maklah hormon

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami dan dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel, begitu dikeluarkan hormone akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel. Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas. B. Rumusan masalah 1. Apa dampak yang akan terjadi jika hormon dalam tubuh meningkat? 2. Pengaruh Hormon terhadap Gula darah 1

Upload: dery-laskar-kahadari

Post on 29-Jun-2015

170 views

Category:

Education


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: maklah Hormon

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami dan dilepaskan ke

dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-

sel, begitu dikeluarkan hormone akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel.

Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan

panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan

derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh

yang sangat luas.

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta

kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin

disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan

regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama

dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas.

B.     Rumusan masalah

1. Apa dampak yang akan terjadi jika hormon dalam tubuh meningkat?

2. Pengaruh Hormon terhadap Gula darah

1

Page 2: maklah Hormon

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hormon

Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami dan dilepaskan ke

dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-

sel,begitu dikeluarkan hormone akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel.

Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino

dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang

merupakan derivat dari kolesterol.Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu

respon tubuh yang sangat luas.

Adapun kelainan pada sistem hormon sebagia berikut:

1. Penyakit Addison

Terjadi karena sekresi yang berkurang dari glukokortikoid. Hal ini dapat terjadi misalnya

karena kelenjar adrenal terkena infeksi atau oleh sebab autoimun.

Gejala – gejalanya berupa :

a)      Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan volume air

dari cairan tubuh.

b)      Hipoglikemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga penderita mudah

menjadi shock dan terjadi kematian hanya karena stress kecil saja misalnya flu atau

kelaparan.

c)      Lesu mental dan fisik.

2. Sindrom Cushing

Kumpulan gejala – gejala penyakit yang disebabkan oleh sekresi berlebihan dari

glukokortikoid seperti tumor adrenal dan hipofisis. Juga dapat disebabkan oleh pemerian obat

– obatan kortikosteroid yang berlebihan.

Gejala – gejalanya berupa :

a)      Otot – otot mengecil dan menjadi lemah karena katabolisme protein.

b)      Osteoporosis

c)      Luka yang sulit sembuh

d)     Gangguan mental misalnya euphoria (terasa segan)

3. Sindrom Adrenogenital

2

Page 3: maklah Hormon

Kelainan dimana terjadi kekurangan produksi glukokortikoid yang biasanya akibat

kekurangan enzim pembentuk glukokotikoid pada kelenjar adrenal. Akibatnya kadar

ACTH meningkat dan zona retikularis dirangsang untuk mensekresi androgen yang

menyebabkan timbulnya tanda – tanda kelainan sekunder pria pada seorang wanita yang

disebut virilisme yang timbulnya janggut dan distribusi rambut seperti pria, otot – otot

tubuh seperti pria, perubahan suara, payudara mengecil, klitoris membesar seperti penis

dan kadang – kadang kebotakan.

Pada pria di bawah umur timbul pubertas perkoks, yaitu timbulnya tanda – tanda kelamin

sekunder di bawah umur. Pada pria dewasa gejala – gejala diatas tertutup oleh tanda –

tanda kelamin sekunder normal yang disebabkan oleh testosterone. Tetapi bila timbul

sekresi berlebihan dari estrogen dan progesterone timbul tanda – tanda kelamin sekunder

wanita antara lain yaitu ginaekomastia (payudara membesar seperti pada wanita).

4. Peokromositoma

Tumor adrenal medulla yang menyebabkan hipersekresi adrenalin dan noradrenalin

dengan akibat sebagai berikut :

a)      Basa metabolisme meningkat

b)      Glukosa darah meningkat

c)      Jantung berdebar

d)     Tekanan darah meninggi

e)      Berkurangnya fungsi saluran pencernaan

f)       Keringat pada telapak tangan, kesemuanya menyebabkan berat badan menurun dan

tubuh lemah. Pengobatanya melalu operasi.

Pembengkakan dari kelenjar tiroid yang menimbulkan pembenjolan pada leher bagian

depan. Penyebab struma antara lain peradangan, tumor ataupun defisiensi yodium. Pada

defisiensi yodium, struma terjadi karena kadar T4 dan T3 menurun, kadar TASH

meningkat, hal ini menrangsang sel – sela folikel untuk hipertropi dan hyperplasia.

5. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan oleh kalainan hormon yang

mengakibatkan sel – sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit

ini timbul ketikda dala darah tidak terdapat cukup insulin dalam darah. Pada sel – sel

tubuh tidak mendapat cukup glukosa dari darah sehingga kekurangan energi dan akhirnya

terjadi pembakaran cadangan lemak dan protein tubuh. Sementara itu, system pencernaan

3

Page 4: maklah Hormon

tetap dapat meyerap glukosa dari makanan sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi

sangat tinggi dan akhirnya diekskresi bersama urin.

6. Hipotiroidea

Keadaan dimana terjadi kekurangan hormon tiroid. Bila terjadi pada masa bayi dan anak,

hipotiroidea menimbulkan kretinisme yaitu tubuh menjadi pendek karena pertumbuhan

tulang dan otot tersumbat, disertai kemunduran mental karena sel – sel otak kurang

berkembang.

7. Hipertiroidea

Keadaan dimana hormone tiroid disekresikan melebihi kadar normal. Gejalanya berupa

berat badan menurun, gemetaran, berkeringat, nafsu makan besar, jantung berdebar dan

BMR maneingkatmelebihi 20 sampai 100.

B.    Kepentingan

Hormon membantu dan memastikan tumbesaran manusia yang lebih sempurna

dengan mengawal dan memastikan fundsi dan koordinasi setiap organ. Hormon

mengawal proses metabolisma dan membolehkan pencapaian kesihatan yang lebih baik.

Malangnya setelah manusia mencecah umur 25 tahun, penghasilan hormon mulai

merosot.

Hormon-hormon utama dalam sistem endoktrin :

1)      Human Growth Hormone (HGH)

2)      Melatonin

3)      Thyroid gland hormone

4)      Insulin

5)      DHEA

6)      Oestrogen

7)      Corpus luteum hormone

8)      Testis hormone

4

Page 5: maklah Hormon

C. GANGGUAN SISTEM HORMON 

Obesitas ternyata juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis,

obesitas menyebabkan haid pertama (menstruasi) dating lebih awal. Pada wanita dewasa,

obesitas dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme,

hirsutisme) dan gangguan siklus menstruasi.Dan meningkatkan resiko timbulnya  batu

empedu,ini terjadi karena cairan empedu menjadi lebih kental.

Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki) meningkat.  Akibatnya terjadi

hirsutisme (tanda maskulinasi). Misalnya jerawatan, ditumbuhi  bulu-bulu di wajah dan

badan, bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara lelaki.

Faktor-faktor lainnya juga merangsang pembentukan hormon.

Prolaktin (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa) menyebabkan kelenjar

susu di payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada puting susu merangsang

hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin. Isapan bayi juga meningkatkan

pelepasan oksitosin yang menyebabkan mengkerutnya saluran susu sehingga susu

bisa dialirkan ke mulut bayi.

HORMON UTAMA

HormonYg menghasilkan

Fungsi

AldosteronKelenjar adrenal

Membantu mengatur keseimbangan garam & air dengan cara menahan garam & air serta membuang kalium

Hormon antidiuretik(vasopresin)

Kelenjar hipofisa

Menyebabkan ginjal menahan air

Bersama dengan aldosteron, membantu mengendalikan tekanan darah

KortikosteroidKelenjar adrenal

Memiliki efek yg luas di seluruh tubuh, terutama sebagai:

Anti peradangan Mempertahankan kadar gula

darah, tekanan darah & kekuatan otot

Membantu mengendalikan keseimbangan garam & air

KortikotropinKelenjar hipofisa

Mengendalikan pembentukan & pelepasan hormon oleh korteks adrenal

Eritropoietin GinjalMerangsang pembentukan sel darah merah

Estrogen Indung telur Mengendalikan perkembangan ciri

5

Page 6: maklah Hormon

seksual & sistem reproduksi wanitaGlukagon Pankreas Meningkatkan kadar gula darah

Hormon pertumbuhan

Kelenjar hipofisa

Mengendalikan pertumbuhan & perkembangan

Meningkatkan pembentukan protein

Insulin Pankreas

Menurunkan kadar gula darah Mempengaruhi metabolisme

glukosa, protein & lemak di seluruh tubuh

LH (luteinizing hormone)FSH (follicle-stimulating hormone)

Kelenjar hipofisa

Mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi

Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan mungkin sifat kepribadian)

OksitosinKelenjar hipofisa

Menyebabkan kontraksi otot rahim & saluran susu di payudara

Hormon paratiroidKelenjar paratiroid

Mengendalikan pembentukan tulang

· Mengendalikan pelepasan kalsium & fosfat

Progesteron Indung telur

Mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman sel telur yg telah dibuahi

Mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu

PolaktinKelenjar hipofisa

Memulai & mempertahankan pembentukan susu di kelenjar susu

Renin & angiotensin Ginjal Mengendalikan tekanan darah

Hormon tiroidKelenjar tiroid

Mengatur pertumbuhan, pematangan & kecepatan metabolisme

TSH(tyroid-stimulating hormone)

Kelenjar hipofisa

Merangsang pembentukan & pelepasan hormon oleh kelenjar tiroid

Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu) dan dibawa oleh darah ke

organ sasaran sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hewan termasuk

manusia.

1.      Kelenjar Hipofisis Menghasilkan

6

Page 7: maklah Hormon

         Somatotrof – Mempengaruhi pertumbuhan

         Tirotropin – Mempengaruhi kerja kelenjar tiroid

         Prolaktin – Mempengaruhi pengeluaran air susu

         Gonadotropin – Mempengaruhi kerja kelenjar kelamin

         ACTH – Mempengaruhi kerja kelenjar Adrenalin

         ADH – Mempengaruhi pengeluaran urine

         Oksitosin – Mempengaruhi kontraksi otot rahim saat melahirkan

2.       Tiroid menghasilkan Tiroksin : Mengatur metabolisme zat dan pertumbuhan

3.      Paratiroid menghasilkan Parathormon : Mengatur kadar kalsium dalam darah

4.      Adrenalin menghasilkan Adrenalin : Mengatur kadar gula darah dengan mengubah

glikogen menjadi glukosa

5.      Pankreas menghasilkan Insulin : Mengatur kadar gula darah dengan mengubah glukosa

menjadi glikogen

6.      Testis menghasilkan Testosteron : Mempengaruhi ciri-ciri kelamin sekunder pria.

7.      Ovarium menghasilkan Estrogen dan Progresteron : Mempengaruhi ciri-ciri kelamin

sekunder wanita

Hormon pada wanita

Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium (hormon pria dibentuk di testis). Baik

pria maupun wanita, pada dasarnya memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya

kadarnya yang berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan estrogen.

Hormon seksual pria antara lain androstenidion dan testosteron (androgen). Pada wanita,

hormon seksual kewanitaannya lebih banyak ketimbang pria,begitu pula sebaliknya.

Hormon-hormon pada tubuh wanita berperan penting dalam perjalanan hidupnya

termasuk pada keindahan kulit. Berikut ini adalah peran ketiga hormon utama wanita:

1.      Hormon Estrogen

Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan

struktur normal kulit agar tetap lentur,menjaga kolagen kulit agar terpelihara dan

kencang serta mampu  menahan air.

Hormon ini berfungsi untuk:

         Mempertahankan fungsi otak.

         Mencegah gejala menopause (seperti hot flushes) dan gangguan mood.

         Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan

(kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah).

7

Page 8: maklah Hormon

         Pola distribusi lemah di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang 

feminin.

         Produksi sel pigmen kulit.

2.      Hormon Progesteron:

Sebenarnya  hormon ini tidak terlalu berhubungan langsung dengan keadan kulit  tetapi 

sedikit banyak ada pengaruhnya karena merupakan pengembangan estrogen  dan kompetitor 

androgen.

Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem reproduksi wanita, yaitu:

         Mengatur siklus haid.

         Mengembangkan jaringan payudara.

         Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.

         Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.

3.      Hormon Androgen

Hormon ini berfungsi untuk:

         Merangsang dorongan seksual.

         Merangsang pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual dan sel darah merah.

Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat pelepasannya,

sedangkan yang lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam aliran darah. Contohnya, otak

menghasilkan berbagai hormon yang efeknya terutama terbatas pada sistem saraf.

Hormon pada laki – laki

Sekitar 10 tahun setelah lahir, saat masa remaja dimulai, hormon-hormon laki-laki

memainkan perannya secara penuh. Ini terjadi ketika satu rantai perintah dibentuk di dalam

tubuh. Di puncak rantai perintah ini adalah hipotalamus.

Setelah lahir, hipotalamus melepaskan sebuah hormon bernama LHRH setiap 3-4 jam,

namun jumlah yang dilepaskan sangat kecil. Sekitar 10 tahun kemudian, hipotalamus benar-

benar "memahami" bahwa waktu yang tepat telah tiba untuk membentuk tubuh laki-laki dan

mulai melepaskan LHRH dalam selang yang lebih pendek. 43 Hormon LHRH bergerak ke

mata kedua pada rantai perintah, kelenjar pituitari. Tak lama setelah menerima perintah,

kelenjar pituitari melepaskan hormon lain yang disebut LH. Hormon ini memberikan perintah

untuk mengaktifkan kelenjar seksual laki-laki, yaitu zakar.

Saat hormon LH mencapai zakar melalui aliran darah, sel-sel yang ada di sana mulai

menghasilkan suatu hormon bernama testosteron. Sel-sel yang menghasilkan testosteron

mengetahui bahwa waktunya telah tiba bagi tubuh yang ditempatinya untuk meninggalkan

8

Page 9: maklah Hormon

masa kanak-kanak menjadi laki-laki dewasa. Rumus kimia testosteron yang dihasilkannya

akan mengubah seorang anak di dalam masa perkembangan menjadi laki-laki. Molekul

testosteron menyebar ke seluruh bagian tubuh dan mengetahui apa yang harus dilakukannya

pada sel-sel tertentu di daerah-daerah ini.

 Berikut ini adalah sejumlah fungsi testosteron di dalam membentuk tubuh laki-laki yaitu:

a)      Molekul - molekul testosteron menyebabkan perkembangbiakan sel-sel otot. Karena itu,

tuuh laki-laki lebih berotot dan kuat daripada tubuh perempuan. Peningkatan jumlah otot

menghasilkan penampakan tubuh khas laki-laki.

b)      Pada saat yang sama, molekul-molekul testosteron mempengaruhi sel-sel pada akar rambut,

menyebabkan munculnya Janggut dan kumis.

c)      Testosteron mempengaruhi pita suara, menyebabkan suara laki-laki lebih rendah daripada

perempuan. Selain itu, molekul testosteron memberikan pada tubuh laki-laki kemampuan

membuahi telur perempuan.

d)     Tentunya mengejutkan bahwa suatu molekul tak sadar dapat melakukan semua ini. Molekul

ini mengetahui kekhususan tubuh laki-laki dan mengarahkan trilyunan sel dalam

pembentukan tubuh ini.

e)      Molekul testosteron tidak dibatasi untuk tugas-tugas ini saja. Bukti kentara perencanaan

dapat dilihat dalam mekanisme yang dipengaruhi hormon ini. Untuk mewujudkan

pengaruhnya, testosteron mencapai jaringan yang dituju (organ seksual laki-laki) dan

memasuki sel-selnya. Di dalam sel, testosteron menyatu dengan sebuah enzim yang

diciptakan secara khusus untuknya sehingga pengaruhnya meningkat pesat.

Hormon yang baru terbentuk ini lalu menyatu dengan sebuah reseptor yang dirancang

khusus untuknya. Campuran molekuler yang dihasilkan menyatu dengan DNA yang ada di

sel itu dan menggunakan informasi yang diterima dari DNA untuk mensintesis protein.

Proses ini memastikan bahwa perbedaan tubuh serta fungsi seksual antara laki-laki dan

perempuan terus berlanjut.

Testosteron dihasilkan oleh hormon LH yang dilepaskan kelenjar pituitari. Tetapi,

hormon LH dikendalikan oleh testosteron sebagaimana testosteron dikendalikan oleh LH.

Saat jumlahnya di dalam darah meningkat, molekul testosteron melakukan tekanan pada

kelenjar pituitari yang menyebabkan kelenjar itu menghentikan produksi LH. Hanya ketika

jumlah testosteron menurun produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan

zakar dan memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.

Dari sini, kita dapat menyimpulkan dengan yakin bahwa ada pertukaran informasi

antara kelenjar pituitari dan zakar. Dua kelenjar tak sadar saling mengendalikan produksi dan

9

Page 10: maklah Hormon

bekerjasama memastikan pelepasan testosteron dalam jumlah yang pas bagi manusia, dan

mencegah bahaya yang mungkin timbul dari pelepasan testosteron yang terlalu sedikit (atau

terlalu banyak). Lebih tepatnya, di dalam kedua kelenjar, subsistem-subsistem molekuler

ditempatkan demi memastikan kerjasama yang serasi. Rancangan tanpa cela ini menunjukkan

bahwa sistem-sistem ini diciptakan untuk memenuhi suatu tujuan bersama.

Pada saat yang sama, hormon FSH yang dilepaskan kelenjar pituitari mulai

menghasilkan sperma di dalam zakar. Sel-sel sperma dirancang khusus untuk pembuahan sel-

sel telur. Contoh lain rancangan adalah dengan dimulainya masa remaja, FSH dilepaskan dan

sperma mulai dihasilkan di waktu yang tepat.

Insulin adalah hormon yang bertugas untuk menjaga kadar gula atau glukosa dalam

darah. Setiap sel dalam tubuh membutuhkan suplai glukosa yang berkesinambungan untuk

diproses menjadi energi. Sel tidak bisa secara langsung menyerap glukosa dari makanan.

Ketika makan karbohidrat, tubuh akan merubah karbohidrat menjadi glukosa. Kemudian

glukosa ini akan dibawa melalui aliran darah menuju sel-sel dalam tubuh. Namun, karena

molekul glukosa tidak bisa menembus dinding sel maka diperlukan bantuan insulin untuk

membuka sel-sel tubuh agar gula darah bisa memasuki sel-sel untuk kemudian diubah

menjadi energi dan menjaga glukosa tetap berada dalam sel. Glukosa juga disimpan dalam

hati dalam bentuk glikogen kemudian diubah dalam jaringan adiposa menjadi lemak dan

trigliserida. Insulin memfasilitasi proses tersebut. Insulin akan meningkatkan pengikatan

glukosa oleh membran sel, meningkatkan level glikogen (glikogenesis) di hati, mengurangi

pemecahan glikogen (glikogenolisis) di hati, meningkatkan sintesis asam lemak, menurunkan

pemecahan asam lemak menjadi badan keton, dan membantu penggabungan asam amino

menjadi protein.

Insulin disekresi sebagai respon atas meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma

darah. Konsentrasi ambang untuk sekresi tersebut adalah kadar glukosa pada saat puasa yaitu

antara 80-100 mg/dL. Respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dar 300-

500 mg/dL. Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Gula

darah yang tinggi merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin dalam jumlah yang

tinggi. Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi percepatan laju metabolisme

glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi pada hati. Jika hal ini berlangsung lama akan

terjadi resistensi insulin, yaitu menurunnya kerja pankreas dalam menghasilkan insulin.

Penderita dengan kadar gula yang sangat tinggi maka gula tersebut akan dikeluarkan

melalui urine. Gula disaring oleh glomerolus ginjal secara terus menerus, tetapi kemudian

akan dikembalikan ke dalam sistem aliran darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal.

10

Page 11: maklah Hormon

Kapasitas ginjal mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju 350 mg/menit. Ketika kadar glukosa

sangat tinggi, filtrat glomerolus mengandung glukosa di atas batas ambang untuk

direabsorpsi. Akibatnya kelebihan glukosa tersebut dikeluarkan melalui urine. Gejala ini

disebut glikosuria, yang merupakan indikasi lain dari penyakit diabetes mellitus. Glikosuria

ini megakibatkan kehilangan kalori yang sangat besar. (Mayes, 2003)

Gambaran klinis penyakit diabetes mellitus menurut Corwin (2001) antara lain sebagai

berikut :

1.    Poliuria ( peningkatan pengeluaran urin )

Perubahan yang utama akibat hiperglikemia adalah hiperosmolalitas. Peningkatan konsentrasi

glukosa darah dan osmolalitas darah menimbulkan dehidrasi.  Apabila konsentrasi glukosa

darah melebihi ambang batas ginjal maka terjadi diuresis osmotik.  Diuresis osmotik inilah

yang menimbulkan peningkatan pengeluaran urin (poliuria).

2.    Polidipsia (peningkatan rasa haus )

Polidipsia terjadi akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan

dehidrasi ekstrasel.  Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan

berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik

(sangat pekat).  Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran Anti Diuretik Hormon (ADH)

dan menimbulkan rasa haus.

3.    Polifagia (peningkatan rasa lapar )

Ketidaksediaan glukosa dalam sel juga mengakibatkan terjadinya glukoneogenesis secara

berlebihan. Sel-sel hati akan meniungkatkan produksi glukosa dari substrat lain, salah

satunya adalah dengan merombak protein. Asam amino hasil perombakan ditransaminasi

sehingga dapat menghasilkan substrat atau senyawa antara dalam pembentukan glukosa.

Peristiwa berlangsung terus-menerus karena insulin yang membatasi glukoneogenesis sangat

sedikit atau tidak ada sama sekali. Glukosa yang dihasilkan kemudian akan terbuang melalui

urine. Akibatnya, terjadi pengurangan jumlah jaringan otot dan jaringan adiposa secara

signifikan. Penderita akan kehilangan berat tubuh yang hebat meskipun terdapat peningkatan

selera makan (polifagia) dan asupan kalori normal atau meningkat.

Seorang penderita diabetes dianjurkan untuk berolahraga. Olahraga secara teratur

sangat penting bagi penderita diabetes karena dapat mengontrol kadar gula darah serta

menurunkan berat badan dan tekanan darah. Olahraga dapat membantu mengontrol kadar

gula darah adalah karena pada saat olahraga, sel-sel di otot bekerja lebih keras sehingga lebih

membutuhkan gula dan oksigen untuk dibakar menjadi tenaga dibandingkan saat beristirahat.

Olahraga juga membantu kerja dari insulin karena gula dalam darah dialirkan ke dalam sel

11

Page 12: maklah Hormon

otot untuk dirubah menjadi energi sehingga otomatis kadar gula didalam darah akan menurun

sehinga akan meringankan kerja dari insulin. Olahraga yang dianjurkan untuk penderita

diabetes adalah olahraga aerobic low impact dan rithmis seperti senam, jogging, berenang

dan naik sepeda. Porsi latihan juga harus diperhatikan. Penentuan porsi latihan tersebut harus

memperhatikan intensitas latihan, lama latihan dan frekuensi latihan.

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada

retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami

pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-

gelembung

(secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan bantuan enzim peptidase,

proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk

disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.

Mekanism diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara normal,

karena fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada

dalam darah. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang

memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi insulin. Disamping glukosa,

beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, dapat pula memiliki efek yang sama dalam

rangsangan terhadap sel beta. Mengenai bagaimana mekanisme sesungguhnya dari sintesis

dan sekresi insulin setelah adanya rangsangan tersebut, merupakan hal yang cukup rumit dan

belum sepenuhnya dapat dipahami secara jelas.

Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah adanya rangsangan

oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah proses glukosa melewati membrane sel. Untuk

dapat melewati membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain. Glucose transporter

(GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang berperan

dalam proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa

masuk dari luar kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat

dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah,

melewati membran, ke dalam sel. Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul

glukosa akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian

membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap

selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan K channel pada membran sel. Penutupan

ini berakibat terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya

tahap depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh tahap pembukaan Ca channel.

Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan

12

Page 13: maklah Hormon

Glucose signaling

Glucose GLUT-2

Glucose

Glucose-6-phosphate

ATP

Depolarizationof membrane

K+ channel shut

Ca2+ Channel Opens

Insulin + C peptide

Cleavage enzymes

Proinsulin

preproinsulin Preproinsulin

Insulin SynthesisB. cell

K+ ↑↑

Gb.1 Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasiGlukosa ( Kramer,95 )

Dinamika sekresi insulin

Insulin Release

kadar ion Ca intrasel. Suasana ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme

yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan

Seperti disinggung di atas, terjadinya aktivasi penutupan K channel tidak hanya

disebabkan oleh rangsangan ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel, tapi juga dapat oleh

pengaruh beberapa faktor lain termasuk obat-obatan. Namun senyawa obat-obatan tersebut,

misalnya obat anti diabetes sulfonil urea, bekerja pada reseptor tersendiri, tidak pada reseptor

yang sama dengan glukosa, yang disebut sulphonylurea receptor (SUR) pada membran sel

beta.

Dinamika Sekresi Insulin

Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal

oleh sel beta dalam dua fase, sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Seperti dikemukakan,

sekresi insulin normal yang biphasic ini akan terjadi setelah adanya rangsangan seperti

glukosa yang berasal dari makanan atau minuman. Insulin yang dihasilkan ini, berfungsi

mengatur regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas-batas fisiologis, baik saat puasa

maupun setelah mendapat beban. Dengan demikian, kedua fase sekresi insulin yang

berlangsung secara sinkron tersebut, menjaga kadar glukosa darah selalu dalam batas-batas

normal, sebagai cerminan metabolisme glukosa yang fisiologis.

13

Exocytosis

secretory

Page 14: maklah Hormon

Sekresi fase 1 (acute insulin secretion responce = AIR) adalah sekresi insulin yang

terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan berakhir juga cepat.

Sekresi fase 1 (AIR) biasanya mempunyai puncak yang relatif tinggi, karena hal itu memang

diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya meningkat tajam, segera

setelah makan. Kinerja AIR yang cepat dan adekuat ini sangat penting bagi regulasi glukosa

yang normal karena pasa gilirannya berkontribusi besar dalam pengendalian kadar glukosa

darah postprandial. Dengan demikian, kehadiran AIR yang normal diperlukan untuk

mempertahankan berlangsungnya proses metabolisme glukosa secara fisiologis. AIR yang

berlangsung normal, bermanfaat dalam mencegah terjadinya hiperglikemia akut setelah

makan atau lonjakan glukosa darah postprandial (postprandial spike) dengan segala akibat

yang ditimbulkannya termasuk hiperinsulinemia kompensatif.

Selanjutnya, setelah sekresi fase 1 berakhir, muncul sekresi fase 2 (sustained phase,

latent phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan dalam

waktu relatif lebih lama. Setelah berakhirnya fase 1, tugas pengaturan glukosa darah

selanjutnya diambil alih oleh sekresi fase 2. Sekresi insulin fase 2 yang berlangsung relatif

lebih lama, seberapa tinggi puncaknya (secara kuantitatif) akan ditentukan oleh seberapa

besar kadar glukosa darah di akhir fase 1, disamping faktor resistensi insulin. Jadi, terjadi

semacam mekanisme penyesuaian dari sekresi fase 2 terhadap kinerja fase 1 sebelumnya.

Apabila sekresi fase 1 tidak adekuat, terjadi mekanisme kompensasi dalam bentuk

peningkatan sekresi insulin pada fase 2. Peningkatan produksi insulin tersebut pada

hakikatnya dimaksudkan memenuhi kebutuhan tubuh agar kadar glukosa darah (postprandial)

tetap dalam batas batas normal. Dalam prospektif perjalanan penyakit, fase 2 sekresi insulin

akan banyak dipengaruhi oleh fase 1. Pada gambar dibawah ini ( Gb. 2 ) diperlihatkan

dinamika sekresi insulin pada keadaan normal, Toleransi Glukosa Terganggu ( Impaired

Glucose Tolerance = IGT ), dan Diabetes Mellitus Tipe 2.

Biasanya, dengan kinerja fase 1 yang normal, disertai pula oleh aksi insulin yang juga

normal di jaringan ( tanpa resistensi insulin ), sekresi fase 2 juga akan berlangsung normal.

Dengan demikian tidak dibutuhkan tambahan ( ekstra ) sintesis maupun sekresi insulin pada

fase 2 diatas normal untuk dapat mempertahankan keadaan normoglikemia. Ini adalah

keadaan fisiologis yang memang ideal karena tanpa peninggian kadar glukosa darah yang

dapat memberikan dampak glucotoxicity, juga tanpa hiperinsulinemia dengan berbagai

dampak negatifnya.

14

Page 15: maklah Hormon

Insu

lin

Sec

reti

on

Intravenous glucose stimulation

First-Phase

SecondPhase

IGT

Normal

Type 2DM

Basal

Aksi Insulin

Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh

terutama metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat krusial perannya dalam proses

utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak, dan hepar.

Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis

reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel tersebut. Ikatan

antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi proses

regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan lemak, meskipun mekanisme kerja

yang sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah berikatan, transduksi sinyal berperan dalam

meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) dan selanjutnya juga pada

mendorong penempatannya pada membran sel. Proses sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah

yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami

metabolism (Gb. 3). Untuk mendapatkan proses metabolisme glukosa normal, selain

diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang

berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap

insulin merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya diabetes tipe 2.

15

0 5 10 15 20 25 30 ( minute )

Dinamika sekresi Insulin setelah beban glukosa intravena pada keadaan

Page 16: maklah Hormon

Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan dengan metabolisme

glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar dimana GLUT-2 berfungsi sebagai

kendaraan pengangkut glukosa melewati membrana sel kedalam sel. Dalam hal inilah

jaringan hepar ikut berperan dalam mengatur homeostasis glukosa tubuh. Peninggian kadar

glukosa darah puasa, lebih ditentukan oleh peningkatan produksi glukosa secara endogen

yang berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis di jaringan hepar. Kedua proses

ini berlangsung secara normal pada orang sehat karena dikontrol oleh hormon insulin.

Manakala jaringan ( hepar ) resisten terhadap insulin, maka efek inhibisi hormon tersebut

terhadap mekanisme produksi glukosa endogen secara berlebihan menjadi tidak lagi optimal.

Semakin tinggi tingkat resistensi insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya terhadap

proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, dan semakin tinggi tingkat produksi glukosa dari

hepar.

1. binding ke reseptor, 2. translokasi GLUT 4 ke membran sel, 3. transportasi glukosa

meningkat, 4.disosiasi insulin dari reseptor, 5. GLUT 4 kembali menjauhi membran, 6.

kembali kesuasana semula.

Efek Metabolisme dari Insulin

Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan gangguan pada

metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Pada dasarnya ini

bermula dari hambatan dalam utilisasi glukosa yang kemudian diikuti oleh peningkatan kadar

glukosa darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagai gejala diabetes melitus. Pada

16

Page 17: maklah Hormon

diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis diabetes yang paling sering ditemukan, gangguan

metabolisme glukosa disebabkan oleh dua faktor utama yakni tidak adekuatnya sekresi

insulin (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi

insulin), disertai oleh faktor lingkungan ( environment ). Sedangkan pada diabetes tipe 1

(DMT1), gangguan tersebut murni disebabkan defisiensi insulin secara absolut.

Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada dinamika sekresi

insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan (inadekuat).

Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap homeostasis

glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia akut pascaprandial (HAP) yakni

peningkatan kadar glukosa darah segera (10-30 menit) setelah beban glukosa (makan atau

minum).

Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin merupakan faktor etiologi yang

bersifat bawaan (genetik). Secara klinis, perjalanan penyakit ini bersifat progressif dan

cenderung melibatkan pula gangguan metabolisme lemak ataupun protein. Peningkatan kadar

glukosa darah oleh karena utilisasi yang tidak berlangsung sempurna pada gilirannya secara

klinis sering memunculkan abnormalitas dari kadar lipid darah. Untuk mendapatkan kadar

glukosa yang normal dalam darah diperlukan obat-obatan yang dapat merangsang sel beta

untuk peningkatan sekresi insulin ( insulin secretagogue ) atau bila diperlukan secara

substitusi insulin, disamping obat-obatan yang berkhasiat menurunkan resistensi insulin (

insulin sensitizer ).

Tidak adekuatnya fase 1, yang kemudian diikuti peningkatan kinerja fase 2 sekresi

insulin, pada tahap awal belum akan menimbulkan gangguan terhadap kadar glukosa darah.

Secara klinis, barulah pada tahap dekompensasi, dapat terdeteksi keadaan yang dinamakan

Toleransi Glukosa Terganggu yang disebut juga sebagai prediabetic state. Pada tahap ini

mekanisme kompensasi sudah mulai tidak adekuat lagi, tubuh mengalami defisiensi yang

mungkin secara relatif, terjadi peningkatan kadar glukosa darah postprandial. Pada toleransi

glukosa terganggu (TGT) didapatkan kadar glukosa darah postprandial, atau setelah diberi

beban larutan 75 g glukosa dengan Test Toleransi Glukosa Oral ( TTGO ), berkisar diantara

140-200 mg/dl. Juga dinamakan sebagai prediabetes, bila kadar glukosa darah puasa antara

100 – 126 mg/dl, yang disebut juga sebagai Glukosa Darah Puasa Terganggu ( GDPT ).

17

Page 18: maklah Hormon

Keadaan hiperglikemia yang terjadi, baik secara kronis pada tahap diabetes, atau

hiperglikemia akut postprandial yang terjadi ber-ulangkali setiap hari sejak tahap TGT,

memberi dampak buruk terhadap jaringan yang secara jangka panjang menimbulkan

komplikasi kronis dari diabetes.Tingginya kadar glukosa darah (glucotoxicity) yang diikuti

pula oleh dislipidemia (lipotoxicity) bertanggung jawab terhadap kerusakan jaringan baik

secara langsung melalui stres oksidatif, dan proses glikosilasi yang meluas.

Resistensi insulin mulai menonjol peranannya semenjak perubahan atau konversi fase

TGT menjadi DMT2. Dikatakan bahwa pada saat tersebut faktor resistensi insulin mulai

dominan sebagai penyebab hiperglikemia maupun berbagai kerusakan jaringan. Ini terlihat

dari kenyataan bahwa pada tahap awal DMT2, meskipun dengan kadar insulin serum yang

cukup tinggi, namun hiperglikemia masih dapat terjadi. Kerusakan jaringan yang terjadi,

terutama mikrovaskular, meningkat secara tajam pada tahap diabetes, sedangkan gangguan

makrovaskular telah muncul semenjak prediabetes. Semakin tingginya tingkat resistensi

insulin dapat terlihat pula dari peningkatan kadar glukosa darah puasa maupun postprandial.

Sejalan dengan itu, pada hepar semakin tinggi tingkat resistensi insulin, semakin rendah

kemampuan inhibisinya terhadap proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, menyebabkan

semakin tinggi pula tingkat produksi glukosa dari hepar.

Jadi, dapat disimpulkan perjalanan penyakit DMT2, pada awalnya ditentukan oleh kinerja

fase 1 yang kemudian memberi dampak negatif terhadap kinerja fase 2, dan berakibat

langsung terhadap peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Hiperglikemia terjadi

tidak hanya disebabkan oleh gangguan sekresi insulin (defisiensi insulin), tapi pada saat

bersamaan juga oleh rendahnya respons jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin).

Gangguan atau pengaruh lingkungan seperti gaya hidup atau obesitas akan mempercepat

progresivitas perjalanan penyakit. Gangguan metabolisme glukosa akan berlanjut pada

gangguan metabolisme lemak dan protein serta proses kerusakan berbagai jaringan tubuh.

Rangkaian kelainan yang dilatarbelakangi oleh resistensi insulin, selain daripada intoleransi

terhadap glukosa beserta berbagai akibatnya, sering menimbulkan kumpulan gejala yang

dinamakan sindroma metabolik.

18

Page 19: maklah Hormon

BAB IV

PENUTUP

Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami dan dilepaskan ke

dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-

sel,begitu dikeluarkan hormone akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel.

Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan

panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan

derivat dari kolesterol.Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh

yang sangat luas.

Hormon membantu dan memastikan tumbesaran manusia yang lebih sempurna

dengan mengawal dan memastikan fundsi dan koordinasi setiap organ.Hormon mengawal

proses metabolisma dan membolehkan pencapaian kesihatan yang lebih baik. Malangnya

setelah manusia mencecah umur 25 tahun, penghasilan hormon mulai merosot.

19

Page 20: maklah Hormon

DAFTAR PUSTAKA

Yatim,Wildan,Dr.1994.Reproduksi dan embriologi.Bandung.Tarsito

Wibowo,Daniel S.2005.Anatomi tubuh manusia.Jakarta.PT Grsindo

http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon

http://members.tripod.com/layananebook/hormon.htm

Ashcroft FM, Gribble FM, 1999. ATP-sensitive K+ channels and insulin secretion:

Their role in health and disease. Diabetologia 42: 903-19.

Ashcroft FM, Gribble FM, 1999. Differential sensitivity of beta-cell and extrapancreatic

K ATP channels to gliclazide. Diabetologia 42: 845-8.

Cerasi E, 2001.The islet in type 2 diabetes: Back to center stage. Diabetes 50: S1-S3.

Ceriello A, 2002. The possible role of postprandial hyperglycemia in the pathogenesis

of diabetic complications. Diabetologia 42:117-22.

Kramer W, 1995. The molecular interaction of sulphonylureas. DRCP 28: 67 – 80

20

Page 21: maklah Hormon

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar belakang 1

B.     Rumusan masalah 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Hormon 2

Gejala – gejalanya berupa 2

B. Kepentingan 4

C. GANGGUAN SISTEM HORMON  5

Dinamika Sekresi Insulin 13

Aksi Insulin 15

Efek Metabolisme dari Insulin 16

BAB IV PENUTUP 19

DAFTAR PUSTAKA 20

21

ii