makalah model kel. 5 revisi
DESCRIPTION
revisi pengembangan model bmTRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA
TEORI PENDEKATAN, METODE, MODEL, DAN IMPLEMENTASI
PERENCANAAN PELAKSANAAN DAN PEMBELAJARAN FISIKA
Oleh :
Kelompok : 5
Ernita Susanti (15175009)
Fitri Yusmak (15175014)
Nurhikmah Sasna Junaidi (15175027)
Vonny Tinedi (15175045)
Wandrianto (15175046)
Dosen:
Prof. Dr. Festiyed, M.S
PENDIDIKAN FISIKA (S2)
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Pengembangan Model Pembelajaran Fisika dengan judul
“Teori Pendekatan, Metode, Model, dan Implementasi Perencanaan Pelaksanaan
dan Pembelajaran Fisika”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menemui beberapa kendala.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Model Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S..
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Padang, September 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
Daftar Tabel......................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................2
D. ManfaatPenulisan..............................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pendekatan Pembelajaran..................................................................4
B. Metode Pembelajaran......................................................................14
C. Model Pembelajaran........................................................................27
BAB III PEMBAHASAN
A. Implementasi Pendekatan Pembelajaran........................................38
B. Perbandingan Metode-metode Pembelajaran.................................41
C. Perbandingan Model-model Pembelajaran ................................... 44
D. Perbandingan Pendekatan, Metode, dan Model ........................... 48
E. RPP Satu Kali Pertemuan ............................................................. 49
Bab III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................64
B. Saran..............................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Keterampilan Proses Sains Dasar..........................................................10
2. Keterampilan Proses Sains Lanjut.........................................................11
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah .......................................15
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi ................................ 17
5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi ........................................ 19
6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi ...................................... 22
7. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen ................................. 24
8. Kelebihan dan Kelemahan Metode Keterampilan ............................... 25
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Lampiran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran......................................................17
2. Lembar Kerja Siswa..............................................................................27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus
maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman
yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap
dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan
sumber daya manusia sehingga harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembanganharus sesuai dengan proses
pembelajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima didikan dengan baik.
Dewasa ini, proses belajar mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA
masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru,
dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta
didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik cenderung
tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi
fisika yang menyebabkan kurangnya penguasaan peserta didik dan peserta didik pun
lambat dalam memahami materi pembelajaran fisika.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru
dan peserta didik yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan
target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi
antara guru dan peserta didik. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk
membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan
tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa
juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa
bersahabat dengan guru yang mengajar. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran
diperlukan model-model pembelajaran.
Seorang guru harus pandai menggunakan model pembelajaran secara arif dan
bijaksana. Di dalam penerapan model pembelajaran seorang guru juga harus pandai
menggunakan pendekatan dan metodemana yang tepat disesuaikan dengan mata
pelajaran, jumlah siswa dan kondisi siswa itu sendiri. Karena setiap pendidik tidak
1
2
selalu memiliki suatu pandangan dan metode yang sama dalam hal mendidik
anak didik. Hal ini akan mempengaruhi model pembelajaran yang
digunakanpendidik dalam pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan, maka perlu adanya suatu pendekatan, metode, dan
model pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru. Oleh sebab itu penulis tertarik
menulis sebuah makalah dengan judulTeori pendekatan, Metode-Metode
Pembelajaran, dan Model-Model Pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran dan jenis-jenisnya?
2. Apakah yang dimaksud denganmetode pembelajaran dan jenis-jenisnya?
3. Apakah yang dimaksud denganmodel pembelajaran dan jenis-jenisnya?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan,
1. Untuk menjelaskan tentang pendekatan dalam pembelajaran serta jenis-
jenisnya.
2. Untuk menjelaskan tentang metode dalam pembelajaran serta jenis-jenisnya.
3. Untuk menjelaskan model-model pembelajaran serta jenis-jenisnya.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini,
a. Bagi penulis, diharapkan makalah ini dapat menjadi acuan dalam memilih
pendekatan, metode dan model yang digunakan dalam pembelajaran.
b. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
pendekatan, metode dan modeldalam pembelajaran dan bagaimana
mengimplementasikannya dalam pembelajaran fisika.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendekatan Pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat
meningkatkan motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang
dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam
sebuah pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.
Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai
fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-
pendekatan yang dilakukan.
“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”
(QS. Ali Imran : 159)...
“ Serulah (manusia) ke jalan Rabb-mu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
lebih baik...”(QS. An-Nahl: 125)
Berdakwah merupakan bagian dari proses pembelajaran. Kedua ayat di atas
menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran terdapat cara-cara tertentu agar
dakwah atau pembelajaran yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh
pembelajar. Salah satunya ialah dengan jalan hikmah dan pengajaran yang baik.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada
siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter
pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran adalah suatu rancangan/kebijaksanaan dalam
memulai serta melaksanakan pengajaran suatu materi pembelajaran yang memberi
arah dan corak pada metode pengajarannya. Fungsinya sebagai pedoman umum dan
langsung bagi langkah-langkah metode pengajaran yang akan digunakan.
3
4
Pendekatan (approach) pembelajaran fisika adalah cara yang ditempuh guru dalam
pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu.
2. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran
Variabel utama dalam kegiatan pembelajaran adalah guru dan siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka pendekatan dalam pembelajaran secara umum dibagi
menjadi dua, yaitu pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru (teacher
centered approaches) dan pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa (student
centered approaches). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Killen, Roy
dalam bukunya yang berjudul Effective Teaching Strategies mengemukakan bahwa
ada dua pendekatan dalam kegiatan pembelajaran yaitu (Rusman, 2012:381).
a. Pendekatan Pembelajaran yang Berorientasi pada Guru (Teacher
Centered Approach)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar bersifat klasik.
Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang serba tahu dan
sebagai satu-satunya sumber belajar.
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru memiliki ciri bahwa
manajemen dan pengelolaan pembelajaran ditentukan sepenuhnya oleh guru. Peran
siswa pada pendekatan ini hanya melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk guru.
Siswa hampir tidak memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan
minat dan keinginannya.
Selanjutnya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menurunkan
strategi pembelajaran langsung (derect instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Pada strategi ini peran guru sangat menentukan baik dalam
pilihan isi atau materi pelajaran maupun penentuan proses pembelajaran.
5
b. Pendekatan Pembelajaran yang Berorientasi pada Siswa (Student
Centered Approach).
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar
bersifat modern. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, menejemen,
dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini siswa memiliki
kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreatifitas dan mengembangkan
potensinya melalui aktifitas secara langsung sesuai dengan minat dan keinginannya.
Pendekatan ini , selanjutnya menurunkan trategi pembelajaran discovery dan
inkuiry serta strategi pembelajaran induktif, yaitu pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Pada strategi ini peran guru lebih menempatkan diri sebagai fasilitator,
pembimbing sehingga kegiatan belajar siswa menjadi lebih terarah. Jadi fungsi
Pendekatan Pembelajaran adalah sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-
Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan.
Dilihat dari pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013 terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-
langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran
saintifik menekankan pada keterampilan proses. Fokus proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan
pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai
yang diperlukan (Semiawan: 1992).
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu
Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.
Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada dasarnya yang mendasari kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013
adalah pendekatan ilmiah (saintific approach), walaupun sebenarnya bukan hal yang
baru, karena pendekatan ilmiah pada KBK sudah ada, namun istilahnya saja yang
6
berbeda. Adapun ciri-ciri umumnya adalah kegiatan pembelajaran yang
mengedepankan kegiatan-kegiatan proses yaitu: mengamati, menanya, mencoba,
menyimpulkan. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
adalah sebagai berikut :
1) Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik “tahu mengapa.”
2) Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu bagaimana”.
3) Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik. Sedangkan
proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan seperti digambarkan dalam skema berikut ini:
Gambar 1. Ranah proses
pembelajaranhttp://ibnufajar75.files.wordpress.com/2013/10/kur-2013.jpg
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran
Fisika. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi 5M, yaitu mengamati
(observing), menanya (questioning), mengasosiasi atau menalar (associating),
mengumpulkan data (experimenting/explorating), dan mengomunikasikan atau
membentuk jejaring (networking) untuk meningkatkan kreativitas peserta didik dan
7
membiasakan peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan (Hari Subagya – Insih
Wilujeng, 2013).
Gambar 2Langkah-langkah pembelajaran saintifik (Hari Subagya–Insih Wilujeng, 2013).
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-
langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.Pembelajaran
saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses
pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik
menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan
keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan
keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer,
1991). Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer
pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang
membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipo-
tesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
8
didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan
tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).Untuk mata
pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak
selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pendekatan saintifik dalam
pembelajaran disajikan sebagai berikut (Wijayanti, 2014)
1) Mengamati (observasi).
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan
rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi;
2) Menanya.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca
atau dilihat. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu
peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin
dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi
yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang
ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang
beragam;
3) Mengumpulkan Informasi/ Menalar.
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca
9
buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti,
atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap
teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat;
4) Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Mencoba.
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ mencoba” adalah memproses
informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan;
5) Membentuk Jejaring.
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan;
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini
dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut.
b. Pendekatan Keterampilan Proses Sains
Dalam implementasi Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran IPA
dikembangkan dengan pendekatan scientific (observing, measuring, questioning,
eksperimen, communicating) dan keterampilan proses sains lainnya (Susilowati,
2013).
10
Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah
(baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu
konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada
sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan
(Indrawati, 1999).
Rezba, et.al memberikan gambaran yang rinci keterkaitan antara keterampilan
proses dasar dengan keterampilan proses terintegrasi, sebagai berikut. Ada enam
keterampilan proses dasar Sains yaitu mengamati (observing), mengelompokkan
(classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan (inferring), meramalkan
(predicting), dan mengkomunikasikan (communicating) (Patta Bundu, 2006).
Secara terperinci, keterampilan proses sains dasar menurut Richard J, Rezba
(dalam Susilowati, 2013):
Tabel 1 Keterampilan Proses Sains Dasar Menurut Richard J, Rezba
Aspek Keterangan
Observasi Observasi merupakan aktivitas untuk mengetahui objek dan fenomena alam dengan menggunakan panca indra (penglihat, pembau, perasa, peraba dan pendengar). Kemampuan observasi merupakan proses sains dasar yang penting dan esensi untuk mengembangkan proses sains lainnya seperti menyimpulkan, mengkomunikasikan, memprediksi, mengukur dan mengklasifikasi.
Mengkomunikasikan Metode atau cara yang digunakan untuk mengkomunikasikan data dapat berupa grafik, charta, peta, simbol, dan diagram. Komunikasi yang efektif adalah jelas, precise (betul, tepat, teliti) dan tidak ambigu.
Mengklasifikasikan Untuk memahami banyak obyek, kejadian dan semua makhluk hidup di sekitar kita dibutuhkan pengenalan dengan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan kemudian mengelompokkannya sesuai tujuan. Hal ini berarti klasifikasi merupakan pusat keterampilan proses sains untuk membentuk konsep.
Mengukur Mengembangkan keterampilan mengukur sangat penting dalam melakukan pengamatan kuantitas, membandingkan, mengklasifikasikan dan mengkomunikasikan secara efektif. Sistem hitung memberikan kemudahan untuk mempelajari setiap unit dari yang kita gunakan setiap hari.
Menyimpulkan Untuk membuat saran, kesimpulan, asumsi atau penjelasan tentang peristiwa tertentu berdasarkan pengamatan dan data.
Memprediksi Prediksi adalah a forecast dari pengamatan sesuatu yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang. Memprediksi berhubungan erat dengan proses observasi, menduga, dan
11
Aspek Keterangan
klasifikasi. Prediksi didasarkan pada pengamatan secara teliti dan dugaan untuk membuat suatu hubungan diantara kejadian-kejadian yang diamati.
Menurut Richard J, Rezba (dalam Susilowati, 2013) beberapa keterampilan
proses sains lanjut (integrated science process skill) meliputi:
Tabel 2.Keterampilan Proses Sains Lanjut
Aspek Keterangan
Identifikasi variabel Variabel adalah sesuatu yang dapat mengubah atau berubah dan dibedakan menjadi variabel manipulasi (independen) dan variabel respon (dependen). Variabel dimana sengaja diubah disebut variabel manipulasi sedangkan variabel yang mungkin berubah sebagai hasil dari perubahan variabel manipulasi disebut variabel respon.
Menyusun tabel data Menyusun tabel data merupakan salah satu skill yang dibutuhkan untuk melakukan penyelidikan yaitu organisasi data dalam bentuk tabel. Data adalah hasil pengukuran dari suatu penyelidikan yang dilakukan. Organisasi data kedalam tabel membantu untuk melihat hasil penyelidikan. Data yang baik adalah data yang ditampilkan dengan organisasi tabel yang baik, terarah, dan sesuai peubah dalam data.
Cara mendapatkan dan mengolah data
Proses ini meliputi pengubahan data ke bentuk tabel dan grafik kolom.
Menganalisis penyelidikan
Sebelum melakukan penyelidikan, salah satu yang harus dilakukan menentukan variabel yang akan diuji.
Menyusun hipotesis Percobaan dilakukan untuk menentukan sebab dari pengaruh hubungan keberadaan diantara sesuatu hal. Dengan sengajar mengubah satu faktor maka ada faktor lain yang berubah sebagai hasilnya. Sebelum dilakukan percobaan perlu dirumuskan hipotesis. Hipotesis adalah prediksi tentang hubungan diantara variabel. Hipotesis memberikan petunjuk untuk percobaan tentang data yang harus dikumpulkan.
Merancang percobaan Percobaan dapat didefinisikan menseting situasi yang telah direncanakan untuk memperoleh data baik yang akan mendukung hipotesis atau tidak mendukung hipotesis. Cara ini dilakukan dengan cara dimana variabel dimanipulasi dan tipe respon yang diduga dinyatakan secara jelas dalam hipotesis, kemudian menentukan prosedur kerja dan perencanaan untuk memperoleh data.
Melakukan percobaan Melakukan percobaan adalah aktivitas yang menempatkan secara bersama semua proses sains. Eksperimen dimulai dengan pertanyaan. Dari setiap jawaban pertanyaan tersebut mungkin berisi identifikasi variabel, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi faktor-faktor yang dibuat konstan, membuat definisi operasional, merancang percobaan, memberi
12
Aspek Keterangan
perlakuan dengan ulangan, mengumpulkan data, dan menginterpretasikan data.
Pendekatan konsep yang didampingi dengan pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran sains dimaksudkan agar siswa mengalami berinteraksi dengan
obyek, gejala alam atau peristiwa alam, baik secara langsung ataupun dengan alat
bantu yang ada. Kegiatan demikian menjadi lebih bermanfaat oleh siswa yang belajar
sains, karena sistem pengujian yang tidak hanya mengukur penguasaan konsep.
Pencapaian anak-anak Indonesia dalam tiga periode TIMSS (Trend of International
Mathematics and Science Study) berturut-turut (1999, 2003, 2007) selalu berada di
papan bawah, begitu pula perolehan anak-anak Indonesia tentang Scientific Literacy
dalam PISA (Performance for International Student Assessment) selama beberapa
periode (tahun 2000, 2003, 2006, 2009) (Nuryani Y. Rustaman). Hal ini
menunjukkan bahwa output dari pendidikan Indonesia belum mencapai hasil yang
maksimal, di mana hal ini juga menunjukkan bahwa belum maksimalnya
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila
terjadi proses perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu
pengalaman. Teridentifikasi dua aspek penting dalam kegiatan pembelajaran, aspek
pertama adalah aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa. Aspek
kedua adalah aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman intelektual,
emosional, dan fisik pada diri siswa (Dimyati dan Mujiono, 2006).
Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran
didasarkan pada hal-hal berikut (Dimyati dan Mujiono, 2006):
1) Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
Percepatan perubahan IPTEK ini, tidak memungkinkan bagi guru bertindak
sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori-teori. Untuk
mengatasi hal-hal ini perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan
memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.
2) Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil
belajar yang optimal
13
Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada
siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses
semua fakta, konsep, dan prinsip sangat dibutuhkan.
3) Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemerosesan dan
pemerolehan kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan.
Menurut Funk (dalam Dimyati dan Mujiono, 2006) menyatakan pendekatan
keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh siswa:
1) Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang
tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan
ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu
pengetahuan.
2) Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada
siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau
mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
3) Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan,
membuat siswa belajar proses dan produk sekaligus.
Menurut Dimyati dan Mujiono, 2006 dapat ditarik kesimpulan tentang
pendekatan keterampilan proses adalah:
1) Pendekatan keterampilan proses sebagai wahana penemuan dan pengembangan
fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa.
2) Fakta, prinsip, dan konsep ilmu pengetahuan yang ditemukan dan
dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan
proses pada diri siswa.
3) Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, dan
prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai
ilmuwan pada diri siswa.
B. Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan salah satu hal
penting yang harus dipahami oleh setiap guru, mengingat proses pembelajaran
14
merupakan proses komunikasi multiarah antarsiswa, guru, dan lingkungan belajar.
Karena itu pembelajaran harus diatur sedemikikan rupa sehingga akan diperoleh
dampak pembelajaran secara langsung (instructional effect) kearah perubahan
tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan seperti yang dikutip Wina sanjaya dari J.R David,
strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves
a particuler educational goal Sanjaya, 2008:127). Jadi dengan demikian strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian diatas. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana yang
dikemukakan oleh para ahli pebelajaran ( instructional technologist ). Diantaranya :
1. Dick dan carey menjelaskan bahwa srategi pembelajaran terdiri atas seluruh
komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan yang
diginakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mancapai tujuan
pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya
terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk
juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik (Sanjaya, 2007).
2. Michael Pressley menyatakan bahwa strategi-strategi belajar adalah operator-
operator kognitif meliputi dan terdiri atas proses-proses yang secara langsung
terlibaat dalam menyelesaikan suatu tugas (belajar). Strategi-strategi tersebut
merupakan strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar
tertentu.
3. Kemp menjelaskan, bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dari konsep diatas maka jelas menentukan strategi pembelajaran pada
hakikatnya adalah menyusun pengalaman belajar siswa. Dengan demikian strategi
15
pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai
perkembangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang dihadapinya.
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari :
1. Rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
2. Analisi kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan
3. Jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan
Ketiga elemen yang dimaksud selanjutnya disesuaikan dengan media
pembelajaran atau sumber belajar yang tersedia yang mungkin digunakan. Untuk
mengajarkan kompetensi yang berjenis kognitif atau kompetensi yang berjenis
afektif maupun kompetensi yang berjenis psikomotor pasti membutuhkan strategi
pembelajaran yang berbeda. Demikian pula jika mengajarkan jenis materi yang
berbeda pasti memerlukan strategi pembelajaran yang berbeda pula.
1. Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Sehubungan dengan penetapan strategi pembelajaran, ada empat maslah pokok
yang dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar
berhasil sesuai dengan yang diharapkan yaitu (Yatim, 2009:135):
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkahlaku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan
hidup masyarakat.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran yang
dianggap paling tepat dan efektif seghingga dapat dijadikan peganggan oleh
para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur atau kriteria dan patokan
ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: strategi pembelajaran langsung
(direct instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui
pengalaman (experimental).
a. Strategi pembelajaran langsung
16
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau
membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya
bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan,
sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan,
proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan
interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan
sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan
dengan strategi pembelajaran yang lain.
b. Strategi pembelajaran tak langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi
pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta
didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser
dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan
memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain: (1) mendorong ketertarikan dan
keingintahuan peserta didik, (2) menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah,
(3) mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan
kemampuan yang lain, (4) pemahaman yang lebih baik, (5) mengekspresikan
pemahaman. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu
panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila
peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
c. Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta
didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi
terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan
untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain: (1) peserta didik dapat belajar dari temannya
dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, (2)
mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Strategi
17
pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan
metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada
kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
d. Strategi pembelajaran empirik (experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada
peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan
formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor
kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif.
Kelebihan dari startegi ini antara lain: (1) meningkatkan partisipasi peserta
didik, (2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, (3) meningkatkan analisis peserta
didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain. Sedangkan kekurangan
dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan
siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
e. Strategi pembelajaran mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah
pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar
mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.
Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri
dan bertanggunggjawab. Sedangkan kekurangannya adalah peserta MI belum
dewasa, sehingga sulit menggunakan pembelajaran mandiri.
Karakteristik dan cara penggunaan macam-macam strategi di atas, akan
dibahas tuntas pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Strategi yang akan dibahas
telah dimodivikasi sesuai yang banyak diperlukan dalam pembelajaran di Mi, yaitu:
pada paket 5, dibahas tentang strategi pembelajaran langsung (direct instruction),
paket 6, strategi pembelajaran tak langsung (indirect instruction) yang diberi judul
dengan startegi pembelajaran inkuiri , paket 7, strategi pembelajaran berbasis
masalah (SPBM), paket 8, strategi pembelajaran kooperatf (Cooperative Learning),
paket 8, strategi pembelajaran aktif, dan paket 9, strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berfikir
Pencapaian sasaran atau tujuan yang ditentukan, akan sangat tergantung pada
pengamasan bahan dan strategi pembelajaran yang digunakan. Berikut beberapa
18
strategi pembelajaran sebagai upaya memberikan pengalaman belajar kepada siswa
(Sanjaya, 2010:189):
f. Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorng guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat mengusai materi
pelajaran secara optimal . Roy killen menamakan Strategi pembelajaran ekspositori
ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung ( direct instructional ). Oleh karena
itu strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur maka, sering juga
dinamakan strategi “ chalk n talk “. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan
akademis (academic achievment) siswa. Metode pembelajaran yang sering
digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode kuliah atau ceramah.
g. Strategi pembelajaran inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dengan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi
heuristic,yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya
menemukan.
h. Strategi Pembelajaran kooperatif
Strategi Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan / tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang akademis, jenis kelamin, ras, atau suku yang
berbeda (heterogen). Sistem penilain dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok
akan mendapatkan penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan
prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan
memiliki ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya
akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka
19
akan memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu
aakan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontibusi demi
keberhasilan kelompok.
C. Teknik dan Taktik Pembelajaran
Selain beberapa istilah di atas ada juga istila “teknik pembelajaran” dan
“taktik pembelajaran”. Menurut Sudrajat teknik adalah cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan sutu metode secara spesifik. Misalnya,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
embutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
pengguaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas(Sukardi,
2011:33).
Menurut Kamus Dewan (edisi ketiga), tehnik adalah pengetahuan tentang
cara mencipta sesuatu hasil seni seperti musik, karang-mengarang dan sebagainya.
Menurut Edward M. Anthony mendefinisikan tehnik adalah suatu cara strategi atau
taktik yang digunakan oleh guru untuk mencapai hasil yang maksimum pada waktu
mengajar pada bagian pelajaran tertentu. Teknik pembelajaran adalah cara yang
dilakukan guru dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Teknik-teknik bimbingan untuk siswa antara lain dengan cara:
1. Teknik Individual, terdiri dari:
a. Directive counseling
b. Non-directive counseling
c. Eclective counseling
2. Teknik Kelompok, terdiri dari:
a. Home room
b. Field drip (karya wisata)
c. Group discussion
d. Pelajaran bimbingan
e. Kelompok bekerja
f. Pengajaran remidi
g. Ceramah bimbingan
h. Organisasi murid
20
i. Sosiodrama dan psikodrama.
Adapun taktik pembelajaran kata Sudrajat merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pebelajaran tertentu yang sifatnya individual
(Sukardi, 2011:33). Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya,
yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki
sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of
humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang
sangat menguasai bidang itu.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-
masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru
yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu
sekaligus juga seni (kiat).
Gambar 1. Bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,dan
Teknik pembelajaran dalam model pembelajaran (Oemar Hamalik. 2003)
D. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, yang
berarti cara atau jalan yang ditempuh (wikipedia, 2013). Menurut Wina Sanjaya
(2008) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Menurut Abdurrahman Ginting (2008: 42), metode pembelajaran
21
dapat diartikan cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar
pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi
proses pemblajaran pada diri pembelajar.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran
memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran,
karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui
penggunaan metode pembelajaran.
2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Berikut ini akan dijabarkan metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran.
a. Metode Ceramah
Menurut Hafni Ladjid (2005: 121) Metode ceramah adalah suatu cara mengajar
atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa.
agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode
ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan berpikir untuk
memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan
tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis.
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui
penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode
ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru
atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga
adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Metode ceramah merupakan
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
Tabel 3. Kelebihan dan Kelemahan metode ceramah (Wina, 2006: 148-149)
Kelebihan Kelemahan1. Ceramah merupakan metode yang
murah dan mudah untuk dilakukan. Murah berarti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan
1. Materi yang dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Sebab, apa yang diberikan guru
22
Kelebihan Kelemahanyang lengkap, sedangkan mudah, memah ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggungjawab guru yang memberikan ceramah.
5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
3. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah serig dianggap senagai metode yang membosankan.
4. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi
tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat
menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi
dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori
dan inkuiri.
Tabel 4. Kelebihan dan Kelemahan metode demonstrasi (Wina, 2006: 152-153)
Kelebihan Kelemahan1. Melalui metode demonstrasi
terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan
1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebh matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga
23
pelajaran yang dijelaskan.2. Proses pembelajaran akan lebih
menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untung membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti pengguaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan. Karena itu, diskusi bukanlah debat yang
bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses
pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas,
pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara
keseluruhan, yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri. Kedua, diskusi
kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru
menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan
sub masalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap
kelompok.
Karakteristik Metode Demonstrasi:
1) Membelajarkan siswa dalam penguasaan prosedur tertentu
2) Situasi yang digunakan adalah objek yang sebenarnya
3) Selain guru, nara sumber lain juga dapat dijadikan model.
24
Langkah-langkah metode demonstrasi:
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai siswa setelah proses demonstrasi
berakhir
2) Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam demonstrasi
3) Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan
4) Menjelaskan kepada siswa tentang topik yang akan didemonstrasikan
5) Melakukan demonstrasi yang akan dilihat dan ditirukan siswa
6) Penguatan melalui diskusi, tanya jawab, dan latihan
7) Kesimpulan dari demonstrasi yang telah dilakukan.
Kemampuan guru dan siswa yang harus dimiliki agar demonstrasi berjalan dengan
baik.Kemampuan guru:
1) Menguasai materi, langkah-langkah, dan proses pelaksanaan demonstrasi
2) Mampu dan menguasai kelas secara menyeluruh
3) Mampu menggunakan peralatan demonstrasi
4) Mampu melakukan penilaian proses
Kemampuan siswa:
1) Tertarik/termotivasi dengan topik demonstrasi
2) Memahami tujuan demonstrasi
3) Mampu mengamati proses demonstrasi.
Tabel 5. Kelebihan dan Kelemahan metode diskusi (Wina, 2006: 156)
Kelebihan Kelemahan1. Metode diskusi dapat merangsang
siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim
25
pembelajaran.
Surat Ali-’Imraan ayat 159
ظ� ل�ي ظ� ل� ل� ظ ل ا�ٱ ض��و ظ� ظ�ٱن ل� لو ل� ظ ظو ظ� ض�� ظ��ا �ظ�ا ظ ل� �ظ ة � �ظ ل" ظ# ظ� �م ل% �� ظ ظ�ٱ ل�� �ل ض% ظ ' ظ( ل لو ظ" ض*' ل+ ظ�ٱ �ل ض, ل� ظ+ ل# ل� ل� ظ� ل- ظ.ٱ ل/ ض% ظ ل/ ض0 ل1 ل. ظ2ا ظ. ل�ى ل# ل� ظ45 ل6 ٱ ' ظ8� ل9ا �ظ
ظ: (۱۵۹) ل� ظ; ظ+ ل> ظ�� ظو ظ� �ظ ظ�ى ظ+ ل= �� ظ ٱ ظ�? ' ل9� ظ= �� ظ ٱ ض�@ Aل Bض Cظ ل�ي م� ظو ظ� �ض ل ٱArtinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya”.
d. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat
seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian
pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang
konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai
metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan
secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara
mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus, misalnya siswa
sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi
terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan
terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Jenis-jenis metode simulasi:
1) Bermain peran (role playing). Dalam proses pembelajarannya mengutamakan
pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Simulasi ini menitikberatkan agar
siswa dapat mengingat.
2) Sosiodrama, merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh kelompok untuk
melakukan aktifitas belajar memecahkan masalah individu sebagai makhluk
sosial.
26
3) Permainan simulasi (simulation games). Dalam pembelajarannya siswa
bermain peran sesuai dengan peran yang diberikan kepadanya.
Karakteristik metode simulasi:
1) Banyak digunakan pada pembelajaran IPS, PKN, dan Pendidikan Agama.
2) Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi.
3) Lebih banyak menuntut aktivitas siswa.
4) Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual.
5) Mengembangkan kemampuan siswa bermain peran.
6) Siswa akan menguasai konsep dan keterampilan intelektual, sosial dan
motorik dalam bidang yang dipelajarinya.
7) Siswa mampu belajar melalui situasi tiruan dengan sistem umpan balik.
Langkah-langkah metode simulasi:
1) Menetapkan topik simulasi.
2) Menetapkan kelompok dan topik yang akan dibahas.
3) Guru mengawali simulasi dengan memberi petunjuk tentang prosedur, teknik,
dan peran yang dimainkan.
4) Mendiskusikan proses, peran, teknik, dan prosedur.
5) Kesimpulan dan saran.
Prasyarat mengoptimalkan metode simulasi;
Kemampuan guru yang perlu diperhatikan agar metode simulasi berjalan dengan
baik:
1) Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur, dan peran
yang akan dilakukan.
2) Mamapu memberikan ilustrasi.
3) Mampu menguasai peran yang dimaksud dalam simulasi.
4) Mampu mengamati simulasi yang dilakukan siswa.
Kemampuan siswa yang harus diperhatikan agar simulasi berjalan dengan baik:
1) Kondisi, minat, perhatian, dan motivasi siswa.
2) Pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan.
3) Kemampuan berkomunikasi dan berperan.
Anitah. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Kemdiknas
27
Tabel 6. Kelebihan dan Kelemahan metode simulasi (Wina, 2006: 160)
Kelebihan Kelemahan1. Simulasi dapat dijadikan sebagai
bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topic yang disimulasikan.
3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
e. Metode Eksperimen
Menurut KBBI eksperimen adalah: percobaan yang bersistem dan berencana
(untuk membuktikan kebenaran suatu teori dsb). Metode eksperimen adalah metode
pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih
melakukan suatu proses atau percobaan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000). Menurut
Roestiyah (2001:80), metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa
melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru.
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan
metode pembelajaran yang dalam pembahasan dan penyajian materinya dilakukan
melalui percobaan. Melalui metode ini guru atau siswa mencoba mengerjakan
sesuatu serta mengamati proses dan hasil proses itu dengan menggunakan alat-alat
praktikum agar siswa mendapat kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri.
Setiap kegiatan eksperimen harus dilakukan secara sistemik dan sistematis
dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, kajian hasil, dan laporan. Metode
28
eksperimen dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok di dalam kelas, di luar
kelas, atau di laboratorium. Dalam pelaksanaannya, metode eksperimen biasanya
digunakan secara bersamaan dengan metode demonstrasi.
Karakteristik metode eksperimen
1) Menuntut adanya peralatan/alat bantu percobaan
2) Mengutamakan aktivitas siswa
3) Guru cenderung lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilisator
4) Siswa memperoleh kemampuan sikap ilmiah
Kemampuan yang harus dimiliki guru dan siswa agar metode eksperimen berhasil
dengan baik.
Kemampuan guru:
1) Mampu mengelola kelas dengan baik
2) Mampu menciptakan kondisi pembelajaran eksperimen secara efektif
3) Mampu membimbing siswa mulai dari perencanaan hingga laporan
4) Menguasai konsep yang dieksperimenkan
5) Mampu memberikan penilaian proses.
Kemampuan siswa:
1) Memiliki perhatian, minat belajar , dan motivasi
2) Mampu melakukan eksperimen
3) Memiliki sikap tekun dan ketelitian yang tinggi
4) Mampu membuat laporan eksperimen
Tabel 7. Kelebihan dan Kelemahan metode eksperimen
Kelebihan Kelemahan1. Mendorong rasa keingintahuan
siswa2. Siswa terbiasa bekerja secara
mandiri atau kelompok3. Siswa lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
4. Membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan dengan penemuan baru
5. Melatih siswa bekerja ilmiah.
1. Lebih sesuai untuk mata pelajaran sains
2. Memerlukan peralatan/bahan dan biaya
3. Menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan
4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
5. Memerlukan waktu yang relatif lama
6. Hanya sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen
7. Banyak guru dan siswa yang belum terbiasa dengan metode ini
29
f. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan adalah metode mengajar dengan cara memberi
latihan kepada siswa secara berulang dan mengajak siswa langsung ke tempat latihan
keterampilan untuk melihat dan mengetahui bagaimana cara membuat, cara
menggunakannya, apa manfaatnya, apa fungsinya dan sebagainya.
Metode yang terbilang sering digunakan guru terutama pada kelas khusus atau
jika ada materi yang akan disampaikan melalui latihan berulang ini bertujuan agar
siswa menguasai suatu keterampilan (kebiasaan dan pola) melalui latihan, oleh
karena itu penggunaan metode ini menuntut perhatian yang serius dari guru terhadap
aktivitas seluruh siswa. Keterampilan yang dimaksud bukan saja tentang fisik
(motorik), tetapi menyangkut psikis (kecakapan mental).
Metode ini dapat digunakan guru saat melatih siswa menulis, melafalkan huruf,
membuat dan menggunakan peralatan, melakukan operasi hitung perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, membaca tanda-tanda/simbol, dan
sebagainya. Dengan melakukannya secara berulang siswa akan memiliki ketepatan
dan kecepatan (semakin terampil).
Karakterisrik metode latihan keterampilan.
1) Memerlukan perencanaan yang matang.
2) Memerlukan keahlian dan keterampilan yang lebih dari guru.
3) Dapat memanggil narasumber ahli untuk membantu guru mengajarkan siswa
membuat hasil karya..
4) Menentukan jenis latihan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan
siswa.
5) Melatih keterampilan secara berulang hingga dikuasai oleh siswa.
6) Bertujuan membentuk kebiasaan dan pola pada siswa.
Tabel 8. Kelebihan danKelemahan metode keterampilan
Kelebihan Kelemahan4. Mengembangkan kecakapan
mental, seperti dalam operasi hitung, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
5. Membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan (lebih
1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa karena lebih banyak diarahkan hingga kadang-kadang jauh dari pengertian.
2. Menyebabkan penyesuaian secara statis/pasif terhadap lingkungan.
3. Pembelajaran bisa menjadi
30
Kelebihan Kelemahanterampil).
6. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
monoton dan mudah membosankan siswa.
4. Dapat menimbulkan verbalisme (karena banyaknya hafalan).
5. Memerlukan waktu yang relatif lama.
6. Tidak sesuai untuk jumlah siswa yang banyak.
g. Metode Observasi
Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang
mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi siswa akan
mrasa tertantang mengeksplorasi rasa keingin tahuannya tentang fenomena dan
rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan
pengamatan langsung kepada obyek yang akan dipelajari. Sehingga siswa
mendapatkan fakta berbentuk data yang obyektif yang kemudian dianalisa sesuai
tingkat perkembangan siswa.
Manfaat Metode Observasi
Metode observasi sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa.
Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisa
dengan materi pembelajaran yang dibawakan guru. Hal tersebut jarang terjadi pada
pola pembelajaran konvensional. Dalam pola pembelajaran konvensional sering guru
menyampaikan materi yang terkadang siswa mampu mengerjakannya akan tetapi
tidak tahu bahwa apa yang dikerjakannya tersebut berguna baginya dalam
mewujudkan kompetensi dirinya. Metode observasi membantu proses perkembangan
kognitif siswa yang terangsang melakukan adaptasi kognitif. Proses adaptasi kognitif
berupa akomodasi dan asimilasi. Manfaat yang lain adalah dalam rangka
menanamkan rasa cinta kepada lingkungan dan alam.
Metode observasi memiliki sejumlah keunggulan , di antaranya adalah :
1) Menyajikan media obyek secara nyata tanpa manipulasi
2) Mudah pelaksanaannya
3) Siswa akan merasa senang dan tertantang
4) Siswa akan memiliki motivasi dalam belajar
31
Metode observasi memiliki berbagai kelemahan di antaranya adalah :
1) Memerlukan waktu persiapan yang lama
2) Memerlukan biaya dan tenaga yang lebih besar dalam pelaksanaannya
3) Obyek yang diobservasi akan menjadi sangat kompleks ketika dikunjungi dan
mengaburkan tujuan pembelajaran.
E. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa
yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar (Syaiful Sagala, 2005).
Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan
perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan
belajar, buku-buku pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui
program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu
belajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara
berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.
Merujuk pada beberapa pendapat di atas, penulis memaknai model
pembelajaran dalam pembelajaran ini sebagai suatu rencana mengajar yang
memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat
kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola
pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan
perbuatan/kegiatan guru-peserta didik atau dikenal dengan istilah sintaks dalam
32
peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut
terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan
antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.
2. Karakteristik Model Pembelajaran
Bruce dan Weil (1980 dan 1992: 135-136) mengidentifikasi karakteristik
model pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut.
a. Sintaks
Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau tahap-tahap kegiatan
belajar yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model
tersebut dalam praktiknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran.
b. Sistem sosial
Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama guru-peserta didik dalam
pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama
lain dan jenis-jenis aturan yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan guru
bervariasi dalam satu model ke model pembelajaran lainnya. Dalam beberapa
model pembelajaran, guru bertindak sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar
(hal ini berlaku pada model yang terstruktur tinggi), namun dalam model
pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru dan peserta didik seimbang.
Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik.
c. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai
peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik.
Sebagai contoh, dalam suatu situasi belajar, guru memberi penghargaan atas
kegiatan yang dilakukan peserta didik atau mengambil sikap netral.
d. Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk
mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana,
misalnya alat dan bahan, kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.
e. Dampak pembelajaran langsung dan iringan
Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara
mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak
iringan adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses
33
pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung
oleh pebelajar.
3. Jenis-jenis Model Pembelajaran
a. Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam
bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah ‘lesson study’ sendiri diciptakan
oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas
guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka
agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a) Perencanaan
b) Praktek mengajar.
c) Observasi
d) Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2) Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu
membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar
teori yang menunjang.
3) Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar
di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4) Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran
sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap
observasi terlalui.
5) Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian
bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran
yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini
juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6) Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/pembelajaran
berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
b. Model Examples Non Examples
34
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-
contoh. Contoh-contoh didapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah dari model ini adalah :
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan / menganalisa gambar.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas.
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6) Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7) Kesimpulan.
c. Model Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Langkah-langkah pelaksanaan
model ini adalah :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Menyajikan materi sebagai pengantar.
3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi.
4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep /
materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7) Kesimpulan/rangkuman.
d. Model Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu model belajar dimana setiap siswa
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari siswa. Langkah-langkah dari model ini adalah :
35
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor.
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6) Kesimpulan.
e. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI)
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya
yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan
dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah dari model
pembelajaran ini adalah :
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal,
dan lain lain.)
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
f. Model Explicit Instruction (Pembelajaran Langsung)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat
diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Langkah-langkah dari model ini
adalah :
36
1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3) Membimbing pelatihan.
4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5) Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
g. Model Pembelajaran Inkuiri ( Inquiry Learning)
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu
(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembelajaran
ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Pembelajaran
inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.
Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.
2) Prinsip Interaksi.
3) Prinsip Bertanya.
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir.
5) Prinsip Keterbukaan.
Adapun langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
1) Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai
fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
2) Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini
melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan
menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
3) Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta
didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan
37
jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
4) Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi
dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu
kesimpulan.
5) Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah
atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau
menyajikan hasil temuannya.
h. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Model pembelajaran discovery learning adalah sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan materi pelajaran dalam bentuk final,
melainkan diharapkan mengorganisasi sendiri.
Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif
menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student
oriented.
Adapun langkah-langkah model discovery learning, yaitu :
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Dimana pertama- tama siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungan dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat
memulai kegiatan dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas lainnya yang mengarah kepada pemecahan masalah.
2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran. Kemudian siswa memilih salah satu rumusan masalah dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis.
3. Data collection (pengumpulan data)
Pada saat ini siswa melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidak hipotesisnya.
4. Data processing (pengolahan data)
38
Siswa mengolah data yang telah diperoleh baik melalui wawancara, studi
pustaka, eksperimen, ataupun observasi.
5. Verification (pembuktian)
Siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidak hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.
6. Generalization (menarik kesimpulan)
Siswa menarik kesimpulan dari semua hasil verifikasi.
Sistem penilaian dalam model discovery learning dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun non tes.
i. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Problem based learning adalah, metode mengajar yang menggunakan masalah
yang nyata, proses dimana siswa belajar, baik ingatan maupun keterampilan berpikir
kritis, problem based learning adalah metode mengajar dengan fokus pemecahan
masalah yang nyata, kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan laporan akhir.
Dengan demikian siswa didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran
dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1) Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan
peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran
salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau
menanya) terhadap malasalah kajian.
3) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik
melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka
menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data
yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik
mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan
dievaluasi
j. Model Pembelajaran Berbasis Projek (Projek Based Learning)
39
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah
model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Adapun langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut:
1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil
topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam.
2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline
untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3)
membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan
proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.
4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan
menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses
40
monitoring, dibuat sebuah rubric yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
5) Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama
menyelesaikan proyek.
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam sebuah model pembelajaran terdapat
strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan saintifik, metode dan
teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran.
Dengan menggunakan model-model pembelajaran dalam kurikulum 2013 yang
sesuai dengan pendekatan saintifik, diharapkan para peserta didik dapat memiliki
sikap religius dan sikap sosial, memiliki kemampuan pengetahuan, dan memiliki
keterampilan. Serta guru dapat lebih kreatif lagi dalam pengembangan model- model
yang diterapkan di dalam pembelajaran.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Implementasi Pendekatan Pembelajaran pada Kurikulum 2013
Dari observasi dan pengamatan yang dilakukan di SMP X, terlihat
bahwa guru masih banyak yang hanya menggunakan satu pendekatan dalam
mempersiapkan, melaksanakan, dan melakukan penilaian. Dari yang banyak
terebut, pada umumnya para guru lebih cenderung menggunakan pendekatan
individual. Padahal, pendekatan ini dalam pelaksanaannya membutuhkan
waktu yang cukup lama, serta motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan
karena perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh peserta didik
sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah diri atau minder dalam
pembelajaran. Hal ini tentu tidak efektif untuk pencapaian tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Seharusnya para guru lebih selektif dan bijak dalam memilih
pendekatan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Jangan hanya terpaku
kepada satu pendekatan pembelajaran. Terutama pada mata pelajaran fisika
yang materinya sangat beragam sifat dan karakternya. Pada dasarnya semua
pendekatan baik untuk digunakan. Tetapi, akan sangat baik apabila guru
menggunakan pendekatan yang beragam atau pendekatan variasi. Pendekatan
variasi ini di dalamnya terdapat berbagai macam pendekatan yang dapat
digunakan berbeda untuk setiap materi sesuai dengan sifat dan karakter dari
materi tersebut. Dengan kata lain dalam pendekatan variasi, semua jenis
pendekatan saling dibutuhkan dan bisa digunakan satu sama lain. Contohnya
di materi Fisika, pada saat mempelajari materi tata surya diperlukan
pendekatan keagamaan serta pendekatan lainnya. Pada materi pengukuran
dibutuhkan pendekatan kelompok, begitu juga dengan materi lain, setiap
materi memerlukan pendekatan yang berbeda pula untuk mengajarkannya.
38
39
Tabel9. Keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan
belajar dan maknanya
NoLangkah
PembelajaranKegiatan Belajar
Kompetensi yang Dikembangkan
1 Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)
Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
2 Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untukmendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.(dimulai dari pertanyaan faktual sampai kepertanyaan hipotetik)
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
3 Mengumpulkan informasieksperimen
Melakukan eksperimen Membaca sumber lain
selain buku teks Mengamati objek atau
kejadian Wawancara dengan
narasumber
Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengmbangkan kebiasaan belajar dan mengajar sepanjang hayat.
4 Mengasosiasikan atau mengolah informasi
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik tarbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari informasi dari berbagai
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan keammpuan berpikir induksi dan deduksi dalam menyimpulkan
40
NoLangkah
PembelajaranKegiatan Belajar
Kompetensi yang Dikembangkan
sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
5 mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya.
Mengembangan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
B. Perbandingan Metode-metode Pembelajaran
Sebagai metode pembelajaran, tentu dalam pelaksanaannya metode-metode
tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan tersebut dapat
dilihat pada matriks berikut.
Tabel 10. Perbandingan Metode
No.Metode
PembelajaranKelebihan Kelemahan
1. Metode Ceramah
1. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah berarti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, sedangkan mudah, memah ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
3. Ceramah dapat memberikan
1. Materi yang dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Sebab, apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
3. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah serig dianggap senagai metode yang
41
No.Metode
PembelajaranKelebihan Kelemahan
pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggungjawab guru yang memberikan ceramah.
5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
membosankan.4. Melalui ceramah, sangat
sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
2. Metode Diskusi
1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untung membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
3. Metode Simulasi
1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan
42
No.Metode
PembelajaranKelebihan Kelemahan
masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topic yang disimulasikan.
3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
di lapangan.2. Pengelolaan yang kurang
baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
4. Metode Eksperimen
1. Mendorong rasa keingintahuan siswa
2. Siswa terbiasa bekerja secara mandiri atau kelompok
3. Siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
4. Membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan dengan penemuan baru
5. Melatih siswa bekerja ilmiah.
1. Lebih sesuai untuk mata pelajaran sains
2. Memerlukan peralatan/bahan dan biaya
3. Menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan
4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
5. Memerlukan waktu yang relatif lama
6. Hanya sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen
7. Banyak guru dan siswa yang belum terbiasa dengan metode ini
5. Metode latihan keterampilan
1. Siswa menjadi lebih aktif dalam belajar.
2. Meningkatkan motivasi siswa.3. Menumbuhkan kecakapan
motoris seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan peralatan.
1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa karena lebih banyak diarahkan hingga kadang-kadang jauh dari pengertian.
2. Menyebabkan penyesuaian secara statis/pasif terhadap
43
No.Metode
PembelajaranKelebihan Kelemahan
4. Mengembangkan kecakapan mental, seperti dalam operasi hitung, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
5. Membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan (lebih terampil).
6. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
lingkungan.3. Pembelajaran bisa menjadi
monoton dan mudah membosankan siswa.
4. Dapat menimbulkan verbalisme (karena banyaknya hafalan).
5. Memerlukan waktu yang relatif lama.
6. Tidak sesuai untuk jumlah siswa yang banyak.
C. Perbandingan Model-model Pembelajaran
Berdasarkan penjelasan, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara model
discovery learning, problem based learning, project based learning, dan inquiry
adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Perbandingan Model-model Pembelajaran
Pembeda Discovery InquiryProblem Based
LearningProject Based
LearningPengertian Prosedur mengajar
yangmementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelumsampai kepada generalisasi.
Rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Suatu model pengajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran
Kelebihan 1. Mampu membantu siswa untuk mengembangkan,memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif
2. mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
1. Pembelajaran yang menekankan kepada pengembanganaspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
2. Dapat memberikan ruang kepada
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan
44
Pembeda Discovery InquiryProblem Based
LearningProject Based
Learningtersebut,
3. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut
4. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
5. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
6. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar peserta didik.
3. Sesuai dengan perkembangn psikologi modern
mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan
45
Pembeda Discovery InquiryProblem Based
LearningProject Based
Learningpeserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
Kekurangan
1. Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
2. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
3. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
4. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
5. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja ,
6. Kurang memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
1. Sulit mengotrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Sulit merencanakan pembelajaran oleh karenaterbentur dengan kebiasaan siswa dalambelajar.
3. Memerlukan waktu yang panjang untuk mengimplementasikannya
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan model ini.
2. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
4. Kurangnya waktu pembelajaran.
5. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak.
6. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan.
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
7. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
46
Pembeda Discovery InquiryProblem Based
LearningProject Based
Learning7. . dapat untuk
menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional.
8. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru.
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Sintak 1. Orientasi2. Identifikasi
Masalah3. Observasi4. Pengumpulan
Data5. Pengolahan Data
Dan Analisis6. Verifikasi7. Generalisasi
1. Orientasi2. Merumukan
Masalah3. Menyimpulka
n Hipotesis4. Mengumpulka
n Data5. Menguji
Hipotesis6. Kesimpulan
1. Merumuskan Masalah
2. Menganalisis Masalah
3. Merumuskan Hipotesis
4. Mengumpulkan5. Data6. Pengujian
Hipotesis7. 6.
Merumuskan Rekomendasi Pemecahan masalah
1. Penentuan pertanyaan mendasar.
2. Mendesain perencanaan proyek
3. Menyusun jadwal
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
5. Menguji hasil6. Mengevaluasi
pengalaman
D. Perbandingan Pendekatan, Metode, danModel Pembelajaran
Berdasarkan penjelasan, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara
pendekatan, metode, dan model pembelajaran terletak pada hal-hal berikut:
Tabel 12Komparabilitas Antara Pendekatan, Metode, Dan Model Pembelajaran
NoTerm
PembelajaranSisi Komparabilitas
1 Pendekatan pembelajaran
Lebih merupakan titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran yang sifatnya masih sangat umum; di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
47
2 Metode pembelajaran
Menekankan pada cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3 Model pembelajaran
Bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh, maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan
taktik pembelajaran.
Gambar 3. Model pembelajaran
Berdasarkan teori yang ada, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan
yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif,
kreatif dan menyenangkan.
E. RPP Satu Kali Pertemuan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri
48
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/semester : X/2
Materi Pokok/Topik : Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor
Sub Materi : Suhu dan Pemuaian
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan (2 JP)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
KI Kompetensi Dasar Indikator1. 1.1. Bertambah Keimanannya
dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.
1.1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui pengamatan suhu dan pemuaian
2. 2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli
2.1.1 Melakukan pengamatan/percobaan secara jujur, bertanggung jawab, disiplin dan kerja sama
49
KI Kompetensi Dasar Indikatorlingkungan) dalam aktivitas sehari-hari.
2.2. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi
2.1.2 Melaporkan hasil pengamatan/ percobaan secara teliti dan santun
3. 3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari
3.8.1.Menyebutkan pengertian pemuaian.
3.8.2.Menjelaskan peristiwa terjadinya pemuaian.
3.8.3.Membedakan pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian volume.
3.8.4.Menggambarkan pengaruh suhu terhadap pemuaian suatu benda
4. 4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor.
4.8.1 Membuat hasil laporan percobaan
C. Materi Pembelajaran
1. Suhu
Suhu merupakan suatu besaran yang menunjukkan ukuran derajat panas atau
tinginnya suatu benda. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur suatu benda disebut
termometer. Zat cair yang umumnya digunakan dalam termometer adalah air raksa
karena air raksa memiliki keunggulan dibandingkan yang lainnya. Selain air raksa juga
ada alkohol, tetapi alkohol hanya bisa mengukur suhu rendah yakni hingga titik beku -
144oC, sementara untuk suhu tinggi tidak bisa karena titik didih alkohol hanya 78oC.
1. Skala pada Beberapa Termometer
a. Termometer skala Celcius
Memiliki titik didih air 100°C dan titik bekunya 0°C. Rentang temperatur nya
berada pada temperatur 0°C – 100°C dan dibagi dalam 100 skala
50
b. Temometer skala Reamur
Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.
tC=54
tR ataut R=54
tC
c. Termometer skala Fahrenheit
Memiliki titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180 skala.
tC=59
(tF−32 ) atau tF=95
tC (+32 )
d. Termometer skala Kelvin
Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 273,15 K – 373,15 K dan dibagi dalam
100 skala.
t oC= (t +273 ) K atautK=t−273C
Mengkonfersikan suhu
X−X0
Xmax−Xmin
=Y −Y 0
Y max−Y min
2. Pemuaian Zat
Pemuaian adalah bertambah besarnya ukuran suatu benda karena kenaikan
suhu yang terjadi pada benda tersebut. Peristiwa pemuaian banyak ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari seperti pemasangan kawat pada tiang listri. Kawat sengaja
dipasang longgar saat musim panas agar saat musim dingin kawat tidak putus. Begitu
juga pada pemasangan batang rel kereta api yang diberi celah, hal itu bertujuan untuk
menghindari rel kereta api melengkung saat siang hari. Pemuaian digolongkan
menjadi tiga macam yaitu:
a. Pemuaian Panjang
lt=lo (1+α . ∆ t )
b. Pemuaian Luas
At=Ao (1+β . ∆ t )
c. Pemuaian Volume
V t=V o (1+γ . ∆t )
51
D. Kegiatan Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan
Sintaks Problem
based learning
Pendekatan
Metode Alat dan BahanAlokasi WaktuMengamati Menanya
Mengumpulkan data/informasi
Mengasosiasi Mengomuni-kasikan
KEGIATAN PENDAHULUANGuru mengajak peserta didik berdoa sebelum pembelajaran dimulai
Siswa berdoa bersama dengan guru
10’
Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran
Siswa mengamati kondisi kelas (bangku, meja) dan merapikannya
Siswa memberitahu guru jika ada temannya yang tidak hadir
Guru melakukan review materi pembelajaran yang sebelumnya
Siswa mengamati materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya
Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang materi sebelumnya
Siswa membaca buku sumber yang berkaitan dengan materi yang akan direview
Siswa melakukan penalaran terhadap materi yang akan direview
Siswa memaparkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya
Tanya jawab
Guru menyampaikan
Siswa mengamati
Peserta didik bertanya kepada
Peserta didik membaca pada
Peserta didik mengolah
Ceramah
Deskripsi KegiatanSintaks Problem
based learning
PendekatanMetode Alat dan Bahan
Alokasi WaktuMengamati Menanya
Mengumpulkan data/informasi
Mengasosiasi Mengomuni-kasikan
tujuan pembelajaran dan cakupan materi pembelajaran
tujuan dan cakupan materi pembelajaran
guru jika ada tujuan dan cakupan materi pembelajaran yang kurang dipahami
buku sumber cakupan materi pembelajaran yang akan dibahas
informasi yang diberikan oleh guru
Guru menyiapkan LKS untuk diskusi kelompok dan membagi peserta didik dalam kelompok
Siswa mengamati LKS yang dibagikan guru
Siswa bertanya kepada guru jika ada petunjuk dalam LKS yang kurang dipahami
Siswa mencari sumber yang relevan dengan LKS yang diberikan guru
KEGIATAN INTIMengorientasi peserta didik pada masalah
Guru menampilkan gambar-gambar rel kereta api memuai, sambungan jembatan yang memiliki ruang muai, dan kabel listrik yang dibuat
Siswa bertanya berdasarkan gambar yang diamati
Mencari informasi tentang kondisi rel kereta api memuai, sambungan jembatan yang memiliki ruang muai, dan kabel listrik yang dibuat
Peserta didik menganalisis gambar yang diamati
Mempresentasikan/menyampaikan hasil analisis terhadap gambar rel kereta api memuai, sambungan jembatan yang memiliki ruang
ObservasiDiskusi
Proyektor Laptop Power point
10’
Deskripsi KegiatanSintaks Problem
based learning
PendekatanMetode Alat dan Bahan
Alokasi WaktuMengamati Menanya
Mengumpulkan data/informasi
Mengasosiasi Mengomuni-kasikan
melengkung melengkung muai, dan kabel listrik yang dibuat melengkung
Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
Peserta didik mengamati gambar pemuaian yang ada di LKS
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang permasalahan yang ditemukan
Guru membimbing peserta didik untuk menemukan masalah yang terdapat pada gambar atau berita yang berhubungan dengan suhu dan pemuaian
Peserta didik mencari gambar lain yang relevan dengan gambar pemuaian dalam LKS dari buku sumber lain
Peserta didik memikirkan masalah berdasarkan gambar yang diamati
Peserta didik menyampaikan permasalahan yang ditemukan dari hasil pengamatan terhadap gambar yang ada pada LKS
ObservasiTanya jawab
Diskusi
10’
Deskripsi KegiatanSintaks Problem
based learning
PendekatanMetode Alat dan Bahan
Alokasi WaktuMengamati Menanya
Mengumpulkan data/informasi
Mengasosiasi Mengomuni-kasikan
yang ada pada LKS. Misalnya: kenapa kabel listrik melengkung ?
Membimbing Penyelidikan Mandiri
Peserta didik mengamati alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan
Peserta didik bertanya pada guru jika ada prosedur percobaan yang kurang dipahami
Guru membimbing peserta didik melakukan percobaan Fisika secara berkelompok
Guru membimbing peserta didik untuk melakukan prosedur percobaan dengan aman dan benar, tanpa takut salah sesuai prosedur yang ada pada LKS
Peserta didik memikirkan cara melaksanakan percobaan yang tepat berdasarkan prosedur yang ada di dalam LKS
Peserta didik berdiskusi sambil melaksanakan percobaan
ObservasiTanya jawabEksperimen
Diskusi
Alat Musschenbroek
Batang logam 3 macam ( besi,aluminium,tembaga) dengan ukuran sama
Pembakar spiritus
Stop-watch
30’
Deskripsi KegiatanSintaks Problem
based learning
PendekatanMetode Alat dan Bahan
Alokasi WaktuMengamati Menanya
Mengumpulkan data/informasi
Mengasosiasi Mengomuni-kasikan
Mengembangkan dan Menyajikan Karya
Peserta didik mengamati hasil percobaan yang telah didapatkan
Peserta didik bertanya kepada guru jika ada konsep yang kurang dipahami
Peserta didik mencari informasi dalam sumber belajar untuk membantu dalam mengolah hasil pengamatan
Peserta didik mengolah hasil pengamatan
Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan yang telah didapatkan
Tanya jawabDiskusi
10’
Analisis dan Evaluasi
Peserta didik mengamati hasil diskusi yang dipresentasikan
Peserta didik melakukan tanya jawab setelah selesai presentasi
Peserta didik membaca sumber yang relevan jika masih ada materi yang kurang dipahami
Peserta didik melakukan penalaran terhadap hasil diskusi yang dipresentasikan
Guru meminta peserta didik membuat laporan tertulis percobaannya, meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil dan mengarahkan peserta didik pada kesimpulan mengenai percobaan yang dilakukan.
Tanya jawab 10’
KEGIATAN PENUTUP
Deskripsi KegiatanSintaks Problem
based learning
PendekatanMetode Alat dan Bahan
Alokasi WaktuMengamati Menanya
Mengumpulkan data/informasi
Mengasosiasi Mengomuni-kasikan
Guru dan peserta didik menyimpulkan tentang materi yang dipelajari pada pertemuan tersebut
Peserta didik mengamati LKS dan buku sumber lain yang relevan
Peserta didik bertanya jawab dengan guru untuk menyimpulkan materi pembelajaran
Peserta didik membaca LKS untuk membantu dalam menyimpulkan materi pembelajaran
Peserta didik memikirkan kesimpulan dari materi pembelajaran
Peserta didik memaparkan kesimpulan dari materi pembelajaran
CeramahTanya jawab
10’
Peserta didik melakukan refleksi serta penugasan mandiri
Peserta didik mengamati hasil yang didapatkan dari awal hingga akhir pembelajaran
Peserta didik bertanya kepada guru jika masih ada yang kurang dipahami dari hasil pembelajaran yang didapatkan
Peserta didik membaca kembali hasil yang didapatkan dari awal hingga akhir pembelajaran
Peserta didik mengerjakan tugas mandiri yang diberikan oleh guru
Peserta didik memaparkan hasil refleksi setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran
Tanya jawab
Guru menyampaikan cakupan besar materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya
Peserta didik mengamati materi pembelajaran yang ditampilkan oleh guru
Peserta didik bertanya jika ada materi yang masih kurang jelas
Peserta didik membaca buku sumber yang relevan terhadap materi pembelajaran
Peserta didik mengolah informasi yang diberikan oleh guru
Ceramah
E. Penilaian Pembelajaran, Remedial dan Pengayaan
1. Jenis dan Teknik Penilaian
Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Jenis dan teknik penilaian yang
digunakan adalah tes dan non tes:
a. Pengamatan (Penilaian Sikap)
b. Unjuk Kerja (Penilaian Ketrampilan)
c. Tes Tertulis (Penilaian Pengetahuan)
2. Bentuk Instrumen dan Instrumen
a. Lembar Pengamatan Sikap
b. Lembar Pengamatan Diskusi
c. Tes Uraian
a. Instrumen Penialaian Aspek Sikap
1) Penilaian Aspek Sikap Spiritual
No. Nama Peserta didik
Aspek yang dinilaiSkor NilaiA B C
1
2
Aspek yang dinilai
A. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu.
B. Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
C. Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi
2) Lembar Penilaian Sikap Sosial Peserta didik
No Nama Peserta
Aspek yang dinilai
Skor
Nilai
Tanggung jawab
Jujur
Santun
Disiplin
Kerja sama
59
did
1
2
Aspek yang dinilai
a) Tanggung jawab Indikator Penilaian
a. Melakukan observasi dengan penuh konsentrasi.
b. Melakukan observasi dengan tahapan yang disepakati.
c. Menyelesaikan tugas menulis hasil observasi sampai selesai.
b) Jujur indikator penilaian
a. Mendapatkan data observasi tanpa menyontek data teman.
b. Melaporkan data atau informasi apa adanya.
c. Tidak menyontek ketika mengerjakan kuis/ tugas/ ujian.
c) Santun indikator penilaian
a. Mengacungkan tangan untuk meminta kesempatan menanggapi.
b. Menanggapi laporan teman dengan intonasi datar dan ekpresi wajah
ramah.
c. Menanggapi laporan teman dengan kata-kata yang tidak menyinggung
perasaan teman.
d) Disiplin indikator penilaian
a. Masuk dan mengumpulkan tugas tepat waktu.
b. Mengerjakan tugas yang diberikan.
c. Mengikuti pratikum/ diskusi sesuai dengan langkah yang ditetapkan.
e) Kerja sama indikator penilaian
a. Aktif dalam kerja kelompok.
b. Suka menolong teman/orang lain.
c. Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan.
Keterangan
Sk
selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
or 4
Skor 3 sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang- kadang tidak melakukan
Skor 2 kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
Skor 1 tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
skor diperolehskor maksimal
x 4=skor akhir
b. Instrumen Penilaian Keterampilan
No Aspek yang dinilaiPenilaian
1 2 3
1Merumuskan pertanyaan/masalah
2Melakukan pengamatan atau penyelidikan
3 Menafsirkan data4 Mengkomunikasikan
Rubrik Penilaian Aspek Keterampilan
NoAspek yang
dinilaiPenilaian
1 2 31 Merumuskan
pertanyaan/masalah
Masalah tidakdirumuskan
Perumusan masalahdilakukan denganbantuan guru
Perumusan masalahdilakukan secaramandiri (individualatau kelompok)
2 Melakukan pengamatan atau penyelidikan
Pengamatan tidak cermat
Pengamatan cermat, tetapi mengandunginterpretasi (tafsiran terhadap pengamatan
Pengamatan cermatdan bebas interpretasi
3 Menafsirkan Tidak Melakukan Melakukan
data melakukan penafsiran data
analisisdata, namuntidak melakukanupaya mengaitkanantarvariabel
analisis danmencoba mengaitkanantarvariabel yangdiselidiki (ataubentuk lain, misalnyamengklasifikasi)
4 Mengkomunikasikan
Dilakukan secara lisan
Lisan dan tertulis, namun tidak dipadukan
Memadukan hasil tertulis sebagai bagiandari penyajian secara lisan
Kriteria penilaian
Nilai= jumlahskor yangdiperolehskor maksimum
x100
c. Intrumen Soal Pengetahuan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan suhu dan pemuaian?
2. Sebuah kolam pemandian air panas saat diukur menggunakan
termometer Celcius menunjukan 80º C. Menurut termometer Reamur -
Fahrenheit - Kelvin ?
3. Plat besi luasnya 4 m2pada suhu 200C. Bila suhunya dinaikan menjadi
1000C, hitung luasnya sekarang!
4. Pada termometer buatan memiliki titik bekunya 20oC dan titik didihnya
160C. Apabila suhu suatu benda 30oC, maka berapakah suhu benda bila
diukur menggunakan termometer buatan?
5. Sebuah rel kereta api memiliki panjang batang 10 meter saat suhu udara
mencapai 22oC. Apabila jarak tiap batang baja sebesar 5x10 -3meter, maka
apakah yang akan terjadi pada rel kereta api saat suhu mencapai 72oC?
Melengkung atau tetap lurus? Jelaskanlah!
F. MEDIA/ALAT,BAHAN DAN SUMBER BELAJAR
1. Media : Komputer dan LCD
2. Sumber Belajar
- Hari Subagya. 2014. Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta: Bumi Aksara.
- LKS suhu dan pemuaian
3. Alat dan Bahan
- Muschenbrook
- Batang Besi, Aluminium, Tembaga
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum
perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga
tercapai sasaran belajar.
2. Adapun tipe-tipe pendekatan pembelajaran yaitu, pendekatan pembelajaran
kontekstual, pendekatan pembelajaran konstruktivisme, pendekatan
pembelajaran deduktif, pendekatan pembelajaran induktif, pendekatan
pembelajaran proses, pendekatan pembelajaran konsep, serta pendekatan
pembelajaran sains, teknologi dan masyarakat.
3. Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran
yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik
secara individual atau secara kelompok.
4. Adapun jenis-jenis metode pembelajaran yaitu, metode ceramah, metode
diskusi, metode kelompok, metode demosntrasi, dan metode simulasi.
5. Model pembelajaran adalah suatu rencana mengajar yang memperlihatkan
pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-
peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan
yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
6. Model pembelajaran terdiri dari model pembelajaran Lesson Study, Examples
Non Examples, Picture and Picture, Numbered Heads Together, Cooperative
Script, Berdasarkan Masalah,discovery learning, inquiry, problem based
learning, dan project based learning.
B. Saran
Adapun saran penulis setelah menulis makalah ini, adalah:
Dari bermacam-macam pendekatan, metode, dan model-model dalam proses
belajar mengajar, diharapkan pendidik/ guruhendaknya mampu memaksimalkan
dan mempraktekkannya untuk mengatasi semua permasalahan yang muncul
dalam upaya membentuk kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh
hasil yang memuaskan dan mampu menciptakan generasi bangsa yang
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Ginting. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.
Anonim, 2012 http://citratyas.wordpress.com/2012/01/08/pendekatan-metode-strategi-dan-teknik-pembelajaran-pendidikan/(diakses tanggal 26 September 2015)
Ahmad Sabri. 2005. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching.
Agus Ruslan. 2007. Pendidikan Usia Dini yang Baik, Landasan Keberhasilan Pendidikan Masa Depan, Makalah. Bandung: Darul Ma’arif.
Beyer, Barry K. 1991. Teaching Thinking Skill: A Handbook for Elementary School Teachers. New York, USA: Allyn & Bacon.
Conny Semiawan, dkk. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta.Jakarta.Hafni Ladjid. 2005.Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Quantum Teaching.Hari Subagya, Insih Wilujeng. 2013. Buku Guru Fisika SMA X. Bumi Aksara:
Jakartahttps://btqsman1grati39.wordpress.com/2013/06/28/pendekatan-strategi-dan-model-
pembelajaran/( diakses tanggal 26 September 2015)Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Indrawati. 1999. Keterampilan Proses Sains Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis.
DEPDIKBUD. Bandung.Kemendikbud. 2013. Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Mata
Pelajaran Fisika SMA/SMK. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemdikbud. 2013. Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tentang Implementsi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2003.Proses belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Kenegaraan. Jakarta.
Rahman, T. 2006. Pendekatan dan metode dalam Program Pembelajaran Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
Rusman, Model-model Pembelajaran ; Mengembangkan profesionalisme guru, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2012.
Sanjaya, Wina.2008.Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, Jakarta : Kencana prenada Media Group
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada.Sukardi, Ismail. 2011. Model dan Metode Pembelajaran Modern: Sebuah Pengantar.
Palembang: TUNAS GEMILANG.Subiyanto. 1988. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dirjendikti
Depdikbud.Susilowati. 2013. Membelajarkan IPA dengan Integrative Science Tinjauan
Scientific Process Skills dalam Implementasinya Pada Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan IPA: 98-100. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Supriyadi. 2008. Seri Strategi Dan Managemen Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Tempelsari Books Co.
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu pendekatan teoritis psikologis). Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.Tobing, Rangke L, Setia Adi, Hinduan. 1990. Model-Model mengajar Metodik
Khusus Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam Sekolah Dasar. Makalah dalam penataran Calon Penatar Dosen Pendidikan Guru SD (Program D-II).
Wilkins, Robert A. 1990. Model Lessons Bridging the gap between models of teaching and classroom application. Curtin University of Technology.
Wina Sanjaya. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Yatim Riyanto, Paradigma baru pembelajaran, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009),135.