laprak pati

20
Minanda Fachladelcada Primara 240210130056 IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Salah satu jenis karbohidrat adalah pati. Pati adalah homopolimer glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α-glikosidik (Winarno,1992). Pati tersusun atas jenis molekul polisakarida, yang satu linear (amilosa) dan yang lain bercabang (amilopektin). Pati alami, kedua molekul ini disatukan berdekatan dalam granula pati mikroskopik. Granula biasanya mengandung amilosa sekitar 15-30% dari keseluruhan granula tersebut (Fennema,1976). Pati terdiri dari dua fraksi yang dapatdipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarutnya merupakan amilosa, sedangkan fraksi tidak terlarutnya merupakan amilopektin. Daya cerna pati dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni (soluble starch). Pati murni diasumsikan dapat dicerna dengan sempurna dalam saluran pencernaan. Pati memiliki karakteristik tertentu berdasarkan bentuk, ukuran, distribusi ukuran, komposisi, dan kekristalan granulanya (Belitz dan Grosch,1999). Bentuk aslinya secara alami, pati merupakan butiran-butiran kecil yang disebut granula. Bentuk dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu dapat digunakan untuk identifikasi. Selain ukuran granula, karakteristik lain adalah bentuk, keseragaman granula, lokasi hilum, serta permukaan granulanya (Hodge dan Osman, 1976).

Upload: minanda713

Post on 16-Jul-2016

24 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Pati

TRANSCRIPT

Page 1: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Salah satu jenis karbohidrat adalah pati. Pati adalah homopolimer glukosa

yang dihubungkan oleh ikatan α-glikosidik (Winarno,1992). Pati tersusun atas

jenis molekul polisakarida, yang satu linear (amilosa) dan yang lain bercabang

(amilopektin). Pati alami, kedua molekul ini disatukan berdekatan dalam

granula pati mikroskopik. Granula biasanya mengandung amilosa sekitar 15-30%

dari keseluruhan granula tersebut (Fennema,1976). Pati terdiri dari dua fraksi

yang dapatdipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarutnya merupakan amilosa,

sedangkan fraksi tidak terlarutnya merupakan amilopektin. Daya cerna pati

dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni (soluble starch). Pati murni

diasumsikan dapat dicerna dengan sempurna dalam saluran pencernaan.

Pati memiliki karakteristik tertentu berdasarkan bentuk, ukuran, distribusi

ukuran, komposisi, dan kekristalan granulanya (Belitz dan Grosch,1999). Bentuk

aslinya secara alami, pati merupakan butiran-butiran kecil yang disebut granula.

Bentuk dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu

dapat digunakan untuk identifikasi. Selain ukuran granula, karakteristik lain

adalah bentuk, keseragaman granula, lokasi hilum, serta permukaan granulanya

(Hodge dan Osman, 1976).

Pati memegang peranan penting dalam pengolahan pangan terutama

karena mensuplai kebutuhan energi manusia di dunia dengan porsi yang tinggi.

Lebih dari 80 persen tanaman pangan terdiri dari biji-bijian atau umbiumbian dan

tanaman sumber pati lainnya (Greenwood dan Munro, 1979). Pati tidak larut pada

air dingin dan akan membentuk massa pasta yang padat dan keras apabila

dicampur dengan air dingin, oleh karena itulah pati sangat sulit dijadikan massa

adonan yang nantinya mengalami pencetakan.

Praktikum kali ini mengenai penentuan kadar pati. Sampel yang digunakan

terdiri dari tepung terigu, tepung maizena, tepung pisang, tepung beras, dan

tepung hunkweee. Metode yang digunakan dalan praktikum ini yaitu Luff

Schoorl. Pertama-tama sampel yang telah halus ditimbang sebanyak 1 gram dan

ditambahkan 30 ml akuades untuk melarutkan sampel dan diamkan selama 1 jam

sambil diaduk. Sampel dilarutkan dengan akuades untuk mengetahui bagian yang

larut dan tidak. Bagian yang tidak larut merupakan kandungan patinya, sedangkan

Page 2: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

bagian yang tidak larut bukan merupakan pati. Pengadukan dilakukan untuk

membantu pemisahan bagian yang larut dan tidak.

Biasanya ketika pelarutan sampel dengan akuades, ditambahkan pelarut-

pelarut yang dapat menghilangkan komponen selain pati pada sampel yang

mengandung lemak, protein, dan lain-lain. Hal ini ditujukan agar didapatkan

kadar pati yang lebih akurat dan sesuai dengan literatur yang ada. Praktikum kali

ini tidak menambahkan pelarut lain selain akuades.

Langkah selanjutnya sampel disaring dan endapan dicuci ke dengan 250

ml akuades sehingga hasil flitrat yang tertampung sebanyak 500 ml. Hal ini juga

untuk mendapatkan karbohidrat yang benar-benar tidak larut, setelah itu endapan

tersebut ditambahkan dengan 100 ml HCl 25 % yang berfungsi untuk

menghidrolisa pati. Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan

air. Reaksi ini adalah orde satu karena reaktan air yang dibuat berlebih sehingga

perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat menggunakan

katalisator ion H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada

hidrolisis pati adalah sebagai berikut:

x (C6H10O5) + x H2O → x C6H12O6

Selanjutnya sampel direfluks selama 2,5 jam untuk mempercepat reaksi

dengan cara pemanasan, setelah direfluks sampel didinginkan dan dinetralkan.

Sampel bersifat asam karena larutan HCl 25 % yang ditambahkan sebelumnya,

oleh sebab itu perlu dinetralkan kembali dengan penambahan NaOH dengan

penambahan indikator PP 1% sebanyak 2 tetes. Indikator phenol phtalein dibuat

dengan cara kondensasi anhidrida ftalein (asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH

8,2 – 10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna dan berwarna merah muda

dalam larutan basa. PP tidak dapat digunakan untuk reaksi asam kuat oleh basa

kuat, karena pada titik ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari

kurva titrasi, hal ini disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga

akan berhenti pada pH 7, sedangkan warna berubah pada pH 8. Sampel yang telah

menjadi netral dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditambahkan akuades

hingga tanda batas. Penambahan akuades berfungsi sebagai pengenceran,

selanjutnya disaring untuk mendapatkan filtratnya.

Page 3: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Penentuan kadar pati ini menggunakan metode oksidasi kupri, di mana

cara yang dipakai adalah cara Luff Schoorl. Cara Luff Schoorl ini yang ditentukan

bukannya kuprooksida yang mengendap tetapi untuk menentukan kuprioksida

dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula pereduksi (titrasi blanko) dan

sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Prinsipnya

reaksi yang terjadi adalah mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen iod dari

garam. Penentuannya dilakukan dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat, jadi

titrasi (blanko – titrasi sampel) ekuivalen kuproksida yang terbentuk ekuivalen

jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan.

Penentuan kadar pati dilakukan dengan metode Luff Schoorl. Sampel

dipipet sebanyak 25 ml dan ditambakan larutan Luff Schoorl sebanyak 25 ml serta

ditambahkan batu didih. Batu didih pada praktikum ini tidak ditambahkan. Batu

didih berfungsi batu didih juga untuk mencegah terjadinya letupan (bumping)

pada saat refluks. Batu didih ini tidak digunakan karena alat refluks yang

digunakan modern menggunakan bantuan energi listrik. Refluks selama 15 menit.

Refluks digunakan untuk pemanasan senyawa-senyawa yang mudah

menguap atau volatil. Kondensor yang digunakan adalah pendingin bola, bukan

pendingin Liebig, tujuannya untuk menghalangi uap pelarut tetap ada. Kondensor

Liebig dapat menyebabkan senyawa yang akan disintesis tidak ada hasilnya

karena kesemuanya sudah menguap. 

Sampel yang sudah di refluks dibiarkan terlebih dahulu selama 5 menit.

Hal ini berfungsi untuk menunggu cairan yang masih menetes, setelah itu labu

tersebut didinginkan dengan melalukannya pada air yang mengalir. KI 30 % dan

25 ml asam sulfat 6 N ditambahkan. Penambahan larutan-larutan ini akan

menimbulkan reaksi antara kuprioksida menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan

CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Larutan KI berfungsi untuk membentuk

larutan berwarna kuning kecoklatan yang menunjukkan adanya campuran CuI2,

Cu2I2, dan I2. Sampel yang sudah ditambahkan KI dan asam sulfat dititrasi dengan

larutan Na-tiosulfat 0,1 N yang telah distandarisasi sampai terbentuk warna

kuning jerami. Reaksi tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan

menjadi coklat.

Page 4: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Titrasi harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah menguapnya

larutan KI, setelah itu tambahkan amilum 1% sebanyak 2 ml lalu dilanjutkan

dengan titrasi Na- tiosulfat 0,1 N hingga warnanya berubah menjadi putih susu.

Penambahan amilum harus dilakukan hingga titik akhir titrasi, sedangkan titrasi

oleh Na- tiosulfat harus dilakukan langsung setelah penambahan amilum 1%.

Penambahan indikator amilum dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir,

hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada awal titrasi maka amilum dapat

membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir menjadi tidak terlihat

tajam.

Pengukuran pati didasarkan pada reaksi antara karbohidrat (pati) dengan

larutan cupper. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff

menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga

dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Prinsip

metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2

yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Proses iodometri adalah proses

titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator

kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam

penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi

dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator

(Winarno, 1992).

I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3

sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air, oleh

karena itu jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka

penambahan amilum sebelum titik ekivalen. Titrasi itu dihentikan bila telah terjadi

perubahan warna dari kuning jerami menjadi putih susu. Reaksinya yaitu sebagai

berikut.

R – COH + CuO   →CuO2 + R – COOH

H2SO4 + CuO   →   CuSO4 + H2O

CuSO4 + 2KI → CuI2 + K2SO4

2CuI2    → Cu2I2 + I2

I2 + Na2S2O3   →  Na2S4O6 + NaI

Page 5: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Volume yang digunakan untuk mentitrasi didapatkan. Volume tersebut

dapat digunakan sebagai penentu kadar gula total. Perhitungan kadar gula

pereduksi yaitu:

a = (V blanko−V sampel ) x N

0,1 N

b = Nilai a dari tabel

% gula = b x FP

W (g ) x 1000 x 100

Nilai 0,1 N pada rumus a didapat dari konsentrasi Na-tiosulfat pada tabel.

FP merupakan faktor pengenceran, yaitu sebesar 100. Nilai b yaitu nilai a pada

tabel, jika tidak ditemukan nilai a secara tepat, maka dilakukan interpolasi.

Interpolasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui nilai dari

sesuatu yang berada didalam sebuah interval (diantara dua buah titik yang

segaris).

Gambar 1. Contoh Interpolasi(Chapra dan Canale, 1985)

Page 6: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Gambar 2. Tabel Penetapan Gula Menurut Luff Schoorl(Dokumentasi Pribadi, 2015)

Pengujian terhadap pati bertujuan untuk mengetahui berapa kadar pati

dalam suatu bahan pangan. Jumlah pati dalam bahan pangan dapat digunakan

untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan yang tepat dan bagaimana asupan

diet sehari-hari bagi tubuh. Volume blanko sebesar 24,9 ml. Blanko yaitu

melakukan prosedur penentuan kadar tanpa sampel. Larutan blanko biasanya

digunakan untuk acuan dalam analisis. Hasil pengamatan dalam penentuan kadar

pati dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Pati

Kel Sampel Berat sampel

Volume titrasi % Pati Literatur

1 A Tepung pisang 1,0171 g 21,7 ml 63,8875 % 64 - 67%2 A Tepung terigu 1,0032 g 22 ml 68,65% 65 - 70%3 A Tepung maizena 1,0090 g 21,7 ml 64,395% 54,4 – 71,7%4 A Tepung beras 1,0131 g 22,1 ml 56,17 % 72%5 A Tepung hunkweee 1,030 g 21,5 ml 63,9684 % 66%6 A Tepung pisang 1,0363 g 21,4 ml 71,432% 64 - 67%

Page 7: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

7 A Tepung terigu 1,0012 g 22,2 ml 54,75% 65 - 70%8 A Tepung maizena 1,0051 g 21,2 ml 75,17% 54,4 – 71,7%9 A Tepung beras 1,0206 g 21,3 ml 71,96% 72%10 A Tepung hunkweee 1,0126 g 20,9 ml 80,88% 66%

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Berikut contoh perhitungan kadar pati pada tepung hunkweee.

a = (V blanko−V sampel ) x N

0,1 N

= (24,9−20,9 ) x 0,094

0,1 N = 3,76

b = Nilai a dari tabel

4−3,763,76−3 = 9,7−x

x−7,3

0,24x – 1,728 = 7,372 – 0,76x

x = 9,1

% pati = b x FP

W (g ) x 1000 x 100 %

= 9,1 x 100

1,0126 x 1000 x 100% x 0,9 = 80,88 %

4.1 Tepung Terigu

Tepung terigu (wheat flour) dibuat dari bagian dalam gandum disebut

wheat endosperm) setelah membuang bagian luarnya yang keras dan banyak

mengandung serat (disebut wheat bran) dan bagian paling kecil dari inti biji

gandum yang mengandung banyak vitamin dan mineral (disebut wheat germ).

Tepung terigu pada dasarnya merupakan sumber karbohidrat (KH), yang

kendungan patinya tinggi serta protein berbentuk luten sama dengan tepung

gandum.

Tepung terigu mengandung banyak zat pati yaitu karbohidrat kompleks

yang tidak larut dalam air. Pati tersebut berasal dari endosperma yang merupakan

bagian yang terbesar dari biji gandum (80-83%) yang banyak mengandung pati.

Proses penggilingan, bagian inilah yang akan diambil sebanyak-banyaknya untuk

diubah menjadi tepung terigu dengan tingkat kehalusan tertentu.

Berdasarkan percobaan, kadar pati tepung terigu sebesar 68,65% dan

54,75% jika dirata-ratakan yaitu sebesar 61,7%. Berdasarkan literatur, kadar pati

Page 8: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

tepung terigu sebesar 65-70% (Koswara, 2009). Kadar pati yang didapatkan saat

praktikum mendekati dengan literatur. Perbedaan yang terjadi mungkin

disebabkan berbagai faktor diantaranya, masih adanya komponen gizi lain selain

pati pada sampel tersebut. Faktor lainnya, mungkin dipengaruhi oleh volume

sampel yang bervariasi. Volume sampel pada setiap sampel yang digunakan ini

bergantung pada titrasi yang dilakukan serta warna akhir yang dihasilkan.

4.2 Tepung Maizena

Tepung maizena merupakan sumber karbohidrat yang digunakan untuk

bahan pembuat roti, kue kering, biskuit, makanan bayi, dan lain-lain. tepung

jagung adalah tepung yang diperoleh dengan cara menggiling biji jagung (Zea

mays) yang bersih dan baik. Penggilingan biji jagung ke dalam bentuk tepung

merupakan suatu proses memisahkan kulit, endosperm, lembaga dan tip cap.

Endosperm merupakan bagian biji jagung yang digiling menjadi tepung dan

memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Kulit memiliki kandungan serat yang

tinggi sehingga kulit harus dipisahkan dari endosperm karena dapat membuat

tepung bertekstur kasar, sedangkan lembaga merupakan bagian biji jagung yang

paling tinggi kandungan lemaknya sehingga harus dipisahkan karena lemakyang

terkandung di dalam lembaga dapat membuat tepung tengik.

Biasanya kadar pati dalam tepung maizena adalah sebesar 54,4% - 71,7%

(Singh, et al., 2008). Pati jagung tersusun atas 25% amilosa dan 75% amilopektin.

Kadar yang terhitung pada analisis pati pada tepung maizena sebesar 64,395% dan

75,17% jika dirata-ratakan yaitu sebesar 69,7825%. Hasil ini sudah sesuai dengan

kadar pati pada literatur. Amilosa mendorong proses mekar sehingga produk yang

berasal dari pati-patian beramilopektin tinggi bersifat porous, ringan, gating, dan

mudah patah.

4.3 Tepung Beras

Tepung beras dapat digunakan dalam pembuatan kue-kue tradisional.

Tepung beras ini diklasifikasikan menjadi 3, yaitu tepung beras beramilosa rendah

(9-20%), beras beramilosa sedang (20-25%), dan beras beramilosa tinggi (25-

33%) (Winarno,1992). Beras beramilosa rendah (9-20%) cocok untuk pembuatan

Page 9: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

makanan bayi, makanan sarapan, dan makanan selingan, karena sifat gelnya yang

lunak. Pembuatan roti dari tepung beras atau campuran tepung beras dan terigu

(30:70) menggunakan beras dengan kadar amilosa rendah, suhu gelatinisasi

rendah, dan viskositas gel yang rendah akan menghasilkan roti yang baik. Beras

yang mengandung kadar amilosa sedang sampai tinggi (20-27%) dapat digunakan

sebagai bahan baku pembuatan beras pratanak dalam kaleng dan sup nasi dalam

kaleng. Beras beramilosa tinggi dapat digunakan sebagai bahan bakupembuatan

bihun. Beras jenis ini mempunyai stabilitas dan daya tahan untuk tetap utuh dalam

pemanasan tinggi, serta mempunyai sifat retrogradasi yang kuat, sehingga setelah

dingin pasta yang terbentuk menjadi kuat, tidak mudah hancur atau remuk.

Tepung beras diperoleh dari penggilingan atau penumbukan beras dari tanaman

padi (Oryza sativa).

Tepung beras yang digunakan saat praktikum merupakan tepung beras

yang berkadar amilosa rendah karena digunakan untuk pembuatan kue kering dan

roti. Amilosa tidak menjadi ukuran keseluruhan kadar pati karena masih terdpat

rantai amilopektin yang dapat menjadi kesatuan ukuran kadar pati. Berdasarkan

percobaan, kadar pati pada tepung beras sebesar 56,17% dan 71,96% jika dirata-

ratakan yaitu sebesar 64,065%. Hasil ini hampir mendekati literatur yang

mengatakan kadar pati pada tepung beras sebesar 72% (Sulistijani, 1998).

4.4 Tepung Hunkweee

Tepung hunkwee adalah tepung yang terbuat dari pati kacang hijau yang

dapat diperoleh di toko-toko bahan kue maupun swalayan. Tepung hunkwee dapat

diolah menjadi berbagai jenis makanan, baik kue, cake, bubur, dan sebagainya.

Biji kacang hijau berbentuk bulat atau lonjong, umumnya berwarna hijau, tetapi

ada juga yang berwarna kuning, coklat atau berbintik-bintik hitam. Berdasarkan

percobaan, kadar pati pati tepung hunkwee sebesar 63,9684% dan 80,88% jika

dirata-ratakan yaitu sebesar 72,4242%. Berdasarkan literatur, kadar pati pada

tepung hunkwee sebesar 66%.

4.5 Tepung Pisang

Page 10: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Tepung pisang mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga dapat

digunakan pada pengolahan berbagai jenis makanan yang menggunakan tepung

(tepung beras, terigu) di dalamnya. Dalam industri tepung pisang, banyak

digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan puding, makanan bayi, roti

(terutama di Ekuador) dan lain-Iain (Widowati, 2001). Berdasarkan percobaan,

kadar pati pati tepung pisang sebesar 63,8875% dan 71,432% jika dirata-ratakan

yaitu sebesar 67,65975%. Berdasarkan literatur, kadar pati pada tepung pisang

sebesar 64,69 – 67,31% (Antarlina, 2004).

Berdasarkan percobaan, urutan kadar pati yang paling tinggi sampai

terendah yaitu tepung hunkwee, tepung maizena, tepung pisang, tepung beras, dan

tepung terigu. Berdasarkan literatur, urutan kadar pati yang paling tinggi sampai

terendah yaitu tepung beras, tepung terigu, tepung hunkweee, tepung pisang, dan

tepung maizena. Hal ini disebabkan oleh praktikan yang kurang melakukan

percobaan dengan baik, meliputi: penimbangan yang terlalu berlebih, penyaringan

yang kurang maksimal sehingga filtrat serta residu yang didapat kurang maksimal,

kurang teliti dalam pengukuran volume larutan, dan penghentian titik akhir titrasi

yang terlalu lambat atau cepat.

Tepung hunkwee memiliki kadar pati yang tertinggi, hal ini disebabkan

karena tepung hunkwe terbuat dari kacang hijau yang diekstraksi patinya. Pati

pada kacang hijau terdapat pada kotiledon dan sebesar 80% dari total keseruhan,

inilah yang menyebabkan tepung hunkwe memiliki kadar pati terbanyak. Daya

cerna pati paling tinggi adalah tepung hunkwee sehingga sangat baik untuk

dijadikan bahan makanan untuk bayi dan anak balita yang sistem pencernaannya

belum sesempurna orang dewasa. Sementara tepung dengan daya cerna paling

rendah adalah tepung terigu. Daya cerna pati dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah proses pengolahan, misalnya proses penggilingan yang

menyebabkan struktur pangan menjadi halus sehingga pangan tersebut mudah

dicerna dan diserap. Ukuran partikel juga mempengaruhi proses gelatinisasi pati,

ukuran butiran pati yang makin kecil mengakibatkan mudah terdegradasi oleh

enzim. Makin mudah enzim bekerja, makin cepat pencernaan dan penyerapan

karbohidrat pati.

Page 11: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Viskositas akhir juga merupakan parameter yang menunjukkan

kemampuan pati untuk membentuk pasta kental atau gel setelah proses pemanasan

dan pendinginan serta ketahanan pasta terhadap gaya geser yang terjadi selama

pengadukan. Viskositas setback yang tinggi pada tepung menunjukkan tingkat

retrogradasi yang tinggi.

Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini untuk

memperkecil tingkat kesalahan data antara lain :

- Proses pendidihan atau refluks harus dilakukan dengan takaran waktu yang

tepatagar gula-gula karbohidrat dapat dengan tepat bereaksi dengan larutan

Luff Schoorl saat larutan tersebut dicampur.

- Lamanya proses pemanasan harus sesuai, tidak boleh terlalu sebentar

sehingga tembafa dapat tereduksi sempurna dan dapat diikanoleh iodin secara

maksimal

- Proses titrasi haru dilakukan dengan cepat agar senyawa Na2S2O3 dapat

bereaksi dengan I2 secara aktif dan efektif.

Page 12: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan, kadar pati tepung terigu sebesar 61,7%.

Berdasarkan percobaan, kadar pati pada tepung maizena sebesar

69,7825%.

Berdasarkan percobaan, kadar pati pada tepung pisang sebesar 67,65975%.

Berdasarkan percobaan, kadar pati pada tepung beras sebesar 50,182%.

Berdasarkan percobaan, kadar pati pati tepung hunkwee sebesar 73,33%.

Berdasarkan percobaan, urutan kadar pati yang paling tinggi sampai

terendah yaitu tepung hunkwee, tepung maizena, tepung pisang, tepung

beras, dan tepung terigu.

5.2 Saran

Penentuan penetapan kadar pati, sebaiknya praktikan lebih cermat dalam

melakukan langkah-langkah percobaan seperti penimbangan sampel awal

agar tidak terjadi kesalahan yang akan berpengaruh pada perhitungan

kadar pati sampel.

Waktu praktikum analisis pangan sebaiknya ditambahkan sehingga tidak

terjadi penundaan selama praktikum dan dapat mempebesar keakuratan

data.

Praktikan sebaiknya diberitahukan terlebih dahulu sampel yang akan

dianalisis sehingga dapat mempelajari karakteristik sampel terkait kadar

gula pereduksi dan totalnya.

Page 13: Laprak Pati

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

DAFTAR PUSTAKA

Antarlina, S.S, dkk. 2004. Pengolahan Buah Pisang Dalam Mendukung Pengembangan Angroindustri di Kalimantan. Puslitbang Sosek Pertanian : 724-746.

Belitz, H.D. dan Grosch, W. 1999. Food Chemistry. 2nd Ed. Springer, German.

Chapra, S.C dan R. P.Canale.1985. Numerical Methods For Engineers With Personal Computer Applications. Mc Graw-Hill, Singapore.

Fennema, O.R. 1976. Food Chemistry, 3rd ed. Marcel Dekker, New York.

Greenwood, C.T. dan D.N. Munro. 1979. Carbohydrates. Applied Science Publ. Ltd, London.

Hodge G.E. dan Osman E.M. 1976. Carbohydrate. Marcel Dekker Inc, New York.

Koswara, S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati [terhubung berkala]. http://ebookpangan.net (diakses pada tanggal 30 Maret 2015).

Sulistijani, D.A. 1999. Sehat dengan Menu Berserat. Penebar Swadaya, Jakarta

Singh, S et al. 2008. Effect of Incoporating Sweet Potato Flour to Wheat Flour on The Quality Characteristics of Cookies. African Journal of Food Science.

Widowati, S dan D.S. Damardjati. 2001. Menggali Sumberdaya Pangan Lokal dalam Rangka Ketahanan Pangan. Majalah PANGAN No 36/X/Jan /2001. BULOG, Jakarta.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.