laporan praktikum genetika dasar hukum mendel i.docx

31
Laporan Praktikum Genetika Dasar Hukum Mendel I I. PENDAHULUAN 1.1 Dasar Teori Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101) Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76). Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33) Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominant (menang), sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi symbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu tadi. Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)

Upload: ova

Post on 10-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Genetika Dasar Hukum Mendel II. PENDAHULUAN

1.1 Dasar TeoriHukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominant (menang), sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi symbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu tadi. Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)

1.2 Tujuan PratikumMencari angka-angka perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel.Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.Memahami pengertian dominan, resesif, genotif, fenotif.II. BAHAN DAN METODE PRATIKUM

Bahan yang digunakan dalam pratikum:1. Model gen (kancing genetic) warna merah sebanyak 15 pasang.2. Model gen (kancing genetic) warna putih sebanyak 15 pasang.Alat yang digunakan:1. Dua buah stoples

Cara kerja:1. Mengambil model gen merah dan putih, masing-masing 15 pasang atau 30 biji (15 jantan dan 15 betina).2. Menyisisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan individu putih.3. Membuka pasangan gen diatas (langkah 2), ini memisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah dan individu putih.4. Menggabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu putih.5. Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.6. Selanjutnya memasukkan semua model gen jantan baik merah maupun putih ke dalam stoples jantan dan model gen betina baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.7. Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara acak dari masing-masing stoples, kemudian memasangkan.8. Melakukan secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan mencatat setiap pasang gen yang terambil ke dalam label pencatatan.9. Bisa juga dengan mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8) ke dalam stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil kembali.Melakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20x, 40x, dan 60x.

III. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Pencatatan untuk pengambilan 20xNo Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah 1 Merah-Merah 52 Merah-Putih 103 Putih-Putih 5

Tabel 2. Pencatatan untuk pengambilan 40xNo Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah 1 Merah-Merah 112 Merah-Putih 203 Putih-Putih 9

Tabel 3. Pencatatan untuk pengambilan 60xNo Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah 1 Merah-Merah 142 Merah-Putih 333 Putih-Putih 13

Tabel 4. Perbandingan/ nisbah fenotif pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20x.Fenotif Pengamatan(Observasi = O) Harapan(Expected) Deviasi(O-E)Merah 15 x 20 = 15 0Putih 5 x 20 = 5 0

HUKUM MENDEL

A. Tujuan PercobaanMengetahui dan memahami persilangan monohybryd

B. Landasan TeoriHukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominant (menang), sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi symbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu tadi. Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)

C. Alat dan BahanKancing genetika (dua warna masing-masing berjumlah 25)D. Langkah Kerja1. Memisahkan 25 kancing (misal warna hitam) menjadi dua bagian masing-masing terdiri dari 25 buah sebagai gamet jantan, begitu pula kancing warna lain (misal kancing warna putih).2. 25 kancing+25 kancing putih sebagai gamet jantan dimasukkan ke dalam kotak, begitu pula untuk sisanya dimasukkan ke dalam kotak yang lain sebagai gamet betina.3. Mengambil secara acak satu kancing dari kotak1 dan satu kancing dari kotak2, pertemukan dan catat dalam tabulasi.4. Dengan cara yang sama emua kancing gamet betina dan gamet jantan habis.

E. Hasil PengamatanJenis gametTurusJumlah

Hitam-hitamIIII IIII IIII 15

Hitam-putihIIII IIII IIII IIII II22

Putih-putihIIII IIII III13

Dominan : Hitam (HH)Resesif : Putih (hh)P1 : HH >< hh Hh HitamHH : Hh : hh15 : 22 : 13 37 : 12

F. PembahasanHukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101) Dalam percobaan hukum Mendel I, dilakukan persilangan monohibrid yaitu warna biji. Warna biji hitam (HH) bersifat dominan yang disimbolkan dengan kancing genetic warna hitam, dan warna biji putih (hh) bersifat resesif disimbolkan dengan kancing genetic warna putih. Persilangan antara kancing hitam (HH) dengan kancing putih (hh) diperoleh F1 yang 100% berwarna hitam (Hh). Karena kancing hitam bersifat dominan. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya (F1), maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu hitam-hitam, hitam-putih, dan putih-putih. Dengan genotif untuk hitam (HH), hitam-putih (Hh), dan putih-putih (hh). Menurut hukum Mendel I, perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1.Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan 50x diperoleh data, yaitu untuk warna hitam-hitam sebanyak 15x, warna hitam-putih sebanyak 22 kali, dan warna putih-putih sebanyak 13 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 15:22:13 yang mendekati angka ratio 1:2:1.

G. KesimpulanHukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101).Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan 50x diperoleh data, yaitu untuk warna hitam-hitam sebanyak 15x, warna hitam-putih sebanyak 22 kali, dan warna putih-putih sebanyak 13 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 15:22:13 yang mendekati angka ratio 1:2:1.

aporan Praktikum Genetika Acara 2 Hukum Mendel I

Disusun Oleh :Muhammad Ali AlfiE1J010089Shift 2. Kamis (12.00-13.40)Kelompok 3

Laboratorium AgronomiFakultas PertanianUniversitas Bengkulu2011

I.Pendahuluan

1.1 Dasar TeoriHukum Mendel I yang dikenal sebagai Hukum Pemisahan Gen Sealel (The law of Segregation of Allelic Genes Principles of Segregation) yang berbunyi : semasa pembentukan gamet pasangan alel suatu gen terpisah dan terdapat dalam gamet yang berlainan. Hukum Mendel I adalah perkawinan dua tetua yang memiliki satu sifat beda (monohibrid). Setiap individu yang berkembang biak secara seksual terbentuk dari peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis Mendel setiap sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel: alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.Hukum Mendel I berlaku pada waktu gametogenesis F1.F1 itu memiliki genotip heterozigot. Dalam peristiwa meiosis, gen sealel akan terpisah, masing-masing membentuk gamet. Baik pada bunga jantan maupun bunga betina menjadi 2 macam gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 X F1) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur seara acak dan terdapat 4 macam peleburan atau perkawinan.1.2 Tujuan Praktikum Mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan Memahami pengertian dominan, resesif, genotipe, fenotipe

II.Bahan dan Metode Praktikum

2.1 Bahan dan AlatBahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah : Model gen (Kancing genetika) 2 warna Dua buah stoples

2.2 Cara Kerja1. Ambillah model gen merah dan putih, masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30 betina).2. Sisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan individu putih.3. Bukalah pasangan gen di atas(langkah 2), ini dimisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah atau individu putih.4. Gabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu putih.5. Pisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.6. Selanjutnya semua model gen jantan baik merah maupun putih masukkan kedalam stoples jantan dan model gen betina baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.7. Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara acak sebuah gen dari masing-masing stoples, kemudian pasangkan.8. Lakukan secara terus-menerus pengambilan model gen sampai habis dan catat setiap pasangan gen yang terambil kedalam table pencatatan.9. Bisa juga denga mengambilkan model gen yang terambil (langkah 8) kedalam stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapatkan kesempatan terambil lagi. Lakukan percobaan serupa untuk pengmbilan 20 x, 40, dan 60x.

III.Hasil Pengamatan

3.1 Tabel hasil PengamatanTabel 1. Pencatatan untuk pengambilan 20 xNoPasanganTabulasi IjiranJumlah

1Merah-merahIIIII 5

2Merah-putihIIIII IIII9

3Putih-putihIIIII I6

Tabel 2. Pencatatan untuk pengambilan 40 xNoPasanganTabulasi IjiranJumlah

1Merah-merahIIIII IIIII10

2Merah-putihIIIII IIIII IIIII IIIII I21

3Putih-putihIIIII IIII9

Tabel 3. Pencatatan untuk pengambilan 60 xNoPasanganTabulasi IjiranJumlah

1Merah-merahIIIII IIIII IIIII IIII19

2Merah-putihIIIII IIIII IIIII IIIII IIII24

3Putih-putihIIIII IIIII IIIII II17

Note : Bagi yang mendapatkan angka perbandingan jauh dari 1 : 2 : 1 (pada tab. ijiran), misalnya untuk 20 x ; 8 : 9 : 3 atau 5 : 7 : 9 dan seterusnya, harus diulangi lagi pengamatannya.

Tabel 4. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20 x.N NoFenotipePengamatan(Observasi = O)Harapan(Expected)Deviasi(OE)

1Merah1415-1

2Putih651

3Total20200

Tabel 5. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40 x.N NoFenotipePengamatan(Observasi = O)Harapan(Expected)Deviasi(OE)

1Merah31301

2Putih910-1

3Total40400

Tabel 6. Perbandingan/nisbah pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60 x.N NoFenotipePengamatan(Observasi = O)Harapan(Expected)Deviasi(OE)

1Merah4345-2

2Putih17152

3Total60600

IV.Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan kancing genetic dengan dua perbedaan pada warna yaitu kancing gen yang berwarna merah dan kancing gen berwarna putih. Setelah dilakukan pemilihan secara acak dari dalam stoples, mulai dari pengambilan 20 x, 40 x, dan 60x dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Setiap pengambilan kancing genetic, maka dihitung dan di tulis pada table yang telah ditentukan pasangannya, yaitu merah-merah, merah-putih, dan putih-putih.Pada pengambilan pertama yang telah dilakukan yang diambil secara acak yaitu pengambilan hingga 20 x, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah berjumlah 5 pasang. Kemudian, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-putih yang berjumlah 9 pasang. Dan yang terakhir, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan putih-putih yang berjumlah 6 pasang.Pada pengambilan kedua yang telah dilakukan yang diambil secara acak yaitu pengambilan hingga 40 x, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah dengan jumlah 10 pasang. Selanjutnya didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-putih yang didapatkan dengan jumlah 21 pasang. Terakhir, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan putih-putih dengan jumlah 9 pasang.Pada pengambilan ketiga yang telah dilakukan yang diambil secara acak yaitu pengambilan hingga 60 x, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah dengan jumlah 19 pasang. Selanjutnya, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-putih dan mendapatkan kancing genetic dengan jumlah 24 pasang. Terakhir, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan putih-putih yang berjumlah 17 pasang kancing genetik.Setelah hasil tabulasi ijiran telah didapatkan jumlahnya dari setiap pasang kancing genetic yang dilakukan mulai dari 20 x, 40 x, dan 60x, maka setiap fenotipe yaitu merah dan putih kita lakukan perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk mendapatkan deviasi (O-E), artinya pengamatan-harapan.Untuk pengambilan 20 x, didapatkan bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 14 dalam observasi (O) dan memiliki harapan (E) dengan jumlah 15, sehingga didapatkan deviasinya yaitu -1. Selanjutnya untuk fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 6, dan memiliki harapan dengan jumlah 5, sehingga deviasi jumlahnya 1. Total keseluruhan adalah observasi berjumlah 20, harapan 20, dan deviasi total berjumlah 0.Untuk pengambilan 40 x, didapatkan bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 31 dalam observasi dan memiliki harapan dengan jumlah 30, sehingga hasil deviasinya adalah 1. Kemudian untuk fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 9 dan memiliki harapan 10, sehingga hasil deviasinya adalah -1. Total keseluruhan adalah observasi berjumlah 40, harapan berjumlah 40, dan total deviasi berjumlah 0.Untuk pengambilan 60 x, didapatkan bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 43 dalam observasi dan memiliki harapan dengan jumlah 45, sehingga hasil deviasinya -2. Selanjutnya untuk fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 17 dan memiliki harapan 15, sehingga hasil deviasinya 2. Total keseluruhannya adalah observasi berjumlah 60, total harapan berjumlah 60, dan total deviasinya adalah 0.Dengan didapatnya hasil diatas, dinyatakan bahwa setiap hasil pengamatan yang kita lakukan hasil dari pengamatan (observasi) dengan harapan sangat kecil sekali perbedaannya, yaitu perbandingannya 1:2 dan begitupun sebaliknya yaitu 2:1. Untuk hasil fenotipe merah yang selalu unggul dalam jumlah observasi maupun harapan dari fenotipe putih, deviasinya selalu sama angkanya, tetapi hanya berbeda di tanda negative (yang berarti kurang/lebih sedikit) dan positif (bertambah/lebih banyak). Hal ini berhubungan dengan Hokum Mendel I bahwa gen memiliki bentuk alternative yang mengatur variasi pada kturunannya.

V.Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulakan bahwa tujuan dilakukannya percobaan ini untuk mengetahui ketika terjadi pembentukan gamet pasangan alel suatu gen terpisah dan terdapat dalam gen yang berlainan. Gen memiliki bentuk alternative yang mengatur variasi pada karakter keturunannya. Setiap individu membawa sepasang gen, baik dari tetua jantan maupun betina. Pada perbandingan juga didapatkan bahwa fenotipe merah-merah: merah-putih: putih-putih yaitu 1:2:1. Sepasang gen yang memiliki dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu nampak dari luarnya secara visual, sedangkan alel resesif tidak nampak tetapi akan diwariskan pada gamet yang dibentuknya.

Jawaban Pertanyaan1. Berapa macam pasangan genotipe yang anda peroleh ?2. Berapa perbandingannya ?3. Jika model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotipe yang diperoleh ?4. Apa yang dapat anda simpulkan dari percobaan Model 2 ini ?Jawab1. Ada tiga macam, yaitu merah-merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm).2. Pengambilan 20 x : Merah-merah : Merah-putih : Putih-putih 5 9 6Pengambilan 40 x : Merah-merah : Merah-putih : Putih-putih 10 21 9 Pengambilan 60 x : Merah-merah : Merah-putih : Putih-putih 19 24 17 Jadi memiliki perbandingan yang mendekati seperti dengan Hukum Mendel I, yaitu 1:2:1.3. Yaitu mendekati 3 dominan (MM dan Mm) : 1 resesif (mm) atau 3 merah : 1 putih.4. Pada percobaan ini menghasilkan genotype yaitu merah-merah, merah-putih, dan putih-putih. Pada fenotipenya (F2) memiliki perbandingan, yaitu MM, Mm, mm (1:2:1), sedangkan pada F1 semuanya menghasilkan 100 % merah sehingga dapat disimpulkan bahwa gen merah dominan dan gen putih adalah resesif. Perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid (F2) adalah 3:1 karena gen merah adalah dominan.Daftar Pustaka

HTTP://Mata.Kuliah.Pertanian/Genetika/hk.Mendel/Hukum_Pewarisan_Mendel.htm.Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas Bengkulu.Suryo.1990.Genetika Manusia.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

aporan praktikum genetika hukum mendel 1 BAB IPENDAHULUAN

1. Dasar teori

Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.Hukum segregasi (hukum pertama Mendel)Perbandingan antara B (warna coklat), b (warna putih), S (buntut pendek), dan s (buntut panjang) pada generasi F2.Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.( wikipedia.org)

Hukum mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda (monohibrit). Setiap indifidu yang berkembang baik secara seksual terbentuk dari perleburan 2 gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel dari setiap sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hokum mendel I berlaku pada waktu gametogenesis F1. F1 memiliki genotip heterozigot. Dalam peritiwa meiyosis, gen sealel akan terpisah , mesisng-masing terbentuk gamet. Baik pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi 2 macam gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F2) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam peleburan atau peristiwa.( Suryati Doti, 2011)

Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)

Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).

Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)

1. Tujuan Mencari angka-angka pembanding sesuai dengan hukum mendel. Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nispbah pengamatan. Memahami pengertian dominan, resesif, genotipe, fenotipe.

BAB IIBAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

1. Bahan dan alatBahan yang digunakan saat praktikum: Model gen (kancing genetic) warna merah sebanyak 30 pasang. Model gen (kancing genetic) warna putih sebanyak 30 pasang.Alat yang digunakan saat praktikum Dua buah stoples

0. Cara kerja:a. Mengambil model gen merah dan putih, masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30 betina).b. Menyisisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan individu putih.c. Membuka pasangan gen diatas (langkah 2), ini memisalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah dan individu putih.d. Menggabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu putih.e. Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.f. Selanjutnya memasukkan semua model gen jantan baik merah maupun putih ke dalam stoples jantan dan model gen betina baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.g. Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara acak dari masing-masing stoples, kemudian memasangkan.h. Melakukan secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan mencatat setiap pasang gen yang terambil ke dalam label pencatatan.i. Bisa juga dengan mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8) ke dalam stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil kembali. Melakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20x, 40x, dan 60x.

BAB IIIHASIL PENGAMATAN

Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan, dengan teknik pengambilan kancing genetik 2 warna, yaitu merah untuk gen jantan dan putih untuk gen betina. Didapat hasil berupa tabel sebagai berikut :

Table 1. Pencatatan untuk pengambilan 20xNoPasanganTabulasi IjiranJumlah

1Merah-merahIII3

2Merah-putihIIIII IIIII III13

3Putih-putihIIII4

Table 2. Pencatatan untuk pengambilan 40xNoPasanganTabulasi IjiranJumlah

1Merah-merahIIIII IIIII II12

2Merah-putihIIIII IIIII IIIII II17

3Putih-putihIIIII IIIII I11

Table 3. Pencatatan untuk pengambilan 60xNoPasanganTabulasi IjiranJumlah

1Merah-merahIIIII IIIII IIIII I16

2Merah-putihIIIII IIIII IIIII IIIII IIIII II27

3Putih-putihIIIII IIIII IIIII II17

Table 4. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20xFenotipePengamatanHarapanDeviasi

(Observasi=O)(Expected)(O-E)

merah16151

Putih45-1

total20200

Table 5. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40xFenotipePengamatanHarapanDeviasi

(Observasi=O)(Expected)(O-E)

merah2930-1

Putih11101

total40400

Table 6. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60xFenotipePengamatanHarapanDeviasi

(Observasi=O)(Expected)(O-E)

Merah4345-2

Putih17152

Total60600

BAB IVPEMBAHASAN

Dari percobaan pada pengambilan gen jantan dan gen betina pada stoples dilakukan pengadukan gen jantan dan gen betina sebanyak:1. Pengambilan 20x yang menghasilkan merah-merah 3, merah putih 13 dan putih-putih 4. sehingga pada fenotipe merah, putih observasi = 16 dan 4, harapannya 15 dan 5 dan deviasi yang diperoleh 1 dan -1.2. Pengambilan 40x menghasilkan merah-merah = 12, merah-putih = 17 dan putih-putih = 11. pada fenotipe merah, putih menghasilkan observasi 29 dan 11, harapan 30 dan 10 sehingga deviasi yang didapat -1 dan 1.3. Pengambilan 60x mengahasilkan merah-merah = 16, merah-putih = 27 dan putih-putih = 11. Fenotipe untuk merah dan putih observasinya adalah = 43 dan 17, harapannya = 45 dan 15 sehingga deviasi yang diperoleh = -2 dan 2.

Setelah melakukan beberapa pengambilan (20x, 40x, dan 60x) model gen jantan baik merah maupun putih dan model gen betina baik merah maupun putih dengan tanpa melihat dan sambil mencampur gen-gen tersebut, didapat nisbah atau perbandingan genotipe yang sesuai dengan yang diharapkan seperti yang dilakukan oleh Mendel yaitu 1 : 2 : 1 (1 merah-merah : 2 merah-putih : 1 putih-putih). Hal ini disebabkan karena penggabungan (zigot) gamet-gamet dari tiap tetua untuk membentuk sel pertama dari zuriat individu baru terjadi secara acak, dan terjadi tanpa ditentukan oleh gen yang dibawanya. Sehingga dengan hal ini untuk perbandingan fenotipe dapat ditentukan, karena gen yang homozigot dominan adalah gen merah dan gen putih homozigot resesif sebagai tetuanya sehingga perbandingan fenotipenya 3 : 1 (3 merah : 1 putih). Dan untuk nilai 3 tidak hanya gen merah-merah tetapi terdapat juga gen merah-putih, karena gen merah sebagai dominan dalam persilangan ini dan gen putih sebagai resesif. Untuk nilai 1 hanya terdapat gen putih-putih karena tidak terdapat gen dominan gen merah atau dengan kata lain homozigot resesif.

Perhatikan contoh pada pelaksanaan praktikum yang dimisalkan dengan kancing genetik merah yang melambangkan individu jantan dan kancing genetik putih melambangkan individu betina. Gen jantan merah (MM) disilangkan dengan gen betina putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya memiliki individu Merah (jantan). jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan individu Merah dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sbb:

P1 Tanaman individu Merah >