mazhab dan aliran dalam psikologi

23
Mazhab dan Aliran dalam Psikologi (Psikoanalisa, Behaviorism, Humanistik, Gestalt, Psikologi Positif, Psikologi Transpersonal & Psikologi Lintas Budaya) Psikologi sebagai sebuah ilmu akan selalu berkembang, seiring dengan berkembangnya mazhab-mashab dan teori-teori baru yang bermunculan. Teori-teori yang muncul biasanya merupakan kritik dari teori-teori sebelumnya. Memang, patut diakui bahwa titik pandang (teori) dalam psikologi tidak ada yang sempurna, sehingga terbuka kesempatan bagi ilmuwan untuk memberikan kritik dan masukan ataupun penyempurnaan dari teori yang sudah ada. Kali ini, kita akan membahas beberapa teori-teori psikologi. Psikoanalisa, Behaviorisme, Humanistik (Holistik), Psikologi Gestalt, Psikologi Positif, Psikologi Transpersonal dan Psikologi lintas Budaya (Cross Culture Psychology) 1. Psikoanalisis Salah satunya tokoh psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 – 1939). Nama asli Freud adalah Sigismund Scholomo. Namun sejak menjadi mahasiswa Freud tidak mau menggunakan nama itu karena kata Sigismund adalah bentukan kata Sigmund. Freud lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Saat itu Moravia merupakan bagian dari kekaisaran Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Pada usia empat tahun Freud dibawa hijrah ke Wina, Austria (Berry, 2001:3). Kedatangan Freud berbarengan dengan ramainya teori The Origin of Species karya Charles Darwin (Hall, 2000:1).

Upload: fatur-akhi

Post on 14-Aug-2015

562 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

mau ikut yg mna?

TRANSCRIPT

Page 1: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

Mazhab dan Aliran dalam Psikologi (Psikoanalisa, Behaviorism, Humanistik, Gestalt, Psikologi Positif, Psikologi Transpersonal & Psikologi Lintas Budaya)

Psikologi sebagai sebuah ilmu akan selalu berkembang, seiring dengan

berkembangnya mazhab-mashab dan teori-teori baru yang bermunculan. Teori-teori

yang muncul biasanya merupakan kritik dari teori-teori sebelumnya. Memang, patut

diakui bahwa titik pandang (teori) dalam psikologi tidak ada yang sempurna, sehingga

terbuka kesempatan bagi ilmuwan untuk memberikan kritik dan masukan ataupun

penyempurnaan dari teori yang sudah ada.

Kali ini, kita akan membahas beberapa teori-teori psikologi. Psikoanalisa,

Behaviorisme, Humanistik (Holistik), Psikologi Gestalt, Psikologi Positif,

Psikologi Transpersonal dan Psikologi lintas Budaya (Cross Culture Psychology)

1. Psikoanalisis

Salah satunya tokoh psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 – 1939). Nama

asli Freud adalah Sigismund Scholomo. Namun sejak menjadi mahasiswa Freud tidak

mau menggunakan nama itu karena kata Sigismund adalah bentukan kata Sigmund.

Freud lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Saat itu Moravia merupakan bagian

dari kekaisaran Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Pada usia empat tahun

Freud dibawa hijrah ke Wina, Austria (Berry, 2001:3). Kedatangan Freud berbarengan

dengan ramainya teori The Origin of Species karya Charles Darwin (Hall, 2000:1).

Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu

kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang

sangat menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot,

neurolog Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan histeria

mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak itu Freud

dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek

penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidakruntutan

keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang terbelah dari kepribadian

Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan struktur

psikis manusia: id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.

Page 2: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada

manusia, antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan

yang tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi keinginan-

keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu

mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego lemah.

Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan

otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental

sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun

bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar

(unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung

es dari kepribadian kita, yaitu:

a.    Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.

b.    Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari

lingkungannya.

c.    Ego, adalah pengawas realitas.

Sebagai contoh adalah berikut ini: Anda adalah seorang bendahara yang

diserahi mengelola uang sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda:

“Pakai saja uang itu sebagian, toh tak ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata:”Cek

dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan

lakukan!”.

Pada masa kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap

ini oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari

pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan

mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).

Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua

dan pada orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking.

Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih

tidak jajan demi ingin menabung misalnya). Walau begitu kadangkala pada orang

Page 3: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas

keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos di

kantor misalnya).

Proses pertama adalah apa yang dinamakan EQ (emotional quotient),

sedangkan proses kedua adalah IQ (intelligence quotient) dan proses ketiga adalah SQ

(spiritual quotient).

2. Behaviourisme

Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa.

Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang

mencapai puncaknya pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan

sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat

dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke

dalam psikologi.

Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat

dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan

dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku

menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap

seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu.

Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh

dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali

lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan,

sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski

daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan

cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.

Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11

bulan dengan seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka

dipukullah sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu

percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak akan

menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi

Page 4: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng

Sinterklas.

Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa melakukan apa

yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).

3. Psikologi Humanistis

Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis.

Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk

yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa dan

Behaviorisme.

Salah satu tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow – mengkritik Freud dengan

mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya

meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.

Salah satu bagian dari humanistic adalah logoterapi. Adalah Viktor Frankl yang

mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai logotherapy (logos = makna).

Pandangan ini berprinsip:

a. Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan sekalipun.

b. Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu sendiri.

c. Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang kita

alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.

Frankl mengembangkan teknik ini berdasarkan pengalamannya lolos dari kamp

konsentrasi Nazi pada masa Perang Dunia II, di mana dia mengalami dan menyaksikan

penyiksaan-penyiksaan di kamp tersebut. Dia menyaksikan dua hal yang berbeda, yaitu

para tahanan yang putus asa dan para tahanan yang memiliki kesabaran luar biasa

serta daya hidup yang perkasa. Frankl menyebut hal ini sebagai kebebasan seseorang

memberi makna pada hidupnya.

Page 5: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

Logoterapi ini sangat erat kaitannya dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan

berdasarkan situasi-situasi berikut ini:

a. Ketika seseorang menemukan dirinya (self-discovery). Sa’di (seorang penyair besar dari

Iran) menggerutu karena kehilangan sepasang sepatunya di sebuah masjid di

Damaskus. Namun di tengah kejengkelannya itu ia melihat bahwa ada seorang

penceramah yang berbicara dengan senyum gembira. Kemudian tampaklah olehnya

bahwa penceramah tersebut tidak memiliki sepasang kaki. Maka tiba-tiba ia disadarkan,

bahwa mengapa ia sedih kehilangan sepatunya sementara ada orang yang masih bisa

tersenyum walau kehilangan kedua kakinya.

b. Makna muncul ketika seseorang menentukan pilihan. Hidup menjadi tanpa makna ketika

seseorang tak dapat memilih. Sebagai contoh: seseorang yang mendapatkan tawaran

kerja bagus, dengan gaji besar dan kedudukan tinggi, namun ia harus pindah dari

Yogyakarta menuju Singapura. Di satu sisi ia mendapatkan kelimpahan materi namun

di sisi lainnya ia kehilangan waktu untuk berkumpul dengan anak-anak dan istrinya. Dia

menginginkan pekerjaan itu namun sekaligus punya waktu untuk keluarganya. Hingga

akhirnya dia putuskan untuk mundur dari pekerjaan itu dan memilih memiliki waktu

luang bersama keluarganya. Pada saat itulah ia merasakan kembali makna hidupnya.

c. Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan. Misalnya: seorang rakyat

jelata tiba-tiba dikunjungi oleh presiden langsung di rumahnya. Ia merasakan suatu

makna yang luar biasa dalam kehidupannya dan tak akan tergantikan oleh apapun.

Demikian juga ketika kita menemukan seseorang yang mampu mendengarkan kita

dengan penuh perhatian, dengan begitu hidup kita menjadi bermakna.

d. Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab. Seperti contoh di atas, seorang

bendahara yang diserahi pengelolaan uang tunai dalam jumlah sangat besar dan

berhasil menolak keinginannya sendiri untuk memakai sebagian uang itu untuk

memuaskan keinginannya semata. Pada saat itu si bendahara mengalami makna yang

luar biasa dalam hidupnya.

Page 6: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

e. Ketika kita mengalami situasi transendensi (pengalaman yang membawa kita ke luar

dunia fisik, ke luar suka dan duka kita, ke luar dari diri kita sekarang). Transendensi

adalah pengalaman spiritual yang memberi makna pada kehidupan kita.

4. Psikologi Gestalt

Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan

konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari

jumlah bagian-bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan

mengakibatkan hilangnya gestalt itu sendiri. Sebagai contoh, ketika melihat sebuah

persegi panjang maka hal ini dapat dipahami dan dijelaskan sebagai persegi panjang

berdasarkan keutuhannya atau keseluruhannya dan identitas ini tidak bisa dijelaskan

sebagai empat garis yang saling tegak lurus dan berhubungan.

Sejalan dengan itu, gestalt menunjukkan premis dasar sistem psikologi yang

mengonseptualisasi berbagai peristiwa psikologis sebagai fenomena yang

terorganisasi, utuh dan logis. Pandangan ini menjelaskan integritas psikologis aktivitas

manusia yang jelas. Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi menjadi

kehilangan identitas jika dianalisis menjadi komponen-komponen atau bagian-bagian

yang telah ada sebelumnya.

Psikologi gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung menantang

psikologi strukturalisme Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari

Brentano, Stumpf dan akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya mengembangkan

alternatif bagi model psikologi yang diajukan oleh model ilmu pengetahuan alam

reduksionistik dan analitik dari Wundt.

Gerakan gestalt lebih konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman yakni

aktivitas mental dari pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh pemikiran Kant

tentang teori nativistik yang mengatakan bahwa organisasi aktivitas mental membuat

individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas. Sehingga

tujuan psikologi gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas mental dan mengetahui

secara tepat karakteristik interaksi manusia-lingkungan.

Page 7: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

Hingga pada tahun 1930, gerakan gestalt telah berhasil menggantikan model

wunditian dalam psikologi Jerman. Namun, keberhasilan gerakan tersebut tidak

berlangsung lama kerena munculnya hitlerisme. Sehingga para pemimpin gerakan

tersebut hijrah ke Amerika.

Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh

penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik

dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan

ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika.

Tetapi di Amerika psikologi gestalt tidak memperoleh dominasi seperti di Jerman.

Hal ini dikarenakan psikologi Amerika telah berkembang melalui periode fungsionalisme

dan pada tahun 1930-an didominasi oleh behaviorisme. Oleh karena itu, kerangka

psikologi gestalt tidak sejalan dengan perkembangan-perkembangan di Amerika.

5. Psikologi Transpersonal

Kata transpersonal berasal dari kata trans yang berarti melampaui dan persona

berarti topeng. Secara etimologis, transpersonal berarti melampaui gambaran manusia

yang kelihatan. Dengan kata lain, transpersonal berarti melampaui macam-macam

topeng yang digunakan manusia.

Menurut John Davis, psikologi transpersonal bisa diartikan sebagai ilmu yang

menghubungkan psikologi dengan spiritualitas. Psikologi transpersonal merupakan

salah satu bidang psikologi yang mengintegrasikan konsep, teori dan metode psikologi

dengan kekayaan-kekayaan spiritual dari bermacam-macam budaya dan agama.

Konsep inti dari psikologi transpersonal adalah nondualitas (nonduality), suatu

pengetahuan bahwa tiap-tiap bagian (misal: tiap-tiap manusia) adalah bagian dari

keseluruhan alam semesta. Penyatuan kosmis dimana segala-galanya dipandang

sebagai satu kesatuan.

Perintisan psikologi transpersonal diawali dengan penelitian-penelitian tentang

psikologi kesehatan pada tahun 1960-an yang dilakukan oleh Abraham Maslow

(Kaszaniak,2002). Perkembangan psikologi transpersonal lebih pesat lagi setelah

Page 8: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

terbitnya Journal of Transpersonal Psychology pada tahun 1969 dimasa disiplin ilmu

psikologi mulai mengarahkan perhatian pada dimensi spiritual manusia. Penelitian

mengenai gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis, exctasy,

keadaran ruhaniah, pengalaman transpersonal, aktualisasi dan pengalaman

transpersonal mulai dikembangkan. Aliran psikologi yang memfokuskan diri pada

kajian-kajian transpersonal menamakan dirinya aliran psikologi transpersonal dan

memproklamirkan diri sebagai aliran ke empat setelah psikoanalisis, behaviourisme dan

humanistic. Psikologi transpersonal memfokuskan diri pada bentuk-bentuk kesadaran

manusia, khususnya taraf kesadaran ASCs (Altered States of Consciosness). Sejak

1969, ketika Journal of Transpersonal Psychology terbit untuk pertamakalinya,

psikology mulai mengarahkan perhatiannya pada dimensi spiritual manusia. Penelitian

yang dilakukan untuk memahami gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience,

pengalaman mistis, ekstasi, kesadaran kosmis, aktualisasi transpersonal pengalaman

spiritual dan kecerdasan spiritual (Zohar,2000).

Aliran psikologi Transpersonal ini dikembangkan oleh tokoh psikologi humanistic

antara lain : Abraham Maslow, Antony Sutich, dan Charles Tart. Sehingga boleh

dikatakan bahwa aliran ini merupakan perkembangan dari aliran humanistic. Sebuah

definisi kekemukakan oleh Shapiro yang merupakan gabungan dari pendapat tentang

psikologi transpersonal : psikologi transpersonal mengkaji tentang poitensi tertinggi

yang dimiliki manusia, dan melakukan penggalian, pemahaman, perwujudan dari

kesatuan, spiritualitas, serta kesadaran transendensi.

Menurut Maslow pengalaman keagamaan meliputi peak experience, plateu, dan

farthes reaches of human nature. Oleh karena itu psikologi belum sempurna sebelum

memfokuskan kembali dalam pandangan spiritual dan transpersonal. Maslow menulis

(dalam Zohar, 2000). "I should say also that I consider Humanistic, Third Force

psychology, to be trantitional, a preparation for still higher Fourth Psychology, a

transpersonal, transhuman centered in the cosmos rather than in human needs and

interest, going beyond humanness, identity, self actualization, and the like".

Psikologi transpersonal lebih menitikberatkan pada aspek-aspek spiritual atau

transcendental diri manusia. Hal inilah yang membedakan konsep manusia antara

Page 9: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

psikologi humanistic dengan psikologi transpersonal. McWaters (dalam Nusjirwan,

2001) membuat sebuah diagram yang berbentuk lingkaran dimana setiap lingkaran

mewakili satu tingkat berfungsinya menusia dan tingkat kesadaran diri manusia.

Tiap tingkat dari bagian diatas menunjukan tingkat fungsi dan tingkat kesadaran

manusia. Lingkaran 1,2 dan 3 yang berturut-turut mewakili aspek fisikal, aspek

emosional dan aspek intelektual dari kekuatan batin individu. Lingkaran 4

menggambarkan pengintegrasian dari lingkaran 1, 2 dan 3 yang memungkinkan

individu berfungsi secara harminis pada tingkat pribadi. Keempat lingkaran ini termasuk

dalam kawasan personal manusia.

Tingkatan berikutnya termasuk dalam kategori wilayah transpersonal manusia.

Lingkaran 5 mewakili aspek intuisi. Pada aspek ini mulai samara-samar menyadari

bahwa ia bisa mempersepsi tanpa perantara panca indra (extra sensory perception).

Lingkaran 6 mewakili aspek energi psikis (kekuatan bathiniah) di mana individu secara

jelas menghayati dirinya sebagai telah mentransedir/melewati kesadaran sensoris dan

pada saat yang sama menyadari pengintegrasian dirinya dengan medan-medan energi

yang lebih besar. Fenomena-fenomena para psikologi dapat dialami pada tingkat

kesadaran ini. Lingkaran 7 mewakili bentuk penghayatan paling tinggi-penyatuan mistis

atau pencerahan, dimana diri seseorang mentransendir dualintas dan menyatu dengan

segala yang ada. Melewati ke tujuh tingkat yang disebutkan itu, dikatakan lagi tingkat

pengembangan potensial dimana semua tingkat dihayati secara simultan.

Konsep dari McWater ini dapat menjelaskan bagaimana seseorang mencapai

kualitas diri melalui metode tafakur. Ketika seseorang berada pada fase pertama dalam

bertafakur berarti dia berada pada dunia fisik yaitu pengetahuan yang didapat dari

fungsi indera. Sebuah kejadian akan dipresepsi secara empiris yang langsung melalui

pendengaran, penglihatan atau alat indera lainnya, atau secara tidak langsung seperti

pada fenomena imajinasi, pengetahuan rasional yang abstrak, yang sebagaian

pengetahuan ini tidak ada hubungannya dengan emosi. Jika seseorang memperdalam

cara melihat dan mengamati sisi-sisi keindahan, kekuatan, dan keistimewaan lainnya

yang dimiliki sesuatu, berarti ia telah berpindah dari pengetahuan yang indrawi menuju

rasa kekaguman ( tadlawuk) dimana pada tahap ini adalah tahap bergejolaknya

Page 10: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

perasaan, disini kita melihat bahwa tahap ini sesuai dengan tahap kedua dari McWater

yaitu emosional. Pada tahap selanjutnya, dengan bertafakur aktiitas kognitif seseorang

muali delibtkan, disinilah tafakur sangat berperan dalam proses pengintegrasian ketiga

komponen tadi yaitu fisik, dmosi dan intelektual.

Kemudian jika hasil pengintegrasian seseorang ini ditransendensikan kepada

Allah maka kualitas seseorang tadi akan meningkat dari personal menuju

transpersonal. Badri (1989) mencontohkan seseorang yang sudah pada tahap

transpersonal ini "perasaan kagum manusia terhadap keindahan dan keagungan

penciptaan serta perasaan kecil dan hina di tengah malam, yang ia saksikan

merupakan fitrah yang sudah diberikan Allah kepada manusia untuk dapat melihat

semua yang ada di langit dan di bumi sehingga ia dapat menemukan sang pencipta,

merasakan khusuk terhada-Nya, dan dapat menyembah-Nya. Baik karena takut atau

karena cinta". Dari ungkapan tersebut dapat dita lihat bahwa seseorang yang mengakui

bahwa keindahan itu adalah ciptaan Allah maka berarti dia sudah memasuki dunia

transpersonal.

6. Psikologi Positif

Psikologi yang berkembang dewasa ini dapat disebut sebagai psikologi negatif,

karena berkutat pada sisi-negatif manusia. Psikologi, karena itu, paling banter hanya

menawarkan terapi atas masalah-masalah kejiwaan. Padahal, manusia tidak hanya

ingin terbebas dari problem, tetapi juga mendambakan kebahagiaan. Adakah psikologi

jenis lain yang menjawab harapan ini?

Martin Seligman, seorang psikolog pakar studi optimisme, memelopori revolusi

dalam bidang psikologi melalui gerakan Psikologi Positif. Berlawanan dengan psikologi

negatif, sains baru ini mengarahkan perhatiannya pada sisi-positif manusia,

mengembangkan potensi-potensi kekuatan dan kebajikan sehingga membuahkan

kebahagiaan yang autentik dan berkelanjutan.

Dalam buku revolusioner yang ditulis dengan gaya populer ini, Seligman

memperkenalkan prinsip-prinsip dasar Psikologi Positif, ciri-ciri kebahagiaan yang

autentik, dan faktor-faktor pendukungnya. Dengan metode-metode praktis yang

Page 11: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

dirumuskannya, Anda dapat memanfatkan temuan-temuan terbaru dari sains

kebahagiaan untuk mengukur dan mengembangkan kebahagiaan dalam hidup Anda.

Psikologi positif adalah cabang baru psikologi yang bertujuan diringkas pada tahun

2000 oleh Martin Seligman dan Mihaly Csikszentmihalyi "Kami percaya bahwa psikologi

positif akan muncul fungsi manusia yang mencapai pemahaman ilmiah dan efektif untuk

membangun berkembang dalam individu, keluarga, dan masyarakat. Psikologi positif

mencari" untuk mencari dan membina jenius dan bakat ", dan" untuk membuat

kehidupan normal lebih memuaskan ", tidak hanya untuk mengobati penyakit mental.

Pendekatan ini telah menciptakan banyak menarik di sekitar subjek, dan pada tahun

2006 studi di Universitas Harvard yang berjudul "Psikologi Positif" menjadi kursus

semester yang paling populer semester.

Beberapa Psikolog Humanistik, seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Erick

Fromm mengembangnak teori dan praktek yang melibatkan kebahagiaan manusia.

Baru-baru ini teori yang dikembangkan oleh para psikolog humanistik ini telah

menemukan dukungan empiris dari studi oleh para psikolog positif, meskipun penelitian

ini telah banyak dikritik. Teori ini lebih berfokus pada kepuasan dengan sumber

filosofismenya keagamaan dan psikologi humanistic.

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Dan selama ini yang kita ketahui, bidang psikologi selalu

menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan jiwa seseorang, misalnya penyebab

orang mengalami gangguan jiwa, mengapa orang bisa mengalami stress, dan lain-lain.

Yang selalu berhubungan dengan sisi negatif seseorang.

Tetapi selami ini kita mengenal yang nama nya psikologi positif, yaitu lebih

menekankan apa yang benar/baik pada seseorang, dibandingkan apa yang

salah/buruk. Sebelumnya, psikologi biasanya selalu menekankan apa yang salah pada

manusia, seperti soalan stress, depresi, kegelisahan dan lain lain.

Itulah sebabnya, ada aliran baru dalam dunia psikologi, dan menyebutnya sebagai

psikologi positif. Menurut Seligman, “Psikologi bukan hanya studi tentang

kelemahan dan kerusakan; psikologi juga adalah studi tentang kekuatan dan

Page 12: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

kebajikan. Pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak; pengobatan juga

berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.” Misi Seligman

ialah mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis yang hanya berkutat

pada kekurangan manusia ke psikologi positif, yang berfokus pada kelebihan manusia.

Berfokus terhadap penanganan berbagai masalah bukanlah hal baru dalam dunia

psikologi. Sejak dulu, manusia selalu dipandang sebagai makhluk yang bermasalah.

Sejak awal mula munculnya aliran psikologi (mashab behaviorisme), manusia

dipandang sebagai suatu mekanik yang penuh dengan banyak masalah. Mashab ini

kemudian melihat masalah yang ada pada manusia, belum lagi dengan mashab

psikoanalisis yang melihat kenangan masa lalu sebagai penyebab penderitaan yang

ada saat ini. Apapun itu, psikologi yang berkembang selama bertahun-tahun lamanya

lebih memedulikan kekurangan ketimbang kelebihan yang ada pada manusia. Itulah

sebabnya psikologi yang berkutat pada masalah sering disebut sebagai psikologi

negatif.

Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia,

kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Sebelumnya, psikologi lebih

banyak membahas hal-hal patologis dan gangguan-gangguan jiwa juga emosi negatif,

seperti marah, benci, jijik, cemburu dan sebagainya. Dalam Richard S. Lazarus,

disebutkan bahwa emosi positif biasanya diabaikan atau tidak ditekankan, hal ini tidak

jelas kenapa demikian. Kemungkinan besar hal ini karena emosi negatif jauh lebih

tampak dan memiliki pengaruh yang kuat pada adaptasi dan rasa nyaman yang

subyektif dibanding melakukan emosi positif. Contohnya, pada saat kita marah, maka

ada rasa nyaman yang terlampiaskan, rasa superior, dan sebagainya. Ada suatu

penelitian mengatakan bahwa marah adalah emosi yang dipelajari, sehingga dia akan

cenderung untuk mengulangi hal yang dirasa nyaman.

Psikologi positif tidak bermaksud mengganti atau menghilangkan penderitaan,

kelemahan atau gangguan (jiwa), tapi lebih kepada menambah khasanah atau

memperkaya, serta untuk memahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia.

Page 13: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

Jadi intinya saat ini kita sudah mengenal yang nama nya psikologi positif, ada

baiknya kita merubah diri kita sedikit demi sedikit. Sebisa mungkin kita lebih

mengeluarkan emosi positif kita dibandingkan emosi negatif kita. Maka hasilnya pun

akan positif.

7. Psikologi Lintas Budaya (Cross Culture Psychology)

Kata budaya sangat umum dipergunakan dalam bahasa sehari-hari. Paling

sering budaya dikaitkan dengan pengertian ras, bangsa atau etnis. Kata budaya juga

kadang dikaitkan dengan seni, musik, tradisi-ritual, atau peninggalan-peninggalan masa

lalu. Sebagai sebuah entitas teoritis dan konseptual, budaya membantu memahami

bagaimana kita berperilaku tertentu dan menjelaskan perbedaan sekelompok orang.

Sebagai sebuah konsep abstrak, lebih dari sekedar label, budaya memiliki kehidupan

sendiri, ia terus berubah dan tumbuh, akibat dari pertemuan-pertemuan dengan budaya

lain, perubahan kondisi lingkungan, dan sosiodemografis. Budaya adalah produk yang

dipedomani oleh individu-individu yang tersatukan dalam sebuah kelompok. Budaya

menjadi pengikat dan diinternalisasi individu-individu yang menjadi anggota suatu

kelompok, baik disadari maupun tidak disadari. Pada awal perkembangannya, ilmu

psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya

memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar

memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan

penting dalam aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi

yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002)

misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan

lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.

Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya? Secara

sederhana Triandis (1994) membuat kerangka sederhana bagaimana hubungan antara

budaya dan perilaku sosial, Ekologi - budaya - sosialisasi - kepribadian – perilaku.

Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan sebuah

kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan psikologis

terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya. Kondisi ekologi yang terdiri

dari lingkungan fisik, kondisi geografis, iklim, serta flora dan fauna, bersama-sama

Page 14: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

dengan kondisi lingkungan sosial-politik dan adaptasi biologis dan adaptasi kultural

merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku dan karakter psikologis. Ketiga hal

tersebut kemudian akan melahirkan pengaruh ekologi, genetika, transmisi budaya dan

pembelajaran budaya, yang bersama-sama akan melahirkan suatu perilaku dan

karakter psikologis tertentu.

Pada umumnya penelitian psikologi lintas budaya dilakukan lintas negara atau

lintas etnis. Artinya sebuah negara atau sebuah etnis diperlakukan sebagai satu

kelompok budaya. Dari sisi praktis, hal itu sangat berguna. Meskipun hal tersebut juga

menimbulkan persoalan, apakah sebuah negara bisa diperlakukan sebagai satu

kelompok budaya bila didalamnya ada ratusan etnik seperti halnya indonesia? Dalam

posisi seperti itu, penggunaan bahasa nasional yakni bahasa indonesia menjadi dasar

untuk menggolongkan seluruh orang indonesia ke dalam satu kelompok budaya. Pada

akhirnya tidak ada kategori kaku yang bisa digunakan untuk melakukan

pengelompokan budaya. Apakah batas-batas budaya itu ditandai dengan ras, etnis,

bahasa, atau wilayah geografis, semuanya bisa tumpang tindih satu sama lain atau

malah kurang relevan.

Sebuah definisi mengenai budaya dalam konteks psikologi lintas budaya

diperlukan guna pemahaman yang sama mengenai apa yang dimaksud budaya dalam

psikologi lintas budaya. Culture as the set of attitudes, values, belifs, and behaviors

shared by a group of people, but different for each individual, communicated from one

generation to the next (Matsumoto, 1996). Definisi Matsumoto dapat diterima karena

definisi ini memenuhi semua perdebatan sebelumnya; budaya sebagai gagasan, baik

yang muncul sebagai perilaku maupun ide seperti nilai dan keyakinan, sekaligus

sebagai material, budaya sebagai produk (masif) maupun sesuatu (things) yang hidup

(aktif dan menjadi panduan bagi individu anggota kelompok. Selain itu, definisi tersebut

menggambarkan bahwa budaya adalah suatu konstruk sosial sekaligus konstruk

individu.

Psikologi lintas budaya adalah cabang psikologi yang (terutama) menaruh

perhatian pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan

mempelajari orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda. Dalam arti sempit,

Page 15: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

penelitian lintas budaya secara sederhana hanya berarti dilibatkannya partisipasian dari

latar belakang kultural yang berbeda dan pengujian terhadap kemungkinan-

kemungkinan adanya perbedaan antara para partisipan tersebut.

Dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah

kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di

semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang

tertentu di budaya-budaya tertentu) (Matsumoto, 2004).

Menurut Seggal, Dasen, dan Poortinga (1990) psikologi lintas budaya adalah

kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus

memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk, dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan

sosial dan budaya. Pengertian ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok, yaitu

keragaman perilaku manusia di dunia, dan kaitan antara perilaku individu dengan

konteks budaya, tempat perilaku terjadi. Terdapat beberapa definisi lain (menekankan

beberapa kompleksitas), antara lain:

a. Menurut Triandis, Malpass, dan Davidson (1972) psikologi lintas budaya mencakup

kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan

menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas

yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang

diperlukan agar menjadi universal.

b. Menurut Brislin, Lonner, dan Thorndike, 1973) menyatakan bahwa psikologi lintas

budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah

memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku

yang dapat diramalkan dan signifikan.

c. Triandis (1980) mengungkapkan bahwa psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian

sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi

dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan

perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.

Page 16: Mazhab Dan Aliran Dalam Psikologi

Setiap definisi dari masing-masing ahli di atas, menitikberatkan ciri tertentu,

seperti misalnya pertama, gagasan kunci yang ditonjolkan ialah cara mengenali

hubungan sebab-akibat antara budaya dan perilaku. Kedua, berpusat pada peluang

rampat (generalizabiliti) dari pengetahuan psikologi yang dianut. Ketiga lebih

menitikberatkan pengenalan berbagai jenis pengalaman budaya. Kempat,

mengedepankan persoalan perubahan budaya dan hubungannya dengan perilaku

individual. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa psikologi lintas budaya adalah psikologi yang memperhatikan faktor-

faktor budaya, dalam teori, metode dan aplikasinya.

Sumber:

Jalaluddin Rakhmat dalam Danah Zohar, SQ – Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Hidup, Mizan, Jakarta, 2000.

Noesjirwan, joesoef. 2000. Konsep Manusia Menurut Psikologi Transpersonal (dalam Metodologi Psikologi Islami). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Purwanto, Setyo. 2004. Tafakur Sebagai Sarana Transendensi. (materi kuliah PI) tidak diterbitkan

Misiak, Henryk and Virginia Staudt Sexton, Ph.D. 1988 .Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan Humanistik : Suatu Survai Historis. Bandung : PT Eresco

Purwanto, Setyo.2004. Hank Out PI : Metode-metode Perumusan Psikologi islami.(Materi Kuliah) tidak diterbitkan

http://jebhy.blogspot.com/2008/11/psikologi-lintas-budaya.html