metode penyimpanan bahan olah karet (bokar)...

36
Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017 Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 33 METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) OLEH PEDAGANG PENGUMPUL TINGKAT USAHATANI DI PURUK CAHU KABUPATEN MURUNG RAYA Cica Riyani Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh e-mail :[email protected] ABSTRACT Storage of raw material rubber is a part of raw material processing which is done by smalholder tardes level. The method used in raw material raw rubber storage is approved in Regulation of Agriculture Minister number : 38/Permentan/OT.140/8/2008 and guidance related to the quality assurance system of raw material rubber and other standars. The study was aimed to know what kind of storage method of raw material rubber done by smalholder trade level in Puruk Cahu, Regency of Murung Raya, Central Kalimantan and to know the correlation between storage method and quality of raw rubber material. The study was conducted at smalholder trades level of Kasrani in Kelurahan Puruk Cahu (Bhayangkara St). This study was conducted by survey method (interviewed and followed by visual observation with smalholder trades level). The survey results showed that the raw material rubber was lump and it was kept by soaking in the water at approximately for one month and there was change of its volume while in storage period. The enforcement of the Regulation of Agriculture Minister had not been done widely at smallholder trade level because the lacks of information and the simpler method (soaking) should be used. Key words : Storage, Raw material rubber, smallhoder trade level PENDAHULUAN Bahan olah karet yang selanjutnya disebut bokar adalah lateks dan atau gumpalan yang dihasilkan pekebun kemudian diolah lebih lanjut secara sederhana sehingga menjadi bentuk lain yang bersifat lebih tahan untuk disimpan serta tidak tercampur dengan kontaminan (Badan Standardisasi Nasional, 2002). Bokar yang dihasilkan oleh petani karet selanjutnya dijual kepada pedagang pengumpul kemudian akan didistribusikan ke pabrik karet. Distribusi bokar dari petani ke pedagang pengumpul dan pabrik karet memerlukan waktu sehingga perlu dilakukan penyimpanan sementara pada masing-masing jalur pemasaran. Penyimpanan bokar harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk menjamin mutu bokar sesuai aturan yang berlaku. Persyaratan tersebut terangkum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 38/Permentan/OT.140/8/2008. Terpenuhinya persyaratan pada saat penyimpanan akan menjamin mutu bokar tetap terjaga dan sebaliknya. Penerapan permentan tersebut diberlakukan bagi petani dan pedagang pengumpul agar mutu bokar terjamin hingga sampai ke pabrik pengolahan karet. Penyimpanan bokar yang tidak sesuai standar yang ditentukan akan mempengaruhi mutu bokar. Bokar yang disimpan akan terkontaminasi,

Upload: nguyendiep

Post on 11-Mar-2019

303 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 33

METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) OLEH

PEDAGANG PENGUMPUL TINGKAT USAHATANI DI PURUK CAHU

KABUPATEN MURUNG RAYA

Cica Riyani

Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

e-mail :[email protected]

ABSTRACT

Storage of raw material rubber is a part of raw material processing which is done by

smalholder tardes level. The method used in raw material raw rubber storage is

approved in Regulation of Agriculture Minister number : 38/Permentan/OT.140/8/2008

and guidance related to the quality assurance system of raw material rubber and other

standars. The study was aimed to know what kind of storage method of raw material

rubber done by smalholder trade level in Puruk Cahu, Regency of Murung Raya,

Central Kalimantan and to know the correlation between storage method and quality of

raw rubber material. The study was conducted at smalholder trades level of Kasrani in

Kelurahan Puruk Cahu (Bhayangkara St). This study was conducted by survey method

(interviewed and followed by visual observation with smalholder trades level). The

survey results showed that the raw material rubber was lump and it was kept by soaking

in the water at approximately for one month and there was change of its volume while

in storage period. The enforcement of the Regulation of Agriculture Minister had not

been done widely at smallholder trade level because the lacks of information and the

simpler method (soaking) should be used.

Key words : Storage, Raw material rubber, smallhoder trade level

PENDAHULUAN

Bahan olah karet yang

selanjutnya disebut bokar adalah lateks

dan atau gumpalan yang dihasilkan

pekebun kemudian diolah lebih lanjut

secara sederhana sehingga menjadi

bentuk lain yang bersifat lebih tahan

untuk disimpan serta tidak tercampur

dengan kontaminan (Badan

Standardisasi Nasional, 2002). Bokar

yang dihasilkan oleh petani karet

selanjutnya dijual kepada pedagang

pengumpul kemudian akan

didistribusikan ke pabrik karet.

Distribusi bokar dari petani ke

pedagang pengumpul dan pabrik karet

memerlukan waktu sehingga perlu

dilakukan penyimpanan sementara pada

masing-masing jalur pemasaran.

Penyimpanan bokar harus

memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan untuk menjamin mutu bokar

sesuai aturan yang berlaku. Persyaratan

tersebut terangkum dalam Peraturan

Menteri Pertanian Nomor :

38/Permentan/OT.140/8/2008.

Terpenuhinya persyaratan pada saat

penyimpanan akan menjamin mutu

bokar tetap terjaga dan sebaliknya.

Penerapan permentan tersebut

diberlakukan bagi petani dan pedagang

pengumpul agar mutu bokar terjamin

hingga sampai ke pabrik pengolahan

karet.

Penyimpanan bokar yang tidak

sesuai standar yang ditentukan akan

mempengaruhi mutu bokar. Bokar

yang disimpan akan terkontaminasi,

Page 2: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 34

teroksidasi, dan menurunkan nilai

Plasticity Retention Index (PRI ) dari

bokar. Berdasarkan hal tersebut maka

penerapan metode penyimpanan bokar

yang sesuai standar oleh petani dang

pedagang pengumpul harus

dimonitoring dan dievaluasi.

Berdasarkan hasil penelitian Syarifa

dkk (2013) bahwa penerapan Permentan

belum dilaksanakan sepenuhnya di

tingkat petani. Hal ini dikarenakan

peraturan dari lembaga pemasaran yang

belum tegas untuk menolak bokar mutu

rendah yang dihasilkan petani.

Permasalahan pengolahan dan

pemasaran karet yang menyebabkan

rendahnya mutu bokar masih banyak

terjadi di Kabupaten Musi Rawas dan

Kota Lubuk Linggau yang masih

memerlukan perhatian serius.

Berdasarkan pentingnya

penerapan metode penyimpanan bokar

yang baik untuk menjaga mutu bokar

maka perlu dilakukan penelitian metode

penyimpanan bokar pada pedagang

pengumpul tingkat usahatani. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui apakah

pedagang pengumpul bokar

manggunakan metode penyimpanan

bokar yang sesuai dengan standar dan

untuk mengetahui hubungan metode

penyimpanan bokar dengan mutu bokar

yang dihasilkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di

Usaha Jual Beli Karet Bapak Kasrani

yang berlokasi di Kelurahan Puruk

Cahu (Jl. Bhayangkara, RT. 5 ).

Pemilihan lokasi dilakukan dengan

sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa lokasi ini

merupakan tempat pengumpul karet

untuk tingkat petani untuk dua desa

yaitu Juking Pajang dan Puruk Cahu .

Penelitian ini dilakukan pada bulan

Januari – April 2017. Metode

penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survei.

Metode ini digunakan untuk

memperoleh data dan informasi yang

jelas mengenai metode penyimpanan

bokar oleh pedagang pengumpul karet.

Melalui metode survei ini diharapkan

informasi mengenai kejadian atau fakta

yang terjadi di lapangan dapat

dijangkau dengan cara mengumpulkan

data dengan wawancara. Data yang

akan dikumpulkan meliputi data primer

dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari observasi/pengamatan

langsung dan wawancara kepada

pedagang pengumpul. Data primer

meliputi dokumentasi bokar dan tempat

penyimpanan serta volume bokar

selama empat (4) bulan dengan waktu

penyimpanan serta perubahan volume

bokar setelah penyimpanan. Data

sekunder diperoleh dari jurnal-jurnal

ilmiah, serta studi literatur yang

berhubungan dengan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bokar yang dikumpulkan oleh

pedagang berasal dari dua desa, yaitu

desa Juking Pajang dan Puruk Cahu.

Bokar yang dihasilkan adalah lump

mangkok. Bokar tersebut dikumpulkan

dalam karung dan selanjutnya dijual

kepada padagang pengumpul. Untuk

jalur pemasaran bokar di Puruk Cahu

dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Sistem pemasaran bokar di Desa Puruk Cahu.

Pedagang Besar Pedagang Desa Petani Pabrik Karet

Page 3: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 35

Jalur pemasaran bokar pada desa

Puruk Cahu menunjukan adanya

distribusi bokar yang harus melalui

pedagang perantara sebelum akhirnya

sampai ke pabrik karet, menurut Malian

dan Aman (1999) untuk jalur bokar

yang langsung dijual oleh petani, rantai

pemasarannya cukup panjang. jalur ini

merupakan rantai tataniaga tradisional

dengan ciri adanya dominasi pedagang

perantara. Untuk mencapai pabrik karet

remah, bokar dari petani harus melalui

beberapa lembaga pemasaran yaitu

pedagang desa dan pedagang besar yang

berkedudukan di ibukota kecamatan

atau kabupaten.

Berdasarkan jalur pemasaran

bokar dapat diketahui bokar yang

diperjualbelikan tertahan dan harus

melalu proses penyimpanan dengan

waktu tertentu pada masing-masing

jalur pedagang pengumpul. Berikut

adalah gambar tempat penyimpanan

bokar sementara yang dilakukan oleh

pedagang usaha jual beli karet tempat

penelitian :

Gambar 2. Tempat penyimpanan Bokar

Lump mangkok (direndam

dalam air)

Penyimpanan bokar dalam air

merupakan alternatif penyimpanan yang

dilakukan oleh pengumpul karet.

Pemilihan metode penyimpanan ini

tidak sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Menurut Kementerian

Pertanian Republik Indonesia (2011)

bahwa penyimpanan bokar khususnya

lump mangkok harus sesuai prosesur

sebagai berikut : 10. Penyimpanan

sementara di gudang dikelompokan

sesuai dengan umur simpan, 2). Tidak

boleh terkena sinar matahari langsung,

3). Tidak boleh terkena air, 4). Tempat

penyimpanan harus bersih, 5). Tidak

boleh langsung menyentuh lantai

(diletakan di atas papan/palet), 6).

Harus diberi jalur untuk jalan. Berikut

adalah contoh penyimpanan bokar yang

baik (Gambar 3).

Gambar 3. Contoh penyimpanan bokar

yang baik (Syarifa dkk,

2013)

Waktu penyimpanan bokar

dengan cara direndam dalam air oleh

pedagang pengumpul ini rata-rata

selama sebulan. Berikut adalah tabel

volume, waktu penyimpanan dan

perubahan volume bokar setelah

penyimpanan dalam air dari bulan

Januari-April 2017 :

Tabel 1. Volume bokar terkumpul dalam rentang waktu bulan Januari-April 2017

No. Bulan Volume Awal (Kg) Lama Penyimpanan Volume Akhir (Kg)

1. Januari 3,940 1 (satu) bulan 4,055

2. Februari 3,536 1 (satu) bulan 3,766

3. Maret 3,096 1 (satu) bulan 3,196

4. April 3,833 1 (satu) bulan 3,910

Page 4: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 36

Tabel 1. Menunjukan terdapat

perubahan volume bokar setelah

disimpan dalam air. Volume tersebut

menguntungkan bagi pedagang

pengumpul, namun menurunkan mutu

bokar. Waktu penyimpanan bokar yang

direndam dalam air melebihi dari batas

waktu yang diperbolehkan sebagaimana

yang telah disampaikan oleh Harahap,

R (2009) bahwa dalam pengolahan

lump sebagai bahan baku SIR, waktu

perendaman dalam air pada saat

pembersihan kotoran tidak boleh

melebihi dari 3 (tiga) hari agar nilai PRI

tidak terlalu rendah. Berdasarkan hasil

penelitian proses peyimpanan bokar

dalam air mempengaruhi tampilan

bokar. Gambar bokar sebelum dan

sesudah disimpan dalam air dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. (a) bokar sebelum direndam,

(b) bokar sesudah direndam

Dari gambar 4. dapat terlihat

perubahan warna bokar dan terdapatnya

kontaminan. Bokar yang direndam

dalam air akan teroksidasi, tercampur

dengan kontaminan yang berasal dari

endapan tanah dari perendaman.

Menurut Harahap, R (2009),

perendaman bokar dalam air

neyebabkan hilangnya senyawa –

senyawa antioksidan yang berasal dari

protein dan fosfolida karena sebagian

besar senyawa karet terlaut dan terurai

dalam air. Dengan demikian akan

sangat mempengaruhi nilai PRI bokar.

Perendaman bokar dalam air sebagai

alternatif metode penyimpanan bokar

tidak termasuk dalam spesifikasi bokar

mutu tinggi (Hendratno, S. 2012).

Rendahnya mutu bokar akhirnya juga

akan mempengaruhi nilai jual bokar.

Hal tersebut dapat diketahui dari

rendahnya harga jual pedagang

pengumpul pertama ke pedagang besar.

Berikut adalah harga jual pedagang

pengumpul dari bulan Januari-April

2017 :

Tabel 2. Harga jual bokar

No. Bulan Harga

(Rp)/ Kg

1. Januari 8.500

2. Februari 10.000

3. Maret 8.500

4. April 7.000

Pemilihan alternatif metode

penyimpanan bokar dalam air oleh

pedagang pengumpul menyebabkan

penurunan mutu bokar yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

pedagang pengumpul dapat diketahu

bahwa masih belum ada sosialisasi

terkait dengan pentingnya menjaga

mutu bokar dengan menggunakan

tempat penyimpanan bokar yang sesuai

aturan. Selain itu, alasan memilih

metode direndam dalam air adalah

metode lebih sederhana dan tanpa

banyak perlakuan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian

disimpulkan bahwa metode

penyimpanan bokar oleh pedagang

pengumpul tingat usahatani belum

sepenuhnya menerapkan metode

penyimpanan bokar yang baik

berdasarkan Peraturan Menteri

PertanianNo.38/Permentan/OT.140/8/2

008 dan Pedoman penerapan sistem

jaminan mutu bokar. Penyimpanan

Page 5: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 37

bokar dengan cara direndam dalam air

dapat menyebabkan rendahnya mutu

seperti tercemar dengan kontaminan,

bokar teroksidsi dan rendahnya nilai

PRI. Penyebab tidak diterapkannya

metode penyimpanan bokar yang baik

sesuai dengan peraturan yang berlaku

adalah kurangnya informasi terkait

dengan penererapan Permentan kepada

pedagang penumpul serta metode

direndam dalam air dianggap pedagang

pengumpul lebih sedehana dan tidak

banyak perlakuan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2002.

Bahan Olah Karet. SNI 06-2047-

2002

Harahap. R. 2009. Analisa

Perbandingan Nilai PRI Dari

Produk SIR 20 dan SIR 3 Untuk

Temperatur yang berbeda-beda.

Karya Ilmiah. Fakultas MIPA.

Universitas Sumatera Utara.

Medan

Hendratno, S. 2012. Komoditas Karet

(Hevea brasiliensis) Untuk SRG

Dan Pasar Fisik. Biro Analisis

Pasar –Bappebti. Pusat Penelitian

Karet. Bogor

Kementerian Pertanian Republik

Indonesia. 2008. Peraturan

Menteri Pertanian 38/2008.

Pedoman Pengolahan dan

Pemasaran Bahan Olah Karet

(Bokar). Kementerian Pertanian

Republik Indonesia, Jakarta.

Kementerian Pertanian Republik

Indonesia. 2011. Pedoman

Penerapan Sistem Jaminan Mutu

Bokar. Direktorat Mutu dan

Standarisasi Ditjen Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Kementrerian Pertanian. Jakarta

Malian, H dan Aman Djauhari. 1999.

Upaya Perbaikan Kualitas Bahan

Olah Karet Rakyat. FAE. 17 (2) :

43 – 50

Syarifa Lina F, Dwi Shinta Agustina,

dan Cicilia Nancy. 2013. Evaluasi

Pengolahan Dan Mutu Bahan

Olah Karet Rakyat (Bokar) Di

Tingkat Petani Karet Di Sumatera

Selatan. Jurnal Penelitian Karet.

31 (2) : 139 – 148

Page 6: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 38

KANDUNGAN UNSUR HARA KOMPOS BERBAHAN DASAR

TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS)

Linda Rahmawati

Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur Banjarmasin

Email : [email protected]

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the compost content based on palm empty

bunches (TKKS). TKKS is a solid waste of many palm oil mills wasted. During this time

TKKS only returned to the land around the staple of palm stacked, so that the

decomposition process was slow. To accelerate the decomposition process, the TKKS is

further processed into compost with some additives such as Effective Microorganisms 4

(EM4), brown sugar water, husk, bran and manure. Composting lasted 22 days, the

compost was shown to be 280C stable temperature, pH 7, blackish color, odor-like

smell, crumb texture and moisture content <50%. In order to be applied to plants,

nutrient content must be known first. Nutrient analyzes were conducted in the Basic

Laboratory and Environmental Research Center Laboratory of Lambung Mangkurat

Banjarbaru University and also measurement of water content at Hasnur Polytechnic

Plantation Cultivation Laboratory. The results obtained are nitrogen (N) 1.12%;

phosphorus (P) 0.49%; potassium (K) 1.43%; carbon (C) 7.76%, water content (KA)

40.7% and C / N ratio of 6.9. N, P and K nutrient elements already meet the compost

quality standards based on SNI 19-7030-2004, while the carbon is below standard. This

is because TKKS already contains carbon, hence not added material containing high

carbon.

Key words : nutrients, compost, dan palm empty bunches

PENDAHULUAN

Kelapa sawit (Elaeis guineensis)

merupakan tanaman penghasil minyak

mentah, minyak industri serta dapat

dijadikan bahan bakar (biodisel).

Limbah padat pabrik kelapa sawit yang

dihasilkan berupa fiber, cangkang,

solid, dan tandan kosong kelapa sawit.

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

merupakan limbah padat terbesar yang

dihasilkan oleh pabrik pengolahan

minyak kelapa sawit.

Saat ini pengelolan TKKS hanya

di kembalikan ke lahan sebagai mulsa

sehingga TKKS sebagai mulsa

membutuhkan waktu yang sangat lama

untuk terurai oleh karena itu TKKS

dapat dijadikan kompos untuk

mempercepat penguraian. Kompos

adalah proses yang dihasilkan dari

pelapukan (dekomposisi) sisa-sisa

bahan organik secara biologi yang

terkontrol (sengaja dibuat dan diatur)

menjadi bagian-bagian yang

terhumuskan (Firmansyah, 2010).

Kompos dapat diaplikasikan ke

lahan maupun ke tanaman, jika

memenuhi standar kualitas kompos

yaitu sesuai dengan SNI 19-7030-2004.

Pentingnya mengetahui unsur hara yang

dikandung pada kompos, akan

menentukan hasil pertumbuhan

tanaman. Harapannya, dengan

penambahan beberapa bahan pada

Page 7: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 39

pembuatan kompos seperti larutan

EM4, sekam padi, dedak dan pupuk

kandang dapat menyeimbangkan

kandungan unsur hara pada kompos

TKKS yang sudah jadi.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama dua bulan.

Tempat pelaksanaan penelitian

pembuatan kompos di screen house

Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Hasnur. Analisa unsur hara

dilakukan di Laboratorium Dasar dan

Laboratorium Pusat Penelitian

Lingkungan Hidup Universitas

Lambung Mangkurat Banjarabaru, serta

pengukuran kadar air di laboratorium

Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Hasnur.

Metode Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan

menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif yang akan dilakukan

yaitu mengamati perubahan campuran

TKKS menjadi kompos seperti

perubahan warna, suhu, pH,

kelembaban, aroma dan tekstur kompos.

Bahan kompos meliputi EM4,

air, gula merah, tandan kosong kelapa

sawit 1 kg, sekam 1 kg, bekatul 1 kg

dan pupuk kandang 1 kg. Alat yang

digunakan meliputi ember plastik

berdiameter 30 cm, mesin pencacah,

pisau, gayung, karung dan Soil Tester

(pengukur pH, suhu dan kelembaban).

Pembuatan Kompos TKKS

Sebelum melakukan

pencampuran bahan kompos organik,

terlebih dahulu dilakukan pembuatan

larutan Starter EM4 yaitu dengan cara

masukkan air 1000 ml dalam ember

plastik, kemudian memasukkan cairan

EM4 10 ml dan terkahir campurkan

cacahan gula merah 125 gram, diaduk

hingga homogen.

Proses pencampuran bahan-

bahan kompos dibagi menjadi 4 bagian

dan 4 lapisan seperti, TKKS, pupuk

kandang, sekam, bekatul/dedak padi,

dan larutan EM4 ini dilakukan agar

pencampuran bahan homogen (merata).

Metode Pengomposan yang akan

digunakan adalah pengomposan

anaerob dalam ember plastik

berdiameter 30 cm. Selama

pengomposan dilakukan pengontrolan

terhadap suhu, pH dan dilakukan

pembalikan.

Analisa Unsur Hara

Kompos yang telah matang pada

hari ke 22, yaitu setelah dipastikan

dengan kriteria kompos yang sudah

jadi. Sampel kompos yang diambil

untuk analisa yaitu diambil pada empat

titik bagian atas, tengah, bawah dan

samping dan diulang sebanyak empat

kali sehingga akan diperoleh rata-rata

kandungan unsur hara pada kompos

tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengomposan berlangsung

selama 22 hari yang ditandai dengan

suhu stabil yaitu 280C. Parameter

kompos yang sudah jadi ditampilkan

pada tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan kualitas kompos

TKKS pada berbagai parameter

dengan standar kualitas kompos

berdasarkan SNI 19-7030-2004 No

.

Paramete

r

Kompos

TKKS

SNI 19-

7030-

2004

1. Kadar air

(%)

40,7 % Maksimu

m 50 %

2. Suhu 280C

(termasuk

dalam

kisaran

suhu

tanah)

Suhu air

tanah

3. Warna Kehitama Kehitama

Page 8: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 40

n n

4. Bau Bau tanah Bau tanah

5. pH 7 6,80 –

7,49

6. Nitrogen

(N)

1,12 % Minimum

0,4 %

7. Fosfor (P) 0,49 % Minimum

0,1 %

8. Kalium

(K)

1,43 % Minimum

0,2 %

9. Karbon

(C)

7,76 % 9,8 – 32

10. Rasio C/N 6,9 10 - 20

Kompos TKKS yang telah jadi dapat

dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kompos TKKS yang sudah

jadi

Berdasarkan tabel 1, ditunjukkan bahwa

sebagian besar kandungan unsur hara

dari kompos TKKS sudah memenuhi

standar kualitas kompos. Parameter

yang menunjukkan kompos jadi adalah

suhu stabil yaitu 280C, warna agak

kehitaman (gambar 1), bau seperti bau

tanah, dan struktur remah. Kadar air di

bawah 50% yaitu 40,7%, pH 7

menunjukkan tingkat keasaman yang

netral.

Unsur nitrogen sangat

diperlukan oleh tanaman, terutama

untuk pembentukan senyawa protein

dan klorofil. Kekurangan nitrogen dapat

menyebabkan pertumbuhan tanaman

terhambat dan menyebabkan daun

menjadi berwarna kuning (Dewi, 2015).

Kandungan nitrogen 1,12% sudah

memenuhi standar kualitas kompos.

Fosfor merupakan salah satu

unsur penting untuk diserap tanaman,

serta pada proses pembentukan

komponen sel. Fosfor dibutuhkan

tanaman untuk merangsang

pembentukan dan pertumbuhan akar

sehingga tanaman menjadi kokoh, cepat

berbunga dan berbuah. Fosfor juga

diperlukan tanaman untuk pembentukan

protein dan enzim serta untuk proses

metabolisme yang menghasilkan energi

panas (Dewi, 2015). Pada penelitian ini,

kandungan fosfor sudah memenuhi

standar yaitu 0,49%.

Kalium termasuk dalam unsur

hara makro dalam penentuan kualitas

kompos. Kalium berfungsi untuk

memperkuat batang tanaman, serta

meningkatkan pembentukan hijau daun

dan karbohidrat pada buah. Selain itu,

kalium juga berfungsi meningkatkan

kualitas buah dan ketahanan tanaman

terhadap penyakit, merangsang

pembentukan bunga dan buah, dan

mengatur keseimbangan hara nitrogen

dan fosfor (Dewi, 2015). Kandungan

kalium sebesar 1,43%, hal ini sudah

sesuai dengan SNI 19-7030-2004 .

Dari semua unsur hara yang

dikandung, hanya unsur karbon yang

masih belum memenuhi standar yang

seharusnya antara 9,8% - 32%,

sedangkan pada kompos TKKS

kandungan karbon hanya 7,76%. Hal ini

berpengaruh pada rasio C/N. Rasio

antara karbon dengan nitrogen

menentukan kematangan dan kualitas

kompos (rasio C/N). Berdasarkan SNI

19-7030-2004 rasio karbon antara 10-

20, namun pada hasil penelitian ini rasio

C/N hanya 6,9. Karbon memiliki

peranan yang besar terhadap

keseimbangan kandungan nitrogen

kompos. Pada awal proses

pengomposan, karbon yang terdapat

dalam bahan organik merupakan

Page 9: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 41

sumber energi bagi mikroorganisme.

Dalam proses pencernaan oleh

mikroorganisme terjadi reaksi

pembakaran antara unsur karbon dan

oksigen menjadi kalori dan karbon

dioksida. Karbondioksida ini dilepas

menjadi gas, kemudian unsur nitrogen

yang terurai ditangkap mikroorganisme

untuk membangun tubuhnya. Pada

waktu mikroorganisme ini mati, unsur

nitrogen akan tinggal bersama kompos

dan menjadi sumber nutrisi bagi

tanaman (Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, 2011).

Unsur karbon yang rendah

disebabkan oleh pencacahan TKKS

yang sangat halus sehingga

memudahkan mikrooorganisme pada

EM4 untuk merombak bahan. Pada

penelitian Chasanah, Rahmawati dan

Iskarlia (2003), karbon pada TKKS

sebesar 42,12%. Berdasarkan penelitian

terdahulu tersebut maka penambahan

dedak dan sekam sebanding dengan

penambahan pupuk kandang karena

TKKS sendiri memiliki kandungan

karbon yang tinggi, yang dikhawatirkan

akan meningkatkan kandungan karbon.

Namun, ternyata hasil menunjukkan

karbon yang masih di bawah standar.

Oleh karena itu, agar dapat

diaplikasikan perlu penambahan porsi

untuk sekam atau bahan lain yang

mengandung karbon pada pembuatan

kompos TKKS.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian ini yaitu kandungan nitrogen

1,12%; fosfor 0,49%; kalium 1,43%;

kadar air 40,7% sudah sesuai dengan

SNI 19-7030-2004 . Sedangkan

kandungan karbon 7,76% dan rasio C/N

6,9 masih berada di bawah standar.

Perlu penambahan bahan berkarbon

tinggi untuk meningkatkan karbon pada

kompos TKKS.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Penembangan

Pertanian. 2011. Ragam Inovasi

Pendukung Pertanian Daerah.

Jakarta.

Chasanah, U., L. Rahmawati dan G.R.

Iskarlia. 2013. Optimasi

Dekomposisi Tandan Kosong

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq) Menggunakan Aktivator

EM4. Polhasains, Jurnal Sains

dan Terapan Politeknik Hasnur

01 (1) : 16-29.

Dewi, R. 2015. Manfaat Unsur N, P, K

Bagi Tanaman. Badan Litbang

Pertanian. BPTP Kalimantan

Timur.

Firmansyah, M,A. 2010. Teknik

Pembuatan Kompos. Penelitian

Balai Pengkajian Teknologi

(BPTP). Kalimantan

Tengah.Sukamara.

Yuwono, D. 2007. Kompos. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Page 10: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 42

PERTUMBUHAN SAYUR SAWI HIDROPONIK MENGGUNAKAN NUTRISI

AIR CUCIAN BERAS DAN CANGKANG TELUR AYAM

Gusti Rokhmaniyati Iskarlia

Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

e-mail : [email protected]

ABSTRACT

Currently, hydroponic is being developed due to advantage such as using not much

land, so it can use limited space land. Hydroponic nutrients consist of nutrients A and

nutrients B or mixture of it. These nutrients are obtained in a ready-made state at a

hydroponic store. Plant growth nutrients obtained with economical and

environmentally-friendly values. In order to save the costs, the hydroponic nutrients

obtained from household waste and rice water washing (leri).

Commonly, the mustard plant is used as a hydroponic plant seed. The observation was

done gradually and measured by sighting on leaf variable and area index at age 7 HST,

14 HST, 21 HST, 28 HST and 35 HST. The measure was continued by calculate the

plant fresh weight which was weight of the total plant fresh weight in the morning after

harvesting. Growth rate of plants was measured by weighing the weight of the plant at

two time intervals of 14 HST and 28 HST. The method of this study was used

Completely Randomized Design with 7 treatments and 4 replications. The data of the

research were analyzed by ANOVA and continued by Duncan Multiple Range Test at

level of 5%.

From the research was known that treatment A, treatment B, treatment C, treatment E,

and treatment F were not different, but treatment D and treatment G gave influence

compared to other treatment. Treatment G gave the best result to all variables, namely

leaf number, leaf area index, fresh weight, root volume and plant growth rate.

Key words: hydroponics, nutrition, rice water washing and chicken egg shell

PENDAHULUAN

Sistem hidroponik pada

dasarnya merupakan modifikasi dari

sistem pengelolaan budidaya tanaman

di lapangan secara lebih intensif untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas

produksi tanaman serta menjamin

kontinyuitas produksi tanaman.

Hidroponik merupakan teknik budidaya

tanaman tanpa menggunakan media

tanah, melainkan menggunakan air

sebagai media tanamnya. Keuntungan

hidroponik adalah : (a) tidak

memerlukan lahan yang luas (b) mudah

dalam perawatan (c) memiliki nilai jual

yang tinggi. Sedangkan kelemahan

hidroponik adalah : (a) memerlukan

biaya yang mahal (b) membutuhkan

keterampilan yang khusus (Roidah,

2014). Jenis hidroponik sangat beragam

yaitu sistem irigasi tetes, sistem wick,

sistem Nutrient Film Tehnique (NFT).

Jenis hidroponik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sistem wick

(Hendra, dkk. 2014).

Hidroponik sistem wick sangat

tepat digunakan bagi pemula yang ingin

bertanam dengan cara hidroponik,

karena prinsipnya yang mendasar

hanya memanfaatkan kapilaritas air.

Keunggulan lainnya adalah tidak

memerlukan perawatan khusus, mudah

dalam merakit, portabel (dapat

dipindahkan), dan cocok di lahan

terbatas (Diah, 2015). Dan didukung

Page 11: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 43

dari hasil penelitian Embarsari (2015),

sistem hidroponik dengan sumbu ini

memberikan pengaruh pada hasil dan

pertumbuhan tanaman seledri.

Media tanam tidak hanya

sebatas menggunakan tanah dan air

sebagai nutrisi pertumbuhan tanaman.

Media tanam dapat menggunakan

teknik hidroponik dengan

menggunakan nutrisi A ataupun nutrisi

B. Era modern seperti saat ini, media

tanam hidroponik sangat membantu

bagi skala rumah tangga yang tidak

memiliki lahan kosong untuk bercocok

tanam sehingga lahan yang sempit

sekalipun dapat dimanfaatkan untuk

menanam sayuran seperti bayam,

tomat, sawi dan cabai. Selain tanah

sebagai media tanam, sistem

hidroponik dapat menggunakan media

sabut kelapa sebagai media tanam

ataupun dapat menggunakan rockwoll

yang umum digunakan dalam sistem

hidroponik. Media sabut kelapa dapat

digunakan seperti halnya rockwoll

untuk pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan penelitian Paputungan

(2014), pertumbuhan sawi hijau pada

berbagai media tanam hidroponik

menunjukkan bahwa pada umur 2 MST

(minggu setelah tanam) pertumbuhan

tinggi tanaman sawi yang tertinggi pada

perlakuan media sabut kelapa dengan

rerata mencapai 16,30 cm.

Pada umumnya nutrisi

hidroponik menggunakan nutrisi A dan

nutrisi B ataupun campuran nutrisi A

dan B. Nutrisi ini kita dapatkan dalam

keadaan siap pakai di toko khusus

hidroponik. Kandungan yang terdapat

dalam nutrisi A yaitu kalsium amonium

nitrat, kalium nitrat dan Fe-EDTA serta

Fe sedangkan nutrisi B berisi kalium

dihidro sulfat, amonium sulfat,

magnesium sulfat, mangan sulfat,

tembaga sulfat, seng sulfat, asam borat,

dan amonium molibdat (Sutiyoso,

2002).

Nutrisi pertumbuhan tanaman

tidak harus mahal, melainkan dapat

menggunakan limbah rumah tangga

dan untuk menghemat biaya dapat

menggunakan air cucian beras (leri)

sebagai nutrisi hidroponik. Air cucian

beras (leri) merupakan sisa air

pencucian beras yang umumnya

langsung dibuang dan tidak

dimanfaatkan. Air cucian beras

mengandung vitamin B1 0,043%,

fosfor 16,306%, nitrogen 0,015%,

kalium 0,02%, kalsium 2,944%,

magnesium 14,252%, sulfur 0,027%,

dan besi 0,0427% yang dapat

digunakan sebagai nutrisi pertumbuhan

tanaman (Wulandari, 2012).

Air cucian beras dapat

dimanfaatkan sebagai nutrisi

pertumbuhan bagi tanaman. Kandungan

yang ada pada air cucian beras dapat

membantu dalam pertumbuhan

tanaman. Berdasarkan penelitian

Wulandari (2012), terjadi pengaruh air

cucian beras merah dan beras putih

terhadap pertumbuhan selada. Pada 15

hari setelah tanam (HST) penyiraman

air cucian beras nyata meningkatkan

berat segar akar selada (dibandingkan

dengan tanpa pemberian air cucian

beras). Air cucian beras putih secara

nyata meningkatkan berat segar akar

dibandingkan dengan air cucian beras

merah.

Pertumbuhan tanaman dapat

dilihat dari tinggi tanaman, luas daun

dan panjang akar. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Kalsum

(2011), terjadi pengaruh pemberian air

leri terhadap pertumbuhan jamur tiram.

Pemberian air leri sebayak 40 ml setiap

2 hari mengakibatkan jumlah tubuh

buah pada jamur tiram putih lebih

banyak dibandingkan dengan perlakuan

lain. Sedangkan menurut Purnami, dkk

(2014), terjadi pengaruh jenis dan

frekuensi penyemprotan leri pada

pertumbuhan bibit anggrek. Jenis leri

berpengaruh sangat nyata terhadap

Page 12: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 44

pertambahan tinggi tanaman, panjang

akar dan jumlah akar. Menurut

penelitian Istiqomah (2012), terjadi

pengaruh pemberian air cucian beras

coklat terhadap produktivitas tanaman

kacang hijau. Air cucian beras mampu

mempengaruhi jumlah cabang

produktif (buah) pada tanaman kacang

hijau dengan menggunakan 1 Liter air

cucian beras coklat dan menghasilkan

jumlah cabang produktif yaitu 7,625

buah.

Cangkang telur merupakan

limbah rumah tangga yang masih bisa

dimanfaatkan untuk menyuburkan

tanaman. Tepung cangkang telur

mengandung unsur hara kalsium dan

magnesium yang berguna untuk

meningkatkan pH tanah dan

menyuburkan tanaman. Selain itu,

tepung cangkang telur juga bermanfaat

untuk mengusir hama tanaman seperti

bekicot. Menurut Stadelman dan Owen

(1989) jumlah mineral di dalam

cangkang telur beratnya 2,25 gram

yang terdiri dari 2,21 gram kalsium,

0,02 gram magnesium, 0,02 gram

fosfor serta sedikit besi dan sulfur.

Sayur dibutuhkan manusia

untuk beberapa macam manfaat.

Kandungan aneka vitamin, karbohidrat

dan mineral pada sayur tidak dapat

disubstitusi dengan makanan pokok

(Nazaruddin, 1995). Salah satu sayuran

yang sering dikonsumsi oleh

masyarakat adalah sawi hijau Brassica

juncea L.. Menurut Zulkarnain (2010),

sawi hijau Brassica juncea L. dapat

dikategorikan kedalam sayuran daun

berdasarkan bagian yang dikonsumsi.

Sawi hijau Brassica juncea L. memiliki

nilai ekonomis tinggi setelah kubis dan

brokoli. Selain itu, tanaman ini juga

mengandung mineral, vitamin, protein

dan kalori. Oleh karena itu, tanaman

ini menjadi komoditas sayuran yang

cukup populer di Indonesia (Rukmana,

2002).

Menurut Syukur (2013), pasar

tradisional merupakan penyerap

komoditas sawi dan selada terbesar,

yakni mencapai 90% dari total pasokan.

Sejumlah besar pasokan yang ada saat

ini belum memenuhi kebutuhan pasar.

Terbukti dengan harga yang mudah

terombang-ambing. Saat pasokan

seimbang dengan permintaan, harga

sawi dan selada stabil. Tetapi saat

pemasokan berkurang, harga sawi dan

selada melonjak tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui pertumbuhan sayur sawi

secara hidroponik dengan pemberian

nutrisi yang berbeda dan mengetahui

interaksi nutrisi yang berbeda terhadap

pertumbuhan sayur sawi dengan teknik

hidroponik.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk

pembuatan instalasi hidroponik adalah

pipa PVC, Talang PVC, kayu,

rockwool, spon, pompa, slang, plastik,

timer, kran, pH meter, dan EC meter.

Alat yang digunakan untuk

pemeliharaan tanaman seperti ember,

gembor dan spray.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah air bersih, air

cucian beras, serbuk cangkang telur

ayam, pupuk DI Grow Green® dan

tanaman sawi. Air cucian beras, serbuk

cangkang telur dan DI Grow Green®

digunakan sebagai nutrisi untuk

hidroponik.

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan

bulan Juli s/d Oktober 2017 di

Laboratorium Dasar Politeknik Hasnur

dan Screen House Politeknik Hasnur.

Metode Penelitian Metode penelitian ini Penelitian

ini dilakukan dalam Rancangan Acak

Page 13: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 45

Lengkap (RAL) dengan 7 (tujuh)

perlakuan dan 4 (empat) ulangan. Data

hasil penelitian dianalisa dengan sidik

ragam (ANOVA) dan apabila terdapat

perbedaan yang nyata dilanjutkan

dengan uji Jarak Berganda Duncan taraf

5%.

Pelaksanaan

Pembibitan Sawi

Pembibitan tanaman sayuran

sawi dilakukan dengan menyemaikan

bibit sawi pada media semai berupa

rockwool yang telah direndam air dan

diletakkan pada nampan, dengan

perlakuan memberikan penyiraman air

pada rockwool setiap pagi dan sore.

Baki benih ini ditempatkan di tempat

gelap sampai benih menjadi kecambah.

Setelah muncul kecambah dan berumur

kurang lebih satu minggu dipindah ke

tempat yang mendapatkan cahaya

matahari tidak langsung, atau masih

teduh. Kemudian dilakukan perawatan

hingga berumur dua minggu.

Persiapan media tanam hidroponik

dan Pembuatan Larutan Nutrisi

Media tanam yang digunakan

adalah media hidroponik dengan

pemberian nutrisi hidroponik yang

berbeda. Larutan nutrisi hidroponik

dibuat dengan komposisi perlakuan

sebagai berikut :

Perlakuan A : Terdiri dari pupuk DI

Grow Green sebanyak 3

ml ditambah air 5 liter.

Perlakuan B : Terdiri dari 3 liter air

cucian beras dan 2 liter

air.

Perlakuan C : Terdiri dari 1 gram

serbuk cangkang telur

ayam dan 5 liter air.

Perlakuan D : Terdiri dari 3 ml DI

Grow Green ditambah 3

liter air cucian beras dan

2 liter air.

Perlakuan E : Terdiri dari 3 ml DI

Grow Green ditambah 1

gram serbuk cangkang

telur ayam dan 5 liter air.

Perlakuan F : Terdiri dari 3 liter air

cucian beras ditambah 1

gram cangkang telur

ayam dan 2 liter air.

Perlakuan G : Terdiri dari pupuk 3 ml

DI Grow Green

ditambah 3 liter air

cucian beras, 1 gram

serbuk cangkang telur

ayam dan 2 liter air.

Pemberian nutrisi hidroponik

Bibit sawi cukup umur (±14

hari), kemudian dipindah ke bak nutrisi.

Pemindahan ini dilakukan dengan

mencabut bibit dari media dan

kemudian ditanam pada media

hidroponik dengan masing-masing

larutan nutrisi hidroponik berbeda

dengan menggunakan spons atau

sumbu.

Perawatan yang dilakukan

meliputi penggantian larutan nutrisi

yang digunakan secara periodik untuk

menjaga ketersediaan nutrisi dan

kestabilan pH larutan. Selain itu juga

dilakukan pengendalian hama dan

penyakit yang mungkin menyerang,

mengingat ini adalah kultur air sehingga

tanaman rentan terserang penyakit.

Hidroponik sawi dilakukan

pemanenan pada umur 35 hari setelah

tanam (HST) pada saat tanaman

mencapai pertumbuhan maksimal.

Panen dilakukan dengan mencabut

tanaman dari media hidroponik dan

melepaskan spons penyangga tanaman.

Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan mulai

umur 7 hari setelah tanam hingga

panen. Adapun parameter pengamatan

yang diambil sebagai data adalah

sebagai berikut :

a. Jumlah daun, data diambil dengan

menghitung jumlah daun tanaman

setiap seminggu sekali.

Page 14: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 46

b. Luas daun diukur dengan alat

planimeter pada cetakan/copy

gambar daun dilakukan setiap

seminggu sekali.

c. Berat segar tanaman diukur dengan

menimbang bobot segar total

tanaman saat pagi hari setelah

pemanenan.

d. Laju pertumbuhan tanaman (LPT)

diukur dengan menimbang bobot

tanaman pada dua selang waktu yaitu

14 HST dan 28 HST kemudian

memasukkan kedalam persamaan :

Laju pertumbuhan tanaman (LPT) =

(W2 – W1)/(T2 – T1)

Keterangan :

W1 : Bobot kering awal tanaman 14

HST

W2 : Bobot kering akhir tanaman 28

HST

T1 : Waktu pengambilan bobot kering

awal (14 hari)

T2 : Waktu pengambilan bobot kering

akhir (28 hari)

Volume perakaran diukur dengan

mencelupkan akar tanaman saat setelah

dipanen kedalam gelas ukur berisi air

dan menghitung kenaikan volume air

dalam gelas ukur tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahapan awal dalam proses

menyiapkan hidroponik adalah

menyemai benih. Benih yang digunakan

merupakan bibit unggul tanaman sawi

dengan media tanam roockwool.

Rockwool dipotong berukuran 2,5 cm x

2,5 cm dibasahi dengan air secukupnya,

kemudian diletakkan dalam baki dan

disusun rapi. Rockwool yang telah

tersusun rapi diberi lubang

menggunakan tusuk gigi. Benih sawi

dimasukkan ke dalam lubang yang telah

dibuat dan diusahakan penempatannya

cukup dipermukaan lubang semai serta

terkena basah agar terjadi proses

imbibisi. Penempatan benih yang tepat

sesuai dengan serat rockwool

memudahkan akar mencari jalan untuk

tumbuh. Tanaman sawi

pertumbuhannya cenderung horisontal

atau melebar, sehingga hanya dibuat

satu lubang semai untuk benih dalam

satu roockwool. Baki berisi benih sawi

yang disemai pada media rockwool

disimpan pada tempat gelap selama 2

hari.

Pengamatan dilakukan secara

bertahap dan terukur mulai dari

pengamatan pada variabel jumlah daun

pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst

dan 35 hst, kemudian dilanjutkan

dengan perhitungan pada indeks luas

daun pada umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28

hst dan 35 hst.

Semua variabel pengamatan

diamati dan kemudian data diolah

menggunakan aplikasi microsoft exel

dan genstat 11st yang disajikan

grafiknya pada Gambar 1 - Gambar 5.

Gambar 1. Jumlah Daun Sawi. Garis

diatas batang menunjukkan

Standar deviasi (n=4). Huruf

yang sama diatas garis

menunjukkan bahwa

perlakuan tidak berbeda

berpengaruhnya berdasarkan

DMRT pada level 1% dan

5%

Hasil pengamatan jumlah daun

tanaman sawi (Gambar 1) menunjukkan

Page 15: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 47

bahwa semua perlakuan pemberian

nutrisi dengan berbagai campuran bahan

pada sistem hidroponik dalam

percobaan ini tidak memberikan

pengaruh nyata. Hal ini terlihat dari

subsript yang sama antar perlakuan

berdasarkan hari pengamatan sampel di

7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst

pada setiap perlakuan bahan nutrisi.

Jumlah daun menjadi salah satu

variabel utama dalam pengamatan

pertumbuhan dan perkembangan

tanaman semusim, karena dapat

menggambarkan tingkat perkembangan

tanaman secara umum. Nutrisi yang

diberikan pada tumbuhan umumnya

akan memengaruhi proses metabolisme

sel untuk membelah dan melakukan

pertumbuhan kemudian diikuti dengan

perkembangan organ tanaman. Febrianti

(2017) melaporkan bahwa perlakuan

hidroponik dari limbah cangkang telur

dapat meningkatkan pembelahan sel

tanaman dangan menyediakan hara

Kalsium (Ca).

Luas Daun Tanaman Sawi

Gambar 2. Luas Daun Sawi. Garis

diatas batang menunjukkan

Standar deviasi (n=4). Huruf

yang sama diatas garis

menunjukkan bahwa

perlakuan tidak berbeda

berpengaruhnya berdasarkan

DMRT level 1% dan 5%

Luas daun menjadi bagian

terpenting dalam variabel pengamatan

pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Secara fisiologi, luas daun

menjadi komponen utama dalam

aktifitas fotosintesis yang optimal.

Semakin besar indeks luas daun, maka

semakin besar tangkapan cahaya yang

diserap.

Pengamatan indeks luas daun

(Gambar 2) pada tanaman sawi yang

diberi perlakuan nutrisi dari 3 ml DI

Grow Green ditambah 3 liter air cucian

beras dan 2 liter air dan perlakuan 3 ml

DI Grow Green ditambah 3 liter air

cucian beras, 1 gram serbuk cangkang

telur ayam dan 2 liter air

memperlihatkan perkembangan luas

daun yang signifikan pada umur 28 hst

dan 35 hst dibandingkan dengan

perlakuan lain. Hal ini mungkin

disebabkan oleh nutrisi yang diberikan

merupakan nutrisi dari kompilasi cairan

nutrisi DI Grow Green®

dan air cucian

beras (perlakuan D), serta hasil terbaik

terlihat pada nutrisi DI Grow Green®

yang dikompilasi dengan air cucian

beras dan serbuk cangkang telur, namun

pada perlakuan A tidak berdampak

positif meskipun sistem hidroponik

sudah mengandung nutrisi dari DI Grow

Green®. Andrianto (2007), air leri atau

air bekas cucian beras dapat

merangsang pertumbuhan akar tanaman

adenium karena air leri mengandung

vitamin B1 yang dapat mempercepat

pertumbuhan akar dan tinggi tanaman.

Berat Segar Tanaman Sawi

Page 16: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 48

Gambar 3. Berat segar tanaman Sawi.

Garis diatas batang

menunjukkan Standar

deviasi (n=4). Huruf yang

sama diatas garis

menunjukkan bahwa

perlakuan tidak berbeda

berpengaruhnya berdasarkan

DMRT level 1% dan 5%

Hasil analisa berat segar

tanaman sawi (Gambar 3) menunjukkan

bahwa perlakuan A, perlakuan B,

perlakuan C, perlakuan E terlihat lebih

rendah dan tidak berkembang optimal

dibandingkan dengan berat segar pada

perlakuan D, perlakuan G. Hal ini

sejalan dengan penelitian Hamli,

Lapanjang dan Yusuf (2015) yang

menyimpulkan bahwa perlakuan

pemberian pupuk organik cair dengan

konsentrasi yang berbeda pada sistem

hidroponik dapat meningkatkan berat

segar. Pada penelitian ini, hasil terbaik

terlihat dari perlakuan pupuk cair yang

diberikan dikombinasi dengan larutan

beras dan serbuk cangkang telur.

Volume Akar Tanaman Sawi

Gambar 4. Volume akar tanaman Sawi.

Garis diatas batang

menunjukkan Standar

deviasi (n=4). Huruf yang

sama diatas garis

menunjukkan bahwa

perlakuan tidak berbeda

berpengaruhnya

berdasarkan DMRT 5%.

Hasil analisis yang dilakukan

pada data pengamatan volume akar

tanaman sawi (Gambar 4) menunjukkan

bahwa hanya perlakuan G yang

memiliki bobot volume akar yang

berbeda pengaruhnya dibandingkan

perlakuan lain. Perlakuan pemberian

pupuk 3 ml DI Grow Green ditambah 3

liter air cucian beras, 1 gram serbuk

cangkang telur ayam dan 2 liter air

memberikan pengaruh terhadap volume

akar. Volume akar pada perlakuan

tersebut lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan lain, sehingga dapat

disimpulkan bahwa perlakuan G

berpengaruh positif terhadap

peningkatan volume akar tanaman sawi.

Volume akar tanaman berbanding lurus

dengan panjang akar dan diameter akar

tanaman.

Laju Pertumbuhan Tanaman Sawi

Gambar 5. Laju pertumbuhan tanaman

Sawi. Garis diatas batang

menunjukkan Standar

deviasi (n=4). Huruf yang

sama diatas garis

menunjukkan bahwa

perlakuan tidak berbeda

berpengaruhnya

berdasarkan DMRT 5%.

Berdasarkan Uji DMRT yang

hasilnya ditampilkan pada Gambar 5

menunjukkan bahwa hasil perlakuan A,

perlakuan B, perlakuan C, berbeda

dibandingkan perlakuan D, perlakuan

Page 17: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 49

E, perlakuan F dan perlakuan G yang

telihat lebih baik secara statistik.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini :

1. Perlakuan A, Perlakuan B,

Perlakuan C, Perlakuan E,

Perlakuan F tidak berbeda, namun

Perlakuan D dan Perlakuan G

memberikan pengaruh

dibandingkan perlakuan lain.

2. Pemberian perlakuan G

memberikan hasil yang terbaik

pada semua variabel yakni jumlah

daun, indeks luas daun, berat

segar, volume akar, dan laju

pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, H. 2007. Pengaruh Air

Cucian Beras Pada Adenium.

Skripsi. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Diah, A.S. 2015. Hidroponik Wick

System. Jakarta: Agromedia

Pustaka.

Embarsari, R. P ; Taofik, A dan

Qurrohman, B. F. T. 2015.

Pertumbuhan Dan Hasil Seledri

(Apium Graveolens L.) Pada

Sistem Hidroponik Sumbu

Dengan Jenis Sumbu dan Media

Tanam Berbeda. Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Sunan Gunung

Djati. Bandung. Jurnal Agro 2

(2) 41-48. Desember 2015.

Febrianti, Arisya. 2017. Pemanfaatan

Cangkang Telur Ayam Sebagai

Penambah Nutrisi Kalsium Pada

Tanaman Bayam (Amaranthus

tricolor L.) Dengan Budidaya

Hidroponik. Skripsi. Fakultas

Mipa Institute Pertanian Bogor.

Hamli, F., Lapanjang. I.M., Yusuf. R.

2015. Respon Pertumbuhan

Tanaman Sawi (Brassica juncea

L.) Secara Hidroponik Terhadap

Komposisi Media Tanam Dan

Konsentrasi Pupuk Organik Cair.

E-J. Agrotekbis 3 (3) : 290-296.

Hendra, H. A. ; Agus, H dan Andoko,

A. 2014. Bertanam Sayuran

Hidroponik Ala Paktani

Hydrofarm. Jakarta: Agromedia

Istiqomah, N. 2012. ”Efektivitas

Pemberian Air Cucian Beras

Coklat Terhadap Produktvitas

Tanaman Kacan Hijau (Phaseolus

radiatus L.) Pada Lahan Rawa

Lebak”. Jurnal Ziraa’ah. 33 (1)

99-108.

Kalsum. 2011.Efektivitas Pemberian

Air Leri Terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Jamur Tiram Tiram

(Pleurotus ostreatus). Jurnal

Agrovigor. Volume 4, Nomor 2.

Nazaruddin. 2000. Budidaya Dan

Pengaturan Panen Sayuran

Dataran Rendah. PT Penebar

Swadaya. 142 Hal. Jakarta.

Paputungan, T. G. 2014. ”Respon

Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman

Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

Pada Berbagai Media Tanam

Hidroponik”. Jurnal pertanian. 2

(1).

Purnami, N.L.G.W ; Yuswanti, H. dan

Astiningsih, A. A. M. 2014.

”Pengaruh Jenis Dan Frekuensi

Penyemprotan Leri Terhadap

Pertumbuhan Anggrek

Phalaeonopsis sp. Pacsa

Aklimatisasi”. E-Jurnal

Agroekoteknologi Tropika. 3 (1)

22-31.

Rukmana. 2002. Nimba (HORTI).

Yogyakarta: Kanisius.

Stadelman, W.J. and J.C. Owen., 1989.

Egg Science and Technology. 2nd

Edit. AVI Publishing Company,

Inc. Westport, Connecticut.

Sutiyoso, Y. 2002. Meramu Pupuk

Hidroponik Tanaman Buah,

Page 18: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 50

Tanaman Sayuran, Tanaman

Hias. Bogor: Penebar Swadaya.

Syukur, M. 2013. Cabai Prospek Bisnis

dan Teknologi Mancanegara.

Bogor: Swadaya.

Wulandari, C. G. M. 2012. Pengaruh

Air Cucian Beras Merah dan

Beras Putih terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Selada

(Lactuca sativa L.). Yogyakarta:

Skripsi. Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada.

Zulkarnain. 2010. Dasar – Dasar

Hortikultural: Pertanian Organik.

Jakarta : Bumi Aksara

Page 19: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 51

TEKNIK PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN MENGHASILKAN

KELAPA SAWIT (Elaeis gueneensis Jacq) DI PT. BARITO PUTERA

PLANTATION

Herry Iswahyudi1 dan Juwardi Hanafie

1

1)Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

Email : [email protected]

ABSTRACT

Weed control in the garden 2 - 3 divisions 7 and 8 combine there are two methods of

control, namely manually and chemist / chemical. Weed control manually done one

month before chemist / chemical weed control, this is done based on SOP PT. Barito

Putera Plantation because weeds must be tripped so as not to be so high that when done

chemically more optimally, the purpose of this research is to find out the dominant weed

species in gardens 2-3 Divisions 7 and 8 that interfere with plant yield (TM) palm oil,

any techniques in plant weed control produce oil palm. There are two methods that are

done in the form of qualitative with descriptive form, this method consists of direct

observation in the field and interviews observation method is done to obtain data, such

as weed species, weed weed control techniques as well as tools and materials in the

control of the weeds, This study was obtained by weeding TM TM palm oil among other

galam (Melaleuca leucadendron), kalakai / lembiding (Stenochlaena palustris), rija-rija

(Scleria sumatrensis),Imperatacy lindrical, karamunting (Melastoma

malabathricum).

Key words: Control technique, weed, and palm oil

PENDAHULUAN

Pengembangan perkebunan

kelapa sawit di Indonesia memiliki arti

penting bagi Indonesia, baik dari aspek

ekonomis, maupun sosial. Ditinjau dari

aspek ekonomi, perkebunan kelapa

sawit dapat mendukung industri dalam

negeri berbasis produk berbahan dasar

kelapa sawit. Selain itu, produksi

minyak sawit Indonesia sebagian besar

di ekspor ke berbagai negara seperti

negara-negara diEropa, negara-negara

di Amerika, dan Asia (Malaysia,

Singapura, India, Arab,dan Jepang)

sehingga menjadi sumber devisa bagi

negara. Dari segi aspek sosial,terjadi

penyerapan tenaga kerja dalam jumlah

besar dan memperkecil kesenjangan

pendapatan petani dengan pengusaha

perkebunan (Sunarko, 2009)

Rata-rata produktivitas kebun

kelapa sawit di Indonesia masih

terdapat perbedaan hasil yang

singnifiakan antara pencapayan

produksi riil dengan potensi produksi.

Karena itu, peningkatan produktivitas

harus menjadi keharusan disamping

pengembangan dan pembangunan

perkebunan kelapa sawit di tanah air.

Sebagai gambaran, produktivitas kebun

kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007

hanya sekitar 13 ton TBS/Ha/tahun.

Potensi produksi sebenarnya mencapai

lebih dari 20 ton TBS/Ha/tahun. Pada

tahun yang sama Malaysia mencapai

lebih 20 ton TBS/ Ha/ tahun (Sunarko,

2009)

Rendahnya produktivitas

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

disebabkan diataranya oleh kurangnya

pengetahuan tentang teknik

pemeliharaan tanaman kelapa sawit,

Page 20: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 52

terutama tentang teknik pengendalian

gulma (Pahan, 2008).

Gulma dalam perkebunan kelapa

sawit tidak dikehendaki karena dapat

mengakibatkan penurunan produksi

akibat bersaing dalam mengambil unsur

hara,air, sinar matahari dan ruang hidup

selain itu gulma juga dapat menurunkan

mutuproduksi akibat terkontaminasi

oleh bagian-bagian gulma,

mengeluarkan senyawa alelopati yang

dapat menganggu pertumbuhan

tanaman, menjadi inang bagi hamayang

dapat menyerang tanaman, menggangu

tataguna air dan secara umum kehadiran

gulma akan meningkatkan biaya usaha

tani karena ada penambahankegiatan

(Pahan, 2008).

METODE PENELITIAN

Penelitian berlangsung selama

tiga bulan dari Februari sampai dengan

Mei 2017, tempat penelitian perkebunan

kelapa sawit PT. Barito Putra

Plantation, Desa Antar Raya Km.10

Kecamatan Marabahan, Kabupaten

Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

Metode yang digunakan berupa

metode kualitatif dengan bentuk

deskriptif, metode ini terdiri atas

observasi langsung di lapangan dan

wawancara. Metode observasi dan

wawancara dilakukan untuk

mendapatkan data, seperti jenis-jenis

gulma, dampak adanya gulma, teknik

pengendalian gulma serta alat dalam

pengendalian gulma tersebut.

Data hasil observasi dilapangan

akan didukung dengan data hasil

wawancara yang dilakukan kepada

divisi pengendalian gulma di PT.Barito

Putra Plantation.

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Menentukan lokasi pengamatan

gulma pada tanaman menghasilkan

kelapa sawit secaracluster sampling,

di kebun 2-3 divisi 7 dan 8, claster

sampling adalah metode

pengambilan sampel dengan cara

peneliti mencampur objek – objek di

dalam populasi sehingga semua

objek dianggap memiliki

kesempatan sama untuk di ambil

sebagai sampel. Oleh karena hak

semua objek sampel sama, maka

peneliti terlepas dari sifat subjektif

yang ingin mengistimewakan satu

atau beberapa objek untuk dijadikan

pengambilan sampel penelitian dan

pengamatan maka penentu lokasi

pengamatan ini berdasarkan lahan

tanaman menghasilkan (TM) kelapa

sawit yang paling dekat dengan

jalan poros dan kantor divisi 7 dan 8

agar memudahkan dalam

melaksanakan kegiatan pengamatan

ini.

2. Pengamatan gulma dan dampak apa

yang ditimbukan oleh gulma

tersebut.

3. Pengendalian gulma, mencakup

pengendalian gulma, teknik

pengendalian gulma dan alat-alat

yang di gunakan dalam

pengendalian gulma pada PT.Barito

Putera Plantation.

4. Wawancara untuk memperoleh data

pendukung penelitian di lapangan

5. Dokomentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan di lapangan,

pada kebun 2-3 Divisi 7 dan 8 di Barito

Putera Plantation terdapat 5 vegetasi

gulma yang dominan. Berikut gambar

dokumentasi hasil pengamatan gulma

beserta data tertulis gulma tersebut :

Page 21: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 53

1. Galam

Gambar 1. Melaleuca leucadendron

Nama umum dari gulma ini

adalah galam, biasa disebut anak galam,

ciri-ciri dari gulma anak galam ini

adalah batangnya mengelupas dan

memiliki bulu-bulu halus, berwarna

putih keabu-abuan, batang pohonnya

tidak terlalu besar, daunnya berwarna

hijau. Galam tumbuh subur di daerah

gawangan, jalan pasar pikul dan

piringan. Galam di PT. Barito Putera

Plantation biasa di gunakan untuk

membuat jembatan dan perbaikan akses

jalan.

2. Kelakai/lembiding

Gambar 2. Stenochlaena palustris

Nama umum dari gulma ini adalah

lembiding atau kelakai. Tanaman ini

tumbuh subur di area perkebunan

kelapa sawit tanaman menghasilkan

(TM) dan tanaman belum menghasilkan

(TBM) PT. Barito Putera Plantation di

kebun 2-3 div 7 dan 8. Ciri-ciri dari

gulma ini adalah memiliki daun yang

hijau dan menyirip tunggal, daun muda

kerap berwarna keunguan, daun muda

ini sering dimasak untuk dijadikan

sayur. Gulma lembiding atau kelakai

tumbuh subur di lokasi yang sama

dengan karamunting yaitu sekitar, jalan

pasar pikul, gawangan dan piringan.

3. Rija-rija/kerisan

Gambar 3. Scleria sumatrensis

Nama umum gulma ini adalah rija-

rija/kerisan, ciri-ciri dari gulma rija-

rija/kerisan adalah rumput yang

menahun, dengan batang kokoh,

menyegitiga, licin atau sedikit kasap,

dan daunnya tajam. Gulma riji-

riji/kerisan tumbuh subur di area kering

dan rawa-rawa, gawangan, jalan pasar

pikul dan piringan.

4. Alang-alang

Gambar 4. Imperata cylindrical

Gulma ini di sebut alang-alang, ciri-ciri

gulma ini adalah memiliki daun yang

tajam, memanjangseperti pita,

pertumbuhan alang-alang sangat di

tekan di PT. Barito Putera Plantation

karena pertumbuhannya sangat cepat

dan mengeluarkan zat alelopati yang

bersifat racun bagi tanaman tandan buah

segar (TBS), istilah dalam

pengerjaannya adalah spot alang/lalang.

Gulma ini tidak banyak di temukan

Page 22: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 54

seperti gulma lain, tempat tumbuh

gulma ini biasa berada di gawangan,

jalan pasar pikul dan piringan atau

tempat yang tidak tergenang air.

5. Karamunting

\\

Gambar 5. Melastoma malabathricum

Nama umum dari gulma ini

adalah karamunting atau senduduk, ciri-

ciri dari gulma ini adalah daunya

berwarna hijau mengkilap dan berbulu,

memiliki bunga berwarna ungu,

batangnya berkayu. Tumbuhan ini

tumbuh secara liar di area perkebunanan

kelapa sawit kebun 2-3 div 7 dan 8 PT.

Barito Putera Plantation, yaitu dominan

di sekitar jalan pasar pikul dan piringan

(Sekitar pokok kelapa sawit).

Berdasarkan hasil pengamatan

kondisi tanah yang didominasi oleh

tanah semi rawa sehingga pada musim

penghujan sangat basah.Hal ini

menjadikan kebun PT. Barito Putera

Plantation sebagai lahan yang baik bagi

pertumbuhan gulma seperti anak galam

(Melaleuc leucadendron), kelakai/

lembiding (Stenochlaena palustris),

rija-rija/ kerisan (Scleria sumatrensis),

alang-alang (Imperata cylindrical),

karamunting (Melastoma

malabathricum). Pertumbuhan gulma di

kebun sangat cepat karena didukung

oleh curah hujan yang tinggi dimana

selama penelitian ini di lakukan

frekuensi hujan yang terjadi lebih

sering.Hal ini bisa dilihat dari kondesi

gulma yang banyak ketika pelaksanaan

penyemprotan dan sudah tumbuh lagi

dengan cepat sebelum rotasi

pengendalian gulma pertama selesai.

Hasil pengamatan terhadap

gulma pada tanaman menghasilkan

kelapa sawit di kebun 2-3 divisi 7 dan 8

beragam. Untuk gulma karamunting

(Melastoma malabathricum) dan

lembiding / kelakai (stenochlaena

palustris) sangat banyak ditemukan di

daerah pinggir rawa seperti di jalan

pasar pikul, gawangan dan piringan

yang masih dalam lingkungan lahan

rawa/basah, hal ini di dukung oleh

peryataan (Maulidaya dessy et al, 2005)

dalam jurnalnya yang menyatakan rawa

yang cukup luas berbagai macam jenis

paku pakuan, dan salah satunya

tumbuhan Kalakai (stenochlaena

palustris).

Gulma Anak galam (Melaleuca

Leucadendron), banyak ditemukan di

perkebunan PT. Barito Putera Plantation

yang merupakan daerah rawa, semua

daerah piringan, jalan pasar pikul dan

daerah yang terendam air seperti di

gawangan banyak di tumbuhi gulma ini,

hal ini sesuai dengan pendapat yang

menyatakan bahwa tempat tumbuh

alami galam banyak di jumpai di dalam

hutan terbuka, lahan-lahan berbelukar,

khususnya sepanjang aliran sungai dan

bagian tepi rawa dan di tanah dengan

tingkat keasaman tinggi. (Bastoni,

2013).

Gulma selanjutnya adalah rija-

rija/ kerisan (Scleria sumatrensis)

dimana semua daerah gawangan

ditumbuhi gulma ini dengan sangat

subur dan mendominasi daerah semi

rawa dan terendam oleh air, menurut

wawancara dengan kepala divisi 7 dan 8

keberadaan tumbuhan rija-rija/kerisan

banyak dijumpai di daerah yang

terendam oleh air dan tumbuhan ini

menandakan daerah tersebut

mempunyai air yang masam, hal ini di

dukung oleh pernyataan yang

menyebutkan rija-rija/ kerisan bersifat

spesifik tanah sulfat masam yang tahan

Page 23: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 55

terhadap kemasaman tanah tinggi dan

menjadi indikator untuk tanah sulfat

masam dan pernyataan yang

menyebutkan bahwa rija-rija/kerisan

adalah salah satu tumbuhan liar yang

banyak terdapat di lahan rawa semi

yang terendam air pasang surut.

Gulma yang terakhir adalah

alang-alang (Imperata cylindrical),

populasi gulma ini sangat sedikit

dibandingkan dengan jumlah yang lain.

Pada saat pengamatan gulma ini berada

di jalan pasar pikul dan keberadaan

gulma ini sangat di tekan

pertumbuhannya oleh PT. Barito Putera

Plantation karena berdasarkan hasil

wawancara dengan kepala divisi 7 dan 8

yang mengatakan bahwa alang-alang

sangat berbahaya karena memiliki daya

saing tinggi terhadap perebutan unsur

hara, dan mengeluarkan zat

alelopatiyang bersifat racun bagi

tanaman tandan buah segar (TBS)

mengganggu pertumbuhan kelapa sawit

hal ini sesuai dengan pendapat (

Mangoensoekarjo, 2005 ) yang

menyatakan diantara beberapa jenis

gulma, gulma jenis rumput yang paling

menyulitkan dan merugikan adalah

lalang (Imperata cylindrical). Bila

sempat merajalela di kebun, akan

menghambat pertumbuhan kelapa sawit

dan sering menunjukkan ke kurangan

nitrogen yang parah karena persaingan

unsur hara, air, dan persaingan

perkembangan akar. Lalang harus

diberantas dari areal kebun tanpa

toleransi.

Teknik pengendalian gulma tanaman

menghasilkan ( TM ) kelapa sawit Pengendalian gulma di kebun 2

– 3 divisi 7 dan 8 memadukan ada dua

metode pengendalian, yaitu secara

manual dan chemist/ kimia.

Pengendalian gulma secara manual

dilakukan satu bulan sebelum

pengendalian gulma secara

chemist/kimia, hal ini dilakukan

berdasarkan SOP PT. Barito Putera

Plantation karena gulma harus di babat

terlebih dahulu agar tidak terlalu tinggi

sehingga ketika di lakukan secara kimia

lebih optimal.

Pengendalian gulma secara manual

Pengendalian gulma secara

manual di PT. Barito Putera Plantation

kebun 2 – 3 divisi 7 dan 8 dengan

menggunakan alat parang dengan cara

membabat dan menebas gulma di

sekitar gawangan, jalan pasar pikul dan

piringan.

Gambar 6. Parang

Jenis gulma yang dibabat atau

tebas adalah gulma seperti anak galam

(Melaleuca leucadendron), kelakai/

lembiding (Stenochlaena palustris),

rija-rija/ kerisan (Scleria sumatrensis),

alang-alang (Imperata cylindrical),

karamunting (Melastoma

malabathricum) di babat terlebih dahulu

karena apabila tidak di babat akan

menyusahkan pekerjaan terkecuali

ilalang/alang-alang dan dilihat dari

bentuk gulmanya. Waktu pengerjaan

pengendalian gulma di kebun 2 – 3

divisi 7 dan 8 dilaksanakan pada hari

kerja yaitu senin hingga sabtu dimulai

pukul 07.00 – 14.00 dengan

menempatkan karyawan harian lepas

(KHL) sebanyak 2 sampai 3 orang per

hektarnya. Berikut kegiatan

pengendalian gulma secara manual pada

gambar 7

Page 24: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 56

Gambar 7. Pengendalian gulma secara

manual

Pada pengendalian gulma secara

manual di PT. Barito Putera Plantation

kebun 2 – 3 divisi 7 dan 8 hanya

menggunakan sistem pembabatan

(slashing) menggunakan parang yang

dilakukan di area gawangan, jalan pasar

pikul dan piringan, tidak ada perbedaan

metode yang digunakan pada saat

dilapangan, semua gulma yang terlihat

rimbun, langsung saja di babat

menggunakan parang, terutama gulma

seperti karamunting (Melastoma

malabathricum), anak galam

(Melaleuca leucadendron), dan kelakai/

lembiding (Stenochlaena palustris).

Menurut hasil wawancara

dengan mandorawat, PT. Barito Putera

Plantation pembabatan bisa dilakukan

menggunakan alat parang (manual) dan

mesin babat (mekanis). Namun untuk

mesin babat tidak terlalu digunakan

untuk gulma yang berkayu besar.

Pengendalian gulma secara kimia

Pengendalian gulma secara

kimiawi di PT. Barito Putera Plantation

dilakukan di beberapa tempat yaitu

semprot piringan, jalan pasar pikul,

semak di gawangan dan pengendalian

alang-alang. Semprot piringan

merupakan penyemprotan gulma di

sekeliling tanaman kelapa sawit dengan

menggunakan herbisida. Semprot jalan

pasar pikul adalah menyemprot gulma

yang ada di tengah jalan pasar pikul

agar jalan sebagai sarana transportasi

panen dan pemupukan menjadi lancer.

Semua jenis gulma yang ada di kebun 2

– 3 divisi 7 dan 8 dapat di semprot

menggunakan herbisida terutama yang

sudah di babat.

Alat yang di gunakan dalam

pengendalian gulma secara kimia adalah

kap solo dengan kapasitas 15 liter.

Untuk mendapatkan hasil semprot yang

baik, perlu diperhatikan dosis dan

volume semprot yang di butuhkan

dalam pengendalian gulma. Standar

Operasional Prosedur PT. Barito Putera

Plantation telah menetapkan dosis

melalui perhitungan jumlah dosis.

Herbisida yang digunakan

adalah Parakuat Primaxone

menggunakan dosis 1-1,5 L/Ha

(Konsentrasi 0,3-0,5%) dan Glifosate

Prima Up menggunakan dosis 2-3 L/Ha

(Konsentrasi 0,6-1 %).

Berikut jenis herbisida yang di

gunakan di kebun 2 – 3 divisi 7 dan 8

pada gambar 3.9, gambar (a) Herbisida

Glifosate Prima Up dan gambar (b)

Herbisida Parakuat Primaxone

(a) (b)

Gambar 8. Herbisida Herbisida(a)

Glifosate Prima Up (b)

Parakuat Primaxone

Kegiatan penyemprotan dan

pengawasan yang diperlukan bagi

kegiatan yang beruntun. Hasil

pengamatan pengendalian gulma

menggunakan herbisida tersebut dapat

dilihat pada gambar 3. berikut :

Page 25: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 57

Gambar 9. Hasil aplikasi Prima Up dan

Primaxone

Pengamatan di lapangan

terhadap pengendalian gulma secara

kimia, di dapatkan hasil gulma yang

berubah menjadi kering dan berwarna

cokelat setelah dua hari dilakukan

penyemprotan herbisida. Pengendalian

secara kimia dapat lebih efektif karena

kegiatan ini memerlukan biaya, waktu

dan tenaga kerja yang lebih sedikit

dibandingkan dengan pengendalian

secara manual. Hal ini sesuai dengan

pernyataan ( Barus, 2003 ) pengendalian

menggunakan herbisida lebih praktis

dan menguntungkan dibandingkan

dengan metode yang lain, terutama

ditinjau dari segi kebutuhan tenaga

kerja yang lebih sedikit dan pelaksanaan

yang relative lebih singkat. Kerugian

dari pengendalian secara kimia adalah

menimbulkan bahaya keracunan bagi

para pekerja jika mereka tidak berhati-

hati dalam pelaksanaan penyemprotan.

Alat yang digunakan pada

pengendalian gulma secara kimia di PT.

Barito Putera Plantation adalah kap solo

dengan kapasitas 15 liter pada saat

pengamatan, alat ini digunakan untuk

semua jenis gulma, cara penggunaan

alat ini adalah larutan dikeluarkan dari

tangka akibat dari adanya tekanan udara

melalui tenaga pompa yang dihasilkan

oleh gerakan tangan penyemprot.

Pada waktu ganggang pompa

digerakan, larutan keluar dari tangka

menuju tabung udara sehingga tekanan

dalam tabung meningkat. Keadaan ini

menyebabkan larutan herbisida dalam

tangki dipaksa keluar melalui kap dan

selanjutnya di arahkan oleh nozzle

bidang sasaran semprot gulma. Serimg

terjadi kerusakan alat kerja (kap solo)

disaat karyawan sedang bekerja, di

antaranya kap sering jebol, nozzlesering

tersumbat handle stick bocor sehingga

mempengaruhi terhadap hasil kerja

(Output rendah) progres tidak

tercapai/selesai. Mengatassi masalah

tersebut PT. Barito Putera Plantation

melakukan perawatan rutin alat kerja

(kap solo) dengan mencuci alat kerja

setelah pemakaian dan sebelum di

simpan kembali ke gudang, melumasi

klip sebelum memulai pekerjaan dan

membalik alat kerja (kap solo) saat di

simpan di gudang.

Penggunaan air jernih pada saat

penyemprotan agar nozzle tidak

tersumbat. Permasalahan lain yang

sering timbul dilapangan adalah

masalah kondisi lahan yang banjir atau

pada saat melakukan penyemprotan

tiba-tiba hujan. Mandor mengantisipasi

permasalahan dengan terlebih dahulu

melihat kondisi lahan sebelum kegiatan.

Jika lahan tidak memungkinkan untuk

dilaksanakan kegiatan, maka pekerjaan

bisa dialihkan ke blok lain yang masih

berdekatan jadwal pengendaliannya

atau mengalihkan pekerja ke pekerjaan

lain setelah berkoordinasi dengan

mandor satu atau asisten divisi, contoh

dari pengalihan adalah membawa

parang, apabila terjadi hujan secara

tibat-tiba maka dipindahkan ke blok lain

yang memerlukan pengendalian gulma

secara manual. Hal ini sangat penting

karena KHL dibayar per hari, akan

sangat merugikan jika hasil kerja

mereka tidak efektif karena pekerjaan

tertunda namun norma kerja tetap

berjalan, APD yang digunkan untuk

pengendalian gulma secara kimia adalah

masker, kacamata plastik, sarung tangan

karet, Apron, dan sapatu bot tersebut

dapat dilihat pada gambar 10 berikut :

Page 26: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 58

Gambar 10. Alat dan APD yang

digunakan pada saat

semprot

KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa di dapat

dari tugas akhir ini sebagai berikut :

1. Gulma yang di temukan pada

tanaman menghasilkan kelapa sawit

di kebun 2-3 divisi 7 dan 8 PT.

Barito Putera Plantation adalah anak

galam (Melaleuca leucadendron),

kalakai/ lembiding (Stenochlaen

palustris), rija-rija/ kerisan (Scleria

sumatrensis), alang-alang (Imperata

cylindrical), karamunting

(Melastoma malabathricum).

2. Pengendalian gulma di kebun 2 – 3

divisi 7 dan 8 memadukan ada dua

metode pengendalian, yaitu secara

manual dan chemist /kimia.

Pengendalian gulma secara manual

dilakukan satu bulan sebelum

pengendalian gulma secara chemist/

kimia, hal ini dilakukan berdasarkan

SOP PT. Barito Putera Plantation

karena gulma harus di babat terlebih

dahulu agar tidak terlalu tinggi

sehingga ketika di lakukan secara

kimia lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, E. 2007.Pengendalian Gulma di

Perkebunan.

Kanisius.Yogyakarta. 91 hal.

Mangoensoekarjo dan Semangun. 2005.

Manajemen Agrobisnis Kelapa

Sawit. Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta.605 hal.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap

Kelapa Sawit Manajemen

Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.

Penebar Swadaya. Jakarta

Sunarko. 2009. Budidaya dan

Pengolahan Kebun Kelapa Sawit

dengan Sistem Kemitraan.

Agromedia Pustaka. Jakarta

Maulidya, Dessy et al, 2005. Studi

potensi Kalakai (Stenochlaena

palustris), sebagai pangan

fungsional. Universitas Lambung

Mangkurat. PKMP-1-13-2.

Bastoni. 2013. Pembibitan anak galam

(Melaleucu leucadendron) untuk

mendukung kegiatan restorasi dan

rehabilitasi lahan rawa gambut

bersulfat masam. Prosiding

Workshop ITTO: Stekeholder

Consultation the Aplication of

Method and Technologies to

Enhance the Restoration of PSF

Ecosystsem. Palembang, 25 April

2013. Bogor: Puslitbang

Konservasi dan Rehabilitasi

PT.Barito Putera Plantation Marabahan.

2017. Kantor PT. Barito Putera

Plantation 2017.

PT.Barito Putera Plantation Marabahan.

2017. Standart operasional kerja

2015. Marabahan.

Page 27: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 59

MONITORING HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) PADA

TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN DI PT BARITO

PUTERA PLANTATION

Mila Lukmana1 dan Faisal Alamudi

1

1)Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

Email: [email protected]

ABSTRACT

Rhinoceros beetle (Oryctes rhinocerus) is a major pest of oil palm plantations and

invades newly planted crops in the field until the age of 2.5 years. Rhinoceros beetle

attack unopened leaves in the central bud, leaf midribs, broken fruit and even death of

the plant. Given the losses caused pest monitoring is required to be controlled quickly

and precisely. This study aims to monitor the Rhinoceros beetle population based on

the population in the field using ferotrap on the TBM phase in PT Barito Putera

Plantation. The research method used descriptive survey method with data collection

from field. In this study the trapped Rhinoceros beetle , which is 30 male and 5 female

beetles. The result of monitoring of Rhinoceros beetle population in oil palm

plantation TBM phase in block 24 north of PT Barito Putera Plantation is 35 beetles /

month. The result is above the threshold of 3 beetles / ha / month so it is necessary to

immediately do the proper control.

Key words: Rhinoceros beetles, monitoring, ferotrap

PENDAHULUAN

Hama kumbang tanduk (Oryctes

rhinocerus) merupakan hama utama

pada perkebunan kelapa sawit dan

ditemukan menyerang tanaman kelapa

sawit yang baru ditanam di lapangan

sampai tanaman berumur 2,5 tahun

dengan menyerang titik tumbuh

sehingga terjadi kerusakan pada daun

muda. Menurut Handayani dkk (2014)

kumbang tanduk merusak tanaman

dengan cara menggerek kemudian

menghisap cairan serta melubangi

pelepah daun, batang dan buah. Tanda

serangan hama ini terlihat dari lubang

bekas gerekan pada pangkal pelepah

dan buah. Serangan ini mengakibatkan

pelepah daun mudah patah dan

membusuk, sedangkan buah yang

berlubang menjadi rusak. Ciri khas

serangan kumbang tanduk ditandai

dengan pelepah kelapa sawit yang

terserang bila nanti daunnya membuka

maka akan terlihat daun tergunting

menyerupai huruf “V”. Serangan hama kumbang tanduk

di PTPN V Sei Galuh dapat menurunkan

produksi tandan buah segar hingga 69%

pada tahun pertama. Selain itu dapat

menyebabkan kematian tanaman muda

hingga 20% dari luas lahan. Serangan

tersebut menyebabkan dilakukannya

penyisipan tanaman kelapa sawit

berulang kali. Serangan hama kumbang

tanduk ini terjadi pada areal TBM 2 dan

TBM 3, sehingga perlu dilakukan

pengendalian yang intensif (Apriyaldi,

2015). Mengingat kerugian yang

ditimbulkan serangan hama kumbang

tanduk maka diperlukan monitoring

keberadaan hama ini agar dapat

dikendalikan secara cepat dan tepat.

Sistem monitoring hama

kumbang tanduk dapat dilakukan

menggunakan 2 cara, yaitu berdasarkan

populasi kumbang tanduk di lapangan dan

Page 28: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 60

gejala serangan baru. Tujuan penelitian

ini untuk monitoring hama kumbang

tanduk berdasarkan populasi di lapangan

menggunakan ferotrap di Perkebunan

kelapa sawit PT Barito Putera Plantation.

METODE PELAKSANAAN

Penelitian ini berlangsung

mulai bulan Februari – Mei 2017 di

Kebun I Divisi 4 Blok 24 Utara

Perkebunan Kelapa Sawit PT Barito

Putera Plantation (PT BPP) Desa Antar

Raya Kecamatan Marabahan Kabupaten

Barito Kuala Kalimantan Selatan.

Bahan yang digunakan meliputi

tanaman kelapa sawit fase belum

menghasilkan 2 (TBM2), feromon

agregat (Ethil-4-methyloctanoate) dan

hama kumbang tanduk. Alat yang

digunakan meliputi botol koleksi,

Allumunium/seng, ember dan tongkat

kayu panjang 3 meter untuk pembuatan

ferotrap.

Penelitian ini menggunakan

metode survey deskriptif dengan

pengumpulan data dari lapangan.

Sampel lahan yang diamati ditentukan

dengan purposive sampling berdasarkan

adanya tanda serangan hama kumbang

tanduk. Metode monitoring hama

berdasarkan populasi kumbang tanduk

di lapangan yang dikoleksi dari

ferotrap.

Ferotrap dipasang 1 buah

feromon agregat (Ethil-4-

methyloctanoate) untuk lahan

pengamatan seluas 2 ha. Pengamatan

kumbang tanduk yang terperangkap

dilakukan pada pagi hari selama 1

bulan. Batas ambang kumbang tanduk

yang tertangkap ferotrap pada kelapa

sawit TBM yaitu 3 ekor/ha/bulan. Data

pendukung penelitian diperoleh dari

wawancara serta data suhu, kelembaban

dan curah hujan selama satu bulan

pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilihan lahan sampel blok

B24 Utara di PT BPP untuk

pengamatan populasi kumbang tanduk

didasarkan pada adanya tanda serangan

hama. Tanda serangan yang ditemukan

di lapangan dapat dilihat pada Gambar 1

(a), (b) dan (c).

(a) (b)

(c)

Gambar 1. Tanda serangan kumbang

tanduk (a) Kumbang

tanduk yang menggerek

pelepah (b) Pelepah Patah

karena Gerekan (c) Daun

yang tergunting

menyerupai huruf „V”

Monitoring populasi hama

kumbang tanduk dilakukan dengan

menggunakan ferotrap yang

digantungkan feromon agregat (Ethil-4-

methyloctanoate) (Gambar 2).

Kumbang tanduk yang terperangkap di

ferotrap dapat dilihat pada Gambar 3.

Menurut Widyanto dkk (2014), feromon

merupakan bahan yang menarik

serangga kepada pasangan seksualnya,

Page 29: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 61

mangsanya, tanaman inang dan tempat

berkembang biaknya. Herman dkk

(2012) menyatakan bahwa feromon

bermanfaat dalam monitoring populasi

maupun pengendalian hama.

Gambar 2. Feromon kumbang tanduk

(Ethyl-4-methyloktanoat)

Gambar 3. Kumbang tanduk yang

terperangkap di ferotrap

Pengamatan kumbang tanduk

dilakukan setiap pagi hari. Kumbang

tanduk yang aktif dimalam hari tertarik

feromon dan masuk perangkap

(ferotrap). Menurut PPKS (2011)

kumbang tanduk terbang dari tempat

persembunyiannya menjelang senja

sampai agak malam hingga pukul 21.00,

dan jarang dijumpai pada waktu larut

malam.

Hasil di lapangan menunjukan

bahwa kumbang tanduk yang

terperangkap ferotrap terdiri atas

kumbang tanduk jantan dan betina.

Perbedaan kumbang tanduk jantan dan

betina dapat terlihat dari morfologinya.

Kumbang jantan memiliki tanduk yang

lebih panjang dan ukuran badan lebih

panjang dibandingkan dengan betina.

Pada bagian ujung abdomen (perut)

kumbang tanduk jantan tidak ditutupi

oleh bulu dan pigidium (ekor) tidak

menonjol, sedangkan pada kumbang

tanduk betina banyak ditutupi oleh bulu

dan pigidium lebih menonjol. Kumbang

tanduk jantan dan betina dapat dilihat

pada Gambar 4 (a) dan (b).

(a) (b)

Gambar 4. Kumbang tanduk (a) jantan

dan (b) betina

Kumbang tanduk jantan dan

betina yang diperoleh dimungkinkan

karena mengunakan feromon agregat

yang dapat menarik kumbang jantan

maupun betina. Menurut Klowden

(2002), feromon agregasi dapat

meningkatkan kemungkinan kopulasi

dalam populasi.

Koleksi kumbang tanduk jantan

yang diperoleh saat pengamatan lebih

banyak dibandingkan kumbang tanduk

betina (Gambar 5). Meskipun

demikian, Rochat et al (2002)

melaporkan bahwa penggunaan ferotrap

dapat menangkap kumbang tanduk

dengan sex ratio betina dan jantan

sebesar 3:2.

Gambar 5. Kumbang Tanduk yang

Terperangkap

Page 30: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 62

Hasil koleksi populasi di

lapangan selama 1 bulan diperoleh total

kumbang tanduk yang terperangkap

sebanyak 35 ekor dengan rata-rata

sebesar 1,66 ekor/hari. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa populasi kumbang

tanduk di blok B24 Utara PT BPP telah

melewati ambang batas sehingga perlu

dilakukan pengendalian hama kumbang

tanduk. Menurut PPKS (2011) ambang

batas kumbang tanduk terperangkap

ferotrap pada kelapa sawit TBM adalah

3 ekor/ha/bulan.

Pertumbuhan dan perkembangan

kumbang tanduk dipengaruhi oleh

faktor makanan dan lingkungan.

Kelembaban larva dan pupa

berkembang pada suhu 27 oC – 29

oC

(Susanto, 2011), kelembaban 85%-95%

(Siahaya, 2014), sedangkan kelembaban

optimum imago berkisar 80%

(Nuriyanti dkk, 2016). Populasi

serangga kadang-kadang berubah pada

awal musim, terutama jika faktor

lingkungan mendukung seperti

kelembaban, curah hujan dan

temperatur (Kamarudin dkk, 2005

dalam Nuriyanti dkk, 2016). Angin

merupakan faktor lingkungan utama

yang berperan dalam penyebaran

kumbang tanduk (Siregar, 2010).

Kecepatan angin sangat mempengaruhi

penyebaran kumbang tanduk dengan

menggunakan perangkap ferotrap yang

berisi feromon. Diduga kecepatan angin

sangat berpengaruh dalam penyebaran

aroma yang dihasilkan oleh feromon

(Kamarudin ,2005 dalam Nuriyanti,

2016). Pada penelitian ini, koleksi

kumbang tanduk terbanyak diperoleh 5

ekor/hari pada saat curah hujan 30

ml/hari, kelembaban 84% dan suhu

33º/25ºC. Berdasarkan pengamatan,

jumlah kumbang tanduk yang

terperangkap setiap harinya tidak

menunjukkan kisaran jumlah yang

berbeda jauh.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil

sebagai berikut:

1. Ferotrap dapat diaplikasikan sebagai

tindakan monitoring dan

pengendalian kumbang tanduk.

2. Jumlah kumbang tanduk jantan yang

terperangkap lebih banyak

dibandingkan kumbang tanduk

betina.

3. Blok 24 Utara Divisi I memiliki

populasi kumbang tanduk melebihi

ambang batas sehingga perlu

dilakukan pengendalian yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyaldi, R. 2015. Analisis Intensitas

Serangan Hama Kumbang Tanduk

(Oryctes Rhinoceros) Pada Kelapa

Sawit Di PTPN V Sei. Galuh

Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Tugas Akhir. Tidak dipublikasikan.

Jurusan Budidaya Tanaman

Pangan. Politeknik Pertanian

Negeri Payakumbuh.

Handayani, W.F, Jasmi dan E.Safitri.

2014. Kepadatan Populasi

Kumbang Tanduk Oryctes

Rhinoceros L. (Coleoptera :

Scarabaeidae) Pada Tanaman

Sawit Di Kanagarian Surantih

Kecamatan Sutera Kabupaten

Pesisir Selatan. Pendidikan Biologi

Vol 1, No. 1

Herman, J.H. Laoh dan D. Salbiah.

2012. Uji Tingkat Ketinggian

Perangkap Feromon Untuk

Mengendalikan Kumbang Tanduk

Oryctes rhinoceros L (

Coleoptera : Scarabaeidae ) Pada

Tanaman Kelapa Sawit [Online].

Tersedia:

http://repository.unri.ac.id/. Diakses

18 Oktober 2017

Klowden, M.J. 2002. Physiological

System in Insects. Acad. Press.

London. 413 pp.

Page 31: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 63

Nuriyanti, D.D, I. Widhiono dan A.

Suyanto. 2016. Faktor-Faktor

Ekologis Yang Berpengaruh

Terhadap Struktur Populasi

Kumbang Badak (Oryctes

rhinoceros L.). Biosfera Vol 33, No

1

Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS.

2011. Kumbang Tanduk Oryctes

rhinoceros Linn. Medan Vol. H –

0003.series

Rochat, D., J.P.Morin., T.Kakul., L.B.

ollivier., R. Prior., M. Renou., I.

Malosse., T. Stathers., S. Embupa

and S.Laup. 2002. Activity of

Male Pheromone of Melanesian

Rhinoceros Beetle Scapanes

australis. Journal of Chemical

Ecology Vol 28, No 3.

Siahaya, VG. 2014. Tingkat Kerusakan

Tanaman Kelapa oleh Serangan

sexava nubila dan Oryctes

rhinoceros di Kecamatan Kairatu,

Kabupaten Seram Barat. Jurnal

Budidaya Pertanian Vol 10, No 2

Siregar, Robbin Gafur. 2010. Kajian

Penyebaran Kumbang Tanduk

(Oryctes Rhinoceros L.) Pada Areal

Pertanaman Kelapa Sawit (Elais

Guinensis Jacq.). Skripsi. Tidak

dipublikasikan. Fakultas Pertanian.

Universitas Sumatera Utara.

Susanto, A, Sudharto, dan AE Prasetyo.

2011. Informasi Organisme

Pengganggu Tanaman Kumbang

Tanduk Oryctes rhinoceros Linn.

Artikel. Pusat Penelitian Kelapa

Sawit: Medan.

Widyanto, H, S.Saputra dan Suryati.

2014. Pengendalian Hama

Kumbang Tanduk (Oryctes

rhinoceros Linn.) Menggunakan

Perangkap Feromon Pada

Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) Di Lahan

Gambut Provinsi Riau. Tersedia:

http://digilib.litbang.pertanian.go.id

. Diakses 18 Oktober 2017

Page 32: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 64

TEKNIK BUDIDAYA KEBUN ENTRES KARET (Hevea brasilliensis) DI DINAS

PERKEBUNAN BALAI SERTIFIKASI BENIH DAN PERCONTOHAN

PERKEBUNAN TUNGKAP (BSBP2T)

Dewi Amelia Widiyastuti1

Eri Widayanti1

1)Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

Email : [email protected]

ABSTRACT

Entres's garden rubber constitutes producer garden wink grafting that constitute

essential component in plant manifolding vegetatively. Entres's conducting tech rubber

that is done among those its instilling gain, condition of farm, planted clone, hole

makings process plants out, and instilling process. To the effect of observational it is

subject to be know gain, condition of farm, planted clone, hole makings process plants

out, and instilling process.

Research that doing to constitute descriptive research by undertaking watch

(observation) to all activity at field that concern entres's conducting tech rubber plant

at Balai Sertifikasi Benih dan Percontohan Perkebunan Tungkap and interview to

bound up party.

This observational result gotten by gain data of entres's instilling rubber is keep

preeminent clone type, adding production of economic value on merchant activity and

to be made pembibitan's material production rubber. Condition of farm constitute

sawit's farm ex and constitutes yellow raddle( podzolik ) and exists weeds. Planted

clone is Internal Rate Of Return 112, IIR 220, PB 260, PB 330 and PB 340. Hole

makings plants out to utilize hoe tool, gauge, wood and spidol. Hole measure plants out

which is 30 x 30 x 40 cm and den manure applications with dosed 1 kg / hole plants out.

Instilling process is begun of cut polybag at sideways part or down, insert seed to in

the hole implant by leads tunas's eye had up sunrise then immerses until implant

material stock down to be closed by earth.

Key words : tech, conducting, entres is rubber.

PENDAHULUAN

Tanaman karet (Hevea

brasiliensis) termasuk dalam famili

Euphorbiacea, disebut dengan nama lain

rambung, getah, gota, kejai ataupun

hapea. Karet merupakan salah satu

komoditas perkebunan yang penting

sebagai sumber devisa non migas bagi

Indonesia, sehingga memiliki prospek

yang cerah. Upaya peningkatan

produktivitas tanaman tersebut terus

dilakukan terutama dalam bidang

teknologi budidaya (Syakir, 2010).

Salah satu faktor keberhasilan

suatu pertumbuhan karet dengan tingkat

produktivitas tinggi adalah bahan tanam

yang digunakan adalah bahan tanam

unggul yang dapat mempercepat laju

pertumbuhan, produktivitas cepat dan

meningkatkan perekonomian

masyarakat. Tumbuhan karet yang

produktif akan dimulai saat fase awal,

yaitu pembibitan. Kesalahan dalam

pembibitan berakibat pada kerugian

jangka panjang baik dari segi tenaga,

biaya dan waktu. Tanaman karet

umumnya di perbanyak dengan metode

okulasi yang memerlukan bahan tanam.

Page 33: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 65

Bahan tanam yang digunakan adalah

entres (batang atas) dan batang bawah.

Budi, dkk (2008) entres

merupakan salah satu komponen

penting dalam pembibitan karet. Entres

atau mata okulasi dari batang atas

adalah mata yang digunakan untuk

okulasi. Entres diambil dari kebun

entres yang sudah dipersiapkan

sebelumnya yaitu bersamaan dengan

menyiapkan batang bawah.

Perbedaan tanaman entres karet

dengan tanaman karet biasa yaitu

tanaman entres karet menghasilkan

bahan tanam batang atas untuk okulasi

sedangkan tanaman karet biasa hanya

menghasilkan lateks yang

produktifitasnya kurang baik.

Untuk mendapatkan mata entres

yang baik, diperlukan kebun khusus

entres tanaman karet. Kebun entres

merupakan areal yang tidak hanya

mempunyai satu klon unggul tetapi

mempunyai berbagai klon karet yang

bisa digunakan untuk okulasi untuk

mendapatkan tanaman yang seragam

serta dikelompokkan berdasarkan jenis

klonnya. Keberadaan kebun entres ini

mempermudah petani memilih jenis

klon yang akan digunakan dalam satu

areal. Tanaman karet yang berasal dari

klon dan kebun entres ini biasanya akan

menghasilkan lateks yang bermutu, dan

meningkatkan produktifitas hasil lateks.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kondisi lahan yang akan

dijadikan kebun entres tanaman karet di

Balai Sertifikasi Benih dan Percontohan

Perkebunan Tungkap, mengetahui klon

yang ditanam pada kebun tanaman

entres dan mengetahui teknik budidaya

entres karet di Balai Sertifikasi Benih

dan Percontohan Perkebunan Tungkap.

METODE PENELITIAN

Metode pelaksanaan penelitian

yang digunakan adalah penelitian

deskriptif dengan melakukan

pengamatan (observasi) terhadap

keseluruhan kegiatan dilapangan yang

menyangkut teknik budidaya entres

tanaman karet di Balai Sertifikasi Benih

dan Percontohan Perkebunan Tungkap

serta wawancara terhadap pihak terkait.

Tahapan yang dilakukan pada penelitian

ini meliputi:

1. Survey lokasi,

2. Mengamati kriteria/klon karet,

3. Mengamati pembuatan lubang

tanam serta alat-alatnya,

4. Mengamati perawatan kebun

sebelum ditanam,

5. Mengamati penanaman entres

tanaman karet,

6. Melaksanakan wawancara untuk

mengetahui tujuan, keuntungan dan

kendala dalam teknik kebun entres

tanaman karet,

7. Melakukan dokumentasi,

8. Pelaporan hasil penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini terdapat

beberapa teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data antara lain:

1. Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan pengamatan langsung

dilapangan dengan melihat kondisi

nyata tentang teknik budidaya entres

tanaman karet. Observasi ini dilakukan

untuk mendapatkan data tentang

budidaya entres tanaman karet yang

meliputi, kriteria/klon karet, pembuatan

lubang tanam, perawatan, penanaman.

Metode yang digunakan dalam

penentuan data yang menjadi objek

pengamatan/penelitian adalah metode

random sampling dengan kriteria

tanaman entres yang akan diamati

adalah : (a) Klon bibit karet yang

berbeda, antara lain PB 260, IRR 100

(b) Area lahan yang terletak disisi

ujung.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan

cara purposive sampling terhadap

Page 34: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 66

pekerja di Balai Sertifikasi Benih dan

Percontohan Perkebunan Tungkap. Data

hasil wawancara ditulis dalam catatan

lapangan yang digunakan sebagai

pelengkap hasil observasi dilapangan.

Pegawai yang menjadi

koresponden dalam wawancara ini

diambil sebanyak 3 orang dan

merupakan pegawai yang bekerja di

Balai Sertifikasi Benih dan Percontohan

Perkebunan Tungkap, serta bersentuhan

langsung dengan kegiatan teknik

budidaya entres tanaman karet dan masa

kerja lebih dari 1 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan didapatkan

bahwa di BSBP2T membudidayakan

tanaman entres karet klon unggul.

Berdasarkan hasil wawancara di

BSBP2T diketahui harga entres karet

klon unggul yaitu Rp. 5.000/meter,

sedangkan entres tanaman karet non

unggul yang berasal dari biji yaitu Rp.

1.500 – 2.500/ meter.

Jenis-jenis klon karet yang ditanam

di BSBP2T adalah klon IRR 112, IIR

220, PB 260, PB 330, PB 340. Ciri-ciri

klon PB dan IRR dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 1. Ciri-ciri entres tanaman karet

klon IRR dan PB

Entres karet klon

PB

Entres karet klon

IRR

Warna daun :

hijau tua

Permukaan daun :

kusam

Bentuk daun :

oval

Warna batang :

coklat

Warna daun :

hijau muda

Permukaan daun :

mengkilap

Bentuk daun :

elips

Warna batang :

coklat muda

(Sumber : Woelan dkk, tt)

Hasil pengamatan persiapan lahan

kebun entres di Balai Sertifikasi Benih

Dan Percontohan Perkebunan Tungkap

dapat dilihat seperti diagram pada

gambar 1 berikut :

Gambar 1. Diagram persiapan lahan

kebun entres di Balai

Sertifikasi Benih Dan

Percontohan Perkebunan

Tungkap

Lahan yang akan digunakan

untuk perkebunan entres karet di

BSBP2T mempunyai kemiringan lahan

10o

- 15o

, suhu 27o

- 30o

C, mempunyai

tinggi 80 m dpl, serta curah hujan 2.000

– 2.500 mm/th dan pH tanah 5-6,5.

Syarat tumbuh tanaman karet yang ada

di BSBP2T sesuai dengan syarat

tumbuh yang ditetapkan Syamsafitri

(2008).

Lahan yang digunakan untuk

perkebunan entres karet merupakan

lahan bekas perkebunan kelapa sawit

berumur 12 tahun sehingga perlu

dilakukan pengolahan lahan sebelum

proses tanam. Jenis tanah perkebunan

entres di BSBP2T merupakan tanah

merah kuning (podzolik). Menurut

Notohadiprawiro (2006), tanah podsolik

memiliki ciri-ciri pH rendah, kejenuhan

Al tinggi, lempung beraktifitas rendah

dan bermuatan terubahkan, daya semat

fosfat tinggi, kejenuhan basa rendah,

kadar bahan organik rendah, daya

simpan air terbatas serta derajat

agregasi zarah debu dan lempung

rendah. Kondisi tanah podsolik yang

kurang subur tersebut memerlukan

Page 35: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 67

penanganan untuk meningkatkan

kesuburan seperti pemberian pupuk.

Tahapan persiapan lahan yang

digunakan sebagai lahan kebun entres di

Balai Sertifikasi Benih dan Percontohan

Perkebunan Tungkap sebagai berikut:

a. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma di BSBP2T

dilakukan secara kimia. Apabila gulma

tersebut tidak mati maka dilakukan

pengendalian lanjutan secara mekanik

dengan mesin tebas rumput.

Pengendalian gulma dengan cara

ditebas mampu bertahan ± 1 bulan,

sehingga dilakukan secara rutin.Gulma

yang terdapat pada lahan adalah gulma

berdaun lebar, contohnya putri malu

dan teki-tekian, contohnya rumput

belulang.

b. Pengajiran

Pengajiran merupakan proses

penandaan lahan sebagai tanda tempat

pembuatan lubang tanam. Alat yang

digunakan untuk pengajiran yaitu, kayu,

tali dan meteran. Cara pengajiran yang

dilakukan di BSBP2T yaitu dengan cara

memblok seluruh lahan yang akan

digunakan untuk perkebunan entres

karet, kemudian menandai

menggunakan kayu dengan arah utara

ke selatan. Jarak antar tanaman yaitu 1 x

1 m yang mempunyai 4 baris tanaman

dan jalan pemeliharaan 2 m.

Pembuatan lubang tanam

dilakukan setelah selesai pengajiran.

Pembuatan lubang tanam menggunakan

beberapa alat yaitu cangkul, meteran,

kayu dan spidol. Ukuran lubang tanam

yang digunakan di BSBP2T yakni 30 x

30 x 40 cm. Pembuatan lubang tanam

harus seragam yaitu di sebelah kanan

dari tongkat.

Pemupukan juga diperlukan

dalam budidaya tanaman entres karet.

Pengaplikasian pupuk dilakukan setelah

pembuatan lubang tanam. Pupuk yang

dimasukan ke lubang tanam dengan

dosis 1 kg/lubang tanam, kemudian

ditaburi obat Furadan sebanyak 10 g/ 1

kg pupuk kandang. Kemudian diamkan

selama 7 – 10 hari sebelum penanaman

entres karet. Hal ini bertujuan agar

udara dapat masuk kedalam tanah serta

menguraikan mikroorganisme pada

pupuk dan tanah sedangkan fungsi

furadan adalah membunuh

mikroorganisme pada pupuk kandang.

Rekomendasi pemupukan dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2. Rekomendasi Pemupukan

Lubang Tanam di BSBP2T

Penanaman merupakan tahapan

yang dilakukan sebelum tanaman karet

hasil entres dipindah ke lahan. Secara

umum penanaman yang dilakukan di

BSBP2T adalah

Teknik penanaman di BSBP2T

dapat dilihat seperti diagram pada

gambar 2 berikut .

Gambar 2. Teknik penanaman di

BSBP2T

Pengambilan bibit entres dari

polibag dilakukan dengan memotong

polibag di bagian samping atau bawah.

Pemotongan polybag dibagian samping

dilakukan jika akar tanaman entres karet

tidak panjang, sedangkan pemotongan

polybag bawah dilakukan untuk

menghindari pecahnya tanah disekitar

akar karena tersangkutnya akar dengan

polybag.

Jenis

Pupuk Kandungan Dosis Frekuensi

Pupuk

Kandang

Nitrogen (N) 1

Kg/luban

g tanam

1 kali setelah

pemupukan di

lubang tanam

Fosfor (P)

Potasium

(K)

Page 36: METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol_03_No_1_Nov_2017.pdf · Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 68

Bibit entres karet yang ditanam di

BSBP2T memiliki kriteria umur 1 - 4

bulan atau entres karet yang mempunyai

payung 1 - 2. Entres karet pada umur 1

- 4 bulan telah memiliki daun tua

(mengeras) yang mampu berfotosintesis

dengan sempurna. Ciri-ciri tanaman

yang siap tanam saat berumur 1 – 4

bulan dan payung 1 – 2 biasanya sudah

memiliki akar tunggang yang sudah

kuat, diameter batang 1,1 – 1,3 cm dan

tinggi 30 – 35 cm.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian teknik

budidaya entres karet (Hevea

brasilliensis) di BSBP2T sebagai

berikut:

1. Kondisi lahan lahan yang dijadikan

kebun entres tanaman karet di

BSBP2T yaitu lahan bekas

perkebunan kelapa sawit, memiliki

tanah podzolik (merah kuning) dan

terdapat gulma daun pita dan putri

malu.

2. Klon yang ditanam adalah klon IRR

112, IIR 220, PB 260, PB 330, dan

PB 340.

3. Teknik budidaya entres karet dimulai

dari persiapan lahan, pengendalian

gulma, pengajiran, pembuatan

lubang tanam dan penanaman bibit

entres karet.

DAFTAR PUSTAKA

Aidi, D. 2013. Produktivitas Klon Karet

Pada Berbagai Kondisi

Lingkungan di Perkebunan.

Agrium. Medan. Volume 18 No 1

Budi, Wibawa G, Ilahang, Akiefnawati

R, Joshi L, Penot E, Janudianto.

2008. Panduan Pembangunan

Kebun Wanatani Berbasis Karet

Klonal (A manual for Rubber

Agroforestry System-RAS). Bogor.

World Agroforestry Centre

(ICRAF) SEA Regional Office,

Indonesia. 54 p.

Boerhendly, I. 2013. Prospek

Perbanyakan Bibit Karet Unggul

Dengan Teknik Okulasi Dini.

Balai Penelitian Sumbawa, Pusat

Penelitian Karet. Palembang. Vol.

32, No. 2

Direktorat Jendral Perkebunan. 2016.

Statistik Perkebunan Indonesia.

Direktorat Jendral Perkebunan.

Jakarta

Notohadiprawiro, T. 2006. Budidaya

organik : suatu system

pengusahaan lahan bagi

keberhasilan progam transmigrasi

pola pertanian lahan kering. Ilmu

tanah Universitas Gajdah Mahda

Syakir, M. 2010. Budidaya dan Pasca

Panen Karet. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan.

Bogor

Syamsafitri. 2008. Studi Virulensi

Isolate Colletotrichum

Gloeosporiodes Penz. dan

Pemberian Pupuk Ekstra (N,K)

Pada Klon Karet Dan Ketahanan

Terhadap Penyakit Gugur Daun

Colletotrichum. Tesis.Medan