laporan akhir -...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR
PENGEMBANGAN DESA BINAAN BERBASIS TRI HITA KARANA
MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT MELALUI EKONOMI KREATIF DAN
USAHA MANDIRI BERBASIS POTENSI LOKAL DI DESA MANIKLIYU,
KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI
Oleh:
I Wayan Artanayasa, S.Pd., M.Pd (Ketua)
NIP. 197309262001121001
I Putu Gede Parma, S.ST.Par., M.Par (Anggota)
NIP. 197708192002121003
I Gede Suwiwa, S.Pd., M.Pd (Anggota)
NIP. 198501172008121001
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha
SPK No 254/UN48.15/LPM/2015 Tanggal 5 Maret 2015
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
ii
iii
PRAKATA
Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya laporan akhir kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M)
Desa Binaan “Memberdayakan Masyarakat Melalui Ekonomi Kreatif dan Usaha
Mandiri Berbasis Potensi Lokal di Desa Manikliyu, Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli” yang dilaksanakan di Desa Manikliyu dapat terlaksana dengan baik. Laporan ini
dibuat dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan dan memberikan
informasi tentang proses perencanaan dan pelaksanaan dari awal hingga akhir kegiatan
serta hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan ini. Penulis menyadari bahwa isi dari
laporan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga perlu sumbangsih dari para pembaca
terutama hal yang terkait tentang tata tulis dan substansi laporan. Terlaksananya
kegiatan ini dari awal hingga pembuatan laporan berkat bantuan dari berbagai pihak,
melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya
kepada
1. Prof.Dr. Ketut Suma, M.S selaku ketua LPM Undiksha Singaraja atas bantuannya
dalam hal memberikan fasilitas sehubungan dengan pengurusan dana untuk
pelaksanaan kegiatan.
2. I Ketut Garis selaku Kepala Desa Manikliyu yang telah memberikan kemudahan
dalam pengurusan ijin, peminjaman tempat dan alat serta membantu
mengumpulkan warga yang menjadi peserta yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
kegiatan.
3. Para peserta, atas kerjasamanya dalam mengikuti pelatihan sehingga pelaksanaan
P2M dapat berjalan sesuai rencana
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya
baik pemikiran maupun material pada kegiatan ini
Demikian laporan akhir pengabdian pada masyarakat ini, semoga atas segala
bantuan yang diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan yang Maha Esa.
Singaraja, 7 Oktober 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
PRAKATA ............................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1 Analisis Situasi ............................................................................................
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ...........................................................
1.3 Tujuan Kegiatan ..........................................................................................
1.4 Manfaat Kegiatan ........................................................................................
BAB II METODE PELAKSANAAN ...................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
3.1 Hasil Peta Potensi-Potensi Unggul SDA dan SDM Desa Binaan di Desa
Manikliyu .....................................................................................................
3.2 Hasil Kegiatan Pembentukan Kelompok-Kelompok dan Pelatihan ...........
3.3 Pembahasan .................................................................................................
BAB V PENUTUP ………………………………………………………………
5.1 Simpulan .....................................................................................................
5.2 Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAMPIRAN ..........................................................................................................
a. Absensi Peserta Kegiatan ………………………………………………….
b. Foto-Foto Kegiatan ………………………………………………………..
c. Peta Lokasi ………………………………………………………………...
i
ii
iii
iv
v
vi
1
1
4
5
5
7
9
9
13
16
19
19
19
20
21
22
26
29
v
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Jumlah Penduduk Desa Manikliyu Berdasarkan Tingkat Pendidikan .........
3.2 Jumlah Penduduk Desa Manikliyu Berdasarkan Penyebaran Mata
Pencaharian ...................................................................................................
10
11
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1 Sarkofagus di Desa Manikliyu .....................................................................
1.2 Hasil Perkebunan Desa Manikliyu ...............................................................
2.1 Diagram Alir Pelaksanaan Kegiatan ............................................................
3.1 Suasana Pembentukan Kelompok dan Pelatihan .......................................
3.2 Suasana Pelatihan Pembuatan Sirup dan Selai Jeruk ..................................
3.3 Wisata Arkeologi dan Agrowisata …………………..................................
3.4 Hasil Olahan Jeruk (Sirup dan Selai) dan Kopi Basah Arabika ..................
3.5 Media Promosi Melalui Bolg (Manikliyu.blogspot.com)…………………
3
4
8
15
16
16
17
18
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Desa Manikliyu atau Manikeliyu dulunya disebut desa Manikmerinci. Dari asal
katanya yaitu manik yang merupakan nama seorang laki-laki yang telah menikah dan
mempunyai 16 orang anak yang kesemuanya dapat bertahan hidup, sedangkan
kata merinci dalam bahasa bali yang berhubungan dengan buah-buahan yang artinya
banyak. Kata merinci ini diambil karena 16 orang anak (banyak) tersebut dapat bertahan
hidup. Akhirnya setelah beberapa lama manikmerinci diubah menjadi manikeliyu
atau manikliyu karena merinci dan liyu memiliki persamaan arti yaitu banyak.
Anak-anak tersebut (16 orang) dilahirkan disebuah tempat yang pada akhirnya
ditempat itu dibangun sebuah pura yakni Pura Tebenan yang sekarang lokasinya berada
di sebelah Utara Desa Manikliyu tepatnya berada di wilayah banjar Saap yang
merupakan bagian dari desa Manikliyu. Pura Tebenan ini dibangun pada tahun 877 SM.
Berdasarkan prasasti yang ditemukan di pura ini, diceritakan bahwa pura Tebenan
dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Aji Warmadewa Jayawardana.
Ketika ke 16 orang anak tersebut menginjak dewasa, Desa Manikliyu terpecah
menjadi 4 desa yaitu Desa Manikliyu, Desa Bayung Cerik, Desa Ulian, dan Desa
Lembean. Sehingga sampai sekarang masih ada penyebutan nama seseorang
ditambahkan kata Pan untuk laki-laki dan Men untuk perempuan. Dari 4 desa tersebut
Desa Manikliyu merupakan desa utama karena prasasti yang ditemukan hanya terdapat
di Banjar Saap, Desa Manikliyu yaitu di Pura Tebenan.
Desa Manikliyu dipilih untuk program Desa Binaan berdasarkan pertimbangan
analisis kritis pengusul, Bappeda Bangli, dan tokoh masyarakat yang merupakan
wilayah pengembangan kawasan wisata prasejarah dan agrowisata, karena kawasan ini
merupakan tourism zone yang sangat strategis dan memegang peranan penting bagi
pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan
peternakan sebagai sumber kehidupan masyarakat. Walaupun terletak pada posisi yang
vital dan strategis, ternyata desa ini menyumbangkan jumlah angka kemiskinan, angka
pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana yang cukup besar, derajat
kesehatan masyarakat yang rendah bagi kabupaten Bangli, dan kualitas pendidikan yang
2
rendah, yang nampaknya perlu mendapat penanganan segera dalam upaya mewujudkan
kawasan wisata mandiri (Rencana Strategis Kecamatan Kintamani, 2008-2013).
Secara umum, kondisi eksisting Desa Manikliyu merupakan kawasan yang
berada pada zonasi geowisata, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan
konservasi hutan (PKWK, 2010), sehingga pada kawasan ini dicanangkan berbagai
fasilitas wisata, agrowisata konservasi hutan, yang didukung aktivitas pertanian,
peternakan dan industri kerajinan kreatif terpadu sebagai penyangga aktivitas
pengembangan kawasan hutan kawasan pariwisata, dan kawasan industri pertanian
dalam arti luas.
Desa Manikliyu adalah satu dari sembilan desa yang ada di wilayah Kintamani
Barat, yang memiliki luas wilayah 503 Ha,dengan ketinggian 1050 mdpl. Dimana Desa
Manikliyu yang memiliki jumlah penduduk 1665 jiwa tersebar di dua dusun, yakni
Dusun Manikliyu dan Dusun Saap. Dengan keadaan wilayah yang berbukit dan
mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah disektor pertanian dan peternakan.
Potensi Desa Manikliyu yang prospektif dikembangakan sebagai implementasi
ideologi Tri Hita Karana adalah (1) wisata arkeologi, (2) agrowisata (perkebunan
rakyat berupa jeruk dan kopi), dan (3) aneka usaha dari hasil perkebunan (sirup, selai
jeruk, buuk kopi dan lain-lain). Di samping itu terdapat potensi masyarkat berupa
organisasi adat (desa pakraman), kelompok perkebunan (subak abian), dan kelompok
peternak. Potensi arkeologi didukung dengan adanya situs bersejarah yang terletak pada
ketinggian 1.070 M. BT. 80 62’ 38” dan LS. 80 54’ 23”. Pan Suki (warga Desa
Manikliyu) secara tidak sengaja menemukan peti sarkofagus saat berkebun. Tanah
tegalan (tanah kebun kering) tempat temuan tersebut masyarakat disebut “Tegalan
Sibuan” yang diartikan “isi buana” (isi dunia). Didorong rasa ingin tahu, maka peti batu
tersebut di buka beramai-ramai bersama tetangga sekerjanya dan setelah tutup peti batu
tersebut di buka di dalamnya banyak berisi tulang manusia. Keanehan dan ketakutan
para pekerja ladang itu membawa mereka untuk melaporkan kepada aparat desa
setempat, sehingga temuan tersebut sampai ke kantor balai Arkeologi Denpasar.
Di akhir bulan Maret dan di bulan Juni 1997, Balai Arkeologi Denpasar bekerja
dengan instansi terkait mengadakan penggalian arkeologis dan menghasilkan temuan-
temuan, seperti sarkofagus (A) dengan bekal kubur periuk sebagian sudah pecah dan
utuh kurang lebih 40 buah. Ditemukannya nekara perunggu dipergunakan sebagai
3
wadah kubur, dengan bekal kubur di dalamnya antaralain berupa spiral, penutup jari
perunggu, manik- manik dan bekal kubur periuk di letakkan di samping luar nekara
perunggu. Pada penggalian lanjutan di bulan Juni 1997, tim berhasil menemukan satu
buah sarkofagus (B) ukuran dan tipenya hampir sama dengan yang di temukan pada
penggalian pertama (sarkofagus A). Bekal kubur periuk pecah dan utuh diletakan di luar
Sarkofagus. Pada sisi selatan masih tampak sebagian dari bagia kepala/rangka manusia
dengan rangkaian pilinan spiral berganda berbahan dari perunggu berderet di kepala
seolah olah dipergunakan sebagaia perhiasan kepala bekal kubur si mati. Berdasarkan
temuan situs tersebut, Desa Manikliyu sangat berpotensi menjadi tujuan wisata
arkeologi atau wisata sejarah. Keberadaan benda-benda arkeologis tersebut sementara
dijaga oleh aparat desa serta pemilik tanah yang sehari-hari ada di tempat tersebut
sehingga pemanfaatan sebagai wisata arkeologi kurang dirasa maksimal.
Gambar 1.1 Sarkofagus di Desa Manikliyu
Potensi desa Manikliyu lain yang dapat dikembangkan adalah potensi
agrowisata jeruk dan kopi karena sebagai besar wilayah desa digunakan untuk
perkebunan jeruk dan kopi. Dengan tersedianya lahan pertanian dan perkebunan jeruk
dan kopi maka kita akan dapat mengembangkan daerah tersebut menjadi wilayah
agrowisata yang nantinya diharapkan akan mampu membantu menigkatkan pendapatan
masyarakat setempat. Dalam agrowisata para wisatawan dapat langsung memetik dan
menikmati buah khususnya buah jeruk.
4
Selain itu yang menjadi fokus pengembangan dalam rencana pengembangan
desa binaan ini adalah bagaimana mengembangkan hasil pertanian jeruk dan kopi
supaya menjadi produk yang mampu mempunyai daya saing tinggi dipasaran. Kondisi
sekarang masyarakat setempat belum optimal dalam mengembangkan hasil pertanian
dan hanya menjual hasil mentah buahnya saja. Kondisi itu membuat para petani
mempunyai penghasilan yang tidak tetap dan terkadang hasil pertanian menjadi anjlok.
Kurangnya pemanfaatan hasil perkebunan disebabkan karena minimnya terapan
teknologi tepat guna di masyarakat dalam pengolahan hasil perkebunan yang dapat
mengantarkan desa Manikliyu menjadi desa usaha mandiri.
Gambar 1.2 Hasil Perkebunan Desa Manikliyu
Kehidupan sosial budaya masyarakat desa manikliyu terpelihara dengan baik
dengan dilandasi oleh awig-awig. Kerukunan hidup beragama di desa manikliyu patut
di dipuji dan ditiru karena berlandaskan pada nilai tatwan asi sekaligus menjadi modal
pengembangan desa usaha mandiri dan desa wisata.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di atas, maka masalah yang ditemui di Desa
Manikliyu, Kecamatan Kintamani adalah sebagai berikut :
1. Belum optimalnya pengelolaan situs peninggalan sejarah menjadi wisata arkeologi.
2. Belum mampu menjadi desa wisata (agrowisata).
3. Masyarakat belum mampu mengembangkan hasil pertanian menjadi produk
pendukung pariwisata ataupun produk yang mempunyai daya saing tinggi dipasaran
5
1.3 Tujuan Kegiatan
Melalui program P2M Desa Binaan Undiksha ini, diusulkan upaya untuk
mengatasi masalah yang disebutkan tadi Program ini direncanakan berlangsung dalam
dua tahun.
1. Tujuan jangka pendek program P2M ini adalah; (1) menghasilkan pemetaan
potensi-potensi unggul sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM)
dalam mengembangkan potensi pariwisata dan perkebunan berbasis Tri Hita
Karana; (2) terbentuknya kelompok-kelompok wisata sejarah (wisata arkeologi)
dengan sistem pengelolaan yang lebih modern dan profesional; (3) terbentuknya
kelompok wisata perkebunan (agrowisata) yang mempunyai kemampuan
menerapkan IPTEK untuk mengembangkan produk perkebunan (jeruk dan kopi)
yang mempunyai daya saing tinggi dipasaran.
2. Tujuan jangka panjang dari program ini adalah: (1) meningkatkan kualitas hidup
masyarakat secara merata dan menyeluruh (secara sosial dan ekonomi);
mengembangkan pariwisata arkeologi dan agrowisata berbasis lingkungan dan
kearifan lokal; dan (3) mengembangkan potensi daerah menjadi tujuan wisata
arkeologi dan wisata perkebunan (agrowisata).
1.4 Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan ini adalah (1) hasil pemetaan potensi-potensi yang ada untuk
mengembangkan wisata arkeologi dan agrowisata berbasis Tri Hita Karana; (2)
mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pengembangan wisata
arkeologi dan agrowisata yang dikelola secara modern dan berkelanjutan sebagai salah
satu pendapatan masyarakat; dan (3) memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan tentang wisata arkeologi dan agrowisata berbasis Tri Hita Karana.
Sedangkan, luaran yang diharapkan melalui kegiatan Desa Binaan ini adalah
sebagai berikut.
1. Dapat berkembang menjadi desa wisata arkeologi yaitu dengan tata pengelolaan situs
prasejarah dengan lebih baik sehingga dapat diminati oleh wisatawan baik domestik
maupun mancanegara.
6
2. Menjadi desa wisata (agrowisata) dengan didukung oleh pembentukan kelompok-
kelompok perkebunan yang kuat, untuk memperkuat akses kepada pemerintah
daerah dan nasional dan terpublikasi secara luas.
3. Menghasilkan produk olahan dari hasil perkebunan seperti selai jeruk dan bubuk
kopi luak sehingga menambah daya jual hasil perkebunan dipasaran
4. Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional
5. Laporan kegiatan
7
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan adalah dengan pelatihan yaitu dengan
pembentukan kelompok serta peyuluhan dan pelatihan tentang pengelolaan wisata
arkeologi dan agrowisata. Metode lain yang digunakan adalah difusi ipteks yaitu
kegiatan yang menghasilkan produk dengan membuat sirup dan selai jeruk serta bubuk
kopi basah arabika. Metode pelaksanaan kegiatan disajikan dengan diagram alir
kegiatan seperti pada gambar 2.1 dan pelaksanaan kegiatan seperti 2.1. Kegiatan desa
binaan ini direncanakan berlangsung selam 2 tahun. Pada tahun pertama dilakukan jenis
kegiatan, meliputi pemetaan potensi-potensi unggul sumber daya alam (SDA),
penyiapan sumber daya manusia (SDM) yaitu dengan pembentukan dan pelatihan
kelompok wisata arkeologi dan agrowisata. Materi pelatihan meliputi: (1) konsep
pengembangan dan pengelolaan wisata arkeologi secara modern dan profesional dan
dalam hal ini berkerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli, (2) konsep
pengembangan dan pengelolaan agrowisata berbasis Tri Hita Karana dan bekerjasama
dengan Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian Kabupaten Bangli, dan (3)
implementasi hasil pelatihan terkait dengan teknis pengelolaan wisata arkeologi dan
agrowisatas serta menghasilkan produk perkebunan yang bernilai tinggi dipasaran. Pada
tahun kedua kegiatan yang dilakukan yaitu menerapkan IPTEK dalam pengelolaan
wisata arkeologi dan agrowisata serta menghasilkan produk perkebunan yang bernilai
jual tinggi pada kelompok-kelompok wisata, dan pengembangkan sistem pengelolaan
wisata yang berkelanjutan yang berbasis Tri Hita Karana.
8
Gambar 2.1 Diagram Alir Pelaksanaan Kegiatan
Pemetaan potensi-potensi unggul
SDA dan SDM
(pembentukan dan pelatihan
kelompok wisata arkeologi dan
agrowisata)
Identifikasi dan
penyiapan fasilitas
Hasil : Pemetaan potensi-potensi unggul SDA dan kesiapan SDM,
pengelolaan wisata arkeologi dan agrowisata dan teknologi
pengolahan produk perkebunan
Pengembangan sistem pengelolaan wisata arkeologi dan
agrowisata serta pengembangan hasil perkebunan yang
berkelanjutan berbasis Tri Hita Karana
Hasil Pengelolaan wisata arkeologi dan agrowisata yang modern dan
profesional serta menghasilkan produk olahan perkebunan yang
bernilai jual tinggi dan terintergrasi dengan masyarakat dalam
hukum/awig-awig yang telah berlaku
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang dicapai melalui kegiatan Desa Binaan ini adalah adanya peta potensi-
potensi unggul SDA dan SDM untuk pengembangan wisata arkeologi dan agrowisata,
serta pengembangan hasil perkebunan kopi, adanya kelompok sadar wisata arkeologi
dan agrowisata, serta kelompok pengolahan hasil perkebunan kopi secara modern dan
berkelanjutan dengan sistem pengelolaan secara profesional, dihasilkan produk
pengolahan kopi serta adanya artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional.
Hasil masing-masing kegiatan dipaparkan sebagai berikut.
3.1 Hasil Peta Potensi-Potensi Unggul SDA dan SDM Desa Binaan di Desa
Manikliyu
3.1.1 Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
a. Letak Geografis
Secara geografis Desa Manikliyu merupakan daerah dataran tinggi pegunungan
dengan ketinggian 1.050 m dari permukaan laut yang terletak di :
a) Sebelah utara : Desa Serai
b) Sebelah timur : Desa Belancan
c) Sebelah selatan : Desa Lembean
d) Sebelah barat : Desa Ulian
Desa Manikliyu terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli dengan
jarak orbitasi :
a) Ibukota kecamatan : 7 km
b) Ibukota kabupaten : 36 km
c) Ibukota propinsi : 80 km.
b. Luas Wilayah
Desa Manikliyu dengan luas total wilayah 503 hektare terdiri dari keseluruhan
wilayah yang ada dan dipergunakan untuk berbagai keperluan antara lain:
a) Pemukiman : 5,50 Ha/m2
b) Kantor : 0,75 Ha/m2
c) Sekolah : 39,87 Are/m2
10
d) Tempat Ibadah : 1,25 Ha/m2
e) Kuburan : 1,50 Ha/m2
f) Pertanian : 196 Ha/m2
g) Perkebunan : 297,50 Ha/m2
h) Pekarangan : 0,15 Ha/m2
i) Sarana Umum lainnya : 0,35 Ha/m2
c. Iklim
Kondisi iklim Desa Manikliyu memiliki iklim tropis, suhu udara relatif rendah
atau dingin berkisar antara 150C – 30
0 C. Angka curah hujan rata-rata tahunan terendah
adalah 900 mm dan tertinggi 3.500 mm. Penyebaran curah hujan relatif tinggi yaitu
2.500 - 3.500 mm/thanun. Curah hujan tertinggi terjadi bulan Desember – Maret dan
terendah pada bulan agustus.
3.1.2 Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Jumlah Penduduk
Masyarakat/penduduk Desa Manikliyu terdiri dari 438 KK dengan total
penduduk 1.665 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 820 jiwa dan perempuan
sebanyak 845 jiwa. Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah penduduk Desa Manikliyu
dipaparkan dalam tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Manikliyu Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
Banyak Penduduk Berdasarkan Pendidikan
(Jiwa)
Tidak/Belum Sekolah TK SD SMP SMA Perguruan
Tinggi
1 468 28 274 367 439 89
Mata pencaharian penduduk Desa Manikliyu sebagian besar adalah petani (59%),
lainnya (41%) bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil (PNS), pedagang,
pertukangan, karyawan swasta, peternak, wiraswasta, dan lainnya. Data selengkapnya
disajikan pada tabel 3.2 berikut.
11
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Desa Manikliyu Berdasarkan Penyebaran Mata
Pencaharian
No. Mata Pencaharian Banyak Penduduk (Jiwa)
1 Petani 983
2 PNS 32
3 Pedagang 16
4 Tukang (Bangunan) 9
5 Pegawai Swasta 35
6 Peternakan 4
7 Wiraswasta 2
8 Montir 2
9 Sopir 10
Jumlah 1093
b. Keadaan Sosial
Secara umum sistem sosial yang berlaku di Desa Manikliyu adalah sama seperti
wilayah-wilayah lainnya di Kecamatan Kintamani. Masyarakat Desa Manikliyu
merupakan komunitas yang homogen yang seluruhnya beragama Hindu sehingga secara
sosial sistem kehidupan bermasyarakat yang dianut berdasarkan aturan/norma, adat
istiadat, dan hubungan antar masyarakat sudah tertata dengan baik, terkoordinasi dalam
Desa Dinas maupun Desa Adat. Kegiatan sosial dan budaya di desa ini masih sangat
kental, dalam artian, rasa gotong royong masyarakatnya sangat tinggi. Tradisi yang
dimiliki desa sangat dijunjung tinggi dan dilestarikan sampai sekarang.
c. Keadaan Ekonomi
Struktur perekonomian Desa Manikliyu masih bercorak agraris yang
menitikberatkan pada sektor perkebunan/ pertanian. Terutama perkebunan jeruk dan
kopi yang merupakan komoditi utama Desa Manikliyu. Subak merupakan lembaga yang
sangat penting bagi masyarakat untuk mengembangkan usahanya terutama dibidang
pertanian, perkebunan dan peternakan. Dengan demikian penghasilan sebagai petani
sangat penting dalam mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat secara umum.
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di wilayah Desa Manikliyu yang menunjang
kegiatan masyarakat dalam menjalankan kegiatan usaha dan kehidupan sehari-hari, baik
sosial dan ekonomi sudah cukup lengakap. Pada bidang kesehatan sudah terdapat Pusat
Kesehatan Desa (PUSKESDES) dan layanan posyandu. Dalam bidang pendidikan, telah
12
ada 1 Taman Kanak-Kanak (TK), yaitu TK Pra Widya Dharma, 1 Sekolah Dasar (SD)
yaitu SDN Manikliyu, dan 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu SMPN 5
Kintamani yang keberadaan sekolah tersebut di pusat Desa Manikliyu. Dalam bidang
pemerintahan dan organisasi pendukung telah ada Kantor Kepala Desa, balai desa dan
pusat organisasi lainnya seperti BPD, LPM, PKK, Karang Taruna, subak, organisasi
adat. Dalam bidang ekonomi telah ada pasar desa dan warung/toko penjual sembako
dan penjual alat dan bahan pertanian dan peternakan. Untuk akses transportasi, sudah
sangat memadai, dimana jalan menuju desa dan jalan utama desa sudah diaspal hotmik
3.1.3 Potensi Wilayah
Potensi desa dapat dijadikan modal dasar pembangunan di Desa Manikliyu.
Karakteristik Desa Manikliyu adalah daerah dataran perbukitan yang banyak
dimanfaatkan untuk usaha perkebunan dan peternakan, serta terdapat sebuah situs
arkeologi disalah satu perkebunan warga yang sekarang dikelola oleh desa.
Pemanfaatan potensi lahan pada masing-masing sub sektor secara umum sebagai
berikut.
a. Situs Arkeologi dan Jalur Wisata
Disalah satu tanah tegalan (tanah kebun kering) ditemukan artefak arkeologis
yaitu sarkofagus. Temuan artefak akeologis yang sangat penting sebab belum pernah
ditemukan sistem kubur yang menampakkan beberapa sistem kubur yang berbeda
berada pada suatu lapis budaya. Pemakaian bekal kubur yang berbeda pada suatu
dengan yang lainnya dapat dipakai sebagai studi banding tentang status sosial si mati
lebih sosial lebih luas. Keberadaan benda-benda arkeologis tersebut sementara
diamankan oleh aparat desa serta pemilik tanah yang sehari-hari ada di tempat tersebut,
agar upaya pengerusakan yang tidak diinginkan untuk kepentingan tertentu tidak terjadi.
Jalan desa juga merupakan jalur wisata (trecking sepeda), yang dapat dilihat dari
banyaknya wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang melintasi jalan desa
dengan menaiki sepeda untuk melihat pemandangan di wilayah desa.
b. Sub Sektor Peternakan
Komoditas ternak yang diusahakan/dipelihara oleh masyarakat Desa Manikliyu
adalah ternak sapi, babi dan ayam. Dalam rangka mendukung usaha ternak warga
menanam rumput gajah disekitar perkebunan untuk pakan sapi, sedangkan pakan babi
13
berasal dari limbah organik rumah tangga seperti sisa-sisa makan yang ditambah dengan
pakan jadi yang dijual di toko/warung . Begitu juga dengan pakan ayam yang masih
membeli di warung, seprti jagung dan lain-lain.
c. Sub Sektor Perkebunan
Sebagian lahan di Desa Manikliyu dimanfaatkan untuk perkebunan yang
mecapai 200 Ha. Jeruk dan kopi merupakan komoditi utama yang telah dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat Manikliyu. Mayoritas warga berglut dengan
perkebunan khusunya jeruk Kintamani (Siem dan Selayer) dan kopi arabika. Jeruk
siem/siam merupakan anggota jeruk keprok, termasuk buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C disamping vitamin-vitamin dan zat-zat mineral lainnya.
Diantara berbagai jenis jeruk, jeruk siam yang paling banyak mendapat perhatian,
karena selain rasanya yang manis serta memiliki harga jual yang relatif lebih tinggi.
Diperkirakan pangsa pasar jeruk siam saat ini sekitar 60% dari semua jenis
jeruk.Komoditi lainnya adalah kopi yaitu jenis arabika. Kopi Arabika yang
dikembangkan petani Manikliyu memiliki keistimewaan dari wilayah lainnya, karena
sistem yang digunakan adalah sistem Tumpang Sari. Sistem Tumpang Sari yakni kebun
kopi diselingi tanaman jeruk sehingga menghasilkan kopi arabika rasa jeruk.
d. Sumber Air
Sumber air di Desa Manikliyu berasal dari mata air yang ada disekitar desa serta
dari sisa air hujan yang telah ditampung dalam tempat penyimpanan air yang digunakan
untuk mengairi lahan perkebunan. Kebutuhan rumah tangga dipenuhi dengan
memanfaatkan sumber mata air yang ada di wilayah desa.
3.2 Hasil Kegiatan Pembentukan Kelompok-Kelompok dan Pelatihan
Kelompok yang berhasil dibentuk dalam kegiatan Desa Binaan ini terbagi
menjadi 3 kelompok. 1 kelompok adalah kelompok sadar wisata (arkeologi dan
agrowisata) yang diberi nama kelompok “Darwis” dan 1 kelompok adalah kelompok
tani yang diberi nama “Manik Sedana” yang dibentuk untuk pengolahan biji kopi, serta
1 kelompok lagi adalah kelompok “Usaha Kreatif” yang dibentuk untuk pengolahan
jeruk menjadi sirup dan selai. Pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan para
anggota kelompok dalam rangka mengembangkan usaha pengelolaan wisata dan
pengelolaan hasil pertanian secara lebih profesional dengan konsep berbasis Tri Hita
14
Karana dilaksanakan pada tanggal 30 Mei, 6 Juni, dan 13 Juni 2015 dengan narasumber
I Gede Putu Parma, S.ST.Par, M.Par dari Undiksha sekaligus anggota pelaksanan.
Kegiatan ini dihadiri oleh 40 orang anggota masyarakat desa binaan. Seluruh anggota
masyarakat yang hadir memberikan tanggapan yang positif terhadap usaha pengelolaan
wisata arkeologi dan agrowisata yang dikembangkan. Aktivitas masing-masing
kelompok yang dibentuk dengan sistem yang diterapkan diuraikan sebagai berikut.
a. Kelompok Sadar Wisata “Darwis”
Ketua : I Nyoman Sukra
Anggota :
1. I Ketut Teher
2. I Wayan Jelas
3. I Wayan Betawai Aryana
4. I Nyoman Agustinus
5. I Ketut Sinah
6. I Wayan Puger
7. Nang Jasi
8. Jro Mangku Gina
9. I Ketut Kentel
10. I Nengah Dania
11. I Nengah Dobel
12. I Nyoman Simpir
13. I Nengah Pugir
14. I Nyoman Arsa
15. I Wayan Endrawan
16. I Wayan Ardana
17. Ni Nyoman Gatri
18. I Wayan Pugiarsa
19. I Wayan Darta
b. Kelompok Tani “Manik Sedana”
Ketua : I Wayan Sujana
Anggota :
1. I Nengah Nuridin
2. I Nengah Ledang
3. I Wayan Mupu
4. Kadek Rekayasa
5. I Nengah Kekeran
6. I Nyoman Rauh Setyawan
7. Jro Mangku Rin
8. Nang Madra
9. I Wayan inget
10. I Wayan Tegeg
11. I Wayan Koperbudiana
12. I Made Mandiyasa
13. I Made Indayana
14. Ni Nyoman Mulyani
15. I Wayan Lokantana
16. Nang Diana
17. I Made Mandi
18. Nang Susun
19. I Nengah Darsa
15
Gambar 3.1 Suasana Pembentukan Kelompok dan Pelatihan
Sedangkan kelompok 3 yaitu kelompok “Usaha Kreatif” terdiri dari ibu-ibu
rumah tangga yang diberikan pelatihan membuat sirup dan selai jeruk. Pelaksanaan
kegiatan dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2015 dengan mendatangkan 2 narasumber
dari SMKN 2 Singaraja Jurusan Tata Boga yaitu Luh Sari, S.Pd., Luh Juni S.Pd, dengan
jumlah peserta pelatihan sebanyak 20 orang. Kelompok “Usaha Kreatif” sebagai
berikut.
Ketua : Ni Nengah Sugiasih
Anggota :
1. Ni Wayan Suarningsih
2. Ni Nengah Sarna
3. Ni Wayan Sarna
4. Ni Nengah Murni
5. Ni Wayan Nambang
6. Ni Wayan Pica
7. Ni Putu Sinar Dewi
8. Ni Putu Sujayani
9. Mey Cahyani
10. Ni Wayan Leni
11. Ni Nyoman Susila Rahayu
12. Ni Wayan gampil
13. Ni Luh Eka Aryanti
14. Ni Putu Diah Dewi Laras
15. Ni Nyoman Darmadi
16. Ni Ketut Kariasih
17. Ni Wayan Rusmini
18. Ni Luh Jani
19. Ni Putu Eka Nopianti
16
Gambar 3.2 Suasana Pelatihan Pembuatan Sirup dan Selai Jeruk
3.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil petapotensi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia
(SDM), dan potensi wilayah di Desa Manikliyu dinilai sangat potensial untuk
mengembangkan wisata arkeologi dan agrowisata serta pengolahan hasil pertanian yaitu
kopi untuk dikembangkan menjadi kopi basah arabika dengan citarasa jeruk.
Pengembangan wisata arkeologi dan agrowisata baru terbatas pada pembentukan
kelompok yang sadar wisata arkeologi sebab akses jalan ke situs bersejarah masih
kurang, serta terbatasnya infrastruktur. Untuk agrowisata dimulai dengan menata
beberapa perkebunan kopi dan jeruk yang ada disamping jalan raya agar menjadi
agrowisata yang dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Hal
ini didasari oleh beberapa alasan yaitu akses jalan yang telah baik dengan sudah diaspal
hotmik serta merupakan jalur wisatawan melakukan kegiatan bersepeda (trecking).
Gambar 3.3 Wisata Arkeologi dan Agrowisata
17
Selain mengembangkan wisata arkeologi dan agrowisata, juga dikembangkan
pengolahan kopi basah arabika dengan citarasa jeruk dan olahahan jeruk dalam bentuk
sirup dan selai jeruk. Pengembangan pengelolaan kopi arabika basah dan selai jeruk
dipilih karena dinilai paling menjanjikan sebagai penghasilan utama masyarakat di desa
ini selain dari hasil perkebunan jeruk dan kopi yang belum diolah. Hal ini didasari oleh
beberapa alasan diantaranya (1) lahan perkebunan yang luas dan cocok untuk
tumbuhnya tanaman kopi dan jeruk, (2) sistem tumpang sari yang dikembangkan
dengan tanaman jeruk sehingga kopi memiliki citarasa yang berbeda dengan kopi
lainnya, (3) SDM yang ada memiliki keterampilan yang cukup untuk mengembangkan
usaha ini, (4) memiliki banyak nilai ekonomis terutama membuat hasil perkebunan
terutama kopi memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Gambar 3.4 Hasil Olahan Jeruk (Sirup dan Selai) dan Kopi Basah Arabika
Berdasarkan beberapa keuntungan yang diperoleh, nampaknya usaha ini perlu
dilakukan secara berkesinambungan. Namun, walaupun sudah dirasakan manfaatnya
oleh petani, kegiatan ini masih perlu mendapatkan pembinaan lanjutan karena dalam
pelaksanaan awal masih banyak kendala yang dihadapi petani dalam upaya
mempromosikan wisata serta upaya dalam pengolahan kopi dan jeruk yang bernilai jual
tinggi. Selain itu perlu ditetapkan suatu aturan agar usaha ini bisa dikelola secara
berkesinambungan dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara merata
dan menyeluruh.
Selain pelatihan tentang pengelolaan wisata serta pengolahan hasil perkebunan,
hal lain yang selanjutnya dilakukan adalah mengadakan promosi. Promosi bertujuan
18
agar wisata di Desa Manikliyu serta produk olahan perkebunan dapat dikenal luas oleh
masyarakat sekitar, nasional maupun mancanegara. Kegiatan promosi dilakukan melalui
media sosial, pembuatan blog, pembuatan spanduk, pembuatan papan penunjuk arah
untuk akses ke Desa Manikliyu terutama penunjuk arah ke situs arkeologi. Hal lain
yang dilakukan adalah dengan mengajak mahasiswa pertukaran dari Thailand untuk
bersama ke Desa Manikliyu dan mencoba olahan hasil perkebunan. Tanggapan dari
mahasiswa tersebut positif, yang dibuktikan dengan pemesanan 9 dus bubuk kopi basah
arabika yang akan dibawanya pulang ke Thailand.
Gambar 3.5 Media Promosi Melalui Blog (Manikliyu.blogspot.com)
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil pelaksanaan program Desa Binaan ini adalah peta potensi sumber daya
alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), serta potensi wilayah untuk
pengembangan desa wisata arkeologi dan agrowisata serta pengelolaan dan pengolahan
hasil perkebunan kopi. Dilihat dari potensi tersebut, Desa Manikliyu sangat potensial
untuk dapat mengembangkan wisata arkeologi dan agrowisata serta dapat dijadikan
sentra pengembangan olahan dari biji kopi karena sumber daya alamnya telah tersedia.
Terbentuknya 3 kelompok yang dapat menunjang kegiatan ini yaitu 1 kelompok
sadar wisata “Darwis” yang diberikan pelatihan mengenai cara pengelolaan wisata
arkeologi dan agrowisata secara lebih profesional dan 1 kelompok tani “Manik Sedana”
yang telah diberikan pelatihan cara pengolahahan kopi dengan penerapan IPTEK
sehingga dihasilkan olahan kopi yaitu kopi arabika basah yang bernilai jual tinggi. Serta
1 kelompok yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga “Usaha Kreatif” yang diberikan
pelatihan pengolahan jeruk menjadi sirup dan selai jeruk agar nilai jeruk lebih tinggi
4.2 Saran
Agar usaha wisata arkeologi dan agrowisata serta pengolahan hasil perkebunan
yaitu biji kopi dan jeruk dapat dikembangkan dan bisa terlaksana dengan konsep Tri
Hita Karana maka diperlukan pengelolaan secara lebih profesional yang disesuaikan
dengan kearifan lokal yang telah ada di Desa Manikliyu. Selain itu, promisi juga harus
ditingkatkan agar wisatwan mengetahui tentang wisata yang ada di Manikliyu serta
mulai mempromosikan olahan dari biji kopi arabika dan jeruk.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Bangli Dalam Angka. Pemkab. Bangli: Bali
Anonim. 2013. “Desa Manikliyu”. Tersedia pada http://manikliyubali.hol.es/index.html
(diakses tanggal 1 September 2014)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli, 2011. Bangli dalam Angka (Bangli in Figures
2011). Denpasar: Percetakan Arysta Jaya
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2009. Undang- Undang
Republik Indonesia no. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2009- 2025.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Pokok – Pokok Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Tahun 2011 – 2025. Disampaikan dalam Rakernas Kementerian KUKM Tanggal 14 Mei 2011 Di Jakarta.
Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru
UsahaPengentasan Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru UsahaPengentasan Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
21
LAMPIRAN
KEGIATAN
22
23
24
25
26
Foto-Foto Kegiatan Pembentukan Kelompok dan Pelatihan
27
Foto Wisata Arkeologi dan Agrowisata
28
Foto Kegiatan Pelatihan dan Pembuatan Sirup dan Selai Jeruk
29
Peta Lokasi
MANIKLIYU