667.pdf, accessed May,
2013.
14
WHO, 2000. The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and It’s
Treatment, International Association for The Study of Obesity. Available from:
http://www.diabetes.com.au/pdf/obesity_report.pdf, accessed May 2013.
Wolff, E. and Dansinger ML 2008, Soft Drinks and Weight Gain: How Strong Is
the Link?, Medscape J Med, Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562148.htm. , accessed May
2013.
15