laporan tutorial blok 13 modul 2
DESCRIPTION
tutorial materi bahanTRANSCRIPT
Skenario 2
Sisi (20 thaun) merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang sedang mepelajari mata
kuliah Farmakologi mengenai obat-obatan yang dipakai di kedokteran gigi. Sisi diajarkan
mengenai bentuk-bentuk sediaan obat dan dia baru mengetahui cara pemakaian obat itu berbeda
masing-masingnya. Dan disesuaikandengan dosisyang ditetapkan. Dibuku dijelaskan bahwa obat
harus diminum sesuai aturan karena setiap obat mempunyai bioavailabilitas yang berbeda. Obat
yang diberikan kepada pasien pun harus mempertimbangkan interaksi antara satu obat dengan
obat yang lain. Hal lain yang juga penting adalah farmakokinetik dan farmakodinamik obat.
Untuk itu seorang dokter atau dokter gigi perlu memiliki pemahaman yang baik tentang obat
dan mampu meresepkan obat secara rasional.
I. Terminologi
• Farmakologi : ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan.
• Bioavailabilitas : kecepatan dan jumlah zat aktif yang mencapai pembuluh darah atau
tempat kerja
• Farmakodinamik : efek obat terhadap fisiologi biokimia organ-organ dan mekanisme
kerja
• Farmakokinetik : setiap proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu resorpsi,
transpor, biotranspormasi (metabolisme), distribusi dan ekskresi
• Interaksi obat : perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-
obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain.
• Dosis obat : jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat (g,mg,
mikro gram) atau satuan isi (ml, L) atau unit-unitnya (IU), yang memberikan efek
terapeutik.
II. Identifikasi Masalah
1. Apa saja brntuk sediaan obat ?
2. Cara pemakaian dari masing-masing obat ?
3. Bagaimana interakasi obat?
4. Kenapa obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang ditetapkan ?
5. Bagaimana cara penulisan resep obat ?
1
III. Analisa Masalah
1. Bentuk sediaan obat ada 3 macam :
• Padat.
contohnya : pulvis, pulveres,capsul, tablet, tablet, pil.
• ½ padat
contohnya : salep, cream, pasta, sabun.
• Cair
Contohnya : emulsi, injeksi, obat tetes,solutiones
2. Cara pemakaian obat :
o Oral
o Parental
o Epicutan/topikal
3. Interaksi obat terdiri dari 3 macam :
- interaksi farmaseurik
Interaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan sebelum obat
digunakana oleh penderita
- Interaksi farmakokinetik :
Interaksi yang mengalami perubahan pada proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
eksresi yang disebabkan karena adanya obat atau senyawa lainnya
- Interaksi farmakoninamik
Interaksi di tempat kerja obat.
4. obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang ditetapkan karena untuk mendapatkan efek
yang optimal dengan toksisitas minimal.
5. Cara penulisan resep obat.
Penulisan resep obat harus terdiri dari :
Inscriptio nama dokter, alamat, SIP, kota tanggal, R/ (recipe)
Prescriptio nama obat, bentuk obat, jumlah obat, cara pembuatan (kalau racikan), dll.
Signatura cara pemakaian, jumlah obat, waktu minum.
Pro nama pasien, umur, berat badan, alamat (untuk obat yang mengandung narkotika)
Subcriptio paraf atau tanda tangan
2
IV. Skema :
V. Learning Objective
1. M3 Bioavailabilitas
2. M3 Bentuk-Bentuk Sediaan Obat
3. M3 Cara Pemakaian Obat
4. M3 Dosis Pemakaian Obat
5. M3 Interaksi Obat
6. M3 Teknik Penulisan Obat
3
VII. Pembahasan LO
LO 1. Bioavailabilitas
Kecepatan dan jumlah zat aktif yang mencapai pembuluh darah atau tempat kerja (organ
target). Kecepatan dan Jumlah pembebasan zat aktif dari bentuk sediaan obat merupakan 2
faktor penting yang menetukan efek terapeutik obat yang diinginkan.
Bioavailabilitas sangat dipengaruhi oleh proses absorbsi, faktor-faktor yang
mempengaruhi absorbsi dapat mempengaruhi bioavailabilitas suatu obat, antara lain :
1. Luas permukaan absorbsi
2. PH
3. Pengaruh makanan
4. Kelarutan dalam Sal.Cerna
5. Penyakit
6. Enzim dan Asam Lambung
7. Keadaan emosi
8. Pembentukan Kompleks
9. Pengaruh zat pengadsorbsi
10. Motilitas dan kecepatan pengosongan lambung
11. Posisi tubuh
Faktor penting yang menentukan bioavailabilitas :
1. Kecepatan dan jumlah pembebasan zat aktif dari bentuk sediaan.
2. Kecepatan Absorbsi
3. First Pass Effect ( pengaruh lintas pertama)
Penguraian metabolik sebelum sampai di pembuluh darah sistemik .
Manfaat mengetahui bioavailabilitas suatu obat, adalah :
1. Dapat diperkirakan tercapai atau tidaknya efek terapi yang dikehendaki dan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi efektifitas obat tersebut.
2. Dapat digunakan sebagai pertimbangan kritis dalam pemilihan obat tertentu yang
bermutu baik.
4
LO2. BENTUK SEDIAAN OBAT
Defenisi Yang Berhubungan dengan Obat :
• Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun sintesis
dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif (profilaksis),
rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap suatu keadaan penyakit pada manusia maupun
hewan.
• zat aktif tersebut tidak dapat dipergunakan begitu saja, sebagai obat terlebih dahulu
harus dibuat dalam bentuk sediaan. Oleh karena itu muncul sediaan pil, tablet, kapsul,
sirup,
suspensi, supositoria, salap dan lain-lain.
• Obat jadi yaitu suatu obat yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan.
• Bentuk sediaan obat adalah sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan,
mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam
ataupun obat luar.
• Obat paten atau specialite adalah obat milik perusahaan tertentu dengan nama khas
yang diberikan produsennya dan dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar (proprietary
name).
• Obat generik (generic name) adalah obat dengan nama umum tanpa melanggar hak
paten obat bersangkutan.
• Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah dengan nama generik
yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Harga obat disubsidi oleh
pemerintah. Logo generik menunjukkan persyaratan mutu yang ditetapkan oleh MenKes
RI.
• Obat esensial adalah obat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak dengan nama
generik atau resmi untuk pelayanan kesehatan masyarakat banyak, terutama di rumah
sakit atau puskesmas, tercantum dalam DOEN dan ditetapkan oleh MenKes RI.
Manfaat Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan obat sangat bermanfaat, yaitu antara lain :
• Menjaga stabilitas bahan berkhasiat yang dikandungnya
• Ketetapan takaran/dosis pemakaian obat setiap kali pemberian
5
• Praktis, aman dan menyenangkan dalam pemakaian, karena BSO disesuaikan dengan rute
pemberian
• Menentukan angka bioavailabilitas
• Menentukan onset of action and duration of action
• Dokter bebas menentukan pilihan sediaan untuk pasien
• Dapat ditentukan mutunya dan mudah diawasi
• Dapat dijadikan komoditi ekonomi.
Bentuk sediaan obat (BSO), dapat dibagi dalam beberapa bentuk, sebagai berikut :
A. Sediaan Padat, terdiri dari :
1. Serbuk
Serbuk adalah obat-obat baik tunggal ataupun merupakan campuran obat-obat yang
halus, terbagi rata, kering dan digunakan baik untuk pemakaian dalam maupun pemakaian luar.
– Syarat-syarat serbuk adalah :
• Halus
• Homogen
• Kering
– Serbuk dapat dibedakan atas :
a. Pulvis
Pulvis adalah serbuk yang tidak dibagi-bagi digunakan untuk pemakaian dalam maupun
pemakaian luar. Pulvis untuk pemakaian dalam hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten
b. Pulveres
Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bungkus-bungkus sebagai dosis pemakaiannya
dan hanya digunakan untuk pemakaian dalam. Serbuk terbagi dibungkus dengan kertas
perkamen.
Keuntungan sediaan serbuk :
• Bahan dan dosis obat dapat divariasi agar cocok dengan pasien tertentu
• Lebih stabil dibandingkan sediaan cair
• Penyebaran dan absorpsi berlangsung lebih cepat
6
Kerugian :
• Rasa dan bau tidak dapat ditutupi
• Tidak semua obat dapat diberikan dalam bentuk serbuk misalnya obat yang saling
bereaksi satu sama lain.
2. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut . Dalam praktek pelayanan resep di apotik, kapsul cangkang keras di isi dengan
tangan.
Keuntungan sebagai berikut :
-.Pembebasan dan absorpsi obat dalam saluran pencernaan cepat
-.Obat-obat dapat bervariasi untuk kepentingan pasien
-.Dapat diberikan dosis yang tepat untuk suatu pengobatan.
• Kerugian :
Sukar diberikan kepada anak-anak dan pasien yang sukar menelan
Obat bentuk kapsul perlu untuk :
• Mencegah bau yang tidak enak
• Mencegah rasa yang tidak enak
• Mencegah kerusakan obat karena udara
3. Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Keuntungan (bila diformulasi dengan baik) :
• Dosis obat teliti dan stabil
• Memenuhi sifat fisika dan kimia untuk waktu yang diperlukan
• Pembebasan yang khas dapat diberikan
• Rasa dan iritasi pada lambung dapat dihindari
• Praktis dalam penggunaan dan penyimpanan.
Kerugian :
• Tidak dapat diberikan pada anak-anak dan pasien yang parah
• Kadang-kadang sifat-sifat umum suatu obat tidak dapat diharapkan efektif.
Tablet per oral
Diabsorpsi pada saluran pencernaan, yang termasuk golongan ini adalah :
7
– Tablet umum
Tablet untuk penggunaan per oral, baik yang dihancurkan dalam air atau langsung
ditelan, yang bahan aktifnya dalam saluran pencernaan diabsorpsi atau bekerja local (antasida).
– Tablet kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam
rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini
digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan
antibiotik tertentu.
– Tablet berlapis banyak
Tablet dengan beberapa lapisan atau tablet dalam tablet, lapisan dalam menjadi inti dan
lapisan luarnya disebut kulit.
Tujuan tablet berlapis banyak :
1. Untuk memisahkan bahan obat berbeda satu sama lain karma tidak tersatukan.
2. Untuk menyediakan obat dan pelepesannya dalam dua tingkatan atau lebih untuk
mendapatkan suatu kerja diperpanjang.
– Tablet berbuih (tablet efervesen)
Kombinasi utama dari tablet efervesen adalah kombinasi antara senyawa asam yakni
asam sifrat atau asam tartat ataupun kombinasi dari keduanya dengan senyawa basa yakni
Natrium Bikarbonat. Tablet efervesen sebelum ditelan dilarutkan dalam air, sehingga
menghasilkan gas karbondioksida (CO2).
– Tablet bersalut
Yang termasuk tablet bersalut antara lain :
• Tablet salut biasa
Umumnya tablet disalut dengan gula, tetapi penyalutan dengan gula mempunyai
beberapa kelemahan sehingga menyebabkan penggunaan salut selaput lebih diterima.
8
• Tablet selut-enterik
Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengeritasi mokosa
lambung, diperlukan bahan penyalut enterik, yang bertujuan untuk menunda pelepasan
obat sampai tablet melewati lambung.
• Tablet depo
Termasuk tablet yang pelepasan obatnya dikendalikan dengan tujuan untuk
memperpanjang efek terapi (kerja obat) dengan cara merancang tablet melepaskan obatnya
secara perlahan-lahan.
Tablet Oral
Tablet oral dapat dibedakan :
a. Yang diabsorpsi secara langsung melalui mukosa mulut dan menghasilkan efek
sistematik
b. Umumnya bekerja lokal sekitar mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga ditujukan untuk
absorpsi sistematik setelah ditelan.
Yang termasuk tablet oral adalah :
– Tablet hisap (Lozenges)
Tablet umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi atau infeksi mulut atau tenggorokan,
tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk absorpsi sistematik setelah
ditelan. Kebanyakan tablet hisap mengandung anti septik, anestesi lokal, ekspetoransia. Yang
termasuk juga tablet hisap adalah pastiles dan trockes.
– Tablet sublingual
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah, sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Cara ini berguna untuk penyerapan obat
yang dirusak saluran pencernaan atau sedikit sekali diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Contoh:
Nitrogliserin. Tablet ditaruh dibawah lidah akan melarut segera untuk memberikan efek obat
dengan cepat.
– Tablet bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat
aktif diserap langsung melalui mukosa mulut.
Contoh yang penting diberikan dengan cara ini senyawa hormon steroid (seperti tablet
progesteron).
9
Kebaikan tablet sublingual dan bukal :
• Terhindar dari ²First pass effect”.
• Angka bioavailabilitas tinggi, efek terapi mudah tercapai.
Keburukan tablet sublingual dan bukal:
• Kemungkinan salah dalam cara pemakaian, yaitu obat tidak didiamkan terlebih dahulu di
dalam mulut tapi langsung ditelan sehingga akibatnya efek terapi sulit dicapai.
• Rasa dan bau kurang enak sulit dihindarkan.
Tablet Dengan Pelepasan Terkendali
Tablet dengan pelepasan terkendali terdiri dari tablet depo dan bentuk kerja
diperlambat.
A. Tablet depo dapat dibedakan
a. Sustained – release (sustained-action atau pembebasan bahan aktif berlanjut)
Keunggulan tipe bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang
merata tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis, pengaruhnya biasanya berlangsung 8
sampai 12 jam. Obat sustained – release cocok untuk pengobatan penyakit kronik dari penyakit
yang akut.
b. Repeat – release (repeat-action atau bentuk kerja berulang)
Berupa tablet khusus dibuat sedemikian rupa supaya dosis awal dari obatnya
dilepaskan dari kulit tablet, sedangkan dosis kedua dari inti tablet. Yang diantara keduanya
dipisahkan oleh salut penyekat yang perlahan-lahan tenbus air. Tablet semacam ini
memungkinkan pelepasan dua dosis obat dari sebuah tablet, sehingga mengurangi makan obat
yang berulang kali.
c. Prolonged – release (prolonged-action atau pembebasan bahan aktif diperpanjang)
Bentuk sediaan prolonged-release yang menahan pelepasan obat, frekuensi
penggunaan harus lebih sedikit dari pada bentuk obat dengan bentuk sediaan biasa.
B. Bentuk kerja diperlambat (delayed-release)
Tablet salut enterik
Pelepasan obat dari sediaannya dapat dengan sengaja diperlambat supaya obat dapat
sampai pada usus mengingat beberapa alasan :
10
• Untuk obat yang dirusak pada cairan lambung
• Untuk obat yang menimbulkan rangsang (iritasi) yang berlebihan pada lambung
• Obat yang menimbulkan rasa mual
• Obat yang diabsorpsi lebih baik dalam usus dari pada dalam lambung.
4. SUPOSITORIA
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik
yang bersifat lokal atau sistematik.
Keuntungan :
• Dapat diberikan pada pasien muntah-muntah dan tidak sadar
• Dapat menghindari kerusakan oleh enzim pencernaan
• Dapat menghindari biotrasformasi dihepar
• Dapat menghindari iritasi lambung oleh obat
• Lebih sesuai untuk digunakan oleh pasien dewasa, anak-anak dan bayi yang tidak dapat
atau tidak mau menelan obat.
Kerugian :
• Kurang cocok untuk daerah tropik
• Dapat menimbulkan iritasi
Supositoria diberikan apabila :
• Pemberian per oral tidak mungkin
• Pasien tidak dapat minum obat itu
• Diinginkan kerja yang lama dari obat.
Macam Supositoria :
• Supositoria memberikan efek lokal dan sistemik (dubur)
• Ovula memberikan efek lokal (vagina)
• Beccilla memberikan efek lokal (urethra)
B. SEDIAAN SETENGAH PADAT ( SEMI SOLID )
Unguenta = ointment = salep
a. Penggolongan salep menurut konsistensinya
11
• Salep : adalah sediaan dengan konsistensi kuat yang jika dioleskan diatas kulit akan
melunak dan membentuk suatu lapisan penutup pada permukaan kulit
• Cream : adalah salep yang banyak mengandung air tidak kurang dari 60%
- Mempunyai konsistensi lebih lembut dan halus dari salep asli
-.Berupa emulsi dan biasanya dari tipe yang mudah dicuci dengan air
-.Biasanya digunakan pada daerah yang
terangsang dan sensitif.
• Pasta :
-.Adalah salep kental kaku, biasanya tidak meleleh pada suhu tubuh
-.Membentuk lapisan pelindung didaerah yang dioleskan
-.Mengandung zat padat lebih besar dari 50%.
• Jelly :
- Adalah selep yang lebih halus, umumnya cair
- Mengandung sedikti atau tanpa lilin
- Dipergunakan terutama pada membran mukosa, sebagai pelicin atau basis.
b. Penggolongan salep menurut terapi berdasarkan daya penetrasinya
– Salep epidermis
– Dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek lokal
– Diharapkan tidak diserap dan berlaku sebagai pelindung, antiseptik, adstringens,
parasiticed, counterirritant.
– Dasar salep yang kerap dipakai ialah vaselin.
– Salep endodermis
-. Dimaksudkan untuk melepaskan obat agar memasuki kulit tetapi tidak menembus kulit
-. Diserap sebagian saja dan berlaku sebagai emollient, stimulant, anodyna dan lokal irritant
-. Dasar salep yang terbaik adalah minyak tumbuh-tumbuhan dan lemak alami.
– Salep deadermis
-. Dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan efek konstitusi (yang
mendasar)
Penggolongan salep menurut terapi tidak dapat dipastikan karena akan dipengaruhi oleh faktor-
faktor :
• Keadaan kulit penderita
12
• Ukuran penggunaan
• Lama kontak salep dengan kulit
• Tingkat gesekan yang dilakukan dalam penggunaan
Oculenta = salep mata
Adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok.
• Kebaikan :
• Waktu kontak zat aktif obat dengan mata bertambah dibandingkan dengan
guttae
• Harga lebih murah
• Sediaan lebih stabil
• Keburukan :
• Pandangan kabur karena pengaruh dasar salap
• Kurang nyaman di mata
Tujuan pemberian obat bentuk pasta adalah :
a. Menyerap eksudat dari kulit yang luka/infeksi, karena adanya bahan porous yang dapat
menyerap cairan.
b. Mengurangi atau menghilangkan rasa gatal pada kulit.
c. Menfixer/melengketkan obat pada kulit, sehingga dapat terlaksana kontak obat dengan
kulit.
d. Dapat memberikan rasa sejuk karena mengandung air.
C. SEDIAAN CAIR
Sediaan cair dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Solutiones (larutan)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang larut.
Biasanya dilarutkan dalam air. Sediaan ini dapat digunakan untuk pemakaian dalam atau
pemakaian luar.
Solusio terbagi dua, yaitu solusio obat dalam (per-oral) dan solusio obat luar. Bila
disebutkan solusio saja, yang dimaksudkan adalah solusio obat dalam.
• Keuntungan :
Merupakan campuran homogen
Dosis mudah dirubah-rubah dalam pengobatan
13
Dapat diencerkan bila mengiritasi lambung
Absorpsi cepat dan onset tercapai cepat
Cocok untuk anak-anak dan bayi
Mudah diberi deodorant
Untuk pemakaian luar mudah dipakai.
• Kerugian :
Volume lebih besar
Ada obat yang tak stabil dalam larutan
Ada obat yang rasa dan bau sukar ditutupi dalam larutan.
Contoh larutan untuk obat luar :
– Collutoria = kolutorium = obat cuci mulut.
– Collyria = obat cuci mata.
Collyria adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, Isotonis, yang
digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan bufer dan pengawet.
– Gargarisma = Gargle = Obat Kumur
– Obat kumur adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalam pekat yang harus di
encerkan dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pencegahan atau pengobatan Infeksi tenggorok.
• Contoh Larutan untuk obat dalam :
– Elixira = Eliksir
• Sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk
mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol dalam eliksir adalah 5-10%.
Bila kadar alkohol dalam eliksir adalah 10-12% dalam sediaan, maka
fungsi alkohol selain meningkatkan kelarutan juga berfungsi sebagai
pengawet sehingga tidak perlu lagi dibubuhi pengawet yang lain.
– Sirupsi = Sirup
Sirup adalah sediaan cair berupa Larutan yang mengandun sakarosa. Kecuali dinyatakan lain
kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Dalam perdagangan sediaan larutan dapat dibedakan :
- Berupa larutan sudah jadi dan dibuat tersedia bagi ahli farmasi untuk diserahkan kepada
pasiennya.
14
- Campuran kering untuk larutan, terutama sekali antibiotik diberikan dalam bentuk bubuk
kering atau ganul untuk diracik kembali dengan jumlah air suling yang dicantumkan, segera
sebelum diserahkan kepada pasien. Larutan ini stabil 7-14 hari.
2. Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa.
Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan,
endapan harus segera terdispersi kembali.
Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi
harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang
Pada etiket harus tertera “kocok dahulu” dan disimpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan
di tempat sejuk.
Kebaikan dan Keburukan sediaan suspensi :
Kebaikan
a. Bentuk sediaan lebih mudah ditelan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya
secara oral.
b. Mudah diberikan kepada bayi dan anak-anak serta dosisnya mudah diatur.
c. Rasa dan bau yang tidak enak dapat ditutupi dengan korigensia.
Keburukan
a. Pada beberapa zat aktif, rasa dan baunya sulit diatasi dengan korigensia
b. Beberapa zat aktif tidak stabil dalam bentuk sediaan cair sehingga akan
rusak bila disimpan lebih lama
c. Bisa terjadi reaksi penggumpalan dalam penyimpanan yang agak lama.
Sirup dan suspensi kering adalah sediaan obat yang dalam perdagangan berada dalam keadaan
kering (powder), bila hendak diberikan kepada pasien harus ditambahkan aquadest sampai garis
tanda kalibrasi yang diinginkan.
Setelah menjadi sirup atau suspensi cair, waktu penggunaan amat terbatas yaitu 7-10 hari. Kalau
waktu pemakaian lebih lama potensi obat menurun atau hilang.
3. Emulsi
Sediaan emulsi dapat digunakan untuk pemakaian :
a. Per oral
15
b. Per injeksi
c. Pada kulit atau membran mukosa seperti lotion, linimen, cream dan salep.
Tipe Emulsi terdiri dari :
a. Emulsi tipe O/W (Oil/Water = minyak dalam air)
b. Dapat diencerkan dengan air secara kontinyu. Umumnya digunakan
sebagai obat dalam.
c. Emulsi tipe W/O (Water/Oil = air dalam minyak)
d. Tidak dapat diencerkan dengan air. Umumnya digunakan sebagai obat
luar.
4. Beberapa sediaan cairan untuk penggunaan khusus
• Lotion = Lasio = Bedak Kocok
Adalah suatu sediaan dengan medium air yang digunakan pada kulit tanpa
digosokkan. Biasanya mengandung substansi tak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa
larutan dan emulsi dimana mediumnya adalah air. Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah
efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan
memberikan efek menyejukkan. Lotion dipakai untuk efek menyejukkan, mengeringkan,
antipruritik, dan efek protektif dalam pengobatan dermatoses akut. Jangan digunakan pada luka
yang berair sebab akan terjadi “caking” dan runtuhan kulit serta bakteri dapat tetap tinggal di
bawah lotion yang menjadi cake.
Wadah losio harus diberi label untuk memberi petunjuk pada pasien, supaya
mengocok dengan seksama sebelum pemakaian dan juga hanya pemakaian luar.
• Potiones = Potio
Adalah sediaan berupa cairan yang dimaksudkan untuk diminum, dibuat
sedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai volume dosis tunggal dalam jumlah yang
banyak, umumnya 50 ml.
• Enema / Clisma = Pompa
Adalah larutan air atau minyak atau suspensi untuk pemberian rektal. Enema
dapat digunakan untuk :
– Efek lokal dan sistematik
– Untuk membersihkan usus besar.
16
• Irigasi
Irigasi adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan
luka terbuka atau rongga-rongga tubuh. Etiket diberi tanda bahwa sediaan ini tidak dapat
digunakan untuk injeksi.
• Guttae (obat tetes)
• Adalah sediaan cair, berupa larutan, emulsi, suspensi
• Untuk obat dalam atau obat luar dengan cara meneteskan
Guttae untuk obat luar adalah sebagai berikut :
1. Guttae Oris (tetes mulut), setelah diencerkan dengan air dikumur-kumur
tidak untuk ditelan.
2. Guttae Auriculares (tetes telinga)
3. Guttae Nasales (tetes hidung)
4. Guttae Ophthalmicae (tetes mata)
– Harus steril
– Dapat berupa larutan dan suspensi
Kebaikan guttae per-oral :
– Pemakaian mudah, praktis dan aman terutama bagi bayi dan anak
– Pemberian dapat dicampur dengan makanan dan minuman untuk menutupi rasa
dan bau yang tidak enak dari obat
– Pemberian dengan bantuan pipet lebih praktis, aman dan dosis tepat.
Keburukan guttae per-oral :
– Harga lebih mahal, karena wadah sulit dan harus disertai penetes
– Dalam peracikan sulit dilaksanakan dan untuk pengadaan pipet.
• Injeksi
Sediaan steril dapat berupa :
– Larutan
– Emulsi
– Suspensi
– Serbuk (untuk dilarutkan atau di suspensikan).
17
LO 3. CARA PEMBERIAN OBAT
SISTEM SALURAN CERNA
1. ENTERAL
Obat melaluisistem saluran cerna. Rongga mulut-poros usus
Contoh: oral, sublingual, bukal
2. PARENTRAL
Diberikan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan diberikan untuk
pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan memerlukan obat dengan kerja cepat.
Contoh : topikal, inhalasi, suntikan
SISTEM KARDIOVASKULER
1. INTRAVASKULER
Langsung ke pembuluh darah
Contoh : intravena, intratekal, intrakardial dll
2. EKSTRAVASKULER
Contoh : i.m. (intramuskuler=otot), s.c (subkutan= dibawah kulit)., i.p. (intraperitoneal=
rongga perut), peroral, inhalasi
A. ENTERAL
ORAL
KEUNTUNGAN:
• Relatif aman
• Praktis
• Ekonomis
• Cara pemberian yang menyenangkan untuk pasien
KERUGIAN:
• Timbulnya efek lambat , karena memerlukan perjalanan yang rumit untuk mencapai
organ target (tempat kerja)
18
• Tidak bermanfaat utk pasien: sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif
• Untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas
• Adanya pengaruh dari ELP (Efek Lintas Pertama) / First Pass Effect : Obat mengalami
metabolisme terlebih dahulu sebelum masuk ke peredaran darah sistemik sehingga dapat
mengurangi efektivitas dari obat.
Contoh : 90% Nitrogliserin hilang saat metabolisme di hati.
• Obat absorbsi tidak teratur
SUBLINGUAL
Cara: Obat diletakkan di bawah lidah yang kaya akan pembuluh darah
Keuntungan :
1. Efek obat cepat
2. Cara pemakaian sub lingual memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam kapiler dan
segera masuk ke pembuluh darah sistemik.
3. Kerusakan obat di saluran cerna akibat pengahncuran obat oleh enzim usus atau ph
lambung yang rendah dapat dihindari
4. Obat tidak melewati hati sehingga metabolisme di hati dapat dihindari
Kerugian :
1. Pemakaian terus-menerus dapat mengiritasi mukosa
2. Tidak praktis
CONTOH:
Nitrogliserin (angina pektoris
Isoprenalin (asma bronkial)
B. REKTAL
Tujuan:
1. Efek lokal
2. Efek sistemik
Kapan digunakan
Bila pemberian obat oral sulit/tdk dpt dilakukan karena:
19
• Iritasi lambung
• Terurai di lambung
• Terjadi efek lintas pertama dari obat
• Pasien muntah-muntah atau tidak sadar, pemberian obat secara oral tidak mungkin
dilakukan
• Contoh : Asetosal, parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat
Keuntungan :
• Mencegah penghancuran obat oleh enzim di usus atau pH rendah di lambung
• Berguna untuk obat yang dapat menginduksi muntah bila diberikan secara oral
• Menghidari iritasi lambung
• Menghidari biotransformasi di hepar
Kekurangan :
• Umumnya digunakan untuk efek local
• Konsistensi lembek atau lunak kurang cocok untuk daerah tropis
• Tidak menyenangkan
• Dapat mengiritasi mukosa rectum
• Absorbsi obat tidak teratur
C. Intravaginal
Pemberian Obat per Vagina, Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran
vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan
untuk mengobati infeksi lokal.
D. PARENTRAL
(Obat dimasukkan ke dalam tubuh tidak melalui saluran cerna)
KEUNTUNGAN:
1. Dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah diare, yang sulit menelan atau pasien
yang tidak kooperatif
20
2. Dapat untuk obat yg mengiritasi lambung
3. Dapat menghindari kerusakan obat di sal cerna dan hati
4. Bekerja cepat , kuat dan lengkap
5. Dapat digunakan untuk keadaan darurat
6. Kadar obat dalam darah dapat diramalkan
KELEMAHAN :
1. Kurang aman , sulit ditanggulangi bila terjadi kesalahan
2. Sediaan harus steril Mahal, Tidak ekonomis
3. Harus dilakukan oleh tenaga ahli (pasien tiak bias melakukan sendiri)
4. Berbahaya( suntikan---infeksi) : Penularan penyakit seperti hepatitis atau HIV
Meliputi:
Intracutan, intravena (iv), subcutan (sc), dan intramuscular (im)
-Intracutan
• Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit
• Merupakan pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis
atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
• Intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang
disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test),
menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
-Subcutan
• Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah
kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis
• Jenis obat yang lazim diberikan secara SC
1. Vaksin 3. Narkotik 5. Heparin
2. Obat-obatan pre operasi 4. Insulin
• Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian
insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah
• Pada pemakaian injeksi subkutan untuk jangka waktu yang alam, maka injeksi perlu
direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.
21
• Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
• Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.
• Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan
dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi.
• Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya.
-Intramuscular
• Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot.
• Tujuan : pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan
• Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan
posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid), daerah ini
digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang
baik dan jauh dari syaraf.
• Pemberian obat secara Intramusculer sangat dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air
yang menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi obat .
• Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan
sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
• Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi
-Intravena
Pengertian : Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu
cepat sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah.
Tujuan :
1. Memasukkan obat secara cepat
2. Mempercepat penyerapan obat
Lokasi yang digunkan untuk penyuntikan :
1. Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica )
2. Pada tungkai (vena saphenosus)
3. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4. Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
Teknik Pemberian Obat :
22
1. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
2. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung (via Wadah). Merupakan cara
memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah
cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
E. TOPIKAL
• Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes
telinga dan lain-lain.
• Pemberian Obat pada Kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan
mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau
mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion,
aerosol, dan sprei.
• Pemberian Obat pada Telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini
pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah
(otitis media), dapat berupa obat antibiotik.
• Pemberian Obat pada Hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan ada
seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
• Pemberian Obat pada Mata
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi
pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian
juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
F. INHALASI
(memasukkan obat ke sal. nafas)
TUJUAN : EFEK LOKAL& SISTEMIK
KEUNTUNGAN:
23
1. Absorbsi terjadi cepat dan homogen---permukaan Absorbsi luas
2. Kadar obat dapat dikontrol
3. Terhindar dari efek lintas pertama
4. Dapat diberikan langsung pada bronkus-----asma bronkial
KERUGIAN
• Diperlukan alat dan metoda khusus
• Sukar mengatur dosis
• Sering mengiritasi epitel paru ---sekresi sal nafas
• Toksisitas pd jantung. paru--- v. pulmunal---atrium kiri
CONTOH:
GAS: oksigen----anoksia
UAP: eter---- anestesi, amilnitril---angina
AEROSOL : Adrenalin ----asma
LO 4. DOSIS PEMAKAIAN OBAT
Dosis bisa diartikan dengan jumlah obat yang harus digunakan dan dinyatakan dalam satuan
tertentu. Satuan yang paling banyak digunakan adalah milligram (mg), satuan yang lain bisa
mikrogram, internasional unit ( IU ) untuk vitamin, dan lain sebagainya. Beda obat beda pula
dosisnya. Besarnya dosis suatu obat didapatkan dari hasil penelitian yang tidak singkat.
Faktor yang mempengaruhi pemberian dosis pada pasien, antara lain :
usia pasien
berat badan
jenis kelamin
luas permukaan badan
beratnya penyakit yang diderita
daya tahan tubuh pasien
Dalam dunia kedokteran dan farmasi dikenal istilah beberapa jenis dosis, yaitu :
Dosis lazim yaitu jumlah dosis acuan pemakaian obat. Dosis ini akan memberikan khasiat
sesuai dengan yang diharapkan
24
Dosis maksimal yaitu dosis terbesar yang masih bisa digunakan oleh seorang pasien baik
dalam setiap kali pemakaian ataupun setiap harinya.
Dosis toksik/ racun yaitu dosis obat yang melampui dosis maksimalnya. Seperti kita ketahui
bahwa dalam dunia pengobatan beda antara obat dan racun hanya terletak pada jumlah
dosisnya.
Jika obat digunakan dibawah dosis lazimnya, maka suatu obat tidak akan cukup memberikan
khasiat sedangkan apabila dosis yang diberikan melebihi dosis maksimalnya maka efek racun
dari suatu obat akan terjadi pada penggunanya.
Ketepatan jumlah dosis menjadi salah satu bagian yang paling penting dalam
memperoleh khasiat dari obat tersebut. Penggunaan dosis dibawah dosis lazim sering terjadi
tanpa kita sadari. Kejadian yang paling sering adalah saat kita menggunakan obat dalam bentuk
sirup dengan menggunakan sendok makan yang ada di rumah. Seharusnya tindakan yang paling
tepat ketika kita menggunakan obat dalam bentuk sirup adalah mengukurnya dengan
menggunakan sendok takar obat, bukan sendok makan atau sendok teh yang ada di rumah.
Keracunan obat bisa terjadi karena dosis yang diminum melebihi dosis anjuran. Misalnya
karena merasa ingin cepat sembuh, dosis obat yang seharusnya satu tablet diminum menjadi 2
tablet. Untuk obat-obat tertentu tindakan ini mungkin tidak menimbulkan masalah karena
mungkin saja dosis tersebut masih berada di bawah dosis maksimalnya. Tetapi untuk obat lain,
akibatnya bisa sangat fatal.
• Sediaan dosis obat
Pembagian obat dalam dosis yang telah ditentukan melibatkan farmasist untuk membagikan dan
memberikan label pada pembungkus atau tempat penyimpanan obat yang telah sesuai dengan
dosis masing-masing pasien. Obat-obat tersebut disimpan dalam tempat khusus dan diberikan
kepada klien pada waktu-waktu tertentu. Sistem ini dilakukan pada fasilitas kesehatan yang besar
seperti rumah sakit karena membutuhkan pengecekkan ulang demi keamanan klien. Baik
farmasist maupun perawat sama-sama berperan dalam penyiapan dan pemberian obat kepada
klien serta mengevaluasi efek dan reaksi interaksi obat atau kontraindikasi obat.
25
• Benar Dosis Obat
Benar dosis obat berarti obat yang diberikan memang dosis yang diinginkan oleh tim medis dan
dosis tersebut telah sesuai untuk klien. Kesalahan dosis obat dapat terjadi bila tim medis
memberikan obat yang tidak sesuai dengan klien, apoteker salah mengeluarkan jumlah obat,
perawat salah memberikan dosis obat, perawat atau asisten perawat salah menuliskan kembali
obat-obatan yang diresepkan oleh tim medis.
Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama
mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim
medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat.
Lakukan pengecekkan ulang terhadap dosis obat yang diberikan bila :
Klien mengatakan bahwa dosis obat berubah dari biasanya
Beberapa obat harus diberikan dalam waktu yang bersamaan
Dosis obat yang diinginkan dalam jumlah yang besar
Jumlah sediaan obat yang tersedia dari apoteker tidak sesuai dengan dosis obat yang harus
diberikan kepada klien.
LO 5. Interaksi Obat
Interaksi obat adalah sebagai kerja atau efek obat yang berubah, atau mengalami
modifikasisebagai akibat interaksi dengan satu obat atau lebih.
Interaksi obat:
1. Interaksi farmakodinamik
Interaaksi farmakodinamik adalah perubahan yang terjadi pada absorpsi, distribusi,
metabolisme, atau biotransformasi, atau ekskresi dari satu obat atau lebih.
I. Interaksi dalam absorbsi obat
Ketika seseorang memakai dua obat atau lebih pada waktu yang bersamaan ,
maka laju absorbsi dari salah satu atau kedua obat itu dapat berubah. Obat yang
satu dapat menghambat, menurunkan, atau meningkatkan laju absorpsi obat lain.
26
II. Interaksi dalam distribusi obat
Dua obat yang berikatan tinggi dengan protein atau albumin bersaing untuk
mendapatkan tempat pada protein atau albumin di dalam plasma. Akibatnya
terjadi penurunan dalam pengikatan dengan protein pada salah satu atau kedua
obat itu; sehingga lebih banyak obat bebas yang bersirkulasi dalam plasma dan
meningkatkan kerja obat. Efek ini dapat menimbulkan toksisitas obat; obat yng
tidak berikatan dengan protein atau obat bebas, obat aktif, dan dapat
menimbulkan respon farmakologi (respon yang terjadi atau mempengaruhi satu
sistem tertentu pada tubuh). Jika ada 2obat yang berikatan tinggi dengan protein
yang harus dipakai bersamaan, dosis salah satu atau ke dua obat itu mungkin perlu
dikurangi untuk menghindari tooksisitas obat.
III. Metabolisme dan biotransformasi
Suatu obat dapat meningkatkan metabolisme dari obat lain dengan merangsang
(menginduksi) enzim- enzim hati. Obat- obat yang dapat meningkatkan induksi
enzim- enzim disebut sebagai penginduksi enzim.. salah satu contoh obatdari
penginduksi enzim barbiturat.
IV. Ekskresi
Obat-obat dapat meningkatkan atau menurunkan ekskresi ginjal dan mempunyai
efek terhadap ekskresi dari obat- obat lain. Perubahan pH urin mempengaruhi
ekresi obat.
2. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah hal- hal yang menimbulkan efek- efek obat yang aditif,
sinergis (potensiasi), atau anatagonis. Jika 2 obat yang mempunyai kerja yang serupa atau
tidak serupa diberikan, maka efek kombinasi dari kedua obat itu dapat menjadi aditif
(efek dua kali lipat), sinergis ( lebih besar dari dua kali lipat), atau ( antagonis (efek dari
salah satu atau kedua oabat itu menurun).
Contoh antagonis, bila perangsang adrenergik beta isoproterenol dan penghambatreseptor
beta, propranolor deberikan bersama- sama.
27
3. Interaksi farmasetik
Interaksi farmasetik adalah interaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan atau disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita.
Contoh: obat ditambah infus akan terjadi pengendapan.
LO.6 Teknik Penulisan Resep
Resep ditulis dalam bahasa latin, karena :
- Bahasa universal, bahasa mati, bahasa medical science
- Menjaga kerahasiaan
- Menyamakan persepsi (dokter dan apoteker)
Ketentuan resep:
- Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.
- Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib
menanyakan kepada penulis resep.
- Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan
resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.
- Apabila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, tanggung jawab sepenuhnya
dipikul oleh dokter yang bersangkutan (dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau
membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep).
- Apabila apoteker menganggap pada resep terdapat kekeliruan yang berbahaya dan tidak
dapat menghubungi dokter penulis resep, penyerahan obat dapat ditunda.
- Dokter gigi diberi izin untuk menulis segala macam obat dengan cara parenteral (injeksi)
atau cara-cara pemakaian lain, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut.
- Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberikan tanda ”
cito/statim/urgent (segera), P I M/periculum in mora (berbahaya bila ditunda)” pada
bagian kanan resep, dan harus didahulukan dalam pelayanannya.
28
- Resep p.p /pro paupere (resep untuk orang miskin), dimaksud agar apotek dapat
meringankan harga obat atau bila dapat diberi gratis.
- Pada resep asli yang diberi tanda ”n.i”/ne iteratur (tidak boleh diulang), maka apotek
tidak boleh mengulangi penyerahan obat atas resep yang sama
- Resep yang mengandung narkotika :
harus ditulis tersendiri, tidak boleh ada iterasi (ulangan), dituliskan nama pasien, alamat
pasien ditulis dengan jelas, aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis
s.u.c /signa usus cognitus (sudah tahu aturan pakai).
Penulisan resep lengkap harus terdiri dari :
1. Inscriptio
Terdiri dari nama dokter, alamat dokter, nomor SIP, nama kota, tanggal resep ditulis
oleh dokter, serta R/ (recipe).
Contoh penulisan inscriptio :
Drg. Hendra Tri Hartono
SIP 07062598674
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas
Jalan Jati no.1
Padang
Padang, 12 Agustus 2012
R/
2. Presciptio
Terdiri dari nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, cara pembuatan (kalau
racikan).
29
Contoh penulisan prescriptio :
Paracetamol tab 500 mg No. X
Eritromisin tab 500 mg No.XXX
3. Signatura
Terdiri dari cara pemakaian obat, jumlah obat, serta waktu minum obat.
Contoh penulisan signatura :
S 3 dd tab. I p.c.
Artinya minum 3x per hari, tiap kali minum 1 tablet, sesudah makan
4. Pro
Terdiri dari nama pasien, umur, serta alamat pasien (jika obat mengandung narkotika)
5. Subscriptio
Terdiri dari paraf atau tanda tangan (kalau obatnya mengandung narkotika)
Untuk setiap resep ditutup dengan garis dan kemudian dibubuhi paraf atau tanda tangan
kemudian baru dilanjutkan ke resep kedua.
Daftar Pustaka
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Quantum Sinergis Media : Yogyakarta.
L.Kee, Joyce, dkk. 1994. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. EGC :Jakarta.
Wahyu. 2012. “Dosis Obat”. http://nswahyunc.blogspot.com/ . Diakses pada 14 Agustus 2012.
15.25 WIB.
Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi (Editor).1995.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK UI: Jakarta
30
Laporan Tutorial Modul 2 Blok 13
Farmasi Kedokteran Gigi
Oleh : Kelompok 5
Addina Ainul Haq
Adi Nugraha
Agustina Nimas Meliananda
Desmediodeno Merinda
Dirahmah Tulaila
Hanzaliana
Ika Putri Wiratama
Intan Kamala Aisyah
Muthia Ipzarni
Rosa Juliasari Santioso
Tutor : drg. Reni Nofika
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas
Tahun Ajaran 2012/2013
31