laporan kkl molusca kelompok 14

30
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan yang digunakan sebagai kawasan pengembangan ilmu pengetahuan, pelestarian sumber daya alam, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi merupakan salah satu aset Nasional yang secara resmi terpisah dari kawasan Taman Nasional Baluran sejak tahun 1990. Tempat ini merupakan cagar alam dan suaka margasatwa yang dapat digunakan sebagai media dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian SDA. Secara geografis kawasan Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung Timur pulau Jawa, tepatnya berada di Kecamatan Tegal Dlimo, Kabupaten Banyuwangi, dengan luas 433.420 Ha. Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis dataran rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, padang rumput, dan hutan bamboo yang mendominasi 40% dari luas kawasan. Menurut Dharmawan (2004) ekosistem lahan basah di Alas Purwo yang terdiri dari hutan mangrove dan hutan perairan laguna, yang secara fungsional kedua ekosistem ini saling berinteraksi. Hutan Mangrove pada dasarnya adalah suatu kawasan yang terletak menyebar di sepanjang garis pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air. Komponen

Upload: alfiani-rachmawati

Post on 29-Nov-2015

242 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

laporan tentang pengamatan molusca................................. ........................................................

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan yang digunakan sebagai

kawasan pengembangan ilmu pengetahuan, pelestarian sumber daya alam, menunjang

budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi merupakan

salah satu aset Nasional yang secara resmi terpisah dari kawasan Taman Nasional

Baluran sejak tahun 1990. Tempat ini merupakan cagar alam dan suaka margasatwa

yang dapat digunakan sebagai media dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

pelestarian SDA. Secara geografis kawasan Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung

Timur pulau Jawa, tepatnya berada di Kecamatan Tegal Dlimo, Kabupaten Banyuwangi,

dengan luas 433.420 Ha.

Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis dataran

rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, padang rumput, dan hutan

bamboo yang mendominasi 40% dari luas kawasan. Menurut Dharmawan (2004)

ekosistem lahan basah di Alas Purwo yang terdiri dari hutan mangrove dan hutan

perairan laguna, yang secara fungsional kedua ekosistem ini saling berinteraksi.

Hutan Mangrove pada dasarnya adalah suatu kawasan yang terletak menyebar di

sepanjang garis pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air.

Komponen abiotik dan biotik di hutan mangrove tersebut saling berinteraksi membentuk

suatu mangrove.

Ekosistem mangrove yang identik dengan ekosistem perairan akan sangat

mempengaruhi keanekaragaman jenis-jenis hewan lautnya. Hutan mangrove pada

prinsipnya berfungsi sebagai tempat asuhan (nusery ground) bagi berbagai jenis hewan

akuatik yang beranekaragam, seperti ikan, udang, dan berbagai jenis hewan mollusca.

Hutan mangrove di Indonesia terdapat 88 jenis Crustaceae dan 65 jenis Mollusca (Nontji,

1987).

Daerah pasang surut tidak luput dari pengaruh komponen-komponen yang ada

dalam hutan mangrove. Di daerah pasang surut ini secara langsung ataupun tidak

langsung akan saling berinteraksi dengan komponen-komponen yang ada dalam hutan

Page 2: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

mangrove baik berbagai komponen biotik maupun abiotiknya. Berbagai komponen biotik

tersebut akan saling berinteraksi membentuk suatu populasi. Berbagai komponen biotik

dan abiotik di daerah pasang surut akan membentuk suatu rangkaian proses dekomposisi

melalui suatu rantai makanan yang hasilnya merupakan makanan bagi komponen biotik

laguna, yaitu berbagai jenis Mollusca, decapoda, dan berbagai mikroba. Rangkaian

proses tersebut dapat diketahui dari kepadatan organisme yang terdapat di tempat

tersebut, dan merupakan indikator dalam memprediksi adanya unsur hara yang

terkandung di dalamnya (Odum, 1993).

Ciri-ciri Mollusca secara umum adalah tubuh lunak dan tidak berbuku-buku

biasanya tubuh bercangkok (berubah) dari zat kapur, hewan ini ada yang hidup di darat,

di air tawar dan ada pula yang hidup di laut, tubuh simetri bilateral, jenis kelamin

umumnya terpisah, tetapi dapat juga hermaprodit, cangkang dibentuk oleh mantel, badan

terdiri dari kepala, kaki dan massa jerohan, kaki termodifikasi untuk merayap, berenang

bahkan untuk menangkap makanan (Kastawi, 1986).

Tujuan

1. Mengetahui jenis-Jenis Mollusca apa saja yang kita temukan di Pantai Pancur Taman

Nasional Alas Purwo Banyuwangi

2. Mengetahui Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Mollusca berdasarkan substrat

yang ada

3. Mengetahui Indeks Similaritas Mollusca yang ditemukan di Pantai Pancur Taman

Nasional Alas Purwo Banyuwangi

4. Mengetahui spesies yang mendominasi pada setiap substrat

Batasan Masalah

1. Teknik pengambilan data mengggunakan metode transek

2. Spesies yang diamati adalah molusca

3. Sampel spesies yang diambil, dimasukkan kedalam botol plakon

Page 3: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

Kegunaan Penelitian

1. Menjadi sumber informasi bagi tentang macam spesies mollusca yang hidup disekitar

panti plengkung.

2. Memudahkan untuk mengetahui spesies mollusca yang hidup pada zona-zona tertentu

yang memiliki substrat yang berbeda.

3. Merupakan sarana penambah wawasan bagi pembaca tentang Pantai Plengkung dan

mollusca yang ditemukan di pantai tersebut.

4. Dapat digunakan sebagai bahan penelitian yang lebih lanjut apabila ingin meneliti

mollusca lebih dalam lagi.

Page 4: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Molusca

Molusca merupakan hewan avertebrata yang dapat dengan mudah ditemui di daerah

perairan pantai. Mollusca dapat dengan mudah ditemui menempel pada batu-batu karang

diperairan pantai. Mollusca memiliki keanekaragaman yang banyak. Jenis mollusca juga

beragam. Setiap jenis memiliki ciri-ciri morfologi yang berbeda setiap jenisnya. Menurut

(Kastawi, 2005) ciri-ciri umum yang dimiliki anggota Mollusca adalah :

2. Tubuh bersimetri bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada Monoplacophora.

3. Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus.

4. Coelom mereduksi, dinding tubuh tebal dan berotot.

5. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot dan secara umum digunakan

untuk bergerak.

6. Dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu atau sepasang lipatan yaitu mantel atau

pallium. Fungsi mantel adalah mensekresi cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di

dalamnya berisi insang.

7. Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka ke dalam rongga mantel.

8. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya mengandung

radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan perkembangan dari stomodium

yang umumnya merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada

daerah pertengahan saluran pencernaan terdapat ventrikulus atau lambung dan sepasang

kelenjar pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas

usus panjang yang berakhir dengan anus.

9. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel.

Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah biasanya mengalami sirkulasi melalui

ruang terbuka. Darah mengandung hemosianin, merupakan pigmen respirasi.

10. Organ sekresi berupa ginjal yang berjumlah sepasang atau terkadang hanya berjumlah satu

buah. Ginjal berhubungan dengan rongga perikardium, tempat jantung berada.

Page 5: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

11. Memiliki sebuah cincin saraf yang berhubungan dengan dua pasang tali saraf. Satu pasang

tali saraf menuju ke kaki dan sepasang lainnya menuju ke organ viseral dan mantel. Memiliki

ganglion saraf yang biasanya berhubungan dengan cincin saraf dan tali saraf.

12. Ovum berukuran kecil dan mengandung sedikit kuning telur.

Filum Mollusca dibagi menjadi tujuh atau delapan kelas, berdasarkan atas kaki dan

cangkang. Menurut Harris (1992) dalam Kastawi (2001) filum Mollusca dibedakan menjadi

tujuh kelas yaitu :

1. Kelas Aplacophora

Tidak memiliki cangkang, tubuh memiliki sisik kalkareus dan spikula sebagai pengganti

cangkang. Sebagian besar hewan ini berjalan perlahan di dasar laut dan juga ditemukan melilit

pada hydroid atau karang lunak (filum Cnidaria) yang merupakan makanannya. Anggota kelas

ini ada yang memiliki radula ada juga yang tidak. Umumnya Aplacophora (neomeniomorf)

adalah hermafrodit dan saluran gonad meluas ke rongga mantel, bahkan salah satunya langsung

dari gonad lainnya biasanya dari rongga perikardial.

2. Kelas Monoplacophora

Memiliki sebuah cangkang dan bersifat bilateral simetri. Cangkang Monoplacophora

memiliki 3 sampai 8 pasang. Cangkang berbentuk perisai, kaki pipih berguna untuk bergerak

perlahan, sedikitnya sefalisasi, insang dan otot retraktor yang jumlahnya berlipat, memiliki

radula dan perut berbentuk kerucut menyebabkan para ahli Mollusca berpendapat bahwa

Monoplacophora merupakan ancestor untuk gastropoda, bivalvia dan cephalopoda. Sistem

pencernaannya termasuk juga sebuah radula dan sebuah organ subradular terdapat di dalam

rongga bukal. Perut mengandung sebuah style sac dan crystalline style. Usus berkelok-kelok

bermuara pada anus. Sistem saraf Monoplacophora terdiri atas sepasang ganglia serebra dan

cincin saraf sirkum oral yang berhubungan dengan sepasang tali saraf menuju organ viseral.

3. Kelas Polyplacophora

Tubuhnya dilindungi oleh delapan keping cangkang yang tersusun tumpang tindih seperti

genting. Tepi setiap keping cangkang ditutup oleh jaringan mantel dan luas sempitnya penutupan

tersebut berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Cangkangnya hanya terdiri atas dua

lapisan. Kakinya terletak di permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk

bergerak. Biasanya bersifat fototaksis negatif, sehingga memiliki kecenderungan untuk hidup di

Page 6: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

bawah batu karang. Alat respirasinya adalah insang bipectinate (ktenidia) yang terletak di dalam

lekuk mantel yaitu ruang yang terletak antara kaki dan ruang mantel. Sistem pencernaannya

tersusun atas: mulut yang terletak di daerah pusat kepala, kemudian berlanjut pada faring yang

mengandung jajaran gigi keras (radula). Sistem sirkulasinya terdiri atas jantung dan pembuluh

darah. Alat ekskresinya terdiri atas nefridium yang berjumlah sepasang, bermuara pada lekuk

mantel. Sistem sarafnya terdiri atas cincin sirkum-esofangeal dan dua pasang tali saraf

longitudinal. Sistem reproduksinya terdiri atas sebuah gonad yang terdapat di anterior rongga

perikardium di bawah keping cangkang bagian pertengahan.

4. Kelas Scaphopoda

Dikenal sebagai siput gading atau Mollusca bercangkang gigi, kepala dan kaki terdapat

pada daerah terbesar dari cangkang yaitu daerah interior. Cangkang sedikit melengkung, daerah

konkaf cangkang merupakan daerah dorsal. Umumnya Scaphopoda memiliki kebiasaan

membenamkan diri di pasir pada kedalaman air lebih dari 6 meter. Ujung posterior tubuh

merupakan tempat penghisapan dan pengeluaran air. Sistem sirkulasi mereduksi dan

kemungkinan tidak memiliki jantung namun hanya sebuah sistem sinus darah. Scaphopoda

bersifat diosius.

5. Kelas Gastropoda

Memiliki ciri-ciri Mollusca yaitu adanya cangkang, mantel, kaki, organ viseral, radula,

dan biasanya memiliki sebuah atau beberapa insang. Cangkang berbentuk spiral melindungi

masa jerohan yang terdiri atas bagian-bagian dari saluran pencernaan, alat peredaran, alat

respirasi dan alat reproduksi. Alat sirkulasi dan respirasi: Darah bekicot terdiri atas sel-sel darah

dan plasma darah yang tidak berwarna. Alat ekskresi, terdiri atas ginjal yang terletak dekat

jantung. Sistem saraf, sebagian besar jaringan saraf berpusat di belakang masa bukal dan

membentuk cincin di sekitar esofagus. Inderanya terdapat di daerah kaki dan tentakel.

Reproduksi beberapa Gastropoda bersifat dioecius, sedangkan yang lain bersifat monocioeus.

6. Kelas Pelecypoda

Disebut juga dengan Bivalvia dan Lamellibrankhiata. Kaki berbentuk kapak, cangkang

berfungsi atau melindungi tubuh. Pada Bivalvia insang biasanya berukuran sangat besar dan

pada sebagian besar spesies dianggap memiliki fungsi tambahan yaitu pengumpul makanan,

disamping berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Kepala tidak berkembang namun sepasang

Page 7: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

palpus labial mengapit mulutnya. Tubuh bilateral simetris dan memiliki kebiasaan menggali

liang pada pasir dan lumpur yang merupakan substrat hidupnya dengan menggunakan kakinya.

Biasanya bersifat diosius.

7. Kelas Cephalopoda

Kepala digunakan untuk alat gerak. Organ respirasi terdiri atas sepasang insang

berbentuk bulu yang terdapat di rongga mantel. Sistem sirkulasi berkembang baik dan sirkulasi

darah melalui sistem pembuluh darah tertutup. Biasanya memiliki dua ginjal atau nefridia

berbentuk segitiga berwarna putih yang berfungsi menapis cairan dari ruang perikardium dan

membuangnya ke dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus. Organ

pencernaan dimulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat

khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Sistem saraf terdiri atas ganglion dan saraf dan

biasanya bersifat diosius. Cephalopoda memiliki ukuran tubuh terbesar dibandingkan hewan

Avertebrata lainnya.

Penyebaran hewan Mollusca sangat luas dan umumnya memiliki kesamaan pola dasar

tubuh. Mollusca adalah salah satu jenis organisme yang memiliki rentangan habitat yang cukup

lebar mulai dari dasar laut sampai garis pasang surut tertinggi. Selain itu ada yang hidup di air

tawar bahkan terkadang ditemukan di habitat terestrial, khususnya yang memiliki kelembaban

tinggi. Sifat hidup Mollusca bervariasi, ada yang hidup bebas namun beberapa spesies lainnya

bersifat parasit pada organisme lain.

Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping Artrhopoda. Diperkirakan

spesies mollusca yang hidup sampai saat ini sekitar 80.000 sampai 150.000 spesies, dan 35.000

spesies menjadi fosil. Bedasarkan habitatnya Mollusca memiliki rentangan habitat yang cukup

lebar mulai dari dasar laut sampai garis pasang surt tertinggi. Selain itu ada yang hidup di air

tawar, bahkan terkadang hidup di daerah terestrial, khususnya yang memiliki kelembapan tinggi.

Sifat hidup mollusca bervariasi, ada yang hidup bebas namun beberapa organisme lainnya

bersifat parasit pada organisme lain (Kastawi, 2005)

Mollusca dapat dengan mudah ditemui dipinggiran pantai. Mollusca hidup dengan cara

menempel pada substrat yang bermacam-macam, misalnya substrat yang berupa batu,dan

sabagainya. Pada satu jenis substrat bisa terdapat beragam spesies mollusca yang dapat

Page 8: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

ditemukan. Ukuran mollusca juga beragam. Mulai dari yag berukuran kecil hingga besar. Semua

lengkap apabila ingin dilakukan penelitian terkait mollusca ini.

Menurut Adhi (2008) tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kaki

merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak

merayap atau menggali. Pada beberapa molluska kakinya ada yang termodifikasi menjadi

tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca

yang lunak.Massa viseral merupakan kumpulansebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan,

ekskresi, dan reproduksi.

Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan.Cairan tersebut merupakan lubang insang,

lubang ekskresi, dan anus.Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang

pada mollusca bercangkang.

Sistem saraf mollusca terdiri dari cincin saraf yang nengelilingi esofagus dengan serabut

saraf yang melebar.Sistem pencernaan mollusca lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung,

usus, dan anus.Ada pula yang memiliki rahang dan lidah pada mollusca tertentu.Lidah bergigi

yang melengkung kebelakang disebut radula.Radula berfungsi untuk melumat

makanan.Mollusca yang hidup di air bernapas dengan insang.Sedangkan yang hidup di darat

tidak memiliki insang.Pertukaran udara mollusca dilakukan di rongga mantel berpembuluh darah

yang berfungsi sebagai paru-paru.Organ ekskresinya berupa seoasang nefridia yang berperan

sebagai ginjal.

B. Komunitas

Komunitas merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terjadi interaksi antara faktor

abiotik dan biotik, maupun sebaliknya. Komunitas dapat berisi tentang macam-macam populasi

yang terkandung di dalam sebuah komunitas. Komunitas dapat dengan mudah ditemui disekitasr

kita, tak terkecuali dengan pantai. Disini banyak komunitas yang dapat ditemukan. Contohnya

pada kolam ikan. Apabila diteliti lebih lanjut, maka akan ditemukan beberapa macam populasi.

C. Pantai Plengkung

Pantai plengkung G-Land, The Seven Giant Waves Wonder" Julukan tersebut diberikan

oleh peselancar asing untuk gulungan ombak di pantai Plengkung yg berlokasi di Taman

Nasional Alas Purwo (TNAP), Banyuwangi, Jawa Timur. G punya tiga konotasi yg berbeda:

Green, krn lokasinya di tepi hutan, Grajagan, nama point terdekat sebelum ada jalan melintas di

Page 9: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

hutan atau Great krn salah ombak yg terbaik di dunia. Apapun artinya, itulah julukan buat sebuah

namalokal bernama Plengkung. Ombak di Plengkung merupakan salah satu yg terbaik di dunia.

Ombak setinggi 4-6 meter sepanjang 2 km dlm formasi 7 gelombang bersusun cocok

ditunggangi oleh peselancar kidal. Selain Plengkung utk peselancar profesional, ada juga Pantai

Batu Lawang utk belajar. Ombak disini disebut "twenty-twenty" yg artinya twenty minute utk

mendayung ketengah dan twenty minute menikmati titian ombak (Anonim,2011).

Selain keindahan yang ditawarkan, pantai pancur merupakan pantai yang kaya akan

spesiesnya, terutama spesies yang berada diperairan pantai. Contohnya saja banyak spesies

mollusca yang dapat ditemukan di karang perairan pantai ketika pantai mengalami masa pasang

surut air laut yang rendah. Sehingga akan mudah untuk mengamati dan mencari mollusca yang

berapa pada macam-macam substrat.

Page 10: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sebab dilakukan dengan cara

mengamati secara langsung sampel yang ada yaitu berupa Mollusca di Pantai Pancur Taman

Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Waktu : tanggal 26 maret 2011, pada pukul pukul 15.00-17.00 WIB.

Tempat penelitian : Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

C. Populasi dan Sampel

1. Obyek yang diteliti adalah semua jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman

Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

2. Sampel yang diamati adalah jenis Mollusca yang ada dalam 7 zona amatan dalam 15

transek daerah transek yang diamati.

D. Alat Dan Bahan

Alat yang dipakai dalam pengamatan mollusca antara lain :

Plastik sampel

Plakon

Tali rafia

pH meter

Pinset

Roll meter

Spidol marker

Timba

Nampan

Sedangkan Bahan yang digunakan antara lain :

Formalin 4%

Aquades

Page 11: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

E. Prosedur Kerja

Langkah pertama yaitu menentuan lokasi pengambilan sampel dengan langkah sebagai

berikut :

1. Menentukan tempat pengambilan sampel. Dalam hal ini ditentukan 7 zona dalam 15

transek.

2. Setelah menentukan transek untuk setiap kelompok kemudian menarik garis lurus

(dijadikan sebagai batas transek);

3. Dari transek tersebut dibuat 10 plot yang berukuran 1 x 1 m yang diatur dalam

metode belt transek dengan jarak antar plot 1 m;

Langkah yang kedua yaitu cara pengambilan sampel dengan langkah sebagai berikut:

1. Mengambil sampel pada tiap plot dengan mencatat tiap jenis Mollusca yang

ditemukan dan dihitung jumlahnya;

2. Untuk keperluan identifikasi diambil satu spesies dan dimasukkan ke dalam botol

plakon dan kemudian diberi nama;

Langkah yang ketiga yaitu pengukuran abiotik dengan langkah sebagai berikut :

1. Mengukur faktor abiotiknya, yaitu salinitas air dengan menggunakan pH meter untuk

mengukur keasaman air laut.

Langkah yang terkhir yaitu pembuatan hasil laporan

1. Mengidentifikasi spesies yang sudah ditemukan.

2. Mengadakan kompilasi data dan membuat laporan hasil penelitian.

F. Teknik Analisis Data

A. Teknik Analisi Data

Dari hasil praktikum dianalisis secara statistik untuk mendapatkan:

a. Indek keanekaragaman Shannon dan Wienner (H’)

H` = -

Page 12: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wienner

N = Total semua jenis individu dalam komunitas

ni = Jumlah individu jenis ke- i

pi = Kelimpahan proporsional

(Shannon dan Wienner, 1949 dalam Kendoigh, 1980 dalam Soetjipto, 1993)

b. Nilai Evennes atau kemerataan (E)

E =

Keterangan:

E = Evenness/kemerataan

H’ = Indeks keananekaragaman

S = Jumlah spesies

(Soetjipto, 1993)

c. Nilai Richness atau kekayaan (R)

R =

Keterangan:

R = Richness/kekayaan

S = Banyaknya spesies

N = Total semua jenis individu dalam komunitas

Page 13: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

BAB IV

DATA dan ANALISIS

A. Hasil Pengamatan

Dari hasil yang didapatkan dari pengambilan sampel, didapatkan data per substrat sebagai

berikut

Substrat : Batu Kecil

Spesies Jumlah

Nerita albicilla 68

Cancellaria reticulata 57

Nerita exuvia 98

Pictocollumbella ocellata 2

spesies no 3 188

spesies 28 1

Nassarius sp 15

Cypraea annulus 1

Burca rana 2

spesies 18 14

Nassarius stolatus 1

spesies 17 112

spesies 39 8

spesies 32 15

Jhantina jantina 28

Columbela pusticata 5

Nerita albicilla 1

Page 14: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

Substrat : Batu Kecil Beralga

Spesies Jumlah

Spesies 18 4

spesies no 3 48

spesies 13 56

Cancellaria reticulata 404

Nerita exuvia 17

spesies 16 44

Pictocollumbella ocellata 61

spesies 28 2

Nerita exuvia 92

Burca rana 11

Spesies 14 1

Spesies 39 5

Gibbula mogus 118

Spesies 24 9

Substrat : Batu Beralga

Spesies Jumlah

spesies 3 145

spesies 47 3

Nerita albicilla 9

Nerita exuvia 19

spesies 16 4

spesies 28 1

spesies 24 2

Page 15: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

Substrat : Batu Pasir Beralga

Spesies Zona Batu Pasir Beralga Jumlah

spesies 3 56

Cancellaria reticulata 289

spesies 18 17

spesies 13 2

Jhantina jantina 3

spesies 28 1

spesies 31 2

Substrat : Batu Kecil berpasir Beralga

Spesies Jumlah

Cypraea annulus 20

spesies 3 186

Turbo brunerus 25

Columbela pusticata 4

Burca rana 1

Substrat : Batu Besar Beralga

Spesies Jumlah

spesies 3 36

Cancellaria reticulata 374

spesies 28 1

Substrat : Lempeng Berbatu Kecil Beralga

Spesies Jumlah

spesies 17 6

spesies 3 12

spesies 39 1

spesies 24 2

spesies 18 5

Page 16: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

Nerita exuvia 23

Substrat : Lempeng Berbatu Kecil

Spesies Jumlah

spesies 17 112

spesies 3 11

spesies 39 8

spesies 18 11

Nerita exuvia 74

spesies 32 15

Jhantina jantina 28

Columbela pusticata 5

Nerita albicilla 1

Substrat : Lempeng Berbatu Besar

Spesies Jumlah

spesies 18 17

spesies 17 4

spesies 32 13

spesies 8 5

spesies 27 1

Substrat : Lempeng Batu Berlamun

Spesies Jumlah

spesies 16 17

Nerita exuvia 6

Page 17: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

Sunstrat : Batu Berpasir

Spesies Jumlah

spesies 3 281

Nerita albicilla 5

spesies 6 22

spesies 31 4

Page 18: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

BAB V

PEMBAHASAN

A. Jenis Mollusca yang Ditemukan Pada Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo

Banyuwangi

Tabel Spesies Mollusca Berdasarkan Macam-Macam Substrat

Page 19: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

Spesies

Zona

Lempeng

Batu

Berlamun

Spesies Zona

Batu Berpasir

spesies 16 spesies 3

Nerita exuvia Nerita albicilla

spesies 6

spesies 31

Spesies

Zona Batu

Kecil

Spesies Zona

Batu Kecil

Beralga

Spesies Zona

Batu Beralga

Spesies Zona

Batu Pasir

Beralga

Spesies Zona

Batu Kecil

Berpasir Beralga

Nerita

albicilla Spesies 18 spesies 3 spesies 3 Cypraea annulus

Cancellaria

reticulata spesies no 3 spesies 47

Cancellaria

reticulata spesies 3

Nerita exuvia spesies 13 Nerita albicilla spesies 18 Turbo brunerus

Pictocollumb

ella ocellata

Cancellaria

reticulata Nerita exuvia spesies 13

Columbela

pusticata

spesies no 3 Nerita exuvia spesies 16

Jhantina

jantina Burca rana

spesies 28 spesies 16 spesies 28 spesies 28

Nassarius sp

Pictocollumbel

la ocellata spesies 24 spesies 31

Cypraea

annulus spesies 28

Burca rana Nerita exuvia

spesies 18 Burca rana

Nassarius

stolatus Spesies 14

spesies 17 Spesies 39

spesies 39 Gibbula mogus

spesies 32 Spesies 24

Jhantina

jantina

Columbela

pusticata

Nerita

albicilla

Spesies Zona

Batu Besar

Beralga

Spesies Zona

Lempeng

Berbatu Kecil

Beralga

Spesies Zona

Lempeng

Berbatu Kecil

Spesies Zona

Lempeng

Berbatu Besar

Spesies Zona

Lempeng Batu

Berpasir

spesies 3 spesies 17 spesies 17 spesies 18 Nerita albicilla

Cancellaria

reticulata spesies 3 spesies 3 spesies 17 spesies 3

Page 20: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

B. Tingkat Keragaman Mollusca

Dari data yang telah diperoleh, keragaman spesies mollusca paling tinggi ada pada

substrat batu kecil. Hal dapat dilihat dari jenis spesies yang telah ditemukan dan jumlahnya yang

banyak. Apabila dibandingkan tinggkat keragaman pada substrat yang lain, substrat batu kecil

masih mendominasi jumlah dan jenis spesiesnya. Hal in terjadi dikarenakan letak batu kecil pada

plot yang letaknya tidak terlalu jauh dari bibir pantai, sehingga arus ombak yang diterima tidak

begitu besar. Dari sini nampak bahwa spesies pada batu kecil lebih banyak dan lebih bervariasi.

Selain itu pada substrat batu kecil, kondisinya lebih stabil. Hal ini terlihat dari banyaknya

komunitas molusca yang taredapat pada substrat ini. Dengan kondisi lingkungan yang

mendukung seperti ini, menyebabkan organisme yang hidup dapat melaksanakan kelangsungan

hidupnya dengan baik. Atau dapat dikatakan organisme dapat tumbuh dan berkembang biak

dengan baik.

C. Kemerataan macam-macam spesies mollusca dari masing-masing zona.

Dari data yang diperoleh, tingkat kemerataan paling tinggi ada pada substrat lempeng

batu berlamun dengan kemerataan sebesar 1,06634. Substrat lempeng batu berlamun merupakan

zona dengan nilai kemerataan yang paling tinggi, karena besarnya kemampuan Mollusca untuk

bertahan hidup pada substrat pasir berlamun tersebut sama, sehingga menyebabkan kehidupan

Mollusca menjadi merata. Nurhadi (1999) menjelaskan bahwa perbedaan kepadatan jenis

Mollusca antar lokasi menggambarkan kesesuaian jenis Mollusca terhadap kondisi fisik, kimia

pada masing-masing lokasi. Zona dengan kemerataan jenis tertinggi menunjukkan bahwa kondisi

lingkungan di setiap zona-zona tersebut merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan jenis

Mollusca yang bersangkutan. Hal ini merajuk terdapatnya perbedaan kemerataan antar semua

zona berarti setiap jenis Mollusca yang ditemukan memiliki kesesuaian yang berbeda terhadap

kondisi lingkungan yang ditempatinya.

Sedangkan untuk kemerataan yang terendah adalah pada substrat batu beralga dengan

kemerataan 0,005905. Hal ini terlihat dari spesiesnya yang tidak mengelompok secara rata.

D. Kekayaan

Page 21: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kekayaan jenis Mollusca yang terdapat di

Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi berbeda antara satu dengan yang lain.

Kekayaan merupakan bagian dari adanya keanekaragaman. Kekayaan dapat dipengaruhi oleh

banyak hal. Diantaranya adalah suhu,pH,salinitas cahaya,besar gelombang air,dan lain

sabagainya. Kekayaan menunjukkan keragaman spesies yang banyak hidup pada substrat

tertentu.

E. Spesies yang mendominasi

Dari pendataan yang telah dilakukan, diketahui ada spesies yang dapat dikatakan

mendominasi. Hal ini dikarenakan pada substrat yang berbeda, spesies ini selalu muncul dan

sering munculnya pada substrat yang berbeda, memiliki rasio yang paing banyak. Apabila

melihat rasio spesies yang paling banyak muncul pada data yang telah diperoleh, diketahui

spesies nomor 3 (belum teridentifikasi) paling banyak muncul pada substrat yang berbeda. Hal

ini dikarenakan kemungkinan spesies ini mudah untuk beradaptasi ditempat yang berbada.

Misalnya spesies ini dapat memakan makanan yang berbeda pada tiap substratnya, sehingaa

spesies ini dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Dengan adanya faktor yang seperti

ini, spesies nomor 3 dapat dikatakan mendominasi pada setiap substrat yang berbeda. Selain itu

mungkin pada spesies nomor 3 ini memiliki tingkat reproduksi yang paling tinggi diantara

spesies yang lainnya, sehingga dapat ditemukan pada subatrat yang berbeda.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 22: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

1. Dari data yang telah diperoleh, spesies yang ditemukan dari Pantai Pancur Alas Purwo

Banyuwangi adalah Pictocollumbella ocellata, Columbela pusticata, Cancellaria reticulata,

Planaxis sulcatus, Nerita exuvia, Nerita albicilla, Cancellaria cassidiformis, Cypraea

annulus, Gibbula mogus, hantina jantina, Turbo brunerus, Chlamys pallium, Nassarius sp,

Nassarius stolatus, Pyrene ocellata, Pyrene ocellata, Aphera spengleriana, Cancellaria

urcoelata

2. Dari data yang telah diperoleh, keragaman spesies mollusca paling tinggi ada pada substrat

batu kecil, Dari data yang diperoleh, tingkat kemerataan paling tinggi ada pada substrat

lempeng batu berlamun dengan kemerataan sebesar 1,06634,

3. Spesies yang paling mendominasi adalah spesies nomor 3 (belum teridentifikasi)

B. Saran

- Dalam melakukan suatu identifikasi data, hendaknya dilakukan dengan lebih cermat agar

diperoleh data yang benar-benar valid.

- Apabila akan melaksanakan pengambilan data di lapangan, hendaknya semua peralatan yang

diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu.

- Jika data yang akan diproses merupakan data kompilasi, secepatnya kompilasi dilakukan

agar tidak terjadi keterlambatan penyusunan laporan.

- Sebelum pengambilan data perlengkapan serta alat yang dipergunakan harus disiapkan serta

diperiksa fungsinya.

C. DAFTAR RUJUKAN

Adhi, I Ketut Diana. 2011. ,http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/12/phylum-mollusca/ (Online), Diakses pada tanggal 26 April 2011

Anonim, 2011. http://dusunpasinanbarat.blogspot.com/2011/04/pantai-plengkung-surga-bagi-para.html (Online), Diakses pada tanggal 26 April 2011

Dharmawan, Agus, dkk. 2004. Ekologi Hewan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang

Kastawi, Yusuf. 2001. Zoologi Avertebrata. Malang : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UM Malang

Nontji, Anugerah. 1987. Laut Nusantara. Jakarta : University Press

Page 23: Laporan KKL Molusca Kelompok 14

Nurhadi. 1999. Keanekargaman Jenis Mollusca Di Pantai Wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press