makalah profl iklim pembelajaran
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan Rahmat Allah, kami senatiasa memanjatkan
puji dan syukur kepadaNya, atas petunjuk dan bimbingan-Nyalah,
sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “PROFIL IKLIM
PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF “.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh DOSEN mata kuliah MANAJEMEN KELAS pada program
akta IV jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam UMI Makassar.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kami senantiasa terbuka dan berlapang
dada untuk menerima masukan-masukan dan kritikan-kritikan dari semua
pihak guna melengkapi pembahasan makalah ini.
Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah memberi motivasi dan bantuan atas selesainya
pembahasan makalah ini. Semoga mendapat nilai tambah bagi kami
sebagai penyusun dan dapat berguna bagi semua pihak. Amin.
Wabillahi Taufiq Walhidayah.
Makassar, 27 Desember 2007
Penulis
1
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang Masalah 3B. Permasalahan 3
BAB II PEMBAHASAN 5A. Mengajar yang efektif 5
B. Peranan Guru dalam Pembuatan Profil Iklim 9 Pembelajaran Efektif
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan-kesimpulan 11B. Saran-saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
2
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Profil iklim pembelajaran yang efektif. Merupakan aspek
pendidikan yang selalu dijadikan perhatian utama oleh para calon guru,
guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman sekalipun.
Alasannya, sederhana karena calon guru, guru baru, dan guru yang
telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar
dengan optimal. Dalam arti guru mampu menyampaikan bahan
pelajaran untuk diserap oleh para peserta didik dengan baik.
Penciptaan harapan seperti diatas diperlukan profil iklim
pembelajaran yang efektif. Sebab profil iklim pembelajaran yang efektif
merupakan kegiatan guru dalam upaya menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkinkan
peserta didik belajar secara optimal dengan memperoleh hasil belajar
yang baik.
B. PERMASALAHAN
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang benilai
edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dengan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilakukan.
Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajaran secara
sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan
pembelajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah
bagaimana agar bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai
oleh peserta didik secara tuntas. Oleh karena itu, dalam pembahasan
3
makalah ini dapat dikemukakan permasalahan bahwa “ sejauh manakah
usaha guru dalam menciptakan profil iklim pembelajaran yang efektif “.
Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud diperlukan pemahaman profil
iklim pembelajaran yang efektif. Untuk itu dalam pembahasan makalah
ini, pada bab berikut akan diuraikan mengenai; mengajar yang efektif
dan peranan guru dalam pembentukan profil iklim pembelajaran efektif.
BAB II
4
PEMBAHASAN
A. Mengajar Yang Efektif
Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami
proses belajar. Dalam belajar para siswa menghendaki hasil belajar yang
efektif. Demi tuntutan tersebut guru harus membantu dengan cara
mengajar yang efektif pula.
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar
yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu
menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksudkan hanya
dapat terjadi apabila guru mengajar menggunakan prinsip-prinsip
mengajar.
Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip menagajar,
yang apabila ke-enam prinsip mengajar itu digunakan/ditempatkan
dengan sebaik-baiknya maka iklim belajar yang menunjang terciptanya
kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Konteks
Belajar, sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri.
Situasi problematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya
dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan
memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta aktif,
justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinyatakan
dalam kerangka suatu konteks yang bersifat konkret, dapat ditiru dan
dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu, tugas dilaksanakan
dengan teratur. Selain itu, tugas tersebut harus dapat dilaksanakan
dengan teratur. Selain itu, tugas tersebut harus dapat memberikan
5
dorongan seluas-luasnya untuk bereksperimentasi, bereksplorasi,
dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga mengarah kepada
penguasaan melalui pengertian dan pemahaman serta yang
memungkinkan transfer dari dan ke pihak lain.
Ciri-ciri konteks yang baik adalah :
a) Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara
dinamis dan kuat.
b) Terdiri dari pengalaman yang aktual dan konkret
c) Pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untuk
menyusun pengertian, bersifat sederhana dan pengalaman itu
Cdapat ditiru untuk diulangi.
2. Fokus
Proses pembelajaran perlu diorganisasikan denagn bahan belajar.
Disamping itu pembelajaran yang penuh makna dan efektif harus
diorganisasikan disekitar suatu fokus. Pengajaran akan berhasil
dengan menggunakan fokalisasi, sehingga mutu pembelajaran lebih
meningkat.
Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang
memiliki ciri-ciri yang baik, seperti uraian berikut ini.
a) Memobilisasi tujuan
untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengajaran harus dapat
membangkitkan keinginan untuk belajar. Konteks bermaksud
membangkitkan tujuan, sedangkan fokus merumuskan dan
mengarahkan tujuan. Jadi faktor belajar mengajar yang baik
harus mampu memobilisasi keinginan belajar.
b) Memberi bentuk dan uniformitas pada pelajar
Belajar yang efektif mempunyai ciri antara lain uniformitas
(keseragaman). Keseragaman artinya terdapat koordinasi intern
6
dan relasi-relasi yang terdapat dalam unit pelajaran itu, atau
terdapat strukturalisasi sehingga menimbulkan fokus yang wajar.
c) Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksporasi dan
penemuan.
Fokus yang baik harus menimbulkan suatu pertanyaan yang perlu
dijawab, suatu soal yang perlu dipecahkan, suatu pengertian yang
harus dipahami dan digunakan. Dengan demikian, akan timbul
organisasi belajar yang tepat, yang memungkinkan terjadi proses
penangkapan pengertian, melihat eksplorasi dan penemuan.
Seorang guru yang baik akan selalu berusaha mengajak siswa
belajar melalui penemuan dan pemecahan soal atau masalah.
3. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kerja
kelompok diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab
bersama dalam proses pemecahan masalah. Timbulnya pertanyaan,
saran, dan komentar mendorong siswa untuk berfikir lebih lanjut dan
berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas
belajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial tempat
belajar itu sangat berlaku. Disini berlaku prinsip pengajaran
sosialisasi. Kondisi sosial pada suatu kelas banyak sekali
pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di
kelas itu.
4. Individualisasi
Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf
kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi
dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya. Belajar
dengan penuh makna harus dilaksanakan sesuai dengan penuh
bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri, dan
dengan prosedur eksperimental yang berlaku. Individu yang satu
7
berbeda dengan individu yang lain. Belajar memang harus
merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana perbedaan cara
belajar itu dari yang dilakukan oleh individu lain, hal ini perlu
diketahui.
5. Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya
dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, fokalisasi, dan
individualisasi. Namun demikian, guru juga harus
mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang
disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya. Untuk mencari
garis yang memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses
belajar adalah merupakan suatu abstraksi. Tidak mungkin unit
pelajaran yang satu terpisah dengan unit-unit lain. Atau beberapa
unit terpisah dari keseluruhan pelajaran itu. Bila hendak mencapai
belajar yang otentik, organisasi rangkaian atau urutan dari belajar
dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
6. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa,
untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses
belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka
evaluasi harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha
belajar yang efektif dan sukses ditambah oleh evaluasi yang bermutu
dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi
merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai unsur integral di
dalam organisasi belajar yang wajar.
Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan cara-cara
melaporkan hasil-hasil pelajaran yang dicapai dan dapat memberi
laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri serta kepada orang
8
tuanya. Evaluasi dapat pula digunakan untuk menilai metode
mengajar yang digunakan dan untuk mendapatkan gambaran
komperhensif tentang siswa sebagai perseorangan dan dapat juga
membawa siswa pada taraf belajar lebih baik.
Pembelajaran yang efektif tergantung pada prinsip-prinsip yang
telah disebutkan didepan. Pembelajaran efektif tergantung pada corak
kemaknaan yang penuh dari belajar itu. Prinsip-prinsip yang praktis
tersebut saling berkaitan dan tidak dapat salah satunya diabaikan. Hal ini
dimaksudkan agar dapat mengorganisasikan proses belajar untuk
mencapai taraf maksimal, serta mendapatkan hasil terbaik dan otentik.
Pembelajaran adalah suatu proses. Karena pembelajaran
adalah suatu proses maka ia akan mencakup rangkaian empat tahap yaitu
orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan (Gal’ferin dalam Tjipto Utomo,
1989:36-37). Orientasi adalah kegiatan memberi penjelasan tentang
materi/ilmu. Latihan adalah kegiatan memberi kesempatan berlatih
menerapkan materi atau bahan. Umpan balik adalah kegiatan memberi
pengertian tentang hasil belajar yang telah dicapai dalam proses
pembelajaran. Lanjutan adalah kegiatan memberi kesempatan untuk
melanjutkan kajian bahan berikutnya atau kajian bahan sebelumnya
apabila berdasar umpan balik materi sebelumnya belum dikuasai.
B. Peranan Guru Dalam Pembentukan Profil Iklim Pembelajaran
Efektif
Worell, Judith, dan Stilwell, William E. (1981 :30),
mengidentifikasikan tiga perana guru dalam pembelajaran. Ketiga peranan
guru dalam pembelajaran tersebut mencakup,
1) Peranan guru sebagai manajer
2) Peranan guru sebagai mediator,
3) Peranan guru sebagai fasilitator.
9
Guru sebagai manajer pada saat guru menjalankan fungsi-
fungsi menajemen dalam pembelajaran. Sedangkan sebagai mediator,
pada saat guru berinteraksi dalam dyadic relationship (komunitas dua
arah) dengan menerapkan prinsip kesamaan, kehangatan, dan penuh
kepedulian terhadap anak, sementara berperanan sebagai fasilitator, pada
saat guru menggunakan keterampilannya dalam membantu kemudahan
belajar siswa.
Variabel-variabel guru yang berperan terhadap efektifitas iklim
pembelajaran adalah variabel karakteristik kepribadian, kemampuan dan
keterampilan mengajar, keterampilan mengelola kelas, kematangan
emosional, dll.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan-kesimpulan
1. Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar
yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus
mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
2. Mursel mengemukakan bahwa ada enam prinsip menagajar,
apabila digunakan dengan baik maka iklim belajar menunjang
terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif.
Prinsip-prinsip tersebut adalah : konteks, fokus, sosialisasi,
individualisasi, urutan dan evaluasi.
3 Pembelajaran adalah suatu proses. Karena pembelajaran adalah
suatu proses maka mencakup rangkaian empat tahap yaitu
orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan
4. peranan guru dalam pembelajaran tersebut mencakup,
1) Peranan guru sebagai manajer
2) Peranan guru sebagai mediator,
3) Peranan guru sebagai fasilitator.
B. Saran-saran
1. Guru sebagai tenaga pendidik yang profesional dituntut untuk
selalu belajar secara terus menerus dalam memperluas
wawasannya guna menghadapi perkembangan diera globalisasi
yang penuh tantangan dalam dunia pendidikan.
2. Guru diharapkan selalu berusaha menciptakan profil iklim
pembelajaran yang efektif, agar peserta didik memiliki semangat
yang tinggi untuk senantiasa belajar dalam mengembangkan bakat
dan minatnya, untuk menjadi manusia yang cerdas, terampil dan
berbudi pekerti yang baik guna memperoleh kehidupan yang lebih
baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad Rohani HM, Abu Ahmadi ; Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991.
2. Dimyati, Mudjiono ; Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006.
3. J.J. Hasibuan, Moerdijono ; Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Karya, 1988.
4. Maman Rachman ; Manajemen Kelas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1999.
5. Roestiyah N.K ; Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara, 1991.
6. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain ; Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006.
7. Sardiman AM ; Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
12
Makalah
PROFIL IKLIM PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
Penyusun :
H. M .MUNIR. MNIM : 104270076
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PROGRAM AKTA IV
MAKASSAR
13
2007
14