makalah post power syndrome

Upload: midha-a-ulfa

Post on 06-Jul-2018

240 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    1/48

    1

    KELOMPOK

    “POST POWER SYNDROME”

    Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

    Kesehatan Mental

    Dosen Pengampu

    Sri Adi N, S.Psi, S.Pd, MM

    Disusun Oleh :

    1.  Aenggit Aji Perdana 3C (1114500064)

    2. 

    Midha Azmilatul Ulfa 3C (1114500090)

    3. 

    Indriana Titi Nurjanah 3D (1114500085)

    4.  Khairuzaki 3D (1114500017)

    5. 

     Novi Damayanti 3D (1114500028)

    PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

    TAHUN 2015

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    2/48

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas

    limpahan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

     pembuatan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang “Post

    Power Syndrome”.

    Dalam penyusunan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal

    mungkin, namun kesempurnaan hanya milik Tuhan. Penulis mengharapkan kritikdan saran dari pembaca yang membangun dengan kesempurnaan pembuatan

    makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

    khususnya bagi semua pihak atau pembaca.

    Tegal, 22 Oktober 2015

    Penulis

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    3/48

    3

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ..................................................................................................... i

    Kata Pengantar .................................................................................................... ii

    Daftar Isi.............................................................................................................. iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.  Latar Belakang .......................................................................................... 1

    2. 

    Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

    3. 

    Tujuan Masalah ......................................................................................... 2

    BAB II PEMBAHASAN

    1.  Pengertian Post Power Syndrome ............................................................. 3

    2.  Orang Yang Rentan Terkena Post Power Syndrome ................................ 9 

    3.  Terjadinya Post Power Syndrome ............................................................. 11 

    4.  Waktu Terjadinya Post Power Syndrome ................................................. 16 

    5. 

    Cara Mengatasi dan Mencegah Post Power Syndrome............................. 24 

    BAB III KESIMPULAN

    1. 

    Kesimpulan ............................................................................................... 42

    2.  Saran .......................................................................................................... 42

    Daftar Pustaka ........................................................................................... 43

    Lampiran ................................................................................................... 45

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    4/48

    4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Ada suatu penyakit kejiwaan yang terjadi dalam masyarakat yang sangat

    ditakuti yaitu  Post Power Syndrome. Fenomena ini biasanya muncul atau terjadi

     pada orang-orang yang baru saja kehilangan kekuasaan maupun kelebihan-

    kelebihan lainnya, baik karena pensiun, PHK, mutasi, kehilangan popularitas, atau

    karena sebab lainnya. Pada saat tidak menjabat atau berkuasa dan tidak populer

    lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil

    yang biasanya bersifat negative. Mereka kecewa terhadap hidup, karena yang

     bersangkutan tidak lagi dihormati dan dipuja-puji seperti ketika masih berkuasa

    maupun saat memiliki kelebihan-kelebihan lainnya. Kondisi ini disebut sebagai

     post power syndrome.

    Pada gejala post power syndrome ini, khususnya adalah adanya gejala

    yang terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalu(kekuasaannya, karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kepopulerannya,

    kecerdasannya, dll), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat

    ini. Ketika semua itu tidak dimilikinya, maka timbullah berbagai gangguan psikis

    dan phisik yang semestinya tidak perlu. Mereka bereaksi dan mendadak menjadi

    sangat sensitive dan merasa hidupnya akan segera berakhir hanya karena masa

    kejayaannya telah berlalu (Kartono, 1997)

    B. Rumusan Masalah

    1.  Apa Post Power Syndrome ?

    2.  Siapa Yang Rentan Terkena Post Power Syndrome?

    3.  Mengapa Post Power Syndrome Dapat Terjadi ?

    4.  Kapan Post Power Syndrome Terjadi?

    5.  Bagaimana Cara Mengatasi Dan Mencegah Post Power Syndrome?

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    5/48

    5

    C. Tujuan Masalah

    1.  Mengetahui pengertian Post Power Syndrome.

    2.  Mengetahui orang yang mengalami Post Power Syndrome.

    3. 

    Menjelaskan terjadinya Post Power Syndrome.

    4.  Mengetahui kapan terjadinya Post Power Syndrome.

    5.  Menjelaskan cara mengatasi dan mencegah Post Power Syndrome.

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    6/48

    6

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2. 1. Pengertian Post Power Syndrome

    Syndrome adalah kumpulan gejala-gejala negatif, sedangkan  power  adalah

    kekuasaan, dan  post  adalah pasca. Dengan demikian terjemahan dari  post power

     syndrome  adalah gejala-gejala setelah berakhirnya kekuasaan. Gejala ini

    umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan, namun

    ketika sudah tidak berkuasa lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan yang

     biasanya bersifat negatif atau emosi yang kurang stabil.

     Post power syndrome  adalah gejala sindrom yang cukup populer di

    kalangan orang lanjut usia khususnya sering menjangkit individu yang telah usia

    lanjut dan telah pensiun atau tidak memiliki jabatan lagi di tempat kerjanya.  Post

     power syndrome  merupakan salah satu gangguan keseimbangan mental ringan

    akibat dari reaksi somatisasi dalam bentuk dan kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah

    dan rohaniah yang bersifat progresif karena individu telah pensiun dan tidak

    memiliki jabatan ataupun kekuasaan lagi (Kartono, 2000:231).

     Post power syndrome adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup

    dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya,

    ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa

    memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi pada kebanyakan orang

     pada usia mendekati pensiun. Selalu ingin mengungkapkan betapa begitu bangga

    akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa.

    Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya  post power syndrome.

    Pensiun dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang

    mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah

    tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi

    yang signifikan kepada perusahaan,  post power syndrom  akan dengan mudah

    menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    7/48

    7

    dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain,  post power syndrom  yang

    menyerangnya akan semakin parah.

    Kejadian traumatik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya  post

     power syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang

    menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak mampu menerima keadaan

    yang dialaminya, dia akan mengalami  post power syndrome. Dan jika terus

     berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan dideritanya.

     Post power syndrome  hampir selalu dialami terutama orang yang sudah

    lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil

    melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang

    lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu

    menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus

    mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, resiko

    terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.

    Beberapa kasus  post power syndrome  yang berat diikuti oleh gangguan

     jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang

     berat, atau pada pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit

    yang disebabkan beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.

    Menurut

      http://www.suyotohospital.com/index.php?option=com_content&view=art

    icle&id=99:memahami-post-power-syndrome&catid=3:artikel&Itemid=2 

    dipostkan oleh Unit Psikologi Rehab Medik RSDS, diunduh pukul 10:00 tanggal

    22 Oktober 2015.

    http://www.suyotohospital.com/index.php?option=com_content&view=article&id=99:memahami-post-power-syndrome&catid=3:artikel&Itemid=2http://www.suyotohospital.com/index.php?option=com_content&view=article&id=99:memahami-post-power-syndrome&catid=3:artikel&Itemid=2http://www.suyotohospital.com/index.php?option=com_content&view=article&id=99:memahami-post-power-syndrome&catid=3:artikel&Itemid=2http://www.suyotohospital.com/index.php?option=com_content&view=article&id=99:memahami-post-power-syndrome&catid=3:artikel&Itemid=2

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    8/48

    8

     Post power syndrome memiliki beberapa fase, antara lain :

    Fase Penyesuaian Diri pada Saat Pensiun

    Penyesuaian diri pada saat pensiun merupakan saat yang sulit, dan

    terdapat tiga fase proses pension, yaitu :

    1)   Preretirement phase (fase pra pensiun)

    Fase ini bisa dibagi pada 2 bagian lagi yaitu remote dan near . Pada

    remote phase, masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa yang jauh.

    Biasanya fase ini dimulai pada saat orang tersebut pertama kali

    mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir ketika orang terebut mulai

    mendekati masa pensiun. Sedangkan pada near phase, biasanya orang mulai

    sadar bahwa mereka akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini

    membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang

    mulai memberikan program persiapan masa pensiun.

    2)   Retirement phase (fase pensiun)

    Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam 4 fase besar, dan dimulai

    dengan tahapan pertama yakni honeymoon phase. Periode ini biasanya terjadi

    tidak lama setelah orang memasuki masa pensiun. Sesuai dengan istilah

    honeymoon (bulan madu), maka perasaan yang muncul ketika memasuki fase

    ini adalah perasaan gembira karena bebas dari pekerjaan dan rutinitas.

    Biasanya orang mulai mencari kegiatan pengganti lain seperti

    mengembangkan hobi.

    Kegiatan ini pun tergantung pada kesehatan, keuangan, gaya hidup

    dan situasi keluarga. Lamanya fase ini tergantung pada kemampuan

    seseorang. Orang yang selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan gaya

    hidupnya tidak bertumpu pada pekerjaan, biasanya akan mampu

    menyesuaikan diri dan mengembangkan kegiatan lain yang juga

    menyenangkan. Setelah fase ini berakhir maka akan masuk pada fase kedua

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    9/48

    9

    yakni disenchatment phase. Pada fase ini pensiunan mulai merasa depresi,

    merasa kosong. Untuk beberapa orang pada fase ini, ada rasa kehilangan baik

    itu kehilangan kekuasaan, martabat, status, penghasilan, teman kerja, aturan

    tertentu. Pensiunan yang terpukul pada fase ini akan memasuki reorientation

     phase, yaitu fase dimana seseorang mulai mengembangkan pandangan yang

    lebih realistik mengenai alternatif hidup, mereka mulai mencari aktivitas

     baru. Setelah mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada stability

     phase  yaitu fase dimana mereka mulai mengembangkan suatu set kriteria

    mengenai pemilihan aktivitas, dimana mereka merasa dapat hidup tentram

    dengan pilihannya.

    3)   End of retirement  (fase pasca masa pensiun)

    Biasanya fase ini ditandai dengan penyakit yang mulai menggerogoti

    seseorang, ketidak-mampuan dalam mengurus diri sendiri dan keuangan yang

    sangat merosot. Peran saat seorang pensiun digantikan dengan peran orang

    sakit yang membutuhkan orang lain untuk tempat bergantung.

    Menurut http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-

     psikologi-lansia-post-power.html  dipostkan oleh Sri reski, diunduh pukul

    10:00 tanggal 22 Oktober 2015.

    Ahli gerontologi Robert Archley (1976), dalam Santrock, John W)

    menggambarkan tujuh tahapan pensiun. Ketujuh tahapan pensiun ini dibagi

    dalam dua tahapan yaitu pra-pensiun dan masa pensiun yaitu :

    1) 

    Fase Remote 

    Adalah fase permulaan fase pra-pensiun dimana para pekerja hanya sedikit

    sekali yang memikirkan persiapan untuk pensiun dan mereka kebanyakan

    mengharapkan bahwa pensiun tidak akan terjadi.

    2)  Fase Near

    Para pekerja mulai berpartisipasi dalam sebuah program persiapan pensiun.

    Program tersebut biasanya membantu para calon pensiun memutuskan kapan

    http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.html

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    10/48

    10

    dan bagaimana mereka akan membiasakan diri dengan penghasilan dan

    aktivitas, hal ini juga terkait dengan hal fisik dan kesehatan mental.

    3)  Fase Honeymoon 

    Adalah fase paling awal dari masa pensiun dan pada fase ini banyak individu

    yang merasa eforia (bersenang-senang). Mereka dapat mengerjakan beberapa

     banyak hal yang dahulu tidak sempat dikerjakan karena padatnya waktu

     bekerja, dan mereka menikmati waktu luang dengan lebih banyak aktivitas

    serta bersenang – senang dengan uang yang mereka terima.

    4)  Fase Disenchantment

    Setelah fase Honeymoon, para pensiunan sering merasa dalam kerutinan. Jika

    itu memuaskan, maka keputusan untuk pensiun dianggap berhasil. Tetapi

     para pensiunan yang gaya hidupnya hanya berorientasi seputar pekerjaannya

    seperti sebelum pensiun, maka keputusan pensiun merupakan kekecewaan.

    5)  Fase Reorientantion 

    Para pensiun menerima cadangan penghasilan dan menarik seluruh miliknya

    serta menghasilkan alternatif hidup yang lebih realistik. Mereka menganalisa

    dan mengevaluasi gaya hidup yang mungkin membawa mereka pada

    kehidupan yang lebih memuaskan .

    6)  Fase Stability

    Para pensiunan memutuskan dan mengevaluasi terhadap suatu kriteria

     perkumpulan yang akan dipilih sebagai sarana kegiatan dalam masa pensiun.

    Jika masa peralihan dari fase  Honeymoon menuju fase  Disenchantment  dan

    fase Reorientantion sangat lambat maka fase stability akan sukar dicapai.

    7) 

    Fase Termination 

    Para pensiunan berperilaku sebagai orang yang “sakit” dan “ketergantungan”

    karena para pensiunan merasa orang yang menjadi tua tidak berfungsi lebih

    lama secara suatantra dan hanya sendirian.

    Para pensiunan dengan mempunyai waktu luang yang banyak sangat

    membosankan dan mereka juga memerlukan uang untuk menunjang kehidupan

    keluarga. Dari kebosanan waktu luang dan tuntutan waktu luang tersebut

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    11/48

    11

    membuat mereka menjadi stres menjalani masa pensiun. Hal ini terkait dengan

    dengan persepsi para pensiun terhadap waktu, aktivitas dan rangkaian dari tujuh

    tahapan pension.

    Contoh Analisa Pensiun Yang Post Power Syndrome

    1)  Tahap perkembangan menjadi tua

    a)  Fase Stagnasi : tidak mau beraktvitas, marah-marah terhadap

    lingkungan, beraktivitas orientasi kerja dulu, mengarahkan untuk

    kepentingan dirinya. Tidak mendidik anak sendiri, memikirkan dirinya

    sendiri, tidak mengarahkan sesuatu pada anak muda, tidak sabar

    mengarahkan pada anak muda, acuh tak acuh.

     b)  Fase Putus-Asa : punya keinginan cepat menghadap tuhan, merasa

    menjadi laskar tidak berguna, jiwanya tidak stabil, putus asa,

    egocentris. Bicaranya tidak konsisten, dirinya merasa masih bos, tidak

    menerima keadaan selama pensiun, berontak, tidak menyadari dirinya

    sudah tua, depresi, sering lupa, sensitif, kurang pergaulan, rendah diri.

    2) 

    Pra pensiun

    a)  Fase Remote : tidak sadar pensiun.

     b)  Fase  Near : tidak mencari informasi pensiun, tidak ikut pelatihan pra

     pensiun.

    3)  Masa pensiun

    a)  Fase Honeymoon : uang untuk kesenangan, waktu untuk melamun, dan

    marah-marah.

     b) 

    Fase  Disenchantment   : merasa tidak puas dengan kerutinan, capai

    dengan kegiatan sehingga kerutinan dirasakan melelahkan, mengurung

    diri di kamar.

    c)  Fase  Reorientantion  : tidak cari aktivitas yang berguna, cari ativitas

    untuk mencari pengakuan.

    d) 

    Fase Stability : masih bimbang, masih diragukan, mencari yang cocok.

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    12/48

    12

    e) 

    Fase Termination : menjadi gangguan dalam keluarga, sering bengong

    dan marah pada lingkungan di luar rumah, menjadi perhatian keluarga.

    (Andreson & Weber, dalam Santrock, John W, 2002).

    2.2. Orang Yang Rentan Terkena Post Power Syndrome

    Tidak semua lansia akan mengalami  post power syndrome saat memasuki

    masa pensiun. Pada umumnya ciri kepribadian yang rentan terhadap  post power

     syndrome  adalah mereka yang senang dihargai dan dihormati orang lain, gila

     jabatan, dan suka dilayani orang lain atau biasa disebut orang yang memiliki needof power   yang tinggi. Tetapi sebaliknya, orang-orang dengan kepercayaan diri

    yang kurang kuat, sehingga selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain, dan

    merasa aman melalui jabatannya saat memasuki masa pensiun pun rentan terkena

     post power syndrome. 

    Menurut http://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-

     power-syndrome-pada-lansia  dipostkan oleh Amelia Rusli Asali, diunduh pukul

    21.00 tanggal 22 Oktober 2015.

    Adapun ciri-ciri lain kepribadian yang rentan terhadap post power

    syndrome di antaranya adalah :

    1. 

    Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang

     permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.

    Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang

     permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.2.  Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena

    kurangnya harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh

    orang lain.

    3.  Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada

    kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap

    orang lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala-

    galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.

    http://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansiahttp://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansiahttp://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansiahttp://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansia

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    13/48

    13

    4. 

    Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power sindrome

    karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise,

     prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.

    Menurut Sawitri corak kepribadian yang rentan terhadap  post power

     syndrome yaitu :

    1.  Seseorang yang pada dasarnya memiliki kepribadian yang ditandai

    kekurangtangguhan mental sehingga jabatan dianggapnya menjadi satu-

    satunya pegangan, penunjang bagi kehidupan secara menyeluruh.

    2.  Seseorang yang pada dasarnya sangat terpaku pada orientasi kerja dan

    menganggapnya pekerjaan sebagai satu-satunya kegiatan yang dinikmati

    dan seolah-olah menjadi pegangan seluruh hidupnya.

    Menurut http://houseofsuccess99.blogspot.co.id/2014/08/post-power-

    syndrome-apakah-itu.html  dipostkan oleh Head Office HOUSE OF SUCCESS,

    diunduh pukul 11:00 tanggal 23 Oktober 2015.

    Secara umum, ciri-ciri kepribadian yang rentan terhadap sindrom pasca-

    kekuasaan adalah mereka yang suka dihargai dan dihormati oleh orang lain, posisi

    gila, dan disajikan seperti orang lain - atau disebut orang yang memiliki

    kebutuhan tinggi kekuasaan. Tapi sebaliknya, orang - orang dengan keyakinan

     bahwa kurang kuat, sehingga selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain, dan

    merasa aman melalui kantor - ketika pensiun adalah rentan terhadap sindrom

     pasca-kekuasaan.  http://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-

     power-syndrome.html Artikel Posted by Sidik Paningal.

    http://houseofsuccess99.blogspot.co.id/2014/08/post-power-syndrome-apakah-itu.htmlhttp://houseofsuccess99.blogspot.co.id/2014/08/post-power-syndrome-apakah-itu.htmlhttp://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-power-syndrome.htmlhttp://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-power-syndrome.htmlhttp://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-power-syndrome.htmlhttp://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-power-syndrome.htmlhttp://houseofsuccess99.blogspot.co.id/2014/08/post-power-syndrome-apakah-itu.htmlhttp://houseofsuccess99.blogspot.co.id/2014/08/post-power-syndrome-apakah-itu.html

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    14/48

    14

    2.3. Terjadinya Post Power Syndrome

    1. 

    Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Post Power Syndrome

    http://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-power-

    syndrome.html Artikel Posted by Sidik Paningal menyatakan bahwa, menjadi tua

    dengan bahagia dan sejahtera merupakan harapan semua orang. Kondisi ini hanya

    dapat dicapai jika orang merasa sehat secara fisik, mental, dan sosial-untuk

    merasa dibutuhkan, dicintai, dan merasakan rasa harga diri yang masih dapat

     berpartisipasi dalam kehidupan bahkan setelah pensiun. Namun pada

    kenyataannya, banyak orang yang mengalami masalah psikologis ketika

    memasuki masa pensiun. Stres, depresi, tidak bahagia, merasa kehilangan harga

    diri dan kehormatan adalah hal-hal yang sering keluhan oleh orang tua di masa

     pensiun-dalam istilah medis ini disebut sebagai sindrom pasca-kekuasaan.

    Menurut Turner dan Helms (dalam Supardi, Sawitri) terdapat beberapa

    faktor internal penyebab berkembangnya  post power syndrome  pada diri

    seseorang yang kehilangan jabatan yaitu :

    1. 

    Menurunnya harga diri karena dengan hilangnya jabatan,

    2.  Kehilangan hubungan dengan kelompok ekslusif

    3.  Kehilangan perasaan berarti dalam satu kelompok tertentu

    4. 

    Kehilangan orientasi kerja

    5.  Kehilangan sebagian sumber penghasilan yang terkait dengan jabatan

    yang pernah dipegangnya

    Keadaan tersebut mudah sekali menimbulkan berbagai gangguan

     perasaan seperti : ketidak bahagiaan, stress, dan depresi.

      Stress

    Peristiwa yang memberikan perubahan-perubahan dalam kehidupan yang

     berpotensi menimbulkan stress dalam kehidupan disebabkan karena adanya

     berbagai perubahan yang membutuhkan usaha-usaha penyesuaian dari individu.

    http://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-power-syndrome.htmlhttp://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-power-syndrome.htmlhttp://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-power-syndrome.htmlhttp://peaceandfit.blogspot.co.id/2013/07/anticipating-post-power-syndrome.html

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    15/48

    15

    Menurut Cox & McKay (dalam Cooper & Payne), pengertian stress dapat

    dilihat berdasarkan tiga pendekatan, yaitu :

    a. 

     Engineering approach  atau the stimulus-based , yaitu stress dilihat

    sebagai stimulus.

    Contoh : kehilangan pekerjaan.

     b.   Medico-psychological atau the response-based , dimana stress dapat

    dilihat sebagai respon yang umum atau non-spesifik terhadap stimulus

    yang dianggap membahayakan. Respon ada dua komponen yaitu

     psikologis (kecewa, sedih, marah,dll)dan fisologis (jantung melemah,

    tekanan darah meningkat,dll) semuanya itu dikarenakan keputusan

    terhadap pension.

    c.   Psychological approach atau interactional and appraisal theories,

    dimana stress dilihat sebagai transaksi antara individu dengan

    lingkungannya.

    Contoh : marah terhadap lingkungan atau mendekatkan diri pada

    Tuhan menghadapi masa pension.

    Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa stress

    adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun

    eksternal (stimulus) sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis

    maupun psikologis (respon) serta melakukan usaha-usaha penyesuaian diri

    terhadap situasi tersebut (proses).

      Depresi

    Depresi merupakan keadaan kemurungan (sedih, patah semangat) yang

    ditandai dengan perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan dan pesimis

    menghadapi masa yang akan datang.

    Menurut American Association for Griatric Psychiatry, AAGP, 1996

    (dalam Papalia, 2001) sindroma depresi menunjukkan paling sedikit selama dua

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    16/48

    16

    minggu individu memperlihatkan kesedihan yang sangat berat dan kehilangan

    minat atau kesenangan dalam hidupnya. Simtom tersebut meliputi perubahan

     berat badan, kesulitan tidur, merasa tidak berharga atau merasa tidak pantas,

     penurunan daya ingat, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan memiliki

     pemikiran untuk mati atau bunuh diri.

    Pernyataan AAGP (1996) sindroma depresi dari orang lanjut usia juga

    memberikan gambaran pada para pensiunan yang mengalami ketidaksiapan

    menghadapi masa pension, yang yang biasa disebut dengan istilah  post power

     syndrome.  Kepribadian (temperamen, karakter) dan sikap mental seseorang

    tampaknya yang terutama menentukan apakah ia akan mengalami  post power

     syndrome  atau tidak mengalami  post power syndrome  setelah memasuki masa

     pensiun.

    2.  Gejala - Gejala Post-Power Syndrome

    Seseorang yang masuk usia tua biasanya akan terbayang-bayang oleh

    kehidupan yang biasanya dijalani saat masih bekerja. Kondisi ini biasanya disebut

    dengan  post-power syndrome. Mereka tidak mampu mengendalikan dan

    menerima kondisinya sekarang serta tidak mampu melepaskan diri dari pekerjaan

    dan kesuksesan masa lalunya. Biasanya orang tidak menyadari bahwa ia terkena

     post-power syndrom.  Padahal semakin cepat Anda atau keluarga menyadarinya,

    Anda bisa lebih cepat mengatasi dan memperbaiki kualitas hidup.

    Orang yang mengalami  post-power syndrome  umumnya akan menjadi

    sering kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, putus asa,

    ketergantungan, kekosongan dan kerinduan terhadap suasana kerja. Lebih jauh

    lagi, orang dengan sindrom ini akan merasa harga dirinya turun karena merasa

    tidak dihormati atau terpisah dari kelompoknya. Selain itu, ada juga tanda-tanda

    yang mudah dikenali sehingga kita bisa segera mengatasinya, seperti:

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    17/48

    17

    1) 

    Tanda fisik

     Post-power syndrome  bisa menyebabkan seseorang mengalami

    tanda-tanda penurunan fisik seperti terlihat mudah lemah, kondisi fisik

    menurun sehingga mudah sakit, dan terlihat tampak lebih tua.

    2)  Gangguan emosi

    Tanda-tanda  post-power syndrome  juga dapat dilihat dari

    menurunnya cara mengendalikan emosi seperti mudah marah, mudah

    tersinggung dan pendapatnya tidak suka dibantah.

    3)  Gangguan perilaku

    Biasanya orang yang mengalami  post-power syndrome  akan

    mengalami perubahan perilaku, misalnya menjadi pendiam, memiliki

    kecenderungan menarik diri dari pergaulan, serta suka berbicara tentang

    kehebatan masa lalu yang pernah dilakukannya.

     Post-power syndrome  bisa terjadi pada pria dan wanita dan merupakan

    tanda kurang berhasilnya seseorang menyesuaikan diri. Untuk ini, Anda pun perlu

    mengatasinya dengan cara positif, agar tidak menurunkan kualitas hidup Anda.

    Menurut  http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/kenali-

    tanda-tanda-post-power-syndrome-881.html dipostkan oleh Ilhamdi diunduh

     pukul 11:00 tanggal 23 Oktober 2015.

    Jika dia tidak bisa menerima situasi yang terjadi, ia akan mengalami

     pasang  power syndrome. Dan jika terus berlarut-larut, itu mungkin bahwa

    gangguan jiwa yang lebih berat akan menderita.  Post power   syndrome  hampir

    selalu dialami, terutama mereka yang sudah lanjut usia dan pensiun dari

     pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang membuatnya melalui fase ini dengan

    cepat dan dapat menerima dengan hati terbuka.

     Namun dalam kasus-kasus tertentu, di mana orang tidak dapat menerima

    kenyataan, ditambah dengan tuntutan mendesak hidup, dan ia adalah kehidupan

    dukungan keluarga tunggal, risiko pasca - power syndrome bobot yang lebih

    http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/kenali-tanda-tanda-post-power-syndrome-881.html%20dipostkan%20oleh%20Ilhamdi%20diunduh%20pukul%2011:00http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/kenali-tanda-tanda-post-power-syndrome-881.html%20dipostkan%20oleh%20Ilhamdi%20diunduh%20pukul%2011:00http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/kenali-tanda-tanda-post-power-syndrome-881.html%20dipostkan%20oleh%20Ilhamdi%20diunduh%20pukul%2011:00http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/kenali-tanda-tanda-post-power-syndrome-881.html%20dipostkan%20oleh%20Ilhamdi%20diunduh%20pukul%2011:00http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/kenali-tanda-tanda-post-power-syndrome-881.html%20dipostkan%20oleh%20Ilhamdi%20diunduh%20pukul%2011:00http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/kenali-tanda-tanda-post-power-syndrome-881.html%20dipostkan%20oleh%20Ilhamdi%20diunduh%20pukul%2011:00

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    18/48

    18

     besar. Beberapa kasus pasca  power syndrome diikuti oleh penyakit mental yang

     berat seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi

     berat, atau individu introfert (ditutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan

    oleh beban emosional yang tidak tersalurkan) yang parah.

    http://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-

    syndrome.html Artikel F English dipostkan Lailatul Badriyah

    Gejala yang cenderung muncul kepada orang yang mengalami Post Power

    Syndrome, antara lain adalah:

    1)  Lunturnya antusias menghadapi hidup.

    2)  Mudah tesinggung dan marah, kendati untuk hal yang sepele.

    3) 

    Tidak mau menerima saran.

    4)  Menjadi pendiam.

    5)  Suka bernostalgia masa masa kejayaannya.

    6) 

    Rentan terhadap berbagai perubahan.

    Kegalauan dan kegelisahan hati, serta rasa khawatir berlebihan

    menghadapi masa masa yang berada diluar zona keamanan dan kenyamanannya,

    dapat mendistorsi jiwa seseorang yang tidak mempersiapkan diri sedari awal.

    Sebenarnya terlepas dari siapapun adanya diri kita adalah wajar, ada rasa

    kekuatiran, menghadapi masa masa pensiun. Karena pension bukan hanya

     pemasukan uang tidak lagi berjalan seperti biasa tetapi pensiun juga berarti,ia

    tidak lagi memiliki “kekuasaan” untuk “memerintah” orang lain. Bila gejala ini

    merambat dan menguasi dirinya, maka kegalauan dan keresahan tidak hanya

    merugikan diri sendiri, tetapi langsung atau tidak akan menebar dan mendistorsi

    anggota keluarga. Oleh karena itu pilihan terbaik adalah jika kita memasuki

    masa pensiun, tanpa rasa kekhawatiran yang berlebihan .

    http://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-syndrome.htmlhttp://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-syndrome.htmlhttp://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-syndrome.htmlhttp://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-syndrome.html

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    19/48

    19

    Menurut http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-

    langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459f  

    dipostkan oleh Tjiptadinata Effendi, diunduh pukul 11:30 tanggal 23 Oktober

    2015.

    2.4. Waktu Terjadinya Post Power Syndrome

    A. Masa Lanjut Usia

    Memasuki lanjut usia merupakan periode akhir dalam rentang kehidupanmanusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu di perhatikan guna

    mempersiapkan memasuki masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya. Kisaran usia

    yang ada pada periode ini adalah enam puluh tahun ke atas. Ada beberapa orang

    yang sudah menginjak usia 60 tetapi tidak menampakkan gejala-gejala penuaan

    fisik maupun mental. Oleh karena itu, usia 65 dianggap sebagai batas awal

     periode usia lanjut pada orang yang memiliki kondisi hidup yang baik (Hurlock,

    1980:380). Setelah usia 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah

     permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik

    sehingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan

    kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari

    kondisi penurunan kemampuan fisik ini menyebabkan mereka yang telah

    memasuki usia lanjut merasa dirinya tidak berharga atau kurang dihargai. Namun

    ada juga beberapa usia lanjut yang menepiskan anggapan bahwa akan timbul

     perasan tidak berharga ketika mereka memasuki masa tersebut. Mereka justru

    mengisinya dengan kegiatan-kegiatan positif seperti membuka bisnis baru untuk

    mengisi hari-hari yang dulu penuh 27 dengan jadwal kerja yang padat.

    Kemunduran fisik pasti akan mereka alami namun itu tidak dijadikan hambatan

    oleh orang yang berpikiran positif tentang masa tuanya. Berolahraga, menjaga

    konsumsi makanan yang masuk dalam tubuh, istirahat cukup, memeriksakan fisik

    secara berkala dan tidak memikirkan masalah hingga berlarut-larut malah

    melakukan antisipasi atau memperkecil dampak negatif dari masalah tersebut

    http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459fhttp://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459fhttp://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459fhttp://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459f

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    20/48

    20

    menjadi senjata ampuh mereka untuk menghadapi masalah di masa usia lanjut

    (Yusuf, 2009:28-30).

    Hasil penelitian Neugarten (dalam Jalaluddin) masalah utama yang

    dihadapi pada usia 70-79 tahun menunjukkan 75 persen dari mereka yang

    dijadikan responden menyatakan puas dengan status mereka setelah menginjak

    masa bebas tugas. Sebagian besar dari mereka menunjukkan aktifitas yang positif

    dan tidak merasa dalam keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam

    kondisi uzur serta mengalami gangguan kesehatan mental (Atkinson).

    Semakin bertambah tua usia seseorang maka status penganggurannya akan

    makin serius. Akibat dari itu tidak hanya menjadi sulit bagi mereka untuk mencari

     pekerjaan baru, tetapi efek menganggur terhadap kepribadiannya jauh lebih serius

    dan jangkauannya lebih jauh dan luas terhadap berbagai aspek kehidupan. Studi

    tentang efek enganggur orng usia lanjut terhadap kesehatan mentalnya

    menghasilkan kesimpulan bahwa efek psikologisnya begitu besar. Pengukuran

    terhadap efisiensi dan sikap mental orang-orang usia lanjut yang bekerja dan

    menganggur menunjukkan bahwa mereka yang terkait dengan pekerjaan reguler

    atau memperoleh pekerjaan penuh secara keseluruhan mempunyai superioritas

    mental terhadap mereka yang menganggur. Kurangnya latihan, kurangnya

    motivasi dan sikap yang tidak menyenangkan merupakan faktor penunjang utama

    terhadap menurunnya skap mental yang terjadi karena menganggur

    ketidakmampuan untuk memperoleh pekerjaan memperburuk perasaan bahwa

    dirinya tidak berguna. Orang usia lanjut yang percaya bahwa organisasi dimana

    dulu mereka bekerja tidak dapat melepaskannya begitu saja dan sewaktu-waktu

    dapat memanggilnya untuk bekerja lagi membuat penyesuaian dirinya denggan

    masa pensiun menjadi buruk.

    Orang usia lanjut menghadapi masalah krisis identitas yang tidak sama

    dengan krisis identitas yang dihadapi seseorang pada masa dewasanya. Krisis

    identitas yang menimpa rang setelah pensiun adalah sebagai akibat dari

    keharusannya untuk melakukan perubahan peran yang drastis dari seorang pekerja

    yang sibuk dan penuh optimis, menjadi seorang penganggur yang tidak menentu.

    Perlu dikethui bahwa perubahan terhadap kebiasaan dan pola yang sudah mantap

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    21/48

    21

    yang telah dilakukan sepanjang hidup yang pernah dialaminya, sering

    mengakibatkan perasaan yang sangat traumatik bagi orang usia lanjut.

    B. Masa Pensiun

    Masa pensiun bisa memengaruhi konsep diri karena pensiun menyebabkan

    seseorang kehilangan peran, status, dan identitasnya dalam masyarakat menjadi

     berubah sehingga dapat menurunkan harga diri. Bila anggota keluarga

    memandang pensiunan sebagai orang yang sudah tidak berharga lagi dan

    memperlakukan mereka secara buruk, bukan tak mungkin juga akan memicu

    munculnya sindrom ini.

    Seseorang yang memasuki masa pensiun, bisa merubah arah hidupnya

    dengan mengerjakan aktivitas lain, tetapi bisa juga tidak mengerjakan aktivitas

    tertentu lagi. Pensiun sering kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak

    menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa

    cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam

    era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting

    yang biasa mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan, dan memperkuat harga

    diri). Oleh karena itu, sering kali terjadi orang yang pensiun bukannya bisa

    menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya ada yang justru mengalami

     problem serius (kejiwaan ataupun fisik). Individu yang melihat masa pensiun

    hanya dari segi finansial kurang bisa beradaptasi dengan baik dibandingkan

    dengan mereka yang dapat melihat masa pensiun sebagai masa di mana manusia

     beristirahat manikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya.

    Manusia yang bermental lemah dan belum siap secara psikis menghadapi

    masa pensiun akan mengalami pukulan batin apalagi apabila terjadi pencopotan

     jabatan yang tidak terhormat maka akan tercabik-cabiklah mentalnya di seluruh

    masa hidupnya. Pada awalnya bermunculanlah gejala psikis seperti perasaan

    sedih, takut, cemas, rasa inferior/rendah diri, tidak berguna, putus asa, bingung,

    yang semuanya jelas mengganggu fungsi-fungsi kejiwaan dan organiknya. Maka

    tidak lama kemudian semua simptom itu akan berkembang menjadi satu

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    22/48

    22

    kumpulan penyakit dan kerusakan-kerusakan fungsional. Orang tersebut akan

    mengalami sakit secara berkepanjangan dengan macam-macam komplikasi, yaitu

    menderita penyakit  post-power syndrome (sindrom purna-kuasa atau sindrom

     pensiun).

    Menurut buku Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang

    rentang kehidupan, Elizabeth B. Hurlock, Jakarta : Erlangga (2000).

    Prediktor Penentu Terjadinya Masalah Pada Masa Pensiun

    1) 

    Kepuasan kerja dan pekerjaan 

    Pekerjaan membawa kepuasan tersendiri karena disamping mendatangkan

    uang dan fasilitas, dapat juga memberikan nilai dan kebanggaan pada diri sendiri

    (karena berprestasi atau pun kebebasan menuangkan kreativitas).Namun ada

    catatan, orang yang mengalami problem saat pensiun biasanya justru mereka yang

     pada dasarnya sudah memiliki kondisi mental yang tidak stabil, konsep diri yang

    negatif dan rasa kurang percaya diri terutama berkaitan dengan kompetensi diri

    dan keuangan/penghasilan. Selain itu, masalah harga diri memang sering menjadi

    akar depresi semasa pensiun karena orang-orang dengan harga diri yang rendah

    semasa produktifnya cenderung akan jadi overachiever   semata-mata untuk

    membuktikan dirinya sehingga mereka habis-habisan dalam bekerja sehingga

    mengabaikan sosialisasi dengan sesamanya pula. Pada saat pensiun, mereka

    merasa kehilangan harga diri dan ditambah kesepian karena tidak punya teman-

    teman.

    Pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri positif, rasa

     percaya diri kuat serta didukung oleh keuangan yang cukup, maka orang tersebut

    akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun tersebut karena

    selama tahun-tahun ia bekerja, ia “menabung” pengalaman, keahlian serta

    keuangan untuk menghadapi masa pensiun.

    2)  Usia 

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    23/48

    23

    Banyak orang yang takut menghadapi masa tua karena asumsinya jika

    sudah tua, maka fisik akan makin lemah, makin banyak penyakit, cepat lupa,

     penampilan makin tidak menarik dan makin banyak hambatan lain yang membuat

    hidup makin terbatas. Pensiun sering diidentikkan dengan tanda seseorang

    memasuki masa tua. Banyak orang mempersepsi secara negatif dengan

    menganggap bahwa pensiun itu merupakan pertanda dirinya sudah tidak berguna

    dan dibutuhkan lagi karena usia tua dan produktivitas makin menurun sehingga

    tidak menguntungkan lagi bagi perusahaan/organisasi tempat mereka bekerja.

    Seringkali pemahaman itu tanpa sadar mempengaruhi persepsi seseorang sehingga

    ia menjadi over sensitif dan subyektif terhadap stimulus yang ditangkap. Kondisi

    ini lah yang membuat orang jadi sakit-sakitan saat pensiun tiba.Memang, masa tua

    harus dihadapi secara realistis karena tidak mau menghadapi kenyataan bahwa

    dirinya getting older dan harus pensiun juga membawa masalah serius seperti

    halnya post power-syndrome dan depresi. Salah satu cara mengatasi persepsi

    negatif terhadap masa tua adalah dengan mengatakan pada diri sendiri :“Act your

    age, but I don’t want to act old” 

    3)  Kesehatan 

    Beberapa orang peneliti melakukan penelitian dan menemukan bahwa

    kesehatan mental dan fisik merupakan prekondisi yang mendukung keberhasilan

    seseorang beradaptasi terhadap perubahan hidup yang disebabkan oleh

     pensiun.Hal ini masih ditambah dengan persepsi orang tersebut terhadap penyakit

    atau kondisi fisiknya. Jika ia menganggap bahwa kondisi fisik atau penyakit yang

    dideritanya itu sebagai hambatan besar dan bersikap pesimistik terhadap hidup,

    maka ia akan mengalami masa pensiun dengan penuh kesukaran. Menurut hasil

     penelitian, pensiun tidak menyebabkan orang jadi cepat tua dan sakit-sakitan,

    karena justru berpotensi meningkatkan kesehatan karena mereka semakin bisa

    mengatur waktu untuk berolah tubuh (lihat fakta seputar pensiun).

    4)  Status sosial sebelum pensiun

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    24/48

    24

    Status sosial berpengaruh terhadap kemampuan seseorang menghadapi

    masa pensiunnya. Jika semasa kerja ia mempunyai status sosial tertentu sebagai

    hasil dari prestasi dan kerja keras (sehingga mendapatkan penghargaan dan

     pengakuan dari masyarakat atau organisasi), maka ia cenderung lebih memiliki

    kemampuan adaptasi yang lebih baik (karena konsep diri yang positif dan social

    network yang baik). Namun jika status sosial itu didapat bukan murni dari hasil

     jerih payah prestasinya (misalnya lebih karena politis dan uang/harta) maka orang

    itu justru cenderung mengalami kesulitan saat menghadapi pensiun karena begitu

     pensiun, maka kebanggaan dirinya lenyap sejalan dengan hilangnya atribut dan

    fasilitas yang menempel pada dirinya selama ia masih bekerja.

    Adapun kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuian terhadap masa

     pensiun yaitu sebagai berikut :

    1)  Para pekerja yang pensiun secara sukarela akan menyesuaikan diri lebih

     baik dibandingkan dengan mereka merasa pensiun dengan terpaksa trauma

     bagi mereka yang masih ingin melanjutkan bekerja.

    2)  Kesehatan yang buruk pada waktu pensun memudahkan penyesuaian

    sedangkan orang sehat mungkin cenderung melawan untuk melakukan

     penyesuaian diri

    3)  Banyak pekerja yang merasabahwa berenti dari pekerjaan secara tertahap

    ternyata lebih baik efeknya dibandingan dengan mereka yang tiba – tiba

     berhenti dari kebiasaan bekerja karena mereka tidak bisa mengatur

     persiapan pola hidup tanpa pekerjaan.

    4) 

    Bimbingan dan perencanaan pensiun akan membantu penyesuaian diri.

    5)  Pekerja yang mengembangkan minat tertentu guna menggantikan aktvitas

    kerja rutin, yang bermanfaat bagi mereka,dan menghasilkan kepuasan yang

    dulu diperoleh dari pekerjaan, tidak akan menentukan masalah

     penyesuaian terhadap masa pensiun, yang secara emosional

    membingungkan eeka yang berbata-bata mengembangkan minat pengganti.

    6) 

    Kontak sosial, sebagaimana diketemukan dalam rumah-rumah jompo,

    membantu mereka dalam penyesuaian diri terhadap masa pensiun. Baik

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    25/48

    25

    tinggal dalam rumah mereka sendiri, atau dirumah anak yang sudah

    menikah atau anggota keluarga lainnya, menyebabkan orang pensiunan

    memutuskan untuk melakukan kontak sosial.

    7) 

    Semakin sedikit perubahan yang harus dilakukan terhadap kehidupan

    semasa pensiun semakin baik penyesuian dapat dilakukan.

    8)  Status ekonomi yang baik, yang memungkinkan seseorang untuk hidup

    dengan nyaman dan dapat menikmati yang menyenangkan, adalah penting

    untuk penyesuaian yang baik pada masa pensiun.

    9)  Status perkawinan yang bahagia sngat membantu penyeuaian diri terhadap

    masa pensiun sedangkan perkawinan yang banyak diwarnai olek

     percekcokan cenderung menghambat.

      Menghadapi Pasca Lepasnya Kekuasaan (Pensiun)

    Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk menghadapi pasca

    lepasnya kekuasaan yang menyebabkan terjadinya post power syndrome ,menurut psikolog Jacinta F. Rini, dapat ditempuh dengan cara-cara:

    1) 

    Mampukan menempatkan diri (menyadari) tentang perbedaan hak

    dan kewajiban selaku seorang yang telah kehilangan jabatan atau kekuasaan.

    2)  Luangkan waktu untuk terus berdoa.

    3) 

    Hadapi secara rileks. Ketegangan dan kecemasan tidak menyelesaikan

    masalah.

    4)  Bercermin dan belajarlah dari pengalaman (keberhasilan maupun kegagalan)

    dimasa lalu, sebagai bahan rencana masa depan.

    5)  Buatlah rencana kegiatan setiap hari.

    6)  Lakukan kegiatan sosial yang menarik, disertai optimisme bahwa

    hidup anda akan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.

    7)  Jangan suka berdiam diri dan melamun, karena hanya akan membangkitkan

    emosi dan pikiran negative.

    8) 

    Hilangkan rasa kesepian dan libatkan diri pada orang-orang disekitar anda.

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    26/48

    26

    9) 

    Lakukan olah raga santai atau kegiatan kebersamaan dengan teman-teman

    untuk menjaga kondisi dan kesehatan tubuh.

    10) Baca buku-buku yang dapat membangkitkan motivasi.

    11) 

    Jangan biarkan pesimisme menguasai pikiran dan perasaan.

    12) Menyiapkan diri untuk menjadi bawahan jika terpaksa harus bekerja di

    tempat lain.

    13) Kembangkan hobi yang selama ini belum sempat terlaksana.

    14) Pikirkan untuk menekuni usaha atau pekerjaan baru sesuai dengan usia dan

    hobi.

    15) 

    Ambil kursus singkat untuk menunjang hobi dan usaha baru.

    16) Ambil inisiatif untuk terlibat dalam kegiatan rumah tangga.

    17) Hubungi teman-teman lama, siapa tahu ada sesuatu yang baru dan menarik

    yang bisa di dapatkan.

    Menurut http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-

     psikologi-lansia-post-power.html dipostkan oleh Sri reski, diunduh pukul 11:30

    23 Oktober 2015.

    Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pasca - power syndrome.

    Pensiun dan PHK dini merupakan salah satu faktor tersebut. Ketika orang yang

    mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa energi tidak

    digunakan lagi, meskipun dia pikir dia masih bisa memberikan kontribusi yang

    signifikan kepada perusahaan, post-power syndrome akan mudah diserang.

    Terutama ketika ternyata dia sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak

    ketika melamar di perusahaan lain, post-power syndrome yang menyerang akan

     bertambah buruk.

    http://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-

    syndrome.html Artikel F English dipostkan Fauzul Mutmainah.

    http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-syndrome.htmlhttp://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-syndrome.htmlhttp://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-syndrome.htmlhttp://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-syndrome.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.html

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    27/48

    27

    2.5. Cara Mengatasi dan Mencegah Post Power Syndrome

    1. Mengatasi Post-Power Syndrome

    Terapi untuk meringankan gejala-gejala sindrom pensiun dan untuk

    memperoleh kembali kesehatan jasmani serta kesejahteraan jiwa mengarah pada

    integrasi struktur kepribadian, menurut Kartini Kartono (2000) dalam bukunya

    Hygiene Mental disarankan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

    1) 

    Mau menerima semua kondisi baru. yaitu masa pensiun/ purnakarya tersebut

    dengan perasaan rela, ikhlas, lega, bahagia, karena semua tugas-tugas pokok

    selaku manusia dan pejabat sudah selesai. Maka kini tiba saatnya pribadi

    yang bersangkutan belajar menyesuaikan diri lebih baik lagi terhadap

    tuntutan situasi-kondisi baru yang masih penuh tantangan, yang harus

    dijawab dan dijalani.

    2) 

    Masa purnakarya ini diantisipasikan sebagai pengalaman baru, atau sebagai

    satu periode hidup baru, yang mungkin masih akan memberikan kesan-

    kesan indah dan menakjubkan di masa mendatang. Pribadi yang

     bersangkutan harus bisa menerima, bahwa masa lampau memang sudah

    lewat, dan harus dilupakan atau dilepaskan dengan perasaan tulus ikhlas.

    Dan tidak mengharapkan pengulangan kembali pengalaman lama dengan

    rasa kerinduan mitis (mitos) atau secara sentimentil.

    3)  Segala kebahagiaan, dan puncak kehidupan yang sudah digariskan oleh

    Yang Maha Kuasa, juga semua ujian dan derita-nestapa sudah dilalui dengan

    hati pasrah. Namun perjalanan hidup seterusnya masih harus dilanjutkan

    dengan ketabahan dan rasa tawakal. Sebab pada masa usia tua ini masih saja

    ada misi-misi hidup yang harus diselesaikan sampai tuntas; di samping harus

    memberikan kebaikan dan kecintaan kepada lingkungan sekitar.

    4)  Peristiwa kepurnakaryaan supaya diterima dengan kemantapan hati sebagai

    anugerah Ilahi, dan sebagai kebahagiaan yang diberikan oleh lingkungan

    masyarakat manusia sebagai edisi hidup baru yang harus diisi dengan

    darmabakti dan kebaikan. Memang tidak banyak yang bisa dilakukan oleh

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    28/48

    28

     para mantan pada sisa hidupnya yang sudah “senja”. Tetapi setidak-tidaknya

    seperti keindahan panorama senja yang masih memberikan kecemerlangan

    mistis yang gilang-gemilang, memberikan kebaikan kepada anak-cucu,

    generasi penerus serta masyarakat pada umumnya.

    5)  Sebaiknya tidak melakukan pembandingan dengan siapa atau apapun juga;

    sebab usaha sedemikian itu akan sia-sia, dan menjadikan hatinya

    “nelangsa“, serta meratap sedih, ngresula/kecewa. Ada kalanya bisa

    memacu diri-nya untuk berbuat “ngaya” di luar batas kemampuan sendiri

    dan tidak wajar. Setiap relasi sosial yang baru di masa sekarang, sudah tidak

    lagi dibebani oleh ikatan dan kekecewaan macam apapun. Hidup ini

    dihadapi dengan hati tulus, polos, sabar, narima, jernih.

    6)  Membebaskan diri dari nafsu-nafsu, ambisi-ambisi, keinginan berkuasaan

    atau nafsu untuk memiliki. Apa yang didambakan dalam sisa hidup sekarang

    ialah: tenang, damai dan sejuk di hati. Kalbunya sudah mantap, tidak

    terbelah oleh macam-macam kontradiksi, ambisi, dan fikiran khayali. Sebab

    sekarang sudah menjadi pribadi yang mampu menyambut akhir hayat

    dengan senyum dan kemantapan.

    Bagi jiwa-jiwa yang menerima, maka segala apa pun yang kan terjadi di

    depannya akan mampu dihadapi dengan besar hati. Karena dari setiap kejadian

     pasti ada hikmah yang menyertainya. Setiap kita hendaknya sadar bahwa dimensi

    kesehatan bukan hanya jasmaniah saja, tetapi rohani (mentalitas) juga memegang

     peranan penting (important role) dalam menentukan kesehatan seseorang. Awali

    segala sesuatu dengan pikiran positif ( positive thingking/huznudzon) sehinggamental-mental positif dalam diri kita akan tumbuh dengan subur. Mari kita

    wujudkan cita-cita Indonesia Sehat dimulai dari diri kita masing-masing, keluarga

    dan lingkungan sekitar kita.

     Post-power syndrome adalah gejala yang terjadi dimana penderita hidup

    dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya,

    ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa

    memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi pada kebanyakan orang

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    29/48

    29

     pada usia mendekati pensiun. Selalu ingin mengungkapkan betapa begitu bangga

    akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa.

    Seseorang yang mengalami  post-power syndrome  biasanya menganggap

     bahwa jabatan atau pekerjaannya merupakan hal yang sangat membanggakan

     bahkan cenderung menjadikan pekerjaannya sebagai dunianya. Sehingga

    hilangnya pekerjaan karena pensiun atau PHK memberikan dampak psikologis

     pada mental seseorang. Penanganan yang bisa dilakukan pada kasus seperti ini

    adalah dengan memberikan terapi kognitif/cognitive behavioral therapy. Dengan

    terapi kognitif, diharapkan seseorang dapat mengubah pola pikir yang sebelumnya

    membanggakan prestasi, jabatan, dan pekerjaannya, menjadi yakin, percaya dan

    menerima bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Setelah itu, temukanlah hal-

    hal baru yang bisa membanggakan atau memberikan kebermaknaan hidup. Dalam

    keadaan seperti ini, keluarga juga memiliki pengaruh pada terlewatinya fase post-

     power syndrome. Seseorang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya dengan

     baik akan lebih mampu melewati fase ini dibandingkan seseorang yang memiliki

    konflik emosi.

    Post power syndrome banyak dialami oleh mereka yang baru saja

    menjalani masa pensiun. Pensiun merupakan masa seseorang secara formal

     berhenti dari tugasnya selama ini, bisa merupakan pilihan atau keharusan.

    Para pensiunan terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang bahagia karena

    dapat menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan lancar. Sebaliknya, ada

     juga yang mengalami ketidakpuasan atau kekecewaan akan kehidupannya.

    Sindrom ini bisa dialami oleh pria maupun wanita, tergantung dari

     berbagai faktor, seperti ciri kepribadian, penghayatan terhadap makna dan tujuan

    kerja, pengalaman selama bekerja, pengaruh lingkungan keluarga dan budaya.

    Berbagai faktor tersebut menentukan keberhasilan individu dalam menyesuaikan

    diri menghadapi masa pensiun. Post power syndrome merupakan tanda kurang

     berhasilnya seseorang menyesuaikan diri.

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    30/48

    30

    Tujuan bekerja tak hanya untuk memenuhi kebutuhan primer manusia, tapi

    secara psikologis, bekerja dapat memenuhi pencapaian identitas diri, status,

    ataupun fungsi sosial lainnya. Beberapa orang sangat menghargai prestise dan

    kekuasaan dalam kehidupannya, hal ini bisa diperoleh selama ia memegang

     jabatan atau mempunyai kekuasaan. Apalagi bila lingkungan kerjanya juga

    mengondisikan dirinya untuk terus memperoleh prestise tersebut, misalnya anak

     buah yang tak berani memberikan masukan untuk perbaikan atau adanya fasilitas

     berlebihan yang diberikan perusahaan baginya selama menjabat.

    Secara ringkas disebut sebagai orang dengan need of power  yang tinggi.

    Selain itu, ada pula mereka yang sebenarnya kurang kuat kepercayaan dirinya

    sehingga sebenarnya selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain, melalui

     jabatannya dia merasa ”aman”.

    Menurut artikel 1 Mahaning Riyana, ada beberapa saran yang bisa

    dikumpulkan dari pengalaman beliau sendiri, sehingga Anda dapat menangani

    sendiri, sekarang atau nanti.

    1) 

    Jika Anda berada di posisi teratas, siap untuk memiliki sindrom ini, jangka

     pendek atau jangka panjang. Untungnya aku sudah selesai dengan saya,

    dalam waktu satu bulan setelah saya meninggalkan posisi saya. Jadi saya

     percaya, yang lebih tua Anda, persiapan mental yang lebih Anda butuhkan.

    2)  Bagaimana rasanya? Ada sensasi 'identitas' di minggu pertama, ini adalah

    yang terburuk. Ini adalah minggu transisi, sehingga fisika dan pikiran akan

    sangat lelah, dari sebelumnya terisi dengan 1000 hal karena posisi Anda,

    sekarang tiba-tiba Anda tidak di piring Anda. Jam tubuh Anda tiba-tiba

     berubah, dan tidak ada yang bisa kita lakukan tetapi memberikan waktu

    untuk menyesuaikan diri. Bahkan ketika aku secara sukarela mengundurkan

    diri, masih sangat banyak berdampak. Pada fase ini, saya akan menyarankan

    Anda hanya bersantai, membebaskan pikiran Anda dari semua sibuk dari

     judul lama, membiarkannya pergi, dan hanya mengosongkan otak dan

     pikiran dari apapun yang berhubungan dengan ini. Berhenti menghubungi

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    31/48

    31

    rekan-rekan yang hanya akan membuatnya sulit untuk membiarkan pergi.

    Pada periode ini, saya akan menyarankan untuk tidak merencanakan apa pun

    untuk masa depan. Pada periode ini, otak Anda tidak dapat memproses

    apapun obyektif. Ini adalah semua tentang perasaan campur aduk.

    Merangkul, dan hanya pergi dengan itu. Saya memiliki ratusan daftar

    keinginan apa yang akan saya lakukan, setelah pengunduran diri saya, tapi

     percayalah, tidak banyak yang bisa kita lakukan minggu pertama ini, karena

    tubuh dan jiwa kita, tidak menghadapi perubahan drastis tersebut. Jadi hanya

    diam. Ini adalah minggu melepaskan.

    3) 

    Pada minggu kedua, Anda akan merasa jauh lebih baik, dan mampu

    menenangkan diri. Anda mulai memasukkan zona baru, zona anda. Ini akan

    menjadi sedikit goyah di awal, tapi Anda mulai mendapatkan semua energi

    untuk mulai berpikir apa yang akan saya lakukan selanjutnya? Masih Anda

    tidak melupakan topi tua, tetapi Anda berada di tempat yang jauh lebih baik

    dari menerima kenyataan itu sejarah. Mengambil perlahan-lahan, dan hanya

     pergi dengan itu. Namun, bukan waktu yang tepat untuk memulai

     perencanaan masa depan yang serius baru. Anda dapat mengatakan ini

    adalah minggu malas, tapi ya, memungkinkan tubuh dan jiwa untuk

    mendapatkan istirahat setelah bertahun-tahun kerja keras dalam siklus.

    4)  Oke, sekarang minggu ketiga, bangun! Ini benar-benar minggu melepaskan.

    Anda akan merasa begitu baik, sampai Anda hanya ingin berdiri diam, dan

    merasa begitu bebas !. ini adalah saat di mana Anda sangat rileks, dan dalam

     periode ini, yang terbaik adalah untuk mulai bekerja keluar mimpi Anda

     berikutnya. Lebih baik untuk mendiskusikan dengan mitra Anda, keluarga,

    tentang apa masa depan yang Anda inginkan. Ini bagi saya, saat di mana

    Anda dapat menemukan begitu banyak momen AHA, selama Anda telah

    membebaskan pikiran dan jiwa untuk merangkul hari baru.

    5)  minggu keempat - yeehaaa .. !! jika Anda memiliki anggaran untuk

     perjalanan, melakukannya! Apakah itu untuk perjalanan dan mengambil

     petualangan gila, untuk mendapatkan energi dibebankan fullly sebelum

    Anda memulai awal yang baru! Anda tidak dapat melakukan lebih awal dari

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    32/48

    32

    ini, pandangan saya, karena Anda lebih baik menghabiskan uang Anda

     bepergian ketika Anda memiliki pikiran yang bebas dan jiwa! Jadi

    menikmati hidup Anda, membuat pikiran dan jiwa siap untuk memulai

    mimpi Anda sudah diatur pada minggu ketiga. Waktu untuk mempersiapkan

     peluncuran, dan untuk peluncuran, Anda hanya perlu landasan pacu besar,

    mesin besar, dan kru yang besar, yang merupakan tubuh, pikiran dan jiwa!

    6)  Menerima kenyataan bahwa setelah melewati minggu keempat, Anda

    mungkin telah berubah tujuan Anda yang telah ditetapkan sebelumnya

    (sebelum melewati beberapa minggu perubahan), dan itu adalah cukup

    normal. Kita tidak pernah tahu apa yang masa depan, dan setiap hari

    kebebasan, mungkin mari kita lihat hal-hal baru yang kita tidak pernah

     benar-benar melihat sebelumnya. Jadi, adaptif dan fleksibel dalam

    menetapkan masa depan Anda dan impian. Anda mungkin menemukan

     bahwa Anda memiliki kepentingan baru benar-benar merek yang Anda

     bahkan tidak pernah menyadari sebelumnya!

    Jadi, cepat atau lambat, Anda akan harus melewati periode ini. Jadi saya

    kira yang terbaik, semakin lama Anda memegang posisi senior Anda, rentang

    waktu di atas mungkin tidak bekerja, jadi berhati-hatilah, bahwa ini post power

    syndrome, ya, ada.  https://www.linkedin.com/pulse/20140915110829-71574762-

    how-scary-is-post-power-syndrome-and-how-to-deal-with-it  Arikel sumber dari

    Mahaning Riyana.

    2. Mencegah Power Post Syndrome

    Ada beberapa nasihat psikologis untuk menghindarkan diri dari  post

     power syndrome, yakni:

    a)  Pada saat melakukan suatu pekerjaan atau sebelum menjabat, perlu disadari

     bahwa segala sesuatu adalah karunia dari Tuhan termasuk kekusaan dan

     jabatan. 

     b)  Kekuasaan itu tidak bersifat permanen sehingga harus mempersiapkan diri

    apabila suatu waktu kuasa itu lepas, pribadi yang siap akan menjadi pribadi

    yang lebih tahan dalam menghadapi krisis ini.

    https://www.linkedin.com/pulse/20140915110829-71574762-how-scary-is-post-power-syndrome-and-how-to-deal-with-ithttps://www.linkedin.com/pulse/20140915110829-71574762-how-scary-is-post-power-syndrome-and-how-to-deal-with-ithttps://www.linkedin.com/pulse/20140915110829-71574762-how-scary-is-post-power-syndrome-and-how-to-deal-with-ithttps://www.linkedin.com/pulse/20140915110829-71574762-how-scary-is-post-power-syndrome-and-how-to-deal-with-it

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    33/48

    33

    c) 

    Sebaiknya selama memegang jabatan, tidak hanya memikirkan bagaimana

    cara untuk memertahankan kekuasaan, tetapi memikirkan bagaimana cara

    untuk melakukan kaderisasi / regenerasi.

    d) 

    Penghargaan akan diberikan bukan karena kekuasaan yang dimiliki, tetapi

    karena telah melakukan suatu regenerasi yang baik. Perlu selalu ditanamkan

     bahwa tujuan kekuasaan bukanlah agar kita dihargai oleh orang lain, tetapi

    supaya kita dapat berbuat lebih banyak bagi kesejahteraan orang lain.

    Menurut http://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-

     power-syndrome-pada-lansia  dipostkan oleh Amelia Rusli Asali Kesehatan

    Umum, diunduh pukul 10:30 24 Oktober 2015.

    Menurut para ahli psikologi, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan

    untuk mencegah terjadinya post-power syndrome pada diri individu, yaitu:

    1)  Langkah preventif dapat dilakukan dengan mengembangkan pola hidup

     positif. Pengembangan pola hidup yang positif memberikan energi positif

     pada pemikiran seseorang, sehingga memiliki kecenderungan untuk tidak

    terpuruk dalam permasalahannya.

    2) 

    Langkah perseporatif dapat dilakukan dengan membuka diri pada ajakan

    untuk membuka kesempatan aktualisasi diri. Dengan memiliki banyak

     pengalaman, seseorang akan memiliki wawasan yang luas dalam berpikir.

    Sehingga hilangnya pekerjaan tidak menjadi hal yang mematikan semangat

    hidup seseorang.

    3)  Langkah kuratif dapat dilakukan dengan bergembira menjalani tantangan

    hidup. Seseorang yang memiliki pandangan positif pada setiap kesulitan akan

    mencari solusi dalam setiap masalah hidupnya, bukan memikirkan masalah

    sebagai problematika yang tak ada solusinya.

    Menurut  https://psychologystudyclubuii.wordpress.com/2012/12/30/post-

     power-syndrome/n  dipostkan oleh Sub divisi PIO, Divisi Akademik dan

    Aplikasi, diunduh pukul 20:30 tanggal 22 Oktober 2015.

    http://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansiahttp://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansiahttps://psychologystudyclubuii.wordpress.com/2012/12/30/post-power-syndrome/nhttps://psychologystudyclubuii.wordpress.com/2012/12/30/post-power-syndrome/nhttps://psychologystudyclubuii.wordpress.com/2012/12/30/post-power-syndrome/nhttps://psychologystudyclubuii.wordpress.com/2012/12/30/post-power-syndrome/nhttp://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansiahttp://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansia

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    34/48

    34

    Untuk meminimalisir permasalahan penyebab berkembangnya  post

     power syndrome, lebih lanjut Turner dan Helms mengemukakan kiat- kiat yang

    harus dilakukan, yaitu :

    1)  Pada saat kita melakukan sesuatu atau sebelum menjabat, kita perlu belajar

    menyadari bahwa segala sesuatu itu adalah karunia dari Allah termasuk

    kekuasaan dan jabatan. Tugas kita adalah hanya sebagai alat yang dipakai

    Allah untuk melakukan pekerjaan-Nya. Jadi, kita ngga boleh mengganggap

    kuasa/ jabatan yang dipercayakan kepada kita sebagai milik kita yang harus

    kita pertahankan sepenuhnya.

    2)  Kita juga harus selalu menyadari bahwa kekuasaan itu tidak bersifat

     permanen dan kita harus menyiapkan diri apabila suatu ketika kuasa itu lepas

    dari diri kita. Apabila tiba-tiba kita kehilangan kekuasaan, tetapi kita

    mempunyai persiapan sebelumnya, maka kita akan lebih tahan menghadapi

    krisis ini.

    3) 

    Sebaiknya selama memegang jabatan, kita tidak memikirkan bagaimana

    mempertahankan kekuasaan, tetapi kita memikirkan untuk melakukan

    kaderisasi. Justru karena dengan kita melatih dan mendidik, maka nantinya

    kita dihargai, karena kita telah melakukan suatu regenerasi dan melakukan

     pendidikan, tugas mendidik orang lain, bukan karena kekuasaan yang kita

    miliki.

    4) 

    Kita perlu belajar rendah hati, tidak perlu sombong apalagi congkak. Apalagi

    mengungkit-ungkit kiprah dan hasil kerja keras kita selama ini. Keep low

     profile.Sebanyak mungkin menanamkan kebaikan selama kita berkuasa.Kalau kita banyak menyakiti hati orang, kita banyak menindas orang,

    waspadalah bahwa gejala post power syndrome ini dekat dengan kita. Tujuan

    utama kekuasaan bukan agar kita dihargai orang, tetapi supaya kita berbuat

     banyak bagi kesejahteraan orang lain.

    Menurut http://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-

     power-syndrome-pada-lansia  dipostkan oleh Amelia Rusli Asali Kesehatan

    Umum, diunduh pukul 10:30 24 Oktober 2015.

    http://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansiahttp://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansiahttp://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansiahttp://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansia

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    35/48

    35

    Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya post power syndrome :

    1. 

    Mempersiapkan diri sedini mungkin dengan menanamkan di dalam hati

     bahwa tidak ada manusia yang bisa hidup selamanya. Bahwa suatu waktu suka

    ataupun tidak, kedudukan kita akan digantikan oleh orang lain.

    2. 

    Tanamkanlah pada diri kita bahwa pensiun adalah sesuatu yang wajar yang

    merupakan proses alami. Yang tidak dapat dihindarkan oleh siapapun. Dengan

     jalan menerima bahwa hal tersebut adalah suatu kenyataan hidup maka hati

    kita menjadi tenang jauh dari kerisauan memikirkan masa pensiun.

    3.  Mempersiapkan tabungan sebaik-baiknya atau rencana investasi jangka

     panjang dengan resiko yang seminim mungkin. Misalnya buka warnet, kursus,

    kost-kosan .Walaupun hasilnya tidak besar, tapi setidaknya untuk pengeluaran

    sehari harian. "Dalam bisnis, tidak ada sahabat yang sejati" Sharing and

    connecting (berkomunikasi dan memasyarakatkan diri) dengan baik pada

    siapa saja tanpa memandang apakah itu selevel ataupun tidak dengan kita.

    Sehingga ketika memasuki masa pensiun, bila kita memiliki kepribadian yang

     baik pasti akan tetap akan dihargai dengan baik, tapi sebaliknya bila memiliki

    kepribadian yang tidak menyenangkan maka siapapun akan cuek kepada kita. 

    4.  Jangan pernah membanggakan diri, baik karena jabatan maupun kekuasaan

    yang kita miliki pada saat masa jaya. Janganlah kita pernah mengabaikan

     prinsip hidup yang satu ini “Bahwa segala sesuatu yang sudah berhasil

    dicapai, tidak akan selamanya kita miliki”. Sehingga kelak bila waktunya

    memasuki masa pensiun, maka kita dengan berbesar hati dan percaya diri,

     berani melenggang masuk kegelangang arena pensiunan. Hal ini akan

    mengatur dan mengarahkan langkah langkah kita, sehingga kita mampu

    melengkapi motto : “Muda berkarya, tua berguna”.  Post Power Syndrom 

    ibaratkan penyakit kanker yang menular. Dia bisa menggerogoti seluruh jiwa

    dan harapan yang ada didalam diri si penderita, dan bukan berhenti disitu saja,

     penyakit ini bisa menular kepada orang-orang yang ada disekitar penderita. 

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    36/48

    36

    Solusi dalam Menghadapi Penderita Bagaimanapun juga, mencegah lebih

     baik daripada mengobati. Tetapi apabila sudah terlanjur menderita Post-power

    syndrome, maka diperlukan kesabaran dan penerimaan yang luar biasa dari

     pasangan maupun anggota keluarga yang tinggal serumah.

    Hal pertama yang perlu dilakukan adalah pemahaman bahwa penderita

    tidak sepenuhnya menyadari gejala yang dia alami. Tetapi dengan melawan secara

    frontal pun bukan merupakan suatu cara yang bijaksana. Lebih baik meminta

     pihak ketiga, seseorang yang mendapat respek dari yang bersangkutan untuk

    memberikan nasihat atau melalui kegiatan-kegiatan yang dapat mendekatkan diri

    kepada Tuhan.

    Kedua, sebaiknya belajar untuk menerima penderita apa adanya. Tidak

    merespons kemarahan dengan hal yang sama. Disarankan agar penderita

    mempunyai berbagai aktivitas untuk menyalurkan emosi negatif atau

    ketidakpuasan hidupnya secara lebih konstruktif.

    Dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga dan kematangan

    emosi seseorang sangat berpengaruh dalam melewati masa krisis ini. Jika

     penderita melihat bahwa orang-orang terdekatnya mampu memahami dan

    mengerti tentang keadaan dirinya atau ketidakmampuannya mencari nafkah, ia

    akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu untuk berpikir secara

    dingin. Hal tersebut akan kembali memunculkan kreativitas dan produktivitasnya,

    walaupun tidak sehebat sebelumnya, sehingga akhirnya penderita dapat

    menemukan aktualisasi diri yang baru dan melewati masa krisis ini dengan baik.

    Menurut http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-

    langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459f  

    dipostkan oleh Tjiptadinata Effendi, diunduh pukul 11:30 tanggal 23 Oktober

    2015.

    Ada beberapa hal juga yang dapat dilakukan ketika  post power syndrome 

    sudah menyerang dalam diri seseorang yaitu sebagai berikut :

    http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459fhttp://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459fhttp://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459fhttp://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459f

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    37/48

    37

    1) 

    Arahkan kepada kegiatan yang membuatnya merasa nyaman, misalnya

    kegiatan olah raga, kerohanian, dan peduli lingkungan, sebisa mungkin

    kegiatan yang melibatkan orang banyak, dengan begitu akan meminimalisir

     pengaruh post power syndrome.

    2)  Tidak ada salahnya pula kita memahami penderita dengan menyimak setiap

    cerita-cerita heroiknya. Dengan begitu kita dapat mengambil pelajaran dari

     pengalaman yang dilaluinya, lebih bagus lagi mereka dijadikan narasumber

     pada setiap seminar atau perkumpulan.

    Yang terpenting dari kasus ini adalah peranan orang sekitar termasuk kita

    yang harus memahami bahwa  post power syndrome dapat menyerang siapa saja,

    dan kapan saja. Oleh karena itu dengan menjadi pribadi yang banyak bersyukur

    dan berbagi kepada sesama kita dapat terhindar dari penyakit tersebut.

    Menurut http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-

     psikologi-lansia-post-power.html dipostkan oleh Sri reski, diunduh pukul 11:30

    23 Oktober 2015.

     Post Power Syndrome  tak akan menghinggapi kita jika kita menganggap

    kekuasaan yang sedang kita pegang ini hanyalah sementara. Jika hanya sementara,

    maka kita tak akan mengejar kekuasaan itu dan bahkan menyalahgunakan

    kekuasaan itu untuk kepentingan dirinya sendiri.

    Selain itu, saat kita sedang berjaya, kita mestilah menyediakan rencana

    cadangan jika tak lagi memiliki jabatan. Paling tidak, kita memiliki rencana

    tentang apa yang akan kita lakukan jika masa kekuasaan itu berakhir. Untuk yang

     purnatugas bisa merencanakan kegiatan hariannya.

    Tetap bergaul seperti biasa, karena bergaul merupakan salah satu ciri kita

    sebagai makhluk sosial. Kalau kita mengasingkan diri, tentu kehidupan kita akan

    terasa suram. Beberapa orang mungkin akan berubah sikap ketika kita tak lagi

     punya kekuasaan. Tetapi yakinlah, akan banyak orang yang lebih menghargai kita

    ketika kita mampu untuk tetap bersosialisasi. Bahkan, akhirnya kita tahu mana

    orang yang tulus, mana orang yang tak tulus terhadap kita.

    http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.html

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    38/48

    38

    Melakukan kegiatan bermanfaat yang dulu tidak bisa sering kita lakukan.

    Tanpa kekuasaan, mungkin kita akan memiliki pemasukan yang lebih sedikit.

     Namun, tanpa kekuasaan, kita jadi punya lebih banyak waktu luang. Jika dulu kita

    tak sempat untuk sekadar berhandai-handai dengan tetangga atau keluarga,

    sekarang waktu yang terluang lebih banyak sehingga kita bisa melakukan apa

    yang dulu tak kita lakukan.

    Menghadapi semuanya dengan sudut pandang positif sangatlah penting.

    Dengan demikian, kita terhindar dari sikap berburuk sangka yang justru bisa

    merusak nood kita. Kita pun tetap bahagia dengan apa yang kita punya sekarang.

    Kekuasaan bukanlah segalanya. Berakhirnya kekuasaan juga bukan akhir

    segalanya. Banyak orang yang tak bisa mengatasi  post power syndrome, tetapi

     banyak pula yang cerdas menghadapinya sehingga hidupnya menjadi lebih baik

    meskipun tak lagi berjaya. Semuanya tergantung pada caranya menghadapi

    kenyataan.

    Menurut http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/5-cara-

    hadapi-post-power-syndrome-884.html  dipostkan oleh Ayuningtias, psikolog

    Siloam Hospitals Simatupang, diunduh pukul 11:00 tanggal 24 Oktober 2015.

    Menurut Ayuningtias, psikolog Siloam Hospitals Simatupang 

    menyarankan agar keluarga terdekat dapat menyikapi orangtua yang mengalami

     post-power syndrome dengan bijaksana. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan

    adalah :

    1)  Memaklumi 

    Apabila ada perubahan emosi dan perilaku dari orangtua dengan  post-

     power syndrome, Anda harus lebih memaklumi dan memahami keadaan

    tersebut. Jadi Anda sebaiknya tidak ikut emosi saat menghadapinya.

    http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/5-cara-hadapi-post-power-syndrome-884.htmlhttp://www.1health.id/id/article/category/mens-health/5-cara-hadapi-post-power-syndrome-884.htmlhttp://www.1health.id/id/article/category/mens-health/5-cara-hadapi-post-power-syndrome-884.htmlhttp://www.1health.id/id/article/category/mens-health/5-cara-hadapi-post-power-syndrome-884.html

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    39/48

    39

    2) 

    Menerima 

    Anda juga sebaiknya menerima apapun keadaan orangtua termasuk

    yang mengalami  post-power syndrome. Jangan menghindar atau menjauhi

    orangtua yang mengalami post-power syndrome.

    3) 

    Berkomunikasi 

    Orangtua yang mengalami  post-power syndrome  juga sebaiknya

    sering-sering diajak untuk berkomunikasi untuk meredakan emosinya. Tentu

    saja Anda harus dapat berkomunikasi dengan baik tanpa melibatkan emosi.

    4) 

    Meminta bantuan orang ketiga 

    Saat Anda tidak bisa menghadapi orangtua dengan  post-power

     syndrome, anda bisa meminta bantuan orang ketiga yang dipercaya atau

    memiliki pengaruh terhadap orangtua anda, misalnya teman orangtua,

     pemuka agama atau psikolog.

    5)  Berikan kesibukan 

    Anda bisa memfasilitasi orangtua dengan berbagai kesibukan yang

    disukainya, misalnya berkebun, melukis dan lain sebagainya. Dengan

    memiliki kesibukan maka pikiran orangtua Anda dapat teralihkan dan tidak

    lagi merasa stres.

    Keluarga mempunyai pengaruh yang paling besar ketika terjadinya

     post power syndrome  yang terjadi pada seseorang, berikut ini merupakan

    alasan mengapa unit keluarga harus menjadi fokus sentral dari perawatan

     pada seseorang yang menderita post power syndrome :

    1)  Dalam unit keluarga, disfungsi apa saja yang mempengaruhi satu atau lebih

    anggota keluarga, dan dalam hal tertentu, seringkali akan mempengaruhi

    anggota keluarga yang lain dan unit ini secara keseluruhan.

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    40/48

    40

    2) 

    Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan

    anggotanya, bahwa peran dari keluarga sangta penting bagi setiap aspek

     perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-

    strategi hingga fase rehabilitasi.

    3)  Dapat mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana

    secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota

    keluarga.

    4)  Dapat menemukan faktor-faktor resiko.

    5)  Seseorang dapat mencapai sesuatu pemahaman yang lebih jelas terhadap

    individu-individu dan berfungsinya mereka bila individu-individu tersebut

    dipandang dalam konteks keluarga mereka.

    6)  Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-

    individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan disatukan

    kedalam perencanaan tindakan bagi individu-individu.

    Menurut http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-

     psikologi-lansia-post-power.html dipostkan oleh Sri reski, diunduh pukul 11:30 23

    Oktober 2015.

    3. Menghadapi Penderita Post Power Syndrome

    Menghadapi orang yang sudah telanjur menderita memang diperlukan

    kesabaran luar biasa. Sebagai pasangan atau anggota keluarga yang serumah,

     pertama hendaknya memahami dulu bahwa penderita tidak sepenuhnya menyadari

    gejala yang dia alami. Tapi dengan melawan atau mencoba menyadarkan mereka

    secara langsung juga tidak bijak.

    Lebih baik meminta pihak ketiga, yaitu seseorang yang cukup mendapat

    respek dari yang bersangkutan, untuk memberikan wejangan, atau melalui doa

     bersama, meditasi atau berzikir. Melalui kegiatan yang dapat mendekatkan diri

    kepada Tuhan, dia bisa belajar memahami bahwa ternyata kekuasaan itu tidak

    abadi.

    http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.htmlhttp://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-power.html

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    41/48

    41

    Kedua, sebaiknya kita belajar menerima dia apa adanya, tidak merespons

    kemarahan dengan hal yang sama. Saya lebih menyarankan agar yang

     bersangkutan diusahakan untuk mempunyai berbagai aktivitas yang dapat

    menyalurkan emosi negatif atau ketidakpuasan hidupnya secara lebih konstruktif,

    seperti mengikuti kegiatan sosial yang menarik, diminta memberikan ceramah

    dengan topik yang dikuasainya ketika ada acara keluarga, mengajar keterampilan

    tertentu kepada orang yang memerlukan, menjalani hobi berkebun, dan

     berolahraga.

    Sikap yang dapat dilakukan terhadap pensiun yang ada di sekitar kita,

    sampai saat ini, pensiun masih merupakan masalah yang mempengaruhi sebagian

    kecil pekerja. Dewasa ini bagaimanapun juga dengan makin meluasnya kesadaran

    untuk kebijaksanaan menerima pensiun yang diwajibkan dan tumbuhnya

    kecenderungan pria dan wanita yang ingin hidup lebih lama dan sebelumnya,

     pensiun merupakan salah satu masalah sosial yang penting didalam keudayaan

    kita. Setiap tahun, jurang antara rentang seluruh kehidupan dengan rentang

    kehidupan bekerja bagi pria dan wanita semakin melebar. Akibatnya, lama masa

     pensiun semakin bertambah panjang dan bertabah lama bagi kebanyakan orang.

    Bagi orang yang lebih muda, yang hari – harinya sering kali dipengaruhi

    dengan tugas dan tanggung jawab tahun – tahun pensiun atau semi pensiun

    nampak seperti masa emas dalam kehidupan. Pada masa usia madya pikiran

    mengenai masa pensiun tubuh semakin ketat, bukan hanya pria dan wanita merasa

     bahwa tanggungjawabnya terhadap pekerjaan menjadi semakin berat tetapi juga

    karena mereka menyadari bahwa tenaga mereka semakin berkurang dengan

     bersaingg dengan karyawan muda.

    Apabila masa pensiun itu betul betul tiba, bagaimanapun juga masa itu

    nampak kurang diinginkan dari pada masa sebelumnya. Orang – orang usia lanjut

    merasa bahwa tunjangan pensiunnya tidak mencukupi untuk memungkinkan

    mereka hidup sesuai dengan rencana dan harapan mereka. Akibatnya, mereka

    merasa perlu untuk mencari pekerjaan guna menambah pendapatan mereka. Hal

  • 8/16/2019 Makalah Post Power Syndrome

    42/48

    42

    ini berarti bahwa bagi sebagian orang usia lanjut terdapat perbedaan antara

     pengharapan dan kenyataan pesiun. Seperti yang dijelaskan oleh Beverly atas

    dasar bahan – bahan yang dikumpulkan dari penelitian tentang orang usia lanjut,

     bahwa “pensiun nampak leih baik bagi kelompok yang lebih muda dari pada

    mereka orang - orang yang sedang memasuki pensiun. Nilai – nilai yang ditaruh

     pada masa senggang nampaknya menngkat dalam roporsi langsung terhadap

     pendapatan dan pendidikan.

    Havighurst membagi orang usia lanjut dalam dua kategori umum atas

    dasar sikap mereka terhadap pensiun. Kategori pertama disebut “pengalihan

     peran” (transformer) mereka yang mampu dan mau mengubah gaya hidupnya

    dengan mengurangi kegiatan-kegiatan berdasarkan pilihan sendiri dengan

    menciptakan gaya hidup yang baru yang dan menyenangkan diri mereka sendiri.

    Hal iini mereka lakukan dengan cara melepaskan berbagai peran lama dan

    menjalankan peran baru. Mereka sendiri jarang rileks dan tidak mengerjakan

    apapun, kecuali mereka mengembangkan hobi, melakukan perjalanan, dan

    menjadi aktif dalam berbagai pertemuan yang diadakan oleh masyarakat.

    Bekerja adalah suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan dan

    kesenangan hidup. Bekerja juga merupakan rangkaian ibadah untuk mengabdi

    kepada Tuhan. Bekerja dengan dilandasi  skill   maka akan menemukan banyak

    kemudahan. Bekerja dengan rasa kecintaan pada bidang yang digelutinya akan

    mendatangkan kesuksesan dan kenyamanan sehingga orang dengan mudah

    dipromosikan, memiliki komunikasi sosial yang terbuka, dan mendapatkan

    kedudukan di tengah masyarakat. Tetapi dengan bekerja dapat pula membawa

     pada masalah besar ketika terjadi pemberhentian di tengah-tengah kenikmatan

     bekerja. Sedangkan tidak bekerja karena pensiun, tidak menjabat lagi pada

    umumnya ditanggapi oleh banyak orang dengan perasaan negatif dan cenderung

    secara mental belum siap menerima perubahan itu. Mereka benar-benar

    mengalami  shock (kejutan mental hebat) karena diangg