makalah agribisnis ayam
TRANSCRIPT
PENTINGNYA USAHA PENCEGAHAN PENYAKIT DALAM USAHA
PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PERUNGGASAN
Oleh :
Najaah Mufiidah (0910550217)
Lilis Mulyandari (0910550202)
Nuhan Jatmiko (0910550221)
Setyo priyo Hatmiko ( 0910550256 )
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan unggas di negara Indonesia sangat pesat, hal ini
disebabkan peternakan unggas banyak menciptakan peluang bisnis yang sangat
menjanjikan, juga beternak unggas dapat dijangkau oleh masyarakat kalangan
menenggah kebawah. Namun banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi dalam
beternak unggas yaitu jarga pakan yang terus naik terkadang tidak sebanding dengan
hasil panennya, harga vitamin dan obat-obatan yang harus merogok kantong dalam-
dalam, juga karena unggas mudah terserang penyakit
Kesehatan ternak merupakan kunci penentu keberhasilan suatu usaha peternakan.
Motto klasik tetap berlaku sampai saat ini, yaitu pencegahan lebih baik daripada
pengobatan, sehingga tindakan-tindakan seperti sanitasi, vaksinasi dan pelaksanaan
biosekuritas di lingkungan peternakan secara konsisten harus dilaksanakan.
Arti “ sehat “ bagi ternak adalah suatu kondisi dimana di dalam tubuh ternak
berlangsung proses-proses normal, baik proses fisis, kimiawi , biokimiawi dan
fisiologis yang normal. Kondisi tersebut antara lain adalah (1) perubahan yang
terjadi pada ternak, misalnya penurunan kondisi tubuh yang mungkin disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain : kualitas dan kuantitas zat-zat gizi dalam pakan yang
kurang, faktor-faktor yang mampu menekan timbulnya kekebalan (immunosupressif)
dalam tubuh ternak, sehingga akan terjadi kegagalan dalam program vaksinasi (2)
terjadi perubahan hanya pada aspek lingkungan, sedangkan kondisi hewan ternak
dan mikroorganisme tidak berubah. Perubahan lingkungan ini mungkin disebabkan
oleh perubahan iklim, perubahan suhu dan kelembaban lingkungan yang ekstrim,
ketinggian tempat, kesalahan menejemen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara untuk meningkatkan produktivitas usaha perunggasan?
2. Apa saja kah penyakit yang sering diderita oleh ternak unggas ?
3. Bagaimanakah cara untuk mencegah penyakit pada ternak unggas ?
4. Bagaimana pelaksanaan “biosekuritas” pada peternakan ayam ?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji pentingnya usaha pencegahan
penyakit dalam usaha peningkatan produktifitas perunggasan.
1.4 Kegunaan
Manfaat dari penulisan ini yaitu agar peternak unggas dapat memiliki suatu
pedoman yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan produktivitas ternaknya
dari segi pencegahan penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ternak Unggas
Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan
untuk daging dan telurnya. Unggas merupakan ternak yang banyak sekali di usahakan
di penduduk Indonesia. Unggas di Indonesia bermacam-macam jenisnya tergantung
dari para peternak yang minat memeliharanya. Sebagian besar peternak di Indosisa
lebih dominan pada pemeliharaan ayam karena mayoritas unggas di Indonesia adalah
ayam.
Ayam yang merupakan salah satu komoditi perunggasan memiliki kontribusi
terbesar bagi pemenuhan kebutuhan pangan (protein) dibandingan jenis unggas
lainnya di Indonesia. Ayam terbagi atas dua jenis, ayam ras dan ayam buras (ayam
bukan ras atau ayam kampung). Untuk ayam ras dibagi lagi menjadi ayam ras
pedaging (broiler) dan ayam ras petelur (layer).
Pemeliharaan ayam pada dasarnya ada tiga tahapan yaitu starter, grower dan
layer. Dalam phase permulaan berawal dari umur 0 hari sampai 6 minggu, dimana
bentuk ukuran dan keseragaman sebagai tujuan bagi peternakan ayam. (untuk ayam
petelur). Phase kedua berawal dari umur 6 minggu sampai 16 minggu ketika hewan
ternakan (ayam) perlu di pelihara di bawah program pemakanan yang di kontrol
dengan sangat teliti dan hati hati. untuk menghindari peternakan ayam dari berat
badan yang berlebihan. Phase ketiga berawal selepas 16 minggu dari umur ayam,
dalam phase ini ayam di tuntut untuk mempercepat pertumbuhan untuk persediaan
bagi perkembangan seksual dan untuk mencapai keseragaman berat badan yang
optimal.
2.2 Penyakit Unggas
Penyakit ayam dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab seperti virus, bakteri,
jamur, dan caplak. Salah satu contoh penyakit pada unggas terutama ayam adalah :
Flu Burung
Pertama kali ditemukan pada tahun 1878 di Perrocito Italia. Penyakit ini
disebabkan oleh virus orthomyxovirus. Tingkat kematian akibat penyakit ini
bisa mencapai 100 %, oleh karena itu flu burung disebut sebagai highly
pathogenic avian influenza ( HPAI ). Gejala Klinis Avian Influenza dicirikan
dengan gangguan pernapasan, seperti ngorok, bersin, batuk dan sinusitis,
terjadi pembengkakan di bagian kepala dan muka, dan terjadi pendarahan di
jaringan kulit terutama bagian kaki, pial dan kepala.
Tetelo ( Newcastle Desease / ND )
Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramixovirus dan memiliki kemiripan
gejala dengan penyakit Avian Influenza dalam memicu pendarahan dibawah
kulit dengan indikasi jengger dan kaki ayam berwarna kebiruan. Kemiripan
gejala ini dibedakan dengan cara melakukan bedah bangkai dan pemeriksaan
laboratorium oleh ahli patologi.
Laryngotracheitis Infectiosa (ILT)
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpa virus. Ciri khusus gejala klinis pada
penyakit ini adalah tersumbatnya trakea oleh exudate sehingga ayam susah
bernafas dan sering diikuti dengan adanya exudate berdarah.
Penyakit Gumboro
Merupakan penyakit pada ayam yang disebabkan karena virus, penyakit ini
bersifat akut dan menyerang unggas muda terutama umur 4-6 minggu.
Penyakit ayam ini ditandai dengan depresi yang hebat. Pertama kali
dilaporkan oleh cogrovepada tahun 1962 di daerah Gumboro USA yang
kemudian menamakannya dengan penyakit gumboro. Penyakit ini menyerah
semua jenis ayam dan unggas lainnya misalnya kalkun.
2.3 biosekuritas
Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah
penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan
produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan
hewan (animal welfare). Pada awalnya konsep biosekuritas diterapkan untuk
menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific patogen free) untuk
keperluan penelitian secara eksperimental. Tetapi saat ini telah diterapkan pada
berbagai jenis peternakan sebagi upaya praktis untuk mencegah masuknya organisme
penyebab penyakit (patogen) dari luar ke dalam peternakan. Bahkan diterapkan juga
di negara-negara berdaulat sebagai upaya untuk melindungi industri peternakannya
dari berbagai penyakit berbahaya yang tidak ditemukan di wilayahnya (penyakit
eksotik).
Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah upaya
membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan mengendalikan
pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi
kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan
resiko bagi konsumen, dan resiko bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana
usaha peternakan ayam. Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat
dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara dalam
jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai macam
penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang
lebih sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati,
kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk
sekitarnya.
2.4 Meningkatkan Produktivitas Perunggasan
Dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas perunggasan perlu banyak
upaya yang harus dilakukan, salah satunya adalah dari aspek kesehatan. Aspek
kesehatan sangat berpengaruh terhadap produktifitas perunggasan.Semakin baik
manajemen kesehatan pada suatu usaha peternakan maka akan semakin baik pula
tingkat produktifitasnya.Adapun berbagai cara untuk meningkatkan produktifitas, dan
salah satunya adalah dengan melakukan vaksinasi secara teratur.
Sudah umum diketahui bahwa penyakit tetelo/ sampar/ New Castle Disease (ND)
merupakan momok utama penyebab kematian ayam. Penyakit ini biasanya terjadi
pada saat pergantian musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau
sebaliknya. Karena disebabkan oleh virus, satu-satunya cara untuk menghindarkan
ayam dari serangan penyakit ini adalah dengan menciptakan kekebalan pada
tubuhnya, denganmelakukan vaksinasi ND secara teratur.
Vaksinasi ND sebaiknya dilaksanakan dengan program 4 4 3 3, artinya ayam
mulai divaksin ND pada umur 4 hari dengan cara tetes mata atau hidung memakai
vaksin strain F. Setelah itu diulang kembali pada umur 4 minggu dengan cara tetes
mata/hidung, tetapi bila memungkinkan untuk disuntik dapat saja dilakukan
penyuntikan pada otot dada atau paha.
Kemudian divaksin kembali (revaksinasi) pada umur 3 bulan dengan cara disuntik
menggunakan vaksin strain K dan diulang setiap 3 bulan sekali. Tanpa melaksanakan
vaksinasi ND secara teratur, ayam kampung yang dipelihara tidak dapat hidup seperti
yang diharapkan terutama pada anak-anaknya (antara 1-30 hari).
BAB III
PEMBAHASAN
a. Ternak Unggas ( apa, siapa, dimana, kapan )
Dalam usaha meningkatkan produktifitas ternak ayam, ada beberapa kendala
yang perlu diperhatikan. Penyakit merupakan salah satu kendala yang harus di
waspadai. Menurut Sutandi (2005), penyakit sebagai salah satu bagian dari aspek
kesehatan hewan adalah hal terpenting yang harus diperhatikan dan merupakan salah
satu faktor penghambat kinerja produksi.
Produktivitas suatu ternak ayam akan mengalami penurunan, jika hasil ternak
ayam terjangkit penyakit. Melakukan berbagai upaya-upaya pencegahan merupakan
hal yang sangat penting bagi suksesnya usaha peternakan ayam.
Untuk memulai usaha di bidang peternakan ayam, ada tiga jenis varietas yang bisa dipilih berdasarkan tujuan pemeliharaannya, yaitu: ayam petelur, ayam pedaging atau ayam potong, dan ayam berfungsi ganda untuk kedua maksud tersebut.
Penyakit dapat segera menyebar apabila pakan dan minuman untuk anak
ayam telah terkontaminasi. Pakan dan air harus diperiksa setiap hari. Apabila kotor
dan kemungkinan telah terkontaminasi, tempat pakan dan air harus segera
dibersihkan. Pakan dan minumannya juga harus diganti dengan yang baru. Tempat
pakan harus benar-benar kering sebelum diisi dan pakan tersebut harus senatiasa
berada dalam keadaan kering. Penyebab utama dari penyakit adalah bersumber dari
pakan dan air yang tidak bersih.
Selain kondisi kandang yang bersih ventilasi pada kandang juga harus
diperhatikan. Dengan sistem ventilasi dalam kandang yang tepat, pemberian air
minum yang bersih, dan pemberian makanan yang dijaga keseimbangannya maka
anak ayam akan terus tumbuh dengan baik. Ventilasi yang tepat akan menjaga
kandang dan alasnya tetap kering sehingga membantu dalam mencegah timbulnya
penyakit. Alas yang basah atau kandang yang lembab akan mengundang penyakit.
Selanjutnya, anak ayam akan tumbuh lebih cepat dan hidup lebih baik bila mereka
ditempatkan pada kandang yang cukup luas. Tambahkan tempat pakan dan tempat
minumnya sesuai kebutuhannya dengan semakin besarnya tubuh anak ayam
mengikuti pertumbuhannya. Ventilasi kandang merupakan hal yang sangat penting
dalam menentukan tinggi rendahnya suhu di dalam kandang. Beberapa ventilasi
sebaiknya disediakan penutupnya. Pada musim dingin, semua ventilasi yang
menghadap pada arah angin masuk terutama yang dekat lantai hendaknya ditutup.
Sedangkan pada musim panas, bukalah ventilasi selebar-lebarnya agar udara segar
masuk sebanyak-banyaknya.
b.Penyakit pada unggas ( apa, kapan, bagaimana, siapa, dimana)
3.2.1 Penyakit
1. Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab:
Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika. Berak kapur sering
ditemukan pada anak ayam umur 1-10 hari.
2. Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. Penyebab:
Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau
kekuningan. Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
3. Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab: bakteri dari genus
Salmonella. Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
4. Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain
menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab: pasteurella
multocida. Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh)
akan membesar. Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).
5. Pilek ayam (Coryza)
Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus. Gejala: ayam yang terserang
menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek. Pengendalian: dapat disembuhkan
dengan antibiotia/preparat sulfa.
6. CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak
ayam dan ayam remaja. Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan
Tilosin).
7. Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma. Pengendalian: dengan antibiotika.
8. Coccidiosis
Pencegahan yang paling baik untuk adalah pengelolaan dan sanitasi yang
cermat. Semua peralatan agar senantiasa dijaga dalam keadaan bersih, terutama
tempat pakan dan tempat air. Organisme coccidia membutuhkan tempat yang berada
dalam kondisi yang lembab atau basah untuk melanjutkan siklus kehidupannya.
Apabila membersihkan tempat air, jangan membuang sisa air ke alas kandang. Alas
kandang harus senantiasa kering dengan membalikannya tiap minggu serta
membuang kotoran yang menempel padanya. Ventilasi harus dibuat sedemikian rupa
sehingga alas kandang tidak sapai lembab. Sirkulasi udara dalam kandang harus
bekerja dengan baik tetapi hindarkan penggunaan kipas angin terutama apabila anak
ayam masih kecil.
Coccidiosis dapat menyerang setiap saat setelah anak ayam berumur 2 minggu.
Jangan menunggu sampai semua ayam di kandang menunjukkan gejala yang sama
baru mengambil tindakan pengobatan. Begitu kelihatan ada tanda yang menngarah
pada penyakit itu, segera dapatkan obat yang cocok dari toko obat atau perusahaan
peternakan ayam. Lakukan pengobatan segera dengan mengikuti petunjuk yang
tertera pada label obat.
3.2.2 Penyakit karena Virus
1. Newcastle disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada
awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau (kutuan)
Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit
ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut
Newcastle disease. Pencegahan dapat dilakukan dengan jauhkan ayam-ayam sakit dan
cucihamakan kandang dan peralatan kandang, selalu menjaga kebersihan/sanitasi
kandang dan lingkungan, berikan makanan/minuman yang baik dan cukup, lakukan
vaksinasi atau berikan obat pencegahan tepat pada waktunya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada waktu vaksinasi adalah : (1) ayam yang akan divaksinasi harus dalam
keadaan sehat, (2) alat-alat yang akan digunakan harus steril (spuit, pipet dan botol
pencampur direndam dalam air mendidih selama 5 menit), (3) vaksin tidak boleh kena
sinar matahari langsung dan harus disimpan di tempat dingin (kulkas, termos es), (4)
vaksin yang telah dicampur lebih dari 4 jam jangan digunakan lagi, (5) gunakan vaksin
sesuai dengan petunjuk pemakaian, (6) waktu vaksinasi sebaiknya dilakukan pada pagi
hari atau sore hari dan di tempat yang teduh
2. Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini
menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius
untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah,
tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan
telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah
berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada
pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.
3. Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi
pada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini
di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol. Pengendalian: (1) belum
ada obat untuk mengatasi penyakit ini; (2) pencegahan dilakukan dengan vaksinasi
dan sanitasi yang ketat.
4. Cacar ayam (Fowl pox)
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar.
Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.
5. Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang
bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%.
Pengendalian: dengan vaksinasi.
6. Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva
Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak
ayam umur 3–6 minggu.
3.2.3 Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil
perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula
pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun.
Beberapa penyakit ini adalah :
1. Muntah darah hitam (Gizzerosin)
Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Penyebab: adalah racun dalam
tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul
penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam amino hingg
menjadi racun. Pengendalian: belum ada.
2. Racun dari bungkil kacang
Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang
pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil
kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan
bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.
3.2.4 Penyakit karena Parasit
1. Cacing
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan
terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor
maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya
kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.
2. Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat
tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam
akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari
langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat.
Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan
ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan
dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
3.2.5 Penyakit karena Protoza
Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan
Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda.
Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari
alang-alang dan genangan air.
3.3 Meningkatkan Produktivitas Perunggasan ( apa, kapan, bagaimana, )
a.Manajmen Pencegahan Penyakit
Tiga aspek usaha penting harus dilakukan guna mencegah wabah penyakit di
lingkungan peternakan, yaitu (1) usaha-usaha mengurangi jenis dan jumlah
mikroorganisme, terutama yang patogen di sekeliling ternak yang dipelihara (aspek
mikroorganisme) (2) usaha-usaha mencegah terjadinya kontak antara ternak yang
dipelihara dengan mikroorganisme patogen (aspek lingkungan) dan (3) usaha-usaha
meningkatkan daya kebal tubuh ternak yang dipelihara (aspek ternak).
3.3.1 Aspek Mikroorganisme
Upaya untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme patogen di
sekeliling ternak yang dipelihara dapat ditempuh melalui pendekatan-pendekatan
antara lain mengadakan identifikasi terhadap mikroorganisme secara lengkap.
Identifikasi bisa dilakukan dengan deteksi terhadap sifat-sifat epidemiologis
mikroorganisme, seperti cara penyebaran, kecepatan menyebar, pola kematian
ternak, gejala-gejala klinis khas yang ditimbulkan bila menginfeksi spesies ternak
tertentu dan aspek-aspek patogenesisnya (perjalanan penyakit di dalam tubuh ternak).
3.3.2 Aspek Lingkungan
Guna mencegah kontak antara ternak dengan mikroorganisme patogen, maka
perlu dilakukan usaha-usaha antara lain adalah mengontrol lalu lintas kendaraan, alat-
alat, karyawan kandang yang bisa menjadi media bagi mikroorganisme untuk masuk
ke dalam lingkungan suatu flok ternak atau peternakan. Melakukan sanitasi lengkap
sebagai tindakan pencegahan, baik berupa dekontaminasi maupun desinfeksi,
memberantas hewan liar yang bisa berperan sebagai vektor suatu penyakit, seperti
tikus, burung liar, insekta. Manajemen all in all out sangat perlu dipertimbangkan.
Pengelompokan ternak berdasarkan umur perlu dilakukan untuk mencegah penularan
penyakit dari ternak berumur lebih tua ke ternak muda. Usaha lain yang harus
diperhatikan juga yaitu mencegah kontaminasi bahan pakan dan air minum yang
digunakan.
3.3.3 Aspek Ternak
Kondisi tubuh ternak yang tetap baik akan tahan terhadap serangan penyakit.
Salah satu faktor terpenting guna penciptaan kondisi ternak yang ideal adalah
pemilihan strain ternak secara tepat yang sesuai dengan kondisi lingkungan
peternakan setempat.
Upaya lain yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kondisi tubuh ternak, antara
lain adalah pemberian pakan yang sesuai kebutuhan, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Vaksinasi dilakukan secara tepat waktu dengan meminimalkan faktor-
faktor penyebab kegagalan vaksinasi, sehingga akan menstimulir terbentuknya
kekebalan ternak secara sempurna.. Memperlakukan ternak dengan penuh kasih
sayang, tidak kasar, memperkecil faktor-faktor yang merugikan ternak, seperti
adanya parasit cacing, mikotoksin dan zat antinutrisi di dalam bahan pakan, logam-
logam dalam air minum.
3.4 Agen-Agen Penyebab Penyakit
Agen penyebab penyakit pada ternak dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu a) penyebab fisik, b) penyebab kimiawi, dan c) penyebab biologis.
a) Penyebab Fisik
Penyakit ternak yang disebabkan oleh agen fisik antara lain luka akibat
benturan, terjatuh karena lantai kandang yang licin pada sapi, terjepit pada ayam.
Penanganan kasar oleh anak kandang sering kali menyebabkan luka-luka pada tubuh
ternak.
b) Penyebab Kimiawi
Penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang bersifat kimiawi antara
lain : penyakit defisiensi dan keracunan. Penyakit defisiensi mineral, seperti kalsium
menyebabkan pertumbuhan terhambat, konsumsi pakan turun, laju metabolik basal
meningkat, aktivitas menurun dan osteoporosis.
c) Penyebab Biologis
Penyebab penyakit yang berupa agen biologis antara lain : bakteri, virus,
jamur, protozoa dan metazoa. Penyakit akibat agen biologis ini bersifat menular
(infeksius), sedangkan agen kimiawi maupun fisik bersifat tidak menular (non
infeksius).
Pada umumnya penyakit virus bersifat sangat akut karena menimbulkan
angka kematian yang tinggi bagi ternak dan penyakit ini tidak dapat diobati, hanya
dapat dicegah dengan sanitasi dan vaksinasi. Penyakit bakterial pada ternak tidak
selalu bersifat kronis. Tingkat keparahan penyakit sangat tergantung pada jenis dan
jumlah bakteri yang menginfeksi. Penyakit parasit yang disebabkan oleh parasit
internal meliputi penyakit parasit cacing, seperti nematodosis, trematodosis dan
cestodosis.
3.5 Cara Penularan Penyakit
Mekanisme masuknya agen penyakit ke dalam suatu peternakan sangat
penting dipelajari, sehingga dapat diketahui prosedur yang tepat dalam pengendalian
suatu penyakit.
Penularan penyakit dari ternak sakit ke ternak yang peka bisa terjadi melalui
beberapa mekanisme yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 macam,
yaitu penularan secara langsung dan secara tidak langsung.
1. Penularan Secara Langsung
Penularan secara langsung merupakan penularan bibit penyakit dari ternak
penderita yang secara klinis terkena penyakit atau ternak carrier yang tidak
menunjukkan gejala klinis ke ternak lain yang peka. Penularan dapat terjadi saat bibit
penyakit memperbanyak diri di dalam tubuh penderita, penderita mengadakan kontak
dengan ternak peka.
2. Penularan Secara Tidak Langsung
Penularan secara tidak langsung adalah penularan bibit penyakit secara
mekanis melalui perantaraan berbagai hal, antara lain petugas kandang yang
terkontaminasi, kandang dan peralatan yang tercemar, vektor yang dapat berupa
serangga, rodensia (binatang mengerat), burung liar, dan mungkin pula penyakit
yang dapat ditularkan melalui udara/debu yang terkontaminasi yang diterbangkan
oleh angin. Cara-cara penularan penyakit pada unggas yang sudah banyak dikenal,
antara
a. Melalui Indung Telur (Transovarial)
Penularan penyakit secara transovarial adalah penularan bibit penyakit
secara vertikal dari induk kepada anak keturunannya, melalui telur. Beberapa contoh
penyakit pada unggas yang dapat menular secara vertikal, antara lain adalah
mikoplasmosis, pullorum, reovirus, adenovirus dan lain-lain.
b. Melalui Permukaan kerabang Telur
Cara penularan melalui permukaan kerabang telur sering terjadi pada
bakteri Escherichia. coli dan Salmonella spp. Pada unggas, bakteri ini memasuki
pori-pori kerabang telur dan menimbulkan infeksi terhadap embrio yang sedang
tumbuh.
c. Melalui Angin
Penularan penyakit virus, seperti ND dan ILT bisa terjadi melalui debu yang
diterbangkan angin sampai radius beberapa kilometer.
d. Vektor Biologis
Penularan penyakit bisa terjadi melalui vektor biologis, seperti burung liar,
tikus, serangga dan lain-lian.
e. Melalui Vaksin
Mycoplasma seringkali mudah mencemari vaksin hidup. Bibit penyakit lain
juga dapat ditularkan melalui peralatan vaksinasi.
f. Melalui Pakan dan Kantong Pakan.
Salmonella spp, virus penyebab gumboro dan paramyxovirus dapat
menginfeksi unggas yang peka melalui pakan yang terkontaminasi. Penyakit ND bisa
ditularkan melalui penggunaan kantong pakan bekas.
3.4 Pelaksanaan Biosekuritas pada peternakan ayam.
3.4.1. Kontrol lalu lintas Biosekuritas ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas
orang, seperti mengunci pintu dan melarang semua pengunjung, atau mengizinkan
masuk orang tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka
didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi
khusus yang telah didesinfeksi. Tangan orang bisa juga menyebabkan infeksi dan
harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang atau meninggalkannya. Pada
peternakan yang harus menjalankan biosekuritas dengan ketat (Grand parent stock)
akan menerapkan prosedur dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan masuk
sebelumnya tidak boleh mengunjungi farm pada level dibawahnya (Parent stock,
komersial, prosesing dll) paling sedikit tiga hari setelah kunjungan tersebut.
Kontrol lalu lintas tidak hanya berlaku untuk orang tetapi juga untuk hewan seperti
burung-burung liar , tikus, kumbang predator, serangga dan lainnya. Kucing dan
anjing seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit yang potensial, tetapi bukti-
bukti kurang mendukung, dan manfaatnya dalam mengendalikan tikus cukup nyata
dibandingkan kerugian yang ditimbulkannya. Konstruksi bangunan yang terbuka
sebaiknya diberi kawat pelindung untuk mencegah masuknya serangga terbang atau
predator, meskipun tidak efektif paling tidak dapat mengurangi resiko.
Kebersihan halaman dan teras dinding serta pemotongan rumput harus teratur.
Konstruksi kandang dan ruang penyimpan pakan dibuat yang tidak memungkinkan
binatang-binatang seperti tikus, burung, kumbang dan lainnya secara leluasa dapat
memasukinya (rodent proof). Program pengendalian tikus dapat dibuat secara
berkesinambungan, dengan menempatkan kotak pengumpan di pinggir kandang
dengan selang 15-20 meter. Umpan tikus perlu dimonitor dalam jangka waktu
tetrtentu misalnya setiap 5 hari sekali dengan umpan yang disukai tikus. Limbah
kotoran ayam dan sekam basah, harus segera disingkirkan agar tidak mengundang
lalat berkembang biak . Pada saat musim lalat dilakukan pengendalian baik dengan
insektisida untuk membunuh lalat dewasa atau larva.
Lalu lintas kendaraan yang memasuki areal peternakan juga harus dimonitor
secara ketat. Kendaraan yang memasuki farm harus melewati kolam desinfeksi yang
terdapat di belakang gerbang. Kendaraan yang bisa masuk ke areal peternakan adalah
kendaraan pengangkut makanan, doc, ataupun peralatan kandang lainnya. Pada
peternakan pembibitan yang memerlukan biosekuritas lebih ketat, begitu masuk
kolam desinfeksi kendaraan harus berhenti, lalu seluruh bagian mobil bagian bawah,
sekitar ban disemprot desinfektan dengan sprayer tekanan tinggi. Sementara itu
penumpangnya harus berjalan kaki lewat pintu khusus untuk lalu lintas orang. Di
tempat ini ia harus mandi semprot untuk didesinfeksi. Di peternakan yang
memerlukan biosekuritas sangat ketat terdapat pemisahan dan batas yang jelas
mengenai daerah sanitasi kotor dengan atau daerah sanitasi semi bersih atau bersih.
Dengan demikian akan selalu ada kontrol lalu lintas baik barang, bahan ataupun
manusia.
3.4.2. Vaksinasi
Aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi.
Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat
yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam
flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam .
Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan
penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak
jarang oleh karena itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali
dan menyebabkan kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi
faktor-faktor yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Tidak semua vaksin efektifitasnya sama. Beberapa vaksin memberikan kekebalan
yang baik tetapi menimbulkan reaksi setelah diberikan yang lebih berbahaya dari
penyakit itu sendiri. Vaksin yang lain, reaksinya tidak terlihat tetapi tingkat
perlindungannya sangat rendah. Tetapi, kehebatan reaksi biasanya tidak berhubungan
dengan tingkat kekebalan. Virus yang ideal untuk vaksin adalah yang tidak
memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Beberapa vaksin untuk
infeksi bakteri tertentu biasanya kurang efektif dari pada kebanyakan vaksin virus,
karena vaksin virus dapat merangsang bagian-bagian kunci dari sistem kekebalan
dengan lebih baik.
Vaksin bisa dalam bentuk hidup atau mati. Keduanya memberikan reaksi.
Vaksin hidup terdiri atas mikroorganisme hidup. Vaksin ini dapat diberikan pada
umur lebih muda daripada vaksin mati, dan diberikan melalui injeksi, air minum,
inhalasi, atau tetes mata. Kontaminasi vaksin harus dicegah karena dapat
menimbulkan gangguan yang serius.
Mikroagen yang terdapat dalam vaksin hidup akan berkembang di dalam tubuh
unggas, dan bila terdapat infeksi sekunder pada saat itu, dapat terjadi reaksi yang
hebat. Ketika menggunakan vaksin hidup, peternak harus menyadari bahwa
peternakannya mengandung agen penyakit yang berasal dari vaksin.
Semua vaksin mati, yang pemberiannya harus disuntikkan, dapat juga
menimbulkan reaksi yang berasal dari zat pembawanya. Reaksi yang paling umum
adalah terjadinya pembentukan jendolan pada tempat penyuntikan (granuloma).
Usia unggas pada saat vaksinasi terhadap penyakit tertentu dan kapan perlu diulang
merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat, kualitas dan lamanya
kekebalan. Program-program vaksinasi bervariasi pada ayam broiler, ayam petelur
komersial, ayam bibit, ayam nenek, ayam kalkun, dan burung. Yang penting diingat
adalah vaksinlah sesuai dengan keperluan.
3. Pencatatan Riwayat Flok
Mencatat riwayat flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan flok ayam.
Ayam harus secara rutin diperiksa kesehatannya ke laboratorium, dengan mengecek
titer darahnya terhadap penyakit tertentu, monitoring bakteriologis dan sampling
lainnya. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus disimpan bersamaan dengan
data performans setiap flok atau kandang. Laporan ini sangat bermanfaat begitu
masalah muncul.
4. Pencucian Kandang Ayam
Pencucian kandang ayam merupakan kegiatan biosekuritas yang paling berat. Segera
setelah flok ayam diafkir dan liter diangkat keluar kandang, tindakan berikutnya
adalah pembersihan dan desinfeksi terhadap seluruh
kandang dan lingkungannya. Gumpalan liter harus diangkat dan sisa-sisa yang
menempel harus disikat dan disemprot air. Peralatan seperti penggaruk, sekop, truk
pengangkut, wadah-wadah pengankut kotoran (manure), dan lain-lain semuanya
harus dibersihkan dan didesinfeksi setelah dipakai. Berikut ini cara-cara pencucian
kandang untuk kandang ayam broiler dan ayam petelur.
4.1. Pencucian kandang ayam broiler
Pencucian kandang ayam broiler bisa dilakukan secara total atau menyeluruh. Secara
total artinya dilakukan terhadap seluruh kandang secara lengkap dari bagian atas
sampai ke bawah. Hal ini dilakukan paling tidak setahun sekali. Pencucian bisa juga
secara parsial biasanya dilakukan tidak menyeluruh, tetapi hanya bagian bawah
(lantai) dan sekitarnya.
Cara pencucian secara menyeluruh bisa dilakukan sebagai berikut:
a. Angkat liter keluar dari kandang sejauh mungkin, atau paling tidak 100 yard.
Usahakan liter tidak berceceran, tidak mencemari jalan atau pintu masuk kandang,
dan tutuplah rapat-rapat.
b. Sapulah dengan bersih dari atas sampai dasar kandang atau lantai, termasuk
seluruh rangkaian kabel listrik, kipas angin, dan kisi-kisi jendela. Lepaskan lampu-
lampu bohlam bersihkan dan ganti yang sudah putus dengan yang baru.
c. Gosok, sikat dan bersihkan seluruh instalasi air, tempat makanan, dan peralatan
lainnya. Keluarkan peralatan seperti brooder guard, tempat minum, tempat makan,
dari kandang, lalu rendam, sikat, bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai lagi untuk
flok ayam berikutnya.
d. Seluruh atap, korden, dinding, partisi, tempat makan dan minum, dan peralatan
lainnya, setelah dibersihkan debunya, disomprot dengan air sabun, dibilas, lalu
didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan yang kuat dan larut dalam air seperti
senyawa fenol dengan konsentrasi sesuai aturan yang terdapat pada label.
Peningkatan konsentrasi desinfektan tidak akan menutupi pekerjaan pencucian yang
tidak sempurna. Penyemprotan dilakukan pada tekanan minimum 200 psi (pounds per
square inch) agar penetrasi
berlangsung baik. Hati-hati jangan sampai semprotan mengenai
bagian dalam motor listrik, oleh karena itu harus diselubungi dahulu sebelum
disemprot, setelah selesai buka kembali, atau bisa juga dilepas dahulu motornya.
Penyemprotan dilakukan dari belakang dan bekerja mulai dari atap bangunan pertama
kali, lalu dinding dan terakhir lantai. Bagian luar kandang seperti teras, saluran air,
kawat, atap dan halaman juga diperlakukan sama. Jika pencucian telah selesai,
perbaikan pada bagian-bagian kandang yang rusak dapat dilakukan.
e. Setelah lantai kering dan bersih maka liter baru dan peralatan kandang untuk DOC
yang baru dapat dipasang dan disebar merata. Liter umumnya berupa sekam atau tatal
dengan ketebalan 10 cm (minimal 8cm).
f. Gunakan insektisida yang sesuai pada bagian atas liter baru bila terdapat masalah
serangga. Bila terdapat banyak kumbang (Alphitobius spp), maka semprotlah
dindingnya dengan insektisida.
g. Sediakan bak dekontaminasi sepatu di depan pintu masuk kandang. Sediakan pula
baskom dekontaminasi untuk mencuci kandang. Gunakan desinfektan sesuai anjuran
pabriknya. Desinfektan merupakan racun, dan pemakaian sesuai dengan aturan yang
dianjurkan dalam label dapat menjamin terbunuhnya patogen yang ingin dibasmi.
Bila desinfektan tidak dipakai dalam proporsi yang dianjurkan seperti pada label,
maka orang, ternak ayam, dan mahluk hidup lainnya dapat turut teracuni.
4.2. Pencucian kandang ayam petelur
Pencucian kandang dan desinfeksi secara menyeluruh dilakukan diantara setiap
kelompok umur remaja sangat dianjurkan. Kandang petelur dan peralatan harus
dibersihkan secara menyeluruh dari atas sampai bawah dan didesinfeksi setelah setiap
flok dipindahkan dari kandang semula dan sebelum flok baru dimulai. Pencucian
kandang secara parsial hanya dilakukan pada kandang petelur dan peralatannya
setelah flok dipindahkan dari tempat awalnya ke tempat yang baru.
Cara-cara yang dianjurkan dalam pencucian kandang petelur secara menyeluruh
adalah sebagai berikut:
a. Angkat liter keluar dari kandang sejauh mungkin, atau paling tidak 100 yard.
Usahakan liter tidak berceceran, tidak terkena air, tidak mencemari jalan atau pintu
masuk kandang, dan tutuplah rapat-rapat.
b. Sapulah dengan bersih dari atas sampai dasar kandang atau lantai, termasuk
seluruh rangkaian kabel listrik, kipas angin, dan kisi-kisi jendela. Lepas lampu-lampu
bohlam bersihkan dan ganti yang sudah putus dengan yang baru.
c. Seluruh atap, korden, dinding, partisi, tempat makan dan minum, dan peralatan
lainnya, setelah dibersihkan debunya, dibersihkan dengan air (air sabun), dibilas
dengan air bersih, lalu didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan yang kuat dan
larut dalam air seperti senyawa fenol dengan konsentrasi sesuai aturan yang terdapat
pada label. Penyemprotan dilakukan pada tekanan minimum 200 psi (pounds per
square inch) agar penetrasi bahan kimia berlangsung baik. Hati-hati jangan sampai
semprotan mengenai bagian dalam motor listrik, oleh karena itu harus diselubungi
dahulu sebelum disemprot, setelah selesai buka kembali atau motor dilepas dahulu.
Seluruh korden atau penutup pada kedua sisi harus disemprot dengan air sabun,
dibilas dengan air bersih, dan didesinfeksi. Ketika kering, korden harus digulung dan
biarkan udara mengalir dengan sempurna.
d. Bila terdapat kerusakan kandang maka perbaikan dilakukan pada saat ini. Setelah
selesai perbaikan, maka persiapan datangnya flok baru bisa dilakukan. Masa kosong
kandang sekitar dua minggu (minimal 14 hari).
e. Sediakan bak dekontaminasi sepatu di depan pintu masuk kandang. Sediakan pula
baskom dekontaminasi untuk mencuci kandang.
5. Kontrol terhadap pakan
Biosekuritas terhadap pakan harus dilakukan terutama ditingkat pabrik pengolahan.
Hal ini harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen penyakit dan toksin
yang dapat mencemari makanan. Upaya yang harus dilakukan untuk mengamankan
pakan ayam adalah:
a. Menghilangkan atau mengurangi dampak resiko terjadinya kesalahan formulasi
pakan seperi kelebihan garam dan lain-lain.
b. Melakukan pengawasan atas kualitas bahan baku secara teratur, seperti kadar air,
kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap kandungan mikroorganisma, dan
analisis proksimat untk mengetahui kualitas kandungan pakan.
c. Memenuhi permintaan konsumen misalnya konsumen dari breeding farm biasanya
minta persayaratan pakan tertentu untuk mencegah terjadinya salmonellosis. Pakan
yang diinginkan melalui perlakuan panas (pada suhu 65-90 OC) dan penambahan
vitamin, crumbelling/pelleting, dan penambahan acidifier (asam format, asam laktat,
asam proprionant, asam butirat, atau asam sitrat).
d. Melakukan upaya pencegahan berkembangnya toksin jamur dengan menambahkan
toxin binder.
e. Melakukan sanitasi truk pengangkut pakan, baik sebelum berangkat maupun
setibanya di farm konsumen.
f. Memperhatikan lama penyimpanan bahan baku ataupun penyimpanan pakan jadi.
6. Kontrol Air
Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain melaui pakan dan
udara. Berbagai penyakit yang ditularkan melaluiair antara lain Salmonellosis,
Kolibasilosis, Aspergillosis dan Egg Drop Syndrome. Oleh karena itu monitoring
untuk program biosekuritas air adalah:
a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minimal sekali dalam satu tahun yang meliputi
pemeriksaan kimiawi (kesadahan, metal, mineral) dan bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan air secara kultur paling tidak sebulan sekali untuk menguji
tingkat higienitas air minum ayam (kwalitatif dan kwantitatif). Pengujian dilakukan
secara berurutan dari hulu ke hilir, mulai dari sumber air sampai ketempat minum
ayam (drinker).
c. Perlakuan sanitasi air minum ayam diperlukan tergantung dari tingkat
pencemarannya. Umunya sanitasi dilakukan dengan cara klorinasi, tetapi saat ini
sudah banyak produk komersial lain seperti pemberian asam organik.
d. Secara teratur melakukan flushing (penggelontoran) air di instalasi air di dalam
kandang minimal seminggu sekali. Perlakuan ini dilakukan mengingat seringnya
peternak memberikan vitamin, mineral ataupun antibiotik melalui air minum.
Munculnya jonjot (semacam lendir) organik pada pipa-pipa air minum dapat
mengakibatkan tersumbatnya pipa-pipa saluran tersebut.
7. Kontrol limbah (sisa-sisa) produksi dan ayam mati
Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah sudah jelas
akan dijumpai. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh mungkin sari
areal produksi. Bila mungkin harus ada petugas khusus yang mengambil sisa
produksi ini secara teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi.
Apabila tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar, maka harus dipilih di
lokasi di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak
mengganggu kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan.
Liter basah atau liter yang sudah menggumpal segera mungkin diangkat dan diangkut
ke tempat yang telah di sediakan. Ayam mati sesegera mungkin diambil dari kandang
dan setelah dilakukan pemeriksaan bedah pasca mati maka secepatnya dibakar dan
dibuang ke tempat lubang pembuangan (disposal pit) di dalam peternakan. Disposal
pit dapat dibuat dengan luasan dan kedalaman tertentu tergantung pada sisa produksi
harian serta tersedianya lahan.