isi maklah pemanfaatan lingkungan (teknlg penddkan)
TRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan
yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua
potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam
rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati
proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan
sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas.
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan
menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan. Berdasarkan teori belajar,
melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap
verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan
pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara
pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa
yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan
dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatar belakangi
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan dan memberikan inspirasi kepada
penulis agar model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, lebih
mendapatkan perhatian walaupun bukan merupakan pendekatan pembelajaran
yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, namun sering terlupakan. Maka
makalah ini penulis berikan judul " PEMANFAATAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR "
2. Rumusan Masalah
Agar penulisan makalah ini dapat tidak melebar terlalu jauh, maka
penulis merumuskan hanya pada :
1
1. Bagaimana seseorang dapat belajar dan memberikan pembelajaran.
2. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
3. Kelebihan lingkungan sebagai sumber belajar
2
BAB II
Pembahasan
1. Pengertian
a) Lingkungan
Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau
manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan
benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan
dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah.
Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan
penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem
tersebut.
Menurut kamus Indonesian Dictionary, lingkungan adalah terjemahan dari
circles, area, surroundings, sphere, domain, atau range, yang artinya kurang lebih
berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan
sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian
yang terlingkung di suatu daerah.
Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan merupakan kesatuan
ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari
unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
b) Sumber Belajar
Istilah sumber belajar sudah sering diperbincangkan terutama di
lingkungan masyarakat kependidikan. Apabila setting-nya sekolah, berbicara
mengenai sumber belajar, maka yang pertama-tama terlintas di dalam pemikiran
adalah guru yang berperan sebagai sumber belajar bagi para peserta didiknya.
3
Apabila sedikit agak lebih lama, maka yang terlintas berikutnya di alam pikiran
kita adalah buku, baik itu buku pegangan guru maupun buku pegangan peserta
didik. Guru menggunakan buku untuk membantu dirinya menyajikan materi
pelajaran kepada segenap peserta didiknya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pertanyaan yang mungkin
terlontar adalah apa yang terlintas di dalam benak kita kalau anak belajar di
rumah? Demikian juga dengan anak yang sedang belajar di perpustakaan sekolah
atau perpustakaan umum, apa yang segera muncul di dalam benak kita? Apa pula
yang akan mencuat di dalam pikiran kita kalau dikatakan bahwa seorang atau
sekelompok anak sedang belajar di warung internet, di depan sebuah televise atau
di sebuah taman? Masih banyak lagi setting yang dapat digunakan sebagai tempat
belajar. Jika demikian, lantas apa yang terbersit di dalam pikiran kita setiap kita
mendengar seseorang belajar dengan setting tertentu?
Dari uraian tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa belajar itu dapat
terjadi di mana-mana, baik di sekolah, di rumah, perpustakaan sekolah atau
perpustakaan umum, di warung internet, di sebuah taman atau pendeknya di mana
saja. Belajar sudah jelas, tidak lagi hanya terbatas di lingkungan sekolah. Oleh
karena belajar tidak hanya terjadi di sekolah tetapi dapat terjadi di mana saja,
maka dapat pula dikemukakan bahwa sumber belajar itu tidak lagi terbatas pada
guru tetapi jauh lebih luas daripada guru.
Berdasarkan informasi yang telah dikemukakan di atas, dapatlah dikatakan
bahwa sumber belajar dapat berupa guru, buku, internet, televisi atau lingkungan
(baca: taman). Apabila demikian halnya, maka pertanyaannya sekarang adalah
apa yang dimaksudkan dengan sumber belajar?
Sumber, kesamaan katanya dalam bahasa inggris adalah, sources atau
data, yang berarti segala sesuatu yang dapat kita temukan dengan panca indra dan
dapat diolah oleh akal manusia, Sedangkan, belajar, Menurut Kemp & Dayton,
4
1985, “adalah suatu proses terjadi pada seseorang sebagai suatu
pengalaman. Belajar berlangsung manakala perilaku seseorang
dimodifikasi – atau terjadi jika seseorang berpikir atau bertindak berbeda”.
Heinich, et al, 1993 menganggap belajar sebagai pengembangan pengetahuan,
keahlian, atau sikap ketika seseorang berinteraksi dengan informasi
dan lingkungan. Bagi mereka, waktu dan tempat belajar tidak tertentu,
belajar bisa terjadi kapan saja. Bagi Ellington & Haris, 1986, proses belajar
adalah perubahan perilaku menetap (permanen) akibat pengalaman dan
instruksional terarah. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara
seseorang dengan sumber belajar yang menghasilkan terjadinya perubahan
tingkah laku.
Menurut Yusuf hadi Miarso (http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?
id=95), sumber belajar, adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan,
alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan
dapat memungkinkan terjadinya belajar. Edgar Dale dalam Anonim (2007:5)
mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan
untuk memfasilitasi belajar seseorang. Menurut Rohani (1997:53), sumber belajar
( learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar diri
seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya
proses belajar. Pendapat lain dikemukakan oleh Association Educational
Communication and Technology (AECT), yang menyatakan bahwa sumber
belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang
dapat digunkan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi
sehingga mempermudah siswa dalam mecapai tujuan belajar.
Dengan demikian Sumber belajar merupakan upaya pelembagaan segala
bentuk dan karakteristik media instruksional. Pelembagaan tidak
dimaksudkan untuk menunjuk satu gedung atau satu atap. Sumber belajar
adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan materi belajar dan dimanfaatkan oleh
5
seseorang atau lembaga penyelenggara pendidikan. sumber belajar
diarahkan untuk penyelenggaraan proses belajar secara optimal.
2. Manfaat Sumber Belajar
Menurut Rohani (1997:57) manfaat sumber belajar antara lain meliputi:
a) Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada
pesert didik.
b) Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan,
c) Dikunjungi atau dilihat secara langsung dan konkret,
d) Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam
kelas
e) Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru
f) Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik
dalam lingkup mikro maupun makro.
g) Dapat memberi informasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan
pemanfaatannya secara tepat.
h) Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
3. Ciri-ciri Sumber Belajar
Masih menurut Rohani (1997:59) cirri-ciri sumber belajar antara lain,
yaitu:
a) Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan dalam proses belajar
mengajar, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai secara maksimal.
b) Sumber belajar harus mampu mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif
yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap
tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada
c) Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang
dimanfatkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
6
a) Tidak terorganisasi dan tidak sistematis baik dalam bentuk maupun
isi.
b) Tidak mempunyai tujuan instruksional yang eksplisit
c) Hanya digunakan menurut keadaan dan tujuan tertentu atau secara
incidental
d) Dapat digunakan untuk berbagai tujuan instruksional
e) Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yangspesifik
sesuai dengan tersedianya media.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir
semua yang ada di sekitar kita dapat dimanfatkan sebagai sumber belajar. Sumber
belajar dapat dirancang secara khusus untuk digunakan bagi kepentingan
pembelajaran (learning resources by design) tetapi sumber belajar dapat juga
sebagai sesuatu yang tinggal dimanfaatkan karena sudah tersedia di lingkungan
(learning resources by utilization).
4. Lingukungan sebagai sumber belajar
Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang
ataumanusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan
benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan
dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah.
Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan
penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem
tersebut.
Pada uraian sebelumnya, seringkali lingkungan disebut-sebut dalam
proses belajar. Lingkungan memang merupakan materi belajar yang sangat
bermanfaat. Lingkungan dimana individu berada dapat dimanfaatkan sebagai
sumber materi, baik materi yang terikat dengan kurikulum, maupun materi
yang tidak mengikat namun dapat digunakan pada satu peristiwa belajar.
7
Lingkungan belajar memang ada yang sengaja diciptakan, seperti
museum, perpustakaan, dan sebagainya. Disamping itu, ada lingkungan
alam dan kebendaan lain yang dimanfaatkan karena kebutuhan akan penyerapan
materi tersebut. Lingkungan belajar tadi termasuk lingkungan belajar
bersifat nonmanusia. Lingkungan yang dirancang sebagai sumber belajar
misalnya museum dan perpustakaan.
Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan
pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya
saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan
adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai
sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan
sikap cinta lingkungan (Karli dan Yuliaritiningsih, 2002).
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di
sekolah dasar. Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia
sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam
Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002) bahwa kecenderungan
siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak
lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah
dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif
dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa
keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita
renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk
mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do
(Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk
bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.
8
5. Manfaat Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Jika kita kaji lebih mendalam ada beberapa keuntungan dalam rangka
memanfaat lingkungan sebagai sumber belajar, diantaranya:
a) Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak. Jumlah
sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun
pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan
pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya
wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh
empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak
dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi
panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
b) Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang
lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan
keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip
kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip pendidikan.
c) Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada
penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan
bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka
dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
d) Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab
lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak
pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang
sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning
societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang.
e) Pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning
activities) yang lebih meningkat. Penggunaan cara atau metode yang
bervariasi ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam pendidikan.
9
Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan
sebagai sumber belajar dalam pendidikan bahkan hampir semua tema kegiatan
dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas
dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar.
Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk
anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi
anak-anak. Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai
binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh
pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru
dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan
kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan
kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak
akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan
lingkungan.
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk
mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar.
Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan
kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat bermanfaat
terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan
emosional serta intelektual.
a) Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak,
untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami
untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran dengan temannya dan
menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat
alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik anak.
10
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajarnya, anak-anak
menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya
pada saat mereka memanjat pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui
sebuah terowongan atau berguling di dedaunan.
b) Perkembangan aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan
anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak
mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin
menceritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya
diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain
sehinga terjadilah proses transformasi pengetahuan. Anak-anak dapat membangun
keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-
temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat
mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan
sepeti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan
menyenangkan.
c) Perkembangan aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh
anak-anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan
rasa percaya diri yang positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang
terdapat beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan
memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek keberaniannya sebagai
bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan
orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan
sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup
yang nyata.
11
d) Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau
ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan
kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.
Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-
konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di
dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak
untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan
lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Namun guru juga harus
memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam mengembangkan
pembelajaran anak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya.
Yang perlu diperhatikan guru atau pembimbing itu antara lain :
1. Mengamati apa yang menarik bagi anak
Biasanya anak serius jika menemukan sesuatu yang sangat menarik
baginya. Bila guru melihat hal ini berilah bimbingan kepada anak dengan cara
menayakan apa yang sedang diamatinya.
Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah anak dapat
mengmbangkan kemampuan intelektualnya dengan mengetahui berbagai benda
yang diamatinya. Selain itu juga anak akan dapat mengembangkan ketrampilan
sosialnya yaitu dengan mengembangkan kemampuannya dengan berinteraksi
dengan orang dewasa dalam hal ini guru.
Upaya guru dengan mengamati apa yang menarik bagi anak juga akan
dapat mengembangkan emosi anak misalnya pada saat anak mengungkapkan hal-
hal yang menarik baginya, dia menunjukkan ekspresi yang serius dan pandangan
mata yang tajam. Kemampuan berbahasa anak juga akan semakin meningkat jika
guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengungkapkan berbahasa
anak, kosa katanya akan berkembang.
12
2. Perhatikan dan gunakan saat yang tepat untuk mengajar
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya
memberikan berbagai alternatif pendekatan dalam membelajarkan anak. Hal
tersebut disebabkan alternatif dan pilihan sumber belajarnya sangat banyak.
Dengan memanfaatkan lingkungan kegiatan belajar akan lebih berpusat pada
anak.
3. Tanyalah anak dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Memberikan pertanyaan kepada anak-anak mendorong mereka untuk
menjelaskan mengenai berbagai hal yang mereka alami dan mereka lihat.
Pertanyaan yang bersifat terbuka akan memacu anak untuk mengungkap
berbagai hal yang diamatinya secara bebas sesuai dengan kemampuan
berbahasanya.
4. Gunakan kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru
Anak-anak terkadang mengalami kekurangan perbendaharaan kata untuk
menjelaskan apa yang mereka lihat. Keterbatasan kosa kata yang terjadi pada anak
harus dibantu oleh guru sehingga tahap demi tahap kemampuan berbahasa dan
perbendaharaan kosa katanya akan semakin meningkat.
5. Cobalah bersikap lebih ingin tahu
Guru-guru tidak selamanya mengetahui jawaban-jawaban atas pertanyaan
anak-anak. Guru yang mengetahui berbagai hal akan menumbuhkan keperecayaan
anak kepadanya. Anak merasa memiliki orang yang dapat dijadikannya tempat
bertanya mengenai hal-hal yang tidak dapat mereka pecahkan. Anak akan
memiliki keyakinan yang tinggi kepada guru yang mau membantunya dalam
segala hal. Sebaliknya jika guru tidak mengetahui banyak hal akan menimbulkan
ketidakyakinan kepadanya karena setiap mereka menanyakn sesuatu anak tidak
mendapatkan jawaban yang jelas dan memuaskan.
13
6. Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat
dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini
sepanjang relevan dengan komptensi dasar dan hasil belajar yang bisa berupa
lingkungan alam atau lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan budaya
atau buatan.
1) Lingkungan alam
Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang
sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan),
tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan
sebagainya.
Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini
akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan
kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan
dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses terjadinya.
Dengan mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih
memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, lebih
dari itu diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk
mencintai alam, dan mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga
dan memelihara lingkungan alam.
2) Lingkungan sosial
Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas jenis
lingkungan lain yang kaya akan informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan
sosial. Hal-hal yang bisa dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan
pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini misalnya:
mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak
tinggal.
14
Mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal
dan sekolah
Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar
tempat tinggal dan sekolah.
Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat
tinggal dan sekolah.
Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat
tinggal dan sekolah.
Mengenal struktur pemerntahan setempat seperti RT, RW, desa atau
kelurahan dan kecamatan.
Pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar dalam kegiatan
pendidikan untuk anak usia dini sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terkecil
atau paling dekat dengan anak.
3) Lingkungan budaya
Di samping lingkungan budaya dan lingkungan alam yang sifatnya alami,
ada juga yang disebut lingkungan budaya atau buatan yakni lingkungan yang
sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Anak dapat mempelajari lingkungan buatan
dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya,
pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang berkenan dengan
pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya.
Agar penggunaan lingkungan ini efektif perlu disesuaikan dengan rencana
kegiatan atau program yang ada. Dengan begitu, maka lingkungan ini dapat
memperkaya dan memperjelas bahan ajar yang dipelajari dan bisa dijadikan
sebagai laboratorium belajar anak.
15
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Belajar bukan hanya monopoli guru yang memberikan materi,
belajar tidak hanya terjadi di sekolah tetapi dapat terjadi di mana saja,
karena sumber belajar tidak lagi terbatas pada guru tetapi jauh lebih luas
daripada guru. guruLingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya serta makhluk hidup lainnya, lingkungan adalah sumber belajar
Empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk
mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to
do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar
untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh
Berdasarkan hasil pengembangan visi dan misi di atas maka dapat
penulis simpulkan akan pentingnya pembelajaran berbasis lingkungan.
Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai
pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses
pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
2. Saran
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, lingkungan layak
mendapatkan perhatian khusus oleh praktisi pendidikan, apalagi di era
pengetahuan seperti sekarang, informasi dan perkembangan semakin cepat
kita temukan sekaligus cepat pula kadaluwarsa, sehingga diperlukan
perhatian dan upaya yang lebih untuk menjadikan lingkungan sebagai
sumber belajar ilmu pengetahuan.
16
Daftar Pustaka
1. Jann Hidayat&Donald Crestofel, Knowledge Mangement,SBM Bandung,2006
2. Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, AR-RUZZ MEDIA,Jogjakarta 2006
3. Jamal Abdul Hadi dkk, Menuntun Buah Hati Menuju Surga, Intermedia,Solo
2005
4. Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar,Raja Grafindo Persada,Jakarta,2003
5. www.e-ducasi.net/artikel-,mht, Kamis,12 Nop 2009, 19.00
6. Dewi Salma, Filosofi tehnologi pendidikan/intruksional, IKIP Jakarta,1999
7. Sains2007unesa,Facebooke, Kamis,12 Nop 2009, 19.00
17