melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok sifat
DESCRIPTION
Melalui Penerapan Metode Eksperimen Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok SifatTRANSCRIPT
MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA DI KELAS V SD NEGERI 2 BORO-BORO KABUPATEN KONAWE SELATAN
MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMENDAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYADI KELAS V SD NEGERI 2 BORO-BORO
KABUPATEN KONAWE SELATAN
PROPOSALFITRIANI
A1B4 08 151
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI2011
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan panitia Ujian Skripsi pada Program Studi S1
PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo.
Kendari, Oktober 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Rimba Hamid, M.Si Damhuri, S.Pd., M.PNIP. 19690801 199403 1 001 NIP. 19750716 200604 1 002
Mengetahui,a.n Dekan FKIP
Ketua Jurusan Ilmu pendidikan
Drs. La Anse, S.Pd., M.Pd NIP. 19561231 198503 1 019
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi pada Program Studi S1 PGSD
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo.
Hari/tanggal : Kamis, 6 Oktober 2011
SK Dekan No : 398/SK/H29.1/PP/2011
Panitia Ujian
Ketua/anggota : Drs. Amiruddin B., M.Kes (………………………)
Sekretaris/anggota : Dra. Sitti Kasmiati, M.Si (………………………)
Anggota : 1. Drs. Aceng Haetami, M.Pd (………………………)
2. Dra. Dorce B.P., M.Pd
(………………………)
3. Drs. Rimba Hamid, M.Si (………………………)
4. Damhuri, S.Pd., M.P
(………………………)
Kendari, Oktober 2011 Disahkan Oleh: Dekan FKIP Unhalu
Dr. H. Barlian, M.Pd Nip. 19590927 198603 1 004
ABSTRAKFitriani (A1B4 08 151), ”Melalui Penerapan Metode Eksperimen Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sifat-sifat Cahaya di Kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah hasil belajar siswa pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya dapat ditingkatkan melalui penerapan metode eksperimen di kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan. Manfaat penelitian ini adalah: (1) bagi guru: dengan mengadakan penelitian tindakan kelas guru dapat mengetahui metode yang tepat sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas, agar permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun oleh guru dapat diminimalkan, (2) bagi siswa: dapat meningkatkan hasil belajarnya terhadap mata pelajaran IPA pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya, (3) bagi sekolah: penelitian tindakan kelas dapat memberikan masukan yang baik bagi sekolah untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil tes tindakan siklus I diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara klasikal terhadap materi pelajaran sebesar 71,87% atau sebanyak 23 siswa yang memperoleh nilai > 70 dengan nilai rata-rata 69,81 sedangkan hasil evaluasi tindakan siklus II diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara klasikal terhadap materi pelajaran sebesar 87,50% atau sebanyak 28 siswa yang memperoleh nilai > 70 dengan nilai rata-rata 73,81. Dari hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada setiap siklus tindakan, maka dapat disimpulkan melalui melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya siswa kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro.
Kata Kunci: Metode Eksperimen, Sifat-sifat Cahaya dan Hasil Belajar
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayat yang
diberikan kepada peneliti sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Peneliti menyadari bahwa seluruh rangkaian kegiatan penelitian mulai dari tahap penyusunan
proposal hingga penyelesaian skripsi ini senantiasa mendapat bantuan dan petunjuk dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Drs. Rimba Hamid, M.Si selaku pembimbing I dan Damhuri, S.Pd.,
M.P, selaku pembimbing II atas segala waktu yang diluangkan untuk membimbing dan
memberikan arahan-arahan kepada peneliti hingga selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga peneliti haturkan kepada berbagai pihak yang langsung maupun tidak
langsung membantu peneliti terutama kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Haluoleo.
2. Dr. H. Barlian, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Haluoleo.
3. Drs. La Anse, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
4. Dra. Dorce Banne Pabunga, M.Pd selaku ketua Program Studi PGSD.
5. Dosen serta staf administrasi dalam lingkungan FKIP Universitas Haluoleo.
6. Dewan guru SD Negeri 2 Boro-boro yang turut membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
7. Sahabat-sahabatku: Sahriatin, Indrawati, Evayana, Dwisartika Saputri, Sarfaena, Lena
Fatmawati dan Waode Sitti Arnis.
8. Saudara-saudaraku: Sudarsi, SP., Sudarni A.Md.Pely., Sudarmin, A.MG., Hariati, Sudarno dan
Salsa Shabila Lestari.
Terkhusus tulisan ini kupersembahkan sebagai tanda bukti kesyukuran kepada Allah Azza
Wajalla dalam menuntut ilmu dan ungkapan rasa sayang yang tak terhingga kepada ayah dan
bunda tercinta Sunusi Supu dan Sennang yang senantiasa memberikan inspirasi, semangat,
motivasi dan do’anya yang begitu berarti dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik dari semua pihak yang telah turut membantu peneliti
dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Kendari, April 2011
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iHALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iiiABSTRAK ........................................................................................................ ivKATA PENGANTAR ...................................................................................... vDAFTAR ISI .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang .......................................................................... 1B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3C. Tujuan Penelitian ……............................................................. 4D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Kajian Teori ............................................................................... 6B. Kajian Empiris............................................................................ 20C. Kerangka Berpikir...................................................................... 21D. Hipotesis Tindakan..................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian........................................................................... 23B. Setting Penelitian ....................................................................... 23C. Faktor yang di Teliti................................................................... 23D. Definisi Operasional dan Indikator Penilaian ............................ 23E. Rencana Tindakan...................................................................... 24F. Sumber, Jenis dan Teknik Pengambilan Data............................. 27G. Tehnik Analisis Data.................................................................. 27H. Indikator Kinerja ....................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian........................................................................... 29B. Pembahasan................................................................................ 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan................................................................................. 44B. Saran........................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat.
Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah
satu diantaranya bidang pendidikan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang
disengaja dan terencana untuk membantu meningkatkan prestasi dan kemampuan siswa agar
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah, salah satunya adalah perbaikan proses pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran sebagai bagian dari proses pendidikan, sering mendapatkan
beberapa masalah yang menjadi penghambat majunya pendidikan. Diantaranya adalah
kurangnya motivasi belajar siswa, yang berakibat pada rendahnya hasil belajar, sehingga
berakibat pada rendahnya mutu lulusan sekolah. Hal ini merupakan masalah yang harus
dicarikan solusinya.
Pembelajaran di sekolah dasar, khususnya pada pembelajaran IPA, terkadang guru
masih menemukan masalah yakni kurangnya minat siswa dalam mempelajarinya karena
dalam pembelajaran IPA selama ini identik dengan pembelajaran yang didominasi kegiatan
menghafal. SD Negeri 2 Boro-Boro sebagai salah satu SD Negeri yang ada di kecamatan
Ranomeeto merupakan sekolah yang memiliki masalah dalam proses pembelajaran IPA
selama ini, dimana dalam pembelajaran IPA, guru masih menerapkan pembelajaran
konvensional. Hal ini mengakibatkan siswa tidak mampu mengembangkan pemahaman IPA
yang seharusnya mudah jika dalam pembelajaran menerapkan metode yang tepat, misalnya
metode eksperimen. penerapan metode eksperimen mengharapkan siswa secara langsung
aktif dalam kegiatan melihat fenomena-fenomena alam yang merupakan bagian dari IPA.
Beberapa masalah pembelajaran di atas, mengakibatkan pembelajaran IPA kurang begitu
menarik bagi siswa.
Berdasarkan data perolehan nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) siswa kelas VI SD
Negeri 2 Boro-Boro tiga tahun terakhir, mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran
yang relatif rendah. Tahun ajaran 2006/2007 jumlah 25 siswa, 7 siswa memperoleh nilai ≥
70 atau 28% yang tuntas belajar. Tahun ajaran 2007/2008 jumlah 30 siswa, 12 siswa
memperoleh nilai ≥ 70 atau 40% yang tuntas belajar. Tahun ajaran 2008/2009, jumlah 25
siswa, 9 siswa memperoleh nilai ≥ 70 atau 36% yang tuntas belajar.
Begitu pula data hasil belajar siswa pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya di kelas V
SD Negeri 2 Boro-Boro tahun ajaran 2010/2011 masih banyak siswa yang tidak mencapai
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu
minimal 70% siswa memperoleh nilai ≥ 70. Jumlah 32 siswa kelas V hanya 17 siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70, atau hanya 53,12% yang tuntas belajar, sedangkan 15 siswa lainnya
atau 46,88% masih berada di bawah ketuntasan belajar, akibatnya mereka harus belajar
remedial. Untuk mengatasi hal ini metode eksperimen perlu dicobakan dalam pembelajaran
IPA karena dalam pelaksanaannya siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Pengalaman siswa ketika melakukan kegiatan eksperimen dapat menumbuhkan motivasi
tersendiri untuk belajar lebih baik sehingga tujuan pembelajaran dan target KKM secara
klasikal dapat tercapai.
Metode eksperimen sangat cocok diterapkan pada pembelajaran IPA khususnya pada
materi pokok Sifat-sifat Cahaya karena konsep pada pokok materi Sifat-sifat Cahaya
berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-sehari sehingga untuk memahami konsep
tersebut guru tidak cukup hanya dengan memberikan penjelasan langsung kepada siswa
tetapi juga harus melalui praktek atau percobaan sendiri yang dilakukan oleh siswa
sehingga siswa akan lebih memahami dan percaya atas kebenaran konsep atau kesimpulan
setelah melakukan percobaan yang dilakukannya sendiri. Metode eksperimen dapat
diartikan sebagai suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan
praktikum. Dengan penerapan metode pembelajaran tersebut diharapkan dapat memberikan
nuansa baru dalam kinerja guru dalam mengoptimalkan aktivitas belajar siswa sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswanya.
Berdasarkan uraian tersebut penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan
judul “Melalui Penerapan Metode Eksperimen dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Materi Pokok Sifat-sifat Cahaya di Kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten
Konawe Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa pada materi
pokok Sifat-sifat Cahaya dapat ditingkatkan melalui penerapan metode eksperimen di kelas V SD
Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok
Sifat-sifat Cahaya melalui penerapan metode eksperimen di kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro
Kabupaten Konawe Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi guru: dengan mengadakan penelitian tindakan kelas guru dapat mengetahui metode
yang tepat sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di
kelas, agar permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun oleh guru dapat diminimalkan.
2. Bagi siswa: dapat meningkatkan hasil belajarnya terhadap mata pelajaran IPA pada materi
pokok Sifat-sifat Cahaya.
3. Bagi sekolah: penelitian tindakan kelas dapat memberikan masukan yang baik bagi sekolah
untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran IPA.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
1. Konsep Belajar dan PembelajaranInti dari kegiatan pendidikan adalah suatu proses belajar, karena dengan belajar tujuan
pendidikan akan tercapai. Oleh karena itu kegiatan belajar sangat penting karena berhasil tidaknya seseorang untuk menempuh pendidikan sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan belajarnya. Melalui proses belajar seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya maupun yang ada pada lingkungannya guna meningkatkan taraf hidupnya.
Menurut Gredler dalam Angkowo (2007:47) belajar adalah suatu perubahan yang telatif dan permanen dari suatu kecenderungan. Hamalik (2003:27) menyatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingatkan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.
Menurut Winkel dalam Angkowo (2007:48) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan perubahan yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Selanjutnya Slameto (2003: 2) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang mengakibatkan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungannya.
Teori Gagne menganggap belajar sebagai suatu proses yang memungkinkan seorang
mengubah tingkah lakunya cukup tepat dan perubahan tersebut bersifat relatif sehingga
perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi baru.
Model belajar Gagne meliputi:
a. Mengaktifkan motivasi.
b. Memberi tahu pembelajaran tentang tujuan-tujuan belajar.
c. Mengarahkan perhatian.
d. Merangsang ingatan.
e. Menyediakan bimbingan belajar.
f. Membantu transfer belajar.
g. Memperhatikan dan memberi umpan balik.
Dari uraian di atas maka pembelajaran IPA Kelas V SD dengan metode eksperimen
sangat relevan. Melalui kegiatan eksperimen siswa dapat dilatih untuk melakukan kegiatan
ilmiah dan berfikir ilmiah. Sebagai hasil belajar siswa tidak saja berupa pengetahuan tetapi
juga dapat mengembangkan sikap ilmiah dan nilai ilmiah.
Konsep pembelajaran dalam dunia pendidikan dewasa ini terus berkembang seiring
dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemahaman istilah
”pembelajaran” tidak terbatas pada kegiatan guru mengajar atau membelajarkan siswa di
kelas, tetapi telah digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang spesifik, misalnya
pembelajaran berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual, pembelajaran terpadu,
pembelajaran tematik, pembelajaran konvensional, pembelajaran kooperatif, dan
sebagainya.Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengmbangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009: 17).
Winkel dalam Slameto (2007: 50) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan
seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukukng proses belajar peserta didik,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian
kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara saksama dengan
maksud agar terjadi belajar yang berhasil guna. Pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan
tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya.Menurut Soemosasmito dalam Trianto (2009: 20) suatu pembelajaran dikatakan efektif
apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu:1) Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa;3) Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan
belajar) diutamakan; dan4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang
mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4).Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari
seorang guru dan peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Hasil Belajar IPA di SD
Arifin (2003:13) menyatakan hasil belajar diartikan sebagai suatu tingkatan
keberhasilan yang dicapai pada akhir suatu kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya Arikunto (2005:21) memberikan pengertian hasil belajar sebagai
suatu hasil yang menggambarkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Menurut Sudjana (2000:40) hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Sedangkan Arikunto
(2005:10) menyatakan tujuan pengukuran hasil belajar adalah sebagai berikut: (1)
mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang dicapai oleh siswa dalam kurun
waktu tertentu, (2) mengetahui posisi atau kedudukan siswa dalam kelompok kelasnya, dan
tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar dan (3) mengetahui tingkat dan daya guna
model mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
Hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah
mengalami proses belajar-mengajar, dimana untuk mengungkapkannya biasanya
menggunakan suatu alat penilaian yang dibuat oleh guru, seperti tes evaluasi. Hal ini
dimaksudkan untuk memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan (Arifin:2003:47).
Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pengukuran hasil belajar untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan
mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang dikuasai siswa serta untuk
mengetahui efektivitas model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
Hasil belajar keterampilan proses dilakukan dengan hasil belajar :
a. Hasil belajar perbuatan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai beberapa
keterampilan tertentu.
b. Hasil belajar sikap dilakukan melalui pengamatan cara kerja anak, selama melakukan
kegiatan dan menguji coba alat kerja.
c. Hasil belajar hasil kerja anak lebih menekankan pada proses dan perilaku sikap teknologi
bukan hanya menilai produk saja. (Depdikbud, 1999 : 109-110).
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar.
Hasil belajar yang berkualitas dapat diketahui apabila dalam diri individu terjadi suatu
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik atau sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Ahiri (2008:2-5) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a).
Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita,
yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah,
Sedangkan menurut Reigeluth dalam Ahiri, (2008:4) mengatakan bahwa hasil belajar dapat
diukur dari tinggi rendahnya kemampuan belajar seseorang yang ditunjukkan oleh adanya
perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman.
Bloom dalam Ahiri, (2008:5-7) mengelompokkan hasil belajar atas 3 aspek, yaitu:
a. Aspek kognitif berhubungan dengan perubahan pengetahuan.
b. Aspek afektif berhubungan dengan perkembangan atau perubahan sikap.
c. Aspek psikomotor berhubungan dengan penguasaan keterampilan motorik.
Aspek kognitif memfokuskan pada kemampuan berpikir, mengingat, dan memecahkan
masalah, pada aspek afektif berkaitan dengan nilai dan sikap, minat dan apresiasi.
Sedangkan aspek psikomotor berkaitan dengan belajar yang dimiliki siswa meliputi cara-
cara yang berkaitan dengan mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku,
belajar kelompok, mempersiapkan ujian, menindak lanjuti hasil ujian, mencari sumber
belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, dan cita-cita.
Ada pun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :
1. Faktor internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam
individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor
psikologis, antara lain yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain
sebagainya.
2. Faktor eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang
kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang
mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan
pembentukan sikap (Angkowo, 2007 : 51).Hasil belajar IPA siswa merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa
setelah melakukan suatu proses belajar IPA Berdasarkan hasil belajar yang dilaksanakan guru di sekolah, maka hasil belajar IPA siswa dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyataan verbal (kualitatif). Hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 10, 9, 8, dan seterusnya. Sedangkan hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan sebagainya (Djuwairiyah, 2007:16).
3. Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD
Dorongan ingin tahu telah terbentuk secara kodrati mendorong manusia mengagumi
dan mempercayai adanya keterampilan pada alam. Hal ini mendorong munculnya
sekelompok orang berfikir. Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dipahami oleh
orang lain. Dorongan ingin tahu meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya.
Penemuan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang lain dapat diterima secara universal.
Dengan demikian dari pengetahuan akan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan
yang didapat melalui percobaan, didukung oleh fakta menggunakan metode berfikir secara
sistematis dapat diterima sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya disebut produk,
sedangkan langkah-langkah dilakukan merupakan suatu proses. Langkah-langkah atau
proses ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi cara atau metode memungkinkan
berkembangnya pengetahuan. Ada hubungan antara fakta dan gagasan. Pola memecahkan
masalah dengan menggunakan metode ilmiah dianut orang secara umum. Orang yang
terbiasa menggunakan metode ilmiah berarti mempunyai sikap ilmiah.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk :
a. Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam dan lingkungan dalam
kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan proses.
c. Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan
kualitas kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
kemajuan IPA dan teknologi.
e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta
keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. (Depdikbud, 1997 : 87).
Hal yang penting diperhatikan guru dalam pembelajaran IPA adalah berusaha agar
siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang
sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil
temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan
IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam
menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan
dari hakekatnya IPA sebagai proses. Siswa SD yang secara umum berusia 6-12 tahun,
secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit.
Tahapan ini ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkrit/nyata. Siswa mulai
mampu berpikir logis yang elementer, misalnya mengelompokkan, merangkaikan sederetan
objek, dan menghubungkan satu dengan yang lain. Konsep reversibilitas mulai berkembang.
Pada mulanya bilangan, kemudian panjang, luas, dan volume. Siswa masih berpikir tahap
demi tahap tetapi belum dihubungkan satu dengan yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu
diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru
yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat
mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Ada beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh
guru. Prinsip tersebut antara lain: Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai
melalui pengalaman baik secara indrawi maupun non indrawi.
Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu
diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman
itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran. Setiap pengetahuan mengandung fakta,
data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.
Tugas sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan
pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan
dengan konsep yang lain. IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan
kedua aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan
pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat. Guru yang
akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan memasuki bidang yang disebut
prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan
data, cara mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan.
4. Penerapan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA
Keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada banyak faktor, salah satunya adalah
metode mengajar yang dilakukan oleh guru. Guru yang mengajar dengan metode yang tepat
akan membuat siswa senang, tekun, antusias, dan mudah memahami materi pelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Ada berbagai macam metode mengajar
yang dapat dilakukan oleh guru antara lain metode ceramah, diskusi, tanya jawab,
brainstorming, eksperimen, resitasi, demonstrasi, bermain peran, kerja kelompok, dan karya
wisata (media.diknas.go.id)
Salah satu metode mengajar yang penting dan erat kaitannya dengan pembelajaran IPA
adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar di mana guru
bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu.
Misalnya, ingin memperoleh jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara yang lebih
baik, mengetahui elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda, ingin mengetahui
apakah yang akan terjadi, dan sebagainya. Metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan
juga sebagai suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok,
untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Adrian, 2004:8).
Setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode
yang lain. Suatu metode baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan
kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi yang lain. Suatu metode yang dianggap baik
untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, belum tentu berhasil
dibawakan oleh guru lain. Metode eksperimen pun mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan.
Kelebihan metode eksperimen:
1. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau membaca buku.
2. Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang
ilmu dan teknologi.
3. Metode ini dapat menumbuhkan dan membina manusia yang dapat membawa terobosan-
terobosan baru dengan penemuan hasil percobaan yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup
manusia.
Kekurangan Metode Eksperimen
1. Membutuhkan peralatan yang sulit didapat sehingga tidak semua siswa berkesempatan
melakukan percobaan.
2. Eksperimen yang memerlukan waktu yang lama akan membutuhkan waktu pembelajaran
yang lama pula.
3. Metode eksperimen lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
teknologi (Syaiful, 2000:196).
Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari ilmu pengetahuan alam, dapat
dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai arti penting
karena memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk persamaan dan kemauan anak.
Hal-hal yang diperhatikan dalam eksperimen adalah melakukan hal-hal praktis dan berguna
dalam kehidupan sehari-hari, member pengertian sejelas-jelasnya tentang landasan teori
yang akan dieksperimenkan.
Hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam menerapkan metode eksperimen antara
lain: guru harus melatih untuk melaksanakan metode ilmiah, perlu perencanaan yang
matang sebelum melakukan eksperimen, memerlukan peralatan yang harus dipersiapkan
terlebih dahulu, eksperimen menjadi gagal apabila kondisi peralatan tidak cocok sehingga
kesimpulan salah.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen
adalah:
a. Menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
b. Memberikan apersepsi.
c. Memotivasi siswa.
d. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam eksperimen
e. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
f. Guru menjelaskan materi yang akan dieksperimenkan.
g. Guru membagikan LKS yang telah disiapkan pada setiap kelompok.
h. Siswa dengan bimbingan guru melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dalam LKS
yang telah dibagikan.
i. Pelaporan hasil eksperimen dan beberapa perwakilan kelompok diminta mempresentasikan
hasil eksperimennya serta kelompok lain memberikan tanggapan.
j. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
k. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran.
Menurut Sulamah (2003:23) proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen
dapat meningkatkan keterampilan proses. Juga meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan
uraian di atas disimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam dapat berkembang pesat berkat
metode ilmiah. Proses pembelajaran IPA menurut keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dapat melatih siswa
mengembangkan keterampilan intelektualnya. Diharapkan metode eksperimen dalam proses
pembelajaran IPA akan dapat meningkatkan presentasi belajar dan semangat belajar secara
aktif pada siswa
5. Konsep Pembelajaran Pokok Bahasan Cahaya dan Sifat-Sifatnya.
Cahaya didefinisikan sebagai radiasi yang dapat mempengaruhi mata dan memiliki
kecepatan sebesar 299,792,458 meter per sekon. Cahaya merupakan energi terbentuk
gelombang dan membantu kita untuk melihat. Salah satu sifat cahaya adalah bergerak lurus
ke semua arah. Hal ini dapat dibuktikan dari berkas cahaya lampu senter, yang tampak
sebagai berkas lurus, sumber cahaya titik menghasilkan bayang-bayang di belakang benda
tak tembus cahaya (digunakan untuk menjelaskan peristiwa gerhana bulan dan gerhana
matahari). Posisi benda disekitar kita di simpulkan dengan menganggap bahwa cahaya
bergerak dari benda ke mata melalui lintasa lurus (Sumardi, 2009: 103).
Penalaran yang masuk akal tersebut membawa kita pada model sinar cahaya. Model
ini menganggap bahwa cahaya merambat melalui lintasan garis lurus yang disebut sinar
cahaya. Menurut Giancoli dalam Sumardi (2009: 104) sinar merupakan suatu idealisasi,
yang dipakai untuk menggambarkan berkas cahaya yang sangat sempit. Menurut model ini,
ketika kita melihat sebuah benda, cahaya dari setiap titik pada benda itu mencapai mata kita
meskipun sinar-sinar cahaya meninggalkan setip titik pada benda dalam berbagai arah,
bisanya hanya seberkas kecil cahaya yang masuk ke mata.
Bila seberkas cahaya menumbuk permukaan suatu benda maka cahaya tersebut
dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda tersebut dan diubah menjadi energi panas atau jika
benda itu transparan seperti kaca atau air, sebagian cahaya diteruskan melalui benda
tersebut. Untuk benda-benda yang berkilau seperti cermin, lebih dari 95% cahaya tersebut
dipantulkan (Sumardi, 2009: 105).
Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang
memisahkan dua medium berbeda, seperti sebuah permukaan kaca, energi cahaya tersebut
dipantulkan dan memasuki medium kedua, perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan
tersebut disebut pembiasan.
Kajian Empiris
1. Irbawati (2009) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa melalui penerapan metode
eksperimen pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan alam (IPA) pada materi pokok energi
panas di SD Negeri 1 Besulutu Kab. Konawe dapat ditingkatkan.
2. Syafrudin (2009) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada IPA siswa kelas
V SDNegeri 1 Wolulu Kabupaten Kolaka dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode
eksperimen.
3. Sumarlin (2010) menyimpulkan bahwa melalui metode eksperimen dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negerei 1 Molawe Konawe Utara.
Kerangka Berpikir
Upaya untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara salah satunya adalah dengan perbaikan metode pembelajaran
yang digunakan guru dalam mengajarkan. Penggunaan metode pembelajaran tidak harus
sama untuk semua bidang studi, sebab dapat terjadi metode pembelajaran tertentu tidak
cocok untuk mata pelajaran yang lain.
Dalam proses pembelajaran IPA, guru diharapkan mampu menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada
siswa perorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Dengan metode ini siswa diharapkan sepenuhnya merencanakan, melakukan eksperimen,
menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel dan memecahkan masalah
yang dihadapinya secara nyata. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode eksperimen
dalam proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hipotesis TindakanHipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya dapat ditingkatkan melalui penerapan metode eksperimen di kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, yaitu penelitian yang berusaha
mengkaji masalah-masalah tertentu dan berusaha untuk mengatasi dengan implementasi
tindakan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di
kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari 17 laki-laki dan 15
perempuan.
C. Faktor yang DitelitiFaktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor siswa: untuk melihat hasil belajar siswa dalam mempelajari IPA khususnya
padamateri pokok Sifat-sifat Cahaya.
2. Faktor guru: untuk melihat bagaimana teknik guru dalam penggunaan metode eksperimen.
D. Definisi Operasional dan Indikator Penilaian
1. Definisi Operasional
a) Metode eksperimen adalah suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan
atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses atau percobaan.
b) Hasil belajar IPA adalah hasil belajar siswa yang diperoleh setelah diberikan tes siklus I
dan tes siklus II pada pembelajaran metode eksperimen
2. Indikator Penilaian
a) Penilaian aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran metode eksperimen dibuat dalam
bentuk lembar observasi guru dan siswa.
b) Penilaian hasil belajar siswa dibuat dalam bentuk tes tertulis uraian.
E. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan ini direncanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan. Adapun langkah-langkah pada siklus penelitian ini adalah:
EvaluasiAnalisis Data IPelaksanaanTindakan II/Observasi
EvaluasiSIKLUSII
Alternatif Pemecahan(Rencana Tindakan II)
Siklusselanjutnya
Belum TerselesaikanRefleksi IBelum terselesaikanTerselesaikanAnalisis Data II
PelaksanaanTindakan I /ObservasiAlternatif Pemecahan(Rencana Tindakan I)SIKLUS
ITerselesaikanRefleksi IIPermasalahan
(Tim Proyek PGSM, 1999:27)
Keterangan:
Adapun prosedur penelitian tindakan ini meliputi:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Observasi dan Evaluasi
4. Refleksi dalam setiap siklusSecara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:
a) Pada siklus I kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:
a) Membuat skenario pembelajaran berupa rancangan perbaikan pembelajaran (RPP).
b) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas
ketika penerapan metode eksperimen.
c) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk siklus I
d) Menyiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa
memahami konsep-konsep IPA khususnya pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya dengan baik.
e) Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi IPA khususnya pada materi pokok
Sifat-sifat Cahaya telah dikuasai siswa.
f) Menyiapkan jurnal.
2) Pelaksanaan tindakan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah dibuat.
3) Observasi dan evaluasi; pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dan melakukan evaluasi.
4) Refleksi; hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan serta
dianalisis dalam tahap ini kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi
pada siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
b) Pada siklus II kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan; kegiatan pada tahap ini meliputi:
a. Menetapkan, merumuskan kenggulan dan kelemahan yang ditemukan pada siklus I.
b. Meninjau kembali skenario pembelajaran berupa rencana perbaikan pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada siklus II.
c. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk siklus II.
d. Menyusun alat evaluasi berupa tes hasil belajar, lembar observasi aktivitas siswa pada
proses pembelajaran dan lembar observasi kemampuan pengelolaan pengajaran guru dalam
menerapkan metode eksperimen.
2) Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah dibuat.
3) Observasi dan evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan
melakukan evaluasi.
4) Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan serta dianalisis
dalam tahap ini untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah direncanakan telah
terlaksana dengan baik. Selain itu, kegiatan refleksi ini juga bertujuan untuk menganalisis
data pada akhir siklus.
F. Sumber, Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru.
2. Jenis data: jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif yang diperoleh dari lembar
observasi dan data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar.
3. Teknik Pengambilan Data
a) Data mengenai aktivitas siswa dan guru diambil dengan menggunakan lembar observasi.
b) Data mengenai hasil belajar siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.
G. Teknik Analisis Data
Adapun langkah dalam menganalisa hasil belajar siswa sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi data.
b. Menentukan hasil belajar siswa dengan rumus:
c. Menentukan nilai minimum dan nilai maksimum.
d. Menentukan nilai rata-rata hasil belajar menggunakan rumus:
Nilai rata-rata (Sudjana, 2000: 172).
Sedangkan data hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa melalui lembar observasi
diolah secara manual kemudian dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel persentase.
Persentase ketuntasan x 100%
H. Indikator Kinerja
Keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari dua segi yaitu sebagai berikut:
1. Indikator proses: yaitu meningkatnya aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan
indikator keberhasilan ≥ 85%.
2. Indikator hasil belajar: yaitu meningkatnya hasil belajar siswa pada materi pokok Sifat-sifat
Cahaya dengan indikator keberhasilan yaitu minimal 75% siswa telah memenuhi nilai ≥ 70.
Hal ini merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh SD Negeri 2
Boro-boro.