makalah sistem sosial budaya indonesia
TRANSCRIPT
Selayang Pandang [dot] com!!Hak Cipta: http://heniaccess88.blogspot.com
SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
KENAKALAN REMAJA
Ambillah ilmu itu darimana saja datangnyajuga tidak mengenai batas umur,
mulai dari ayunan sampai ke liang lahat.Dan Allah maha mengangkat orang – orang yang beriman dan
berilmu kebeberapa derajat.
(Sabda Nabi Muhammad SAW)
Pelajarilah ilmukarena mempelajarinya atas nama Allah adalah khasyah,
menuntutnya adalah ibadah,mempelajarinya adalah tasbih,
mencarinya adalah jihad,mengajarkannya kepada orang lain yang tidak mengetahui adalah shadaqoh,
menyerahkannya kepada ahlinya adalah taqarrub.Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian
dan sahabat dalam kesunyian.
(Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu)
“Semoga apa yang saya bagikan bermanfaat bagi anda”
(Selayang Pandang [dot] com!!)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Ruang Lingkup
C. Maksud dan Tujuan Penulisan
BAB. II. PERMASALAHAN
A. Kenakalan Remaja
BAB III. PEMBAHASAN MASALAH
A. Definisi Kenakalan Remaja
B. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja
C. Upaya Menanggulangi Kenakalan Remaja
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahRemaja adalah masyarakat yang akan datang. Dapat diperkirakan bahwa gambaran kaum
remaja sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang. Baik buruknya bentuk dan susunan masyarakat, bangunan moral dan intelektual, dalam penghayatan ilmu agama, kesadaran, kebangsaan, dan derajat kemajuan perilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung kepada remaja sekarang, dan harapan dimasa yang akan datang terletak pada putra – putrinya sehingga hampir setiap orangtua berkeinginan agar putra – putrinya kelak menjadi orang yang berguna. Namun kenyataan telah menunjukkan bahwa perubahan zaman yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengakibatkan perubahan sosial. Dalam menghadapi situasi yang demikian remaja sering kali memiliki jiwa yang sensitif, yang pada akhirnya tidak sedikit para remaja yang terjerumus ke hal – hal yang bertentangan dengan nilai – nilai moral, norma agama, norma sosial dan norma hidup di masyarakat yang akhirnya remaja cenderung melakukan tindakan yang tidak pantas.
Masa kanak – kanak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap – tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri – ciri tersendiri, masing – masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekawatiran bagi para orangtua.
Masa remaja merupakan masa transisi yang terjadi pada usia belasan tahun. Di usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis maupun secara sosial. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang menganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik maka akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan – perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada dimasyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu dibedakan antara perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja. Diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan – aturan yang ada, perilaku menyimpang yang disengaja bukan karena pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan padahal ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto, 1998) mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan – dorongan untuk menyimpang.
B. Ruang Lingkup
Agar permasalahan yang dianalisis tidak meluas, maka penulis membatasi pada masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Definisi kenakalan remaja.
2. Faktor – faktor penyebab kenakalan remaja, pengaruh internal dan eksternal.
3. Contoh – contoh kenakalan remaja meliputi: tawuran, merokok, penyalahgunaan narkoba, dan free sex.
4. Upaya – upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja melalui diri sendiri, keluarga, pemerintah dan masyarakat, serta media masa.
C. Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Pemenuhan atas tugas pembuatan makalah kelompok pada mata kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia.
2. Memberikan sebuah acuan atau referensi bagi pengembangan ilmu Sistem Sosial Budaya Indonesia, khususnya study tentang masalah sosial.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kenakalan remaja terhadap masalah sosial.
4. Dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam membimbing remaja agar tidak terjerumus ke perilaku menyimpang.
BAB II. PERMASALAHAN
A. Kenakalan Remaja
Kenakalan atau perilaku menyimpang remaja diera modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak yang dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, free sex dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi, kita dapat melihat brutalnya remaja zaman sekarang. Kenakalan dapat berakibat negatif, terutama pada pelakunya, bahkan orang lain. Pada diri pelakunya antara lain akan mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku yang baik menjadi buruk dan dapat menurunkan prestasi belajar. Akibat yang lebih fatal lagi apabila remaja yang nakal tersebut mempengaruhi remaja lainnya, sehingga jumlah remaja yang nakal bertambah lebih banyak. Berikut di bahas beberapa perilaku menyimpang dari para remaja.
1. Tawuran di Kalangan Remaja
Masa remaja merupakan masa yang sering digambarkan sebagai strom and drang period (topan dan badai). Dalam masa ini timbul gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah menyimpang. Dari situasi konflik dan problem ini remaja tergolong dalam sosok pribadi yang tengah mencari identitas dan membutuhkan tempat penyaluran kreativitas. Jika tempat penyaluran tersebut tidak ada atau kurang memadai, mereka akan mencari berbagai cara sebagai penyaluran. Salah satu aksesnya yaitu ''tawuran''.
Semakin maraknya tawuran dikalangan remaja telah menjadi tragedi sosial tersendiri di dalam masyarakat kita. Tawuran dalam arti tertentu memang selalu berkonotasi perkelahian antar pelajar sekolah. Dalam tawuran ada solidaritas sempit, dimana orang – orang di dalam aksi ini tidak semua memahami apa sebenarnya yang terjadi, yang jelas mereka tahu dan mendengar bahwa mereka harus menyerang tempat tertentu. Ketika kawan – kawannya lempar batu ia ikut lempar batu, ketika kawan – kawannya lari mengejar atau mundur, ia juga lari. Artinya, dalam tawuran ini tidak tahu apa sesungguhnya yang terjadi dan mengapa harus terjadi demikian.
Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan ditempat mereka melakukan aksi tersebut. Tak jarang pula mereka melibatkan penggunaan senjata tajam atau bahkan senjata api dan menimbulkan banyak korban berjatuhan. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Selain itu tawuran juga melahirkan dendam berkepanjangan bagi para pelaku yang terlibat di dalamnya dan sering berlanjut pada tahun – tahun berikutnya. Akibatnya masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan pelajar remaja. Keresahan tersebut sendiri merupakan kerugian dari tawuran yang bersifat psikis, keresahan ini akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa.
Fenomena maraknya tawuran pelajar tentunya sangat memprihatinkan. Betapa tidak, generasi yang menjadi tumpuan harapan untuk membawa bangsa kepada masa depan yang lebih baik justru jauh dari harapan tersebut. Apabila permasalahan ini tidak tertanggulangi dengan baik maka dapat dipastikan akan membawa dampak buruk bagi masa depan bangsa nantinya. Para pakar sosial pun menyebutkan beberapa tanda dari perilaku yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa antara lain meningkatnya kekerasan dan semakin kaburnya pedoman moral. Tentu saja hal ini membuat kita prihatin dan berupaya mencari solusi yang efektif.
2. Aktivitas Merokok di Kalangan Remaja
Dimasa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat didalam rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung dan paru – paru yang tentunya memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Dilihat dari sisi orang disekelilingnya, merokok dapat menimbulkan dampak negatif juga bagi si perokok pasif. Resiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat – zat yang berbahaya sangat rendah.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan didepan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok, tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang ''fenomenal''. Artinya mengapa meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia merokok semakin bertambah muda.
3. Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
Narkoba (singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia baik secara oral atau diminum, dihirup, maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana, hati atau perasaan dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis sesorang. Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan mulai dari keinginan untuk dicoba – coba, ikut trend atau gaya, ingin melupakan persoalan dan lain – lain maka narkoba disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengan kecanduan. Tingkatan penyalahgunaan narkoba biasanya sebagai berikut:
1. Coba – coba.2. Senang – senang.3. Menggunakan pada saat atau keadaan tertentu. 4. Penyalahgunaan.5. Ketergantungan.
Peristiwa makin banyaknya penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar saat ini benar – benar telah menggelisahkan masyarakat dan keluarga – keluarga di Indonesia. Betapa tidak, meskipun belum ada penelitian yang pasti berapa banyak pengguna narkoba, namun dengan melihat kenyataan dilapangan bahwa semakin banyak remaja kita yang terlibat kasus narkoba menjadi indikasi betapa besarnya pengaruh narkoba dalam kehidupan yang terjadi di kalangan remaja. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) jumlah kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari tahun 1998 – 2003 adalah 20.301 orang, dimana 70% diantaranya berusia 15 – 19 tahun.
Mau tidak mau kita harus mengakui, narkoba akan menjadi bahaya yang mengkhawatirkan bagi remaja kita dan masa depan keluarga, masyarakat dan bangsa bila tidak segera dicari cara – cara penanggulangan yang efektif dan efisien. Ada dua alasan mendasar hal itu bisa terjadi.1.Karena narkoba dapat merusak kesehatan remaja. Remaja yang kecanduan narkoba akan mengalami kemunduran fungsi organ tubuh dan sistem kekebalannya. Daya pikir sangat berkurang, kehilangan minat atau semangat untuk mengikuti pelajaran sehingga prestasi belajarnya akan terus menurun. Bahkan bila tingkatannya sudah sangat tinggi, bila mereka berumah tangga kelak keturunannya bisa menjadi anak idiot ataupun perkembangan jiwanya terbelakang karena sistem syaraf nya terganggu.2.Penyalahgunaan narkoba telah menyeret remaja pada perbuatan buruk lainnya tanpa memikirkan dampaknya lebih jauh. Karena terdorong oleh kenikmatan yang sebenarnya semu sebagai efek sesaat penggunaan narkoba segera setelah merasuk ke tubuhnya, sang remaja akan terus berupaya mendapatkan barang tersebut bagaimanapun caranya. Tidak peduli harus menipu, mencuri, merampok atau bahkan dengan membunuh sekalipun.
Semuanya itu jelas akan memburamkan masa depan keluarga, masyarakat, dan bangsa termasuk masa depan remaja itu sendiri. Logika yang dapat ditarik sangat sederhana, remaja yang menyalahgunakan narkoba sudah menjadi generasi yang rusak dan sulit dibenahi. Tubuhnya tidak lagi fit dan fresh untuk belajar dan bekerja, sementara mentalnya telah dikotori oleh niat – niat buruk untuk mencari cara mendapatkan barang yang sudah membuatnya kecanduan. Bila sudah demikian apa yang dapat diharapkan dari mereka? Sudah produktifitasnya rendah, kemampuan berpikirnya lemah, ditambah perilaku liar tanpa kendali. Apalagi mengindahkan nilai moral, etika hukum dan agama. Artinya, mereka tidak dapat diharapkan lagi menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas yang mampu mengangkat harkat diri, keluarga dan bangsanya ke arah lebih baik.
4. Free Sex dan Aborsi di Kalangan Remaja
Dunia remaja adalah dunia yang indah demikian kata beberapa orang yang melewati masa remajanya dengan penuh kesenangan dan memori indah, namun tidak sedikit dari mereka yang melalui masa remaja dengan kesuraman dan kebingungan serta kesusahan. Salah satu penyebab kesuraman, kebingungan dan kesusahan itu adalah KTD alias Kehamilan Tak Diinginkan yang akan berujung pada tindakan aborsi sebagai jalan keluarnya. Gejala terjadinya hubungan seks sebelum menikah atau yang lebih dikenal dengan nama Free sex tidak dibenarkan oleh kehidupan baik agama maupun norma sosial. Tetapi kenyataannya sekarang kasus free sex di kalangan remaja malah semakin meluas dan sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan, fenomena tersebut tidak hanya terjadi dikota – kota besar namun sudah mulai merambah ke kota – kota kecil. Banyak praktik pada zaman dahulu terkesan sangat tabu, seperti semakin maraknya seks di kost – kostan atau ''ayam kampus'', sekarang sudah menjadi menu media massa sehari – hari. Menurut Przybyla (Hidayah, 1992), masyarakat seringkali disuguhi majalah, film, acara televisi, lagu, iklan, dan produk – produk yang berdaya khayal dan mengandung pesan ke arah seksual yang merupakan pelengkap konsep realita masyarakat yang dikenal dengan istilah pornografi, merangsang gairah seksual, mendorong orang gila seks, dan meruntuhkan nilai – nilai moral.
Maraknya berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia. Ini terjadi karena tiap tahunnya peningkatan aborsi akibat seks paranikah di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di media massa atau televisi setiap tayangannya pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini dilegalkan sebagaimana yang terjadi di negara – negara barat maka akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai – nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegalkan maka akan mendorong pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.
Sering kita menjumpai remaja yang meninggal karena aborsi atau bayi yang dibuang ke selokan, empang karena orangtuanya tidak siap atau malu mempunyai anak. Banyak pula remaja yang harus berhenti sekolah padahal sebenarnya mereka berprestasi hanya karena keharusan untuk menikah di usia muda. Suatu fenomena yang menarik adalah bahwa hubungan seksual sebelum menikah justru banyak dilakukan oleh remaja yang berpacaran. Meskipun tidak semua remaja berpacaran melakukan hal tersebut, tetapi dari fakta tersebut menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Ironisnya, bujukan atau permintaan pacar merupakan motivasi melakukan hubungan seksual dan hal ini menempati posisi keempat setelah rasa ingin tahu, agama atau keimanan yang kurang kuat serta terinspirasi dari film dan media massa.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja – remaja yang gagal dalam menjalani proses – proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak – kanaknya. Masa kanak – kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat dengan perkembangan fisik, psikis dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik – konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak – kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik – cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orangtua, teman – teman, maupun lingkungannya sejak kecil dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma – trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik – konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Merangkum fenomena kenakalan remaja seperti tawuran, merokok, penyalahgunaan narkoba, free sex dan aborsi di kalangan remaja yang telah dijelaskan di atas maka pantas lah kenakalan remaja merupakan masalah sosial harus segara di atasi. Pertanyaannya: tugas siapa itu semua? Orangtua kah? Sedangkan orangtua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya kah? Mereka juga punya masalah sendiri bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah kah? Atau siapa?.
BAB III. PEMBAHASAN MASALAH
A. Definisi Kenakalan Remaja
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli:
1. Santrock
Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.
2. Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan remaja berasal dari istilah ''juvenile'' berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya anak – anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat – sifat khas pada remaja. Sedangkan ''deliquency'' yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat nakal, anti sosial, kriminal dan sebagainya. Juvenile deliquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak – anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak – anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyipang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas dari tingkah laku yang tidak dapat diterima masyarakat sosial.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah – masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut:
1.Masa Pra – Pubertas ( 12 s/d 13 tahun )2.Masa Pubertas ( 14 s/d 16 tahun )3.Masa Akhir Pubertas ( 17 s/d 18 tahun )4.Periode Remaja Adolesen ( 19 s/d 21 tahun )
1. Masa Pra – Pubertas (12 s/d 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa puerel, yaitu masa peralihan dari kanak – kanak ke remaja. Pada anak perempuan masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang sangat besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ – organ seksual serta organ – organ reproduksi remaja. Disamping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja cendrung bersikap suka mengkritik ( karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orangtua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai ''hero'' atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut. Selain itu, pada masa ini remaja cenderung lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahakan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orangtua sebagai pembangkangan.
Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orangtua yang dianggapnya kuno dan tidak atau kurang berguna, maupun peraturan – peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal dan cenderung bergabung dengan teman – teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara. Tapi, pada saat yang sama mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orangtuanya, jika mereka merasa tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orangtua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi pada saat itu maka remaja akan mencarinya dari orang lain. Orangtua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja meskipun bagi orangtua merupakan masalah sepele tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat – sangat berat. Orangtua tidak boleh berpikir , ''ya ampun.. itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa menyelesaikannya?. Bodoh sekali kamu! dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah – olah orangtua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya akan terekam dalam otak remaja itu bahwa orangtuanya adalah jalan keluar yang terbaik baginya. Ini akan mempermudah orangtua mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
2. Masa Pubertas (14 s/d 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan ia memang bukan anak – anak lagi. Pada masa ini emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon – hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja laki – laki ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orangtua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik maka perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus – kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Disamping itu remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya remaja sukar diselami perasaannya, kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut, kadang suka melamun, dilain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja dimasa ini semakin kuat, mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan – peraturan dengan pikirannya sendiri.
3. Masa Akhir Pubertas (17 s/d 18 tahun)
Pada masa ini remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik akan dapat menerima kodratnya baik sebagai laki – laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya, namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4. Periode Remaja Adolesen (19 s/d 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas seperti cita – cita, minat, bakat dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat – sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
Penyimpangan perilaku atau kenakalan remaja disebabkan oleh dua faktor, yaitu:1. Faktor Internal, yaitu timbulnya perilaku menyimpang berasal dari diri sendiri2. Faktor Eksternal, yaitu timbulnya perilaku menyimpang berasal dari luar diri.
1. Faktor Internal
A. Krisis IdentitasPerubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran dengan cara menggabungkan motivasi, nilai – nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peranan yang dituntut dari remaja. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua karena dalam pencarian identitas, remaja adakalanya membuat pilihan yang salah.
B. Kontrol Diri yang LemahRemaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ''nakal''. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2. Faktor Eksternal
A. Pengaruh KeluargaPerceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga atau berselisih antar
anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Orangtua sering lupa bahwa perilakunya berakibat pada anak anaknya. Karena kehidupan ini tidak lepas dari contek menyontek perilaku yang pernah ada. Bisa juga karena ada pembiaran terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan, sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Pendidikan yang salah di keluarga pun seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
B. Pengaruh Teman SebayaDikalangan remaja, memiliki banyak teman adalah merupakan satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak teman, makin tinggi nilai mereka dimata teman – teman nya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan atas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat ataupun anak orang terpandang lainnya. Di zaman sekarang pengaruh teman bermain ini tidak hanya membanggakan si remaja saja bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan tersebut adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab teman dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustasi. Apabila timbul frustasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada merokok, narkoba, mencuri dan bentuk kenakalan lainnya.
C. Lingkungan Tempat TinggalLingkungan juga dapat berperan dalam memunculkannya kenakalan remaja. Masyarakat
dengan paras kriminal tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering kali di tandai dengan kemiskinan, pengangguran dan perasaan tersisih dari golongan kelas sederhana.
Penggunaan waktu luang, dimana kegiatan dimasa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan dirumah, selain itu mereka bebas tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak pada si remaja maka akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu luang juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun teman sepermainannya. Celakanya, teman sebaya sering menganggap kegiatan iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer yaitu sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius dan sebagainya. Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umumnya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas – jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan teman – temannya. Yang akhirnya membuat si remaja tersebut terjerumus terhadap perilaku menyimpang.
Sebagai akibat dari penyimpangan norma dan aturan – aturan maka kebebasan pergaulan pun sudah pada tingkat yang sangat mengkawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan ditempat – tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacar sejak awal masa remaja. Pacar bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya dikalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pergaulan bebas tersebut berdampak pada banyaknya remaja yang putus sekolah karena hamil.
C. Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja
Ada masalah, tentu ada solusinya. Begitupun dengan kenakalan remaja yang merupakan masalah sosial yang harus segera diatasi. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja tidak hanya pada diri remaja tersebut, melainkan juga campur tangan pihak orangtua yang gagal dalam membimbing si anak dalam menghadapi masa remajanya. Kenakalan remaja pun tak lepas dari fenomena tingginya angka kriminalitas di masyarakat. Oleh sebab itu pantas lah pemerintah ikut andil dalam upaya mengatasi kenakalan remaja. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya mengatasi kenakalan remaja, yaitu antara lain:
1. Mulai dari diri sendiri
Konsep diri yang merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri, sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan. Remaja hendaknya bersikap hidup sehat dimana remaja mengerti akan tujuan hidup, memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan kematangannya, bergaul dengan bijaksana, dan terus menerus memperbaiki diri. Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjadi remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, dan spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:a)Fisik 35%b)Intelektual 20%c)Emosional 30%d)Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara cepat sedangkan faktor lainnya berkembang tidak sama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.
Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, oranglain serta hubungannya dengan orang lain termasuk orangtua dan pembina. Kadang – kadang ia ingin dianggap sebagai anak – anak, orang dewasa sedangkan orang lain dianggap sebagai orangtua atau teman. Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:a)Otoriter X Demokratisb)Tertutup X Terbukac)Formal X Informal
Semua pernyataan diatas merupakan kondisi remaja ''dalam perjalanan menuju''. Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam masa anak – anak ataupun masa dewasa
''Dalam perjalanan menuju'' ini yang menonjol pada remaja adalah:a)Fisik yang kuat.b)Emosi yang cepat tersinggung.c)Sering mengambil keputusan tanpa berpikir panjang.d)Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang – kadang saja dipakai.
Dan ''dalam perjalanan menuju'' yang paling penting diketahui oleh remaja adalah bagaimana remaja dapat berproses, yaitu:a)Menuju fisik yang ideal.b)Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh.c)Menuju cara berpikir dewasa.d)Menuju mempercayai hal – hal yang agamis, bersifat falsafah dan bersifat tatakrama.
Dengan manajemen waktu yang baik pula, dimana waktu luang yang dominan pada diri remaja agar dipergunakan ke dalam kegiatan yang bersifat positif, seperti ikut serta dalam ekstrakurikuler sekolah. Hal tersebut tentunya juga akan memperkecil peluang keinginan untuk melakukan sesuatu yang menyimpang.
2. Peran Keluarga
Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing – masing anggotanya, terutama anak – anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya.
Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Didalam menghadapi kenakalan anak pihak orangtua hendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:
a. Sikap atau cara yang bersifat preventif Yaitu perbuatan atau tindakan orangtua terhadap anak yang bertujuan menjauhkan si anak
dari perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam sikap yang bersifat preventif pihak orangtua dapat memberikan atau mengadakan tidakan sebagai berikut:1.Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.2.Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.3.Pencurahan kasih sayang dari kedua orangtua terhadap anak.4.Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.5.Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang lebih baik dan berguna.6.Penyaluran bakat si anak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif.7.Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.8.Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik – baiknya.
b. Sikap atau cara yang bersifat represif Yaitu pihak orangtua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak – anak. Selain itu pihak orangtua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara hendaknya mengambil sikap sebagai berikut:1.Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.2.Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.3.Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) didalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.4.Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari – hari.
3. Peran Pemerintah dan Masyarakat
Mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan. Maka peranan pemerintah dan masyarakat dalam hal mengatasi kenakalan remaja pun sangat diperlukan. Berikut langkah – langkah yang ditempuh pemerintah dan masyarakat dalam hal upaya mengatasi kenakalan remaja:a)Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti.b)Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menampung agresifitas remaja melalui olahraga dan bermain.c)Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas.d)Memberikan keteladanan.e)Menanggulangi narkoba, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas.f)Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan.g)Memperketat sensor perfilman.
4. Peran Media
Salah satu penyebab kenakalan remaja adalah mudahnya para remaja mengakses media kekerasan dan pornografi. Mengingat hal tersebut, keikutsertaan media dalam hal mengatasi kenakalan remaja pun juga diperlukan. Berikut langkah – langkah yang ditempuh media dalam hal upaya mengatasi kenakalan remaja:a)Menyajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai usia).b)Sampaikan berita dengan kalimat yang benar dan tepat (tidak provokatif).c)Adanya rubrik khusus dalam media masa berupa cetak atupun elektronik khusus untuk remaja.
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai generasi penerus, remaja harus memiliki motivasi kuat untuk belajar dan terus belajar agar kelak akan mampu menjadi generasi yang tidak saja sehat, cerdas, dan terampil, tetapi juga bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian, dan menjunjung tinggi nilai – nilai luhur budaya bangsa. Oleh karena itu, mengatasi kenakalan remaja menjadi tuntutan yang tidak bisa ditunda dan ditawar – tawar lagi.
Membangun remaja yang bebas dari perilaku menyimpang hendaknya dilakukan dengan mengintegrasikan empat langkah penting, yakni melalui upaya pencegahan melalui diri remaja itu sendiri, keluarga, pemerintah dan masyarakat, serta dari pihak media masa. Agar kenakalan remaja tersebut dapat dihilangkan atau ditekan seminimal mungkin.
B. Saran
Berikut saran yang saya berikan dalam upaya mengatasi kenakalan remaja:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah tau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang – orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap remaja.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru dan teman sebaya untuk melakukan saran pertama tersebut.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik, serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan dikomunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, EB (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soejarmo & Iswidiyanti. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kozier, B (1991). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Azwar, S (2002). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Ahmadi, H. Abu (1979). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.
Soekanto, Soejono (1981). Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali.
Mulyono Y, Bambang (1986). Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Pendekatan Sosiologi, Psikologi, Teologis Dan Usaha Penanggulangan. Jakarta: Andi Offset.