laporan plasmolisis

19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sel merupakan suatu unit terkecil tubuh makhluk hidup. Untuk mempertahankan posisinya sel ditopang oleh adanya dinding sel dan vakuola. Vakuola merupakan bagian dalam protoplas yang mengandung larutan dan berbagai zat.Vakuola dipisahkan dalam sitoplasma oleh membran yang dinamakan tonoplas.Air yang terdapat didalam vakuola dapat keluar dari membran sel dan akan mengakibatkan mengempisnya sel tersebut. Akan tetapi air yang terdapat diruang bebas antar sel dapat pula dimasukkan ke dalam vakuola. Keadaan ini terjadi apabila nilai tekanan osmosis dalam sel lebih rendah daripada nilai tekanan osmosis diluar sel. Akibatnya sel akan menggembung. Jika sel bawang merah diletakkan didalam suatu larutan sukrosa encer,maka akan didapatkan adanya tekanan osmosis pada dinding sel bawang merah. Di dalam sel dalam sel akan mengalami devisit tekanan difusi yang cukup besar. Akibatnya air akan masuk kedalam sel bawang merah melewati membran sel. Setelah air masuk ,devisit tekanan difusi menurun ,tekanan osmosis menurun tetapi tekanan turgor naik.Akibatnya sel akan menggembung. Keadaan yang berlawanan akan terjadi jika larutan diluar sel bawang merah lebih pekat daripada di dalam sel sel bawang merah.Larutan sukrosa diluar sel mengalami devisit tekanan difusi.Air akan bergerak melewati membran sel ke larutan sukrosa. Karena cairan didalam sel bawang merah keluar,maka volume sel bawang merah akan menyusut,tekanan turgor berkurang,setelah terjadi kesetimbangan,konsentrasi larutan dalam sel bawang merah akan lebih pekat, devisit tekanan difusi bertambah,tekanan osmosis bertambah. Komponen potensial air bawang merah terutama terdiri atas potensial osmosis (solute) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmodid cairan sel,air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor didalam sel mengakibatkan air keluar dari dalam sel. Untuk mengatur potensial osmosis,potensial turgor harus nol. Potensial turgor sama dengan nol

Upload: manzil-wahyu

Post on 24-Dec-2015

436 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

fisiologi tumbuhan

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sel merupakan suatu unit terkecil tubuh makhluk hidup. Untuk

mempertahankan posisinya sel ditopang oleh adanya dinding sel dan vakuola.

Vakuola merupakan bagian dalam protoplas yang mengandung larutan dan

berbagai zat.Vakuola dipisahkan dalam sitoplasma oleh membran yang

dinamakan tonoplas.Air yang terdapat didalam vakuola dapat keluar dari

membran sel dan akan mengakibatkan mengempisnya sel tersebut. Akan tetapi

air yang terdapat diruang bebas antar sel dapat pula dimasukkan ke dalam

vakuola. Keadaan ini terjadi apabila nilai tekanan osmosis dalam sel lebih rendah

daripada nilai tekanan osmosis diluar sel. Akibatnya sel akan menggembung.

Jika sel bawang merah diletakkan didalam suatu larutan sukrosa encer,maka

akan didapatkan adanya tekanan osmosis pada dinding sel bawang merah. Di

dalam sel dalam sel akan mengalami devisit tekanan difusi yang cukup besar.

Akibatnya air akan masuk kedalam sel bawang merah melewati membran sel.

Setelah air masuk ,devisit tekanan difusi menurun ,tekanan osmosis menurun

tetapi tekanan turgor naik.Akibatnya sel akan menggembung.

Keadaan yang berlawanan akan terjadi jika larutan diluar sel bawang merah

lebih pekat daripada di dalam sel sel bawang merah.Larutan sukrosa diluar sel

mengalami devisit tekanan difusi.Air akan bergerak melewati membran sel ke

larutan sukrosa. Karena cairan didalam sel bawang merah keluar,maka volume

sel bawang merah akan menyusut,tekanan turgor berkurang,setelah terjadi

kesetimbangan,konsentrasi larutan dalam sel bawang merah akan lebih pekat,

devisit tekanan difusi bertambah,tekanan osmosis bertambah.

Komponen potensial air bawang merah terutama terdiri atas potensial

osmosis (solute) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial

osmodid cairan sel,air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial

turgor didalam sel mengakibatkan air keluar dari dalam sel. Untuk mengatur

potensial osmosis,potensial turgor harus nol. Potensial turgor sama dengan nol

2

jika sel mengalami plasmolisis. Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya

protoplasma dari dinding sel karena keluarnya sebagian air dari vakuola.

Keadaan volume vakuola tepat untuk menahan protoplasma agar tetap

menempel pada dinding sel. Peristiwa plasmolisis semacam ini disebut

plasmolisis insipien.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase

jumlah sel yang mengalami plasmolisis?

2. Pada Konsentrasi berapa larutan sukrosa yang menimbulkan 50% dari

jumlah sel bawang merah mengalami plasmolisis?

3. Bagaimana cara mendapatkan tekanan osmosis sel cairan sel bawang

merah dengan metoda plasmolisis?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap

presentase sel bawang merah yang terplasmolisis.

2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50%

dari jumlah sel bawang merah mengalami plasmolisis.

3. Menghitung tekanan osmosis sel cairan sel bawang merah dengan

metoda plasmolisis.

3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bawang Merah

Bawang merah dikelaskan dalam keluarga Alliaceae dalam order

Asparagales. Nama saintifik adalah Allium cepa var. Aggregatum. Bawang merah

lebih kecil serta lebih manis rasanya berbanding bawang besar. Bawang merah

merupakan tanaman semusim. Ia memiliki umbi yang berlapis (bulb), berakar

serabut, dan daun berbentuk silinder berongga. Umbinya terbentuk daripada

pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang kemudian berubah

bentuk dan fungsinya yang seakan-akan umbi berlapis. Jadi, umbi bawang

merah bukanlan ubi sebenarnya seperti ubi kentang ataupun ubi keledek. Ia

terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan kemudiannya bersatu.

Perpindahan molekul pada jaringan tumbuhan

Menurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut yang berada dalam

sel selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari

molekul air, dari satu bagian ke bagian yang lain.

Perpindahan molekul-molekul itu dapat ditinjau dari dua sudut. Pertama

dari sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa

terdapat suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke

seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan

dapat dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan (defisit akan molekul-molekul.

Hal ini dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul.

Ini bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya

tekanan difusi negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan

kekurangan tekanan difusi atau defisit tekanan difusi yang disingkat dengan

DTD (Dwijo, 1985).

Difusi adalah gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih

tinggi ke tempat dengan potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya

sendiri sampai terjadi keseimbangan dinamis (Indradewa, 2009). Senada dengan

4

itu, Agrica (2009) menjelaskan bahwa difusi adalah peristiwa

mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi

tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah

pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis.

Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.

Prinsip dasar yang dapat kita pegang mengenai peristiwa difusi ini

adalah difusi terjadi sebagai suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu

perbedaan terjadi apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke

keadaan lain. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga

menyebabkan difusi. Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi di daun

adalah suatu contoh proses difusi. Dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk

ke dalam rongga antar sel pada mesofil daun yang selanjutnya digunakan untuk

proses fotosintesis.

Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan)

medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat

padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran

besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil.

Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada

siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi

O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari

daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam

jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari

udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi)

juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air

menyebarkan molekul lebih cepat dibanding dengan proses difusi (Anonymous

a, 2009).

Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena

ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar

sel (Fetter, 1998).

Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat

secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi

5

pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per

unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui

membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang

lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat

koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut,

dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Agrica,2009).

Tekanan osmosis cairan sel

Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan

meningkatkan kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang

diberikan atau yang timbul dalam system ini disebut potensial tekanan, yang

dalam tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Nilai

potensial tekanan dapat positif, nol, maupun negatif.

Selain potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga dipengaruhi

tekanan osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan

sebagai status larutan. Status larutan biasa kita nyatakan dalam bentuk satuan

konsentrasi, satuan tekanan, atau satuan energi. Hubungan antara potensial air

(PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat dinyatakan

dengan hubungan sebagai berikut:

PA = PO + PT

Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan

(PT), maka nilai PA = PO

Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat

digunakan metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih tinggi dari

pada potensial air yang ada di sekitar sel atau di luar sel, maka air akan

meninggalkan sel sampai potensial air yang ada dalam sel maupun di luar sel

sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan

akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut biasa kita kenal

dengan istilah plasmolisis.

6

Metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada

konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang

terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya

sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan

yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel

dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑇𝑂 𝑠𝑒𝑙 =22,4 × 𝑀 × 𝑇

273

Dengan : TO = Tekanan Osmotik

M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis

T = Temperatur mutlak (273 + t°C)

(Tim fisiologi tumbuhan. 2014).

Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di

luar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke

dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel

diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air

di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas

dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke

dalam cairan yang hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma

akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis.

Pada dasarnya pengangkutan membran sel dapat terjadi secara pasif

maupun secara aktif. Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah

gradien konsentrasi, artinya dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi

menuju larutan yang memiliki konsentrasi rendah tanpa memerlukan energi

hasil metabolisme karena prosesnya searah gradien konsentrasi. Sedangkan pada

proses pengangkutan secara aktif memerlukan energy hasil metabolisme seperti

ATP (Adenosin Tri Phospat) kerena prosesnya melawan gradien konsentrasi.

Difusi dan osmosis merupakan contoh proses pengangkutan secara pasif.

Difusi adalah pergerakan partikel dari daerah tempat partikel itu lebih pekat ke

7

daerah yang partikelnya kurang pekat, lalu terjadi sebaliknya hingga partikel-

partikel tersebut tersebar merata.(loveles, 1987).

Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan)

medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat

padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran

besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil.

Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada

siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi

O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari

daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam

jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari

udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi)

juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air

menyebarkan molekul lebih cepat disbanding dengan proses difusi.

Osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeable secara differensial

dari satu tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi

rendah. Maksud dari konsentrasi adalah konsentrasi pelarutnya yaitu air dan

bukan konsentrasi dari zat terlarut (molekul atau ion) dalam air itu. Oleh karena

itu, osmosis juga bisa diartikan sebagai perpindahan molekul air dari konsentrasi

air yang tinggi ke konsentrasi air yang rendah melalui membran semi permeabel.

Membran semi permeabel adalah membran yang hanya mengijinkan lalunya air

dan menghambat lalunya zat-zat terlarut.

Osmosis pada jaringan tumbuhan

Pada struktur sel tumbuhan, ditengah protoplasma terdapt vakuola yang

dilapisi oleh lapisan protoplasma yang sifatnya semipermeabel, di sebelah luar

terdapat dinding sel. Cairan sel tumbuhan pada umunya merupakan larutan

hipertonis dibandingkan dengan cairan disekelilingnya, misalnya pada bulu akar

dibandingkan dengan air tanah. Cairan ini sebagaian besar menempati vakuola.

Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel bermembran.

Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli

8

fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni

tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis.

Sel tumbuhan mengambil air dari sekelilingnya dengan cara osmosis. Air masuk

vakuola dan menekan protoplasma, protoplasma menekan dinding sel, tekanan

pada dinding sel ini disebut tekanan turgor. Karena tekanan turgor dinidng sel

sedikit mengembang pada saat tekanan turgor dinding sel mengembang secara

maksimum dikatakan sel mempunyai turgor penuh atau turgid penuh. Jika

tumbuhan kekurangan air akan terjadi plasmolisis pada sel-selnya, makan

tumbuhan akan menjadi layu. Di dalam kehidupan sehari-hariperistiwa

terjadinya plasmolisis jika tanaman layu karena kekurangan air, sedangkan

tegaknya tumbuhan muda atau daun disebabkan sel-selnya dalam keadaan

turgor penuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotik

Meskipun potensial osmotik tidak dipengaruhi oleh tekanan, tetapi ada

faktor lain yang dapat mempengaruhinya, yaitu :

a. Konsentrasi

Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai

potensial osmotiknya. Bila zat terlarut buka elektrolit dan molekulnya tidak

mengikat air hidrasi, maka potensial osmotik larutan tersebut akan

sebanding dengan konsentrasi molalnya.

b. Ionisasi molekul zat terlarut

Potensial osmotik suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zatya,

tetapi ditentukan oleh jumlah zat partikel (ion, molekul dan partikel koloid)

yang terdapat di dalam larutan tersebut. PO lebih bergantung pada

perbandingan antaraa jumlah pelarut dengan partikel yang dikandungnya.

c. Hidrasi molekul zat terlarut

Air yang berionisasi dengan partikel zat terlarut biasanya disebut air

hidrasi. Air dapat berionosasi dengan ion, molekul atau pertikel koloid.

Dampak dari air hidrasi adalah larutan menjadi lebih pekat.

d. Suhu

9

Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya

suhu. Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan

suhu absolutnya.

10

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah percobaan eksperimental,hal ini dapat

dilihat saat proses percobaan ini dilakukan di laboratorium dan

menggunakan beberapa variabel,yaitu variabel kontrol,variabel manipulasi

dan variabel respon.

B. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Selasa,17 Februari 2015

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Gedung C10 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

C. Variabel Penelitian

1. Variabel manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa (0,28 M,

0,26M, 0,24M, 0,22M, 0,20 M, 0,18M, 0,16M,

0,14M)

2. Variabel kontrol : Volume larutan sukrosa,cawan petri, dan

jenis bawang merah,jumlah sayatan

bawang merah,perbesaran mikroskop 10

x,waktu perendaman (30 menit)

3. Variabel respon : Jumlah sel bawang merah yang mengalami

plasmolisis

D. Alat dan Bahan

Bahan

1. Umbi lapis bawang merah yang jaringan epidermisnya

mengandung cairan sel yang berwarna

2. Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M, 0,26 M, 0,24 M, 0,22

M, 0,20 M, 0,18 M, 0,16 M,0,14 M

Alat

Mikroskop

Cawan petri 8 buah

Kaca benda

Cover glass

Pinset

Gelas beaker

11

Pipet

E. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan 8 buah cawan petri.

2. Menyiapkan beberapa potongan sel bawang merah.

3. Mengamati sel bawang merah di bawah mikroskop.

4. Menghitung jumlah sel bawang merah dibawah mikroskop.

5. Mencatat jumlah sel bawang merah pada laporan sementara.

6. Memasukkan 5 ml larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda

pada tiap cawan petri.

7. Memberi label konsentrasi larutan pada tiap cawan petri.

8. Memasukkan sel bawang merah pada cawan petri pertama,5 menit

berikutnya memasukkan sel bawang merah pada cawan petri

kedua,begitu seterusnya hingga canwan petri kedelapan.

9. Merendam sel bawang merah selama 30 menit.

10. Mengamati sel bawang merah dibawah mikroskop.

11. Menghitung jumlah sel bawang merah yang mengalami plasmolisis.

12. Mencatat jumlah sel yang mengalami plasmolisis kedakam laporan

sementara.

F. Rancangan Percobaan

Mengisi cawan petri dengan 5 ml larutan sukrosa, masing-masing

dengan konsentrasi yang berbeda (0,28 M, 0,26 M, 0,24 M, 0,22 M, 0,20

M, 0,18 M, 0,16 M,0,14 M)

Membuat sayatan sel bawang merah

Merendam sayatan sel bawang merah kedalam masing-masing larutan

konsentrasi sukrosa yang berbeda (selama 30 menit)

Menghitung jumlah sel bawang merah yang mengalami plasmolisis di

bawah mikroskop,mencatat dalam laporan sementara

12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 1 Hasil Penelitian Plasmolisis pada Sel Bawang Merah

Konsentrasi

Larutan (M) Jumlah Sel

Jumlah Sel

Terplasmolisis

Presentase sel

terplasmolisis

0,14 95 15 47,4%

0,16 95 16 43%

0,18 95 21 35,8%

0,20 95 22 31,6%

0,22 95 30 23,2%

0,24 95 34 22,1%

0,26 95 41 16,8%

0,28 95 45 15,8%

B. Analisis

Dari data yang di dapat kita dapat mengetahui bahwa setelah sel bawang

merah direndam selama 30 menit mengalami plasmolisis dari jumlah sel bawang

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0,14 0,16 0,18 0,20 0,22 0,24 0,26 0,28

Pre

sen

tase

sel

baw

an

g m

era

h y

an

g

terp

lasm

oli

sis

(%)

Konsentrasi larutan sukrosa (M)

Grafik Prosentase Jumlah Sel Bawang Merah yang Mengalami Plasmolisis

13

merah yang normal. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M sel bawang merah

yang mengalami plasmolisis sebesar 15,8%. Pada konsentrasi larutan sukrosa

0,16 M sel bawang merah yang mengalami plasmolisis sebesar 16,8%.Pada

konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M sel bawang merah yang mengalami

plasmolisis sebesar 22,1%. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M sel bawang

merah mengalami plasmolisis sebesar 23,2%. Pada konsentrasi larutan sukrosa

0,22 M sel bawang merah mengalami plasmolisis sebesar 31,6%. Pada

konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M sel bawang merah mengalami plasmolisis

sebesar 35,8%. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M sel bawang merah yang

mengalami plasmolisis sebesar 43%. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M sel

bawang merah yang mengalami plasmolisis sebesar 47,4 %.

C. Pembahasan

Dari hasil analisis di atas maka dapat diperoleh bahwa semakin pekat

konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam sayatan epidermis

Allium cepa (bawang merah) maka akan semakin banyak pula sel epidermis yang

mengalami plasmolisis. Hal ini sebagai akibat dari perbedaan potensial air di

dalam dan di luar sel bawang merah. Nilai potensial air yang ada di dalam sel

bawang merah lebih besar daripada potensial air yang ada di luar sel bawang

merah. Oleh sebab itu nilai potensial air berbanding lurus dengan nilai potensial

osmosis, maka potensial osmosis yang ada di dalam sel juga lebih besar dari

pada potensial osmosis yang ada di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan

pindahnya molekul air di dalam sel bawang merah menuju ke luar sel, sehingga

menyebabkan protoplas sel epidermis kehilangan dan akhirnya terlepas dari

dinding sel, peristiwa yang terjadi pada sel epidermis Allium cepa ini biasa

disebut dengan Plasmolisis.

Pada percobaan kali ini tidak didapatkan jumlah sel yang mengalami

plasmolisis sebesar 50 % hal ini di duga karena ketebalan sel yang berbeda( tidak

1 sel )ketebalan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi difusi

osmosis. Jika suatu sel memiliki ketebalan maka akan berpengaruh terhadap

kecepatan difusi dengan begitu maka akan sulit untuk mendapatkan 50% sel

mengalami plasmolisis

14

Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,237 M jumlah sel yang mengalami

plasmolisis telah mencapai 50%. Hal tersebut menandakan bahwa dalam kondisi

tersebut merupakan kondisi yang isotonic, dimana dalam kondisi tersebut

potential air yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa maupun di luar sel

(pada larutan sukrosa) menjadi sama, sehingga tidak terjadi lagi difusi air karena

air yang masuk ke dalam sel epidermis Allium cepa dan air yang keluar

meninggalkannya terdapat dalam jumlah yang sama atau dapat dikatakan

terjadi keseimbangan dinamis. Jika potensial di dalam sel dan di luar sel sama,

maka besarnya potensial osmosis yang ada di dalam dan di luar sel juga akan

sebanding atau sama.

Setelah diketahui bahwa pada konsentrasi M, jumlah sel epidermis

Allium cepa mencapai 50%, maka dapat dihitung nilai tekanan osmosis yang ada

pada sel epidermis Allium cepa

𝑃𝐴 = 𝑃𝑂 + 𝑃𝑇

𝑃𝐴 = 𝑃𝑂

𝑃𝐴 = −𝑇𝑂

𝑃𝐴 =−22,4 × 𝑀 × 𝑇

273

𝑃𝐴 =−22,4 × 0,29 × 303

273

𝑃𝐴 = −7,21𝑎𝑡𝑚

D. Diskusi

1. Jelaskan mengapa terjadi proses plasmolisis. Dukung dengan data yang

anda peroleh

Jawab

1. Plasmolisis dapat terjadi karena terlepasnya membran sel dari dinding sel

akibat air yang ada di dalam dinding sel terus keluar sampai terjadi

keseimbangan antara potensial air yang ada di dalam dan di luar sel.

Berdasarkan data yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa

dengan semakin pekat atau tingginya konsentrasi larutan sukrosa maka

15

semakin banyak pula sel yang mengalami plasmolisis. Hal tersebut

disebabkan oleh potensial air yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa

lebih besar dari pada di luar sel (larutan sukrosa), dan oleh karena

potensial air berbanding lurus dengan potensial osmotiknya, maka

potensial yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa juga akan lebih

besar dibandingkan dengan potensial osmosis yang ada di luar sel.

16

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi larutan sukrosa,maka akan semakin tinggi pula nilai

prosentase sel bawang merah yang mengalami plasmolisis. Pada konsentrasi

larutan sukrosa 0,29 M sel bawang merah akan mengalami plasmolisis senilai

50% dengan tekanan osmosis sel -7,21 atm.

B. Saran

Pada praktikum “Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel”, perlu

ditingkatkan ketelitian dan kehatian-hatian oleh para praktikan dalam setiap

langkah kerja yang dilakukan, karna kesalahan kecil yang dilakukan dapat

mempengaruhi hasil yang diperoleh sehingga nantinya tidak sesuai dengan teori

yang ada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah dalam membuat sayatan

Allium cepa harus selapis sel, karena jika tidak didapatkan selapis sel maka akan

mempersulit praktikan dalam melakukan pengamatan menggunakan

mikroskop. Hal lain yaitu lama waktu perendaman Allium cepa dalam larutan

sukrosa harus benar-benar di control,karena selisih waktu beberapa menit saja

menyebabkan sel yang terplasmolisis lebih banyak lagi.

17

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D, Prof. DR. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.

Kimball, John W. 1983. BIOLOGI. Jakarta: PT Erlangga.

Loveless. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta: PT Gramedia.

Sasmita, Drajat ; Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:ITB Press.

Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung:ITB Press.

Rahayu, Yuni Sri. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Jurusan Biologi

FMIPA UNESA

Bidwell. R.G.S.1979. Plant Physiology edition 2. Macmillion Publishing. Co : New York

Dwidjoseputro. D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta

18

LAMPIRAN

No Gambar Keterangan

1

Berbagai

konsentrasi

larutan sukrosa

2.

Sel bawang merah

setelah direndam

30 menit

19

3.

Sel normal

bawang merah

4.

Sel bawang merah

saat direndam