makalah lan ped

16

Click here to load reader

Upload: edison-mohammad-zun

Post on 26-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dimanapun di dunia ini terdapat masyarakat manusia dan disana pula terdapat pendidikan. Perbedaan falsafah hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa menyebabkan adanya perbedaan penyelenggaraan tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu bangsa atau masyarakat.

Dalam dunia pendidikan perlu adanya evaluasi agar proses pendidikan yang sedang berlangsung dapat berjalan sesuai dengan harapan. Pendidikan erat kaitannya dengan memperbaiki kepribadian dalam diri seseorang. Kepribadian tersebut meliputi segala tingkah laku dalam bersikap, beragama, kecerdasan, serta jati diri yang ada di dalam diri seseorang. Evaluasi dalam dunia pendidikan dimaksudkan untuk mensurvei segala bentuk kegiatan yang ada di dalam proses pendidikan tersebut. Jika dievaluasi maka proses pendidikan sejalan dengan hasil baik kedepannya.Proses evaluasi itu sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan karena evaluasi menjadi tolak ukur bagaimana pendidikan itu berjalan, apakah sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan atau masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa yang menjadi makna dan tujuan evaluasi pendidikan?2. Materi esensial yang seperti apa yang terdapat dalam evaluasi pendidikan?3. Apa sajakah yang menjadi jenis-jenis model evaluasi pendidikan?4. Apa sajakah yang menjadi prinsip-prinsip pedagogis dalam evaluasi pendidikan?C. Tujuan Penulisan

Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan makna dan tujuan evaluasi pendidikan.

2. Mengetahui materi esensial dalam evaluasi pendidikan.

3. Menguraikan jenis-jenis model evaluasi pendidikan.

4. Menjelaskan prinsip-prinsip pedagogik dalam evaluasi pendidikan.

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG PERSPEKTIF PEDAGOGIK

DALAM EVALUASI PENDIDIKANA. Makna dan Tujuan Evaluasi Pendidikan

Ada bermacam-macam pengertian evaluasi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Sudjana (2009:111), pada dasarnya evaluasi adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Menurut Sutikno (2009:117), evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui kedaan suatu objek dengan menggunakan dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh simpulan. Menurut Ratumanan (2003: 1), evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian. Menurut Ralph Tyler (dalam Arikunto, 2011: 3) mengatakan bahwa Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. (Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT.Al-Ma'arif , t. Th), cet. Ke-1, h. 20)Jika evaluasi dikaitkan dengan pendidikan maka evaluasi pendidikan memiliki dua konsep pengertian. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudijono (1996: 2) bahwa evaluasi pendidikan adalah : 1) Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan; 2) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan. Kesimpulan yang dapat diambil melalui beberapa konsep pengertian di atas, evaluasi pendidikan adalah suatu proses sistematis yang mengukur, menelaah, menafsirkan, dan mempertimbangkan sekaligus memberikan umpan balik (feed back) untuk mengetahui tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan serta digunakan sebagai informasi untuk membuat keputusan.

Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 21, tentang Sistem Pendidikan Nasional, evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelengggaraan pendidikan.

Tujuan evaluasi pendidikan ini dilakukan untuk menilai pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan, untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dan untuk mengetahui keefektifan proses belajar-mengajar yang telah dilakukan oleh guru.

B. Materi Esensial dalam Evaluasi PendidikanC. Jenis-jenis Model Evaluasi PendidikanPada konteks pembelajaran, evaluasi pada umumnya berorientasi pada tujuan pendidikan yang di dalamnya mencakup beberapa macam tujuan termasuk tujuan pendidikan nasional, tujuan institusi, tujuan instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus yang di dalamnya mengandung penampilan (Performance). Ada beberapa model evaluasi yang dikenal dan digunakan untuk mengevaluasi di bidang pendidikan di antaranya sebagai berikut:

1. Model CIIP (Context, input, process, product)Evaluasi konteks (context) dimaksud untuk menilai kebutuhan, masalah, asset dan peluang guna membantu pembuat kebijakan menetapkan tujuan dan prioritas. Serta membantu kelompok mengguna lainya untuk mengetahui tujuan, peluang dan hasinya. Evaluasi masukan (input) dilaksanakan untuk menilai alternative pendekatan, rencana tindak, rencana staf dan pembiayaan bagi kelangsungan program dalam memenuhi kebutuhan kelompok sasarn serta mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi ini berguna bagi pembuat kebijakan untuk memilih rancangan, bentuk pembiayaan, alokasi sumber daya, pelaksana dan jaduwl kegiatan yang sesuai bagi kelangsungan program.Evalusi proses (process) ditujukan untuk menilai implementasi dari rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam menjalankan kegiatan dan kemudian akan dapat membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui program kerja dan memperkirakan hasilnya. Evaluasi hasil (product) dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menilai hasil yang dicapai-yang diharapkan dan tidak diharapkan, jangka pendek dan jangka panjang, baik bagi pelaksana kegiatan agar dapat memfokuskan diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi pengguna lainnya dalam menghimpun upaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sasaran. Evaluasi hasil ini dapat dibagi kedalam penilaian terhadap dampak, efektivitas, keberlanjutan, dan daya adaptasi (Stufflebeam et. Al.,2003)

2. Model KesenjanganEvaluasi model kesenjangan (discrepancy model) menurut provus (dalam Fernandes, 1984) adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku (standard) yang sudah ditentukan dalam program dengan kinerja (performance) sesungguhnya dari program tersebut. Baku adalah kriteria yang ditetapkan, sedangkan kinerja adalah hasil pelaksanaan program. Sedangkan kesenjangan yang yang dapat dievaluasi dalam program pendidikan meliputi:

1) Kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan program.

2) Kesenjangan antara yang diduga atau diramalkan akan diperoleh dengan yang benar-benar direalisasikan.

3) Kesenjangan antara status kemampuan dengan standar kemampuan yang ditentukan.4) Kesenjangan tujuan.

5) Kesenjangan mengenai bagian program yang dapat diubah.6) Kesenjangan dalam system yang tidak konsisten. Oleh karena itu model evaluasi ini memiliki lima tahap yaitu desain, instalasi, proses, produk dan membandingkan.

3. Model Evaluasi FormatifDalam bukunya Arikunto (2009: 36), formatif berasal dari kata farm yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengadakan penyesuaian di dalam kegiatan pendidikan begitu muncul kebutuhan, entah penyesuaian tersebut berkaitan dengan personal, materi, fasilitas atau berkaitan dengan objektif pembelajaran, atau bahkan dengan sikap diri sendiri.Lingkup evaluasi formatif pada umumnya dibatasi oleh luas serta jangka waktu suatu pengalaman belajar. Misalnya dikelas atau saat lokakarya tetapi harus cukup rinci memasukkan sebanyak mungkin aspek pengalaman belajar sementara pembelajaran berjalan. Perilaku peserta didik, perilaku pengajar, interaksi pengajar-peserta didik, tanggapan peserta didik terhadap materi, dan metode pengajaran serta karakteristik lingkungan, semuanya merupakan aspek dari pengalaman belajar di dalam lingkup evaluasi formatif (proses) (Susan B. Bastable, 2002).

4. Model Evaluasi Sumatif (Hasil)Dalam Arikunto (2009: 38), evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Tujuannya adalah menjumlahkan apa yang terjadi sebagai hasil dari pendidikan . Lingkup evaluasi hasil sebagian tergantung pada perubahan yang akan di ukur yang pada gilirannya bergantung pada objektif yang sudah ditetapkan bagi kegiatan pendidikan itu. Evaluasi sumatif (hasil) berfokus pada jangka waktu yang lebih panjang. Karena lebih banyak membutuhkan keahlian untuk mengembangkan strategi pengukuran dan pengumpulan data, lebih banyak waktu untuk melakukan evaluasi, memerlukan pengetahuan tentang penyusunan data dasar dan kemampuan untuk melakukan perbandingan data yang dapat dipercaya dan valid setelah pengalaman belajar terjadi (Susan B. Bastable, 2002).

5. Model PengukuranModel ini dapat dipandang sebagai model yang tertua didalam sejarah evaluasi dan telah banyak dikenal didalam evaluasi pendidikan. Sesuai dengan namanya model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran didalam proses evaluasi pendidikan. Pengukuran menurut model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian kuantitas atau jumlah. Jumlah ini akan menentukan besarnya (magnitude) objek, orang ataupun peristiwa-peristiwa yang dilukiskan dalam unit-unit ukuran tertentu. Dalam hubungan dengan evaluasi program pendidikan di sekolah. Model ini menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa pada masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan tes (Dyer, 1960). Hasil belajar yang dijadikan objek evaluasi disini terutama adalah hasil belajar dalam bidang pengetahuan (kognitif) yang mencakup berbagai tingkat pengetahuan seperti kemampuan ingatan, pemahaman aplikasi dan sebagainya, yang evaluasinya dapat dilakukan secara kuantitatif-objektif dengan menggunakan prosedur yang distandarisasikan. Sehubungan dengan itu alat evaluasi yang lazim digunakan didalam model evaluasi ini adalah tes tertulis atau paper-and-pancil test. Secara lebih khusus lagi bentuk tes yag biasanya digunakan adalah bentuk tes objektif, yang soalnya berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan semacamnya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).

6. Model PersesuaianTyler menggambarkan pendidikan sebagai suatu proses yang didalamnya terdapat tiga hal yang perlu dibedakan, yaitu tujuan pendidikan, pengalaman belajar, dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi pada dasarnya dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai efektifitas kurikulum atau program pengajaran yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya. Mengingat tujuan-tujuan pendidikan itu mencerminkan perubahan-perubahan perilaku yang diinginkan pada anak didik, maka yang paling penting dari proses evaluasi adalah memeriksa sejauh mana perubahan-perubahan perilaku yang diinginkan itu terjadi (Tyler, dalam Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).Langkah-langkah evaluasi yang perlu ditempuh didalam proses evaluasi menurut model yang kedua ini Tyler mengajukan 4 langkah pokok yaitu:

a. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. Karena evaluasi diadakan untuk memeriksa sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu sudah dapat dicapai, perlu masisng-maing itu diperjelas rumusannya sehingga memberikan arah yang lebih tegas didalam proses perencanaan evaaluasi yang dilakukan.

b. Menetapkan test situation yang diperlukan. Dalam langkah ini ditetapkan jenis-jenis evaluasi yang akan memungkinkan para siswa untuk memperlihatkan perilaku yang akan dinilai tersebut. Situasi-situasi yang dimaksudkan dapat berbentuk demonstrasi, memecahkan persoalan-persolan tertulis memimpin kegiatan kelompok dan sebagainya.

c. Menyusun alat evaluasi. Berdasarkan rumusan tujuan dan test situation yang telah dikembangkan dalam langkah-langkah sebelumnya kini dapat ditetapkan dan disusun alat-alat evaluasi yang cocok untuk digunakan dalam menilai jenis-jenis perilaku yang tergambar dalam tujuan tersebut.

d. Menggunakan hasil evaluasi. Setelah tes dilaksanakan hasilnya diolah sedemikian rupa agar dapat memenuhi tujuan diadakannya evaluasi tersebut, baik untuk kepentingan bimbingan siswa maun untuk perbaikan program.

Karena setiap program pendidikan menyangkut tujuan yang hendak dicapai, akan lebih tepat jika hasil evaluasi tidak dinyatakan dalam bentuk keseluruhan test tapi dalam bentuk hasil bagian demi bagian dari test yang bersangkutan sehingga terlihat bagian-bagian mana dari program pendidikan yang masih perlu disempurnakan karena belum berhasil mencapai tujuannya (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).

7. Model Evaluasi Sistem PendidikanModel evaluasi system pendidikan bertitik tolak dari pandangan bahwa keberhasilan suatu program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, ciri anak didik maupun lingkungan sekitarnya, tujuan program dan peralatan yang dipakai, serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri.

Evalausi menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan kinerja dari berbagai dimensi program yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan jajmen mengenai program yang dinilai tersebut. Ada beberapa hal di dalam isi pandangan di atas yang perlu digaris bawahi dan diuraikan lebih lanjut mengingat pentingnya hal-hal tersebut didalam konteks konsep evaluasi yang dianut oleh model ini.

1) Dengan mengungkapkan berbagai dimensi program model ini menekankan pada pentingnya program sebagai suatu keseluruhan yang dijadikan objek evaluasi, tanpa membatasi hanya pada aspek hasil yang dicapai saja.2) Perbandingan antara program performance dan kriteria juga merupakan salah satu inti yang penting dalam konsep evaluasi menurut model ini. Hal penting disini adalah bahwa setiap dimensi program pendidikan yang sedang dikembangkan itu perlu ditetapkan dengan tegas kriteria yang akan dijadikan ukuran dalam menilai performance dalam masing-masing dimensi tersebut. Salah satu kelemahan yang ada sekarang Stufflebeam (1972) adalah kurang jelasnya kriteria yang digunakan sebagai dasar didalam mengadakan evaluasi tersebut.3) Model ini berpandangan bahwa model evaluasi tidak hanya berakhir pada suatu deskripsi tentang keadaan program yang telah dinilainya, melainkan harus sampai pada suatu Judgment baik-buruknya, efektif-tidaknya program pendidikanyang bersangkutan (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).

D. Prinsip-prinsip Pedagogik dalam Evaluasi PendidikanDalam buku Arikunto (2009:24), ada tiga prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi pendidikan yang disebut dengan triangulasi, yaitu:1) Hubungan antara tujuan dengan KBM. Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.

2) Hubungan antara tujuan dan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai.

3) Hubungan antara KBM dengan evaluasi. Selain dari evaluasi mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Jika kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.

BAB IIIPEMBAHASAN

Analisis Terhadap Kajian Teori Bab IIBAB IV

SIMPULANDaftar PustakaArikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasarProses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sutikno, Sobri. 2009. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect.

Tim Redaksi Fokus Media. 2006. Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media.