makalah gambaran radiografi dento maksil fasial
DESCRIPTION
Makalah Gambaran Radiografi Dento Maksil FasialTRANSCRIPT
RADIOGRAFI STRUKTUR NORMAL DAN KELAINAN RONGGA
MULUT
TUGAS RADIOLOGI GIGI DAN MULUT
Aggota kelompok:
1. Jehan Suci S. (071610101012)
2. Daniati Tri E. (071610101018)
3. Rieza Adhanti (071610101028)
4. Nurdiana S. (071610101040)
5. Fabiola (071610101054)
6. Darra Ayu N. (071610101067)
7. Rika Anggraini (071610101094)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2011
I. STRUKTUR ANATOMI NORMAL DAN MANIFESTASINYA DALAM
FOTO RONSEN
1. Enamel
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun
gigi permanen. Berada hanya pada mahkota gigi paling koronal
dengan batas bawah adalah dentin.
b. Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi
dan memiliki ketebalan kurang lebih 1-2,5 mm, dan tertipis di
perbatasan dengan sementum di CEJ.
c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
e. Radiodensitas : enamel menunjukkan suatu gambaran radiopak
yang sangat jelas, paling radiopak di antara semua struktur gigi.
Paling radiopak karena strukturnya yang berbeda dari struktur
jaringan keras lain yang terdapat pada tubuh manusia.
2. Dentin
enamel
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun
gigi permanen. Berada pada mahkota dan akar gigi, pada mahkota
berada tepat dibawah enamel. Pada akar gigi, dentin mengelilingi
pulpa hingga ke ujung akar.
b. Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi
dan memiliki ketebalan kurang lebih 10 mm, dan tertipis di apikal
gigi.
c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
e. Radiodensitas : dentin menunjukkan gambaran radiopak, tetapi
tidak lebih radiopak dari pada enamel dan sementum.
3. Sementum
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun
gigi permanen. Berada pada seluruh permukaan akar gigi
mengelilingi dentin, ke arah koronal berbatasan dengan enamel
yang disebut pertautan enamel sementum (Cemento Enamel
Junction). Bagian terluar dikelilingi oleh ligamen periodontal yang
nampak radiolusen pada gambar.
b. Ukuran : mengikuti luas permukaan akar gigi dan
memiliki ketebalan 10-60 mikron pada separuh koronal akar gigi,
dan paling tebal sekitar 150-200 mikron pada sepertiga apikal akar
gigi.
c. Jumlah : melingkupi setiap akar gigi.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk akar gigi, karena menyusuri
seluruh permukaan akar gigi.
e. Radiodensitas : sementum menunjukkan suatu gambaran radiopak,
hampir sama dengan enamel. Tetapi karena ukurannya yang sangat
tipis, sulit untuk menemukannya dalam foto ronsen.
4. Ruang pulpa (pulp chamber) dan saluran akar pulpa (pulp canal)
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun
gigi permanen. Berada pada mahkota gigi dan akar gigi. Pulpa
dikelilingi oleh dentin.
b. Ukuran : mengikuti bentuk anatomi dari gigi, ukuran
bisa beragam.
c. Jumlah : ruang pulpa terdapat 1 pada tiap gigi, dan saluran
akar pulpa pada tiap gigi beragam dari 1 sampai 3 bahkan lebih
jika terdapat anomali. Pada gigi-gigi anterior normalnya terdapat 1
saluran akar pulpa dan premolar pertama dan kedua RB juga
memiliki 1 saluran akar pulpa, pada gigi premolar pertama RA
umumnya terdapat 2 saluran akar pulpa, pada semua gigi molar RA
terdapat 3 saluran akar, sedangkan molar RB terdapat 2 saluran
akar.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
e. Radiodensitas : ruang pulpa dan saluran akar pulpa merupakan
gambaran radiolusen.
5. Ligamen periodontal
a. Lokasi : ligamen periodontal terletak mengelilingi semua
permukaan akar gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen. Berada
diantara sementum dan lamina dura.
b. Ukuran : melingkupi seluruh permukaan akar gigi
dengan ketebalan berkisar antara 0,3-0,1 mm.
c. Jumlah : melingkupi permukaan akar setiap gigi.
d. Bentuk : seperti garis hitam melingkupi permukaan akar
setiap gigi.
e. Radiodensitas : ligamen periodontal menunjukkan gambaran
radiolusen berserat yang mengelilingi akar gigi, nampak berserat
karena ligamen periodontal terdiri dari serat-serat pendukung gigi.
6. Lamina dura
a. Lokasi : berada mengelilingi akar gigi.
b. Ukuran : ketebalan beragam, jika terjadi kerusakan
maka garis putih tersebut akan nampak radiolusen atau ketebalan
radiopaknya berkurang.
c. Jumlah : terdapat melingkupi permukaan akar setiap gigi-
geligi.
d. Bentuk : seperti garis putih yang melingkupi seluruh
permukaan akar gigi.
e. Radiodensitas : lamina dura menunjukkan gambar garis radiopak
sepanjang akar gigi yang mengelilingi ligamen periodontal.
7. Tulang alveolar
a. Lokasi : terdapat pada RA dan RB.
b. Ukuran : menyesuaikan ukuran rahang.
c. Jumlah : seluas RA dan RB.
d. Bentuk : menyesuaikan rahang.
e. Radiodensitas : Serangkaian kompartemen radiolusen yang
mewakili sumsum tulang, dipisahkan oleh tulang trabekular yang
radiopak seperti sarang lebah.
Tulang alveolar
8. Fossa nasalis
(yang ditunjuk oleh angka 10)
a. Lokasi : terletak pada rahang atas, di dekat apikal dari gigi
insisivus sentral.
b. Ukuran : seukuran jempol orang dewasa.
c. Jumlah : terdapat 1 fossa nasalis pada setiap tengkorak
kepala manusia.
d. Bentuk : membulat tapi tidak jelas.
e. Radiodensitas : gambaran radiolusen dengan tepi radiopak, dan
ditengah bulatan radiolusen tersebut terdapat garis radiopak difuse
yang memotong bulatan radiolusen menjadi 2 bagian kanan dan
kiri.
9. Aveolar crest
a. Lokasi : terletak pada bagian dari rahang yang menopang
gigi geligi. Merupakan puncak dari lamina dura. Terletak kurang
lebih 2 mm dari apikal ke CEJ.
b. Ukuran : tidak menentu, tergantung dari jarak antar
gigi yang bersebelahan itu sendiri, jika jauh maka alveolar crest
datar dan luas, jika dekat maka alveolar crest sempit dan tajam.
c. Jumlah : menyesuaikan dengan jumlah gigi, terdapat satu
alveolar crest diantara 2 buah gigi.
d. Bentuk : pada daerah posterior mendatar, dan pada daerah
anterior meninggi atau meruncing ke koronal.
e. Radiodensitas : gambaran radiopak yang merupakan puncak dan
akhir dari lamina dura ke arah koronal.
Alveolar crest pada gigi anterior
Alveolar crest pada gigi posterior
10. Nasal spinalis anterior
a. Lokasi : terletak di rahang atas, di daerah apikal dari gigi
insisivus sentral.
b. Ukuran : kecil, dengan panjang sekitar 1-5 mm.
c. Jumlah : terdapat 1 spina nasalis anterior pada setiap
tengkorak manusia.
d. Bentuk : berupa tonjolan tulang di bawah fossa nasalis,
yang merupakan perpanjangan dari dasar atau lantai dari fossa
nasalis.
e. Radiodensitas : perpanjangan radiopak dari septum nasalis.
11. Linea oblique eksterna
a. Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah
posterior dari gigi molar dari arah anterior ramus asenden
mandibula ke arah molar.
b. Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
c. Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.
d. Bentuk : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
e. Radiodensiti : garis radiopak dari arah anterior ramus asenden
mandibula ke arah molar.
12. Foramen insisivus
a. Lokasi : terletak di antara akar atau apikal insisif sentral
rahang atas.
b. Ukuran : berbeda-beda, bulatan dengan diameter
kurang lebih 3-5 mm.
c. Jumlah : terdapat 1.
d. Bentuk : bulat dan bisa juga oval.
e. Radiodensiti : bulatan radiolusen dengan batas difuse yang
kurang jelas.
13. Linea oblique interna
a. Lokasi : terletak pada rahang bawah posterior, kanan dan
kiri, di daerah lingual.
b. Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
c. Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.
d. Bentuk : bentukan tulang menonjol yang memanjang di
daerah lingual, kanan dan kiri mandibula.
e. Radiodensitas : garis radiopak yang melintang sepanjang akar
molar rahang bawah.
14. Foramen lingual
a. Lokasi : terletak di rahang bawah bagian anterior rahang di
daerah lingual. Berada di daerah apikal insisif sentral rahang
bawah.
b. Ukuran : kurang dari 1 mm.
c. Jumlah : 1.
d. Bentuk : bulat kecil.
e. Radiodensitas : bulatan radiolusen yang kecil.
15. Kanalis mandibularis
a. Lokasi : terletak pada rahang bawah kanan dan kiri,
melintang secara horizontal di bawah gigi molar.
b. Ukuran : lebarnya (dari garis radiopak hingga garis
radiopak di bawahnya) berkisar antara 3-4 mm.
c. Jumlah : 2 kanan dan kiri mandibula.
d. Bentuk : seperti tabung yang panjang.
e. Radiodensitas : berupa radiolusen yang dibatasi oleh garis
radiopak, dan memanjang di bawah gigi geligi molar.
16. Sinus maksilaris
(ditandai dengan angka 5)
a. Lokasi : terletak pada rahang atas, kanan dan kiri, di daerah
apikal dari gigi molar pertama rahang atas, meluas sampai
premolar dan kadang kaninus.
b. Ukuran : sepanjang gigi molar pertama rahang atas
sampai gigi premolar atau kaninus.
c. Jumlah : 2 pada rahang atas, kanan dan kiri.
d. Bentuk : bulatan yang tidak beraturan.
e. Radiodensitas : ruang radiolusen dengan batas radiopak yang jelas.
17. Tuberositas maksilaris
a. Lokasi : terletak di rahang atas, kanan dan kiri di bagian
posterior dari geligi molar yang paling akhir di rahang tersebut,
dan merupakan batas akhir dari rahang atas.
b. Ukuran : seukuran mahkota gigi molar.
c. Jumlah : terdapat 2 di rahang atas, kanan dan kiri.
d. Bentuk : seperti benjolan membulat di posterior gigi molar.
e. Radiodensitas : berupa gambaran radiopak di posterior gigi molar
paling akhir di rahang atas.
18. Sutura palatina mediana
a. Lokasi : terletak membujur di tengah palatum, dan
membagi palatum menjadi 2 bagian kanan dan kiri.
b. Ukuran : memanjang sepanjang palatum.
c. Jumlah : 1 pada rahang atas.
d. Bentuk : garis panjang di tengah palatum, mulai dari bagian
tengah insisif sentral rahang atas sampai ke posterior.
e. Radiodensitas : garis radiolusen tipis dengan batas radiopak.
19. Foramen mentalis
a. Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah
apikal dari premolar kedua.
b. Ukuran : diameter kurang lebih 2 mm.
c. Jumlah : terdapat 2 di mandibula kanan dan kiri.
d. Bentuk : bulat dan kadang sedikit oval.
e. Radiodensitas : bulatan radiolusen.
20. Mental ridge
a. Lokasi : terletak pada rahang bawah bagian anterior daerah
lingual.
b. Ukuran : ketebalan sekitar 3-4 mm.
c. Jumlah : 1 pada rahang bawah.
d. Bentuk : garis tebal
e. Radiodensitas : garis radiopak yang tebal yang melintang di daerah
apikal dari geligi anterior rahang bawah.
21. Prosessus zygomaticus
(ditunjuk oleh angka 3)
a. Lokasi : terletak pada rahang atas kanan dan kiri, di daerah
apikal dari gigi molar.
b. Ukuran : garis panjang seperti panjang gigi molar
dan tebal.
c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
d. Bentuk : garis tebal seperti huruf J atau U.
e. Radiodensitas : garis tebal radiopak yang berbentuk seperti huruf J
atau U di daerah apikal gigi molar.
22. Nutrient canals
a. Lokasi : terletak pada akar gigi rahang atas dan rahang
bawah, tetapi biasanya lebih terlihat jelas pada gigi anterior rahang
bawah. Merupakan jalan masuk pembuluh darah dan nervus.
b. Ukuran : lebar kurang dari 1 mm, dan panjang
vertikal di bawah apikal gigi.
c. Jumlah : sesuai jumlah akar gigi yang ada.
d. Bentuk : garis panjang.
e. Radiodensitas : terlihat seperti garis vertikal yang radiolusen di
bawah akar gigi. Mudah dilihat di regio anterior.
II. KELAINAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI DAN
MULUT SERTA MANIFESTASINYA DALAM FOTO RONSEN
1. Agenisi
a. Lokasi : bisa terjadi di rahang atas maupun rahang bawah
di regio posterior maupun anterior. Merupakan kelainan dimana
tidak terdapat benih gigi. Dapat terjadi pada gigi sulung maupun
gigi permanen. Umumnya disebabkan karena herediter atau
keturunan.
b. Ukuran : -
c. Jumlah : tidak menentu, bisa hanya satu gigi bisa juga
banyak.
d. Bentuk : -
e. Gambar ronsen: tidak terdapat gambar bentukan benih gigi di
dalam rahang.
2. Fusi
a. Lokasi : terpenggabungan dua bakal gigi yang sedang
berkembang, menghasilkan satu bentuk gigi yang besar. Dapat
mengenai seluruh panjang gigi atau hanya akar saja, dimana
sementum dan dentin saja yang terhubung, saluran akar dapat
terpisah atau tidak.
b. Ukuran : gigi jadi seperti lebih lebar.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : 2 gigi yang menyatu.
e. Gambar ronsen: gambar radiopak dari 2 enamel dan dentin yang
menyatu.
3. Dilaserasi
a. Lokasi : bisa terjadi pada gigi manapun. Kelainan ini
merupakan pembengkokan / lengkungan dari akar-akar gigi yang
lain dari biasanya. Etiologi dihubungkan dengan trauma ketika
terjadi pertumbuhan akar. Faktor herediter juga dapat terlibat pada
beberapa kasus.
b. Ukuran : bisa ujung ajar saja, tengah dan seluruh panjang
akar.
c. Jumlah : -
d. Bentuk : struktur akar atau apikal gigi yang bengkok.
e. Gambar ronsen: gambaran struktur gigi normal yang bengkok.
4. Dens invagenatuss
a. Lokasi : kelainan ini disebut juga dense in dente yaitu gigi
di dalam gigi. Anomali gigi yang menunjukkan suatu pembesaran
dan penonjolan dari lingual pit. Gigi insisif lateral permanen RA
paling sering terkena, gigi anterior lain juga dapat terkena.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : bentukan gigi dalam gigi.
e. Gambar ronsen: gambaran ronsen struktur gigi yang terdapat di
dalam gigi dengan ukuran yang bisa sama atau lebih kecil.
5. Taurodonsia
a. Lokasi : gigi-gigi mempunyai mahkota yang panjang,
menyebabkan ruang pulpa bertambah tinggi dalam arah apiko-
oklusal. Lebih sering mengenai gigi permanen daripada gigi susu.
Dapat terjadi pada pasien dengan Down Syndrome, Klinefelter
Syndrome, amilogenesis imperfecta.
b. Ukuran : menyesuaikan bentuk gigi tersebut.
c. Jumlah : 1 pada 1 gigi, bisa terjadi pada lebih dari 1 gigi.
d. Bentuk : seperti ruang pulpa hanya lebih besar dan lebih
tinggi puncaknya.
e. Gambar ronsen: gambaran ronsen pulpa yang radiolusen tetapi
lebih luas dari pada ukuran ruang pulpa normal.
6. Supernumerary tooth
a. Lokasi : merupakan akar tambahan, paling sering terjadi
pada caninus, premolar, molar rahang bawah terutama M3. Jarang
ditemukan pada gigi anterior rahang atas dan insisif rahang bawah.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : bentukan akar gigi tambahan.
e. Gambar ronsen: gambar ronsen bentukan akar gigi tambahan yang
abnormal pada gigi.
7. Batu pulpa
a. Lokasi : kalsifikasi, bisa terjadi pada gigi manapun di
rahang atas maupun rahang bawah. Terdapat di tengah-tengah
ruang pulpa.
b. Ukuran : kecil tetapi tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu, bisa lebih dari 1.
d. Bentuk : bulat dan oval.
e. Gambar ronsen: gambaran radiopak di tengah-tengah gambaran
radiolusen dari ruang pulpa, radiopak seperti dentin.
8. Mikrodonsia
a. Lokasi : Mikrodonsia adalah gigi yang memmiliki ukuran
lebih kecil daripada ukuran normalnya. Kelainan ini lebih sering
terjadi pada perempuan dari pada laki-laki, sering terjadi pada
geligi permanen, dan umumnya pada gigi insisif lateral rahang atas
dan molar tiga rahang atas.
b. Ukuran : tidak menentu, yang pasti lebih kecil dari normal.
c. Jumlah : tidak menentu, bisa lebih dari 1.
d. Bentuk : seperti bentukan gigi tetapi lebih kecil daripada
normal.
e. Gambar ronsen: bentukan ronsen struktur gigi, hanya ukurannya
lebih kecil daripada ukuran gigi normal.
9. Makrodonsia
a. Lokasi : Makrodonsia adalah gigi yang memiliki ukuran
lebih besar daripada ukuran gigi normal. Kelainan ini bisa
mengenai semua gigi atau hanya sebagian saja. Kelainan ini lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
b. Ukuran : tidak menentu, yang pasti lebih besar dari normal.
c. Jumlah : tidak menentu, bisa lebih dari 1.
d. Bentuk : seperti bentukan gigi tetapi lebih besar daripada
normal.
e. Gambar ronsen: bentukan ronsen struktur gigi, hanya ukurannya
lebih besar daripada ukuran gigi normal.
10. Impaksi
a. Lokasi : Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke
dalam lengkung rahang pada kisaran waktu yang diperkirakan. Hal
ini bisa diakibatkan karena gigi tetangga, lapisan tulang yang padat
atau jaringan lunak yang tebal, sehingga menghambat erupsi.
Umumnya terjadi pada gigi molar 3 rahang bawah, kaninus dan
premolar rahang atas.
b. Ukuran : normal.
c. Jumlah : normal.
d. Bentuk : normal.
e. Gambar ronsen: bentukan gigi normal yang berada di bawah
permukaan tulang alveolar, bisa vertikal ataupun horizontal.
11. Persistensi
a. Lokasi : persistensi merupakan gigi susu yang masih ada
atau belum tanggal tetapi gigi permanen penggantinya sudah
erupsi. Bisa terjadi pada gigi manapun pada rahang atas maupun
rahang bawah.
b. Ukuran : normal
c. Jumlah : normal
d. Bentuk : normal
e. Gambar ronsen: gigi sulung masih nampak pada gambar ronsen
sedangkan gigi permanen pengganti sudah erupsi.
11. Hipoplasia enamel
a. Lokasi : hipoplasia enamel merupakan gangguan pada
proses pembentukan matriks organik yang menyebabkan gangguan
struktur pada enamel. Dapat terjadi pada gigi manapun.
b. Ukuran : normal, ketebalan enamel berkurang.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : normal, hanya ketebalan enamelnya saja yang
berkurang atau kadang tidak ada.
e. Gambar ronsen: nampak gambar struktur geligi normal hanya saja
bagian oklusal hanya sampai dentin, tidak terdapat gambaran
radiopak pada bagian koronal dari gigi, hanya radiopak dari dentin
saja.
12. Mutiara enamel
a. Lokasi : mutiara enamel merupakan tonjolan kecil dari
bahan enamel biasanya pada batas CEJ, dapat terjadi pada akar
tunggal maupun akar bifurkasi dan trifurkasi.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : bulat dan bisa juga oval.
e. Gambar ronsen: gambaran masa radiopak bulat seperti enamel yang
melekat pada struktur gigi.
III. KELAINAN JARINGAN KERAS DAN MANIFESTASINYA DALAM
FOTO RONSEN
1. Karies proksimal
a. Lokasi : terdapat pada daerah proksimal gigi geligi, dapat
terjadi pada gigi manapun.
b. Ukuran : tidak menentu, tergantung besarnya kerusakan.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : cekungan yang tidak teratur.
e. Radiodensitas : radiolusen seperti cekungan pada proksimal gigi
geligi.
1. Karies profunda perforasi
a. Lokasi : karies yang mengenai lebih dari setengah dentin
sampai ke mengenai pulpa.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : tidak teratur.
e. Radiodensitas : gambaran radiolusen yang meluas sampai ke ruang
pulpa, radiolusen karies dan radiolusen ruang pulpa terhubung.
1. Karies media
a. Lokasi : karies yang mengenai email dan dentin tetapi
belum melebihi setengah dentin.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : tidak teratur.
e. Radiodensitas : gambaran radiolusen yang perluasannya belum
sampai atau belum melebihi setengah dari ketebalan dentin.
1. Karies superfisial
a. Lokasi : karies yang mengenai enamel dan belum mengenai
dentino-enamel junction (DEJ).
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : tidak beraturan.
e. Radiodensitas : gambaran radiolusen berupa cekungan kecil di
permukaan enamel gigi.
1. Fraktur mahkota
a. Lokasi : Fraktur mahkota merupakan keretakan pada emain
hingga dentin, kadang juga mencapai pulpa. Dapat terjadi pada gigi
manapun.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : tidak menentu.
e. Radiodensitas : radiolusen pada setengah dari mahkota (bisa
kurang atau lebih), gambaran radiopak dari enamel tidak ada,
gambaran radiografi dari dentin juga bisa saja tidak ada, dan jika
fraktur hingga mengenai pulpa, maka gambaran radiolusen tersebut
nampak sampai ke pulpa.
1. Fraktur akar
a. Lokasi : dapat terjadi pada gigi manapun, dan terjadi pada
akar gigi.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : garis horizontal pada akar gigi.
e. Radiodensitas : gambaran garis radiolusen horizontal yang
melintang pada akar gigi, itu pada foto periapikal maupun
panoramik. Bisa juga pada pengambilan gambar dengan sudut yang
berbeda fraktur horizontal tidak nampak. Pada foto periapikal dan
panoramik fraktur gigi vertikal yang membagi gigi menjadi bagian
anterior dan posterior tidak nambak, tetapi jika membagi gigi
menjadi bagian mesial dan distal masih bisa nampak.
1. Fraktur mahkota-akar
a. Lokasi : fraktur mahkota akar yang sering terjadi berjalan
dari insisal 2-3 mm di bawah pengikatan gingival pada elemen.
Pada arah vestibulolingual sering juga pula terlibat.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : garis melintang vertikal.
e. Radiodensitas : gambaran radiolusen garis vertikal memanjang
dari mahkota ke akar gigi.
1. Resorpsi interna
a. Lokasi : resorpsi interna adalah perusakan struktur gigi
yang berasal dari pulpa, kebanyakan sentral di dalam ruang pulpa.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : bulat dan juga oval.
e. Radiodensitas : radiolusen berbentuk cekungan pada bagian dalam
akar gigi, yaitu di ruang atau saluran akar pulpa. Untuk
membedakannya dengan karies profunda adalah pada pemeriksaan
klinis dan histopatologis. Apabila terdapat kalkulus dan plak di
daerah tersebut kemungkinan adalah karies, tetapi jika tidak ada
apa-apa dan jaringan pendukung gigi dalam keadaan baik,
kemungkinanannya adalah resorpsi interna.
1. Resorpsi eksterna
a. Lokasi : resorpsi eksterna dapat dimulai dari ujung akar,
atau dari permukaan akar yang tengah. Resorpsi ini dapat
dibedakaan menjadi resorpsi permukaan, radang, dan penggantian.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : tidak menentu.
e. Radiodensitas : gambaran ronsen dari struktur akar gigi yang
sebagian akarnya sudah hilang dan nampak memendek. Bisa juga
nampak gambaran radiolusen yang meluas pada permukaan akar
gigi, tapi untuk membedakannya dengan karies yaitu dengan
pemeriksaan klinis.
1. Hipersementosis
a. Lokasi : dapat terjadi pada akar gigi manapun, umumnya
terjadi pada gigi molar rahang atas.
b. Ukuran : tidak menentu.
c. Jumlah : tidak menentu.
d. Bentuk : membulat meluas di akar gigi.
e. Radiodensitas : gambaran radiopak yang meluas dari sementum
pada akar gigi, dengan kondisi ligamen periodontal dan lamina
dura yang normal yang juga ikut melebar mengelilingi akar gigi
yang mengalami hipersementosis.
DAFTAR BACAAN
Ghom. 2008. Textbook of oral radiology. India:Elsavier India
Ghom dan Mhaske. 2010. Textbook of oral pathology. India: Jaypee Brothers
Publishers
Jeni S., Amalia. 2009. Abnormalitas pada gigi. Jakarta: Departemen Gigi dan
Mulut FKUI
Langlais, Robert P. 1996. Latihan membaca foto rongga mulut. Jakarta:
Hipokrates
Pasler dan Visser. 2007. Pocket atlas of dental radiology. Germany: Thieme
Harshanur, Itjininigsih W. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC