laporan verteb

25
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI AMPHIBI OLEH: NAMA : RAHMATIKA PUTRI NO BP : 0810423082 KELOMPOK : III (GENAP) HARI/TGL : SENIN / 21 MARET 2011 ANGGOTA : 1. YASTORI (0910421010) 2. HARI FITRAH (0910423080) 3. JUMAWITA (0910422044) 4. ANITA SARI (0910423088) ASISTEN : IRVAN FADLI WANDA LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS

Upload: cevennaue-venue

Post on 08-Aug-2015

150 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan verteb

TRANSCRIPT

Page 1: laporan verteb

LAPORAN PRAKTIKUM

TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA

MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI AMPHIBI

OLEH:

NAMA : RAHMATIKA PUTRI

NO BP : 0810423082

KELOMPOK : III (GENAP)

HARI/TGL : SENIN / 21 MARET 2011

ANGGOTA : 1. YASTORI (0910421010)

2. HARI FITRAH (0910423080)

3. JUMAWITA (0910422044)

4. ANITA SARI (0910423088)

ASISTEN : IRVAN FADLI WANDA

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2011

Page 2: laporan verteb

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada sistematika atau taksonomi ada tiga pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu

identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan dan

deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis. Spesies yang selanjutnya diberi nama

ilmiahnya sehingga diakui oleh para ahli diseluruh dunia. Klasifikasi adalah suatu kegiatan

pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara memberi keseragaman

ciri/sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut. Oleh karena

itu dengan morfologi tubuh makhluk hidup yang berbeda satu sama lainnya, kita

memerlukan pengklasifikasian agar kita lebih mudah memahami dan mempelajari

keanekaragaman makhluk hidup tersebut (Soesono, 1968).

Untuk mendukung pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi diperlukan

adanya identifikasi dari berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh amphibi.Dengan

melihat morfologi ikan kita dapat mengelompokkan ikan/hewan air. Sistem atau cara

pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi(Soesono, 1968).

Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh

rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani

yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan

sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air (Djuanda,

1982).

Oleh karena itu, dalam praktikum amphibi ini kita membutuhkan pengetahuan

tentang taksonomi dan proses-prosesnya seperti pembuatan klasifikasi dan identifikasi

sehingga kita bisa memahami dan menyelesaikan pengamatan objek praktikum dengan

baik. Karena Keanekaragaman dari amphibi merupakan aset nasional yang perlu

diinventarisasikan jenis dan keberadaannya, distribusinya serta sifat-sifat hidupnya.

(Soesono, 1968).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum morfologi dan kunci determinasi amphibia ini adalah untuk

mengetahui dan melihat morfologi serta membuat kunci determinasi kelas amphibia.

1.3 Tinjauan Pustaka

Amphibia umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang

hidup didua alam yakni di air dan di daratan.Amfibia bertelur di air atau menyimpan

telurnya ditempat yang lembab dan basah.Ketika menetas larvanya yang dinamakan berudu

hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan insang.Setelah beberapa lama,

Page 3: laporan verteb

berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang

umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan

paru-paru (Djuanda, 1982).

Ampibia mempunyai ciri-ciri yaitu tubuh diselubungi kulit yang berlendir,

merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm), mempuyai jantung yang terdiri dari tiga

ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap

kakinya terdapat selaput renang yang terdapat diantara jari-jari kakinya dan kakinya

berfungsi untuk melompat dan berenang, matanya mempunyai selaput tambahan yang

disebut membran niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam, pernafasan pada saat

masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernafasannya berupa paru-paru dan

kulit yang hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk kedalam rongga mulut

ketika menyelam, dan berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh

yang jantan diluar tubuh induknya atau pembuahan eksternal (Djuanda, 1982).

Tubuh amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang belum

tampak jelas. Sebagian kulit, kecuali pada tempat-tempat tertentu, terlepas dari otot yang

ada di dalamnya, sehingga bagian dalam tubuh katak berupa rongga-rongga yang berisi

cairan limfa subkutan (Djuhanda, 1982). Amphibi dewasa memiliki mulut lebar dan lidah

yang lunak yang melekat pada bagian depan rahang bawah. Paru-paru selalu ada seperti

yang terdapat pada kelompok salamander, dan sebagian besar pernafasan juga dilakukan

oleh kulit (Djuhanda, 1974). Pada katak sawah, kulit ini hampir selalu basah karena adanya

sekresi kelenjar-kelenjar mucus yang banyak terdapat didalamnya. Selain itu, kulit katak

juga banyak mengandung kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang vena kutanea magna

dan arteri kutanea (Djuhanda, 1982). Selain kulit, pernafasan juga dilakukan melalui epitel,

mulut, dan larynxs. Bibir, mata, dan kelenjar yang menjaga kelembaban mata juga ikut

berkembang (Djuhanda, 1974).

Amphibi hidup didua tempat, di air dan tempat yang lembab dari daratan. Telur-

telur individu yang belum matang adalah normal hidup di dekat air dan dan dewasa tidak

pernah jauh dari air, dari kemampuan mereka disebuah lingkungan daratan, lebih tepat lagi

tidak berkembang. Dewasa ditemukan ditanah dekat kolam-kolam, aliran sungai dan

bagian lain dari air segar yang mana mereka dapat istirahat dan mendapatkan ketenangan,

atau ditempat-tempat lain yang lembab seperti dibawah pohon atau dibawah batu, di kayu-

kayu yang agak lembab. Amphibi daratan yang agak terkenal adalah katak khususnya,

sangat aktif saat malam ketika kelembaban relatif tinggi (Bartlett, 1988).

Page 4: laporan verteb

Amphibia terdiri dari tiga ordo, yaitu ordo urodela, Gymnophiona, dan Anura. Ordo

urodela adalah amphibi yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya berbentuk

seperti kadal. Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedangkan jenis-jenis

lain insangnya hilang. Sabuk-sabuk skelet hanya kecil bantuannya dalam menyokong kaki.

Tubuh dengan jelas terbagi atas kepala, badan, dan ekor. Kaki-kakinya kira-kira sama

besar. Jika aquatis, bentuk larva sama seperti yang dewasa. Dari larva menjadi dewasa

dibutuhkan waktu beberapa tahun. Contoh yang terkenal adalah caudata. Bangsa caudata

atau salamander merupakan satu-satunya yang tidak terdapat hampir diseluruh Asia

tenggara, termsuk indonesia. Daerah terdekat yang dihuni salamander adalah vietnam utara

dan thailand utara (Bardach, 1972).

Bangsa kedua yang paling kecil sangat jarang ditemukan adalah sesilia

atau gymnophiona. Gymnophiona mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak

mempunyai kaki sehingga disebut Apoda.Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen,

tidak bertungkai, dan ekor mereduksi.Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata

tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai

fotoreseptor.Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ

sensory.Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya.Pada fase larva hidup

dalam air dan bernafas dengan insang.Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan

biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik.Fertilisasi pada Caecilia

terjadi secara internal (Duellman and Trueb, 1986).

Bangsa yang ketiga yaitu Anura atau katak, Ordo Anura mempunyai ciri umum

tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai

berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini

mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput

diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran

yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata

berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya

dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb, 1986).

Katak mudah dikenal dari tubuh yang tampak berjongkok dengan empat kaki untuk

melompat dan tanpa ekor. Kaki belakang berfungsi untuk melompat, lebih panjang dari

pada kaki depan yang pendek dan ramping, dan berguna untuk melompat mencari mangsa

atau menghindarkan diri. Matanya sangat besar dengan pupil mata horizontal dan vertikal.

Pada beberapa jenis katak pupil matanya berbentuk berlian atau segi empat yang khas bagi

masing-masing kelompok. Ujung jarinya mungkin tidak berbentuk, hanya silindris atau

Page 5: laporan verteb

berbentuk piringa yang pipih dan kadang-kadang mempunyai lipatan kulit lateral lebar.

Kaki depan mempunyai empat jari, sedangkan kaki belakang berjari lima. Selaput kulit

tumbuh diantara jari-jari. Selaput ini bervariasi dari tiap jenis. Beberapa jenis hampir tidak

berselaput tetapi pada jenis yang lain selaputnya meluas sampai menutupi jari atau

pelebaran ujung jari (Iskandar, 1998).

Katak yang paling primitif terdapat dikalimantan, dan termasuk suku

Bombinatoridae. Kelompok katak lain yang dianggap primitif termasuk suku kedua yaitu

Megophorydae dan dua jenis introduksi dari suku pipidae (Xenopus

laevis dan Hymenochirus sp) katak lain yang tidak termasuk kedua golongan tersebut akan

mewakili semua katak yang telah maju (Iskandar, 1998).

Metamorfosis dari katak menyangkut tiga proses perubahan, dua diantaranya

merupakan perubahan yang drastis, yaitu berupa penciutan bahkan habis sama sekali

struktur yang sebelumnya sudah ada. Terbentuknya organ yang baru. Yang tidak tampak

dari luar adalah perubahan struktur baru dari organ yang sama yang disesuaikan dengan

hewan dewasa, walaupun berlangsungnya singkat. Metamorfosis merupakan suatu masa

kritis yang di alami selama terjadinya perubahan dari hewan berhabitat aquatic menjadi

terestrial (Duellman, 1986).

Page 6: laporan verteb

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin,21 Maret 2010 di Laboratorium Taksonomi

Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Andalas, Padang.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak bedah, vernier caliper, tabel

pengamatan, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah, Bufo melanosticus,

Bufo asper,Megophrys nasuta,Leptobrachium abotti,Rana picurata,Rana erytrhea,Rana

calconata,Fejerfarya cancrivora,Fejerfarya limnocharis,Limnonectes kuhlii,Limnonectes

bitii

2.3 Cara Kerja

Objek diletakkan pada bak bedah dengan posisi kepala disebelah kiri.Objek itu diamati dan

digambar. Kemudian dilakukan pengukuran serta perhitungan terhadap karakteristiknya,

yaitu sebagai berikut : panjang badan (PB), panjang kaki depan (PKD), panjang kaki

belakang (PKB), diameter mata (DM), urutan panjang jari kaki depan (UPJKD), lebar

kepala (LK), panjang tibia fibula (PTF), panjang moncong (PM), jarak inter orbital (JIO),

urutan panjang jari kaki belakang (UPJKB), panjang kepala (PK), panjang femur (PF),

diameter tympanum (DT), jarak inter nares (JIN). Setelah dilakukan pengukuran, kunci

determinasi pun dapat dibuat berdasarkan deskripsi atau cirri khas yang kita lihat pada

pengamatan praktikum saat ini.

Page 7: laporan verteb

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi

3.1.1 Bufo Asper (Gravenhort, 1829)

Klasifikasi:

Kingdom  : Animalia

Filum  : Chordata

Kelas  : Amphibia

Ordo  : Anura

Famili  : Bufonidae

Genus  : Bufo

Species  : Bufo asper  Gravenhort, 1829(Inger, 1997)

Gambar 1 : Buffo asper

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:Bufo

asper memiliki panjang badan (PB) 74 mm, panjang kepala (PK) 0,35 bagian dari panjang

badan, lebar kepala (LK) 0,35 bagian dari panjang badan, panjang kaki depan (PKD) 0,6

bagian dari panjang badan, panjang tibia fibula (PTF) 0,55 bagian dari panjang badan,

panjang femur (PF) 0,57 bagian dari panjang badan, panjang kaki belakang (PKB) 0,8

bagian dari panjang badan, panjang moncong (PM) 0,12 bagian dari panjang badan,

diameter tympanum (DT) 0,04 bagian dari panjang badan, diameter mata (DM) 0,12

bagian dari panjang badan, jarak inter orbital (JIO) 0,18 bagian dari panjang badan, jarak

inter nares (JIN) 0,08 bagian dari panjang badan. Urutan panjang kaki depan 3>4>2>1,

urutan panjang kaki belakang 4>3>5>2>1, bentuk ujung jari gada, tutupan selaput renang

terdiri dari 3 phalang, kelenjar parotoidnya berbentuk bulat lonjong dan mulut berbentuk

truncates.

Iskandar (1998) menyatakan kodok ini berwarna coklat tua kehitaman, keabu-

abuan, atau kehitam-hitaman.Kelenjar parotoid berbentuk lonjong.Tangan dan kaki dapat

berputar.Jari kaki berselaput renang sampai ke ujung.Perkembangbiakkan masih belum

diketahui.Namun para pejantan diketahui memanggil dari tepi sungai terutama pada saat

bulan purnama.

Page 8: laporan verteb

Menurut Van Kampen (1923), habitat Bufo asper umumnya dijumpai sepanjang

sungai yang lebar sampai anak sungai dengan lebar 2 meter. Bahkan dijumpai di sekitar air

terjun, hidup dari hutan skunder sampai hutan primer, hutan dataran rendah sampai

pegunungan. Bangkong sungai menyebar mulai dari Indochina di utara hingga

ke Sumatra,Kalimantan dan Jawa. Di Jawa tersebar hingga

ke Pasuruan dan Malangdi Jawa Timur.

3.1.2 Bufo melanostictus (Scheneider, 1799)

Klasifikasi:

Kingdom  : Animalia

Filum  : Chordata

Kelas  : Amphibia

Ordo  : Anura

Famili  : Bufonidae

Genus  : Bufo

Species  : Bufo melanostictus (Scheneider, 1799)

Gambar 2 : Buffo melanostictus

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:Bufo

melanostictus memiliki panjang badan (PB) 82 mm, panjang kepala (PK) 0,3 bagian dari

panjang badan, lebar kepala (LK) 0,38 bagian dari panjang badan, panjang kaki depan

(PKD) 0,56 bagian dari panjang badan, panjang tibia fibula (PTF) 0,33 bagian dari panjang

badan, panjang femur (PF) 0,3 bagian dari panjang badan, panjang kaki belakang (PKB)

0,52 bagian dari panjang badan, panjang moncong (PM) 0,32 bagian dari panjang badan,

diameter tympanum (DT) 0,06 bagian dari panjang badan, diameter mata (DM) 0,14

bagian dari panjang badan, jarak inter orbital (JIO) 0,11 bagian dari panjang badan, jarak

inter nares (JIN) 0,06 bagian dari panjang badan. Urutan panjang kaki depan 3>4>1>2,

urutan panjang kaki belakang 4>5>3>2>1, bentuk ujung jari seperti cakar, tutupan selaput

renang terdiri dari 2 phalang, kelenjar parotoidnya berbentuk bulat panjang dan mulut

berbentuk membulat.

Page 9: laporan verteb

Menurut Iskandar (2003), kodok ini mempunyai garis supra orbital berwarna hitam,

alur-alur supra-orbital dan supratimpanik menyambung, tidak ada alur parietal.Bagian

punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan,

sampai kehitaman.Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.Tanpa

selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek.

Iskandar (1998) menyatakan nama lokal untuk spesies ini adalah kodok puru,

penamaan tersebut berdasarkan adanya benjolan-benjolan hitam yang tersebar di bagian

atas tubuh. Habitat dari kodok ini selalu dekat hunian manusia , tidak terdapat di hutan

hujan tropis atau hutan primer. Persebarannya di kawasan Ekosistem Leuser, Aceh singkil,

Medan, Belawan, Bukit Lawang, Langkat, Jawa, Kalimantan, Gunung Batak, dan Cina

Selatan sampai Semenanjung Malaka dan Pilipina.

3.3 Megophrys nasuta

Klasifikasi dari Megophrys nasuta adalah :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Amphibi

Ordo : Anura

Famili : Megophrylidae

Genus : Megophyris

Spesies : Megophrys nasuta Gravenhorst,1829 (Inger, 1997)

Gambar 3 : Megophrys nasuta

Katak bertanduk ini memliki, Panjang badan (PB) 112 mm, lebar kepala (LK) 51 mm,

panjang kepala (PK) 47 mm, panjang kaki depan (PKD) 71 mm, panjang tibia-fibula (PTF)

4-27 mm, panjang femur (PF) 33 mm, panjang kaki belakang (PKB) 23 mm, panjang

moncong (PM) 17 mm, diameter tymphanium (DT) 1 mm, diameter mata (DM) 13 mm,

jarak inter orbital (JIO) 26 mm, jarak inter nares (JIN) 5,75 mm, urutan panjang jari kaki

depan (UPJKD) 3>1>2>4, urutan panjang jari kaki belakang (UPJKB) 4>3>5>2>1.

Page 10: laporan verteb

Bentuk kepala segitiga , memiliki prcessus odontord yang dimana cara

memmbedakan jantan dan betina nya melalui gigi, jantan ujung gigi nya meruncing dan

betina ujung nya sedikit tumpul. Tidak memiliki gigi former.Adanya kelenjer pada

estremitas.Tidak mempunyai tuber cle.Tidak memiliki nuptial pad.Tidak memiliki alur

supraorbital pada daerah mata.Selian itu katak ini juga memiki dorsal lateral fold. Hasil

dari pratikum yang sudah di laksanakan sesuai dengan (Inger , 2004) bahwa katak ini

berwarna coklat dan bentuk bagian depan meruncing dan memiliki tanduk , tidak memiliki

tutupan renang dan banyak menghabiskan hidup nya di darat.

3.4 Leptobathcrium abotti

Klasifikasi dari Leptobathcrium abotti adalah :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Amphibi

Ordo : Anura

Famili : Megophrylidae

Genus : Laptobathcrium

Spesies : Laptobathcrium abotti Gravenhorst,1829 (Inger, 1997)

Gambar 4 : Leptobrachium abbotii

Katak bertanduk ini memliki, Panjang badan (PB) 68 mm, lebar kepala (LK) 21,2 mm,

panjang kepala (PK) 3 mm, panjang kaki depan (PKD) 35 mm, panjang tibia-fibula (PTF)

38 mm, panjang femur (PF) 29 mm, panjang kaki belakang (PKB) 63 mm, panjang

moncong (PM) 10 mm, diameter tymphanium (DT) 11 mm, diameter mata (DM) 6 mm,

jarak inter orbital (JIO) 8 mm, jarak inter nares (JIN) 15 mm, urutan panjang jari kaki

depan (UPJKD) 3>4>2>1, urutan panjang jari kaki belakang (UPJKB) 4>3>5>2>1.

Memiliki kelenjar paratoid yang berebentuk bulat, ada processus odontoid, tidak

ada gigi former, tidak ada tubercle, nuptial pad juga tidak ada, dan ada alur supraorbital

pada matanya. Tidak mempunyai tutupan selaput renang, bentuk ujung jarinya ada

Page 11: laporan verteb

tonjolan.Warna kepala, punggung dan tubuh samping bewarna coklat, dan pada perut

terdapat garis lurus vertikal bewarna hitam.Ciri-ciri lainnya mempunyai kepala yang besar

dari badan (Inger dan Stuebing 1997)

2.1.5 Rana Picturata

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : cordata

Kelas : amphibi

Ordo : anura

Famili : ranidae

Genus : Rana

Spesies : Rana picturata ( Boulenger, )

Gambar 5 : Rana picurata

Hasil yang di dapatkan adalah sebagai berikut, panjang badan (PB) 10 cm, lebar

kepala (LK) 1,9 cm, panjang kaki depan (PKD) 2,3 cm, panjang tibia fibula (PTF) 4,4 cm,

panjang femur (PF) 2,0 cm, panjang kaki belakang (PKB) 6,5 cm, panjang moncong (PM)

0,8 cm, diameter tympanum (DT) 0,6 cm, diameter mata (DM) 1 cm, Urutan panjang kaki

depan 3>4>1>2, urutan panjang kaki belakang 4>3>5>2>1, , bentuk tympanumnya bulat,

memiliki jarak antara hidung dan mata 0,4 cm, tidak mempunyai loreal ( lipatan di bawah

mata ) , benruk ujung mulutnya meruncing, dan ujung kaki nya meruncing.

Spesies ini tersebar secara luas di seluruh pulau Kalimantan, Sumatera, dan mungkin

juga Semenanjung Melayu. Secara umum, tidak ada kepastian cukup tentang identifikasi.

Rana picturata ini ditemukan di bawah 1.000 m dpl. Rana picturata ini berwana unik

dengan warna hitam dengan bercak bercak kuning .Pemijahan terjadi di sungai kecil dan

fase berudu hidup di sisi kolam yang tenang dan dalam akumulasi daun mati di kolam

terbuka (Robert Inger, Djoko Iskandar, Peter Paul van Dijk, Norsham Yaakob ,2004).

Page 12: laporan verteb

2.1.6 Rana Calconata

Klasifikasi

Kingdom : animalia

Filum : cordata

Kelas : amphibi

Ordo : anura

Famili : ranidae

Genus : Rana

Spesies : Rana calconata

Gambar 6 : Rana calconata

Hasil yang di dapatkan adalah sebagai berikut, panjang badan (PB) 5,3 cm, lebar

kepala (LK) 2,6 cm, panjang kaki depan (PKD) 2,1 cm, panjang tibia fibula (PTF) 2,5 cm,

panjang femur (PF) 2,7 cm, panjang kaki belakang (PKB) 3,8 cm, panjang moncong

(PM) 1,1 cm, diameter tympanum (DT) 0,5 cm, diameter mata (DM) 0,7 cm, Urutan

panjang kaki depan 3>4>2>1, urutan panjang kaki belakang 4>5>3>2>1, , bentuk

tympanumnya bulat, bentuk ujung jaruinya meruncing, mempunyai loreal ( lipatan di

bawah mata ) , benruk ujung mulutnya meruncing, dan ujung kaki nya meruncing.dan

mempunyai gigi vormer.

2.1.7 Limnonectes Kuhlii

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Ranidae

Genus : Limnonectes

Species : Limnonectes kuhlii (Tschudi, 1833)

Hasil yang di dapatkan adalah sebagai berikut, panjang badan (PB) 25 cm, lebar

kepala (LK) 4 cm, panjang kaki depan (PKD) 5 cm, panjang tibia fibula (PTF) 5,5 cm,

Page 13: laporan verteb

panjang femur (PF) 5 cm, panjang kaki belakang (PKB) 4,6 cm, panjang moncong (PM)

1,6 cm, diameter tympanum (DT) 7,7 cm, diameter mata (DM) 1 cm, Urutan panjang kaki

depan 3>1>4>2, urutan panjang kaki belakang 4>3>5>2>1, , bentuk tympanumnya bulat,

bentuk ujung jaruinya gada, mempunyai loreal ( lipatan di bawah mata ) , benruk ujung

mulutnya meruncing, dan ujung kaki nya meruncing.dan mempunyai gigi vormer, ada

nuptial pad.

bentuk ujung jari gada, tutupan selaput renang terdiri dari 5 phalang, kelenjar

parotoidnya kurang jelas, warna tubuh kecoklatan dan keputihan pada umumnya, paha dan

perut pucat kekuningan, tympanum agak melengkung, memiliki garis lateral pada

punggungnya, ada bercak di kepalanya yang lebar, tidak jelas lateral foldnya, paha

berwarna lebih gelap, dagunya putih dengan bintik-bintik coklat.

Katak ini berukukuran kecil, kepala runcing pendek, jari kaki sepasang bintil metatarsal,

tekstur kulit berkerut, tertutup oleh bintil-bintil panjang yang tampak tipis, bintil-bintil ini

biasanya memanjang parallel dengan sumbu tubuh. Warna kotor seperti lumpur dengan

bercak-bercak yang lebih gelap, kurang jelas tetapi simetris, kadang-kadang dengan warna

kehijauan dan sedikit semu kemerahan. kaki belakang panjang dan kuat, kaki belakang

berselaput renang tidak penuh sampai piringan sendi. Ukuran tubuh jantan 90-175 mm dan

betina 85-125 mm. Katak ini biasanya terdapat di hutan primer sampai hutan sekunder, di

sungai-sungai sedang sampai anak sungai, saat musim kawin jantan menggali lubang di

pasir atau kerikil halus ( gravel ), dimana betina akan meletakkan telurnya. Katak ini

tersebar di Aceh, Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia ( Iskandar, 2003 ).

2.1.9 Limnonectes blytii

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Ranidae

Genus : Limnonectes

Species : Limnonectes blytii ( Emerson , 1992 )

Page 14: laporan verteb

Hasil yang di dapatkan adalah sebagai berikut, panjang badan (PB) 22,5 cm, lebar

kepala (LK) 4,8 cm, panjang kaki depan (PKD) 4,8 cm, panjang tibia fibula (PTF) 3,5 cm,

panjang femur (PF) 4,5 cm, panjang kaki belakang (PKB) 12,8 cm, panjang moncong (PM)

1,9 cm, diameter tympanum (DT) 1,0 cm, diameter mata (DM) 1,6 cm, Urutan panjang

kaki depan 1>3>4>2, urutan panjang kaki belakang 4>3>5>2>1, bentuk tympanumnya

bulat, jarak antara hidung dan mata 1,2 cm , mempunyai loreal ( lipatan di bawah mata ) ,

dan ujung kaki nya meruncing, dan ujung kaki membulat.

Limnonectes blythi, merupakan kodok yang terbesar dan besarnya bisa mencapai 30

cm. Kodok ini ditemukan di Sumatera Barat. Dipercaya sebagai Katak terbesar kedua di

dunia ( kompas , 2011 )Katak ini ukurannya sangat besar dan juga merupakan penghuni

umum dari hutan hujan dataran rendah sampai dengan tingkat atas, terutama di sepanjang

sungai dan sumber-sumber air. Hewan ini dapat ditemukan di antara serasah daun,

bertengger di dalam kapal kayu yang dapat diperpanjang di atas tanah, atau bersantai di

tepi sungai berpasir. Warna Limnonectes blytii sangat bervariasi, mulai dari coklat

kekuningan hingga abu-abu.Di Asia Tenggara, spesies ini memanjang dari wilayah utara

semua jalan ke Thailand Selatan, Semenanjung Malaysia, Singapura dan daerah di

Indonesia (bin jason james , 2011).

2.1.10 Fajervarya cancrivora

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Ranidae

Genus : Fajervarya

Species : Fajervarya cancrivora

Page 15: laporan verteb

Hasil yang di dapatkan adalah sebagai berikut, panjang badan (PB) 16,5 cm, lebar

kepala (LK) 3,3 cm, panjang kaki depan (PKD) 3,9 cm, panjang tibia fibula (PTF) 2,2 cm,

panjang femur (PF) 2,9 cm, panjang kaki belakang (PKB) 9,5 cm, panjang moncong (PM)

1,1 cm, diameter tympanum (DT) 0,7 cm, diameter mata (DM) 1,2 cm, Urutan panjang

kaki depan 3>1>4>2, urutan panjang kaki belakang 4>3>5>2>1, bentuk tympanumnya

bulat, jarak antara hidung dan mata 0,7 cm , mempunyai loreal ( lipatan di bawah mata ) ,

dan ujung kaki nya meruncing, dan ujung kaki meruncing.

Fajervarya cancrivora banyak terdapat di hutan mangrove, di muara sungai, rawa-

rawa, wilayah pesisir basah, seperti saluran air pinggir jalan dan genangan air. Dan juga

banyak juga terdapat di lingkungan buatan manusia seperti sawah. Berudunya hidup di

kolam hujan di atas garis air yang tinggi di daratan. Katak ini mempunyai selaput renang

yang hampir sampai pada ujung kaki (Mumpuni & Robert Inger 2004 .)

Page 16: laporan verteb

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum Morfologi Amphibi dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bufo Asper memiliki ciri khas yaitu supra orbital yang sedikit lebih besar dan

berhubungan dengan bagian tengah subtympani dengan tympanum yang jelas, parotoid

menonjol, kakinya tidak sesuai untuk melompat dan kebanyakan jenis ini

menggunakan sebagian waktunya di darat atau di dalam lubang.

2. Bufo melanostictus memiliki ciri khas yaitu alur supra orbital yang dihubungkan dengan

kelenjar parotoid oleh alur supra tympanik, kelenjar parotoid berbentuk lonjong, jari

kaki berselaput renang sampai ujung dan tekstur kulit kasar diliputi bintil-bintil berduri/

benjolan

3.Megophrys nasuta memiliki cirri khas yaitu memiliki kalopak mata yang meruncing

seperti tanduk dan pada bagian mulut nya juga terdapat bagin yang

meruncing.Kebanyakan mereka menghabiskan hidupnya di darat.

4.Leptobrachium abbotii memiliki cirri khas yaitu memiliki kelopak mata yang ,meruncing

seperti tanduk juga tetapi pada bagian ujung mulut tidak terdapat bagian yang

meruncing.Bagian kepala lebih besar dari pada bagin badan.

4.2 Saran

Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka disarankan kepada praktikan untuk lebih

teliti dan cermat dalam pemilihan objek. Selain itu dalam melakukan pengukuran juga

harus lebih teliti agar hasil yang didapatkan lebih akurat. Dan yang paling terpenting dalam

memilih bahan untuk dipraktikum hari itu harus tepat dan bena

Page 17: laporan verteb

DAFTAR PUSTAKA

Bardach, J.E.; J.H. Ryther & W.O. McLarney. 1972. Aquaculture. the Farming and

Husbandry of Freshwater and Marine Organisms. http://id. wikipedia.

org/wiki/vertebrata. 23 Maret 2010.

Bartlett, R.D. 1988. Frogs, Toads and Treefrogs, Barron's : New York.

Boulenger, G. A. 1890. Fauna of British India. Reptilia and Batrachia

Djuhanda, T. 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Armico: Bandung.

Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari empat Hewan Vertebrata_Armico : Bandung.

Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book

Company. New York.

Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan. Puslitbang Biologi-

LIPI.

Iskandar, D.T Mirza. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser :

Jakarta

Mistar, D. T. Iskandar. 2003. Panduan Lapangan Amphibi Kawasan Ekosistem Leuser.

The Gibbon Foundation: Jakarta.

Soesono, R, dkk. 1968. Diktat Asistensi Preparat. UGM : Yogyakarta

Van Kampen, P. N. 1923. The Amphibian of Indo-Australian Archipilago. Leiden.

s