laporan tutorial v blok vi

60
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial berdasarkan hasil diskusi kami ini dengan tepat waktu. Di dalam laporan hasil diskusi tutorial kelima pada blok enam ini, kami membahas sebuah skenario mengenai seorang laki- laki pekerja kantoran yang mengonsumsi kopi lebih sering dari biasanya dikarenakan ia harus lembur di kantornya. Kemudian ia mendapati bahwa dirinya menjadi lebih sering ke kamar mandi untuk buang air kecil, volume urinnya menjadi lebih banyak dari biasanya, dan juga dari urinnya seperti tercium bau kopi. Dalam diskusi tutorial kami, telah dibahas mengenai proses pembentukan urin serta, anatomi dan fisiologi dari sistem urinarius. Kami juga mendiskusikan apa kaitan dari fisiologi sistem urinarius dengan kejadian yang dialami oleh laki-laki tersebut. Demikian skenario beserta learning objectives yang telah kami diskusikan pada pertemuan-pertemuan tutorial minggu kelima. Semoga hasil diskusi tutorial ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram untuk lebih memahami mengenai sistem urinarius manusia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan turut membantu dalam penyelesaian laporan ini, masukan sangat kami harapkan untuk perbaikan dalam pembuatan laporan tutorial selanjutnya.

Upload: basyit-bafadhal

Post on 02-Feb-2016

316 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laptut

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial v Blok Vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

limpahan berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial

berdasarkan hasil diskusi kami ini dengan tepat waktu.

Di dalam laporan hasil diskusi tutorial kelima pada blok enam ini, kami membahas

sebuah skenario mengenai seorang laki-laki pekerja kantoran yang mengonsumsi kopi lebih

sering dari biasanya dikarenakan ia harus lembur di kantornya. Kemudian ia mendapati

bahwa dirinya menjadi lebih sering ke kamar mandi untuk buang air kecil, volume urinnya

menjadi lebih banyak dari biasanya, dan juga dari urinnya seperti tercium bau kopi. Dalam

diskusi tutorial kami, telah dibahas mengenai proses pembentukan urin serta, anatomi dan

fisiologi dari sistem urinarius. Kami juga mendiskusikan apa kaitan dari fisiologi sistem

urinarius dengan kejadian yang dialami oleh laki-laki tersebut.

Demikian skenario beserta learning objectives yang telah kami diskusikan pada

pertemuan-pertemuan tutorial minggu kelima. Semoga hasil diskusi tutorial ini dapat

bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram untuk

lebih memahami mengenai sistem urinarius manusia. Kami ucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah terlibat dan turut membantu dalam penyelesaian laporan ini, masukan

sangat kami harapkan untuk perbaikan dalam pembuatan laporan tutorial selanjutnya.

Jumat, 4 Juli 2014

Kelompok Tutorial II Semester II

Page 2: Laporan Tutorial v Blok Vi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... 1

Daftar Isi.......................................................................................................... 2

I. Pendahuluan

1.1 Skenario 5 Blok 6................................................................................. 3

1.2 Unfamiliar Terms dan Keywords......................................................... 3

1.3 Learning Objectives.............................................................................. 3

1.4 Mind Map............................................................................................. 4

II. Pembahasan

2.1 Anatomi dan Histologi Urinarius.......................................................... 5

2.2 Inervasi Urinarius................................................................................. 18

2.3 Aliran Darah Ginjal.............................................................................. 19

2.4 Proses Pembentukan Urin..................................................................... 21

2.5 Mikturisi dan Refleks Miksi................................................................. 26

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Urin......................................................... 30

2.7 Pemeriksaan Urin Rutin……….……................................................... 31

2.8 Analisis Skenario.................................................................................. 38

III.Penutup

Kesimpulan........................................................................................... 39

IV. Daftar Pustaka.......................................................................................... 40

Page 3: Laporan Tutorial v Blok Vi

I. PENDAHULUAN

1.1 Skenario 5 Blok 6

COFFEE BREAK

Seorang laki-laki pekerja kantoran menghadapi deadline pekerjaan. Ia harus

menyelesaikan pekerjaannya besok pagi untuk diserahkan kepada atasan. Ia mencoba minum

kopi agar tetap terjaga. Pada hari-hari biasa, ia sangat jarang sekali minum kopi. Satu jam

setelah minum kopi, ia merasa ingin buang air kecil. Ia mencoba menahannya beberapa saat

karena tidak ingin menghentikan pekerjaannya. Keinginan buang air kecil itu memang

menghilang beberapa saat, tetapi muncul lagi setelahnya dan terasa lebih kuat sehingga ia

buru-buru lari ke kamar mandi. Sepanjang malam itu, ia bolak-balik ke kamar mandi untuk

buang air kecil. Ia merasa frekuensi berkemihnya lebih sering dari biasanya dan volume

urinnya jadi lebih banyak. Selain itu ia merasa aroma urinnya tidak seperti biasanya, ia

seperti mencium bau kopi dari urinnya. Dapatkah anda menjelaskan apa yang dialami oleh

laki-laki ini?

1.2 Unfamiliar Terms dan Keywords

1. Urin: merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan

dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

2. Frekuensi berkemih: merupakan perhitungan seseorang mengekskresikan urin dari dalam

tubuh. Normalnya, seseorang akan mengeluarkan urin sebanyak 0,5-1cc/kg BB/jam

Keywords: berkemih, buang air kecil, urin

1.3 Learning Objectives

1. Apakah yang terjadi dalam skenario (analisis)?

2. Bagaimanakah proses pembentukan urin secara fisiologis?

3. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin?

Page 4: Laporan Tutorial v Blok Vi

1.4 Mind Map

SISTEM URINARIA

FUNGSI URINEVASKULARISASI

STUKTUR ANATOMI

KOMPONEN

INERVASI

PROSES PEMBENTUKAN

PROSES PEMBENTUKAN

Page 5: Laporan Tutorial v Blok Vi

II. PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Histologi Urinarius

Anatomi Sistem Urinarius

Ginjal

Ginjal adalah organ sepasang, bentuknya

menerupai kacang atau kepalan tangan, sepasang kiri

dan kanan. Kedua ginjal terletak retroperitoneal pada

dinding abdomen, masing-masing sisi kanan dan sisi

kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai

vertebra L3. Ginjal dekstra terletak sedikit lebih

rendah daripada ginjal sinistra karena besarnya lobus

hepatis dekstra. Berat ginjal kira-kira 130-250 g pada

laki-laki dan 90-220 g pada wanita.

Masing-masing ginjal memiliki facies anterior

dan facies posterior, margo medialis dan marrgo lateralis, extremitas superior dan ekstremitas

inferior. Ke arah kranial masing-masing ginjal berbatas pada diaphragma yang

memisahkannya dari cavitas pleuralis dan costa XII. Lebih ke kaudal facies posterior ginjal

berbatas pada muskulus quadratus lumborum. Nervus subcostalis dan arteria subcostalis dan

vena subcostalis, serta nervus iliohypogastricus melintas ke kaudal dengan meyilang facies

posterior ginjal secara diagonal. Hepar, duodenum dan colon asenden terletak ventral

terhadap ginjal dekstra. Sedangkan ginjal sinistra di sebelah ventral berbatasan pada gaster,

lien, pancreas, jejunum, dan colon

desenden.

Pada tepi medial masing-masing

yang cekung, terdapat celah vertikal yang

dikenal dengan hilum renale, yakni tempat

arteria renalis masuk, dan vena renalis serta

pelvis renalis keluar. Hilum renale sinistra

terletak dalam bidang transpilorik, kira-kira

5 cm dari bidang median, setiggi vertebra

L1. Di hilum renale vena renalis terletak ventral dari pelvis renalis. Hilum renal memberi

jalan ke suatu ruang dalam ginjal yang yang dikenal sebagai sinus renalis yang berisi pelvis

Page 6: Laporan Tutorial v Blok Vi

renalis, calises renalis, pembuluh, saraf dan jaringan lemak yang banyaknya dapat berbeda-

beda.

Fiksasi renalis terdiri dari 3 pembungkus renalis, (fasial pre renalis dan post renalis, capsula

fibrosa renis, perirenal fat), organ abdomen dan tekanan intra-abdominal.

Ureter

Merupakan saluran fibromuskular

Panjangnya sekitar 25-30 cm

Terletak di bagian retroperitoneal abdomen

Mengalami 3 penyempitan :

1. Uretropelvic junction

2. Ureter menyilang arteri iliaca comunis

3. Pars interstisial

o Vaskularisasi :

1. Cabang arteri renalis

2. A. untuk gonad

3. A. vesica inferior

4. Vena berjalan mengikuti arteri

Adapun fungsi dari ureter ini ini adalah sebagai jalur transportasi urin dari ginjal menuju

ke Vesica Urinaria.

o Innervasi :

Page 7: Laporan Tutorial v Blok Vi

1. Plexus renalis

2. Plexus hypogasrticus

Adapun fungsi dari ureter ini ini adalah sebagai jalur transportasi urin dari ginjal menuju ke

Vesica Urinaria.

Vesika Urinaria

Vesika urinaria bekerja sebagai

penampung urin; organ ini berbentuk

buah pir. Letaknya di dalam panggul

besar, di belakang isi lainnya, dan di

depan simfisis pubis. Pada bayi letaknya

lebih tinggi. Bagian bawah terpancang

erat dan disebut basis, bagian atas atau

fundus naik kalu vesika urinaria

mengembang karena menampung urin. Puncaknya (apex) mengarah ke depan bawah dan ada

di belakang simfisis pubis.

Dinding kandung kemih terdiri atas:

- Sebuah lapisan serus sebelah luar

- Lapisan berotot

- Lapisan submukosa

- Lapisan mukosa dari epitellium

transisional

Tiga saluran bersambung dengan

kandung kemih. Dua ureter bermuara

secara oblik di sebelah basis; letak oblik

ini menghindarkan urin mengalir kembali ke dalam ureter. Urethra keluar dari

kandung sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan uretra disebut

trigonum vesica urinarius. Pada wanita, vesika urinaria terletak antara simfisis pubis,

uterus, dan vagina. adapun fungsi dari vesica urinaria adalah sebagai tempat

penampungan urin sementara.

Page 8: Laporan Tutorial v Blok Vi

Urethra

Urethra ialah saluran yang berjalan dari neck of vesika urinarius ke lubang bagian

terluar untuk pembuangan terakhir. Dilapisi dengan membrane mukosa yang bersambung

dengan membrane yang melapisi kandung kencing. Meatus urinarius terdiri atas jaringan

serabut otot lingkar yang membentuk spchinter urethrae.

1. Urethra Pria

Panjangnya sekitar 18-22 cm.

Urethra menyalurkan urin keluar dari

vesika urinaria melalui estisium

urethrae externum pada ujung glans

penis. Urethra merupakan penyalur

cairan sperma dan kelenjarnya

(prostat). Secara definitive urethra

dibagi menjadi 4 bagian:

o Pars pre prostatica (0,5-

1,5 cm)

o Pars prostatica (3-4 m)

o Pars membranacea (1-1,5

cm)

o Pars spongiosa/pars kavernousa (± 15 cm)

Vaskularisasinya pars prostatika urethra memperoleh darah dari rami prostatiki yang

merupakan cabang-cabang arteri vesikalis inferior dan arteri rectalis media.

Pembuluh limfe terutama melintas ke nodi lymphoidei illiaci internii, beberapa

pembuluh limfe ditampung oleh nodi lymphoidei externii.

Persarafan; saraf-saraf bersal dari nervus pudendus dan plexus prostatikus system saraf

otonom. Plexus prostatikus berasal dari bagian kaudal plexus hipogastrikus inferior (plexus

pelvikus).

2. Urethra Wanita

Urethra melintas dari vesika urinaria kea rah ventrokaudal, dorsal, dan lalu kaudal dari

symfisis pubica. Urethra terletak ventral terhadap vagina dan melalui diafragma pelvis,

Page 9: Laporan Tutorial v Blok Vi

diafragma urogenitale dan perineum bersama dengan vagina. Pada ujung kaudal urethra

melingkari muskulus spchinter urethrae dan beberapa serabut otot ini melingkari urethra

sekaligus vagina.

Vaskularisasi; urethra memperoleh darah melalui arteria pudenda interna dan arteria

vaginalis.

Pembuluh limfe; pembuluh limfe terbanyak dari urethra melintas ke nodi limfoidei sacrales

dan nodi limfoidei illiaci internii. Beberapa pembuluh limfe ditampung oleh nodi lymphoidei

inguinales.

Persarafan; saraf-saraf untuk urethra berasal dari nervus pudendus. Serabut aferen terbanyak

dari urethra terdapat pada nervi splanchnici pelvic (nervi erigantes). Adapun fungsi dari

Urethra ini adalah untuk saluran pengeluaran urin.

Histologi Sistem Urinaria

Ginjal

Berbentuk seperti kacang merah, dengan panjang antara 12-13 cm dan tebal 3,5-5 cm,

terdapat di bagian posterior abdomen bagian atas, pada masing-masing sisi vertebra lumbal

atas. Ginjal di bungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial terdapat

cekungan hilus, tempat keluar masuk pembuluh darah dan keluarnya sakuran keluar, ureter.

Bagian ataas ureter melebar mengisi hilus ginkjal, bagian ini (pelvis) terbagi menjadi

mangkuk besar dan kecil yaitu calyx mayor dan minor, biasanya ada 2 kaliks mayor dan 8-12

kaliks minor. Setiap kaliks minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang

disebut papilla ginjal yang berlubang. Pada potongan vertikal ginjal tampak bahwa tiap

papilla merupakan puncak daerah pyramid yang meluas dari hilus sampai ke kapsula dan

yang dalam keadaan segar tampak pucat dan bergaris-garis, daerah ini disebut pyramid

medulla dan gambaran bergaris-garis itu karena adanya tubulus lurus dan pembuluh darah

sejajar. Bagian tepi atau basal piramida tidak berbatasd tegas dari korteks ginjal yang

granular, gelap dan kecoklat-coklatan, karena substansi medulla meluas ke korteks sebagai

berkas radier yang hlaus, berrkas medulla.

o Nefron

Di dalam tiap ginjal terdapat 1 juta tau lebih nefron, setiap nefron merupakan saluran

panjang yang dibatasi epitel, yang mulai buntu dan ujungnya menyatu dengan saluran keluar,

Page 10: Laporan Tutorial v Blok Vi

akan tetapi nefron sangat berkelok-kelok dan bercampur baur senhingga sajian histology

tidak memberikan gambran yang jelas mengenai bentuknya. Bagian pertama nefron terdapat

dalam korteks, bersifat buntu, menggelembung, dan dilapisi oleh epitel yang sangat tipis.

Bagian yang melebar diinvaginasi menjadi bentuk cangkir oleh jumbai kapiler, yang disebut

korpuskel ginjal (Malpighi). Bagian yang melebar disebut kapsula Bowman dan jumbai

kapiler dikenal sebagai glomerulus. Yang berhubungan dengan korpuskel ginjal adalah

tubulus proksimal pars kontorta dan pars rekta, suatu segmen tipis, dan tubulus distal pars

rekta dan pars kontorta. Tubulus kontortus proksimal dan distal terletak berdekatan dengan

korpuskel ginjal dalam korteks. Bagian nefron lain di antara kedua tubulus membentuk ansa

henle yang terletak dalam berkas medulla dan meluas dari korteks ke medulla untuk jarak

tertentu. Ansa henle mempunyai pars asenden dan desenden yang berjalan radial dan sejajar

yang dihubungkan oleh lengkungan yang tajam.

Page 11: Laporan Tutorial v Blok Vi

o Korpuskel Ginjal

Terdapat rongga berupa celah yang sempit, rongga kapsula, diantara lapisan luar atau

parietal (epitel kapsula) dan lapisan dalam atau visceral (epitel glomerulus) yang melekat erat

pada jumbai kapiler. Seluruh korpuskel ginjal, yaiut kapsula bowman dengan glomerulus

kapiler berbentuk bundar.

Korpuskel ginjal mempunyai

polus vascular, tempat

arteriol afferent dan efferent

masuk dan keluar glomerulus

serta tempat lapisan parietal

Page 12: Laporan Tutorial v Blok Vi

kapsula membalik untuk melapisi pembuluh darah sebagai lapisan visceral. Korpuskel ginjal

juga mempunyai polus urinary pada sisi sebelahnya, tempat rongga kapsula berhubungan

dengan lumen tubulus kontortus proksimal dan tempat epitel parietal (gepeng) melanjutkan

diri pada epitel kuboid atau silindris rendah tubulus kontortus proksimal.

Lapisan parietal kapsula bowman tersusun atas epitel selapis gepeng dengan inti agak

menonjol ke rongga kapsula. Organel sitoplasma kurang berkembang. Pada polus urinary,

sel-sel gepeng ini bertambah tinggi melebihi 4-5 sel untuk berhubungan dengan epitel

silindris rendah yang melapisi diding tubulus kontortus proksimal. Lapisan visceral epitel

melekat erat pada kapiler glomerulus dengan inti sel-sel epitel ini pada sisi kapsula lamian

basal, akan tetapi tidak membentuk lembaran yang utuh dan sel-selnya telah mengalami

perubahan. Sel ini disebut podosit. Sel ini berbentuk bintang, dengan dengan sel yang hampir

tidak pernah melekat pada lamina basal kapiler glomerulus akan tetapi etrpisah sejauh 1-2

µm. Dengan mikroskop electron, terlihat inti podosit sering tidak teratur dengan lipatan-

lipatan ke dalam dan di dalam sitoplasma dekat inti terdapat aparat golfi yang berkembang

baik, reticulum endoplasma granural, dan sejumlah ribososm bebas.

Di bawah pedikel terdapat lamina basal kira-kira setebal 0,3 µm. Di tengah-tengah

terdapat lamina basal kedap electron pada permukaan luar dan dalam yang disebut denagn

lamina rara eksterna dan lamian rara interna.

o Sel juxtaglomerular

Berdekatan dengan glomeerulus sel-sel otot polos dalam tunika media arteriol bersifat

epiteloid. Intinya bulat dan sitoplasmanya mengandung granula, walaupun granulanya tidak

tanpak dengan pulasan rutin hematoksilin dan eosin. Sel-sel ini adalah sel justaglomelurar

(JG). Dalam arteriol

aferen, lamina elastika

interna tidak ada, sehingga

sel JG berdekatan dengan

endotel. Sel-sel ini

berdekan erat dengan

macula densa. Macula

densa tidak mempunyai

lamina basal. Berhubungan

Page 13: Laporan Tutorial v Blok Vi

dengan sel yang bergranula terdapat beberapa sel waran pucat disebut sel lacis atau sel

mesangial ekstraglomerular. Dengan mikroskop electron, sel JG mengandung retikulin

endoplasma yang bergranul , aparat golgi yang berkembang baik dan granula sekretorik

berdiameter 10-40 µm, bulat atau lonjong, dibatasi membrane dan berisi granula atau Kristal.

o Sawar Ginjal

Sawar ginjal adalah yang digunakan untuk bangunan-bangunan yang memisahkan

darah kapiler glomerulus dari filtrate dalam rongga kapsula korpuskel ginjal. Sawar ini

meliputi endotel bertingkap, lamina basal, dan pesikel podosit yang dihubungkan dengan

membrane celah. Namun lapisan yang paling utuuh dari ketiganya yaitu lamina basal.

o Tubulus Kontortus Proksimal

Mulai dari polus urinarius korpuskel ginjal, panjang hampir 14mm dengan diameter

luar 50-60 µm.sesuai dengan namanya, tubulus ini jalannya sangat berkelok-kelok dan selalu

membentuk lengkung yang besar menghadap ke permukaan kapsula ginjal. Tubulus ini

berakhir sebagai saluran yang lurus dan melanjutkan diri dengan ansa henle. Pada pangkal

ansa henle terdapat bagian sempit yang disebut leher, tempat terjadsinya peralihan yang

mendadak dari epitel gepeng kapsula bowman ke epitel selapis silindris rendah tubulus

proksimalis. Batas sel tak jelas karena system interdigitasi yang rumit dari membrane plasma

lateral sel-sel yang bersisian. Interdigitasi lipatan-lipatan basal yang serupa juga tampak,

dengan mitokonria yang memajang, yang menyebabkan gambaran bergaris-garis basal. Inti

besar, bulat, dan terletak di pusat sering kali dengan anak inti yang menonjol dan sebuah

aparat golgi yang etrletak supranatural. Walaupun terdapat 6-12 sel di sekeliling tubulus

kontortus proksimal, jarang tampak lebih dari 4-5 inti, sebab sel lebih besar dibandingkan

dengan tebalnya potongan. Di bagian apical sel-sel terikat bersama oleh sabuk kedap dengan

tautan intermediate di mana-mana pada sisi pembatas lateral. Di bawah membrane basal

terdapat lamina basal kontinua yang memisahkan sel-sel epitel dari kapiler sekitarnya yang

dilapisi endotel bertingkap.

o Ansa Henle

Segmen tipis

Peralihan ansa henle dari pars desendes yang tebal ke segmen tipis biasanya

mendadak, berselang beberapa sel dengan perubahan epitel dan kuboid atau torak rendah ke

Page 14: Laporan Tutorial v Blok Vi

gepeng. Diameter luar segmen tipis hanya 12-15µm, dengan diameter lumen relative besar,

sedangkan tinggi epitel hanya 1-2µm. inti menonjol ke lumen dan walaupun epitel lebih tebal

daripada endotel, segmentipis sangat menyerupai endotel dan hal ini harus dapat kita

bedakan. Segmen tipis memiliki cirri khusus yaitu terdapat interdigitasi antara tonjolan

sitoplasma sel-sel yang berdampingan sehingga pada potongan melintang tampak 20 atau

lebih bagian sel. Dan hanya beberapa di antaranya yang mengandung inti.

Segmen tebal.

Peralihan dari segmen tipis ke segmen tebal terjadi secara tiba-tiba, dengna sel-sel

yang bertanbah tinggi dari geoeng sampai kuboid. Strukturnya mirip tubulus distal pars

kontorta, akan tetapi tinggi epitel lebih pendek dan inti cenderung menonjol ke lumen. Sel-sel

ini sangant tidak teratur bentuknya dengan banyak sekali interdigitasi dan lipatan plasmalema

basal dan dengan mitikondria ynag lonjong di antara lipatan-lipatan ini.

o Macula Densa

Dalam macula densa, sel epitel tubulus sangat berdekatan dengan arteriol aferen dan

eferen. Sel-sel macula berbeda dari segmen tebal pars asenden dan tubulus kontortus distal,

karena di dalamnya terdapat mitokondria lonjong kecil tersebar luas, vakuolisasi luas di

bawah permukaan, lipatan dangkan plasmalema basal yang tak teratur dan sebuah apparatus

golgi yang terletak di bawahnya.

o Tubulus Kontortus Distal

Lebih pendek dari tubulus kontortus proksimal sehingga pada sediaan tampak dalam

jumlah yang lebih kecil, diameter lebih kecil, dan sel-sel kuboid lebih kecil dan tidak

mempinyai batas sikat. Biasanya 6-8 inti tampak dalam potongan melintang. Umumnya sel

kurang mengambil warna dalam pewarnaan dibandingkan dengan tubulus kontortus

proksiaml. Dengan mikroskop electron, sel-sel tampak kuboid dengan inti di tengan atau di

apeks. Di dalam sitoplasma basal terdapat interdigitasi tonjolan-tonjolan sel lateral yang

rumit mirip dengan yang tampak pada tubulus kontortus proksimal dengan mitokondria yang

besar, tersusun radiar. Hal ini memberikan gambaran bergaris pada bagian basal sel dan

merupakan mekanisme pompa natrium yang aktif dari cairan tubular.

o Duktus Koligens

Page 15: Laporan Tutorial v Blok Vi

Sel-sel yang melapisi saluran ekskretorius ini bervariasi ukurannya, mulai dari tubulus

rendah di bagian proksimal sampai silindris tinggi di duktus papilaris utama.batas sel teratur

dengan sedikit interdigirtasi dan umumnya sel tampak pucat dengan beberapa organel. Tipe

sel kedua-sel gelap atau interkalaris mengandung

lebih banyak mitokondria denagn gelembung

apical, permukaan apical memperlihatkan

lipatan-lipatan. Sel ini ditemukan pada duktus

koligens bagian luar, akan tetapi tidak ditemuakn

di duktus papilaris. Pada duktus koligens yang

besar, ribosom tampak menonjol dan rongga

interselular yang lebar, dan kedalamannya

menonjol juluran mirip pseudopodia dari sel yang

bersisian

o Interstisium Ginjal

Jaringan ikat sangat sedikit di dalam korteks dengan berkas kolagen yang tipis lebih

menonjol sekitar pembuluh darah. Fibroblast terdapat dalam jumlah yang sedikit dengan

beberapa sel mononuklir yang bersifat fagositik. Jaringan ikat di dalam medulla lebih banyak

dan mengandung sel mirip fibroblast yang lonjong khusus yang tgerletak sejajar terhadap

tubulus dan pembuluh dan mempunyai juluran yang bercabang-cabang dan panjag dan

melingkari pembuluh dan tubulus. Sel-sel ini terletak dalam bahan membrane basal dan

berhubungan dengaberkas kolagen yang kecil. Sel-sel ini dianggap bersifat kontraktil dan

fagosit.

o Fungsi dari ginjal :

1. Pengeluaran keseimbangan Air dan Elektrolit

2. Pengaturan tekanan arteri

3. Pengaturan keseimbangan asam basa

4. Pengaturan produksi eritrosit

5. Pengaturan produksi 1,25 Dihidroksivitamin D3

6. Sintesis glukosa

Pelvis dan Ureter

Page 16: Laporan Tutorial v Blok Vi

Seperti yang dikatakan di atas bahwa ujung atas ureter melebar atau pelvis terletak

dalam hilus ginjal dan tebelah dalam kaliks mayor dan minor. Setiap kaliks minor melingkupi

palpila medulla. Dinding pelvis lebih tipis dari dinding ureter, dan memang ketebalan dinding

ini bertambah sejak dari awal sampai bagian akhir saluran keluar ini. Panjang ureter ± 25-30

cm, terletak pada dinding posterior abdomen di beleakang peritoneum, dan berakhir dengan

menembus dinding kandung kemih secara serong (oblique).

Lapisan Pelivis dan ureter tersusun atas:

- Mukosa

Pada pelvis dan ureter, mukosa pembatas terdiri atas epitel transisional yang disokong

laimna propria. Epitel terdiri atas 2-3 lapis sel pada bagian pelvis dan 4-5 lapis sel pada

bagian ureter. Sel permukaan mempunyai batas konveks pada lumen, dapat berinti dua, dan

mungkin menunuukkan kekhususan. Sel ini berfariasi bentuk dari kuboid sampai gepeng (bila

organ dalam keadaan diregangkan), dan permukaannya tidak teratur disertai indentasi

(lekukan) dan vesikel fusiform dalam sitoplasma apical. Vesikel ini disalut membrane yang

mempunyai ketebalan yang sama dengan plasmalema apical. Vesikel ini diduga merupakan

cadangan membrane yang dibentuk bila organ dalam keadaan istirahat dan akan

dimanfaatkan sebagai penmabah membrane permukaan selama organ diregangkan.

Epitel terletak di atas lamina basal tipis, dan lamina propria merupakan jaringan

fibrosa yang relative padat dengan banyak serat elastin. Terdapat sedikit jaringan limfoid

longgar dan lapis luar lamina propria bersifat lebih longgar. Ada yang menyebut lapis ini

sebagai submukosa. Pada lamina propria tidak terdapat kelenjar. Lumen pada potongan

melintang tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang

memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan

elastis, dan muskularis. Lipatan ini akan “menghilang” bila ureter diregangkan.

- Muskularis

Muskularis tebal dan

terdiri atas berkas sel

otot polos yang

dipisahkan berkas-

berkas jaringan ikat.

Otot polos ini disusun

Page 17: Laporan Tutorial v Blok Vi

dalam lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar yang sirkuler (tersusun berlawanan dengan

yang terdapat pada usus). Lapisan ini tidak berbatas jelas, dan pada bagian bawah ureter

terdapat lapis ketiga, yaitu lapis serong atau longitudinal luar. Pada bagian pelvis, ototnya

terutama disususn melingkar mengitari papilla dan mungkin mempunyai fungsi sebagai

spingter, yang memeras papilla dan dengan demikian mengeluarkan kemih dari duktus

Belini. Pada bagian bawah ureter, tidak lagi terdapat otot polos melingkar, tetapi kedua lapis

otot memanjang, yang sekarang tidak dipisahkan oleh l;apis sirkuler, cukup mencolok dan

berlanjut sampai muara uretre. Pengaliran balik kemih dari kandung kemih kembali ke ureter

dicegah oleh adanya penutup membrane mukosa kandung kemih dan oleh penggenbungan

dari dalam kandung kemih. Kemih tidak mengalir secara terus-menerus menuruni uereter;

dapat dikatakan ia memasuki kandung kemih beruoa semburan dan serat longitudinal

berkontraksi membuka muara ureter.

- Adventitia

Sebelah luar muskularis terdapat lapisan jaringan ikat fibro-elastis. Pada pelvis

jaringan berbaur dengan simpai ginjal dan menyatu dengan jaringan ikat dinding

posterior abdomen sepanjang ureter. Permukaan anterior pelvis dan ureter ditutupi sevara

longgar oleh peritoneum.

Ureter mnedapat darah arteri, dengan pleksus vascular dan limfatik dalam muskularis

dan lamina propria. Terdapat saraf, dengan beberapa sel ganglion, dan memasok serta

motoris system otonom kepada muskularis. Serat sensoris meluas melalui muskularis

menembus diantara sel-sel epitel.

Vesica Urinaria

Penampilan irisan

kandung kemih mirip

ureter. Epitel

transisionalnya lebih

tebal, terdiri atas 6-8

lapis sel pada

kandung kemih

kososng, dan hanya

setebal 2-3 lapis pada

kandung kemih terisi

penuh. Di bawah

Page 18: Laporan Tutorial v Blok Vi

epitel terdapat muskularis mukosa yang tidak utuh yang dibentuk oleh serat-serat otot kecil

yang tidak beraturan, dengan banyak serat saraf. Beberapa kelenjar kecil terdiri atas sel-sel

bening penghasil mucus, dengan saluran keluar tunggal atau bercabang, terdapat dalam

lamina propria, terutama dekat dmuara ureter dan muara uretra dalam. Lamina proprianya

tebal dengan lapis luar yang longgar, kadang disebut submukosa, yang memungkinkan

mukosa ini berlipat pada kandung kemih kosong. Tebal muskularis sedang saja, terdiri atas

tiga lapisan, lapis sirkular tengah yang paling mencolok dan membentuk sfingter tebal sekitar

muara uretra dalam dan tidak begitu tebal sekitar muara ureter. Lapis adventitia terdiri atas

jaringan fibro-elastis, hanya permukaan superiorkandung kemih saja yang ditutupi

peritoneum secara longgar. Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung

kemih dengan uretra.

Uretra

Uretra pria sangat berbeda dengan uretra pada wanita.

- Uretra Pria

Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan dibagi dalam empat bagian, yaitu:

1. Pars Pre Prostatica (0,5-1,5 cm)

2. Pars Prostatica (3-4 m)

Berjalan menurun dari muara uretra dalam pada kandnug kemih menembus kelenjar

prostat. Bagian ini adalah pars prostatika dan padanya bermuara dua duktus ejakulatorius dan

saluran keluar kelenjar prostat.

3. Pars Membranasea (1-1,5 cm)

Bagian ini hanya pendek dan berjalan dari puncak prostat diantara otot rangka

pelvis menembus membaran perineal dan berakhir dalam bulbus korpus kavernosus

uretra

4. Pars Kavernosa/ Spongiosa (± 15 cm)

Bagian ujung uretra menembus korpus spongiosum dan bermuara pada glands

penis. Bagian ini disebut pars kavernosa/ spongiosa, atau hanya uretra bagian penis.

Epitel pembatas uretra pars prostatika ialah epitel transisional, tetapi pada bagian lain

beubah menjadi epitel berlapis silindris, dengan bercak-bercak epitel berlapis gepeng. Ujung

uretra bagian penis yang melebar, yaitu fosa navikularis, dibatasi epitel berlapis gepeng.

Terdapat sedikit sel goblet penghasil mucus. Di bawah epitel terdapat lamina propria yang

terdiri atas jaringan ikat fibroelastis longgar. Membaran mukosa tidak beraturan, dengan

Page 19: Laporan Tutorial v Blok Vi

lekukan atau sumur kecil-kecil yang meluas ke dalam membentuk kelenjar tubular (littre)

yang bercabang. Kelenjar ini lebih banyak pada permukaan dorsal uertra dan tersusun serong

dengan bagian dasar tersusun proksimal terhadap muaranya. Kelenjar ini membatasi epitel

serupa dengan yang membatasi uretra dan menghasilkan mucus.

- Uretra Wanita

Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria karena hanya 4 cm panjangnya. Muskularis

terdiri atas dua laisan otot polos tersusun serupa dengan yang ada pada ureter, tetapi

diperkuat dengan sfingter oto rangka pada muaranya. Epitel pembatasnya terutama berlapis

gepeng, dengan bercak-bercak epitel bertingkat silindris. Juga terdapat penonjolan berupa

kelenjar, serupa kelenjar littre pada pria. Lamina prorianya ialah jaringan ikat fibrosa longgar

yang ditandai banyaknya sinus venossus mirip jaringan kavernosa.

2.2 Inervasi Sistem Urinarius

Kandung kemih mendapat persarafan utama dari saraf-saraf pelvis, yang

berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan

segmen S-2k dan S-3 dari medula spinalis. Perjalanan melalui saraf pelvis terdapat dalam

dua bentuk persarafan yaitu serabut saraf sensorik dan serabut saraf motorik. Serabut sensorik

mendeteksi derajat regangan dalam dinding kandung kemih. Sinyal-sinyal regangan

khususnya dari uretra posterior merupakan sinyal yang kuat dan terutama berperan untuk

memicu refleks pengosongan kandung kemih.

Persarafan motorik yang dibawa dalam saraf-saraf pelvis merupakan serabut

parasimpatis. Saraf ini berakhir di sel ganglion yang terletak di dalam kandung

kemih.kemudian saraf-saraf postganglionik yang pendek akan mempersarafi otot detrusor.

Selain saraf pelvis, terdapat dua jenis persarafan lain yang penting untuk mengatur

fungsi kandung kemih. Yang paling penting adalah serabut motorik skeletal yang dibawa

melalui saraf pudensus ke sfingter eksterna kandung kemih. Saraf ini merupakan serabut sraf

somatik yang mempersarafi dan mengatur otot rangka volunter pada sfingter tersebut.

Kandung kemih jugamendapatkan persarafan simpatis dari rangkaian simpatis melalui saraf-

saraf hipogastrik,yang terutama berhubungan dengan segmen L-2 dari medula spinalis.

Serabut simpatis ini terutama merangsang pembuluh darah dan memberi sedikit efek

terhadap proses kontraksi kandung kemih. Beberapa serabut saraf sensorik juga berjalan

Page 20: Laporan Tutorial v Blok Vi

melalui persarafan simpatis dan mungkin penting untuk sensasi rasa penuh dan nyeri (pada

beberapa kasus).

Pengotrolan saraf

Aktivasi sistem saraf simpatis dapat menurunkan ekskresi natrium dan air dengan

mengkonstriksikan arteriol ginjal, sehingga mengurangi GFR. Aktivasi simpatis juga mening

katkan reabsorpsi natrium dalam tubulus proksimal, segmen tebal asenden ansa Henle, dan

kemungkinan di bagian tubulus ginjal yang lebih distal. Dan akhirnya, perangsangan sistem

saraf simpatis akan meningkatkan pelepasan renin dan pembentukan angiotensin II, yang

membantu keseluruhan efek untuk meningkatkan reabsorpsi tubulus dan menurunkan ekskresi

natrium oleh ginjal.

2.3 Aliran Darah Ginjal

Pada laki-laki dengan berat badan rata-rata 70 kg, gabungan aliran darah yang melalui kedua

ginjal kira-kira 1100 ml/menit atau kira-kira 22 persen dari curah jantung. Dengan

mempertimbangkan fakta bahwa kedua ginjal hanya mencakup 0,4 persen dari total berat

badan, kita dapat segera melihat bahwa ginjal menerima aliran darah yang sangat tinggi

dibandingkan dengan organ lain.

Seperti pada jaringan lainnya, aliran darah menyuplai ginjal dengan nutrisi dan

mengeluarkan produk sisa. Namun aliran tinggi yang menuju ginjal tersebut sangat melebihi

kebutuhan ini. Tujuan penambahan aliran ini adalah menyuplai cukup plasma untuk laju

filtrasi glomerulus yang tinggi, yang penting untuk pengaturan volume cairan tubuh dan

konsentrasi zat terlarut secara tepat. Seperti yang diperkirakan, mekanisme yang mengtaur

aliran darah ginjal berkaitan erat dengan pengaturan GFR (Glomerular Filtrate Rate) dan

fungsi ekskresi ginjal.

Aliran darah ginjal dan konsusmsi oksigen

Untuk setiap gram berat ginjal, biasanya mengonsumsi oksigen sebanyak dua kali

lipat dari konsumsi otak tetapi, memiliki aliran darah hampir tujuh kali lipat lebih banyak dari

pada otak. Jadi, oksigen yang dikirimkan ke ginjal jauh melebihi kebutuhan metaboliknya,

dan ekskresi oksigen di arteri-vena relatif rendah dibandingkan di sebagian besar jaringan

lainnya.

Page 21: Laporan Tutorial v Blok Vi

Sejumlah besar oksigen yang dikonsumsi oleh ginjal dikaitkan dengan laju reabsorpsi

aktif natrium yang tinggi pada tubulus ginjal. Jika aliran darah ginjal dan GFR berkurang dan

lebih sedikit natrium yang difiltrasi, maka lebih sedikit natrium yang direabsorpsi dan lebih

sedikit pula oksigen yang dikonsumsi. Konsumsi oksigen ginjal bervariasi sesuai dengan

reabsorpsi natrium. Jika filtrasi glomerulus berhenti sama sekali, reabsorpsi natrium ginjal

juga akan berhenti, dan konsumsi oksigen menurun menjadi sekitar seperempat nilai normal.

Konsumsi oksigen residu mencerminkan kebutuhan metabolik dasar dari sel-sel ginjal.

Penentuan aliran darah ginjal

Aliran darah ginjal ditentukan oleh gradien tekanan pada pembuluh renal (perbedaan

tekanan hidrostatik di arteri renalis dan vena renalis). Tekanan arteri renalis kira-kira sama

denga tekanan arteri sistemik, dan tekanan vena renalis rata-rata sekitar 3 sampai 4 mmHg

(pada sebagian besar kondisi). Seperti pada sistem pembuluh darah lainnya, total tahanan

vaskuler yang melalui ginjal ditentukan oleh jumlah tahanan pada masing-masing segmen

pembuluh darah, termasuk arteri, arteriol, kapiler dan vena.

Kebanyakan tahanan vaskuker ginjal terletak pada tiga segmen utama: arteri

interlobularis, arteriol aferen, dan arteriol eferen. Tahanan pembuluh ini dikontrol oleh sistem

saraf simpatis, berbagai hormon, dan mekanisme pengaturan internal ginjal setempat.

Kenaikan tahanan pada setiap segmen vaskular ginjal cenderung akan mengurangi aliran

darah ginjal, sedangkan penurunan tahanan vaskular akan meningkatkan aliran darah ginjal

jika tekanan arteri dan vena renalis tetap konstan.

Walaupun perubahan tekanan arteri mempunyai beberapa pengaruh terhadap aliran

darah ginjal, ginjal mempunyai mekanisme yang efektif untuk memeprthankan aliran darah

ginjal dan GFR agar relatif konstan pada kisaran tekanan arteri antara 80 dan 170 mmHg,

proses ini disebut autoregulasi. Kapasistas untuk autoregulasi terjadi melalui mekanisme

yang seluruhnya intrinsik pada ginjal.

2.4 Proses Pembentukan Urin

Proses pembentukan urin terjadi dalam tiga tahapan. Pertama, proses filtrasi di corpusculum

ginjal (glomerulus dan capsula Bowman). Kedua, proses reabsorbsi dan dan ketiga adalah

proses sekresi yang mana kedua proses tersebut terjadi di tubulus ginjal.

Penyaringan (Filtrasi)

Page 22: Laporan Tutorial v Blok Vi

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik

dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam

vascular sistem, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi

air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan

kapiler. Pada mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol

eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel

epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dankapsula

bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate

glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler

glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium

visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang

ditembus oleh jendela atau fenestrate.

Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute

menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan

oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi.

Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang

medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi (filtration barrier) bersifat selektiv

permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam darah, sedangkan

air dan larutan akan bebas tersaring.

Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya

molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga

mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu

beban listirk (electric charged) dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation

(positive) lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut

dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain,

dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di

glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah

tetapi tidak mengandung protein.

Secara sederhana; sel darah, air, garam, nutrisi, dan urea yang terdapat pada arteri

akan masuk ke ginjal pada glomerulus dan terjadi penyaringan: sel darah akan tetap berada

pada kepiler darah, sedangkan urea, air, garam, dan nutrisi masuk ke dalam kapsula bowman.

hasil penyaringan ini akan disebut urin primer. Kapsula bowman akan mengalirkan hasil

Page 23: Laporan Tutorial v Blok Vi

penyaringan ke Tubulus proksimal untuk menyerap kembali bahan-bahan yang masih

dibutuhkan tubuh. Pada tubulus proksimal air, garam dan nutrisi akan diserap kembali ke

dalam tubuh dan diangkut melalui vena. Setelah melewati tubulus proksimal, proses berlanjut

ke tubulus distal untuk penambahan zat-zat sisa yang tidak dibutuhkan tubuh seperti sisa hasil

metabolisme. Setelah itu akan disalurkan ke Duktus pengumpul kemudian ke ureter dan

dibuang keluar dari tubuh.

Penyerapan kembali (Reabsorbsi)

Sewaktu filtrate glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrate ini mengalir melalui

bagian- bagian tubulus secara berurutan, yaitu tubulus proksimalis – ansa henle- tubulus

distalis-tubulus koligentes-dan akhirnya duktus koligentes. Di sepanjang jalan yang

dilaluinya beberapa zat direabsorbsi secara selektif dari tubulus kembali ke darah, sedangkan

yang lain akan disekresikan dari darah ke dalam lumen tubulus. Reabsorbsi tidak seperti

filtrasi glomerulus yang secara relatif tidak selektif, reabsorbsi tubulus sangat selektif.

Beberapa zat, seperti glukosa dan asam amino direabsorbsi hampir sempurna dalam tubulus.

Banyak ion dalam plasma, seperti natrium, klorida dan bikarbonat juga sangat direabsorbsi,

tetapi kecepatan reabsorbsinya bervariasi bergantung pada kebutuhan tubuh. Sebaliknya

produk buangan tertentu, seperti ureum, dan kreatinin, sulit direabsorbsi dari tubulus dan

diekskresi dalam jumlah yang relative besar. Dibawah ini tabel mengenai jumlah zat yang

direabsorbsi oleh tubulus ginjal dalam Guyton (2011).

Molekul /zat Jumlah yang

difiltrasi

Jumlah yang

direabsorbsi

Jumlah yang

diekskresi

% muatan yang

terfiltrasi yang

direabsorbsi

Glukosa(g/hari) 180 180 0 100

Bikarbonat(mEq/hari) 4.320 4318 2 >99,9

Natrium (mEq/hari) 25.560 25.410 150 99,4

Klorida(mEq/hari) 19.440 19.260 180 99,1

Kalium(mEq/hari) 756 664 92 87,8

ureum(g/hari) 46,8 23,4 23,4 50

Kreatinin (g/hari) 1,8 0 1,8 0

Page 24: Laporan Tutorial v Blok Vi

o Mekanisme Transpor aktif dan Pasif Reabsorbsi di Tubulus

Bila suatu zat akan direabsorbsi, pertama zat tersebut harus ditranspor (1) melintasi

membrane epitel tubulus ke dalam cairan interstisiil ginjal dan kemudian (2) melalui

membrane kapiler peritubulus kembali ke dalam darah. Reabsorbsi melalui epitel tubulus

kedalam cairan interstisiil meliputi transport aktif atau pasif dengan mekanisme dasar yang

sama. Transpor aktif dapat mendorong suatu zat terlarutmelawan gradient elektrokimia dan

membutuhkan energy yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan langsung

dengan suatu sumber energy, seperti hidrolisis ATP, disebut sebagai transport aktif primer.

Suatu contoh adalah pompa natrium kalium ATPase yang berfungsi pada hampir semua

bagian tubulus ginjal. Pada sisi basolateral sel – sel epitel tubulus membrane sel mempunyai

system natrium kalium ATPase ekstensif yang menghidrolisis ATP dan menggunakan energy

yang dilepaskan untuk mentranspor ion natrium keluar dari sel masuk ke dalam interstisium.

Pada waktu yang bersamaan, kalium ditranspor dari interstisium ke dalam sel. Cara kerja

pompa ion ini mempertahankan konsentrasi natrium intrasel tetap rendah dan kalium intrasel

tetap tinggi serta menciptakan suatu muatan negative akhir kira- kira -70 milivolt didalam sel.

Reabsorbsi akhir ion natrium dari lumen tubulus kembali ke dalam darah melibatkan

setidaknya tiga tahap :

1. Natrium berdifusi melalui membrane luminal ke dalam sel mengikuti suatu gradient

elektrokimia yang terbentuk oleh pompa natrium – kalium ATPase pada sisi

basolateral membrane

2. Natrium di transport melalui membrane basolateral melawan suatu gradient

elektrokimia yang ditimbulkan oleh pompa natrium – kalium ATPase

3. Natrium, air, dan zat – zat lain direabsorbsi dari cairan interstisiil kedalam kapiler

peritubulus dengan cara ultrafiltrasi, yaitu suatu proses pasif yang digerakkan oleh

gradient tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotic.

Akibat yang ditimbulkan dari reabsorbsi natrium, ada proses solvent drag yaitu proses

reabsorbsi natrium yang diikuti oleh reabsorbsi air. Selain Air, sewaktu natrium direabsorbsi

melalui sel epitel tubulus, ion negative seperti klorida ditranspor bersama dengan natrium

karena adanya potensial listrik. Dengan demikian, transport ion natrium bermuatan positif

keluar dari lumen menjadi bermuatan negative, dibandingkan dengan cairan interstisiil. Hal

ini menyebabkan ion klorida berdifusi secara pasif melalui jalur paraselular. Reabsorbsi

Reabsorbsi Na+

Page 25: Laporan Tutorial v Blok Vi

tambahan ion klorida timbul karena terjadinya gradient konsentrasi klorida ketika air

direabsorbsi dari tubulus dengan cara osmosis, sehingga mengkonsentrasikan ion klorida

dalam lumen tubulus. Jadi reabsorbsi aktif natrium berpasangan erat dengan reabsorbsi pasif

klorida melalui potensial listrik dan gradient konsentrasi klorida. Ureum juga direabsorbsi

secara pasif dari tubulus tetapi jauh lebih sedikit daripada ion klorida. Ketika air direabsorbsi

dari tubulus , konsentrasi ureum dalam lumen tubulus meningkat. Hal ini menimbulkan

gradient konsentrasi yang menyebabkan reabsorbsi ureum. Akan tetapi ureum tidak bisa

memasuki tubulus semudah air, kira – kira hanya satu setengah ureum yang difiltrasi melalui

glomerulus, akan direabsorbsi dari tubulus. Ureum yang masih tersisa akan masuk ke dalam

urin. Dibawah ini skema mekanisme reabsorbsi air, klorida dan ureum yang bersamaan

dengan reabsorbsi natrium.

o Reabsorpsi di Sepanjang Bagian Nefron

1. Reabsorbsi di Tubulus Proksimal

Secara normal sekitar 65 % dari muatan natrium dan air yang difiltrasi, dan

nilai persentase yang lebih rendah dari klorida, akan direabsorbsi oleh tubulus

proksimal sebelum mencapai ansa Henle. Tubulus proksimal mempunyai kapasitas

yang besar untuk reabsorpsi aktif dan pasif. Kapasitas reabsorpsi yang besar dari

tubulus proksimal adalah hasil dari sifat- sifat selularnya yang khusus.Sel epitel

tubulus proksimal bersifat sangat metabolic dan mempunyai sejumlah besar

mitokondria untuk mendukung proses transport aktif yang kuat. Selain itu, sel tubulus

proksimal mempunyai banyak brush border pada sisi lumen membrane, dan juga

labirin interselular serta kanalis basalis yang luas: semuanya ini menghasilkan area

permukaan membrane yang luas pada sisi lumen dan sisi basolateral dari epitel untuk

mentranspor ion natrium zat – zat lain dengan cepat.

Reabsorbsi H2O

Konsentrasi ureum luminalKonsentrasi klorida luminal

Reabsorbsi klorida pasif Reabsorbsi ureum pasif

Page 26: Laporan Tutorial v Blok Vi

Pada pertengahan pertama tubulus proksimal, natrium direabsorbsi dengan

cara ko – transport bersama –sama dengan glukosa, asam amino dan zat terlarut

lainnya. Ko – transport ini dibantu oleh adanya protein di dinding lumen tubulus.

Tetapi pada pertengahan kedua dari tubulus proksimal, hanya sedikit glukosa dan

asam amino yang direabsorbsi. Pertengahan kedua tubulus proksimal memiliki

konsentrasi klorida yang relative tinggi ( 140 mEq/L) dibandingkan dengan bagian

awal tubulus proksimal(105 mEq/L) karena saat natrium direabsorbsi, natrium

membawa glukosa, bikarbonat dan ion organic pada bagian awal tubulus proksimal,

meninggalkan suatu larutan yang mempunyai konsentrasi klorida yang sangat tinggi.

Zat terlarut organic tertentu seperti glukosa , asam amino, dan bikarbonat lebih

banyak direabsorbsi daripada air, sehingga konsentrasi zat-zat tersebut menurun

dengan nyata disepanjang tubulus proksimal. Zat – zat terlarut organic yang lain yang

kurang permeable dan tidak direabsorbsi secara aktif seperti, kreatinin konsentrasinya

meningkat disepanjang tubulus.

2. Reabsorbsi di Lengkung Henle

Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda, antara lain

segmen tipis desenden, segmen tipis asenden, dan segmen tabal asenden. Bagian

segmen desenden tipis sangat permeable terhadap air dan sedikit permeable terhadap

sebagaian zat terlarut termasuk ureum dan kreatinin. Sekitar 20 % dari air yang

difiltrasi akan direabsorbsi di ansa henle dan hampir semuanya terjadi di lengkung

tipis asenden. Lengkung asenden termasuk bagian tipis dan bagian tebal sebenarnya

tidak permeable terhadap air, suatu karakteristik yang penting untuk memekatkan

urin. Segmen tebal dari ansa henle yang dimulai dari asenden mempunyai aktivitas

metabolic tinggi dan mampu melakukan reabsorbsi aktif natrium, klorida dan kalium.

Sekitar 25 % dari muatan natrium, klorida, dan kalium yang difiltrasi akan

direabsorbsi di ansa henle, kebanyakan dilengkung tebal asenden. Pada segmen tebal

asenden juga terjadi reabsorbsi paraselular yang bermakna dari katio, seperti Mg2+,

Ca++, Na+, dan K+ yang disebabkan oleh muatan lumen tubulus yang lebih positif

dibandingkan cairan interstisial.

Sekresi

Dari lengkung Henle asenden, urin sekunder akan masuk ke tubulus distal. Di

dalam tubulus distal urin sekunder mengalami sekresi yaitu proses penambahan zat –

zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal.

Page 27: Laporan Tutorial v Blok Vi

Zat sisa yang dikeluarkan dari pembuluh darah kapiler adalah ion hidrogen

(H+), ion kalium (K+), NH3 dan kreatinin. Pengeluaran (H+) ini membantu menjaga

pH yang tetap dalam darah. Jika Ph dalam darah mulai turun, maka sekresi ion

hidrogen akan meningkat sampai berada pada keadaan pH normal (7,3-7,4).

Selama melewati tubulus distal dan tubulus kolektifus, urin kehilangan banyak

air (H2O) sehingga konsentrasi urin semakin pekat dan akan dihasilkan urin

sesungguhnya, dengan kisaran pH 4,5-8,5. Urin sesungguhnya atau urin normal

mengandung air, urea,amonia, garam mineral, zat warna empedu, hormon,vitamin,

dan obat-obatan, dan tidak mengandung glukosa dan protein lagi. Setelah itu urin

memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke vesica urinaria

untuk ditampung sementara waktu. Urine ditampung di dalam kantong kemih (vesica

urinaria) hingga mencapai kurang lebih 300 cc.  Kemudian melalui uretra, urine

dikeluarkan dari tubuh.  Pengeluaran urine ini diatur oleh otot sphingter

2.5 Mikturisi dan Refleks Miksi

Mikturisi dalam bahasa sehari-hari sering disebut sebagai berkemih. Secara istilah mikturisi

yang juga disebut urinasi adalah keluarnya urine dari vesika urinaria. Mikturisi merupakan

tahap akhir dari sistem ekskresi yang melibatkan ginjal sebagai organ tempat terbentuknya

urine. Urine yang terbentuk di ginjal selajutnya melewati ureter, saluran yang

menghubungkan ginjal dengan kandung kemih atau vesika urinaria. Urine bisa sampai di

vesika urinaria berkat gerak peristaltik dinding ureter yang panjangnya mencapai 30 cm.

Ketika sudah sampai di vesika urinaria, urine akan ditampung terlebih dahulu hingga

mencapai volume tertentu yang akan memunculkan suatu keinginan untuk buang air kecil

(membuang urin melalui uretra) yang diatur oleh suatu koordinasi yang disebut refleks

mikturisi.

Refleks Mikturisi

  Refleks mikturisi melibatkan sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf

pusat yang terlibat dalam refleks mikturisi adalah medula spinalis bagian sakrum dan otak di

bagian korteks serebri. Sedangkan sistem saraf perifer yang terlibat adalah sistem saraf

otonom yakni saraf parasimpatis. Meski diatur oleh saraf otonom, refleks ini nantinya dapat

ditahan secara sadar dan melibatkan kerja dari korteks serebri. Berikut ini adalah urutan

bagaimana timbulnya rasa ingin buang air kecil.

Page 28: Laporan Tutorial v Blok Vi

Ketika vesika urinaria terisi oleh sedikitnya 200 ml urin, tekanan di dalam vesika

urinaria naik, dan strecth receptor pada dinding vesika urinaria mengirimkan impuls melalui

saraf aferen menuju medula spinalis bagian sakrum segmen S2 dan S3 yang memicu

terjadinya refleks mikturisi. Serabut motorik parasimpatis pada saraf pelvis membawa impuls

kembali ke vesika urinaria dan merangsang otot detrusor untuk berkontraksi dan berakibat

pada meningkatnya tekanan hidrostatis dalam vesika urinaria.

Kontraksi otot detrusor inilah yang merupakan aktor utama dalam pengosongan

vesika urinaria. Saraf parasimpatis juga membuat sfingter uretra internal berelaksasi, dan

menghambat saraf motorik yang membuat sfingter uretra eksternal berkontraksi. Ketika

kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter uretra inilah mikturisi terjadi. Namun, tidak

secepat itu karena nyatanya kita dapat menahan rasa ingin buang air kecil dan di sinilah peran

saraf somatis. Impuls pada medulla spinalis tersebut juga diteruskan oleh interneuron menuju

thalamus dan menimbulkan sensasi. Selanjutnya sensasi penuhnya kantung kemih itu

diteruskan ke korteks serebri hingga seseorang sadar bahwa ia ingin buang air kecil. Saat

itulah, otot sphincter urethra eksterna akan berkontraksi secara sadar untuk menahan buang

air kecil sampai orang tersebut menemukan waktu dan tempat yang pas untuk buang air kecil.

Namun, perlu diketahui bahwa waktu untuk menahan rasa ingin buang air kecil ini terbatas.

Jika volume urin dalam vesika urinaria sudah mencapai kurang lebih 500 ml, tekanannya

yang semakin tinggi itu cukup untuk membuka sfingter uretra internal yang otomatis

merelaksasikan sfingter uretra eksternal sehingga mikturisi pun terjadi.

Fisiologi Miksi

Miksi atau urinisasi merupakan proses pengosongan kandung kemih. Setelah dibentuk

oleh ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Aliran ini dipengaruhi oleh

gaya tarik bumi, selain itu juga kontraksi peristaltik otot polos dalam dinding ureter. Karena

urin secara terus menerus dibentuk oleh ginjal, kandung kemih harus memiliki kapasitas

penyimpanan yang cukup

Mekanisme miksi bergantung pada inervasi parasimpatis dan simpatis juga impuls

saraf volunter. Pada pengeluaran urin dibutuhkan kontraksi aktif otot detrusor, maka:

o Bagian otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi sebagai sfingter

uretra internal yang diinervasi oleh neuron parasimpatis.

Page 29: Laporan Tutorial v Blok Vi

o Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot rangka dari otot perineal

transversa dibawah kendali volunter. Selain itu bagian pubokoksigeus pada otot

elevator juga berkontriksi dalam pembentukan sfingter

Rata-rata pengeluaran urin adalah ± 1,5 - l cc per kg BB per hari, walaupun bisa

berkurang dan meningkat tergantung asupan cairan dan nutrisi dari orang tersebut serta

aktivitas yang ia lakukan.

Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor-reseptor regang di dalam dinding

kandung kemih terangsang. Kandung kemih orang dewasa dapat menampung sampai 250

atau 450 ml urin sebelum tegangan di dinding kandung kemih untuk mengaktifkan reseptor

regang. Makin besar peregangan melebihi ambang ini, makin besar tingkat pengaktifan

reseptor. Selain refleks ini dimulai, refleks ini bersifat regenerasi sendiri

Refleks berkemih terjadi dengan cara:

o Impuls pada medulla spinalis dikirim ke otak dan menghasilkan impuls parasimpatis

yang menjalankan melalui saraf splanknik pelvis ke kandung kemih.

o Refleks perkemihan menyebabkan otot detrusor kontraksi dan relaksasi sfingter

internal dan eksternal

Pada anak-anak, miksi merupakan sebuah refleks lokal spinal dimana pengosongan

kandung kemih dengan pencapaian tekanan kritis. Sedangkan pada dewasa, refleks ini

dibawah kontrol volunter sehingga dapat diinhibisi oleh otak

Selama miksi, proses yang terjadi berupa:

o Refleks detrusor meregang, mencetuskan refleks kontraksi dari otot-otot tersebut

sehingga timbul keinginan untuk miksi.

o Relaksasi otot puborectalis sehingga kandung kemih akan turun sedikit sehingga

penghambatan uvula menurun dan segmen bagian pertama uretra melebar.

o Relaksasi otot sfingter uretra eksterna memungkinkan kandung kemih untuk

mengosongkan isinya dan dapat dibantu dengan tindakan valsava.

o Pada akhir proses miksi, kontraksi kuat dari otot sfingter uretra eksterna dan dasar

panggul akan mengeluarkan sisa urin dalam uretra, setelah itu otot detrusor relaksasi

kembali untuk pengisian urin selanjutnya

Page 30: Laporan Tutorial v Blok Vi

Gangguan pada sistem saraf pusat atau komponen saluran kemih bagian bawah dapat

menyebabkan tidak sempurnanya pengeluaran dan retensi urin atau tidak dapat menahan

miksi, atau gejala-gejala kompleks kandung kemih yang berlebihan dengan karakteristik

berupa sesak dan miksi berulang-ulang dengan atau tanpa inkontinensia urin.

Pengisian dan pengeluaran urin pada kandung kemih dikontrol oleh sirkuit saraf di

otak, medula spinalis, dan ganglia. Sirkuit ini mengkoordinasikan aktifitas otot polos di

detrusor dan uretra. Suprapontin mempengaruhi keadaan “on-off switch” pada saluran kemih

bagian bawah dengan dua cara operasi yaitu penyimpanan dan pengeluaran.

Berkemih dapat dicegah dengan kontraksi sfingter uretra eksterna yang disadari.

Namun, jika kandung kemih terus menerus diisi dan teregang, maka kontrol sudah tidak

mampu lagi mengendalikan.

Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai walaupun kandung kemih belum tergang

oleh relaksasi volunter sfingter uretra eksterna dan diafragma pelvis. Penurunan lantai

panggul juga memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan membuka sfingter

uretra eksterna dan meregangkan kandung kemih. Pengaktifan reseptor-reseptor regang

menyebabkan kandung kemih berkontraksi melalui refleks miksi. Pengosongan kandung

kemih secara volunter dapat dibantu oleh kontruksi dinding abdomen dan diafragma

pernafasan yang meningkatkan tekanan abdominal sehingga memeras kandung kemih untuk

mengosongkan isinya.

Jadi, refleks berkemih merupakan sebuah siklus yang lengkap. Terdiri dari:

1. Kenaikan tekanan secara progresif

2. Periode tekanan menetap

3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Urin

Usia

Umur mempengaruhi volume urin yang dikeluarkan. Pada usia dewasa urin diproduksi lebih

banyak dari pada umur yang sudah lanjut ataupun usia yang masih dini. Hal ini dipengaruhi

beberapa faktor salah satunya faktor kerja ginjal. Ginjal pada usia remaja atau usia dewasa

memiliki kerja yang lebih berat.

Page 31: Laporan Tutorial v Blok Vi

Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin pada pria dan wanita membuat produksi volume urin berbeda. Pada

pria volume urin lebih banyak daripada wanita apabila memiliki berat badan tubuh yang

sama. Wanita memiliki volume urin yang lebih banyak karena wanita memiliki lemak yang

lebih banyak daripada pria

Berat badan

Jumlah urin yang diproduksi oleh tubuh berbanding lurus dengan berat badan, urin

diproduksi 2,5cc per kilogram berat badan per menit. Jadi semakin berat tubuh seseorang

maka semakin banyak jumlah urin yang diproduksi oleh tubuh.

Infeksi

Bakteri atau virus yang menginfeksi tubuh membuat kerja ginjal ataupun saluran

pembuangan urin terganggu. Contoh pada gangguan ginjal yang menyebabkan abnormalitas

proses pengeluaran cairan dalam tubuh. Infeksi juga terkadang menyebabkan perubahan

warna pada urin dan bau urin yang berbeda dari normalnya

Suhu

Suhu tubuh yang tinggi membuat produksi urin lebih banyak dikeluarkan oleh tubuh. Hal ini

terjadi karena plasma dalam darah banyak yang dikeluarkan. Suhu turun juga membuat

vasokontriksi karena tubuh harus menjaga agar suhu stabil sehingga pembuluh darah akan

menyepit dan cairan dalam darah harus dikeluarkan oleh tubuh, apabila suhu meningkat

terjadi vasodilatasi sehingga tubuh harus mengatur agar cairan dalam tubuh tetap stabil.

Volume cairan yang dikonsumsi

Jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh mempengaruhi volume plasma dalam darah,

semakin banyak volume cairan yang dikonsumsi maka semakin banyak volume urin yang

harus dikeluarkan oleh tubuh.

Ginjal

Ginjal yang memiliki peran penting pada sistem urin memiliki peran penting dalam volume

urin yang dikeluarkan, filtrasi absorpsi dan sekresi terjadi dalam ginjal. Volume urin yang

dikeluarkan diatur oleh organ ginjal.

Page 32: Laporan Tutorial v Blok Vi

2.7 Pemeriksaan Urin Rutin

Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin

Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan

urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi

pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin

lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton,

bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

Pemeriksaan Makroskopik

Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.

Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi

kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan

badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat

untuk menentukan gangguan faal ginjal.

1. Volume urin

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan,

jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang

bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk

orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan

itu disebut poliuri.

Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang

berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula

disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi,

pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan

ini dikatakan oliguri.

Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis

menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml.

Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam

keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan

tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

Page 33: Laporan Tutorial v Blok Vi

2. Warna urin

Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat

menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,

kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan

sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun

makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa

makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua

yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.

Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada

dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat

Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti

hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat.

Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang

sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada

urin.Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau

sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut

nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat

pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol

penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus,

bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

3. Berat jenis urin

Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno

meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara

1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin

rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat

jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020

atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada

penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat

disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal

yang menahun.

Page 34: Laporan Tutorial v Blok Vi

4. Bau urin

Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang

abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang

berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol,

bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh

bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang

berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih

umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

5. pH urin

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat

memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain

itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada

infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan

kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin

bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam,

sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya

dipertahankan basa.

Pemeriksaan Mikroskopik

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen

urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat

ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang

dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai

lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu

dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.

Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-

rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang

kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak)

dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur

organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain

epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak

organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

Page 35: Laporan Tutorial v Blok Vi

1. Eritrosit atau leukosit

Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid

atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam

sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula

karena kontaminasi dari genitalia.Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria

dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis,

infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit

dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran

kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.

2. Silinder

Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix

berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat

leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara

lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.

Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit

ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit,

leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder

eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada

pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan

silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder

berbutir dan silinder lilin.

3. Kristal

Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal

asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering

ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan

hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan,

banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu mungkin

didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal

tirosin, kristal leucin.

4. Epitel

Page 36: Laporan Tutorial v Blok Vi

Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen

urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang

dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin

didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami

degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa

dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

Pemeriksaan Kimia Urin

Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara

yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens

pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita

ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah,

urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas

reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat; baik

mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.

Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera

dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut

disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan

dulu dengan suhu kamar.

Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau

urin yang telah berada dalam buli-buli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin,

urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila

kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang

menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein.

Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk

pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.

Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan

protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena

itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan

terdapatnya protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang

mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat

memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan

Page 37: Laporan Tutorial v Blok Vi

prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti

anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat

timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung.

Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli

ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik,

pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain.

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita.

Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro.

Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan

reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat

dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif

dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin

sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Cara ini juga lebih

spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak

bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang

mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl. Pada

orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan

kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi

glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,

phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal

yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-

hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar.

Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh

dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam

beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung

bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.

Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa

yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan

metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini

terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.

Page 38: Laporan Tutorial v Blok Vi

Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan

bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam

diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam

yang dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan

memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu.

Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine

dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung

metabolit pyridium atau serenium.

Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan

normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan

ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau

proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.

Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin

mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid.

Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini

lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula

pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari

10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid

atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan

kuman yang terkontaminasi.

Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan

tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila

terdapat lebih dari 105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang

diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah

terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli

kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus.

Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari

4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil

negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung

reduktase, sehingga kuman tida dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan

diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil

tes akan negatif. Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil

Page 39: Laporan Tutorial v Blok Vi

negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion

nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.

2.8 Analisis Skenario

Pada kasus skenario diketahui bahwa seorang laki-laki seringkali berkemih karena

mengonsumsi kopi dan pada saat berkemih ternyata aroma urinnya seperti kopi. Hal tersebut

terjadi karena kopi mempunyai efek diuretik. Dimana efek diuretik ini dapat menghambat

hormon ADH (Anti Diuretik Hormon) yang mempunyai peran untuk mereabsorbsi air di

Tubulus Distal dan Duktus Kolektivus sehingga menyebabkan urin sedikit keluar saat

berkemih. Seperti yang dijelaskan, bahwa kopi menghambat hormon ADH, maka pada saat

meminum kopi hormon ADH lebih sedikit mereabsorbsi air dan dampaknya urin yang keluar

lebih banyak. Selain itu, kopi dapat mempercepat proses filtrasi. Kandungan kafein yang

terdapat dalam kopi tidak dapat difiltrasi sehingga dalam urin terdapat konsentrasi kafein

yang tinggi dan muncullah bau seperti kopi dalam urin.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem urinaria merupakan suatu sistem yang di dalamnya terjadi penyaringan darah

sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut dalam air

dan dikeluarkan berupa urine. Urine merupakan cairan yang diekskresikan oleh ginjal ke luar

tubuh.

Sistem urinaria terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan

mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk

mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria terdiri dari

dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah

kandung kemih untuk penampungan sementara; dan urethra yang mengalirkan urine keluar

tubuh melalui orifisium urethra eksterna.

Page 40: Laporan Tutorial v Blok Vi

IV. DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Mescher Anthony L. 2011. His t ologi Dasar Junquei r ra. Edisi 12. Jakarta: EGC.

Moore Keith L. dan Agur Anne M.R., 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.

Sherwood, Lauralee. 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. E disi 6.

Tim Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (2014) dalam Kuliah Pakar Anatomi

Sistem Urinarius

Tim Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (2014) dalam Kuliah Pakar

Fisiologi Sistem Urinarius Fakultas